2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/21856
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI UNTUK ARAHAN KONSERVASI TANAH
PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MERDEKA
KABUPATEN KARO
TESIS
Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
TESIS
Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP ) (Dr. Bejo Slamet, S.Hut, M.Si)
Ketua Anggota
Judul Tesis
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar
dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat erosi guna mendapatkan acuan
konservasi tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juni – September 2016 di Kecamatan Merdeka. Penelitian ini
menggunakan metode survei analisis prediksi erosi yang dilakukan dengan metode
USLE. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju erosi tertinggi terdapat pada penggunaan
lahan tegalan yaitu sebesar 2.959,018 ton/ha/tahun dengan satuan lahan IIVUs, sedangkan
erosi terendah terdapat pada penggunaan lahan permukiman yaitu sebesar 29,810
ton/ha/tahun dengan satuan lahan IIKk. Erosi terbolehkan tertinggi terdapat pada
penggunaan lahan semak belukar yaitu sebesar 36,96 ton/ha/tahun dengan satuan lahan
IIBl, sedangkan erosi terbolehkan terendah terdapat pada penggunaan lahan semak
belukar yaitu sebesar 6,81 ton/ha/tahun dengan satuan lahan IVBl. Indeks bahaya erosi
tertinggi terdapat pada penggunaan lahan Hutan sekunder yaitu sebesar 342 ton/ha/tahun
dengan satuan lahan IVHz, sedangkan indeks bahaya erosi terendah terdapat pada
penggunaan lahan semak belukar yaitu sebesar 1,08 ton/ha/tahun dengan satuan lahan
IIBl. Terdapat 3 (tiga) kategori tingkat bahaya erosi di Kecamatan Merdeka yaitu tingkat
bahaya erosi sedang dengan tipe penggunaan lahan permukiman, hutan sekunder, semak
belukar, dan tegalan; tingkat bahaya erosi tinggi dengan tipe penggunaan lahan hutan
sekunder; dan tingkat bahaya erosi sangat tinggi dengan tipe penggunaan lahan
permukiman, hutan sekunder, semak belukar, dan tegalan. Teknik konservasi tanah yang
digunakan di Kecamatan Merdeka yaitu teknik konservasi mekanik dengan perlakuan
seperti teras bangku, guludan, saluran penampungan air, saluran pengelak, dan
penanaman sejajar kontur sedangkan teknik konservasi vegetatif yaitu dengan perlakuan
seperti tumpang sari, mulsa organik, pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna, kebun
campuran, dan tanaman penutup tanah. Teknik konservasi tanah secara vegetatif dan
mekanik diterapkan di berbagai tipe penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Merdeka
seperti permukiman, hutan sekunder, semak belukar, dan tegalan.
Kata kunci : Erosi Tanah USLE, Indeks Bahaya Erosi, Konservasi Tanah
ABSTRACT
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan limpahan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan
moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
3. Bapak Dr. Delvian, M.P selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan dan Bapak Dr. Ir. Mukhlis, MS selaku Sekretaris Prodi
mengarahkan penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Ir.Abdul Rauf, MP dan Dr. Bejo Slamet, S.Hut, M.Si selaku Dosen
Pembimbing yang banyak memberi arahan, motivasi dan bimbingan tiada lelah
5. Ibu Vivi dan Ibu Suci sebagai TU Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
6. Istriku tercinta Vera Oktavia Sinaga, S.Pd terimakasih untuk dukungan di tiap
pengerjaan tesis yang sudah berjerih lelah dalam suka dan duka bersama penulis
serta terimakasih untuk semangat dan doa-doanya selama penulis mengerjakan Tesis
ini.
7. Orangtua penulis yang penulis kasihi : Linda Roselina Sitompul S.Pd. yang selalu
memotivasi dan dorongan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
8. Keluarga besar UKMKP – UP FIS, terkhusus buat Tim Survey (Agam Situmorang
S.Pd , Rahmad Situmorang, Evanrid Siahaan, Roy Gultom, Join Simatupang), adek
– adek kelompok Stream Of God & Suns Of God (Santa, Tesha, Johan, Sarma,
Anita) dan Warga Sekret Jl. Pardamean No. 92 (Mardiana Silaban S.Pd, Gembira
Manalu S.Pd , Nijar D. Silaban S.Pd, Dina Manalu, Endang Nahampun, Mei Siska,
keseluruhan terkhusus buat angkatan 2014 B (Jen Christ David, S.Pi; Elisabeth Ika
Herawati S.Hut, M.Si; Suharso, S.Hut; Ruri Prihartini Lubis, S.S, M.Si; Harris
memberi dukungan hingga selesainya Tesis ini. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi
timur, Kalimantan Tengah pada tanggal 2 Juni 1993, merupakan Anak kedua dari dua
orang bersaudara dari Ayahanda Junior Pasaribu (Alm) dan Ibu Linda Roselina Sitompul.
Penulis menikah dengan Vera Oktavia Sinaga pada tanggal 7 Januari 2017.
Riwayat Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Siwau tamat tahun 2004,
selanjutnya menamatkan Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 2 Sibolga tahun
2007, dan menamatkan Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 2 Pandan tahun 2010.
Universitas Negeri Medan dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis pernah bekerja di SMP Swasta Raksana Medan sebagai
staf pengajar (Guru). Kemudian pada tahun 2015 penulis bekerja di SMA Swasta
Methodist 6 sebagai staf pengajar sampai saat ini. Dan pada tahun yang bersamaan (2015)
No Judul Halaman
1. Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-Tanah di Indonesia……………. 16
2. Alat dan Bahan Penelitian…………………………………………………. 20
3. Harkat struktur tanah………………………………………………………. 24
4. Harkat Permeabilitas tanah......................................................................... 24
5. Skor Tanah Menurut Kepekaannya terhadap Erosi Arahan RLKT............. 24
6. Nilai Faktor LS…………………………………………………………….. 25
7. Skor Kemiringan Lereng Arahan RLKT..................................................... 25
8. Nilai Faktor Praktek Konservasi Tanah (P)……………………………..... 26
9. Nilai Faktor (C) untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman……………. 27
10. Kriteria Indeks Bahaya Erosi 29
11. Luas Desa-Desa Terhadap Kecamatan Merdeka...................................... 31
12. Luasan Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka……………………… 35
13. Luasan Kelerengan di Kecamatan Merdeka……………………………… 38
14. Satuan Lahan Kecamatan Merdeka………………………………………. 40
15. Curah hujan Kecamatan Merdeka………………………………………... 44
16. Indeks Erodibilitas Tanah Kecamatan Merdeka…………………………. 46
17. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Kecamatan Merdeka……. 48
18. Nilai Faktor Pengolahan Tanaman Kecamatan Merdeka………………… 49
19. Praktek Konservasi Tanah di Kecamatan Merdeka……………………… 50
20. Laju Bahaya Erosi Pada Berbagai Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 52
Merdeka……………………………………………………………………….
21. Laju Erosi Terbolehkan Kecamatan Merdeka……………………………. 53
22. Indeks Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka……………………………….. 54
23. Rekap Indeks Erosi Tanah di Berbagai Tipe Satuan lahan 57
24. Arahan Konservasi Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan lahan 58
No Judul Halaman
1 Kerangka Pemikiran……………………………………………………. 19
2 Peta Administratif Kecamatan Merdeka………………………………. 32
3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Merdeka…………………………. 34
4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Merdeka…………………………………. 36
5 Peta Kelas Kelerengan Kecamatan Merdeka…………………………. 39
6 Peta Satuan Lahan Penelitian………………………………………….. 41
7 Peta Sebaran Titik Sampel Kecamatan Merdeka……………………… 42
8 Peta Tingkat Bahaya Erosi Kecamatan Merdeka……………………… 56
9 Peta Arahan Konservasi Tanah Kecamatan Merdeka…………………. 59
I. PENDAHULUAN
penting keberadaannya bagi manusia, karena manusia tidak dapat hidup dan
Salah satu sumber daya alam utama yang ada di bumi adalah tanah. Tanah
adalah suatu ruang daratan dan merupakan bagian dari lahan yang mempunyai
banyak fungsi bagi kehidupan (Makhrawie, 2012). Namun perlu diketahui bahwa
tanah sendiri merupakan sumber daya alam yang mudah mengalami kerusakan
atau degradasi.
Kerusakan tanah dapat terjadi oleh (1) kehilangan unsur hara dan bahan
racun bagi tumbuhan, (3) penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan (4) erosi.
Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya
barang atau jasa (Arsyad, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa tanah merupakan
Salah satu jenis kerusakan tanah adalah erosi. Menurut Yudhistira (2011),
erosi merupakan salah satu petunjuk bahwa suatu lahan tersebut mengalami
dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media alami yang
berupa air.
erosi juga dapat terjadi secara alami, yang dimaksudkan disini adalah erosi yang
berhubungan langsung dengan tanah atau lahan. Tanah atau lahan sendiri
masing-masing wilayah di permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh proses alam
yang terjadi dibumi baik bersumber dari tenaga dari dalam bumi (endogen)
maupun yang dari luar bumi (eksogen). Oleh karena itu masing-masing tanah
antara yang satu dan yang lainnya memerlukan perlakukaan yang berbeda-beda
sesuai dengan karakteristiknya demikian pula halnya tanah atau lahan yang ada di
Kecamatan Merdeka.
Sumatera Utara yang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 - 1.800
meter dpl. Luas wilayah Kecamatan Merdeka 2,08 persen dari total luas
Kabupaten Karo yaitu 2.127, 25 km2, terdiri dari 9 Desa. Kecamatan Merdeka
sendiri memiliki luas wilayah 44,17 Km2 (BPS Kabupaten Karo, 2016).
penggunaan lahan pertanian adalah yang paling dominan di Kecamatan ini dengan
masyarakat setempat baik untuk pemukiman maupun untuk lahan pertanian. Areal
pertanian di Kecamatan ini di dominasi dengan jenis taman sayuran dan buah-
tanah yang memiliki topografi yang relatif datar, bergelombang dan tidak sedikit
Tentu pola penanaman seperti ini akan menimbulkan dampak yang serius
bagi tanah itu sendiri. karena semakin curam lahan akan semakin tinggi tingkat
pertanian dengan jenis tanaman yang dominan yaitu sayuran yang jika ditanam di
lahan yang miring akan memiliki potensi erosi yang lebih tinggi dibandingkan
petani setempat yaitu baik dengan cara konservasi mekanik maupun vegetatif.
tindakan konservasi agar tanah tersebut dapat terhindar dari erosi dan setidaknya
tindakan konservasi sumber daya lahan yang mengupayakan agar lahan tersebut
Salah satu jenis konservasi sumber daya alam adalah konservasi tanah.
terjadi, sehingga dituntut adanya pengolahan ruang yang lebih bijaksana. Bahkan
dikemudian adanya pengelolaan lahan yang lebih baik (Zahro, 2011). Sehingga
No. 32 tahun 2009 pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
berikut:
Merdeka?
Kecamatan Merdeka
Merdeka
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk setempat dalam upaya
terdapat pada jenis tanaman karet yaitu 374,298 ton/ha/thn dengan topografi
ton/ha/thn dengan topografi datar. Erosi yang masih dapat ditoleransikan yang
tertinggi terdapat pada jenis tanaman ubi kayu yaitu 28,250 ton/ha/thn,
sedangkan terendah pada jenis tanaman karet yaitu 23,750 ton/ha/thn. Tingkat
bahaya erosi tertinggi terdapat pada jenis tanaman karet yaitu 15,760
sedangkan yang terendah terdapat pada jenis tanaman coklat yaitu 0,718
pada tutupan lahan tegalan sebesar 90,9 to/ha/thn diikuti pada kebun
campuran sebesar 50 ton/ha/thn dan terkecil pada kawasan hutan sebesar 0,7
tradisional dan teras gulud diperoleh sebesar Rp. 22.925.000/ ha/thn serta Rp.
2.865.625/ha/thn.
meliputi kategori sangat ringan hingga sangat berat dengan persentase luas
lahan berturut-turut dari yang sangat ringan hingga sangat berat yaitu
55,85%; 15,74%; 6,33%; 0,81%; dan 0,30%. Lahan dengan tingkat bahaya erosi
sangat berat meliputi luas 316 ha dan tingkat kategori berat yaitu 851 ha.
bahaya erosi sangat berat dan terluas yaitu 87 ha. Beberapa Kecamatan
lain yang memiliki luas lahan dengan tingkat bahaya erosi berat adalah
digunakan sebagai data dasar untuk membuat rencana pengeolaan DAS yang baik.
Batang Kandis diketahui bahwa kriteria tingkat bahaya erosi sangat tinggi
adalah terdapat pada areal terkecil dengan luas 53,292 hektar , (0,97 %). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar sub-DAS Batang Kandis memiliki nilai erosi
yang masih bisa ditoleransi. Tingkat erosi terbesar di Sub-DAS Batang Kandis
terjadi pada satuan lahan KCB yaitu 1.368,246 ton/ha/tahun. Dari hasil
diperoleh bahwa satuan lahan KCB dan KCL adalah prioritas utama sebagai
tingkat erosi normal (<15 ton/ha/thn) yaitu sebesar 64,64% dari luas wilayah,
dan laju erosi berat sampai dengan sangat berat sebesar 9,498%.
tindakan konservasi. Sebaran laju erosi maupun TBE sedang sampai sangat
erosi yang signifikan pada laju erosi sedang sampai sangat berat yaitu dari
terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin.
Di daerah beriklim basah, erosi oleh aliran airlah yang penting, sedangkan erosi
oleh angin tidak berarti. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur
tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, meningkatnya kepadatan
produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah (Arsyad, 2010).
Banyaknya unsur hara yang hilang oleh erosi bergantung pada besarnya
erosi dan unsur hara yang terkandung dalam bagian tanah yang tererosi. Secara
kasar banyaknya unsur hara yang hilang dari sebidang tanah yang tererosi
dihitung dengan mengalikan kandungan unsur hara tanah semula dengan besarnya
Menurut bentuknya, erosi dibedakan atas erosi lembar, erosi alur, erosi
parit, erosi tebing sungai, longsor, dan erosi internal. Erosi yang terjadi pada
tanggul atau tepi saluran irigasi atau drainase dapat berupa salah satu bentuk
1) Erosi lembar
Erosi lembar adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari
suatu permukaan tanah. Kekuatan butir-butir hujan dan aliran permukaan yang
merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini (Arsyad, 2010).
2) Erosi Alur
Erosi alur (rill erosion) adalah pengangkutan tanah dari alur-alur tertentu
pada permukaan tanah, yang merupakan parit-parit kecil dan dangkal. Erosi alur
terjadi karena air mengalir di permukaan tanah tidak merata, tetapi terkonsentrasi
pada alur tertentu, sehingga pengangkutan tanah terjadi pada tempat aliran
3) Erosi Parit
Erosi parit (gully erosion) merupakan erosi yang proses terjadinya sama
dengan erosi alur, tetapi alur yang terbentuk sudah sedemikian besarnya, sehingga
tidak dapat lagi dihilangkan dengan pengelolaan tanah biasa. Erosi parit yang baru
Erosi parit yang sudah lanjut dapat mencapai 30 m dalamnya (Arsyad, 2010).
tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan
5) Longsor
Longsor (landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau
pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar.
Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu
hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan
dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta tingkat
Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal
tertentu. Oleh karena itu, besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam tinggi
kolom air (mm). besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan
atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim atau per tahun
(Arsyad, 2010).
2. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin
a) Kemiringan lereng
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik
aliran permukaan. Selain itu, semakin miringnya lereng jumlah butir-butir tanah
yang terpercik ke bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan semakin banyak
(Arsyad, 2010).
b) Panjang Lereng
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal terjadinya aliran
permukaan sampai suatu titik di mana air masuk ke dalam saluran atau sungai,
aliran permukaan berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul
di ujung lereng. Dengan demikian, lebih banyak air yang mengalir dan semakin
besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada di bagian atas lereng.
Akibatnya adalah tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar dari
c) Konfigurasi Lereng
Lereng permukaan tanah dapat berbentuk cembung atau cekung.
Pengamatan secara umum menunjukkan, bahwa erosi lembar lebih hebat pada
cekung, cenderung terbentuk erosi alur atau erosi parit (Arsyad, 2010).
d) Keragaman Lereng
Lereng permukaan tanah tidak selalu seragam kemiringannya. Keadaan
kemiringan lereng yang sangat tidak seragam, artinya dimana lereng-lereng curam
diselingi dalam jarak pendek oleh lereng-lereng yang lebih datar, mungkin
mempunyai pengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Belum ada hasil
penelitian dalam hal ini yang diterbitkan, tetapi nampaknya aliran permukaan dan
erosi lebih besar pada lereng yang tidak seragam dari pada lereng yang seragam.
Suatu pengaruh tidak langsung adalah lereng yang sangat tidak seragam lebih sulit
untuk diusahakan bercocok tanam tanaman semusim dari pada lereng yang
e) Arah Lereng
Di belahan bumi bagian utara, lereng yang menghadap ke arah selatan
mengalami erosi lebih besar dari pada yang menghadap ke utara. Hal ini
pengaruh sinar matahari secara langsung dan lebih intensif, sehingga kandungan
(Arsyad, 2010).
3. Vegetasi
dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau
rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap
dalam: (1) intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan
kekuatan perusak hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik
4. Tanah
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-
beda. Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi
berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah
infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang
agregat tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad,
2010).
5. Manusia
diusahakannya akan rusak dan menjadi tidak produktif atau menjadi baik dan
produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan
sehingga menjadi lebih baik dan memberikan pendapatan yang tinggi untuk
jangka waktu yang tidak terbatas, antara lain: (a) luas tanah pertanian yang
diusahakannya, (b) jenis dan orientasi usaha taninya, (c) status penguasaan tanah,
(d) tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi petani yang diusahakannya, (e)
perimbangan harga antara harga produk pertanian dan harga sarana produksi dan
kebutuhan petani, (f) sistem perpajakan, (g) sumber modal yang diperlukan
petani, (h) infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan petani, dan (i) untuk petani
kecil adalah keuntungan dalam waktu singkat yanag akan mereka terima (Arsyad,
2010).
metode prediksi erosi sebagai berikut yaitu model parametrik, model revised
deterministik, model creams. Namun yang dipakai dalam penelitian ini adalah
USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi
rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu.
USLE juga bermanfaat untuk tanah tempat bangunan dan penggunaan non-
memperhitungkan hasil sedimen dari eros di parit, tebing sungai, dan dasar sungai
(Arsyad, 2010).
USLE dikembangkan di National Runoff and Soil Loss Data Centre yang
didirikan pada tahun 1954 oleh The Science and Education Administration
penelitian federal dan negara bagian menyumbangkan lebih dari 10.000 petak-
tahun data erosi dan aliran permukaan untuk analisis statistik (Arsyad, 2010).
dalam mm tahun-1 atau ton ha-1 merupakan erosi yang masih dapat dibiarkan atau
ditoleransi agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan
2010).
tersebut adalah kedalaman tanah, ciri-ciri fisik dan sifat-sifat tanah lainnya, yang
Keterangan :
Sangat dangkal : Kedalaman <25 cm
Dangkal : Kedalaman 5 – 50 cm
Sedang : Kedalaman 51 – 90 cm
Dalam : Kedalaman > 90 cm
erosi terbolehkan pada setiap unit lahan (Firdaus et al, 2016). Indeks bahaya erosi
terbolehkan.
mengelola tanah agar sesuai dengan fungsinya. Konservasi yang dilakukan guna
menjadi tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan
(3) metode kimia. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan
dan sisa – sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi
jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Adapun konservasi tanah
terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: (1) metode vegetatif; (2) Metode Mekanik;
yang menutupi tanah secara terus – menerus, (2) penanaman dalam strip (strip
cropping), (3) pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman
(Kartasaputra, 2005)
permukaan sehingga daya rusak tanahnya kecil dengan cara mengalirkan limpasan
permukaan melalui bangunan dan saluran yang telah disiapkan Rahman (2013).
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik atau mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, (c)
aerasi tanah, dan (d) penyediaan air bagi tanaman. Bentuk-bentuk konservasi
pengolahan tanah menurut kontur (contour cultivation), (3) guludan dan guludan
bersaluran menurut kontur, (4) teras, (5) DAM penghambat (check dam), waduk
(balong), (farm ponds), rorak, tanggul dan (6) perbaikan drainase dan irigasi
(Kartasaputra, 2005).
alami. Metode ini jarang diterapakan karena mahal serta kurang efisien
untuk daerah yang luas. Cara kerjanya adalah dengan suntikan atau injeksi pada
MCS. Bahan kimia ini merupakan cairan yang mudah menguap dimana gas yang
Faktor-Faktor terjadinya
Erosi
Arahan Konservasi
Tanah (Peta Aarahan Laju erosi Erosi
Konservasi Tanah (metode USLE) Terbolehkan
yaitu:
jumlah sampel penelitian. Adapun cara untuk melihat jumlah satuan lahan yang
tumpang susun menggambarkan antara dua atau lebih data grafis untuk dapat
diperoleh data yang baru yang memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan)
gabungan dari beberapa data grafis tersebut. Software yang digunakan dalam
pemetaan tersebut adalah Arc.GIS 10.1. Adapun peta yang akan ditupang
susunkan adalah peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan peta jenis
tanah dari Kecamatan Merdeka, sehingga diperoleh peta satuan lahan yang
Adapun peta yang akan ditupang susunkan adalah peta penggunaan lahan,
peta kemiringan lereng, dan peta jenis tanah Kecamatan Merdeka, sehingga
didapatlah peta satuan lahan yang diperlukan untuk pengambilan sampel. Dalam
yaitu dengan mengambil sampel pada titik-titik pengamatan dari setiap satuan
data tentang gambaran umum erosi dan konservasi lahan baik faktor erodibilitas
lokasi penelitian.
curah hujan seperti data curah hujan harian, data hari hujan dan data curah hujan
maksimum. Ke 3 (tiga) data ini akan diidentifikasi dan dianalisis untuk melihat
kerapatan masa tanah, tekstur tanah, c-organik tanah, dan permeabilitas tanah.
penelitian. Adapun peta yang akan dianalisis yaitu: (1) Peta kemiringan lereng; (2)
Peta tanah; (3) Peta penggunaan lahan (4) Peta Satuan lahan (5) Peta Indeks
bahaya erosi (6) Peta tingkat Bahaya Erosi (7) Peta Arahan Konservasi Tanah.
Dalam teknis analisis data pada penelitian ini menggunakan metode USLE
adalah model pendugaan erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith
(1978) untuk memprediksi erosi di suatu tempat atau lahan. Adapun metode atau
A = R.K.LS.C.P………………………………………………………. (1)
pada suatu lahan (Sutrisno et al, 2013). Data curah hujan dari stasiun pengamatan
hujan lokasi penelitian, selama 30 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan
untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) melalui Persamaan 2 (Bols, 1978).
El30 = 6,119 (CH) 1,21 x (HH) -0,47 x (P.Max) 0,53 ………… (2)
Dimana :
CH = rata-rata curah hujan bulanan (cm)
HH = jumlah hari hujan per bulan (hari)
P.Max = curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang
bersangkutan (cm)
atau mudah tidaknya tanah tererosi (Sutrisno, 2016). Faktor erodibilitas tanah
.............. (3)
Dimana :
K = Faktor erodibilitas tanah
M = Ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus)
(100 - % liat) jika data yang tersedia hanya data % debu,
% pasir, dan % liat, maka % liat sangat halus diperoleh
dari 20% dari % pasir
a = bahan organik tanah ( % C x 1,724)
b = Harkat struktur tanah (Tabel 3)
c = Harkat permeabilitas profil tanah (Tabel 4)
lereng. Persamaan yang dibuat oleh Christian dan Stewart dapat digunakan untuk
lahan yang tidak dilakukan pengelolaan dengan lahan yang ditanam dengan
pengelolaan tertentu (Sutapa, 2012). Faktor vegetasi penutup ini dapat dihitung
dengan melihat indeks nilai faktor erosi dari tiap jenis lahan berdasarkan peta
penggunaan lahan yang telah tersedia. Untuk melihat nilai faktor (C) untuk
tererosinya tanah dengan praktek pengelolaan tanah seperti teras, guludan dan lain
sebagainya dengan tanah yang tanpa konservasi (Mey, 2010). Faktor pengelolaan
tanah dan penutup tanah (P) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi
tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan
ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransi dan tingkat bahaya
erosi. Untuk nilai faktor erosi berdasarkan praktek konservasi dapat dilihat pada
Tabel 8.
1 Teras bangku
a. Konstruksi baik 0,04
b. Konstruksi sedang 0,15
c. Konstruksi kurang baik 0,35
d. Teras traditional 0,40
2 Strip tanaman rumput Bahia 0,40
3 Pengolahan tanah dan penanaman menurut
garis kontur
a. Kemiringan 0-8% 0,50
b. Kemiringan 9-20% 0,75
c. Kemiringan >20% 0,90
4 Tanpa tindakan konservasi 1,00
Sumber: Arsyad, (2010)
Dalam menghitung laju erosi yang amsih dapat ditoleransi diperoleh dari
umur guna tanah, kedalaman efektif tanah, faktor kedalaman tanah (jenis tanah)
dan kerapatan massa tanah (Butar, 2013). Untuk menghitung nlai erosi yang
…………………………………… (4)
dan kriteria tingkat bahaya erosi dapat dilihat pada Tabel 10.
………………………………………………………………... (5)
Dimana :
IBE = Indeks bahaya erosi
A = Laju erosi = R.K.LS.C.P (ton/ha/thn)
T = Erosi terbolehkan (ton/ha/thn)
lain :
Sumatera Utara yang merupakan dataran tinggi berada pada ketinggian 1.200 -
1.800 meter dpl. Luas wilayah Kecamatan Merdeka yaitu 44,17 km2 (2,08 %) dari
luas total Kabupaten Karo yaitu 2.127, 25 km2. Kecamatan Merdeka yang terbagi
menjadi 9 (Sembilan) Desa antara lain dapat dilihat pada Tabel 11 (BPS
4.2.2 Iklim
Iklim di suatu daerah dengan daerah lain di bumi ini berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian tempat dan kondisi geografis lainnya.
penggunaan lahan sampai pada aktivitas sosial ekonomi penduduk dan lain
sebagainya.
termasuk kedalam iklim Af yaitu iklim hutan hujan tropis. Kecamatan Merdeka
sendiri berada di dataran tinggi Karo dengan ketinggian berkisar 1.400 meter dpl
dengan temperatur udara berkisar antara 16º C sampai 17º C. Oleh sebab itu
Kecamatan ini memiliki udara yang sejuk (Kantor Kecamatan Merdeka, 2016).
hal ini tegalan. Jenis tanah di Kecamatan ini adalah Inseptisol yang menjadikan
perladangan tanaman palawija dan sayuran. Penggunaan lahan lainnya yaitu non
pertanian juga cukup luas seperti hutan sekunder, semak belukar dan permukiman.
Untuk melihat sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Merdeka ini, dapat dilihat
pada Gambar 3.
Tegalan dengan luas lahan 1.847,19 ha (57,16%) dari luas total Kecamatan
berbagai jenis tanaman pertanian seperti kentang, jeruk, wortel, bunga kol, cabai,
brokoli dan lain sebagainya. Adapun penggunaan lahan yang tersempit terdapat
pada penggunaan lahan semak belukar dengan luas lahan 131,91 ha (4,08%) dari
mendirikan tempat tinggal dan tempat melakukan berbagai aktivitas. Selain itu
memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Untuk melihat jenis tanah di Kecamatan
luas 1.368,893 ha dan andosol dengan luas lahan mencapai 1.862,254 ha. Tanah
Inseptisol merupakan jenis tanah yang belum matang dengan perkembangan profil
yang lebih lamban dibandingkan tanah matang dan sifatnya masih menyerupai
lembah sampai curam sehingga memiliki resiko bahaya erosi. Jenis tanah ini
berada pada kisaran 20-50 cm dibawah permukan tanah. Tanah inseptisol baik
volkan yang dipengaruhi oleh abu volkan. Dalam hal ini wilayah Kecamatan
Merdeka di pengaruhi abu volkan gunung sinabung dan gunung sibayak. Tanah
ini terbentuk oleh campuran abu volkan dengan solum tanah yang relatif tebal
serta dengan bahan organik yang sangat tinggi sehingga tanah ini sangat baik jika
berbentuk dataran tinggi, dataran rendah maupun daerah pesisir. Ada pula yang
saat ini merupakan hasil proses geologi, geomorfologis, dan struktur geologis
Kecamatan ini adalah 8-15% dengan luas lahan yaitu 963,12 (29,81%) dari total
kecil terdapat pada kelerengan > 45% dengan luas lahan 421,17 (13,03%).
terletak di dataran tinggi karo dengan kemiringan lereng dan bentuk lahan yang
sangat bervariasi seperti terlihat pada gambar dan Tabel 13. Kecamatan Merdeka
kemiringan lereng yang bervariasi mulai dari dataran, bergelombang, berbukit dan
sampai pegunungan dengan kemiringan lereng yang juga bervariasi bahkan ada
lahan disusun dari 3 (tiga) jenis peta tematik yaitu peta jenis tanah, peta tutupan
lahan dan peta kemiringan lereng. Kecamatan Merdeka memiliki satuan lahan
sebanyak 20 (dua puluh) satuan lahan. Dua puluh satuan lahan tersebut dijadikan
sebagai sampel penelitian yang diperkirakan telah mewakili setiap satuan lahan
yang ada di Kecamatan Merdeka. Satuan lahan dan sebaran titik sampel di
laju erosi pada tiap satuan lahan di Kecamatan Merdeka. Adapun parameter yang
harus di ukur untuk memperoleh laju erosi antara lain yaitu : a) Faktor erosivitas
(R) atau curah hujan; b) Faktor erodibilitas tanah (K); c) Faktor panjang dan
kemiringan lereng (LS); Faktor vegetasi penutup (C); dan Faktor praktek
yang dapat dilihat pada Persamaan 1. Parameter pendugaan erosi menurut USLE
Data rata-rata curah hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan dan curah
cm/thn dengan distribusi nilai R bulanan tertinggi pada bulan maret yaitu
295,87cm/bln. Adapun nilai erosivitas terendah terjadi pada bulan Juli yaitu
pengukuran lapangan dalam hal ini mengambil sampel tanah untuk masing-
masing titik sampel yang mewakili untuk tiap satuan lahan dengan menggunakan
ring sampel dan ditambah dengan pengambilan sampel tanah sebanyak 0,5 kg
mengukur parameter fisik dan biologi tanah antara lain: tekstur tanah
(perbandingan kadar pasir, debu dan liat), permeabilitas tanah, bulk density (berat
jenis tanah), dan bahan organik tanah. Untuk melihat struktur tanah dilakukan
kadar pasir, debu dan liat), permeabilitas tanah, bulk density (berat jenis tanah),
bahan organik dan struktur tanah dengan menggunakan Persamaan 3. Hasil dari
analisis laboratorium dan pengukuran lapangan tersebut disajikan pada Tabel 16.
terdapat pada satuan lahan IIIKk dengan nilai 0,434, sedangkan indeks erodibilitas
tanah terendah terdapat pada satuan lahan IIVHz dengan nilai 0,105. Menurut
terhadap erosi.
terhadap kerentanan erosi. Untuk mengetahui kategori dan indeks panjang dan
salah satu faktor erosi yang cukup berpengaruh pada kerentanan erosi pada suatu
tegalan, hutan sekunder, semak belukar, dan pemukiman yang dapat dilihat pada
vegetasi penutup dilakukan pencocokan data jenis tanaman dengan nilai faktor C
Tabel 17. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Kecamatan Merdeka
No Unit Lahan Kemiringan Lereng Nilai LS
(%)
kemiringan lereng >45 dengan besar indeks 12,00. Sedangkan nilai LS terkecil
terdapat pada kemiringan lereng 0-8 % dengan indeks sebesar 0,25. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa jika semakin kecil kemiringan lereng maka
semakin kecil pula nilai LS (indeks erosi berdasarkan kemiringan dan panjang
lereng). Dan sebaliknya jika semakin besar kemiringan lereng maka semakin
erosi tertinggi yaitu 0,7, sedangkan permukiman dan hutan sekunder memiliki
dilakukan manusia terhadap suatu lahan untuk menjaga kelestarian lahan tersebut.
Untuk melihat praktek konservasi di Kecamatan Merdeka dapat dilihat pada Tabel
19.
pada praktek konservasi tanpa tindakan konservasi yaitu sebesar 1,00, sedangkan
nilai faktor P terendah terdapat pada praktek konservasi strip tanaman rumput dan
teras tradisional yaitu sebesar 0,4. Jadi dapat juga dilihat pada Tabel 19 tersebut
bahwa jika lahan tersebut dilakukan praktek konservasi maka akan mengurangi
indeks erosi atau memperkecil kerentanan erosi. Sedangkan jika tidak dilakukan
atau dengan praktek konservasi yang buruk maka akan memperbesar indeks atau
kerentanan erosi.
lahan permukiman dengan satuan satuan lahan AIKk yaitu sebesar 29,667
sedangkan nilai laju erosi tertinggi terdapat pada penggunaan lahan tegalan
dengan satuan lahan AIVUs yaitu sebesar 1.683,317 ton/ha/tahun. Rata-rata laju
beberapa faktor seperti faktor kedalaman tanah, solum tanah, kerapatan massa
tanah / bulk density serta umur guna tanah dapat dilihat pada Tabel 21. Untuk
Tabel. 20. Laju Erosi Pada Berbagai Satuan Lahan Kecamatan Merdeka
No Unit Nilai Faktor-Faktor Erosi Laju Erosi Luas
Lahan R K LS C P (ton/ha/ (Ha) (%)
thn)
1 AIKk 1.685,609 0,352 0,25 0,2 1,00 29,667 51,01 1,57
2 IIHz 1.685,609 0,383 0,25 0,2 1,00 32,279 115,36 3,57
3 IIBl 1.685,609 0,314 0,25 0,3 1,00 39,696 9,24 0,29
4 AIUs 1.685,609 0,275 0,25 0,7 0,50 40,560 605,27 18,73
5 IIIKk 1.685,609 0,253 1.20 0,2 0,40 40,940 49,93 1,55
6 IIIHz 1.685,609 0,359 1,20 0,2 1,00 145,232 216,46 6,70
7 IIIBl 1.685,609 0,234 1,20 0,3 1,00 141,996 23,07 0,71
8 AIIUs 1.685,609 0,314 1,20 0,7 0,75 333,447 673,65 20,85
9 AIIIKk 1.685,609 0,434 4,25 0,2 0,40 248,728 24,60 0,76
10 IIIIHz 1.685,609 0,306 4,25 0,2 1,00 438,427 246,69 7,63
11 IIIIBl 1.685,609 0,171 4,25 0,3 1,00 367,505 31,89 0,99
12 AIIIUs 1.685,609 0,183 4,25 0,7 0,40 367,075 324,21 10,03
13 AIVKk 1.685,609 0,200 9,50 0,2 0,40 256,213 3,04 0,09
pada penggunaan lahan semak belukar yaitu sebesar 36,96 ton/ha/thn dan pada
satuan lahan IIBl. Sedangkan erosi terbolehkan terkecil terdapat pada penggunaan
lahan permukiman yaitu sebesar 6,56 ton/ha/thn dan berada pada satuan lahan
IVKk.
dengan membandingkan nilai laju erosi dengan nilai erosi terbolehkan. Nilai
penggunaan lahan semak belukar yaitu 218,31 dan berada pada satuan lahan IVBl.
Sedangkan indeks bahaya erosi terendah terdapat pada penggunaan lahan semak
Tinggi
15 IIVBl 10,82 Sangat
1.436,392 132,75 Tinggi 35,61 1,10
16 AIVUs 23,97 Sangat
1.683,317 70,23 Tinggi 189,41 5,86
17 IVKk 6,56 Sangat
456,328 69,56 Tinggi 5,04 0,16
18 IVHz 25,88 Sangat
1.577,730 60,96 Tinggi 329,40 10,19
19 IVBl 6,81 Sangat
1.486,707 218,31 Tinggi 32,08 0,99
20 AVUs 11,22 Sangat
386,746 34,47 Tinggi 54,64 1,69
Total 3.231,12 100
Sumber : Hasil Analisis, (2016)
Tabel 22 (dua puluh dua) dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) kelas
indeks bahaya erosi yaitu : (1) Sedang, merupakan indeks bahaya erosi dengan
nilai 1,1-4,0 berada pada 5 (lima) satuan lahan yaitu AIKk, IIHz, IIBl, AIUs, dan
IIIKk ; (2) Tinggi, merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai 4,01-10,0 hanya
berada pada satuan lahan IIIHz; (3) Sangat Tinggi, merupakan indeks bahaya
erosi dengan nilai > 10,01 berada pada 14 (empat belas) satuan lahan yaitu IIIBl,
AIIUs, AIIIKk, IIIIHz, IIIIBl, AIIIUs, AIVUs, AIVKk, IIVHz, IIVBl, IVKk,
indeks bahaya erosi, faktor penyebab erosi dan tipe tutupan lahan. Faktor
antara lain seperti bahan organik rendah, nilai erosibilitas tinggi, tidak
menerapkan praktek konservasi, vegetasi penutup jelek, lereng yang curam dan
lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana arahan konservasi tanah
4 AIUs 1.685,609 0,275 0,25 0,7 0,50 40,560 24,25 1,67 S 605,27 18,73
5 IIIKk 1.685,609 0,253 1.20 0,2 0,40 40,940 24 1,71 S 49,93 1,55
6 IIIHz 1.685,609 0,359 1,20 0,2 1,00 145,232 23,98 6,06 T 216,46 6,70
7 IIIBl 1.685,609 0,234 1,20 0,3 1,00 141,996 13,75 10,33 ST 23,07 0,71
8 AIIUs 1.685,609 0,314 1,20 0,7 0,75 333,447 24,74 13,48 ST 673,65 20,85
9 AIIIKk 1.685,609 0,434 4,25 0,2 0,40 248,728 8,43 29,51 ST 24,60 0,76
10 IIIIHz 1.685,609 0,306 4,25 0,2 1,00 438,427 24,01 18,26 ST 246,69 7,63
11 IIIIBl 1.685,609 0,171 4,25 0,3 1,00 367,505 14,57 25,22 ST 31,89 0,99
12 AIIIUs 1.685,609 0,183 4,25 0,7 0,40 367,075 12,8 28,68 ST 324,21 10,03
13 AIVKk 1.685,609 0,200 9,50 0,2 0,40 256,213 17,75 14,43 ST 3,04 0,09
14 IIVHz 1.685,609 0,105 9,50 0,2 1,00 336,279 23,37 14,39 ST 210,43 6,51
15 IIVBl 1.685,609 0,299 9,50 0,3 1,00 1.436,392 10,82 132,75 ST 35,61 1,10
16 AIVUs 1.685,609 0,292 9,50 0,4 0,90 1.683,317 23,97 70,23 ST 189,41 5,86
17 IVKk 1.685,609 0,282 12,00 0,2 0,40 456,328 6,56 69,56 ST 5,04 0,16
18 IVHz 1.685,609 0,390 12,00 0,2 1,00 1.577,730 25,88 60,96 ST 329,40 10,19
19 IVBl 1.685,609 0,245 12,00 0,3 1,00 1.486,707 6,81 218,31 ST 32,08 0,99
20 AVUs 1.685,609 0,239 12,00 0,2 0,40 386,746 11,22 34,47 ST 54,64 1,69
Sumber : Hasil Analisis, (2016)
Tabel 24. Arahan Konservasi Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan lahan
No Satuan Kelas Faktor Penyebab Erosi Penggunaan Arahan Konservasi Kode Arahan
Lahan TBE lahan Konservasi
1 AIKk S bahan organik rendah, Nilai Erodibilitas agak Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah
tinggi, tanpa praktek konservasi AIKkSP1a
2 IIHz S bahan organik rendah, Nilai Erodibilitas agak Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pengkayaan dengan pohon serbaguna dan kebun IIHzSH1
tinggi, tanpa praktek konservasi campuran
3 IIBl S tanpa praktek konservasi Belukar Penghutanan kembali, talun IIBlSB1
4 AIUs S Erodibilitas sedang, vegetasi penutup jelek Tegalan Penanaman tumpang sari, pemanfaatan mulsa AIUsST1
5 IIIKk S Erodibilitas sedang Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah IIIKkSP1b
6 IIIHz T Nilai Erodibilitas agak tinggi, tanpa praktek Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pengkayaan dengan pohon serbaguna dan kebun IIIHzTH2
konservasi campuran, talun
7 IIIBl ST tanpa praktek konservasi Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IIIBlSTB3a
penanaman menurut kontur
8 AIIUs ST bahan organik rendah, vegetasi penutup jelek Tegalan Penanaman tumpang sari, pemanfaatan mulsa AIIUsSTT3a
9 AIIIKk ST Lereng agak curam, Nilai Erodibilitas agak Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah, pembuatan saluran pembuangan air AIIIKkSTP3a
tinggi,
10 IIIIHz ST Lereng agak curam, bahan organik rendah, tanpa Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna dan kebun campuran bervegetasi rapat, IIIIHzSTH3a
praktek konservasi penanaman menurut kontur, tanaman penutup tanah
11 IIIIBl ST Lereng agak curam, tanpa praktek konservasi Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IIIIBlSTB3a
penanaman menurut kontur
12 AIIIUs ST Lereng agak curam, vegetasi penutup jelek Tegalan Tumpang sari, mulsa, penanaman sejajar kontur, teras gulud, saluran pengelak AIIIUsSTT3b
13 AIVKk ST Lereng curam Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah, pembuatan saluran pembuangan air AIVKkSTP3a
14 IIVHz ST Lereng curam, tanpa praktek konservasi Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna dan kebun campuran bervegetasi rapat, IIVHzSTH3a
penanaman menurut kontur, tanaman penutup tanah
15 IIVBl ST Bahan organik rendah, Lereng curam, tanpa Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IIVBlSTB3a
praktek konservasi penanaman menurut kontur
16 AIVUs ST Lereng curam, tanpa praktek konservasi, vegetasi Tegalan Tumpang sari, mulsa, penanaman searah lereng, teras gulud, saluran pengelak AIVUsSTT3c
penutup jelek
17 IVKk ST Bahan organik rendah, Lereng sangat curam Permukiman Tanaman pekarangan, tanaman penutup tanah, pembuatan saluran pembuangan air IVKkSTP3a
18 IVHz ST Bahan organik rendah, Nilai Erodibilitas agak Hutan Sekunder pengkayaan tanaman keras, pohon serbaguna dan kebun campuran bervegetasi rapat, IVHzSTH3a
tinggi, lereng sangat curam, tanpa praktek penanaman menurut kontur, tanaman penutup tanah
konservasi
19 IVBl ST Bahan organik rendah, Lereng sangat curam, Belukar Penghutanan kembali, talun tertutup vegetasi permanen, tanaman penutup tanah, IVBlSTB3a
tanpa praktek konservasi penanaman menurut kontur
20 AVUs ST Lereng sangat curam Tegalan Penanaman tumpang sari, pemanfaatan mulsa, Tumpang sari, penanaman sejajar AVUsSTT3d
kontur, teras gulud, teras bangku, saluran pengelak
Sumber : Hasil Analisis, (2016)
5.1 Pembahasan
5.2.1 Laju erosi Kecamatan Merdeka
Laju erosi di Kecamatan Merdeka diperoleh dengan mengukur beberapa
Parameter yang harus di ukur untuk melihat atau memperoleh laju erosi antara
lain yaitu : a) faktor erosivitas (R) atau curah hujan; b) faktor erodibilitas tanah
(K); c) faktor panjang dan kemiringan lereng (LS); faktor vegetasi penutup (C);
dan faktor praktek konservasi tanah (P) kemudian semua faktor ini dihitung
Tabel 20 (dua puluh) menunjukkan bahwa nilai erosi untuk setiap satuan
lahan bervariasi, hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik wilayah dari
setiap satuan lahan yang ada di Kecamatan Merdeka. Salah satu faktor
karakteristik wilayah tersebut adalah iklim dalam hal ini adalah curah hujan.
Curah hujan merupakan faktor alam yang mengakibatkan degradasi tanah. Hal
tersebut terjadi karena hempasan hujan dan erosi tanah (Notohadiprawira, 1998).
Nilai faktor erosivitas hujan untuk setiap satuan lahan di Kecamatan Merdeka
dilihat dalam Tabel 14 merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang cukup
tinggi. Hal ini dikarenakan Kecamatan ini merupakan daerah pegunungan yang
Distribusi nilai erosivitas hujan (R) bulanan dijadikan sebagai acuan dalam
penentuan waktu tanam jenis tanaman tertentu seperti tanaman holtikultura yang
ditanam di lahan yang miring. Pada bulan dengan nilai erosivitas hujan (R) yang
mengingat faktor curah hujan yang tidak dapat dikelola dalam hal ini diperkecil
karena merupakan faktor alam. Namun solusi seperti itu tidak dapat sepenuhnya
itu, hal tersebut dapat diatasi dengan cara penerapan tutupan lahan yang berfungsi
Pembuatan rorak atau parit pada jalur tanam juga sangat dibutuhkan karena dapat
digunakan sebagai saluran air yang berasal dari air hujan, sehingga tanaman yang
kerentanan erosi karena berada di wilayah curam atau lembah. Berbeda halnya
dengan sifat tanah andosol yang memiliki keremahan tanah yang baik dan solum
tanah yang tebal sehingga tanah ini cukup tahan terhadap erosi.
Kecamatan Merdeka tergolong agak tinggi bahkan mencapai angka 0,434 pada
penutup (semak belukar, hutan sekunder) dan, untuk penggunaan lahan tegalan
lahan tegalan dengan satuan lahan AIVUs serta dengan laju erosi sebesar
1.683,317 ton/ha/thn. Faktor penyebab nilai laju erosi yang tinggi dikarenakan
satuan lahan ini berada pada kelerengan 25-45% dengan nilai indeks kelerengan
sebesar 9,50. Hal tersebut diasumsikan bahwa jika semakin besar kemiringan
lereng maka semakin besar pula erosinya. Hal ini terkait dengan energi kinetik
laju erosi dilahan tersebut perlu dilakukan upaya praktek konservasi untuk
menekan laju erosi seperti melakukan penanaman dengan lajur memotong lereng
atau searah dengan garis kontur. Selain itu juga bisa dilakukan pemilihan jenis
tanaman yang memiliki nilai faktor (C) yang kecil sehingga dapat memperkecil
laju erosi.
Cara lain yang dapat di lakukan untuk mengurangi besaran laju erosi
berfungsi sebagai penghambat dari limpasan permukaan serta laju aliran air dalam
tanah, karena selain tanahnya terekat oleh akar juga didukung penyerapan air oleh
Laju erosi terkecil sendiri terjadi pada satuan lahan IIKk yaitu sebesar
29,667 ton/ha/thn. Hal ini dikarenakan satuan lahan tersebut memiliki jenis
tutupan lahan permukiman yang memiliki potensi erosi yang rendah dengan nilai
faktor C yaitu 0,2 serta dengan kemiringan lereng yang paling rendah yaitu 0-8%
(dengan topografi datar) dengan nilai LS atau faktor kemiringan dan panjang
dalam mm tahun-1 atau ton ha-1 merupakan erosi yang masih dapat dibiarkan atau
ditoleransi agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan
sifat dari erosi terbolehkan yaitu jika semakin tinggi nilai erosi terbolehkan maka
sebaliknya, jika semakin rendah nilai erosi terbolehkan maka semakin rentan
Kecamatan Merdeka dimulai dari 6,56 ton/ha/tahun dengan luas 5,04 ha (0.16%)
sampai dengan 36,96 ton/ha/tahun dengan luas lahan 9,24 ha (0.29%). Adapun
nilai erosi terbolehkan tertinggi terjadi pada satuan lahan IIBl dengan jenis
penggunaan lahan semak belukar sedangkan nilai erosi terendah terjadi pada
tanah (solum tanah), bulk density (berat masa tanah), dan resource life (umur guna
yang signifikan dalam besar kecilnya erosi terbolehkan pada suatu lahan. Semakin
besar atau dalam solum tanah maka akan semakin memperbesar nilai erosi
terbolehkan di suatu lahan. Dengan kata lain semakin dalam solum tanah akan
memperkecil terjadinya erosi di suatu lahan. Hal itu dapat terjadi karena jika suatu
lahan memiliki solum tanah yang dalam akan mengakibatkan aliran air yang ada
dalam tanah, sehingga erosi yang terjadi bisa terminimalisirkan. Sebagai contoh
pada satuan lahan IVKk yang memiliki nilai erosi terbolehkan paling kecil yaitu
sebesar 6,56 ton/ha/tahun hal ini dikarenakan solum tanah di satuan lahan ini
adalah yang sangat dangkal yaitu 25 cm. Jika dibandingkan dengan satuan lahan
IIBl yang memiliki nilai erosi terbolehkan yang tertinggi yaitu 36,96 ton/ha/tahun
Bulk density juga sangat mempengaruhi nilai dari erosi terbolehkan. Bulk
density (berat masa tanah) yang besar akan mengakibatkan nilai erosi terbolehkan
juga besar, sebaliknya jika Bulk density kecil akan mengakibatkan nilai erosi
terbolehkan juga akan kecil. Seperti terlihat pada satuan lahan IVKk yang
memiliki nilai Bulk density yaitu sebesar 1,05, lebih kecil dari satuan lahan IIBl
dengan nilai sebesar 1,68. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai erosi
Erosi terbolehkan atau erosi yang masih bisa ditoleransi ini dapat dipakai
lahan. Dalam hal ini nilai erosi terbolehkan akan dibandingkan dengan nilai laju
erosi sehingga akan menjadi acuan untuk konservasi lahan pada suatu kawasan
tertentu.
Merdeka berkisar antara 1,07 sampai 218,31. Indeks bahaya erosi terendah
terdapat pada satuan lahan IIBl dengan indeks bahaya erosi 1,07 dengan jenis
penggunaan lahan semak belukar dan dengan luas 9,24 ha (0,29%). Satuan lahan
ini memiliki indeks erosi rendah artinya memiliki kerentanan terhadap erosi yang
juga rendah. Dengan kata lain memiliki erosi yang kecil dikarenakan satuan lahan
ini memiliki laju erosi yang sangat rendah yaitu 39,696 ton/ha/thn ditambah lagi
dengan erosi terbolehkan yang tinggi yaitu 36,96. Hal tersebut akan
mengakibatkan indeks erosi yang juga kecil karena indeks erosi tersebut didapat
Indeks bahaya erosi tertinggi terdapat pada satuan lahan IVBl dengan nilai
indeks bahaya erosi 218,31dan dengan luas lahan 32,08 ha (0,99%). Satuan lahan
tersebut memiliki indeks erosi yang tinggi dipengaruhi oleh nilai laju erosi yang
yaitu 6,81 sehingga mengakibatkan nilai indeks bahaya erosi di satuan lahan ini
yaitu : (1) Sedang, merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai 1,1-4,0 ; (2)
Tinggi, merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai 4,01-10,0; (3) Sangat tinggi,
merupakan indeks bahaya erosi dengan nilai > 10,01. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa ketika nilai indeks erosi semakin besar maka semakin
besar pulalah tingkat bahaya erosinya fatmaraga (2013). Nilai indeks bahaya erosi
tingkat bahaya erosi di Kecamatan Merdeka terbagi atas 3 (tiga) kategori yaitu
tingkat bahaya erosi sedang, tingkat bahaya erosi tinggi, dan tingkat erosi sangat
tinggi. Berikut ini merupakan uraian mengenai arahan konservasi tanah pada
yang ke 2 (dua) dari 5 (lima) kategori tingkat bahaya erosi yaitu dengan nilai 1,1-
4,0 berada pada 5 (lima) satuan lahan yaitu AIKk, IIHz, IIBl, AIUs, dan IIIKk.
Pada kategori ini yang menjadi faktor penyebab erosi yaitu seperti bahan organik
rendah, nilai erodibilitas sedang sampai yang agak tinggi, lahan tanpa praktek
Kategori tingkat bahaya erosi pada tingkat bahaya erosi ini terdapat pada 4
(empat) tipe penggunaan lahan yaitu permukiman, hutan sekunder, semak belukar,
dan tegalan. Arahan konservasi tanah secara mekanik maupun vegetatif pada
konservasinya. Satuan lahan yang termasuk dalam penggunaan lahan ini ada 2
pemeliharaan ternak.
adalah tanaman semusim. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di satuan
lahan AIKk dan IIIKk memiliki kemiringan lereng yang kecil yaitu 0-8 % dan
paling tinggi hanya mencapai 8-15%. Oleh sebab itu, walaupun disekitar rumah
ditanam dengan tanaman semusim hal tersebut sudah dapat mengatasi erosi ringan
seperti erosi percik dan erosi alur. Walaupun demikian tidak ada salahnya jika
namun disarankan untuk membuat tanaman penutup tanah berupa rumput untuk
air hujan dan aliran permukaan disekitar rumah. Jika penggunaan tanaman seperti
rumput dirasa terkesan mengganggu sebagai tanaman penutup tanah, boleh diganti
cukup luas mencakup hampir setengah luasan Kecamatan ini dan persebaranannya
kawasan hutan yang sudah dipengaruhi oleh campur tangan manusia (bukan hutan
kerusakan dalam hal ini longsor. Oleh sebab itu kawasan ini perlu dilakukan
upaya konservasi.
Penggunaan lahan tegalan di kategori tingkat bahaya erosi tinggi ini hanya
terdapat pada satu satuan lahan saja yaitu IIHz. Upaya konservasi tanah yang
tahunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman pohon
serbaguna ini antara lain seperti pohon manggis, durian, mangga dan lain
tutupan lahan hutan, tanaman tersebut juga dapat memberi keuntungan ekonomis
tahunan lainnya yang sengaja ditanam di areal hutan sekunder seperti petai,
jengkol, aren, meilinjo, dan buah-buahan dan kadang juga disertai dengan jenis
tanaman semusim. Dengan demikian jika kebun campuran ini juga dipadukan
belukar sendiri memiliki ciri-ciri berupa kawasan yang ditumbuhi ilalang, dan
tanaman perdu lainnya serta beberapa pohon yang tersebar tidak beraturan. Jika
dilihat dari karakteristik semak belukar, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
lahan seperti itu kurang memiliki nilai guna yang signifikan dibandingkan
penggunaan lainnya seperti tegalan, hutan sekunder. Oleh sebab itu, perlu
erosi tinggi ini hanya terdapat pada satu satuan lahan saja yaitu IIBl.
Salah satu upaya meningkatkan nilai manfaat penggunaan lahan ini adalah
dengan cara penghutanan kembali kawasan ini. Penghutanan kembali kawasan ini
keperluan hidupnya.
Adapun cara yang lain untuk meningkatkan nilai manfaat semak belukar
yaitu dengan melakukan penanaman talun. Talun adalah lahan di luar kawasan
permukiman yang berupa tanaman hutan yang bersifat tahunan. Dengan jalan
melakukan penanaman talun di kawasan ini, maka hal ini akan meningkatkan nilai
manfaat dari kawasan ini, karena seiring berjalannya waktu ketika kawasan ini
dikelola dengan teknik talun, maka kawasan ini dapat berkembang menjadi kebun
serbaguna dan semusim serta tahunan yang memiliki niali ekonomis yang tinggi.
tegalan yang didominasi tanaman sayuran. Tanaman jenis ini memiliki tingkat
kererentan terhadap erosi yang tinggi karena memiliki perakaran yang dangkal
apalagi dengan kondidi lahan terbuka sehingga sangat mudah tererosi. Hal ini
tegalan yang bersifat terbuka tanpa tanaman penutup tanah akan mempercepat
terjadinya erosi.
Penggunaan lahan tegalan di kategori tingkat bahaya erosi tinggi ini hanya
terdapat pada satu satuan lahan saja yaitu AIUs Adapun bentuk konservasi tanah
yang bersifat konservasi vegetatif untuk kawasan ini yaitu penanaman dengan
cara tumpang sari dan penambahan mulsa organik dengan tujuan untuk
(sayuran) tersebut untuk tidak tergerus oleh limpasan air hujan. Adapun mulsa
organik tersebut merupakan bahan utama dari sumber organik tanah pertanian
ke 3 (tiga) dengan nilai 4,01-10,0 hanya berada pada satuan lahan IIIHz. Pada
kategori ini yang menjadi faktor penyebab erosi yaitu seperti nilai erodibilitas
Kategori tingkat bahaya erosi ini hanya terdapat pada 1 (satu) tipe
penggunaan lahan yaitu hutan sekunder. Sama halnya dengan kawasan hutan pada
kategori tingkat bahaya erosi sedang, pada tingkat bahaya erosi tinggipun kawasan
Salah satu alasannya ialah karena kawasan hutan di Kecamatan ini merupakan
setempat dengan cara ditebang. Oleh sebab itu perlu penanganan yang baik
penggunaann lahan hutan sekunder pada kategori tingkat bahaya erosi sedang
karena kedua wilayah hutan sekunder ini memiliki karakteristik yang hampir
sama. Hanya saja pada kawasan ini sudah tidak dijumpai lagi daerah yang datar
serbaguna yang memiliki perakaran yang kuat untuk menahan erosi seperti pohon
manggis, aren, asam glugur, durian dan lain sebagainya. Perlu ditambahkan
dengan tanaman semusim sebagai tanaman tambahan untuk menutup areal kosong
erosi yang tertinggi atau paling tinggi dengan nilai > 10,01 berada pada 14 (empat
belas) satuan lahan yaitu IIIBl, AIIUs, AIIIKk, IIIIHz, IIIIBl, AIIIUs, AIVUs,
AIVKk, IIVHz, IIVBl, IVKk, IVHz, IVBl, AVUs. Pada kategori ini yang menjadi
faktor penyebab erosi yaitu seperti bahan organik rendah, nilai erodibilitas agak
tinggi, lahan tanpa praktek konservasi, vegetasi penutup jelek, lereng agak curam
Kategori tingkat bahaya erosi ini terdapat pada 4 (empat) tipe penggunaan
lahan yaitu permukiman, hutan sekunder, semak belukar, dan tegalan dengan
jumlah yang cukup banyak dengan karakteristik yang berbeda. Perlakuan arahan
konservasi tanah secara mekanik maupun vegetatif pada berbagai tipe penggunaan
lahan yaitu AIIIKk, AIVKk, dan IVKk. Adapun konservasi vegetatif yang dapat
memiliki perakaran yang kuat. Adapun cara yang hampir sama dengan itu adalah
dengan tanaman multipurpose trees yaitu jenis tanaman serbaguna yang memiliki
perakaran yang kuat untuk menahan erosi seperti pohon manggis, aren, asam
Daerah yang sejuk seperti tanah karo ini disarankan untuk menanam jeruk
disekitar lingkungan rumah karena tanaman ini cukup baik ditanaman di kondisi
daerah yang bertemperatur dingin. Hal ini terutama dilakukan pada permukiman
yang dibangun pada kemiringan lereng 15-25%, 25-45% bahkan terutama sekali
pada satuan lahan >45%. Namun hal tersebut perlu catatan khusus dalam
pemanfaatan lahan di kemiringan lereng >45%, karena pada satuan lahan tersebut
sebaiknya tidak perlu di lakukan pembangunan rumah. Hal ini dikarenakan pada
terjadinya bahaya longsor. Namun hal tersebut dikembalikan pada warga setempat
Jika dilihat dari perlakuan lahan pada kategori tingkat bahaya erosi sangat
permukiman di wilayah dengan kategori tingkat bahaya erosi sedang yaitu dengan
pembuangan air pada kawasan ini. Hal ini dimaksudkan karena kawasan
permukiman di kategori ini memiliki kemiringan lereng yang cukup besar mulai
Upaya konservasi lahan seperti pembuatan saluran air ini berfungsi untuk
Dengan kata lain hal ini dilakukan dengan tujuan membuat tempat aliran air agar
aliran air tetap terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya erosi bahkan
longsor.
lahan yaitu IIIIHz, IIVHz, IVHz. Penggunaan lahan hutan sekunder di kawasan
dengan kategori tingkat bahaya erosi yang sangat tinggi pada dasarnya memliki
perlakuan lahan yang kurang lebih sama dengan kategori tingkat bahaya erosi
sedang dan tinggi. Hanya saja yang membedakannya adalah pada kemiringan
lereng kawasan, yang mana kawasan ini memiliki kemiringan lereng yang cukup
besar. Oleh karena itu ada perlakukan khusus yang harus diberikan untuk hutan
serbaguna, penaman kebun campuran, hal yang perlu dilakukan lagi adalah
yang pada praktiknya mengikuti garis kontur bumi atau dengan kata lain
memotong arah lereng. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil
aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi air, dan mencegah longsor. Hal tersebut
dilakukan karena kawasan hutan di kategori ini memiliki kemiringan lereng yang
kebun campuran berupa tanaman keras dan tahunan yang memiliki usia yang
relatif lama dengan daya tahan yanag kuat. Hal ini dimaksudkan agar kawasan
hutan tersebut dapat bertahan dengan waktu yang lama dan dapat memberi
manfaat dalam masa waktu yang relatif lama bagi warga setempat.
dilakukan di kawasana hutan yang memiliki kemiringan lereng yang besar ini.
rerumputan. Rerumputan ditanam didasar hutan yang masih kosong atau tanpa
adanya tegakan pohon. Hal tersebut dilakukan agar kawasan hutan tersebut
tertutup rapat oleh vegetasi sehingga aliran permukaan dan longsor lahanpun akan
satuan lahan yaitu IIIBl, IIIIBl, IIVBl, dan IVBl. Pada satuan lahan dengan
tutupan lahan semak belukar perlu dilakukan penghutanan kembali karena pada
lahan ini jarang ditemukan tegakan pohon sehingga memiliki potensi erosi yang
signifikan. Perlakuan tersebut sama halnya dengan kawasan hutan pada kategori
tingkat bahaya erosi sedang dan tinggi. Adapun hal yang membedakannya adalah
sehingga menahan laju erosi, sehingga cara ini sangat penting untuk dilakukan.
Mengingat bahwa kawasan semak belukar di kategori tingkat bahaya erosi sangat
tinggi dengan kemiringan lereng yang besar sehingga hal tersebut cukup
diatas bahwa kawasan dengan jenis tutupan lahan semak belukar dapat
dalam strip.
dilakukan dengan cara menanam tanaman semusim atau tahunan yang bersifat
rerumputan ini sangat perlu dilakukan untuk mencegah limpasan permukaan yang
terdapat pada 4 (empat) satuan lahan yaitu AIIUs, AIIIUs, AIVUs, AVUs. Pada
dasarnya kawasan ini juga menerapkan teknik konservasi seperti di tingkat bahaya
erosi sedang dan tinggi seperti tumpang sari dan mulsa. Namun masih banyak
teknik konservasi yang berbeda di terapkan pada kawasan ini, karena kawasan ini
Salah satu contohnya adalah penanaman menurut kontur. Hal ini dilakukan
mengingat topografi di kawasan ini memiliki kemiringan lereng yang besar mulai
dari landai sampai yang sangat curam yaitu 8-15% hingga >45%. Kemiringan
lereng yang curam ditambah tutupan lahan tegalan (sayuran) merupakan faktor
utama yang menyebabkan tingkat bahaya erosi yang tinggi pada lahan seperti ini
kontur.
diasumsikan supaya aliran air yang jatuh ke lahan tersebut tidak akan mengalir
secara vertikal kebawah sehingga mengikis dengan hebatnya pada lahan ini. Hal
tersebut didukung oleh Sutrisno (2013), yang menyatakan bahwa konservasi tanah
dampak buruk kemiringan dan panjang lereng yang besar. Namun ada
pengecualiaan untuk satuan lahan AIVUs. Satuan lahan ini ditumbuhi oleh jenis
tanaman kentang. Jenis tanaman kentang tidak akan tumbuh baik dengan teknik
konservasi mengikuti atau searah lereng karena jika hal tersebut terjadi maka
kentang tersebut akan busuk karena aliran airnya akan tertahan pada tiap
bendengan-bendengan yang dibuat. Oleh sebab itu, terkhusus untuk satuan lahan
AIVUs akan dilakukan penanaman searah lereng atau berlawanan dengan garis
kontur.
Metode teras bangku merupakan cara yang wajib diterapkan pada kawasan
ini karena sangat tepat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
luncuran air permukaan pada lereng yang curam sehingga kecepatan alirannya
akan berkurang sangat signifikan. Teras bangku yang telah dibuat ada baiknya di
lereng yang curam yang memicu erosi yang signifikan dapat diatasi dengan
lahan dengan kemiringan >45%. Hal ini tidak sepatutnya dilakukan karena
lestari atau dihutankan atau tidak disentuh sama sekali terkhusus untuk
lahan permukiman dengan satuan satuan lahan AIKk yaitu sebesar 29,667,
sedangkan nilai laju erosi tertinggi terdapat pada penggunaan lahan tegalan
belukar yaitu 218,31 ton/ha/thn dan berada pada satuan lahan IVBl. Indeks
agak tinggi, lahan tanpa praktek konservasi, dan lereng yang curam.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan upaya konservasi lahan di Kecamatan Merdeka oleh para
berkelanjutan.
2. Perlu studi lebih lanjut terkait dengan masalah penggunaan lahan pertanian
diminimalisirkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Satuan lahan I :
2. Satuan lahan II :
Gambar 4. Pengambilan Sampel pada jenis tanaman Kopi (kemiringan lereng > 45%)
Gambar 6. Wawancara dengan Salah Satu Warga di Areal Peremukiman Desa jaranguda
Gambar 10. Pengambilan Sampel pada Lahan Hutan Sekunder (Lereng Gunung Sibayak)