SKRIPSI
YUSRON WAHYUDI
171201082
SKRIPSI
YUSRON WAHYUDI
171201082
SKRIPSI
YUSRON WAHYUDI
171201082
Disetujui Oleh,
Komisi pembimbing
Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Yusron Wahyudi
171201081
ii
iii
iv
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul Analisis Perubahan Tutupan Lahan Habitat Orangutan Sumatera (Pongo
abelii) di Leuser Barat.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku pembimbing utama dan Bapak
Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si. selaku pembimbing pendamping penulis
atas kesediannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan hasil
penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Yayasan
Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC)
yang bersedia memberikan dukungan materi dan moral untuk pelaksanaan dan
penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk hasil penelitian yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
vi
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................ ii
ABSTRACT ................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi dan Kondisi Umum.................................................................... 4
Suaka Margasatwa Rawa Singkil .......................................................... 4
Taksonomi dan Karakteristik Orangutan Sumatera (Pongo abelii) ...... 5
Habitat Orangutan ................................................................................. 6
Ekologi Lanskap .................................................................................... 7
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penutupan lahan ..................... 8
Penginderaan Jarak Jauh ....................................................................... 9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 11
Alat dan Bahan ...................................................................................... 11
Prosedur Penelitian ................................................................................ 12
Pengumpulan Data .................................................................. 12
Pengolahan Data ...................................................................... 12
Pemotongan Citra .................................................................... 12
Analisis Penutupan lahan ........................................................ 13
Validasi Data Groundcheck .................................................... 13
Uji Akurasi .............................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penutupan lahan Leuser Barat ............................................................... 15
Pembuatan Peta Penutupan lahan .......................................................... 18
Penutupan lahan di Leuser Barat Tahun 2000, 2011, dan 2019 ............ 21
Dampak Perubahan Penutupan lahan terhadap Habitat Orangutan....... 24
Pentingnya Kawasan Ekosistem Leuser bagi para Satwa ..................... 27
Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi ............................................ 29
vii
viii
No Teks Halaman
1. Data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ............... 12
2. Luas dan Persentase Penutupan lahan Leuser Barat .............................. 16
3. Perubahan Penutupan lahan Leuser Barat .............................................. 18
4. Luas dan Persentase penutupan lahan di Leuser Barat .......................... 23
5. Perubahan penutupan lahan hutan di Leuser Barat ................................ 23
6. Data luasan penutupan lahan distribusi Orangutan di Leuser barat ....... 28
ix
No Teks Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 11
2. Peta Penutupan lahan tahun 2000 .......................................................... 20
3. Peta Penutupan lahan tahun 2011 .......................................................... 21
4. Peta Penutupan lahan tahun 2019 .......................................................... 22
5. Lintas perubahan penutupan lahan hutan dan area perubahan penutupan lahan
hutan di Kawasan Ekosistem Leuser ..................................................... 25
6. Peta distribusi Orangutan ....................................................................... 28
No Teks Halaman
1. Uji Akurasi Hasil Klasifikasi ................................................................. 12
2. Penutupan lahan Tahun 2000 ................................................................. 16
3. Penutupan lahan Tahun 2011 ................................................................. 18
4. Penutupan lahan Tahun 2019 ................................................................. 23
5. Dokumentasi di Lapangan...................................................................... 23
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Leuser Barat merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Gunung
Leuser yang terletak di Sebelah Barat yang mencakup beberapa Kabupaten Aceh
yaitu antara lain Aceh Singkil, Subulussalam, dan Aceh Selatan. Leuser Barat
termasuk juga kedalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang membentang luas
di Provinsi Aceh terutamanya pada Kabupaten Aceh Selatan, merupakan kawasan
konservasi yang memiliki bentang alam dan keanekaragaman hayati yang tinggi
serta rumah bagi para satwa dan tumbuhan. Terletak di dua provinsi paling utara
Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara), dengan luas 2,6 juta hektar yang sangat
berperan penting bagi habitat dan populasi flora dan fauna. Kawasan Ekosistem
Leuser di wilayah Aceh adalah seluruh kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian sumber daya lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan yang terdiri dari Kawasan Ekosistem
Leuser sebagai kawasan suaka alam dan atau kawasan pelestarian alam.
Pentingnya Kawasan Ekosistem Leuser tidak saja diukur dari fungsi
ekologi, tetapi juga ekonomi dan nilai- nilai estetika yang tidak dapat dinilai.
Dengan topografi yang dramatis membuat fungsi ekosistemnya sebagai sistem
pendukung kehidupan lebih dari empat juta orang yang tinggal di daerah
sekitarnya. Ekosistem ini merupakan tempat perlindungan terbesar dari hutan
hujan Malesian yang belum terganggu di dunia. Leuser juga merupakan hutan
hujan yang memiliki beragam satwa dan sangat dikenal di dunia ilmu
pengetahuan, seperti spesies mamalia, burung, reptil, ikan, invertebrata lainnya,
tanaman dan organisme lain.
Penutupan lahan didefinisikan sebagai penyebutan kenampakan biofisik di
permukaan bumi yang terdiri dari areal vegetasi. lahan terbuka, lahan terbangun.
tubuh air dan lahan basah. Melalui peta penutupan lahan dapat diketahui informasi
jenis-jenis penutupan lahan, luas dari setiap jenis penutupan lahan serta pola atau
sebaran pemanfaatan ruang pada suatu wilayah. Informasi yang disajikan dalam
peta penutupan lahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti
penelitian maupun berbagai kegiatan lainnya. Penelitian yang dapat dilakukan
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perubahan penutupan lahan yang terjadi di Leuser Barat.
2. Menganalisis dampak perubahan penutupan lahan terhadap habitat
Orangutan (Pongo abelii) yang terdapat Leuser Barat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat:
1. Sebagai data base bagi peneliti mengenai perubahan penutupan lahan
habitat Orangutan Sumatera di Leuser Barat.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan atau
Stakeholder tentang pentingnya pelestarian Orangutan Sumatera (Pongo
abelii).
TINJAUAN PUSTAKA
Habitat Orangutan
Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dengan keanekaragaman
spesies primata. Dari seluruh spesies primata di dunia, 20% diantaranya dapat
ditemukan di Indonesia, salah satu dari spesies primata tersebut adalah Orangutan.
Orangutan merupakan satu-satunya spesies kera besar yang dapat ditemukan di
Asia. Sebanyak 32 jenis primata dari 40 jenis yang ada di Indonesia telah tercatat
dalam Red Data Book IUCN. Terdapat 3 jenis Orangutan yang terdapat di
Indonesia 2 diantaranya berasal dari Pulau Sumatera dan 1 lagi dari Kalimantan,
yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Orangutan Kalimantan
(Pongo pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Hal ini
menunjukkan tingginya tingkat ancaman terhadap satwa primata di
Indonesia (Supriatna dan Wahyono 2000).
Menurut IUCN (2017) Orangutan Sumatera merupakan satwa yang
tersebar di daerah hutan pegunungan, hutan rawa gambut, dan hutan dataran
rendah yang lembab. Julizar et. al. (2018) menyatakan bahwa Orangutan dapat
ditemukan tidak lebih dari ketinggian 1000 mdpl (meter diatas permukaan laut)
dengan luas habitat 20.533,76 km2 (KKPL Batang Toru, 2019). Akan tetapi, saat
ini jenis kera besar ini hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan, dimana
90% berada di Indonesia. Penyebab utama terjadi penyempitan daerah sebaran
adalah karena manusia dan Orangutan menyukai tempat hidup yang sama,
terutama dataran alluvial disekitar daerah aliran sungai dan hutan rawa gambut.
Pemanfaatan lahan tersebut untuk aktivitas sosial, ekonomi, budaya dan
infrastruktur manusia umumnya dapat berakibat fatal bagi habitat dan populasi
Orangutan, yang mana populasi Orangutan menurun secara drastis beberapa
decade belakangan ini akibat hilangnya hutan dataran rendah. Prediksi para ahli,
jika kondisi ini tidak membaik, maka dalam 10 tahun terakhir kita akan
kehilangan hampir 50% dari jumlah populasi yang ada saat ini (Dephut, 2007).
Hasil survey Singleton et. al. (2014) menyatakan di dalam ekosistem
Leuser terdapat 1.025 km2 Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang lebih kecil dan
Taman Nasional Gunung Leuser sepanjang 7.972 Km2 yang menjadi tempat
persebaran dari Orangutan Sumatera. Taman Nasional yang lebih kecil sebagian
besar adalah pengunungan tinggi, karena Orangutan Sumatera jarang ditemukan
di ketinggian 1500 mdpl membuat sebagian Orangutan menempati ekosistem
Leuser di luar taman nasional dengan ketinggian dibawah 500 mdpl.
Kelangsungan hidup Orangutan sangat bergantung kepada habitatnya
dihutan hujan tropis mulai dari hutan dataran rendah, rawa, kerangas hingga hutan
pegunungan diketinggian 1.800 mdpl (Rijksen, 1978). Batas ketinggian itu
mencerminkan ketersediaan sumber pakan yang disukai dari pada faktor iklim.
Pada habitat alaminya, Orangutan merupakan satwa liar tipe pengumpul atau
pencari makanan yang oportunis (memakan apa saja yang dapat diperolehnya).
Distribusi jumlah dan kualitas makanan, terutama buah-buahan sebagai makanan
pokok Orangutan, sangat memengaruhi perilaku pergerakan, kepadatan populasi
dan organisasi sosialnya (Meijaard et al, 2001).
Ekologi Lanskap
Ekologi lanskap merupakan suatu bagian dari ilmu ekologi yang
mempelajari bagaimana struktur lanskap mempengaruh kelimpahan dan distribusi
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Data
Pengambilan data primer dilakukan secara langsung di lapangan dengan
berupa titik lokasi yang terjadinya perubahan penutupan lahan yang didapat dari
citra. Data sekunder yang digunakan berupa peta penutupan lahan Leuser Barat
(Aceh Singkil, Kota Subulussalam, dan Aceh Selatan pada tahun 2000, 2011, dan
2019 didapat dari apgis.menlhk.go.id dan data distribusi habitat Orangutan
didapat dari OIC. Peta Administrasi Kabupaten dan peta batas wilayah didapat
dari situs www.tanahair.indonesia.go.id.
Uji Akurasi
Uji akurasi digunakan untuk melihat tingkat kesalahan yang dilakukan
pada proses klasifikasi area contoh yaitu dengan cara membandingkan hasil
klasifikasi citra dengan data yang diperoleh dilapangan, sehingga dapat ditentukan
besar persentase ketelitiannya. Akurasi biasanya dianalisis dalam suatu matriks
kontingensi, yaitu matriks bujur sangkar yang memuat jumlah pixel dalam
klasifikasi yang sering disebut dengan error matrix atau confussion matrix
(Affan et al., 2010).
Overall accuracy (akurasi umum) adalah suatu persentase jumlah piksel
yang dikelaskan secara benar dibagi dengan jumlah total piksel yang digunakan
(jumlah piksel yang terdapat di dalam diagonal matrik dengan jumlah seluruh
piksel yang digunakan. Berdasarkan pendapat Rini (2018) menyatakan bahwa
ketelitian suatu hasil interpretasi dapat digunakan sebagai keperluan analisis jika
memiliki tingkat ketelitian mencapai minimal 80 – 85%.
Pada wilayah Leuser Barat yang mencakup Kabupaten Aceh Singkil, Kota
Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Selatan memiliki 4 jenis penutupan lahan
hutan; antara lain hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan
mangrove sekunder, hutan rawa primer, dan hutan rawa sekunder. Penutupan
lahan hutan ini memiliki luas yang berbeda-beda setiap tahunnya dan
keberadaannya sangat berperan penting dan berdampak positif terhadap
keseimbangan ekosistem, lingkungan, masyarakat, serta rumah bagi habitat satwa
liar yang ada di dalamnya, terutama Orangutan. Penutupan lahan hutan pada tahun
2000 memiliki total luasan sebesar 451.804,44 Ha, lalu pada tahun 2011 terjadi
penuruan menjadi 405.633,51 Ha, dan pada tahun 2019 terjadi penuruan lagi
menjadi 388.926,56 Ha. Luasan hutan setiap tahunnya mengalami penurunan
seiring berjalannya waktu, yang mana hal ini bisa terjadi karena populasi
penduduk setiap tahunnya yang semakin meningkat sehingga membutuhkan lahan
lebih untuk keberlangsungan hidupnya ditambah lagi dengan perkembangan
zaman dan pembangunan infrastruktur yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan
Vella et al (2014) yang menyatakan pembangunan yang terus meningkat diiringi
dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan hidup menyebabkan
semakin bertambahnya tekanan fisik terhadap kawasan hutan.
a b c
d e f
Gambar 5. Lintas perubahan penutupan lahan hutan menjadi non hutan dan area
perubahan penutupan lahan hutan di Kawasan Ekosistem Leuser pada tahun (a)
2000 (b) 20111 (c) 2019 (d) 2000-2011 (e) 2011-2019 (f) 2000-2019
Catatan: Warna hijau adalah Penutupan lahan hutan
Warna kuning adalah Penutupan lahan non hutan
Warna merah adalah Area terjadinya perubahan penutupan lahan.
ketiga adalah hutan rawa sekunder dengan luas 83.779 Ha pada tahun 2000 dan
menjadi 77.785 Ha pada tahun 2011 artinya hutan rawa sekunder mengalami
degradasi lahan seluas 5.994 Ha.
Pada rentang tahun 2011 hingga 2019 adapun jenis penutupan lahan yang
mendominasi adalah hutan lahan kering primer dengan luas 122.222 Ha pada
tahun 2019 dan jumlahnya mengalami seidkit penurunan pada tahun 2011 menjadi
80.306 Ha pada tahun 2011 artinya hutan lahan kering sekunder mengalami
degradasi lahan seluas 41.916 Ha. Untuk hutan lahan kering sekunder sendiri
luasannya pada tahun 2011 sebesar 121.828 Ha dan mengalami penurunan pada
tahun 2019 sebesar 76.186 Ha, artinya penutupan lahannya mengalami degradasi
sebesar 45.642 ha. Kemudian jenis penutupan lahan yang mendominasi ketiga
adalah hutan rawa sekunder dengan luas 77.785 ha pada tahun 2011 dan menjadi
73.750 ha pada taun 2019 artinya hutan rawa sekunder mengalami degradasi lahan
seluas 4.035 ha.
dikunjungi, dan menjadi tempat tinggal bagi satwa liar tertentu dikarenakan
berbagai macam faktor dapat dikatakan sebagai habitat kesukaan (habitat
preference) (Kuswanda dan Setyawati, 2016). Orangutan menyukai kawasan
hutan tropis dengan jenis habitat hutan rawa, hutan dataran rendah sampai hutan
dataran tinggi seperti hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder
dengan ketinggian ±1500 mdpl. Orangutan lebih banyak menghabiskan waktunya
di pepohonan (arboreal) dan dapat dijumpai pada ketinggian 10 sampai 20 meter
pada kanopi pohon. Walau sering di pepohonan, kadang-kadang Orangutan turun
juga ke permukaan tanah untuk memakan tanah, serangga ataupun makanan yang
lainnya (Setia, 2009).
populasi badak sumatera tidak pasti berapa yang tersisa di hutan Sumatera.
Menurut Nicholls (2012), populasi badak sumatera di alam diperkirakan sebanyak
200-300 individu yang tersisa dan terdistribusi pada wilayah Asia Tenggara.
Populasi badak sumatera menurun akibat kehilangan habitat, perburuan liar, alih
fungsi kawasan, perambahan hutan, dan penebangan hutan secara liar.
Harimau sumatera merupakan satwa liar yang termasuk dalam warisan
kekayaan Indonesia yang masih tersisa dan bertahan hidup, selain itu harimau
sumatera juga termasuk dalam klassifikasi kritis dan masuk dalam daftar merah
yang dirilis oleh Lembaga Konservasi dunia IUCN yaitu dimana harimau
sumatera sudah terancam punah. Populasi yang masih liar di alam kemungkinan
ada 450-600 ekor saja, dan terus berkurang seiring dengan meningkatnya
ancaman seperti, hancurnya habitat, perburuan, perdagangan illegal, dan adanya
konflik manusia dengan harimau (Plowden dan Bowles, 1997).
Kawasan Ekosistem Leuser memiliki hutan yang luas dengan tingkat
kerusakan yang relatif rendah dibandingkan hutan-hutan lainnya di Indonesia, dan
merupakan kawasan gabungan ekosistem yang kompleks, dari hutan pesisir, hutan
dataran rendah, hingga hutan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari
3000mdpl. Hal ini menjadikan Kawasan Ekosistem Leuser memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan menjadi tempat yang strategis bagi
habitat para satwa yang ada didalamnya.
Kesimpulan
1. Perubahan penutupan lahan yang terjadi di Leuser Barat yaitu penurunan
luas penutupan lahan terbesar dari rentang tahun 2000 hingga 2019 adalah
hutan lahan kering sekunder seluas 58.623,91 Ha (31,82 %), sawah seluas
49.805,40 Ha (73,85 %), dan hutan rawa sekunder seluas 49.489,19 Ha
(38,74 %), sedangkan yang mengalami penambahan luas penutupan lahan
terbesar adalah perkebunan seluas 120.278,21 Ha (10249,61 %), hutan
lahan kering primer seluas 43.265,593 Ha (33,70 %), dan pertanian lahan
kering bercampur semak seluas 28.870,02 Ha (536,37 %).
2. Dampak dari perubahan penutupan lahan terhadap habitat Orangutan
Sumatera (Pongo abelii) antara lain terjadinya penekan habitat menjadi
lebih kecil atau terisolir, menurunnya tingkat populasi, terjadinya
fragmentasi habitat, spesies keluar dari habitatnya, konflik, dan bahkan
kepunahan spesies. Hal ini disebabkan karena kebakaran hutan, konversi
lahan hutan menjadi non hutan (perkebunan, pemukiman, jalan raya),
perburuan, perdagangan, deforestasi, kebutuhan infrastruktur, dan konflik
dengan manusia.
Saran
Perlunya dilakukan penelitian lanjutan mengenai perubahan penutupan
lahan di Leuser barat yang menjadi salah satu kawasan habitat Orangutan dan
satwa liar lainnya, untuk mendapatkan solusi dan cara menangani sehingga tidak
mengganggu habitat Orangutan dan satwa liar lainnya, serta bisa menjaga
kelestarian alam.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik, Kabupaten Aceh Selatan. 2017. Kabupaten Aceh
Selatan Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Selatan. Tapak Tuan.
Abdullah, Asiah, Tomi J. 2012. Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus) di Kawasan Ekosistem Seulawah Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi. 4(1): 41-45
Achsan CA. 2017. Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Penutupan lahan
Lanskap Perkotaan Kota Palu. E-Jurnal Arsitektur Lansekap. 3(1) :58-65
Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital: Prespektif Penginderaan jarak Jauh Untuk
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Julizar J, Kamal S, Agustina E. 2018. Estimasi Populasi Orangutan
Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Sarang di Kawasan Hutan Rawa
Tripa Kecamatan Babarot. Proseding. Seminar Nasional Biotik. Banda
Aceh.
LAMPIRAN