Anda di halaman 1dari 103

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Sekolah Pascasarjana Tesis Magister (Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan)

2017

Kajian Tingkat Bahaya Erosi Untuk


Arahan Konservasi Tanah Pada
Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di
Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo

Pasaribu, Parlin Hotmartua Putra


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/21856
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI UNTUK ARAHAN KONSERVASI TANAH
PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MERDEKA
KABUPATEN KARO

TESIS

Oleh :

PARLIN HOTMARTUA PUTRA PASARIBU


147004013 / PSL

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI UNTUK ARAHAN KONSERVASI TANAH
PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MERDEKA
KABUPATEN KARO

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara

Oleh :

PARLIN HOTMARTUA PUTRA PASARIBU


147004013 / PSL

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Tesis :Kajian Tingkat Bahaya Erosi Untuk Arahan Konservasi
Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Di
Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo

Nama Mahasiswa : Parlin Hotmartua Putra Pasaribu

Nomor Pokok : 147004013


Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP ) (Dr. Bejo Slamet, S.Hut, M.Si)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Delvian, SP., MP) (Prof. Dr. Robert Sibarani, MS)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tanggal lulus : 10 Februari 2017

Telah diuji pada


Tanggal: 10 Februari 2017

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Anggota : Dr. Bejo Slamet, S.Hut, M.Si

Dr. Delvian, SP., MP

Dr. Ir. Mukhlis, MS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

Judul Tesis

“KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI UNTUK ARAHAN KONSERVASI


TANAH PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN
MERDEKA KABUPATEN KARO”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar

merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu

dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya

secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini

bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Februari 2017


Penulis,

Parlin Hotmartua Putra Pasaribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI UNTUK ARAHAN KONSERVASI TANAH
PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MERDEKA
KABUPATEN KARO

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat erosi guna mendapatkan acuan
konservasi tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juni – September 2016 di Kecamatan Merdeka. Penelitian ini
menggunakan metode survei analisis prediksi erosi yang dilakukan dengan metode
USLE. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju erosi tertinggi terdapat pada penggunaan
lahan tegalan yaitu sebesar 2.959,018 ton/ha/tahun dengan satuan lahan IIVUs, sedangkan
erosi terendah terdapat pada penggunaan lahan permukiman yaitu sebesar 29,810
ton/ha/tahun dengan satuan lahan IIKk. Erosi terbolehkan tertinggi terdapat pada
penggunaan lahan semak belukar yaitu sebesar 36,96 ton/ha/tahun dengan satuan lahan
IIBl, sedangkan erosi terbolehkan terendah terdapat pada penggunaan lahan semak
belukar yaitu sebesar 6,81 ton/ha/tahun dengan satuan lahan IVBl. Indeks bahaya erosi
tertinggi terdapat pada penggunaan lahan Hutan sekunder yaitu sebesar 342 ton/ha/tahun
dengan satuan lahan IVHz, sedangkan indeks bahaya erosi terendah terdapat pada
penggunaan lahan semak belukar yaitu sebesar 1,08 ton/ha/tahun dengan satuan lahan
IIBl. Terdapat 3 (tiga) kategori tingkat bahaya erosi di Kecamatan Merdeka yaitu tingkat
bahaya erosi sedang dengan tipe penggunaan lahan permukiman, hutan sekunder, semak
belukar, dan tegalan; tingkat bahaya erosi tinggi dengan tipe penggunaan lahan hutan
sekunder; dan tingkat bahaya erosi sangat tinggi dengan tipe penggunaan lahan
permukiman, hutan sekunder, semak belukar, dan tegalan. Teknik konservasi tanah yang
digunakan di Kecamatan Merdeka yaitu teknik konservasi mekanik dengan perlakuan
seperti teras bangku, guludan, saluran penampungan air, saluran pengelak, dan
penanaman sejajar kontur sedangkan teknik konservasi vegetatif yaitu dengan perlakuan
seperti tumpang sari, mulsa organik, pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna, kebun
campuran, dan tanaman penutup tanah. Teknik konservasi tanah secara vegetatif dan
mekanik diterapkan di berbagai tipe penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Merdeka
seperti permukiman, hutan sekunder, semak belukar, dan tegalan.

Kata kunci : Erosi Tanah USLE, Indeks Bahaya Erosi, Konservasi Tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


STUDY OF EROSION SOIL CONSERVATION DIRECTIONS FOR
VARIOUS TYPES OF LAND USE IN KARO DISTRICT
DISTRICTS OF MERDEKA

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the level of erosion in order to


get the reference of soil conservation on various types of land use in Merdeka
District. This research was conducted in June - September 2016 in Merdeka
District. This research used erotic prediction analysis survey method with USLE
method. The result of the research showed that the highest erosion rate was found
in land use area of 2,959,018 tons / ha / year with IIVUs land unit, while the
lowest erosion was found on the use of settlement land of 29.810 ton / ha / year
with IIKk land unit. The highest permissible erosion was found in the use of shrub
land which was 36.96 ton / ha / year with IIBl land unit, while the lowest
permissible erosion was found in the use of shrub land at 6.81 ton / ha / year with
IVBl land unit. The highest erosion hazard index was found in secondary forest
land use of 342 tons / ha / year with IVHz land unit, while the lowest erosion
index was 1.08 tons / ha / year with land bushes of 1.08 tons / ha / year with IIBl.
There are 3 (three) categories of erosion hazard in Merdeka District is moderate
erosion hazard with type of settlement land use, secondary forest, shrubs and
moor; High erosion hazard level with type of secondary forest land use; And the
level of erosion hazard is very high with the type of land use settlements,
secondary forest, shrubs, and moor. Soil conservation techniques used in
Merdeka District are mechanical conservation techniques with treatments such as
bench terraces, bunds, water reservoirs, ducts, and parallel planting contours
whereas vegetative conservation techniques are by treatments such as
intercropping, organic mulch, hardwood enrichment, trees Multipurpose, mixed
gardens, and cover crops. Soil conservation techniques are vegetatively and
mechanically applied in various types of land use in Merdeka District such as
settlement, secondary forest, shrubs, and moor.

Keywords: USLE Soil Erosion, Erosion Hazard Index, Soil Conservation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan limpahan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan

moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, MS Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Delvian, M.P selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingkungan dan Bapak Dr. Ir. Mukhlis, MS selaku Sekretaris Prodi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembanding yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir.Abdul Rauf, MP dan Dr. Bejo Slamet, S.Hut, M.Si selaku Dosen

Pembimbing yang banyak memberi arahan, motivasi dan bimbingan tiada lelah

dalam penyusunan Tesis.

5. Ibu Vivi dan Ibu Suci sebagai TU Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan yang telah membantu dalam penyusunan Tesis.

6. Istriku tercinta Vera Oktavia Sinaga, S.Pd terimakasih untuk dukungan di tiap

pengerjaan tesis yang sudah berjerih lelah dalam suka dan duka bersama penulis

serta terimakasih untuk semangat dan doa-doanya selama penulis mengerjakan Tesis

ini.

7. Orangtua penulis yang penulis kasihi : Linda Roselina Sitompul S.Pd. yang selalu

memotivasi dan dorongan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dan terimakasih juga buat Kakanda penulis Elisa Veronika Pasaribu A.Md, Keb

yang terus memotivasi penulis.

8. Keluarga besar UKMKP – UP FIS, terkhusus buat Tim Survey (Agam Situmorang

S.Pd , Rahmad Situmorang, Evanrid Siahaan, Roy Gultom, Join Simatupang), adek

– adek kelompok Stream Of God & Suns Of God (Santa, Tesha, Johan, Sarma,

Anita) dan Warga Sekret Jl. Pardamean No. 92 (Mardiana Silaban S.Pd, Gembira

Manalu S.Pd , Nijar D. Silaban S.Pd, Dina Manalu, Endang Nahampun, Mei Siska,

Rosenta Febri, Hasna Situmorang, Samuel Nababan, Likon Lubis, Pardiman

Harianja, dan Sartono Gultom.

9. Buat teman-teman Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan secara

keseluruhan terkhusus buat angkatan 2014 B (Jen Christ David, S.Pi; Elisabeth Ika

Herawati S.Hut, M.Si; Suharso, S.Hut; Ruri Prihartini Lubis, S.S, M.Si; Harris

Silalahi, S.Si; Michael Sitanggang, S.Si

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang

memberi dukungan hingga selesainya Tesis ini. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi

pembaca khususnya mahasiswa Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2017


Penulis,

Parlin H.P. Pasaribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rodok, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito

timur, Kalimantan Tengah pada tanggal 2 Juni 1993, merupakan Anak kedua dari dua

orang bersaudara dari Ayahanda Junior Pasaribu (Alm) dan Ibu Linda Roselina Sitompul.

Penulis menikah dengan Vera Oktavia Sinaga pada tanggal 7 Januari 2017.

Riwayat Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Siwau tamat tahun 2004,

selanjutnya menamatkan Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 2 Sibolga tahun

2007, dan menamatkan Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 2 Pandan tahun 2010.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Medan dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis pernah bekerja di SMP Swasta Raksana Medan sebagai

staf pengajar (Guru). Kemudian pada tahun 2015 penulis bekerja di SMA Swasta

Methodist 6 sebagai staf pengajar sampai saat ini. Dan pada tahun yang bersamaan (2015)

penulis berkesempatan melanjutkan studi Pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………….. I
ABSTRACT……………………………………………………………… Ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………… Iii
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………… Iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………... V
DAFTAR TABEL………………………………………………………... Vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. Vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... Viii
I. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………... 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………. 5
1.3 Tujuan Penelitian……………………...………………………... 5
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 6
2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………… 6
2.2 Teori tentang Erosi……………………………………………… 8
2.2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Erosi……………………… 8
2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Erosi………………………….. 10
2.2.3 Metode Prediksi Erosi…………………………………... 11
2.2.4 Erosi Terbolehkan (T)…………………………………... 12
2.2.5 Indeks Bahaya Erosi (IBE)……………………………... 16
2.3 Teori Tentang Konservasi Tanah……………………………….. 16
2.3.1 Metode Vegetatif……………………………………….. 17
2.3.2 Metode Mekanik………………………………………... 17
2.3.3 Metode Kimia…………………………………………... 18
2.4 Kerangka Berpikir………………………………………………. 19
III METODE PENELITIAN……………………………………………. 20
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………… 20
3.2 Alat dan Bahan………………………………………………….. 20
3.3 Prosedur Penelitian……………………………………………… 21
3.3.1 Pembuatan Unit Lahan…………………………………. 21
3.3.2 Pengumpulan data Lapangan…………………………… 21
3.3.3 Analisis Data Curah Hujan……………………………... 22
3.3.4 Analisis Data Tanah……………………………………. 22
3.3.5 Analisis Peta……………………………………………. 22
3.4 Teknik Analisis Data……………………………………………. 22
3.4.1 Laju Erosi………………………………………. 22
3.4.2 Laju Erosi yang Masih Dapat Ditoleransi……... 28
3.4.3 Indeks Bahaya Erosi……………………………………. 28
IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN…………………….. 30
4.1 Sejarah…………………………………………………………... 30
4.2 Kedaaan Fisik…………………………………………………… 30
4.2.1 Letak dan Luas………………………………………….. 30
4.2.2 Iklim…………………………………………………….. 33
4.2.3 Penggunaan Lahan……………………………………… 33
4.3.4 Jenis Tanah……………………………………………... 35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.5 Bentuk Lahan dan Kelerengan………………………….. 37
V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………... 40
5.1 Hasil Penelitian…………………………………………………. 40
5.1.1 Satuan Lahan dan Sebaran Titik Sampel Daerah 40
penelitian………………………………………………..
5.1.2 Laju Erosi Metode USLE……………………… 43
5.1.2.1 Nilai Erosivitas hujan (R) di Kecamatan 43
Merdeka…………………………………………
5.1.2.2 Erodibilitas Tanah (K)…………………………. 44
5.1.2.3 Faktor Topografi (LS)…………………………. 47
5.1.2.4 Vegetasi Penutup (C)…………………………... 47
5.1.2.5 Praktek Konservasi Tanah (P)…………………. 49
5.1.2.6 Erosi USLE (R.K.LS.C.P)……………………… 51
5.1.3 Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka……………….. 51
5.1.4 Indeks Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka…………….. 52
5.1.6 Arahan Atau Prioritas Konservasi Tanah Kecamatan 55
Merdeka…………………………………………………
5.2 Pembahasan……………………………………………………... 55
5.2.1 Laju Erosi Kecamatan Merdeka………………... 60
5.2.2 Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka……………….. 63
5.2.3 Indeks Bahaya Erosi (IBE) Kecamatan Merdeka………. 65
5.2.4 Sebaran Wilayah Arahan Konservasi Tanah Kecamatan 66
Merdeka…………………………………………………
5.2.4.1 Tingkat Bahaya Erosi Sedang…………………. 66
5.2.4.1 Tingkat Bahaya Erosi Tinggi………………….. 71
5.2.4.1 Tingkat Bahaya Erosi Sangat Tinggi………….. 72
VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 79
6.1 Kesimpulan……………………………………………………... 79
6.2 Saran…………………………………………………………….. 80
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 81
LAMPIRAN………………………………………………………………

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1. Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-Tanah di Indonesia……………. 16
2. Alat dan Bahan Penelitian…………………………………………………. 20
3. Harkat struktur tanah………………………………………………………. 24
4. Harkat Permeabilitas tanah......................................................................... 24
5. Skor Tanah Menurut Kepekaannya terhadap Erosi Arahan RLKT............. 24
6. Nilai Faktor LS…………………………………………………………….. 25
7. Skor Kemiringan Lereng Arahan RLKT..................................................... 25
8. Nilai Faktor Praktek Konservasi Tanah (P)……………………………..... 26
9. Nilai Faktor (C) untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman……………. 27
10. Kriteria Indeks Bahaya Erosi 29
11. Luas Desa-Desa Terhadap Kecamatan Merdeka...................................... 31
12. Luasan Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka……………………… 35
13. Luasan Kelerengan di Kecamatan Merdeka……………………………… 38
14. Satuan Lahan Kecamatan Merdeka………………………………………. 40
15. Curah hujan Kecamatan Merdeka………………………………………... 44
16. Indeks Erodibilitas Tanah Kecamatan Merdeka…………………………. 46
17. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Kecamatan Merdeka……. 48
18. Nilai Faktor Pengolahan Tanaman Kecamatan Merdeka………………… 49
19. Praktek Konservasi Tanah di Kecamatan Merdeka……………………… 50
20. Laju Bahaya Erosi Pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 52
Merdeka……………………………………………………………………….
21. Laju Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka……………………………. 53
22. Indeks Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka……………………………….. 54
23. Rekap Indeks Erosi Tanah di Berbagai Tipe Satuan lahan 57
24. Arahan Konservasi Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan lahan 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1 Kerangka Pemikiran……………………………………………………. 19
2 Peta Administratif Kecamatan Merdeka………………………………. 32
3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Merdeka…………………………. 34
4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Merdeka…………………………………. 36
5 Peta Kelas Kelerengan Kecamatan Merdeka…………………………. 39
6 Peta Satuan Lahan Penelitian………………………………………….. 41
7 Peta Sebaran Titik Sampel Kecamatan Merdeka……………………… 42
8 Peta Tingkat Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka……………………… 56
9 Peta Arahan Konservasi Tanah Kecamatan Merdeka…………………. 59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sumber daya alam merupakan bagian dari lingkungan hidup yang sangat

penting keberadaannya bagi manusia, karena manusia tidak dapat hidup dan

melangsungkan perikehidupannya jika tidak ada hal tersebut. Manusia sangat

membutuhkan sumberdaya alam sebagai sumber pokok kehidupannya, baik

sebagai sumber bahan pangan dan papan, penunjang ekonomi, rekreasi,

pendidikan maupun sebagai tempat tinggal manusia itu sendiri.

Salah satu sumber daya alam utama yang ada di bumi adalah tanah. Tanah

adalah suatu ruang daratan dan merupakan bagian dari lahan yang mempunyai

banyak fungsi bagi kehidupan (Makhrawie, 2012). Namun perlu diketahui bahwa

tanah sendiri merupakan sumber daya alam yang mudah mengalami kerusakan

atau degradasi.

Kerusakan tanah dapat terjadi oleh (1) kehilangan unsur hara dan bahan

organik di daerah perakaran, (2) terakumulasinya garam di daerah perakaran

(salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan

racun bagi tumbuhan, (3) penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan (4) erosi.

Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya

kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan atau menghasilkan

barang atau jasa (Arsyad, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa tanah merupakan

benda yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap kerusakan.

Salah satu jenis kerusakan tanah adalah erosi. Menurut Yudhistira (2011),

erosi merupakan salah satu petunjuk bahwa suatu lahan tersebut mengalami

kerusakan. Selanjutnya menurut Anwar (2009), erosi adalah proses terkikisnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media alami yang

berupa air.

Erosi merupakan indikator adanya kesenjangan pada pemanfaatan atau

penggunaan lahan di suatu wilayah. Namun perlu di diketahui juga bahwasannya

erosi juga dapat terjadi secara alami, yang dimaksudkan disini adalah erosi yang

diakibatkan oleh aktivitas manusia yang memanfatkan lahan untuk berbagai

keperluan seperti penggunaan lahan untuk pertanian, permukiman dan sebagainya.

Erosi seperti digambarkan diatas adalah suatu peristiwa alam yang

berhubungan langsung dengan tanah atau lahan. Tanah atau lahan sendiri

memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya di

masing-masing wilayah di permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh proses alam

yang terjadi dibumi baik bersumber dari tenaga dari dalam bumi (endogen)

maupun yang dari luar bumi (eksogen). Oleh karena itu masing-masing tanah

antara yang satu dan yang lainnya memerlukan perlakukaan yang berbeda-beda

sesuai dengan karakteristiknya demikian pula halnya tanah atau lahan yang ada di

Kecamatan Merdeka.

Kecamatan Merdeka adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Karo,

Sumatera Utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 - 1.800

meter dpl. Luas wilayah Kecamatan Merdeka 2,08 persen dari total luas

Kabupaten Karo yaitu 2.127, 25 km2, terdiri dari 9 Desa. Kecamatan Merdeka

sendiri memiliki luas wilayah 44,17 Km2 (BPS Kabupaten Karo, 2016).

Penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka sangat bergam mulai dari

permukiman, hutan, semak belukar, pertanian dan lain sebagainya. Namun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

penggunaan lahan pertanian adalah yang paling dominan di Kecamatan ini dengan

berbagai jenis tanaman pertanian.

Perkembangan atau pertumbuhan masyarakat yang cukup tinggi di

wilayah ini mengakibatkan sebagian besar lahan telah dimanfaatkan oleh

masyarakat setempat baik untuk pemukiman maupun untuk lahan pertanian. Areal

pertanian di Kecamatan ini di dominasi dengan jenis taman sayuran dan buah-

buahan serta palawija. Tanaman-tanaman tersebut ditanami diatas permukaan

tanah yang memiliki topografi yang relatif datar, bergelombang dan tidak sedikit

yang berbukit dan curam.

Tentu pola penanaman seperti ini akan menimbulkan dampak yang serius

bagi tanah itu sendiri. karena semakin curam lahan akan semakin tinggi tingkat

erosinya. Apalagi mengingat penggunaan lahan di Kecamatan ini adalah lahan

pertanian dengan jenis tanaman yang dominan yaitu sayuran yang jika ditanam di

lahan yang miring akan memiliki potensi erosi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan jenis tanaman lain.

Kondisi ini diperparah dengan sedikitnya tindakan pencegahan erosi oleh

petani setempat yaitu baik dengan cara konservasi mekanik maupun vegetatif.

Seyogianya tanah yang bertopografi miring sangat di wajibkan untuk melakukan

tindakan konservasi agar tanah tersebut dapat terhindar dari erosi dan setidaknya

akan mengurangi resiko erosi pada lahan tersebut.

Dengan kondisi lahan pertanian yang demikian maka sangat diperlukanlah

tindakan konservasi sumber daya lahan yang mengupayakan agar lahan tersebut

dapat dimanfaatkan secara bijaksana dan berkelanjutan eksistensinya. Menurut

UU No. 32 tahun 2009 menyebutkan konservasi sumber daya alam adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana

serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas nilai serta keanekaragamannya.

Salah satu jenis konservasi sumber daya alam adalah konservasi tanah.

Menurut Rachman (2012), konservasi tanah sangat diperlukan untuk menjawab

tantangan pengembangan lahan ke depannya karena kerusakan yang telah

terjadi, sehingga dituntut adanya pengolahan ruang yang lebih bijaksana. Bahkan

konservasi tanah memiliki peran yang sangat penting dalam prospek

pengembangan lahan untuk mengatasi masalah kerusakan lahan, yang harapannya

dikemudian adanya pengelolaan lahan yang lebih baik (Zahro, 2011). Sehingga

pada akhirnya akan tercipta suatu pembangunan yang berkelanjutan. Menurut UU

No. 32 tahun 2009 pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana

yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi

pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,

kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa

depan.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan maslaah dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah besaran bahaya erosi di Kecamatan Merdeka?

2. Bagaimana besaran erosi terbolehkan di Kecamatan Merdeka?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

3. Bagaimana besaran dan sebaran Indeks Bahaya Erosi di Kecamatan

Merdeka?

4. Bagaimana Tingkat Bahaya Erosi di Kecamatan Merdeka?

5. Bagaimana arahan atau prioritas konservasi tanah di Kecamatan Merdeka?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis laju erosi di Kecamatan Merdeka

2. Untuk menganalisis erosi terbolehkan di Kecamatan Merdeka

3. Untuk menganalisis besaran dan sebaran Indeks/tingkat Bahaya Erosi di

Kecamatan Merdeka

4. Untuk mengindentifikasi arahan atau prioritas konservasi tanah di Kecamatan

Merdeka

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Karo dalam

perencanaan pembangunan, dalam hal ini perencanaan penggunaan lahan

secara khusus di Kecamatan Merdeka Kecamatan Merdeka.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk setempat dalam upaya

pemanfaatan atau pengelolaan lahan di Kecamatan Merdeka tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu
Ardiansyah, et al. (2013) mengemukakan bahwa erosi aktual tertinggi

terdapat pada jenis tanaman karet yaitu 374,298 ton/ha/thn dengan topografi

bergelombang, sedangkan yang terendah pada jenis tanaman coklat yaitu17,960

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

ton/ha/thn dengan topografi datar. Erosi yang masih dapat ditoleransikan yang

tertinggi terdapat pada jenis tanaman ubi kayu yaitu 28,250 ton/ha/thn,

sedangkan terendah pada jenis tanaman karet yaitu 23,750 ton/ha/thn. Tingkat

bahaya erosi tertinggi terdapat pada jenis tanaman karet yaitu 15,760

ton/ha/thn dengan topografi bergelombang termasuk dalam kriteria ringan,

sedangkan yang terendah terdapat pada jenis tanaman coklat yaitu 0,718

ton/ha/thn dengan topografi datar termasuk dalam kriteria sangat ringan.

Fitri (2011) menunjukkan hasil penelitiannya bahwa erosi terbesar terjadi

pada tutupan lahan tegalan sebesar 90,9 to/ha/thn diikuti pada kebun

campuran sebesar 50 ton/ha/thn dan terkecil pada kawasan hutan sebesar 0,7

ton/ha/thn. Penghasilan yang diperoleh pada teknik konservasi berupa teras

tradisional dan teras gulud diperoleh sebesar Rp. 22.925.000/ ha/thn serta Rp.

2.865.625/ha/thn.

Herawati (2010) mengatakan bahwa tingkat bahaya erosi di DAS Cisadane

meliputi kategori sangat ringan hingga sangat berat dengan persentase luas

lahan berturut-turut dari yang sangat ringan hingga sangat berat yaitu

55,85%; 15,74%; 6,33%; 0,81%; dan 0,30%. Lahan dengan tingkat bahaya erosi

sangat berat meliputi luas 316 ha dan tingkat kategori berat yaitu 851 ha.

Tamansari merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah dengan tingkat

bahaya erosi sangat berat dan terluas yaitu 87 ha. Beberapa Kecamatan

lain yang memiliki luas lahan dengan tingkat bahaya erosi berat adalah

Tenjolaya, Caringain, Cijeruk, dan Nanggung. Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai data dasar untuk membuat rencana pengeolaan DAS yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Rusnam, et al. (2013) melaporkan bahwa dari seluruh areal sub-DAS

Batang Kandis diketahui bahwa kriteria tingkat bahaya erosi sangat tinggi

adalah terdapat pada areal terkecil dengan luas 53,292 hektar , (0,97 %). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar sub-DAS Batang Kandis memiliki nilai erosi

yang masih bisa ditoleransi. Tingkat erosi terbesar di Sub-DAS Batang Kandis

terjadi pada satuan lahan KCB yaitu 1.368,246 ton/ha/tahun. Dari hasil

identifikasi berdasarkan arah rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, maka

diperoleh bahwa satuan lahan KCB dan KCL adalah prioritas utama sebagai

daerah yang memerlukan tindakan konservasi .

Wijayanti (2011) menyebutkan bahwa besarnya laju erosi dengan

tingkat erosi normal (<15 ton/ha/thn) yaitu sebesar 64,64% dari luas wilayah,

dan laju erosi berat sampai dengan sangat berat sebesar 9,498%.

Berdasarkan Tingkat Bahaya Erosi (TBE), kategori sedang sampai dengan

sangat berat memiliki luas 4.425,92 Ha (17,42%) sehingga membutuhkan

tindakan konservasi. Sebaran laju erosi maupun TBE sedang sampai sangat

berat berada di lereng atas Gunung Muria dan sebagian di Perbukitan

Patiayam. Semakin berat TBE maka semakin tinggi prioritas penanganannya.

Hasil sebelum dan sesudah rekomendasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan

erosi yang signifikan pada laju erosi sedang sampai sangat berat yaitu dari

258.493,20 ton/ha/tahun menjadi 10.486,58 ton/ha/tahun, atau berkurang

sebesar 248.006,62 ton/ha/tahun.

2.2. Teori Tentang Erosi


2.2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Erosi
Arsyad (2010) menjelaskan bahwa erosi merupakan hilang atau

terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Di daerah beriklim basah, erosi oleh aliran airlah yang penting, sedangkan erosi

oleh angin tidak berarti. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur

dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah

untuk menyerap dan menahan air.

Tanah yang tererosi mengalami kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika

tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, meningkatnya kepadatan

serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta

kemampuan tanah menahan air. Peristiwa ini mengakibatkan menurunnya

produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah (Arsyad, 2010).

Banyaknya unsur hara yang hilang oleh erosi bergantung pada besarnya

erosi dan unsur hara yang terkandung dalam bagian tanah yang tererosi. Secara

kasar banyaknya unsur hara yang hilang dari sebidang tanah yang tererosi

dihitung dengan mengalikan kandungan unsur hara tanah semula dengan besarnya

tanah tererosi (Arsyad, 2010).

Menurut bentuknya, erosi dibedakan atas erosi lembar, erosi alur, erosi

parit, erosi tebing sungai, longsor, dan erosi internal. Erosi yang terjadi pada

tanggul atau tepi saluran irigasi atau drainase dapat berupa salah satu bentuk

tersebut (Arsyad, 2010).

1) Erosi lembar
Erosi lembar adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari

suatu permukaan tanah. Kekuatan butir-butir hujan dan aliran permukaan yang

merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini (Arsyad, 2010).

2) Erosi Alur
Erosi alur (rill erosion) adalah pengangkutan tanah dari alur-alur tertentu

pada permukaan tanah, yang merupakan parit-parit kecil dan dangkal. Erosi alur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

terjadi karena air mengalir di permukaan tanah tidak merata, tetapi terkonsentrasi

pada alur tertentu, sehingga pengangkutan tanah terjadi pada tempat aliran

permukaan terkonsentrasi (Arsyad, 2010).

3) Erosi Parit
Erosi parit (gully erosion) merupakan erosi yang proses terjadinya sama

dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk sudah sedemikian besarnya, sehingga

tidak dapat lagi dihilangkan dengan pengelolaan tanah biasa. Erosi parit yang baru

terbentuk berukuran sekitar 40 cm lebarnya dengan kedalaman sekitar 30 cm.

Erosi parit yang sudah lanjut dapat mencapai 30 m dalamnya (Arsyad, 2010).

4) Erosi Tebing Sungai


Erosi tebing sungai (river bank erosion) terjadi sebagai akibat pengikisan

tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan

aliran sungai yang kuat pada belokan sungai (Arsyad, 2010).

5) Longsor
Longsor (landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau

pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar.

Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu

lapisan agak kedap air yang jenuh air (Arsyad, 2010).

2.2.2 Faktor-Faktor penyebab Erosi


1. Iklim
Di daerah iklim basah, Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah

hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan

dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta tingkat

kerusakan erosi yang terjadi (Arsyad, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal

tertentu. Oleh karena itu, besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam tinggi

kolom air (mm). besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan

atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim atau per tahun

(Arsyad, 2010).

2. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling

berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin

berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng (Arsyad, 2010).

a) Kemiringan lereng
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik

berjarak 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10%.

Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman lereng 45 derajat. Selain

memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curam lereng juga memperbesar

kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut

aliran permukaan. Selain itu, semakin miringnya lereng jumlah butir-butir tanah

yang terpercik ke bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan semakin banyak

(Arsyad, 2010).

b) Panjang Lereng
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal terjadinya aliran

permukaan sampai suatu titik di mana air masuk ke dalam saluran atau sungai,

atau di mana kemiringan lereng berubah sedemikian rupa, sehingga kecepatan

aliran permukaan berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul

di ujung lereng. Dengan demikian, lebih banyak air yang mengalir dan semakin

besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada di bagian atas lereng.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Akibatnya adalah tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar dari

pada di bagian atas (Arsyad, 2010).

c) Konfigurasi Lereng
Lereng permukaan tanah dapat berbentuk cembung atau cekung.

Pengamatan secara umum menunjukkan, bahwa erosi lembar lebih hebat pada

permukaan cembung dari pada di permukaan cekung. Sedangkan pada permukaan

cekung, cenderung terbentuk erosi alur atau erosi parit (Arsyad, 2010).

d) Keragaman Lereng
Lereng permukaan tanah tidak selalu seragam kemiringannya. Keadaan

kemiringan lereng yang sangat tidak seragam, artinya dimana lereng-lereng curam

diselingi dalam jarak pendek oleh lereng-lereng yang lebih datar, mungkin

mempunyai pengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Belum ada hasil

penelitian dalam hal ini yang diterbitkan, tetapi nampaknya aliran permukaan dan

erosi lebih besar pada lereng yang tidak seragam dari pada lereng yang seragam.

Suatu pengaruh tidak langsung adalah lereng yang sangat tidak seragam lebih sulit

untuk diusahakan bercocok tanam tanaman semusim dari pada lereng yang

seragam (Arsyad, 2010).

e) Arah Lereng
Di belahan bumi bagian utara, lereng yang menghadap ke arah selatan

mengalami erosi lebih besar dari pada yang menghadap ke utara. Hal ini

disebabkan tanah-tanah yang berlereng menghadap ke selatan sebagai akibat

pengaruh sinar matahari secara langsung dan lebih intensif, sehingga kandungan

bahan organiknya lebih rendah menyebabkan tanah lebih mudah terdispersi

(Arsyad, 2010).

3. Vegetasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer

dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau

rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap

erosi (Arsyad, 2010).

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi

dalam: (1) intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan

kekuatan perusak hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik

sisa-sisa tumbuhan yang jatuh di permukaan tanah, dan kegiatan-kegiatan biologi

yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap

stabilitas struktur porositas tanah, dan (4) transpirasi yang mengakibatkan

berkurangnya kandungan air tanah (Arsyad, 2010).

4. Tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-

beda. Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi

berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah

yang mempengaruhi erosi adalah: (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi

infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang

memengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan penghancuran

agregat tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad,

2010).

Kepekaan tanah terhadap erosi atau kepekaan erosi tanah yang

menunjukkan mudah tidaknya tanah mengalami erosi, ditentukan oleh berbagai

sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Arsyad, 2010).

5. Manusia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang

diusahakannya akan rusak dan menjadi tidak produktif atau menjadi baik dan

produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan

memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana

sehingga menjadi lebih baik dan memberikan pendapatan yang tinggi untuk

jangka waktu yang tidak terbatas, antara lain: (a) luas tanah pertanian yang

diusahakannya, (b) jenis dan orientasi usaha taninya, (c) status penguasaan tanah,

(d) tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi petani yang diusahakannya, (e)

perimbangan harga antara harga produk pertanian dan harga sarana produksi dan

kebutuhan petani, (f) sistem perpajakan, (g) sumber modal yang diperlukan

petani, (h) infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan petani, dan (i) untuk petani

kecil adalah keuntungan dalam waktu singkat yanag akan mereka terima (Arsyad,

2010).

2.2.3 Metode Prediksi Erosi


Secara ideal metode prediksi harus memenuhi persyaratan-persyaratan

yang nampaknya bertentangan, yaitu dengan diandalkan, secara universal dapat

digunakan, mudah digunakan dengan data yang minimum, komprehensif dalam

hal faktor-faktor yang digunakan, dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti

perubahan-perubahan tata guna tanah dan tindakan konservasi. Adapun beberapa

metode prediksi erosi sebagai berikut yaitu model parametrik, model revised

universal soil loss equation (RUSLE), model sedimen standford, model

deterministik, model creams. Namun yang dipakai dalam penelitian ini adalah

Model Universal Soil Loss Equation (USLE) (Arsyad, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi

rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu.

USLE juga bermanfaat untuk tanah tempat bangunan dan penggunaan non-

pertanian, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak

memperhitungkan hasil sedimen dari eros di parit, tebing sungai, dan dasar sungai

(Arsyad, 2010).

USLE dikembangkan di National Runoff and Soil Loss Data Centre yang

didirikan pada tahun 1954 oleh The Science and Education Administration

Amerika Serikat (dahulu namanya Agricultural Research Service) bekerja sama

dengan Universitas Purdue (Wischmeimer dan Smith,1978). Proyek-proyek

penelitian federal dan negara bagian menyumbangkan lebih dari 10.000 petak-

tahun data erosi dan aliran permukaan untuk analisis statistik (Arsyad, 2010).

2.2.4 Erosi Terbolehkan (T)


Erosi terbolehkan atau erosi yang masih dapat dibiarkan yang dinyatakan

dalam mm tahun-1 atau ton ha-1 merupakan erosi yang masih dapat dibiarkan atau

ditoleransi agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan

tanaman sehingga memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi (Arsyad,

2010).

Adapun Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan nilai T

tersebut adalah kedalaman tanah, ciri-ciri fisik dan sifat-sifat tanah lainnya, yang

mempengaruhi perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit,

penyusutan bahan organik, kehilangan unsur hara, dan masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh sedimen di lapangan (Arsyad, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Tabel 1. Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-Tanah di Indonesia


Nilai T
No Sifat Tanah dan Stratum
(mm/tahun)
1 Tanah sangat dangkal diatas batuan 0,0
2 Tanah sangat dangkal diatas bahan telah melapuk (tidak 0,4
terkonsolidasi)
3 Tanah dangkal diatas bahan telah melapuk 0,8
4 Tanah dengan kedalaman sedang diatas bahan telah melapuk 1,2
5 Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap air
diatas substrata yang telah melapuk 1,4
6 Tanah yang dalam dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas
lambat, diatas substrata telah melapuk 1,6
7 Tanah yang dalam dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas
sedang, diatas substrata telah melapuk 2,0
8 Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel,
diatas substrata 2,5
Sumber : Arsyad, (2010)

Keterangan :
Sangat dangkal : Kedalaman <25 cm
Dangkal : Kedalaman 5 – 50 cm
Sedang : Kedalaman 51 – 90 cm
Dalam : Kedalaman > 90 cm

2.2.5 Indeks Bahaya Erosi


Indeks bahaya erosi adalah perbandingan antara laju erosi dengan laju

erosi terbolehkan pada setiap unit lahan (Firdaus et al, 2016). Indeks bahaya erosi

digunakan untuk menganalisis perbandingan laju erosi dengan laju erosi

terbolehkan.

2.3. Teori Tentang Konservasi Tanah


Konservasi tanah merupakan upaya untuk meningkatkan, memelihara dan

mengelola tanah agar sesuai dengan fungsinya. Konservasi yang dilakukan guna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

menurunkan laju erosi dan meningkatkan produktivitas lahan (Meylina et al,

2015). Menurut Kartasaputra, (2005), metode konservasi tanah dapat dibagi

menjadi tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan

(3) metode kimia. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan

dan sisa – sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi

jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Adapun konservasi tanah

terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: (1) metode vegetatif; (2) Metode Mekanik;

(3) Metode Kimiawi.

2.3.1 Metode vegetatif


Metode ini diperuntukan untuk keperluan konsumsi, dapat diwujudkan

dalam beberapa bentuk tindakan, diantaranya adalah : (1) penanaman tumbuhan

yang menutupi tanah secara terus – menerus, (2) penanaman dalam strip (strip

cropping), (3) pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman

penutup tanah (conservation rotation), (4) sistem pertanian hutan (agroforestry),

(5) pemanfaatan sisa – sisa tanaman atau tumbuhan (residu management)

(Kartasaputra, 2005)

2.3.2 Metode mekanik


Konservasi secara mekanik bertujuan untuk memperkecil laju limpasan

permukaan sehingga daya rusak tanahnya kecil dengan cara mengalirkan limpasan

permukaan melalui bangunan dan saluran yang telah disiapkan Rahman (2013).

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik atau mekanis yang diberikan

terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan

erosi, dan meningkatakan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam

konservasi tanah berfungsi (a) memperlambat aliran permukaan, (b) menampung

dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, (c)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

memperbaiki atau memperbesar inflitrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki

aerasi tanah, dan (d) penyediaan air bagi tanaman. Bentuk-bentuk konservasi

metode mekanik diantaranya adalah : (1) pengelolaan tanaman (tillage), (2)

pengolahan tanah menurut kontur (contour cultivation), (3) guludan dan guludan

bersaluran menurut kontur, (4) teras, (5) DAM penghambat (check dam), waduk

(balong), (farm ponds), rorak, tanggul dan (6) perbaikan drainase dan irigasi

(Kartasaputra, 2005).

2.3.3 Metode kimia


Metode kimiawi dilakukan dengan penggunaan preparat kimia sistem dan

alami. Metode ini jarang diterapakan karena mahal serta kurang efisien

untuk daerah yang luas. Cara kerjanya adalah dengan suntikan atau injeksi pada

sebidang tanah. Di antara beberapa macam bahan yang dipergunakan adalah

campuran dimethyl dichlorosilane dan methyl trichlorasilane yang dikenal dengan

MCS. Bahan kimia ini merupakan cairan yang mudah menguap dimana gas yang

terbentuk bercampur dengan air tanah. Senyawa yang terbentuk menyebabkan

agregat tanah menjadi stabil (Kartasaputra, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2.4. Kerangka Berpikir


Lahan Kecamatan Merdeka
Gambar 1. Kerangka Berpikir

Peta Tutupan Peta Jenis Tanah Peta Kemiringan


Lahan Lereng

Peta Satuan Lahan

Faktor-Faktor terjadinya
Erosi

Arahan Konservasi
Tanah (Peta Aarahan Laju erosi Erosi
Konservasi Tanah (metode USLE) Terbolehkan

Indeks Bahaya Erosi


(Peta Tingkat Bahaya
Erosi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2016 di Kecamatan

Merdeka Kabupaten Karo. Secara astronomis Kecamatan Merdeka terletak

diantara 3° 14´25´´ LU – 3° 11´55´´ LU dan 98°27´00´´ BT – 98°31´35´´

BT. Adapun Kecamatan Merdeka memiliki batas administratif sebagai berikut,

yaitu:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Berastagi

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Naman Teran

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dipakai dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan Bahan Penelitian
No Alat/ Nama Pengukuran Sumber
Bahan Alat/Bahan
1 Alat GPS Titik sampel -
Kamera Area penelitian -
Ring Sampel Sampel tanah -
Cangkul Sampel tanah -
Parang Sampel tanah -
Plastik Sampel tanah -
Alat tulis Pencatatan sampel tanah -
2 Bahan Citra DEM Data olahan Peta USGS.
Kemiringan Lereng Government
Peta Tutupan Overlay peta BPN Kab. Karo;
Lahan BAPPEDA
Karo
Peta Peta Tanah Overlay peta BPN Kab. Karo;
BAPPEDA
Karo
Data Curah Nilai Erosivitas BMKG Sampali
Hujan
Sumber : Hasil Analisis Penulis, (2016)
3.3 Prosedur Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

3.3.1 Pembuatan Unit Lahan


Pembuatan unit lahan pada penilitian ini dimaksudkan untuk menetapkan

jumlah sampel penelitian. Adapun cara untuk melihat jumlah satuan lahan yang

ada di Kecamatan Merdeka adalah dengan metode tumpang susun. Metode

tumpang susun menggambarkan antara dua atau lebih data grafis untuk dapat

diperoleh data yang baru yang memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan)

gabungan dari beberapa data grafis tersebut. Software yang digunakan dalam

pemetaan tersebut adalah Arc.GIS 10.1. Adapun peta yang akan ditupang

susunkan adalah peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan peta jenis

tanah dari Kecamatan Merdeka, sehingga diperoleh peta satuan lahan yang

diperlukan untuk pengambilan sampel.

Adapun peta yang akan ditupang susunkan adalah peta penggunaan lahan,

peta kemiringan lereng, dan peta jenis tanah Kecamatan Merdeka, sehingga

didapatlah peta satuan lahan yang diperlukan untuk pengambilan sampel. Dalam

pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling (sampel bertujuan)

yaitu dengan mengambil sampel pada titik-titik pengamatan dari setiap satuan

lahan (Ariyanto, 2008).

3.3.2 Pengumpulan Data Lapangan


Kegiatan pengumpulan data lapangan dilakukan dengan mengumpulkan

data tentang gambaran umum erosi dan konservasi lahan baik faktor erodibilitas

tanah, faktor konservasi lahan, faktor penutup vegetasi, di Kecamatan Merdeka

yang telah ditetapkan sebagai sampel dengan mengamati secara langsung ke

lokasi penelitian.

3.3.3 Analisis Data Curah Hujan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Adapun kegiatan ini dilakukan dengan menganalisis beberapa kategori data

curah hujan seperti data curah hujan harian, data hari hujan dan data curah hujan

maksimum. Ke 3 (tiga) data ini akan diidentifikasi dan dianalisis untuk melihat

besaran nilai erosivitas di Kecamatan Merdeka.

3.3.4 Analisis Data Tanah


Analisis data tanah ini dilakukan di laboratorium Teknologi USU. Data tanah

yang telah didapat di lapangan dianalisis di Laboratorium seperti bulk density/

kerapatan masa tanah, tekstur tanah, c-organik tanah, dan permeabilitas tanah.

3.3.5 Analisis Peta


Analisis peta dilakukan untuk melihat sebaran dan kondisi geografis wilayah

penelitian. Adapun peta yang akan dianalisis yaitu: (1) Peta kemiringan lereng; (2)

Peta tanah; (3) Peta penggunaan lahan (4) Peta Satuan lahan (5) Peta Indeks

bahaya erosi (6) Peta tingkat Bahaya Erosi (7) Peta Arahan Konservasi Tanah.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam teknis analisis data pada penelitian ini menggunakan metode USLE

yaitu salah satu metode pendugaan erosi.

3.4.1 Laju erosi


Laju erosi dapat diketahui dengan menggunakan metode USLE. USLE

adalah model pendugaan erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith

(1978) untuk memprediksi erosi di suatu tempat atau lahan. Adapun metode atau

formula Universal Soil Loss Equation (USLE) di modelkan dengan Persamaan 1.

A = R.K.LS.C.P………………………………………………………. (1)

Masing-masing faktor tersebut akan ditentukan nilainya dengan

mempergunakan persamaan-persamaan seperti dibawah ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)


Faktor erosivitas merupakan kemampuan hujan dalam menimbulkan erosi

pada suatu lahan (Sutrisno et al, 2013). Data curah hujan dari stasiun pengamatan

hujan lokasi penelitian, selama 30 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan

untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) melalui Persamaan 2 (Bols, 1978).

El30 = 6,119 (CH) 1,21 x (HH) -0,47 x (P.Max) 0,53 ………… (2)

Dimana :
CH = rata-rata curah hujan bulanan (cm)
HH = jumlah hari hujan per bulan (hari)
P.Max = curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang
bersangkutan (cm)

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)


Faktor erodibilitas merupakan faktor kepekan tanah terhadap erosi

atau mudah tidaknya tanah tererosi (Sutrisno, 2016). Faktor erodibilitas tanah

(K) atau Faktor kepekaan erosi tanah dihitung dengan Persamaan 3

(Wischmeter dan Smith, 1978).

.............. (3)

Dimana :
K = Faktor erodibilitas tanah
M = Ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus)
(100 - % liat) jika data yang tersedia hanya data % debu,
% pasir, dan % liat, maka % liat sangat halus diperoleh
dari 20% dari % pasir
a = bahan organik tanah ( % C x 1,724)
b = Harkat struktur tanah (Tabel 3)
c = Harkat permeabilitas profil tanah (Tabel 4)

Tabel 3. Harkat struktur tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

No Kelas struktur tanah Harkat


1 Granular sangat halus 1
2 Granular halus 2
3 Granular sedang sampai kasar 3
4 Gumpal, lempeng, pejal 4

Sumber : Arsyad, (2010)


Tabel 4. Harkat Permeabilitas tanah
Kode Kriteria (cm/jam) Klasifikasi Nilai
P1 < 0,5 Lambat 1
P2 0,5 – 2,0 Agak lambat 2
P3 2,0 – 6,25 Sedang 3
P4 6,25 – 12,5 Agak cepat 4
P5 >12,5 Cepat 5
Sumber: Arsyad, (2010)
Tabel 5. Skor Tanah Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi Arahan RLKT
Kemiringan Lereng Nilai
Skor
Kelas 1 : Alluvial, planosol, hidromorf kelabu, laterik (tidak peka) 15
Kelas 2 : Latosol (agak peka) 30
Kelas 3 : Tanah hutan cokelat, tanah mediteran (kepekaan sedang) 45
Kelas 4 : Andosol, laterik, grumusol, pedsol, pedsolik (peka) 60
Kelas 5 : Regosol, latosol, organosol, renzina (sangat peka) 75
Sumber : Asdak, (2004)
c. Faktor Topografi (LS)
Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan

lereng. Persamaan yang dibuat oleh Christian dan Stewart dapat digunakan untuk

menghitung nilai LS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Faktor LS


No Kemiringan Lereng Nilai LS
1 0-8 0,25
2 8-15 1,20
3 15-25 4,25
4 25-45 9,50
5 >45 12,00
Sumber : Christian dan Stewart dalam Suriadikusumah, (2011)
Tabel 7. Skor Kemiringan Lereng Arahan RLKT
Kemiringan Lereng Nilai Skor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Kelas 1 : 0-8% (datar) 20


Kelas 2 : 8-15% (landai) 40
Kelas 3 : 15-25% (agak curam) 60
Kelas 4 : 25-45% (curam) 80
Kelas 5 : >45% (sangat curam) 100
Sumber : Asdak, (2004)

d. Faktor Penutup Vegetasi (C)


Faktor penutup vegetasi (C) merupakan perbandingan besarnya erosi pada

lahan yang tidak dilakukan pengelolaan dengan lahan yang ditanam dengan

pengelolaan tertentu (Sutapa, 2012). Faktor vegetasi penutup ini dapat dihitung

dengan melihat indeks nilai faktor erosi dari tiap jenis lahan berdasarkan peta

penggunaan lahan yang telah tersedia. Untuk melihat nilai faktor (C) untuk

berbagai tipe pengelolaan tanaman dapat dilihat pada Tabel 9.

e. Faktor Pengendali/Konservasi Lahan (P)


Teknik konservasi tanah (P) merupakan perbandingan antara hilang atau

tererosinya tanah dengan praktek pengelolaan tanah seperti teras, guludan dan lain

sebagainya dengan tanah yang tanpa konservasi (Mey, 2010). Faktor pengelolaan

tanah dan penutup tanah (P) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi

berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian

tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan

ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransi dan tingkat bahaya

erosi. Untuk nilai faktor erosi berdasarkan praktek konservasi dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Faktor Praktek Konservasi Tanah (P)


No Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

1 Teras bangku
a. Konstruksi baik 0,04
b. Konstruksi sedang 0,15
c. Konstruksi kurang baik 0,35
d. Teras traditional 0,40
2 Strip tanaman rumput Bahia 0,40
3 Pengolahan tanah dan penanaman menurut
garis kontur
a. Kemiringan 0-8% 0,50
b. Kemiringan 9-20% 0,75
c. Kemiringan >20% 0,90
4 Tanpa tindakan konservasi 1,00
Sumber: Arsyad, (2010)

Tabel 9. Nilai Faktor (C) untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman


No. Macam Penggunaan Nilai Faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

1 Tanah Terbuka 1,0


2 Sawah 0,01
3 Tegalan tidak dispesifikasi 0,7
4 Ubi kayu 0,8
5 Jagung 0,7
6 Kedelai 0,399
7 Kentang 0,4
8 Kacang Tanah 0,2
9 Padi 0,561
10 Tebu 0,2
11 Akar wangi 0,4
12 Rumput Bude (tahun pertama) 0,287
13 Rumput Bude (tahun kedua) 0,002
14 Kopi dengan penutupan lahan buruk 0,2
15 Talas 0,85
16 Kebun Campuran 0,2
17 Perladangan 0,4
18 Hutan Alam : Serasah Banyak 0,001
Serasah Kurang 0,005
19 Hutan produksi : Tebang Habis 0,5
Tebang Pilih 0,2
20 Semak belukar 0,3
21 Ubi kayu + kedelai 0,181
22 Ubi kayu + kacang tanah 0,0195
23 Padi – sorghum 0,345
24 Padi – kedelai 0,417
25 Kacang tanah + gude 0,495
26 Kacang tanah + kacang tunggak 0,571
27 Kacang tanah +mulsa jerami 4 ton/ha 0,049
28 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
29 Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha 0,128
30 Kacang tanah + mulsa crotalaria 0,136
31 Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259
32 Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha 0,377
33 Padi + mulsa crotalaria 3 ton/ha 0,387
34 Pola tanaman tumpang gilir + mulsa jerami 0,079
35 Pola tanaman berurutan + mulsa sisa tanaman 0,367
36 Alang-alang murni subur 0,001
37 Kebun sawit 0,5
38 Kebun karet 0,75
39 Pemukiman 0,2
40 Belukar muda dan karet 0,02
41 Belukar muda dan kebun campur 0,01
42 Belukar rawa 0,02
43 Belukar tua 0,01
44 Hutan 0,0006
Sumber : Arsyad, (2010)

3.4.2 Laju Erosi yang masih dapat Ditoleransi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Dalam menghitung laju erosi yang amsih dapat ditoleransi diperoleh dari

umur guna tanah, kedalaman efektif tanah, faktor kedalaman tanah (jenis tanah)

dan kerapatan massa tanah (Butar, 2013). Untuk menghitung nlai erosi yang

masih dapat ditoleransi dipergunakan rumus Hammer (1981), pada persamaan 4.

…………………………………… (4)

Catatan : mm x Berat isi x Ton ha-1 tahun-1


Dimana :
T = laju erosi yang dapat ditoleransi (mm/ha.tahun)
de = Kedalaman efektif tanah (cm)
fd = Faktor kedalaman tanah = 1
W = Resource Life/Umur guna tanah = 400 tahun (tahun)
BD = Bulk density (kerapatan massa) (gr/cm3)

3.4.3 Indeks Bahaya Erosi


Indeks bahaya erosi merupakan indikator melihat besarnya erosi di suatu

lahan dan pengaruhnya terhadap tingkat kelestarian produktivitas tanah (Ariyanto,

2008). Indeks bahaya erosi dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan 5

dan kriteria tingkat bahaya erosi dapat dilihat pada Tabel 10.

………………………………………………………………... (5)

Dimana :
IBE = Indeks bahaya erosi
A = Laju erosi = R.K.LS.C.P (ton/ha/thn)
T = Erosi terbolehkan (ton/ha/thn)

Tabel 10. Kriteria Indeks Bahaya Erosi


Nilai Kriteria/ Rating IBE
< 1,0 Rendah
1,01 – 4,0 Sedang
4,01 – 10,0 Tinggi
➢ 10,01 Sangat Tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Sumber : Hammer, (1981)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN


4.1 Sejarah
Kecamatan Merdeka merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Karo.

Kecamatan Merdeka terbentuk atas PERDA No. 04 tahun 2005 dimana

Kecamatan Simpang Empat dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kecamatan antara lain

Kecamatan Simpang Empat (Kecamatan Induk), Kecamatan Namanteran (hasil

pemekaran), dan Kecamatan Merdeka (hasil pemekaran). Kecamatan Merdeka

diresmikan pada tanggal 29 Desember 2007.

Kecamatan Merdeka memiliki batas administratif sebagai berikut anatara

lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Berastagi

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Naman Teran

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

4.2 Keadaan Fisik


4.2.1 Letak Dan Luas
Kecamatan Merdeka adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Karo,

Sumatera Utara yang merupakan dataran tinggi berada pada ketinggian 1.200 -

1.800 meter dpl. Luas wilayah Kecamatan Merdeka yaitu 44,17 km2 (2,08 %) dari

luas total Kabupaten Karo yaitu 2.127, 25 km2. Kecamatan Merdeka yang terbagi

menjadi 9 (Sembilan) Desa antara lain dapat dilihat pada Tabel 11 (BPS

Kabupaten Karo, 2016).

Tabel 11. Luas Desa-Desa Terhadap Kecamatan Merdeka


Rasio Terhadap Total
No. Desa/Kelurahan Luas (Km2) Luas Kecamatan ( % )
1.Deram 3,93 8,90
2.Ujung Teran 6,42 14,53
3.Cinta Rayat 5,90 13,36
4.Sada Perarih 4,53 10,26
5.Semangat 2,87 6,50
6.Merdeka 3,87 8,76
7.Gongsol 2,80 6,34
8.Jaranguda 5,46 12,36
9.Semangat Gunung 8,39 18,99
Jumlah 44,17 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karo, (2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Gambar 2. Peta Administratif Kecamatan Merdeka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

4.2.2 Iklim
Iklim di suatu daerah dengan daerah lain di bumi ini berbeda-beda. Hal ini

dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian tempat dan kondisi geografis lainnya.

Iklim banyak mempengaruhi berbagai kondisi di suatu daerah mulai dari

penggunaan lahan sampai pada aktivitas sosial ekonomi penduduk dan lain

sebagainya.

Berdasarkan iklim menurut Koppen menyatakan bahwa Desa Merdeka ini

termasuk kedalam iklim Af yaitu iklim hutan hujan tropis. Kecamatan Merdeka

sendiri berada di dataran tinggi Karo dengan ketinggian berkisar 1.400 meter dpl

dengan temperatur udara berkisar antara 16º C sampai 17º C. Oleh sebab itu

Kecamatan ini memiliki udara yang sejuk (Kantor Kecamatan Merdeka, 2016).

4.2.3 Penggunaan lahan


Secara umum lahan yang ada di Indonesia terkhusus di wilayah pedesaan

didominasi oleh lahan pertanian. Demikian pula halnya dengan Kecamatan

Merdeka. Kecamatan ini didominasi dengan penggunaan lahan pertanian dalam

hal ini tegalan. Jenis tanah di Kecamatan ini adalah Inseptisol yang menjadikan

wilayah ini sangat subur sehingga di manfaatkan sebagai kawasan pertanian.

Kawasan pertanian ini di dominasi oleh tegalan seperti perkebunan jeruk,

perladangan tanaman palawija dan sayuran. Penggunaan lahan lainnya yaitu non

pertanian juga cukup luas seperti hutan sekunder, semak belukar dan permukiman.

Untuk melihat sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka ini, dapat dilihat

pada Gambar 3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan kecamatan Merdeka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Tabel 12. Luasan Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka


No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Hutan Sekunder 1118,38 34,61
2. Permukiman 133,64 4,13
3. Semak Belukar 131,91 4,08
4. Tegalan 1847,19 57,16
Jumlah 3.231,12 Ha 100,00
Sumber : Peta Tutupan Lahan Kecamatan Merdeka

Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) jenis penggunaan lahan

di Kecamatan Merdeka. Adapun jenis penggunaan lahan yang terluas yaitu

Tegalan dengan luas lahan 1.847,19 ha (57,16%) dari luas total Kecamatan

Merdeka. Penggunaan lahan Tegalan di Kecamatan merupakan kumpulan dari

berbagai jenis tanaman pertanian seperti kentang, jeruk, wortel, bunga kol, cabai,

brokoli dan lain sebagainya. Adapun penggunaan lahan yang tersempit terdapat

pada penggunaan lahan semak belukar dengan luas lahan 131,91 ha (4,08%) dari

total luas lahan Kecamatan Merdeka.

4.2.4 Jenis Tanah


Tanah merupakan unsur yang sangat penting dan esensial bagi kehidupan

manusia karena tanah banyak menyumbangkan manfaat bagi kelangsungan hidup

manusia. Tanah sebagai sebuah lahan digunakan manusia sebagai tempat

mendirikan tempat tinggal dan tempat melakukan berbagai aktivitas. Selain itu

tanah sering dimanfaatkan manusia untuk lahan pertanian dengan tujuan

memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Untuk melihat jenis tanah di Kecamatan

Merdeka dapat dilihat pada Gambar 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Gambar 4. Peta Jenis Tanah Kecamatan Merdeka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Merdeka adalah inseptisol dengan

luas 1.368,893 ha dan andosol dengan luas lahan mencapai 1.862,254 ha. Tanah

Inseptisol merupakan jenis tanah yang belum matang dengan perkembangan profil

yang lebih lamban dibandingkan tanah matang dan sifatnya masih menyerupai

bahan induknya. Tanah Inseptisol sering ditemui di daerah yang bertopografi

lembah sampai curam sehingga memiliki resiko bahaya erosi. Jenis tanah ini

berada pada kisaran 20-50 cm dibawah permukan tanah. Tanah inseptisol baik

digunakan untuk lahan pertanian (Hartono, 2016).

Tanah andosol sendiri merupakan jenis tanah yang terdapat di daerah

volkan yang dipengaruhi oleh abu volkan. Dalam hal ini wilayah Kecamatan

Merdeka di pengaruhi abu volkan gunung sinabung dan gunung sibayak. Tanah

ini terbentuk oleh campuran abu volkan dengan solum tanah yang relatif tebal

serta dengan bahan organik yang sangat tinggi sehingga tanah ini sangat baik jika

digunakan untuk pertanian.

4.2.5 Bentuk Lahan dan Kelerengan


Permukaan bumi di setiap tempat tidak ada yang sama persis, ada yang

berbentuk dataran tinggi, dataran rendah maupun daerah pesisir. Ada pula yang

bertopografi dataran, berbukit-bukit bahkan sampai yang betopografi curam

seperti pegunungan. Menurut Naryanto (2013), permukaan bumi terjadi seperti

saat ini merupakan hasil proses geologi, geomorfologis, dan struktur geologis

pada material batuan. Untuk melihat sebaran kelerengan di Kecamatan Merdeka

dapat dilihat pada Gambar 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Tabel 13. Luasan Kelerengan di Kecamatan Merdeka


No Klasifikasi Kelerengan Luas (Ha) Persentase (%)
1. 0-8% 780,89 24,17
2. 8-15% 963,12 29,81
3. 15-25% 627,41 19,42
4. 25-45% 438,51 13,57
5. ➢ 45% 421,17 13,03
Jumlah 3.231,12 Ha 100,00
Sumber : Hasil Analisis, (2016)
Tabel 13 menunjukkan bahwa kelas kelerengan yang dominan di

Kecamatan ini adalah 8-15% dengan luas lahan yaitu 963,12 (29,81%) dari total

luas kelerengan di Kecamatan Merdeka. Sedangkan kelas kelerengan yang paling

kecil terdapat pada kelerengan > 45% dengan luas lahan 421,17 (13,03%).

Selain itu perlu diketahui bahwa Merdeka merupakan Kecamatan yang

terletak di dataran tinggi karo dengan kemiringan lereng dan bentuk lahan yang

sangat bervariasi seperti terlihat pada gambar dan Tabel 13. Kecamatan Merdeka

sendiri di dominasi dengan topografi berbukit sampai pegunungan dengan

kemiringan lereng yang bervariasi mulai dari dataran, bergelombang, berbukit dan

sampai pegunungan dengan kemiringan lereng yang juga bervariasi bahkan ada

yang mencapai lebih dari 45%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Gambar 5. Peta Kelerengan Kecamatan Merdeka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Satuan Lahan dan Sebaran Titik Sampel Daerah penelitian
Satuan lahan merupakan unit terkecil pada sebuah bentang lahan. Satuan

lahan disusun dari 3 (tiga) jenis peta tematik yaitu peta jenis tanah, peta tutupan

lahan dan peta kemiringan lereng. Kecamatan Merdeka memiliki satuan lahan

sebanyak 20 (dua puluh) satuan lahan. Dua puluh satuan lahan tersebut dijadikan

sebagai sampel penelitian yang diperkirakan telah mewakili setiap satuan lahan

yang ada di Kecamatan Merdeka. Satuan lahan dan sebaran titik sampel di

Kecamatan Merdeka dapat dilihat pada Gambar 6 dan Tabel 14.

Tabel 14. Satuan Lahan Kecamatan Merdeka


No Jenis Kemiringan Penggunaan Satuan Luas
Tanah Lereng Lahan Lahan (Ha) (%)
1 Andsol 0-8 Permukiman AIKk 51,01 1,57
2 Inseptisol 0-8 Hutan Sekunder IIHz 115,36 3,57
3 Inseptisol 0-8 Semak Belukar IIBl 9,24 0,29
4 Andsol 0-8 Tegalan AIUs 605,27 18,73
5 Inseptisol 8-15 Permukiman IIIKk 49,93 1,55
6 Inseptisol 8-15 Hutan Sekunder IIIHz 216,46 6,70
7 Inseptisol 8-15 Semak Belukar IIIBl 23,07 0,71
8 Andsol 8-15 Tegalan AIIUs 673,65 20,85
9 Andsol 15-25 Permukiman AIIIKk 24,60 0,76
10 Inseptisol 15-25 Hutan Sekunder IIIIHz 246,69 7,63
11 Inseptisol 15-25 Semak Belukar IIIIBl 31,89 0,99
12 Andsol 15-25 Tegalan AIIIUs 324,21 10,03
13 Andsol 25-45 Permukiman AIVKk 3,04 0,09
14 Inseptisol 25-45 Hutan Sekunder IIVHz 210,43 6,51
15 Inseptisol 25-45 Semak Belukar IIVBl 35,61 1,10
16 Andsol 25-45 Tegalan AIVUs 189,41 5,86
17 Inseptisol >45 Permukiman IVKk 5,04 0,16
18 Inseptisol >45 Hutan Sekunder IVHz 329,40 10,19
19 Inseptisol >45 Semak Belukar IVBl 32,08 0,99
20 Andsol >45 Tegalan AVUs 54,64 1,69
Total 3.231,12 100,00
Sumber: Hasil Analisis Penulis, (2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Gambar 6. Peta Satuan Lahan Kecamatan Merdeka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Gambar. 7 Peta Sebaran Titik Sampel Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

5.1.2 Laju Bahaya Erosi Metode USLE

Laju erosi di Kecamatan Merdeka diperoleh dengan mengukur parameter

laju erosi pada tiap satuan lahan di Kecamatan Merdeka. Adapun parameter yang

harus di ukur untuk memperoleh laju erosi antara lain yaitu : a) Faktor erosivitas

(R) atau curah hujan; b) Faktor erodibilitas tanah (K); c) Faktor panjang dan

kemiringan lereng (LS); Faktor vegetasi penutup (C); dan Faktor praktek

konservasi tanah (P). Adapun semua faktor tersebut dihitung dengan

menggunakan metode pendugaan erosi USLE (Universal Soil Loss Equeation)

yang dapat dilihat pada Persamaan 1. Parameter pendugaan erosi menurut USLE

adalah sebagai berikut:

5.1.2.1 Nilai Erosivitas hujan (R) di Kecamatan Merdeka

Data rata-rata curah hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan dan curah

hujan maksimum selama 24 jam untuk kurun waktu 10 tahun (2006-2015) di

dapat dari Stasiun Klimatologi Sampali. Untuk mengetahui indeks erosi

berdasarkan nilai erosivitas digunakan Persamaan 2. Indeks erosi berdasarkan

nilai erosivitas di Kecamatan Merdeka disajikan pada Tabel 15.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 15. Curah hujan Kecamatan Merdeka


CH maks.
Curah Hujan
HH Bulanan Selama 24 Nilai Erosivitas
Bulan Rata-rata
Rata-rata Jam/bln Hujan
(cm)
(Hari) (cm/thn) (R)(cm/thn)
Januari 11,19 10,5 3,82 76,549
Februari 9,32 7,5 2,56 58,014
Maret 28,49 12,3 6,68 295,87
April 18,73 16,5 5,33 137,443
Mei 11,23 13,4 4,30 72,979
Juni 12,91 9,5 2,60 77,832
Juli 8,73 7,5 2,60 54,068
Agustus 20,49 11,3 4,63 169,897
September 17,37 12,9 4,62 130,682
Oktober 22,36 14,1 6,12 197,652
November 28,39 15,6 7,11 271,800
Desember 19,31 11,8 3,96 142,823
Total 208,52 142,9 54,33 1.685,609

Tabel 15 menunjukkan nilai erosivitas hujan tahunan yaitu 1.685,609

cm/thn dengan distribusi nilai R bulanan tertinggi pada bulan maret yaitu

295,87cm/bln. Adapun nilai erosivitas terendah terjadi pada bulan Juli yaitu

sebesar 54,068 cm/bln.

5.1.2.2 Erodibilitas Tanah (K)


Nilai erodibilitas tanah di Kecamatan Merdeka diketahui dengan cara

pengukuran lapangan dalam hal ini mengambil sampel tanah untuk masing-

masing titik sampel yang mewakili untuk tiap satuan lahan dengan menggunakan

ring sampel dan ditambah dengan pengambilan sampel tanah sebanyak 0,5 kg

dalam kantongan plastik. Kemudian sampel tersebut diuji di laboratorium untuk

mengukur parameter fisik dan biologi tanah antara lain: tekstur tanah

(perbandingan kadar pasir, debu dan liat), permeabilitas tanah, bulk density (berat

jenis tanah), dan bahan organik tanah. Untuk melihat struktur tanah dilakukan

langsung di titik pengamatan pada tiap satuan lahan di Kecamatan Merdeka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Indeks erosi berdasarkan erodibilitas tanah dapat diketahui dengan

melakukan analisis data hasil laboratorium berupa tekstur tanah (perbandingan

kadar pasir, debu dan liat), permeabilitas tanah, bulk density (berat jenis tanah),

bahan organik dan struktur tanah dengan menggunakan Persamaan 3. Hasil dari

analisis laboratorium dan pengukuran lapangan tersebut disajikan pada Tabel 16.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Tabel. 16 Indeks Erodibilitas Tanah Kecamatan Merdeka


No Unit Lahan Pasir Debu Liat % Bahan Struktur Tanah Harkat Hasil Permeabilitas/ Nilai
Organik Struktur Pengukuran Harkat Erodibilitas
Tanah Permeabilitas (K)
1 IIKk 66 20 14 2,73 gumpal, lempeng, pejal 4 5,27 3 0,352
2 IIHz 72 18 10 1,09 gumpal, lempeng, pejal 4 1,70 2 0,383
3 IIBl 64 22 14 4,37 gumpal, lempeng, pejal 4 5,46 3 0,314
4 IIUs 72 22 6 3,10 granuler sangat halus 1 4,61 3 0,275
5 IIIIKk 80 14 6 4,01 granuler sedang sampai kasar 3 1,43 2 0,253
6 IIIHz 74 20 6 4,92 gumpal, lempeng, pejal 4 8,70 4 0,359
7 IIIBl 76 18 6 3,64 granuler sangat halus 1 5,65 3 0,234
8 IIIUs 64 30 6 3,28 granuler sangat halus 1 5,60 3 0,314
9 IIIIKk 68 22 6 0,91 gumpal, lempeng, pejal 4 1,20 2 0,434
10 IIIIHz 86 8 6 2,43 gumpal, lempeng, pejal 4 1,32 2 0,306
11 IIIIBl 86 8 6 4,01 granuler sangat halus 1 5,50 3 0,171
12 IIIIUs 86 8 6 4,74 granuler sangat halus 1 1,75 2 0,183
13 IIVKk 78 16 6 4,37 granuler sangat halus 1 1,43 2 0,200
14 IIVHz 80 12 8 11,22 gumpal, lempeng, pejal 4 5,43 3 0,105
15 IIVBl 82 10 8 2,73 gumpal, lempeng, pejal 4 6,12 3 0,299
16 IIVUs 75 19 6 3,31 granuler halus 2 6,12 3 0,292
17 IVKk 75 19 6 1,40 granuler sangat halus 1 1,55 2 0,282
18 IVHz 71 21 8 0,66 granuler sedang sampai kasar 3 1,20 2 0,390
19 IVBl 75 17 8 2,76 granuler sangat halus 1 5,26 3 0,245
20 IVUs 75 19 6 4,60 granuler sangat halus 1 8,51 4 0,239
Sumber : Hasil Analisis, 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai indeks erodibilitas tanah tertinggi

terdapat pada satuan lahan IIIKk dengan nilai 0,434, sedangkan indeks erodibilitas

tanah terendah terdapat pada satuan lahan IIVHz dengan nilai 0,105. Menurut

Arifin (2010), menyatakan bahwa semakin besar nilai indeks erodibilitas

menunjukkan bahwa semakin besar kepekaan atau kerentanan tanah tersebut

terhadap erosi.

5.1.2.3 Faktor Topografi (LS)


Faktor topografi merupakan faktor yang cukup signifikan pengaruhnya

terhadap kerentanan erosi. Untuk mengetahui kategori dan indeks panjang dan

kemiringan lereng (LS) dapat diketahui dengan mengidentifikasi Tabel 6. Dari

identifikasi Tabel 6 tersebut diketahui bahwa indeks panjang dan kemiringan

lereng (LS) Kecamatan Merdeka seperti terdapat pada Tabel 17.

5.1.2.4 Vegetasi Penutup (C)


Vegetasi penutup atau juga disebut tanaman penutup lahan merupakan

salah satu faktor erosi yang cukup berpengaruh pada kerentanan erosi pada suatu

lahan. Kecamatan Merdeka sendiri memiliki 4 (empat) penggunaan lahan yaitu:

tegalan, hutan sekunder, semak belukar, dan pemukiman yang dapat dilihat pada

Gambar 3. Untuk mengetahui indeks erosi berdasarkan nilai C (croping) atau

vegetasi penutup dilakukan pencocokan data jenis tanaman dengan nilai faktor C

pada Tabel 8. Adapun nilai faktor pengelolaan tanaman di Kecamatan Merdeka

dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 17. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Kecamatan Merdeka
No Unit Lahan Kemiringan Lereng Nilai LS
(%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

1 AIKk 0-8 0,25


2 IIHz 0-8 0,25
3 IIBl 0-8 0,25
4 AIUs 0-8 0,25
5 IIIKk 8-15 1.20
6 IIIHz 8-15 1,20
7 IIIBl 8-15 1,20
8 AIIUs 8-15 1,20
9 AIIIKk 15-25 4,25
10 IIIIHz 15-25 4,25
11 IIIIBl 15-25 4,25
12 AIIIUs 15-25 4,25
13 AIVKk 25-45 9,50
14 IIVHz 25-45 9,50
15 IIVBl 25-45 9,50
16 AIVUs 25-45 9,50
17 IVKk >45 12,00
18 IVHz >45 12,00
19 IVBl >45 12,00
20 AVUs >45 12,00
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Tabel 17 (tujuh belas) menunjukkan bahwa nilai LS terbesar terdapat pada

kemiringan lereng >45 dengan besar indeks 12,00. Sedangkan nilai LS terkecil

terdapat pada kemiringan lereng 0-8 % dengan indeks sebesar 0,25. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa jika semakin kecil kemiringan lereng maka

semakin kecil pula nilai LS (indeks erosi berdasarkan kemiringan dan panjang

lereng). Dan sebaliknya jika semakin besar kemiringan lereng maka semakin

besar pula nilai LS pada pada lereng tersebut.

Tabel 18. Nilai Faktor Pengolahan Tanaman Kecamatan Merdeka


No Unit Lahan Vegetasi penutup/Jenis Tanaman Nilai C
1 AIKk Permukiman 0,2
2 IIHz Hutan Sekunder (tebang pilih) 0,2
3 IIBl Semak Belukar 0,3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

4 AIUs Tegalan (Bunga Kol) 0,7


5 IIIKk Permukiman 0,2
6 IIIHz Hutan Sekunder (tebang pilih) 0,2
7 IIIBl Semak Belukar 0,3
8 AIIUs Tegalan (Jeruk) 0,7
9 AIIIKk Permukiman 0,2
10 IIIIHz Hutan Sekunder (tebang pilih) 0,2
11 IIIIBl Semak Belukar 0,3
12 AIIIUs Tegalan (jeruk, cabai, brokoli) 0,7
13 AIVKk Permukiman 0,2
14 IIVHz Hutan Sekunder (tebang pilih) 0,2
15 IIVBl Semak Belukar 0,3
16 AIVUs Tegalan (Kentang) 0,4
17 IVKk Permukiman 0,2
18 IVHz Hutan Sekunder (tebang pilih) 0,2
19 IVBl Semak Belukar 0,3
20 AVUs Tegalan/Kopi 0,2
Sumber : Hasil Observasi, (2016)
Tabel 18 (delapan belas) menunjukkan bahwa tegalan memiliki indeks

erosi tertinggi yaitu 0,7, sedangkan permukiman dan hutan sekunder memiliki

nilai C terendah yaitu 0,2.

5.1.2.5 Praktek Konservasi Tanah (P)


Praktek konservasi tanah merupakan salah satu faktor pendugaan erosi

yang memiliki peran cukup signifikaan dalam mempengaruhi besaran erosi.

Praktek konservasi sendiri secara sederhana diartikan sebagai perlakukan yang

dilakukan manusia terhadap suatu lahan untuk menjaga kelestarian lahan tersebut.

Untuk melihat praktek konservasi di Kecamatan Merdeka dapat dilihat pada Tabel

19.

Tabel 19. Praktek Konservasi Tanah di Kecamatan Merdeka


No Unit Lahan Praktek Konservasi Nilai P
1 AIKk Tanpa Teknik Konservasi 1,00
2 IIHz Tanpa Teknik Konservasi 1,00
3 IIBl Tanpa Teknik Konservasi 1,00
4 AIUs Pengolahan tanah dan penanaman 0,50
menurut garis kontur (0-8%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

5 IIIKk Teras Tradisional 0,40


6 IIIHz Tanpa Teknik Konservasi 1,00
7 IIIBl Tanpa Teknik Konservasi 1,00
8 AIIUs Pengolahan tanah dan penanaman 0,75
menurut garis kontur (9-20%)
9 AIIIKk Teras Tradisional 0,40
10 IIIIHz Tanpa Teknik Konservasi 1,00
11 IIIIBl Tanpa Teknik Konservasi 1,00
12 AIIIUs Strip Tanaman Rumput 0,40
13 AIVKk Teras Tradisional 0,40
14 IIVHz Tanpa Teknik Konservasi 1,00
15 IIVBl Tanpa Teknik Konservasi 1,00
16 AIVUs Pengolahan tanah dan penanaman 0,90
menurut garis kontur (>20%)
17 IVKk Teras Tradisional 0,40
18 IVHz Tanpa Teknik Konservasi 1,00
19 IVBl Tanpa Teknik Konservasi 1,00
20 AVUs Teras Tradisional 0,40
Sumber : Hasil Observasi, (2016)
Tabel 19 (sembilan belas) menunjukkan bahwa nilai P tertinggi terdapat

pada praktek konservasi tanpa tindakan konservasi yaitu sebesar 1,00, sedangkan

nilai faktor P terendah terdapat pada praktek konservasi strip tanaman rumput dan

teras tradisional yaitu sebesar 0,4. Jadi dapat juga dilihat pada Tabel 19 tersebut

bahwa jika lahan tersebut dilakukan praktek konservasi maka akan mengurangi

indeks erosi atau memperkecil kerentanan erosi. Sedangkan jika tidak dilakukan

atau dengan praktek konservasi yang buruk maka akan memperbesar indeks atau

kerentanan erosi.

5.1.2.6 Erosi USLE (R.K.LS.C.P)


Indeks erosi dari ke 5 (lima) faktor yang telah diuraikan sebelumnya akan

menjadi parameter untuk mengetahui laju erosi di Kecamatan Merdeka dengan

metode pendugaan USLE. Hasil perhitungan berbagai parameter indeks erosi

tersebut disajikan pada Tabel 20.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 20 menunjukkan bahwa total laju erosi di Kecamatan Merdeka ini

adalah 9.845,264 ton/ha/tahun. Laju erosi terendah terdapat pada penggunaan

lahan permukiman dengan satuan satuan lahan AIKk yaitu sebesar 29,667

sedangkan nilai laju erosi tertinggi terdapat pada penggunaan lahan tegalan

dengan satuan lahan AIVUs yaitu sebesar 1.683,317 ton/ha/tahun. Rata-rata laju

erosi pada Kecamatan Merdeka ini mencapai angka 492,263 ton/ha/tahun.

5.1.3 Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka


Adapun besar nilai erosi yang masih dapat ditoleransi dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor kedalaman tanah, solum tanah, kerapatan massa

tanah / bulk density serta umur guna tanah dapat dilihat pada Tabel 21. Untuk

mengetahui besarnya nilai erosi terbolehkan dalam tiap satuan lahannya

diperlukan data-data seperti data yang telah disebutkan diatas.

Tabel. 20. Laju Erosi Pada Berbagai Satuan Lahan Kecamatan Merdeka
No Unit Nilai Faktor-Faktor Erosi Laju Erosi Luas
Lahan R K LS C P (ton/ha/ (Ha) (%)
thn)
1 AIKk 1.685,609 0,352 0,25 0,2 1,00 29,667 51,01 1,57
2 IIHz 1.685,609 0,383 0,25 0,2 1,00 32,279 115,36 3,57
3 IIBl 1.685,609 0,314 0,25 0,3 1,00 39,696 9,24 0,29
4 AIUs 1.685,609 0,275 0,25 0,7 0,50 40,560 605,27 18,73
5 IIIKk 1.685,609 0,253 1.20 0,2 0,40 40,940 49,93 1,55
6 IIIHz 1.685,609 0,359 1,20 0,2 1,00 145,232 216,46 6,70
7 IIIBl 1.685,609 0,234 1,20 0,3 1,00 141,996 23,07 0,71
8 AIIUs 1.685,609 0,314 1,20 0,7 0,75 333,447 673,65 20,85
9 AIIIKk 1.685,609 0,434 4,25 0,2 0,40 248,728 24,60 0,76
10 IIIIHz 1.685,609 0,306 4,25 0,2 1,00 438,427 246,69 7,63
11 IIIIBl 1.685,609 0,171 4,25 0,3 1,00 367,505 31,89 0,99
12 AIIIUs 1.685,609 0,183 4,25 0,7 0,40 367,075 324,21 10,03
13 AIVKk 1.685,609 0,200 9,50 0,2 0,40 256,213 3,04 0,09

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

14 IIVHz 1.685,609 0,105 9,50 0,2 1,00 336,279 210,43 6,51


15 IIVBl 1.685,609 0,299 9,50 0,3 1,00 1.436,392 35,61 1,10
16 AIVUs 1.685,609 0,292 9,50 0,4 0,90 1.683,317 189,41 5,86
17 IVKk 1.685,609 0,282 12,00 0,2 0,40 456,328 5,04 0,16
18 IVHz 1.685,609 0,390 12,00 0,2 1,00 1.577,730 329,40 10,19
19 IVBl 1.685,609 0,245 12,00 0,3 1,00 1.486,707 32,08 0,99
20 AVUs 1.685,609 0,239 12,00 0,2 0,40 386,746 54,64 1,69
Total 9.845,264 3.231,12 100,00
Rata-Rata Erosi Per Tahun 492,263
Sumber : Hasil Perhitungan, (2016)
Tabel 21 menunjukkan bahwa nilai erosi terbolehkan terbesar terdapat

pada penggunaan lahan semak belukar yaitu sebesar 36,96 ton/ha/thn dan pada

satuan lahan IIBl. Sedangkan erosi terbolehkan terkecil terdapat pada penggunaan

lahan permukiman yaitu sebesar 6,56 ton/ha/thn dan berada pada satuan lahan

IVKk.

5.1.4 Indeks Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka


Indeks bahaya erosi di Kecamatan Merdeka dapat diperoleh dengan

menggunakan rumus Persamaan 5 (lima). Indeks bahaya erosi dapat diketahui

dengan membandingkan nilai laju erosi dengan nilai erosi terbolehkan. Nilai

indeks bahaya erosi di Kecamatan Merdeka dapat dilihatpada Tabel 22.

Tabel 21. Laju Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka


N Unit Umur Solum Faktor Berat Nilai T Nilai T Luas
o Lahan Pakai Tanah, kedalaman Volume (gr/cm3 (ton/ha Ha %
Tanah, de tanah, fd Tanah, tahun) /thn)
W (thn) (mm) (ketetapan) BD
(gr/cm3)
1 AIKk 400 600 1,00 1,02 1,53 15,3 51,01 1,57
2 IIHz 400 800 1,00 1,06 2,12 21,2 115,36 3,57
3 IIBl 400 880 1,00 1,68 3,696 36,96 9,24 0,29
4 AIUs 400 970 1,00 1,00 2,425 24,25 605,27 18,73
5 IIIKk 400 960 1,00 1,00 2,4 24 49,93 1,55
6 IIIHz 400 950 1,00 1,01 2,398 23,98 216,46 6,70
7 IIIBl 400 550 1,00 1,00 1,375 13,75 23,07 0,71
8 AIIUs 400 980 1,00 1,01 2,474 24,74 673,65 20,85
9 AIIIKk 400 270 1,00 1,25 0,843 8,43 24,60 0,76
10 IIIIHz 400 850 1,00 1,13 2,401 24,01 246,69 7,63
11 IIIIBl 400 550 1,00 1,06 1,457 14,57 31,89 0,99
12 AIIIUs 400 470 1,00 1,09 1,28 12,8 324,21 10,03
13 AIVKk 400 710 1,00 1,00 1,775 17,75 3,04 0,09

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

14 IIVHz 400 820 1,00 1,14 2,337 23,37 210,43 6,51


15 IIVBl 400 370 1,00 1,17 1,082 10,82 35,61 1,10
16 AIVUs 400 940 1,00 1,02 2,397 23,97 189,41 5,86
17 IVKk 400 250 1,00 1,05 0,656 6,56 5,04 0,16
18 IVHz 400 950 1,00 1,09 2,588 25,88 329,40 10,19
19 IVBl 400 270 1,00 1,01 0,681 6,81 32,08 0,99
20 AVUs 400 440 1,00 1,02 1,122 11,22 54,64 1,69
Total 3231.12 100
Sumber : Hasil Analisis, (2016)
Tabel 22 menunjukkan bahwa indeks bahaya erosi tertinggi terdapat pada

penggunaan lahan semak belukar yaitu 218,31 dan berada pada satuan lahan IVBl.

Sedangkan indeks bahaya erosi terendah terdapat pada penggunaan lahan semak

belukar yaitu 1,07 dan berada pada satuan lahan IIBl.

Tabel 22. Indeks Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka


No Unit Bahaya Erosi IBE Kelas Luas
Lahan Erosi Terbolehkan IBE/TBE Ha %
(ton/ha/ (ton/ha/thn)
thn)
1 AIKk 29,667 15,3 1,94 Sedang 51,01 1,57
2 IIHz 32,279 21,2 1,52 Sedang 115,36 3,57
3 IIBl 39,696 36,96 1,07 Sedang 9,24 0,29
4 AIUs 40,560 24,25 1,67 Sedang 605,27 18,73
5 IIIKk 40,940 24 1,71 Sedang 49,93 1,55
6 IIIHz 145,232 23,98 6,06 Tinggi 216,46 6,70
7 IIIBl 13,75 Sangat
141,996 10,33 Tinggi 23,07 0,71
8 AIIUs 24,74 Sangat
333,447 13,48 Tinggi 673,65 20,85
9 AIIIKk 8,43 Sangat
248,728 29,51 Tinggi 24,60 0,76
10 IIIIHz 24,01 Sangat
438,427 18,26 Tinggi 246,69 7,63
11 IIIIBl 14,57 Sangat
367,505 25,22 Tinggi 31,89 0,99
12 AIIIUs 12,8 Sangat
367,075 28,68 Tinggi 324,21 10,03
13 AIVKk 17,75 Sangat
256,213 14,43 Tinggi 3,04 0,09
14 IIVHz 336,279 23,37 14,39 Sangat 210,43 6,51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tinggi
15 IIVBl 10,82 Sangat
1.436,392 132,75 Tinggi 35,61 1,10
16 AIVUs 23,97 Sangat
1.683,317 70,23 Tinggi 189,41 5,86
17 IVKk 6,56 Sangat
456,328 69,56 Tinggi 5,04 0,16
18 IVHz 25,88 Sangat
1.577,730 60,96 Tinggi 329,40 10,19
19 IVBl 6,81 Sangat
1.486,707 218,31 Tinggi 32,08 0,99
20 AVUs 11,22 Sangat
386,746 34,47 Tinggi 54,64 1,69
Total 3.231,12 100
Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Tabel 22 (dua puluh dua) dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) kelas

indeks bahaya erosi yaitu : (1) Sedang, merupakan indeks bahaya erosi dengan

nilai 1,1-4,0 berada pada 5 (lima) satuan lahan yaitu AIKk, IIHz, IIBl, AIUs, dan

IIIKk ; (2) Tinggi, merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai 4,01-10,0 hanya

berada pada satuan lahan IIIHz; (3) Sangat Tinggi, merupakan indeks bahaya

erosi dengan nilai > 10,01 berada pada 14 (empat belas) satuan lahan yaitu IIIBl,

AIIUs, AIIIKk, IIIIHz, IIIIBl, AIIIUs, AIVUs, AIVKk, IIVHz, IIVBl, IVKk,

IVHz, IVBl, AVUs.

5.1.5 Arahan Atau Prioritas Konservasi Tanah Kecamatan Merdeka


Arahan atau prioritas konservasi tanah dapat ditentukan berdasarkan nilai

indeks bahaya erosi, faktor penyebab erosi dan tipe tutupan lahan. Faktor

penyebab erosi pada berbagai tipe penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka

antara lain seperti bahan organik rendah, nilai erosibilitas tinggi, tidak

menerapkan praktek konservasi, vegetasi penutup jelek, lereng yang curam dan

lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana arahan konservasi tanah

Kecamatan Merdeka dapat dilihat pada Tabel 24.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Gambar 8. Peta Tingkat Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka


Tabel 23. Rekap indeks Erosi di Berbagai Satuan Lahan Kecamatan Merdeka
No Satuan Nilai Faktor-Faktor Erosi Bahaya Erosi IBE Kelas Luas
Lahan R K LS C P Erosi Terbolehkan IBE/TBE Ha %
(A) (T)
1 AIKk 1.685,609 0,352 0,25 0,2 1,00 29,667 15,3 1,94 S 51,01 1,57
2 IIHz 1.685,609 0,383 0,25 0,2 1,00 32,279 21,2 1,52 S 115,36 3,57
3 IIBl 1.685,609 0,314 0,25 0,3 1,00 39,696 36,96 1,07 S 9,24 0,29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

4 AIUs 1.685,609 0,275 0,25 0,7 0,50 40,560 24,25 1,67 S 605,27 18,73
5 IIIKk 1.685,609 0,253 1.20 0,2 0,40 40,940 24 1,71 S 49,93 1,55
6 IIIHz 1.685,609 0,359 1,20 0,2 1,00 145,232 23,98 6,06 T 216,46 6,70
7 IIIBl 1.685,609 0,234 1,20 0,3 1,00 141,996 13,75 10,33 ST 23,07 0,71
8 AIIUs 1.685,609 0,314 1,20 0,7 0,75 333,447 24,74 13,48 ST 673,65 20,85
9 AIIIKk 1.685,609 0,434 4,25 0,2 0,40 248,728 8,43 29,51 ST 24,60 0,76
10 IIIIHz 1.685,609 0,306 4,25 0,2 1,00 438,427 24,01 18,26 ST 246,69 7,63
11 IIIIBl 1.685,609 0,171 4,25 0,3 1,00 367,505 14,57 25,22 ST 31,89 0,99
12 AIIIUs 1.685,609 0,183 4,25 0,7 0,40 367,075 12,8 28,68 ST 324,21 10,03
13 AIVKk 1.685,609 0,200 9,50 0,2 0,40 256,213 17,75 14,43 ST 3,04 0,09
14 IIVHz 1.685,609 0,105 9,50 0,2 1,00 336,279 23,37 14,39 ST 210,43 6,51
15 IIVBl 1.685,609 0,299 9,50 0,3 1,00 1.436,392 10,82 132,75 ST 35,61 1,10
16 AIVUs 1.685,609 0,292 9,50 0,4 0,90 1.683,317 23,97 70,23 ST 189,41 5,86
17 IVKk 1.685,609 0,282 12,00 0,2 0,40 456,328 6,56 69,56 ST 5,04 0,16
18 IVHz 1.685,609 0,390 12,00 0,2 1,00 1.577,730 25,88 60,96 ST 329,40 10,19
19 IVBl 1.685,609 0,245 12,00 0,3 1,00 1.486,707 6,81 218,31 ST 32,08 0,99
20 AVUs 1.685,609 0,239 12,00 0,2 0,40 386,746 11,22 34,47 ST 54,64 1,69
Sumber : Hasil Analisis, (2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Tabel 24. Arahan Konservasi Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan lahan
No Satuan Kelas Faktor Penyebab Erosi Penggunaan Arahan Konservasi Kode Arahan
Lahan TBE lahan Konservasi
1 AIKk S bahan organik rendah, Nilai Erodibilitas agak Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah
tinggi, tanpa praktek konservasi AIKkSP1a
2 IIHz S bahan organik rendah, Nilai Erodibilitas agak Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pengkayaan dengan pohon serbaguna dan kebun IIHzSH1
tinggi, tanpa praktek konservasi campuran
3 IIBl S tanpa praktek konservasi Belukar Penghutanan kembali, talun IIBlSB1
4 AIUs S Erodibilitas sedang, vegetasi penutup jelek Tegalan Penanaman tumpang sari, pemanfaatan mulsa AIUsST1
5 IIIKk S Erodibilitas sedang Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah IIIKkSP1b
6 IIIHz T Nilai Erodibilitas agak tinggi, tanpa praktek Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pengkayaan dengan pohon serbaguna dan kebun IIIHzTH2
konservasi campuran, talun
7 IIIBl ST tanpa praktek konservasi Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IIIBlSTB3a
penanaman menurut kontur
8 AIIUs ST bahan organik rendah, vegetasi penutup jelek Tegalan Penanaman tumpang sari, pemanfaatan mulsa AIIUsSTT3a
9 AIIIKk ST Lereng agak curam, Nilai Erodibilitas agak Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah, pembuatan saluran pembuangan air AIIIKkSTP3a
tinggi,
10 IIIIHz ST Lereng agak curam, bahan organik rendah, tanpa Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna dan kebun campuran bervegetasi rapat, IIIIHzSTH3a
praktek konservasi penanaman menurut kontur, tanaman penutup tanah
11 IIIIBl ST Lereng agak curam, tanpa praktek konservasi Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IIIIBlSTB3a
penanaman menurut kontur
12 AIIIUs ST Lereng agak curam, vegetasi penutup jelek Tegalan Tumpang sari, mulsa, penanaman sejajar kontur, teras gulud, saluran pengelak AIIIUsSTT3b
13 AIVKk ST Lereng curam Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah, pembuatan saluran pembuangan air AIVKkSTP3a
14 IIVHz ST Lereng curam, tanpa praktek konservasi Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna dan kebun campuran bervegetasi rapat, IIVHzSTH3a
penanaman menurut kontur, tanaman penutup tanah
15 IIVBl ST Bahan organik rendah, Lereng curam, tanpa Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IIVBlSTB3a
praktek konservasi penanaman menurut kontur
16 AIVUs ST Lereng curam, tanpa praktek konservasi, vegetasi Tegalan Tumpang sari, mulsa, penanaman searah lereng, teras gulud, saluran pengelak AIVUsSTT3c
penutup jelek
17 IVKk ST Bahan organik rendah, Lereng sangat curam Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah, pembuatan saluran pembuangan air IVKkSTP3a
18 IVHz ST Bahan organik rendah, Nilai Erodibilitas agak Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna dan kebun campuran bervegetasi rapat, IVHzSTH3a
tinggi, lereng sangat curam, tanpa praktek penanaman menurut kontur, tanaman penutup tanah
konservasi
19 IVBl ST Bahan organik rendah, Lereng sangat curam, Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IVBlSTB3a
tanpa praktek konservasi penanaman menurut kontur
20 AVUs ST Lereng sangat curam Tegalan Penanaman tumpang sari, pemanfaatan mulsa, Tumpang sari, penanaman sejajar AVUsSTT3d
kontur, teras gulud, teras bangku, saluran pengelak
Sumber : Hasil Analisis, (2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Gambar 9. Peta Arahan Konservasi Tanah Kecamatan Merdeka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

5.1 Pembahasan
5.2.1 Laju erosi Kecamatan Merdeka
Laju erosi di Kecamatan Merdeka diperoleh dengan mengukur beberapa

parameter laju erosi pada setiap penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka.

Parameter yang harus di ukur untuk melihat atau memperoleh laju erosi antara

lain yaitu : a) faktor erosivitas (R) atau curah hujan; b) faktor erodibilitas tanah

(K); c) faktor panjang dan kemiringan lereng (LS); faktor vegetasi penutup (C);

dan faktor praktek konservasi tanah (P) kemudian semua faktor ini dihitung

dengan menggunakan persamaan pendugaan erosi dengan metode USLE

(Universal Soil Loss Equation) dapat dilihat pada persamaan 1.

Tabel 20 (dua puluh) menunjukkan bahwa nilai erosi untuk setiap satuan

lahan bervariasi, hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik wilayah dari

setiap satuan lahan yang ada di Kecamatan Merdeka. Salah satu faktor

karakteristik wilayah tersebut adalah iklim dalam hal ini adalah curah hujan.

Curah hujan merupakan faktor alam yang mengakibatkan degradasi tanah. Hal

tersebut terjadi karena hempasan hujan dan erosi tanah (Notohadiprawira, 1998).

Nilai faktor erosivitas hujan untuk setiap satuan lahan di Kecamatan Merdeka

mencapai angka 1.685,609 ton/ha/thn. Curah hujan di Kecamatan Merdeka seperti

dilihat dalam Tabel 14 merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang cukup

tinggi. Hal ini dikarenakan Kecamatan ini merupakan daerah pegunungan yang

sering mengalami hujan orografis, sehingga volume hujannya cukup tinggi.

Distribusi nilai erosivitas hujan (R) bulanan dijadikan sebagai acuan dalam

penentuan waktu tanam jenis tanaman tertentu seperti tanaman holtikultura yang

ditanam di lahan yang miring. Pada bulan dengan nilai erosivitas hujan (R) yang

tinggi dapat dihidari penanaman jenis tanaman holtikultura tersebut karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

mengingat faktor curah hujan yang tidak dapat dikelola dalam hal ini diperkecil

karena merupakan faktor alam. Namun solusi seperti itu tidak dapat sepenuhnya

diterima masyarakat karena dapat mengurangi produktivitas lahan. Oleh karena

itu, hal tersebut dapat diatasi dengan cara penerapan tutupan lahan yang berfungsi

untuk menahan erosi permukaan/limpasan permukaan. Hal ini didukung oleh

sutrisno, (2013) yang menyatakan bahwa pengaruh air hujan dapat

diminimalisirkan dengan melakukan penanaman yang serapat mungkin. Hal

tersebut dilakukan dengan tujuan mencegah tumbukan air hujan langsung ke

tanah, meningkatkan infiltrasi dan menjaga kemantapan struktur tanah.

Pembuatan rorak atau parit pada jalur tanam juga sangat dibutuhkan karena dapat

digunakan sebagai saluran air yang berasal dari air hujan, sehingga tanaman yang

ada, tidak secara signifikan tererosi oleh limpasan air hujan.

Jenis tanah di Kecamatan Merdeka adalah jenis tanah inseptisol dan

andosol. Menurut Hartono (2016) tanah Inseptisol mempunyai kemungkinan

kerentanan erosi karena berada di wilayah curam atau lembah. Berbeda halnya

dengan sifat tanah andosol yang memiliki keremahan tanah yang baik dan solum

tanah yang tebal sehingga tanah ini cukup tahan terhadap erosi.

Tabel 16 (enam belas) menunjukkan bahwa indeks erodibilitas tanah di

Kecamatan Merdeka tergolong agak tinggi bahkan mencapai angka 0,434 pada

penggunaan lahan permukiman. Erodibilitas yang tinggi dapat diatasi dengan

melakukan tindakan penanaman tanaman pekarangan (permukiman), vegetasi

penutup (semak belukar, hutan sekunder) dan, untuk penggunaan lahan tegalan

dapat diatasi dengan pemanfaatan mulsa, dan penannaman menurut kontur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Tabel 20 menunjukkan bahwa laju erosi terbesar terjadi pada penggunaan

lahan tegalan dengan satuan lahan AIVUs serta dengan laju erosi sebesar

1.683,317 ton/ha/thn. Faktor penyebab nilai laju erosi yang tinggi dikarenakan

satuan lahan ini berada pada kelerengan 25-45% dengan nilai indeks kelerengan

sebesar 9,50. Hal tersebut diasumsikan bahwa jika semakin besar kemiringan

lereng maka semakin besar pula erosinya. Hal ini terkait dengan energi kinetik

hempasan air hujan ke tanah yang bertambah besar seiring bertambahnya

kemiringan lereng Bukhari (2014). Untuk mengantisipasi atau meminimalisirkan

laju erosi dilahan tersebut perlu dilakukan upaya praktek konservasi untuk

menekan laju erosi seperti melakukan penanaman dengan lajur memotong lereng

atau searah dengan garis kontur. Selain itu juga bisa dilakukan pemilihan jenis

tanaman yang memiliki nilai faktor (C) yang kecil sehingga dapat memperkecil

laju erosi.

Cara lain yang dapat di lakukan untuk mengurangi besaran laju erosi

adalah dengan menggunakan rerumputan sebagai penutup lahan. Rerumputan ini

berfungsi sebagai penghambat dari limpasan permukaan serta laju aliran air dalam

tanah, karena selain tanahnya terekat oleh akar juga didukung penyerapan air oleh

tanaman rumput tersebut.

Laju erosi terkecil sendiri terjadi pada satuan lahan IIKk yaitu sebesar

29,667 ton/ha/thn. Hal ini dikarenakan satuan lahan tersebut memiliki jenis

tutupan lahan permukiman yang memiliki potensi erosi yang rendah dengan nilai

faktor C yaitu 0,2 serta dengan kemiringan lereng yang paling rendah yaitu 0-8%

(dengan topografi datar) dengan nilai LS atau faktor kemiringan dan panjang

lereng yaitu sebesar 0,25.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

5.2.2 Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka


Erosi terbolehkan atau erosi yang masih dapat dibiarkan yang dinyatakan

dalam mm tahun-1 atau ton ha-1 merupakan erosi yang masih dapat dibiarkan atau

ditoleransi agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan

tanaman sehingga memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi. Adapun

sifat dari erosi terbolehkan yaitu jika semakin tinggi nilai erosi terbolehkan maka

semakin berkurang kerentanan suatu lahan tersebut mengalami erosi. Dan

sebaliknya, jika semakin rendah nilai erosi terbolehkan maka semakin rentan

suatu lahan tersebut mengalami erosi.

Tabel 21 (dua puluh satu) menunjukkan bahwa nilai erosi terbolehkan di

Kecamatan Merdeka dimulai dari 6,56 ton/ha/tahun dengan luas 5,04 ha (0.16%)

sampai dengan 36,96 ton/ha/tahun dengan luas lahan 9,24 ha (0.29%). Adapun

nilai erosi terbolehkan tertinggi terjadi pada satuan lahan IIBl dengan jenis

penggunaan lahan semak belukar sedangkan nilai erosi terendah terjadi pada

satuan lahan IVHz dengan jenis penggunaaan lahan hutan sekunder.

Faktor yang mempengaruhi erosi terbolehkan adalah kedalaman efektif

tanah (solum tanah), bulk density (berat masa tanah), dan resource life (umur guna

tanah). Namun yang paling mempengaruhi besar kecilnya erosi terbolehkan

adalah faktor solum tanah dan bulk density.

Faktor kedalaman efektif tanah (solum tanah) sangat mempunyai andil

yang signifikan dalam besar kecilnya erosi terbolehkan pada suatu lahan. Semakin

besar atau dalam solum tanah maka akan semakin memperbesar nilai erosi

terbolehkan di suatu lahan. Dengan kata lain semakin dalam solum tanah akan

memperkecil terjadinya erosi di suatu lahan. Hal itu dapat terjadi karena jika suatu

lahan memiliki solum tanah yang dalam akan mengakibatkan aliran air yang ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

dipermukaan tanah akan mempunyai tempat yang memadai untuk terserap ke

dalam tanah, sehingga erosi yang terjadi bisa terminimalisirkan. Sebagai contoh

pada satuan lahan IVKk yang memiliki nilai erosi terbolehkan paling kecil yaitu

sebesar 6,56 ton/ha/tahun hal ini dikarenakan solum tanah di satuan lahan ini

adalah yang sangat dangkal yaitu 25 cm. Jika dibandingkan dengan satuan lahan

IIBl yang memiliki nilai erosi terbolehkan yang tertinggi yaitu 36,96 ton/ha/tahun

memiliki solum tanah yang dalam yaitu 88 cm.

Bulk density juga sangat mempengaruhi nilai dari erosi terbolehkan. Bulk

density (berat masa tanah) yang besar akan mengakibatkan nilai erosi terbolehkan

juga besar, sebaliknya jika Bulk density kecil akan mengakibatkan nilai erosi

terbolehkan juga akan kecil. Seperti terlihat pada satuan lahan IVKk yang

memiliki nilai Bulk density yaitu sebesar 1,05, lebih kecil dari satuan lahan IIBl

dengan nilai sebesar 1,68. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai erosi

terbolehkan berbanding lurus dengan besar kecilnya bulk density.

Erosi terbolehkan atau erosi yang masih bisa ditoleransi ini dapat dipakai

sebagai acuan untuk menentukan pemanfaatan dan perlakukan terhadap suatu

lahan. Dalam hal ini nilai erosi terbolehkan akan dibandingkan dengan nilai laju

erosi sehingga akan menjadi acuan untuk konservasi lahan pada suatu kawasan

tertentu.

5.2.3 Indeks Bahaya Erosi (IBE) Kecamatan Merdeka


Tabel 22 (dua puluh dua) menunjukkan bahwa indeks erosi di Kecamatan

Merdeka berkisar antara 1,07 sampai 218,31. Indeks bahaya erosi terendah

terdapat pada satuan lahan IIBl dengan indeks bahaya erosi 1,07 dengan jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

penggunaan lahan semak belukar dan dengan luas 9,24 ha (0,29%). Satuan lahan

ini memiliki indeks erosi rendah artinya memiliki kerentanan terhadap erosi yang

juga rendah. Dengan kata lain memiliki erosi yang kecil dikarenakan satuan lahan

ini memiliki laju erosi yang sangat rendah yaitu 39,696 ton/ha/thn ditambah lagi

dengan erosi terbolehkan yang tinggi yaitu 36,96. Hal tersebut akan

mengakibatkan indeks erosi yang juga kecil karena indeks erosi tersebut didapat

dari perbandingan laju erosi dengan erosi terbolehkan (Firdaus, 2016).

Indeks bahaya erosi tertinggi terdapat pada satuan lahan IVBl dengan nilai

indeks bahaya erosi 218,31dan dengan luas lahan 32,08 ha (0,99%). Satuan lahan

tersebut memiliki indeks erosi yang tinggi dipengaruhi oleh nilai laju erosi yang

tinggi yaitu 1.486,707 ton/ha/thn sedangkan erosi terbolehkannya sangat kecil

yaitu 6,81 sehingga mengakibatkan nilai indeks bahaya erosi di satuan lahan ini

menjadi sangat tinggi.

Kelas indeks bahaya erosi di Kecamatan Merdeka ada 3 (tiga) kategori

yaitu : (1) Sedang, merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai 1,1-4,0 ; (2)

Tinggi, merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai 4,01-10,0; (3) Sangat tinggi,

merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai > 10,01. Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa ketika nilai indeks erosi semakin besar maka semakin

besar pulalah tingkat bahaya erosinya fatmaraga (2013). Nilai indeks bahaya erosi

di Kecamatan Merdeka dapat dilihat pada Tabel 22.

5.2.4 Sebaran Wilayah Arahan Konservasi Tanah Kecamatan Merdeka


Konservasi tanah merupakan upaya mengelola tanah dengan cara

memperbaiki, memelihara dan meningkatkan daya guna tanah sesuai dengan

peruntukannya. Konservasi tanah dilakukan dengan tujuan meminimalisirkan

erosi sehingga produktivitas lahan meningkat (Meylina, 2015). Adapun kategori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

tingkat bahaya erosi di Kecamatan Merdeka terbagi atas 3 (tiga) kategori yaitu

tingkat bahaya erosi sedang, tingkat bahaya erosi tinggi, dan tingkat erosi sangat

tinggi. Berikut ini merupakan uraian mengenai arahan konservasi tanah pada

berbagai kategori tingkat bahaya erosi di Kecamatan Merdeka.

5.2.4.1 Tingkat Bahaya Erosi Sedang


Tingkat bahaya erosi sedang merupakan kategori tingkat bahaya erosi

yang ke 2 (dua) dari 5 (lima) kategori tingkat bahaya erosi yaitu dengan nilai 1,1-

4,0 berada pada 5 (lima) satuan lahan yaitu AIKk, IIHz, IIBl, AIUs, dan IIIKk.

Pada kategori ini yang menjadi faktor penyebab erosi yaitu seperti bahan organik

rendah, nilai erodibilitas sedang sampai yang agak tinggi, lahan tanpa praktek

konservasi, dan vegetasi penutup jelek.

Kategori tingkat bahaya erosi pada tingkat bahaya erosi ini terdapat pada 4

(empat) tipe penggunaan lahan yaitu permukiman, hutan sekunder, semak belukar,

dan tegalan. Arahan konservasi tanah secara mekanik maupun vegetatif pada

berbagai tipe penggunaan lahan tersebut dijelaskan dalam uraian berikut:

a. Penggunaan Lahan Permukiman


Penggunaan lahan permukiman di Kecamatan ini tergolong masih rendah

dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya seperti hutan sekunder dan

tegalan namun bukan berarti penggunaan lahan ini dikesampingkan perlakuan

konservasinya. Satuan lahan yang termasuk dalam penggunaan lahan ini ada 2

(dua) yaitu AIKk dan IIIKk.

Penggunaan lahan permukiman di satuan lahan AIKk dan IIIKk sendiri

dianjurkan untuk dikonservasi secara vegetatif yaitu dengan penanaman tanaman

pekarangan di sekitar wilayah rumah. Tanaman pekarangan sendiri merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

tanaman tahunan dan tanaman semusim yang sering dikombinasikan dengan

pemeliharaan ternak.

Jenis tanaman yang dianjurkan untuk ditanam di sekitar wilayah rumah

adalah tanaman semusim. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di satuan

lahan AIKk dan IIIKk memiliki kemiringan lereng yang kecil yaitu 0-8 % dan

paling tinggi hanya mencapai 8-15%. Oleh sebab itu, walaupun disekitar rumah

ditanam dengan tanaman semusim hal tersebut sudah dapat mengatasi erosi ringan

seperti erosi percik dan erosi alur. Walaupun demikian tidak ada salahnya jika

menambah tanaman tahunan untuk memperkaya jenis vegetasi di sekitar rumah,

namun disarankan untuk membuat tanaman penutup tanah berupa rumput untuk

mengisi kekosongan vegetasi diantara tanaman tahunan tersebut.

Tanaman penutup tanah seperti rumput berfungsi sebagai penahan percikan

air hujan dan aliran permukaan disekitar rumah. Jika penggunaan tanaman seperti

rumput dirasa terkesan mengganggu sebagai tanaman penutup tanah, boleh diganti

dengan tanaman leguminosa (kacang-kacangan) yang dapat memberi nilai

ekonomis bagi masyarakat.

b. Penggunaan lahan Hutan Sekunder


Penggunaan lahan hutan sekunder di Kecamatan merdeka ini tergolong

cukup luas mencakup hampir setengah luasan Kecamatan ini dan persebaranannya

berada di bagian Utara Kecamatan tersebut. Hutan sekunder sendiri merupakan

kawasan hutan yang sudah dipengaruhi oleh campur tangan manusia (bukan hutan

alami). Hutan sekunder di Kecamatan ini terus mengalami perkembangan

(dimanfaatkan) masyarakat akibatnya kawasan ini juga berpotensi terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

kerusakan dalam hal ini longsor. Oleh sebab itu kawasan ini perlu dilakukan

upaya konservasi.

Penggunaan lahan tegalan di kategori tingkat bahaya erosi tinggi ini hanya

terdapat pada satu satuan lahan saja yaitu IIHz. Upaya konservasi tanah yang

disarankan untuk wilayah ini adalah dengan melakukan pengkayaan tanaman

keras, pengkayaan dengan pohon serbaguna dan kebun campuran. Pengkayaan

tanaman keras merupakan upaya untuk menambah komoditas vegetasi berupa

tanaman tahunan yang mempunyai perakaran yang kuat. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menahan aliran permukaan dan memperkuat perakaran untuk

menahan terjadinya longsor.

Penanaman pohon serbaguna merupakan penanaman jenis pohon keras atau

tahunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman pohon

serbaguna ini antara lain seperti pohon manggis, durian, mangga dan lain

sebagainya. Selain berfungsi mencegah longsor, aliran permukaan dan melebatkan

tutupan lahan hutan, tanaman tersebut juga dapat memberi keuntungan ekonomis

bagi masyarakat karena memiliki nilai jual yang tinggi.

Kebun campuran merupakan komponen tanaman hutan dan tanaman

tahunan lainnya yang sengaja ditanam di areal hutan sekunder seperti petai,

jengkol, aren, meilinjo, dan buah-buahan dan kadang juga disertai dengan jenis

tanaman semusim. Dengan demikian jika kebun campuran ini juga dipadukan

dengan penanaman lainnya, maka akan memperkaya vegetasi di kawasan hutan

tersebut bahkan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat setempat.

c. Penggunaan Lahan Semak Belukar


Penggunaan lahan semak belukar di Kecamatan ini memiliki cakupan

persebaran yang relatif kecil dibandingkan hutan sekunder dan tegalan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Penggunaan lahan tersebut tersebar di wilayah utara Kecamatan Merdeka. Semak

belukar sendiri memiliki ciri-ciri berupa kawasan yang ditumbuhi ilalang, dan

tanaman perdu lainnya serta beberapa pohon yang tersebar tidak beraturan. Jika

dilihat dari karakteristik semak belukar, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

lahan seperti itu kurang memiliki nilai guna yang signifikan dibandingkan

penggunaan lainnya seperti tegalan, hutan sekunder. Oleh sebab itu, perlu

dilakukan upaya konservasi sehingga dapat meningkatkan nilai manfaat dari

penggunaan lahan tersebut. Penggunaan lahan tegalan di kategori tingkat bahaya

erosi tinggi ini hanya terdapat pada satu satuan lahan saja yaitu IIBl.

Salah satu upaya meningkatkan nilai manfaat penggunaan lahan ini adalah

dengan cara penghutanan kembali kawasan ini. Penghutanan kembali kawasan ini

bertujuan untuk meningkatkan jumlah vegetasi permanen di kawasan ini sehingga

kaya akan komoditas tanaman. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan

perekonomian warga setempat yang sering memanfaatkan tanaman hutan untuk

keperluan hidupnya.

Adapun cara yang lain untuk meningkatkan nilai manfaat semak belukar

yaitu dengan melakukan penanaman talun. Talun adalah lahan di luar kawasan

permukiman yang berupa tanaman hutan yang bersifat tahunan. Dengan jalan

melakukan penanaman talun di kawasan ini, maka hal ini akan meningkatkan nilai

manfaat dari kawasan ini, karena seiring berjalannya waktu ketika kawasan ini

dikelola dengan teknik talun, maka kawasan ini dapat berkembang menjadi kebun

campuran. Kebun campuran sendiri merupakan kawasan yang memiliki tanaman

serbaguna dan semusim serta tahunan yang memiliki niali ekonomis yang tinggi.

d. Penggunaan Lahan Tegalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Kecamatan merdeka di bagian selatan didominasi dengan tutupan lahan

tegalan yang didominasi tanaman sayuran. Tanaman jenis ini memiliki tingkat

kererentan terhadap erosi yang tinggi karena memiliki perakaran yang dangkal

apalagi dengan kondidi lahan terbuka sehingga sangat mudah tererosi. Hal ini

didukung oleh pendapat Sutrisno, (2013) yang menyatakan bahwa kawasan

tegalan yang bersifat terbuka tanpa tanaman penutup tanah akan mempercepat

terjadinya erosi.

Penggunaan lahan tegalan di kategori tingkat bahaya erosi tinggi ini hanya

terdapat pada satu satuan lahan saja yaitu AIUs Adapun bentuk konservasi tanah

yang bersifat konservasi vegetatif untuk kawasan ini yaitu penanaman dengan

cara tumpang sari dan penambahan mulsa organik dengan tujuan untuk

mengurangi limpasan atau aliran permukaan sehingga membantu tanaman tegalan

(sayuran) tersebut untuk tidak tergerus oleh limpasan air hujan. Adapun mulsa

organik tersebut merupakan bahan utama dari sumber organik tanah pertanian

yang membantu meminimalisirkan erosi. Bahkan bahan organik tersebut

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sifat tanah seperti penyimpanan air,

resapan air dan agregasi partikel (Erfandi, 2014).

5.2.4.2 Tingkat Bahaya Erosi Tinggi


Tingkat bahaya erosi tinggi merupakan kategori tingkat bahaya erosi yang

ke 3 (tiga) dengan nilai 4,01-10,0 hanya berada pada satuan lahan IIIHz. Pada

kategori ini yang menjadi faktor penyebab erosi yaitu seperti nilai erodibilitas

agak tinggi, dan lahan tanpa adanya praktek konservasi.

Kategori tingkat bahaya erosi ini hanya terdapat pada 1 (satu) tipe

penggunaan lahan yaitu hutan sekunder. Sama halnya dengan kawasan hutan pada

kategori tingkat bahaya erosi sedang, pada tingkat bahaya erosi tinggipun kawasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

hutan perlu dilakukan upaya konservasi bahkan lebih ditekankan perlakuannya.

Salah satu alasannya ialah karena kawasan hutan di Kecamatan ini merupakan

hutan sekunder yang vegetasi hutannya banyak dimanfaatkan oleh penduduk

setempat dengan cara ditebang. Oleh sebab itu perlu penanganan yang baik

terhadap kawasan tersebut.

Upaya konservasi yang dapat dilakukan tidak jauh berbeda dengan

penggunaann lahan hutan sekunder pada kategori tingkat bahaya erosi sedang

karena kedua wilayah hutan sekunder ini memiliki karakteristik yang hampir

sama. Hanya saja pada kawasan ini sudah tidak dijumpai lagi daerah yang datar

dengan kemiringan 0-8%. Selain upaya pengkayaan kembali hutannya dengan

penanaman tanaman pohon serbaguna (multipurpose trees) yaitu jenis tanaman

serbaguna yang memiliki perakaran yang kuat untuk menahan erosi seperti pohon

manggis, aren, asam glugur, durian dan lain sebagainya. Perlu ditambahkan

dengan tanaman semusim sebagai tanaman tambahan untuk menutup areal kosong

di kawasan hutan ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah aliran

permukaan dan bahaya longsor lahan serta memperkuat perakaran.

5.2.4.2 Tingkat Erosi Sangat Tinggi


Tingkat bahaya erosi sanggat tinggi merupakan kategori tingkat bahaya

erosi yang tertinggi atau paling tinggi dengan nilai > 10,01 berada pada 14 (empat

belas) satuan lahan yaitu IIIBl, AIIUs, AIIIKk, IIIIHz, IIIIBl, AIIIUs, AIVUs,

AIVKk, IIVHz, IIVBl, IVKk, IVHz, IVBl, AVUs. Pada kategori ini yang menjadi

faktor penyebab erosi yaitu seperti bahan organik rendah, nilai erodibilitas agak

tinggi, lahan tanpa praktek konservasi, vegetasi penutup jelek, lereng agak curam

sampai yang sangat curam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Kategori tingkat bahaya erosi ini terdapat pada 4 (empat) tipe penggunaan

lahan yaitu permukiman, hutan sekunder, semak belukar, dan tegalan dengan

jumlah yang cukup banyak dengan karakteristik yang berbeda. Perlakuan arahan

konservasi tanah secara mekanik maupun vegetatif pada berbagai tipe penggunaan

lahan tersebut dijelaskan dalam uraian berikut:

a. Penggunaan Lahan Permukiman


Penggunaan lahan permukiman di kawasan ini terdapat di 3 (tiga) satuan

lahan yaitu AIIIKk, AIVKk, dan IVKk. Adapun konservasi vegetatif yang dapat

dilakukan pada tutupan lahan permukiman adalah dengan melakukan penanaman

tanaman pekarangan disekitar lingkungan rumah seperti pepohonan yang

memiliki perakaran yang kuat. Adapun cara yang hampir sama dengan itu adalah

dengan tanaman multipurpose trees yaitu jenis tanaman serbaguna yang memiliki

perakaran yang kuat untuk menahan erosi seperti pohon manggis, aren, asam

glugur, durian dan lain sebagainya.

Daerah yang sejuk seperti tanah karo ini disarankan untuk menanam jeruk

disekitar lingkungan rumah karena tanaman ini cukup baik ditanaman di kondisi

daerah yang bertemperatur dingin. Hal ini terutama dilakukan pada permukiman

yang dibangun pada kemiringan lereng 15-25%, 25-45% bahkan terutama sekali

pada satuan lahan >45%. Namun hal tersebut perlu catatan khusus dalam

pemanfaatan lahan di kemiringan lereng >45%, karena pada satuan lahan tersebut

sebaiknya tidak perlu di lakukan pembangunan rumah. Hal ini dikarenakan pada

wilayah ini sangat berbahaya bila dibangun permukiman karena beresiko

terjadinya bahaya longsor. Namun hal tersebut dikembalikan pada warga setempat

bagaimana menyikapi hal tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Jika dilihat dari perlakuan lahan pada kategori tingkat bahaya erosi sangat

tinggi menunjukkan bahwa tidak jauh berbeda perlakuanya dengan kawasan

permukiman di wilayah dengan kategori tingkat bahaya erosi sedang yaitu dengan

upaya konservasi berupa tanaman pekarangan, dan tanaman penutup tanah.

Adapun yang menjadi pembeda adalah dalam hal pembuatan saluran

pembuangan air pada kawasan ini. Hal ini dimaksudkan karena kawasan

permukiman di kategori ini memiliki kemiringan lereng yang cukup besar mulai

dari 8-15% bahkan mencapai angka > 45%.

Upaya konservasi lahan seperti pembuatan saluran air ini berfungsi untuk

mengalirkan air pada satu aliran sehingga mencegah terjadinya limpasan

permukaan yang tidak teratur sehingga menimbulkan dampak yang buruk.

Dengan kata lain hal ini dilakukan dengan tujuan membuat tempat aliran air agar

aliran air tetap terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya erosi bahkan

longsor.

b. Penggunaan lahan Hutan Sekunder


Penggunaan lahan hutan sekunder di kategori ini mencakup 2 (dua) satuan

lahan yaitu IIIIHz, IIVHz, IVHz. Penggunaan lahan hutan sekunder di kawasan

dengan kategori tingkat bahaya erosi yang sangat tinggi pada dasarnya memliki

perlakuan lahan yang kurang lebih sama dengan kategori tingkat bahaya erosi

sedang dan tinggi. Hanya saja yang membedakannya adalah pada kemiringan

lereng kawasan, yang mana kawasan ini memiliki kemiringan lereng yang cukup

besar. Oleh karena itu ada perlakukan khusus yang harus diberikan untuk hutan

sekunder yang berada pada kategori ini.

Selain melakukan upaya pengkayaan tanaman keras, pengkayaan pohon

serbaguna, penaman kebun campuran, hal yang perlu dilakukan lagi adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

penanaman menurut kontur, kebun campuran tertutup oleh vegetasi permanen,

tanaman penutup tanah. Penanaman menurut kontur merupakan pola penanaman

yang pada praktiknya mengikuti garis kontur bumi atau dengan kata lain

memotong arah lereng. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil

aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi air, dan mencegah longsor. Hal tersebut

dilakukan karena kawasan hutan di kategori ini memiliki kemiringan lereng yang

besar bahkan mencapai > 45%.

Adapun cara lain adalah dengan melakukan penanaman kebun campuran

tertutup oleh vegetasi permanen. Penanaman yang dimaksud adalah penanaman

kebun campuran berupa tanaman keras dan tahunan yang memiliki usia yang

relatif lama dengan daya tahan yanag kuat. Hal ini dimaksudkan agar kawasan

hutan tersebut dapat bertahan dengan waktu yang lama dan dapat memberi

manfaat dalam masa waktu yang relatif lama bagi warga setempat.

Tanaman penutup tanah adalah upaya konservasi yang juga harus

dilakukan di kawasana hutan yang memiliki kemiringan lereng yang besar ini.

Adapun tanaman penutup tanah yang diperlukan di kawasan hutan yaitu

rerumputan. Rerumputan ditanam didasar hutan yang masih kosong atau tanpa

adanya tegakan pohon. Hal tersebut dilakukan agar kawasan hutan tersebut

tertutup rapat oleh vegetasi sehingga aliran permukaan dan longsor lahanpun akan

sangat jarang kemungkinan terjadi di kawasan ini.

c. Penggunaan Lahan Semak Belukar


Penggunaan lahan semak belukar pada kategori ini terdapat pada 4 (empat)

satuan lahan yaitu IIIBl, IIIIBl, IIVBl, dan IVBl. Pada satuan lahan dengan

tutupan lahan semak belukar perlu dilakukan penghutanan kembali karena pada

lahan ini jarang ditemukan tegakan pohon sehingga memiliki potensi erosi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

signifikan. Perlakuan tersebut sama halnya dengan kawasan hutan pada kategori

tingkat bahaya erosi sedang dan tinggi. Adapun hal yang membedakannya adalah

perlu dilakukan konservasi tanah berupa penanaman tanaman menurut kontur,

talun tertutup vegetasi permanen dan tanaman penutup tanah.

Penanaman menurut kontur bertujuan untuk mengurangi aliran permukaan

sehingga menahan laju erosi, sehingga cara ini sangat penting untuk dilakukan.

Mengingat bahwa kawasan semak belukar di kategori tingkat bahaya erosi sangat

tinggi dengan kemiringan lereng yang besar sehingga hal tersebut cukup

mendesak untuk dilakukan. Menurut Giyanti et al (2016), mendukung pernyataan

diatas bahwa kawasan dengan jenis tutupan lahan semak belukar dapat

dikonservasi dengan melakukan penanaman menurut kontur dan pertanaman

dalam strip.

Talun tertutup vegetasi permanen adalah teknik konservasi tanah yang

dilakukan dengan cara menanam tanaman semusim atau tahunan yang bersifat

rapat antar vegetasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah limpasan

permukaan di dasar semak belukar karena dengan rapatnya vegetasi akan

menghalangi jatuhnya limpasan air hujan ke permukaan tanah. Adapun upaya

untuk menutup permukaan tanah yang tidak bervegetasi perlu dilakukan

penanaman tanaman penutup tanah dalam hal ini rerumputan. Penanaman

rerumputan ini sangat perlu dilakukan untuk mencegah limpasan permukaan yang

mungkin akan sampai ke dasar semak belukar.

d. Penggunaan Lahan Tegalan


Penggunaan lahan tegalan di kategori tingkat bahaya erosi sangat tinggi ini

terdapat pada 4 (empat) satuan lahan yaitu AIIUs, AIIIUs, AIVUs, AVUs. Pada

dasarnya kawasan ini juga menerapkan teknik konservasi seperti di tingkat bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

erosi sedang dan tinggi seperti tumpang sari dan mulsa. Namun masih banyak

teknik konservasi yang berbeda di terapkan pada kawasan ini, karena kawasan ini

memiliki tingkat bahaya erosi yang sangat tinggi.

Salah satu contohnya adalah penanaman menurut kontur. Hal ini dilakukan

mengingat topografi di kawasan ini memiliki kemiringan lereng yang besar mulai

dari landai sampai yang sangat curam yaitu 8-15% hingga >45%. Kemiringan

lereng yang curam ditambah tutupan lahan tegalan (sayuran) merupakan faktor

utama yang menyebabkan tingkat bahaya erosi yang tinggi pada lahan seperti ini

sehingga harus dilakukan tindakan pencegahan berupa penanaman menurut

kontur.

Konservasi tanah dengan melakukan pola penggunaan lahan seperti

penanaman memotong arah lereng atau penanaman searah/mengikuti garis kontur

diasumsikan supaya aliran air yang jatuh ke lahan tersebut tidak akan mengalir

secara vertikal kebawah sehingga mengikis dengan hebatnya pada lahan ini. Hal

tersebut didukung oleh Sutrisno (2013), yang menyatakan bahwa konservasi tanah

secara mekanik dapat membantu meminimalisirkan erosi dengan mengatasi

dampak buruk kemiringan dan panjang lereng yang besar. Namun ada

pengecualiaan untuk satuan lahan AIVUs. Satuan lahan ini ditumbuhi oleh jenis

tanaman kentang. Jenis tanaman kentang tidak akan tumbuh baik dengan teknik

konservasi mengikuti atau searah lereng karena jika hal tersebut terjadi maka

kentang tersebut akan busuk karena aliran airnya akan tertahan pada tiap

bendengan-bendengan yang dibuat. Oleh sebab itu, terkhusus untuk satuan lahan

AIVUs akan dilakukan penanaman searah lereng atau berlawanan dengan garis

kontur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Metode teras bangku merupakan cara yang wajib diterapkan pada kawasan

ini karena sangat tepat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

dapat menguragi kerusakan tanah. Metode teras bangku akan meminimalisirkan

luncuran air permukaan pada lereng yang curam sehingga kecepatan alirannya

akan berkurang sangat signifikan. Teras bangku yang telah dibuat ada baiknya di

kombinasikan dengan penanaman vegetasi tanaman keras atau tahunan sehingga

memaksimalkan pencegahan terhadap limpasan permukaan bahkan bahaya

longsor lahan. Lathifah (2013), menambahkan bahwa limpasan permukaan pada

lereng yang curam yang memicu erosi yang signifikan dapat diatasi dengan

mengimbanginya dengan tegakan vegetasi tinggi dan vegetasi penutup tanah

sehingga mampu menghambat laju limpasan air permukaan.

Namun yang perlu diperhatikan dalam kategori ini adalah pemanfaatan

lahan dengan kemiringan >45%. Hal ini tidak sepatutnya dilakukan karena

seharunya lahan dengan kemiringan lereng tersebut sebaiknya dibiarkan secara

lestari atau dihutankan atau tidak disentuh sama sekali terkhusus untuk

pemanfaatan lahan pertanian. Seandainya hal tersebut harus dimanfaatkan, sangat

perlu dilakukan tindakan konservasi mekanik yang sangat intensif seperti

membuat teras bangku dikombinasikan dengan pembuatan teras guludan dan

ditambah saluran pengelak serta penanaman tanaman keras.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa :

1) Laju erosi terendah di Kecamatan Merdeka terdapat pada penggunaan

lahan permukiman dengan satuan satuan lahan AIKk yaitu sebesar 29,667,

sedangkan nilai laju erosi tertinggi terdapat pada penggunaan lahan tegalan

dengan satuan lahan AIVUs yaitu sebesar 1.683,317 ton/ha/tahun.

2) Nilai erosi terbolehkan terbesar terdapat pada penggunaan lahan semak

belukar yaitu sebesar 36,96 ton/ha/thn dengan satuan lahan IIBl.

Sedangkan erosi terbolehkan terkecil terdapat pada penggunaan lahan

permukiman yaitu sebesar 6,56 ton/ha/thn dengan satuan lahan IVKk.

3) Indeks bahaya erosi tertinggi terdapat pada penggunaan lahan semak

belukar yaitu 218,31 ton/ha/thn dan berada pada satuan lahan IVBl. Indeks

bahaya erosi terendah terdapat pada penggunaan lahan semak belukar

yaitu 1,07 ton/ha/thn dan berada pada satuan lahan IIBl.

4) Faktor utama penyebab utama terjadinya erosi adalah indeks erodibilitas

agak tinggi, lahan tanpa praktek konservasi, dan lereng yang curam.

5) Teknik konservasi tanah yang disarankan untuk tipe penggunaan lahan

permukiman yaitu tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah (vegetatif)

dan saluran penampungan air (mekanik).

6) Teknik konservasi tanah yang disarankan untuk tipe penggunaan lahan

tegalan yaitu tumpang sari, mulsa organik (vegetatif), penanaman sejajar

kontur, teras gulud, teras bangku, dan saluran pengelak (mekanik).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

7) Teknik konservasi tanah yang disarankan untuk tipe penggunaan lahan

semak belukar yaitu penghutanan kembali, talun, tanaman penutup tanah

(vegetatif), penanaman menurut kontur (mekanik).

8) Teknik konservasi tanah yang disarankan untuk tipe penggunaan lahan

hutan sekunder yaitu pengkayaan tanaman keras dan pohon serbaguna,

kebun campuran, tanaman penutup tanah (vegetatif), dan penanaman

menurut kontur (mekanik).

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan upaya konservasi lahan di Kecamatan Merdeka oleh para

petani baik secara vegetatif maupun mekanik sesuai dengan tipe

penggunaan lahannya sehingga eksistensinya dapat lestari dan

berkelanjutan.

2. Perlu studi lebih lanjut terkait dengan masalah penggunaan lahan pertanian

dan erosi di Kecamatan Merdeka untuk mendapatkan data yang lebih

akurat dan memadai sebagai dasar konservasi lahan di daerah tersebut.

3. Bagi pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Karo diharapkan

dapat membuat Perda yang jelas dalam mengatur pemanfaatan

penggunaan lahan terkhusus lahan pertanian sehingga peruntukannya tepat

sasaran sehingga kerusakan lahan akibat erosi dan sejenisnya dapat

diminimalisirkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R.M., Pudyono., Sahiruddin, M. 2009. Penanggulangan Erosi


Secara Struktural Pada Daerah Aliran Sungai Bango. Jurnal
Rekayasa Sipil : 3 (1) : 51
Ardiansyah, T., Lubis, S.K., Hanum, H. 2013. Kajian Tingkat Bahaya
Erosi Di Beberapa Penggunaan Lahan Di Kawasan Hilir Daerah
Aliran Sungai (DAS) Padang. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2
(1) : 435
Arifin, M. (2010). Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan
Lahan Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi
Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA, 12(2), 72-144.
Ariyanto, D. P., & Widijanto, H. (2013). Kajian Klasifikasi Bahaya Erosi
dengan Sistem Informasi Geografi di Daerah Hulu Waduk Sempor,
Gombong. Sains Tanah-Journal of Soil Science and
Agroclimatology, 5(2), 121-128.
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press
BAPPEDA (Badan Perencanaan Daerah). 2016. Kabupaten Karo Dalam
Angka. Kabanjahe : Pemerintah Kabupaten Karo
BAPPEDA (Badan Perencanaan Daerah). 2016. Kecamatan Merdeka
Dalam Angka. Kabanjahe : Pemerintah Kabupaten Karo
Bols, P. 1978. The Iso-erodent Map of Java and Madura. Report on
Belgian Technical Assistance Project ATA 105. SRI Bogor.39p.
Bukhari, I., Lubis, K. S., & Lubis, A. (2014). Pendugaan Erosi Aktual
Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi,
Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS
Padang. Agroekoteknologi, 3(1).
Butar, M. J. O. B., Lubis, K. S. L. K. S., & Sitanggang, G. S. G. (2013).
Pendugaan Erosi Tanah di Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun Berdasarkan Metode USLE. Agroekoteknologi, 1(2).

Departemen Kehutanan. 1986. Buku Informasi Taman Nasional Indonesia.


Bogor.
Erfandi, D. (2014). Strategi Konservasi Tanah Dalam Sistem Pertanian
Organik Tanpa Olah Tanah. Prosiding seminar nasional pertanian
organik
Fatmaraga, M. A. (2013). Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Multi
Temporal Untuk Kajian Tingkat Bahaya Erosi (Kasus di Sub DAS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Karang Mumus, Kalimantan Timur) (Doctoral dissertation,


Universitas Gadjah Mada).
Firdaus, G., Haridjaja, O., & Tarigan, S. D. (2016). Analisis Respon
Hidrologi terhadap Penerapan Teknik Konservasi Tanah di Sub
DAS Lengkong Menggunakan Model SWAT. Jurnal Tanah dan
Lingkungan, 16(1), 16-23.
Fitri, P. 2011. Kajian Tingkat Bahaya Erosi pada Berbagai Jenis
Penggunaan Lahan Hubungannya Dengan Pendapatan Petani
Dikawasan Sub Das Krueng Simpo. Jurnal S. Pertanian. 1 (2) :
105
Giyanti, F. D. (2016). Identifikasi Tingkat Bahaya Erosi Berbasis Sistem
Informasi Geografis (SIG) Pada Sub Daerah Aliran Sungai (DAS)
Riam Kanan. Jurnal Purifikasi, 14(1), 1-10.
Hammer, W.I. 1981. Soil Conservation Consultant Report Center For Soil.
Research. LPT. Bogor Indonesia
Hardjowigeno, S., Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan Dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Hartono, R. (2016). Identifikasi Bentuk Erosi Tanah Melalui Interpretasi
Citra Google Earth Di Wilayah Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal
Pendidikan Geografi, 21(1).
Herawati, T. 2010. Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah Das
Cisadane Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 7 (4): 413
Kartasapoetra, G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta:
Rineka Cipta
Lathifah, D. H., & Yunianto, T. (2013). Hubungan Antara Fungsi Tutupan
Vegetasi dan Tingkat Erosi DAS Secang Kabupaten
Kulonprogo. Jurnal Bumi Indonesia, 2(1).
Makhrawie. 2012. Evaluasi Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa
Pada Areal Lahan Kering di Kota Tarakan. Jurnal Media Sains : 4
(2) : 185
Mey, D. (2010). Konservasi Tanah Berbasis Erosi Di Kawasan Taman
Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa Kota Kendari. Agriplus. 20(2).
Meylina,E., Wahyuningsih,S., & Pudjojono, M. (2015). Estimasi Tingkat
Erosi Pada Sistem Tumpangsari Kopi–Tanaman Semusim Menurut
Metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) di Desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Teknologi Pertanian.


1(1).
Naryanto, H. S. (2013). Analisis Kondisi Bawah Permukaan dan Risiko
Bencana Tanah Longsor untuk Arahan Penataan Kawasan di Desa
Tengklik Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa
Tengah. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 13(2).
Notohadiprawiro, T. (1998). Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta, 237.
Rachman, M. 2012. Konservasi Nilai Dan Warisan Budaya. Jurnal
Konservasi Indonesia: 1 (1) : 31-38
Rahman, M. M., Harisuseno, D., & Sisinggih, D. (2013). Studi
Penanganan Konservasi Lahan di Sub Das Keduang Das Bengawan
Solo Kabupaten Wonogiri. Jurnal Teknik Pengairan, 3(2), 250-
257.
Rusnam., Ekaputra, G.S., Sitanggang, M.E. 2013. Analisis Spasial Besaran
Tingkat Erosi Pada Tiap Satuan Lahan di Sub DAS Batang Kandis.
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND. 10 (2) : 149
Setyono, E., & Prasetyo, B. (2014). Analisa Tingkat Bahaya Erosi Pada
Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Menggunakan Sistem Informasi
Geografis. Jurnal Media Teknik Sipil, 10(2).
Suriadikusumah, A., Herdiansyah, G.2011. Dampak Beberapa Penggunaan
Lahan Terhadap Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS
Cisangkuy. Hal 9
Sutapa, I. W. (2012). Analisis Potensi Erosi pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Sulawesi Tengah. SMARTek, 8(3).
Sutrisno, J., Sanim, B., Saefuddin, A., & Sitorus, S. R. (2016). Prediksi
Erosi dan Sedimentasi di Sub Daerah Aliran Sungai Keduang
Kabupaten Wonogiri. Media Konservasi, 16(2).
Sutrisno, J., Sanim, B., Saefuddin, A., & Sitorus, S. R. (2013). Arahan
Kebijakan Pengendalian Erosi dan Sedimentasi di Sub Daerah
Aliran Sungai Keduang Kabupaten Wonogiri. Sains Tanah-Journal
of Soil Science and Agroclimatology, 8(2), 105-118.
Wijayanti, R. 2011. Studi Identifikasi Pengelolaan Lahan Berdasar Tingkat
Bahaya Erosi (TBE). Jurnal Ilmu Lingkungan. 9 (2) : 57
Wischmeier W.H., and D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion
Losses: Aguide to Conservation Planning. USDA Handbook No.
537. Washington DC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Yudhistira., Hidayat, K.W., Hadiyarto, A. 2011. Kajian Dampak


Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir
di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi. Jurnal Ilmu
Lingkungan : 9 (2) : 77
Zahro, F., Usman, F., Wardhani, K.D. 2011. Arahan Fungsi Lahan
Berdasarkan Pendekatan Konservasi Tanah kawasan Pesisir Utara
Jawa Timur Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik. Jurnal
Tata Kota dan Daerah : 3 (1): 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Lembar Observasi

KRITERIA PENGUKURAN PARAMETER EROSI PADA SATUAN-SATUAN


LAHAN DI KECAMATAN MERDEKA

1. Satuan lahan I :

Tebel. Perhitungan Parameter-Parameter Kemampuan Lahan


No Parameter Pengukuran lainnya
1. Kedalaman Tanah
2. Tekstur
3. Struktur
4. Permeabilitas
5. Kemiringan Lereng
6. Panjang Lereng
7. Bahan organik tanah
8. Vegetasi penutup
9. Tindakan konservasi
- Koordinat :

2. Satuan lahan II :

Tebel. Perhitungan Parameter-Parameter Kemampuan Lahan


No Parameter Pengukuran lainnya
1. Kedalaman Tanah
2. Tekstur
3. Struktur
4. Permeabilitas
5. Kemiringan Lereng
6. Panjang Lereng
7. Bahan organik tanah
8. Vegetasi penutup
9. Tindakan konservasi
- Koordinat :

3. Satuan Lahan III: dst….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pengambilan Sampel pada Tipe Penggunaan lahan Tegalan

Gambar 2. Pengengeboran Tanah Pada Lahan Semak Belukar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Wawancara Dengan Petani di Desa Ujung Teran Kec. Merdeka

Gambar 4. Pengambilan Sampel pada jenis tanaman Kopi (kemiringan lereng > 45%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. Pengambilan Sampel Pada Jenis Tanaman Kentang (penanaman searah Lereng)

Gambar 6. Wawancara dengan Salah Satu Warga di Areal Peremukiman Desa jaranguda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 7. Observasi pada Penggunaan Lahan Tegalan

Gambar 8. Observasi pada Penggunaan Lahan Semak Belukar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 9. Observasi pada Penggunaan Lahan Hutan Sekunder

Gambar 10. Pengambilan Sampel pada Lahan Hutan Sekunder (Lereng Gunung Sibayak)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai