Anda di halaman 1dari 53

PERILAKU HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca

fascicularis) INDIVIDU JANTAN ALPHA DI BUKIT LAWANG


TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUMATERA UTARA

SKRIPSI

KIKI ANISA
130805022

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERILAKU HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca
fascicularis) INDIVIDU JANTAN ALPHA DI BUKIT LAWANG
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

KIKI ANISA
130805022

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PERILAKU HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca


fascicularis) INDIVIDU JANTAN ALPHA DI BUKIT LAWANG
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,Februari 2018

KIKI ANISA
130805022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Perilaku Harian Kera Ekor panjang (Macaca


fascicularis) Individu Jantan Alpha Di Bukit
Lawang Taman Nasional Gunung Leuser
Sumatera Utara

Kategori : Skripsi
Nama : Kiki Anisa
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 130805022
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Februari 2018

Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Erni Jumilawaty, M.Si Drs. Arlen Hanel J., M.Si


NIP. 197001021997022001 NIP.195810181990031001

Ketua Program Studi:

Dr. Saleha Hannum, M.Si


NIP.197108312000122001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERILAKU HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca
fascicularis) INDIVIDU JANTAN ALPHA DI BUKIT LAWANG
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilaksanakan di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung


Leuser pada bulan Agustus-September 2017. Penelitian ini menggunakan metode
Focal Animal Sampling, sedangkan pencatatan dilakukan secara Instantaneous. Dari
hasil penelitian didapatkan perilaku individu jantan alpha kera ekor panjang yang
paling banyak adalah perilaku bergerak (46,10%) dengan kategori perilaku yang
mendominasi adalah bergerak ke pohon (4,4%), perilaku sosial (23,50%) dengan
kategori perilaku yang mendominasi adalah sosial kawin (1,4%), perilaku istirahat
(16,35%) dengan kategori perilaku yang mendominasi adalah isirahat di pohon
(4,4%), perilaku makan (13,85%) dengan kategori perilaku yang mendominasi
adalah pakan dari alam (5,1%). Tingginya konsumsi pakan dari alam oleh kera ekor
panjang menunjukkan kemampuan kera ekor panjang memaksimalkan sumber pakan
alam yang tersedia dihabitatnya. Berdasarkan penelitian ini perilaku yang paling
dominan pada kera ekor panjang adalah perilaku bergerak.

Kata kunci : Macaca fascicularis, Perilaku Individu, Jantan Alpha, Bukit Lawang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BEHAVIOR DAILY OF LONG-TAILED MONKEYS
(Macaca fascicularis) INDIVIDUAL ALPHA MALE OF RANGE
AGEIN BUKIT LAWANG TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This study has been conducted in Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser
from Agustus until September 2017. The method that used is Focal Animal
Sampling, recording data used Instantaneous. The result indicated that alpha male
Macaca fascicularis individual behavior moving (46,10%) dominated by move to
the tree (4,4%), social (23,50%) dominated by social marriage (1,4%), resting
(16,35%) dominated by break in the tree (4,4%), prefer to feeding (13,85%)
dominated by consumption natural food (5,1%). Alpha male Macaca fascicularis in
Bukit Lawang prefer to consumption natural food also shown the ability to
maximized the natural food resources in their habitat. Based on the research, the
behavior activity of Macaca fascicularis showed on movement activity.

Keywords: Macaca fascicularis, Individual Behavior, Alpha Male, Bukit Lawang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan semesta


alam sekaligus pemilik dan pengatur seluruh kehidupan. Sholawat beriring salam
penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW, karena berkat rahmat,
kesehatan, dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga
penyusunan skripsi ini dengan judul Perilaku Harian Kera Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) Individu Jantan Alpha Di Bukit Lawang Taman
Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Fakultas MIPA USU Medan.
Pada kesempatan ini penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya
dan ucapan terimakasih terkhusus kepada Ayahanda tercinta, Yoyok S Niti
Atmojo dan Ibunda tercinta, Daryati yang senantiasa memberikan kasih sayang,
doa, semangat, dan dukungan yang tiada henti kepada penulis dalam
menyelesaikan studi ini. Serta adik tersayang Muhammad Bayu Pratama yang
telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan skripsi
ini.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena
bantuan dan dukungan yang besar dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan pula kepada Bapak Drs. Arlen Hanel John., M.Si dan Ibu Dr.
Erni Jumilawaty, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu serta membantu penulis dalam memberikan bimbingan,
motivasi, dan pengetahuan untuk penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada Bapak Drs. Nursal, M.Si dan Ibu Dr. Etti Sartina
Siregar, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan kritik dan
saran demi menyempurnakan skripsi ini. Kepada Bapak Drs. Andi Basrul selaku
Kepala BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser), Mas Yogi serta
staf BBTNGL, Pak Iskandar Selaku Ketua Fungsional Pengendali Ekosistem
Hutan, Bapak Mispan Selaku Kepala Resort Bukit Lawang, Bapak Bachtiar Lubis
yang mewakili kepala SPTN, Bapak Riswan Bangun dan Ibu Rita Sihaloho.
Terimakasih atas semangat dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Terima kasih kepada Ibu Dr. Saleha Hanum, M.Si. selaku ketua
departemen Biologi dan Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku
dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan serta
bimbingan nasihat kepada penulis dalam menjalani perkuliahan. Abangda Endra
Raswin, Ibu Roslina Ginting selaku pegawai administrasi, kak Siti dan kak pia
selaku laboran dan seluruh staf dan dosen di Departemen Biologi Fakultas MIPA
USU dalam membantu dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bang Yunus, Bang Sindra,
Bang Maulana, Bang Aliman, Bang Wisnu, Bang Bram, Bang Roy, Bang Erick,
Bang Arsyad dan Bryan Adam atas kerja sama dan bantuannya selama penelitian
berlangsung juga seluruh staf di Bukit Lawang. Serta terima kasih kepada
masyarakat Bukit Lawang atas keramahannya selama penulis berada di Bukit
Lawang.
Terima kasih kepada sahabat rilsen masyita, shasa, sahara, maya, sarah,
ira, chairani yang sering membantu. Terima kasih kepada sahabat 13iosfer dan
teman-teman di ekowan. Terima kasih kepada teman sepenelitian sandro, kartini,
ummi. Terima kasih kepada sahabat Ibnu dan Lia. Dan Terima kasih kepada
illysias dez figo.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Medan, Januari 2018

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) 4
2.2 Morfologi Kera Ekor Panjang 4
2.3 Biologi Kera Ekor Panjang 6
2.4 Habitat Kera Ekor Panjang 7
2.5. Ekologi Kera Ekor Panjang 8
2.6 Perilaku Harian Kera Ekor Panjang 9
2.6.1 Perilaku Makan 10
2.6.2 Perilaku Bergerak 10
2.6.3 Perilaku Istirahat 11
2.6.4 Perilaku Sosial 11

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat 12
3.2 Deskripsi Area 12
3.3 Alat-Alat 12
3.4 Metode Penelitian 12
3.5 Prosedur Kerja 13
3.5.1 Pencarian (Searching) 13
3.5.2 Pencatatan Data (Recording Data) 13
3.6 Analisis Data 14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Aktivis Harian Individu Jantan Alpha (Macaca 15
fascicularis) di Bukit Lawang
4.2 Frekuensi Aktivitas Harian Individu Jantan Alpha 18
(Macaca fascicularis) di dalam kawasan Bukit
Lawang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 Frekuensi Aktivitas Harian Individu Jantan Alpha 19
(Macaca fascicularis) di luar kawasan Bukit Lawang
4.4 Perilaku Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis) 20
di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang
4.5 Perbandingan Kategori Perilaku Aktivitas Harian
Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis) di dalam 22
dan di luar kawasan Bukit Lawang
4.6.1 Perilaku Bergerak 22
4.6.2 Perilaku Makan 23
4.6.3 Perilaku Istirahat 25
4.6.4 Perilaku Sosial 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.1. Perbandingan ukuran tubuh (Macaca fascicularis) 5
jantan dan betina
4.2. Foto Aktivitas harian individu jantan alpha (Macaca 17
fascicularis) di bukit lawang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1 Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) 5
4.1 Persentase Perilaku Harian Secara Umum Individu 15
jantan alpha (Macaca fascicularis) pada kedua
kawasan di Bukit Lawang.
4.2 Foto Aktivitas harian individu jantan alpha (Macaca 17
fascicularis) di bukit lawang.
4.3 Persentase perilaku harian Individu Jantan Alpha (Macaca 20
fascicularis) di dalam kawasan Bukit Lawang.
4.4 Persentase perilaku harian Individu Jantan Alpha (Macaca 21
fascicularis) di luar kawasan Bukit Lawang.
4.5 Persentase Kategori Perilaku Individu Jantan Alpha 23
(Macaca fascicularis) di dalam dan di luar kawasan Bukit
Lawang.
4.6 Persentase Kategori Perilaku Bergerak Individu Jantan 25
Alpha (Macaca fascicularis) di dalam dan di luar kawasan
Bukit Lawang.
4.7 Persentase Kategori Perilaku Makan Individu Jantan 27
Alpha (Macaca fascicularis) di dalam dan di luar kawasan
Bukit Lawang.
4.8 Persentase Kategori Perilaku Istirahat Individu Jantan 29
Alpha (Macaca fascicularis) di dalam dan di luar kawasan
Bukit Lawang.
4.9 Persentase Kategori Perilaku Sosial Individu Jantan Alpha 30
(Macaca fascicularis) di dalam dan di luar kawasan Bukit
Lawang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1. Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Bukit Lawang 33
2. Profil Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis) 34
Objek Pengamatan di Bukit Lawang
3. Foto Kerja 35
4. Tabel Aktifitas Harian Individu Secara Umum 36
5. Tabel Kategori Aktivitas Individu 37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai beragam spesies primata,
dimana 20% dari spesies primata di dunia dapat ditemukan di Indonesia, diantaranya
adalah kera ekor panjang (Supriatna dan Wahyono, 2000). Menurut Rakatama
(2004), populasi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) banyak tersebar di Asia
Tenggara, mulai dari Semenanjung Myanmar, Thailand, Malaysia, Filipina,
Indonesia dan pulau-pulau yang berdekatan. Penyebaran di Indonesia mulai dari
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara dan Flores.
Di Sumatera salah satu primata yang paling banyak dijumpai dikawasan
Ekowisata Bukit Lawang adalah spesies kera ekor panjang (Macaca fascicularis).
Spesies ini merupakan salah satu satwa primata yang menggunakan kaki depan dan
belakang dalam berbagai variasi untuk berjalan dan berlari (quandra-pedalisme),
memiliki ekor yang lebih panjang dari panjang kepala dan badan. Kera ekor panjang
juga memiliki bantalan duduk (ischial sallocity) yang melekat pada tulang duduk
(ischial) dan memiliki kantung makanan di pipi (Sinaga, 2010). Menurut Wheatley
1980, jenis kera ini termasuk primata non human (bukan manusia) yang memiliki
keberhasilan sangat tinggi. Kera ekor panjang adalah jenis primata sosial dalam
kehidupan sehari-hari.
Kera ekor panjang memiliki perilaku dengan kebiasaan-kebiasaan dalam
aktifitas hariannya seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara
mencari makan, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies
lainnya, cara kawin dan melahirkan anak. Suhara (2010), menyatakan bahwa
perilaku merupakan tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme
dan lingkungannya. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar.
Perilaku harian kera ekor panjang yang terbiasa hidup berkelompok dengan aktifitas
yang spesifik mempengaruhi luas jelajah yaitu luas pergerakan untuk mendapatkan
makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perilaku kera ekor panjang diantaranya adalah foraging (mencari makan), sleeping
(tidur), playing (bermain), grooming (mencari kutu), agonistic (marah) dan inactive
(diam) (Wheatley, 1980). Berdasarkan penelitian Suwarno (2013) yang menyatakan
bahwa aktivitas harian yang paling mendominasi perilaku kera ekor panjang adalah
mencari makan (foraging).
Adanya campur tangan manusia dalam kehidupan kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) yang ditemukan di Bukit Lawang umumnya difungsikan sebagai
kawasan wisata oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, belakangan ini kera-
kera tersebut sering terlihat berinteraksi langsung dengan masyarakat dan
pengunjung. Keadaan ini dapat berpengaruh terhadap perilaku hewan tersebut,
terutama aktivitas (perilaku) hariannya (Budayasih, 1993). Selanjutnya dijelaskan
bahwa habitat kera maupun kera itu sendiri yang sering bersentuhan dengan manusia
(semi range) berpengaruh terhadap perilaku kera. Sehubungan dengan hal tersebut
maka dilakukan penelitian dengan judul: Perilaku Harian Kera Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) Individu Jantan Alpha Di Bukit Lawang Taman Nasional
Gunung Leuser Sumatera Utara.

1.2. Permasalahan
Pada awal tahun 1990-an Kera Ekor Panjang terkenal agresif namun perilaku
tersebut berangsur-angsur berubah sehingga pada saat sekarang kera tersebut tidak
lagi ditemukan agresif terhadap manusia. Namun demikian sampai saat ini belum
diketahui bagaimanakah perilaku harian individu jantan Alpha kera ekor panjang.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku individu jantan Alpha kera
ekor panjang (Macaca fascicularis) yang meliputi presentase perilaku yang umum
dilakukan dan kategori perilaku yang mendominasi berdasarkan kedua kawasan baik
di dalam kawasan dan di luar kawasan Bukit Lawang.

1.4. Manfaat
Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi
tentang perilaku individu jantan alpha kera ekor panjang (Macaca fascicularis) baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


di dalam kawasan maupun di luar kawasan bukit lawang sehingga informasi yang
diperoleh dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan konservasi kera ekor panjang
(Macaca fascicularis) di Bukit Lawang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)


Macaca fascicularis secara umum dikenal dengan nama kera ekor panjang, termasuk
kategori kera dunia lama (old world) dalam family Cercopithecidae. Kera ekor
panjang di kategorikan lagi dalam subfamilia Cercopithecinae yang terkait dengan
adaptasi makanannya. Menurut Medway (1969), Kera ekor panjang termasuk kera
dari ordo Primata dan famili Cercopithecidae, dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrae
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Cercopithecidae
Subfamily : Cercopithecinae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis

2.2. Morfologi Kera Ekor Panjang


Kera ekor panjang tergolong kera kecil yang berwarna coklat dan disertai rambut
keputih-putihan yang jelas pada bagian muka. Dalam perkembangannya rambut yang
tumbuh pada muka berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan
warna ini dapat menjadi indikator yang dapat membantu dalam mengenali individu
berdasarkan jenis kelamin berdasarkan umur (Aldrich-Black, 1980). Kera ekor
panjang mempunyai cambang yang lebat dan mengelilingi mukanya. Kera ekor
panjang mempunyai dua warna utama, yaitu coklat keabu-abuan dan kemerah-
merahan dengan berbagai variasi warna menurut musim, umur dan lokasi. Populasi
yang hidup di dalam hutan umumnya berwarna lebih gelap dibandingkan dengan
yang hidup di pantai (Lekagul & McNeely 1977). Kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.1 : Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)

Tabel 2.1. Perbandingan ukuran tubuh (Macaca fascicularis) jantan dan betina
Jenis Kelamin Berat (kg) Panjang tubuh dari Panjang ekor (cm)
kaki sampai kepala
(cm)

Jantan 3,0-8,3 41-64,8 43-65,5

Betina 2,5-5,6 38,5-59,3 40-54,5

(Sumber: Risdiyansyah, 2014)


Primata ini dinamakan kera ekor panjang karena memilki ekor yang panjang,
berkisar antara 80% hingga 110% dari total panjang kepala dan tubuh. Bobot tubuh
jantan badan 5,4 kg hingga 10,9 kg. Betina mempunyai bobot tubuh 4,3 kg hingga
10,6 kg (Sajuthi, 1983). Supriatna dan Wahyono (2000) menyatakan bahwa kera
ekor panjang memiliki panjang tubuh berkisar antara 385 mm hingga 668 mm. Bobot
tubuh jantan dewasa berkisar antara 3,5 kg hingga 8,0 kg, sedangkan bobot tubuh
rata-rata betina 3 kg. Warna rambut kera ekor panjang sangat bervariasi, mulai dari
kuning pucat, coklat keabu-abuan, coklat kemerahan (keemasan) sampai warna
gelap, warna kulit wajah, telapak tangan dan telapak kakinya coklat kemerahjambuan
(Medway, 1969).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3. Biologi Kera Ekor Panjang
Kera ekor panjang mempunyai siklus estrus (birahi) berkisar antara 26-32 hari,
periode estrus antara 3-4 hari dan ovulasi terjadi spontan rata-rata pada hari
keduabelas atau ketigabelas dai siklus estrus. Implantasi terjadi antara 15-21 hari
setelah fertilisasi. Lama kebuntingan antara 150-180 hari (rata-rata 167 hari) dan
anak yang dihasilkan umumnya hanya satu ekor, jarang sekali melahirkan dua anak
dalam satu kali kelahiran. Berat lahir anak kera ekor panjang berkisar antara 420-600
g. Anak kera ekor panjang biasanya disapih oleh induk setelah berumur enam bulan
(Sajuthi, 1984).
Kera ekor panjang cenderung melakukan kawin sewaktu-waktu atau musiman
(Standbury 1984, Sajuthi 1984). Saat musim kawin, 83-90% kera betina dikuasai
sepenuhnya oleh pejantan alfa. Pejantan alfa ini melakukan perkawinan kira-kira
35% dari aktifitas hariannya, sedangkan untuk pejantan yang berkedudukan lebih
rendah hanya 7% saja. Pada musim kawin ini terjadi perubahan-perubahan pada alat
kelamin jantan, yaitu memerahnya kulit daerah genital, perubahan ukuran testis
(Michael dan Crook, 1973).
Mulyati (2008) menyebutkan bahwa seks rasio satu kelompok kera ekor panjang di
habitat alami adalah 1:2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai seks rasio
yaitu 1:2. Nilai seks rasio tersebut menunjukkan perbandingan jantan dan betina
yang seimbang dengan kemungkinan satu jantan hanya dapat mengawini dua betina.
Nilai seks rasio yang seimbang mengakibatkan angka kelahiran kecil sehingga
repoduksi tidak terjadi secara optimal. Nilai seks rasio yang tidak seimbang biasanya
ditandai dengan tingginya perbedaan jumlah jantan dan betina.
Kera ekor panjang pada umumnya mulai tidur pada pukul 19.00 dan bangun pagi
berkisar antara pukul 05.00-06.00. pepohonan di tepi sungai yang berdaun sedikit
atau jarang. Dengan dahan yang menjorok ke atas air merupakan tempat yang sering
digunakan untuk tidur (Kurland, 1973). Pemilihan tempat tidur berhubungan dengan
tingkah laku menghindari diri dari gangguan pemangsa (predator), karena pohon
yang berdaun sedikit memudahkan kera ekor panjang untuk mengamati daerah
sekitarnya pada waktu malam. Selain itu pemilihan tempat tidur berhubungan dengan
usaha menghindari diri dari serangga (Bismark 1982; Rijksen, 1978).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4. Habitat Kera Ekor Panjang
Habitat merupakan suatu lingkungan tertentu dengan kondisi tertentu dimana suatu
spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung
perkembangbiakan organisme hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki
kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme.
Kapasitas untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme disebut daya
dukung habitat (Irwanto, 2006)
Habitat merupakan tempat suatu makhluk hidup untuk hidup (Soemarwoto, 1983).
Habitat alami kera ekor panjang adalah rawa-rawa bakau, hutan primer dan sekunder
pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut, perbatasan areal hutan dan
pertanian. Kera ekor panjang juga dapat ditemui di habitat terganggu khususnya
daerah riparian (tepi sungai, tepi danau dan sepanjang pantai dan hutan sekunder
areal perladangan) (Linburg, 1980).
Habitat suatu organisme pada umunya mengandung faktor ekologi yang sesuai
dengan persyaratan hidup organisme yang menghuninya, persyaratan hidup tersebut
merupakan kisaran faktar-faktor ekologi yang ada dalam habitat dan diperlukan oleh
setiap organisme untuk mempertahankan hidupnya (Soemarwoto, 1983; Indriyanto,
2005).
Habitat yang sesuai menyediakan semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies.
Kelengkapan habitat terdiri dari berbagai macam jenis termasuk makanan,
perlindungan, dan faktor lain yang diperlukan untuk bertahan hidup dan
melangsungkan reproduksinya (Bailey, 1978). Satwa liar dalam melangsungkan
hidupnya memerlukan tempat yang digunakan utuk mencari makan, minum,
bermain, dan untuk berkembang biak. Tempat- tempat semacam ini membentuk
suatu kesatuan yang disebut dengan habitat (Alikodra, 1990).
Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar sangat
tergantung dengan keberadaan dan ketercukupan dari komponen habitat, yang
apabila salah satu diantaranya tidak terpenuhi satwa akan mati (Wilson dan Wilson,
1975). Komponen penyusun habitat terdiri dari pakan, naungan, air dan ruang
(Irwan, 1992).
Menurut Fuentes et., al (2007) kera ekor panjang dapat beradaptasi pada berbagai
macam kondisi terutama pada habitat yang mendapat pengaruh dari kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


manusia. Lokasi pal 31 dan 51 berdekatan dengan sumber makanan yaitu areal
persawahan dan ladang penduduk yang memungkinkan kera ekor panjang
mendapatkan makanan dengan mudah dan melimpah.
Secara umum untuk mendukung kehidupan satwa liar diperlukan satu kesatuan
kawasan yang dapat menjamin segala keperluan hidupnya baik makanan, air, udara
bersih, tempat berlindung, berkembang biak, maupun tempat mengasuh anak-
anaknya. Kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan baik fisik maupun biotik yang
merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang
biaknya satwa liar disebut habitat (Rianto, 2006).

2.5. Ekologi Kera Ekor Panjang


Kera ekor panjang adalah kera asli Asia Tenggara namun sekarang tersebar di
berbagai tempat di Asia. Kera ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang
mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia. Selain itu satwa primata ini
juga bisa memberikan manfaat dalam gatra kepariwisataan (Newsome et al., 2005).
Kera ekor panjang salah satu jenis primata yang memiliki distribusi luas meliputi
rentang timur-barat dari Myanmar ke Filipina, dan utara-selatan berkisar dari
Thailand utara ke kepulauan selatan Indonesia.
Menurut Lang (2006) kera ekor panjang lebih menyukai hutan sekunder,
terutama yang berbatasan dengan pemukiman manusia, sehingga memiliki akses ke
ladang dan peternakan penduduk untuk makan. Di daerah lainnya seperti daerah pal
1-30, berubah fungsi menjadi Hutan Alam Sekunder (HAS) yang pengelolaannya
hampir mirip dengan cagar alam.
Menurut Fadilah (2003) ukuran kelompok kera ekor panjang bervariasi
menurut kondisi habitatnya, di hutan primer yang tidak mendapat pengaruh tangan
manusia ±10 ekor, di hutan mangrove ±15 ekor dan di daerah terganggu seperti hutan
wisata dapat mencapai ukuran kelompok lebih dari 40 ekor karena jumlah
ketersediaan makanan yang cukup. Daerah jelajah adalah daerah tempat tinggal suatu
binatang yang tidak dipertahankan oleh binatang tersebut terhadap masuknya
binatang lain yang sama spesiesnya ke dalam daerahnya. Apabila daerah tempat
tinggal sudah mulai dijaga dan dipertahankan terhadap masuknya spesies yang sama
maka derah tempat tinggal tersebut menjadi daerah teritori-nya (Suratmo, 1979).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6. Perilaku Harian Kera Ekor Panjang
Perilaku adalah serangkaian aktivitas yang mengorientasikan hewan terhadap
lingkungan eksternalnya. Meskipun perilaku tampak paling jelas sebagai
serangkaian pergerakan yang dapat diamati, perilaku bisa juga mencakup respons-
respons internal yang adaptif. Pola-pola perilaku biasanya berpusat pada pencarian
makanan, pencarian pasangan kawin, perawatan anak, penjagaan terhadap bahaya,
dan tugas-tugas lain yang penting bagi kehidupan suatu individu (Fried, 2006).
Berdasarkan kejadiannya, tingkah laku satwa bisa dibedakan menjadi dua, yaitu
tingkah laku yang terjadi secara naluri (innate/instinctive behavior) dan tingkah laku
yang dihasilkan dari proses belajar (learned behavior). Tingkah laku yang muncul
secara naluri diturunkan secara genetik dan tidak melalui proses belajar. Pada satwa
dengan tingkatan yang lebih tinggi, tingkah laku yang dibawa sejak lahir, bisa
dikategorikan ke dalam empat tingkah laku secara umum, yaitu tingkah laku yang
muncul karena adanya keinginan untuk makan, minum, melakukan reproduksi, dan
cara bertahan hidup. Tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar adalah tingkah
laku yang terbentuk dengan cara mempelajarinya dari induk, individu lain, maupun
dari pengalaman yang terjadi seiring berkembangnya umur.
Primata mempunyai perilaku lengkap yang digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Perilaku komunikasi ini berkembang
karena primata adalah hewan sosial (Rowe, 1996). Aktivitas kera ekor panjang lebih
banyak dilakukan di atas permukaan tanah (semi terrestrial) dibandingkan di atas
pohon. Kera ekor panjang tidur di atas pohon secara berpindah-pindah untuk
menghindar dari pemangsa (Napier dan Napier, 1967).
Kera ekor panjang hidup dalam kelompok yang didominasi oleh jantan yang terdiri
dari sekitar tiga puluh anggota. Jumlah jantan lebih sedikit dibanding yang betina
(Don et al,. 1984; Noordwijk et al., 1999). Jantan akan meninggalkan kelompok
kelahirannya dan mencari kelompok baru saat dewasa kelamin. Hal ini lah yang
menyebabkan tingkat cedera pada jantan lebih sering terjadi. Setelah menemukan
kelompok baru, pejantan akan bertarung dengan pemimpin kelompok tersebut. Jika
pertarungan dimenangkan oleh pejantan yang baru datang, maka ia akan
menggantikan posisi pemimpin sebelumnya, sedangkan pada kera ekor panjang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


betina pada umumnya memiliki kehidupan yang lebih stabil karena sifatnya yang
pasif. Anak-anak kera ekor panjang akan lebih dekat dengan induknya. Selama
mencari makan, anak-anak tersebut bergelantungan di bagian ventral tubuh
induk.Dalam kelompok sosial, ada dominasi yang jelas antar betina.Dominasi ini
akan tetap stabil sepanjang hidup betina yang dituakan tersebut (Don et al., 1984).

2.6.1 Perilaku Makan


Perilaku makan kera ekor panjang menurut van schaik et al., (1985), meliputi
berjalan menghampiri makanan, memegang atau mengambil makanan dan
memasukkan atau memakan makanan. Pada posisi yang sulit, baik untuk duduk
maupun untuk berpegang sewaktu mencari makan di ujung dahan, kera ekor panjang
hanya akan mengambil setangkai buah dan membawanya ke pangkal percabangan
yang lebih besar (Bismark, 1982).
Kera ekor panjang dalam keadaan liar mencari dan makan berbagai makanan
termasuk daun-daun muda, akar, serangga, biji-bijian, keong, telur burung dan buah-
buahan (Bismark, 1982). Roonwal dan mahnot (1977) menyatakan, bahwa jenis kera
ekor panjang ini bersifat omnivora atau pemakan segala. Berdasarkan persentase
makanan, yang dimakan oleh kera ekor panjang tersebut adalah buah (84%), rumput
(7%), daun-daunan muda (2%), bunga (2%), serangga dan cendawan (2%), tanaman
merambat (2%) dan tanah liat (1%). Tanah liat yang dimakan bermanfaat sebagai
sumber garam dan unsur-unsur mineral esensial yang diperlukan dalam
pertumbuhan. Selanjutnya diterangkan pula, bahwa serangga merupakan makanan
tambahan yang sangat diperlukan oleh semua golongan primata tingkat tinggi.

2.6.2 Perilaku Bergerak


Perilaku hewan adalah gerak-gerik hewan dan cenderung diartikan sebagai gerak
atau berubah gerak, termasuk di dalamnya sikap dari bergerk ketidak bergerak.
Pergerakan horizontal kera ekor panjang dilakukan secara quadripedal, bipedal dan
melompat. Pada pohon Ficus sp. Yang berakar gantung, pergerakan vertikal juga
dilakukan ecara quadripedal. Pergerakan bipedal dan melompat merupakan cara
umum dalam pergerakan yang dilakukan kera ekor panjang (Bismark, 1982).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Davies dan Krebs (1978), tingkah laku atau aktivitas hewan dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam individu. Faktor dari dalam antara lain
hormon dan sistem syaraf, sedangkan faktor luar yang berpengaruh terhadap aktivitas
hewan adalah cahaya, suhu, suara dan kelembaban.

2.6.3 Perilaku Istirahat


Istirahat merupakan aktivitas yang dilakukan menurut Sinaga (2010) menyatakan
bahwa aktifitas ini sering dilakukan di tajuk-tajuk pohon karena tajuk pohon yang
rindang merupakan tempat yang disukai kera ekor panjang. Aktifitas inaktif menurut
Lee (2012) merupakan aktifitas non-sosial yang terjadi dalam suatu populasi berupa
aktifitas duduk, berdiri, berbaring, dan menatap sekeliling. Widarteti et al., (2009)
menyatakan bahwa aktifitas istirahat merupakan aktifitas yang penting dilakukan
oleh individu setelah melakukan aktifitas makan.
Menurut Rivando (2013) aktivitas istirahat dilakukan kera ekor panjang
diantara waktu makan dan berpindah tempat. Kera ekor panjang betina lebih banyak
melakukan aktivitas istirahat dibandingkan dengan kera ekor panjang jantan.
Sedangkan kera ekor panjang jantan banyak melakukan aktivitas berpindah untuk
mencari makan.

2.6.4 Perilaku Sosial


Kera ekor panjang dan primata pada umumnya mempunyai sifat altruistik atau amat
memperhatikan sesama, sehingga hewan ini senang hidup berkelompok (Davies dan
krebs, 1978). Kehidupan sosial pada kera ekor panjang meliputi interaksi antara
anggota kelompok dalam kelompok kera ekor panjang dan antara kelompok dengan
pihak luar (Van Schaik et al., 1985).
Anggota kelompok kera ekor panjang akan saling memperingatkan bila ada
serangan atau gangguan dari pihak luar. Peringatan itu berupa suara yang khas
berbunyi kertak-kertuk yang serak (recous rattle) yang terdengar bunyi kra
(onomotopacic). Bila dalam keadaan terancam, maka kera ekor panjang ini akan
berteriak nyaring yang diakhiri kertak-kertuk (rattle). Selain itu Sajuthi (1984)
menyatakan, kera ekor panjang bersuara atau mengeluarkan bunyi, menggunakan
ekspresi muka dan menggunakan gerak isyarat sebagai cara berkomunikasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2017 di daerah
ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bahorok,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2. Deskripsi Area


Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 3° 30’ - 3° 45’ Lintang Utara dan 98°
0’ - 98° 15’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, lokasi penelitian termasuk
dalam kawasan Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara.
Kawasan penelitian ini memiliki luas 200 ha dari luas wilayah Kawasan Bukit
Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten langkat Sumatera Utara yang
memiliki luas sekitar 75.175 ha.Kawasan hutan di sekitar lokasi penelitian berada
pada ketinggian 100-400 m dpl, mempunyai topografi berbukit-bukit hingga curam,
sedangkan topografi datar dapat dikatakan tidak ada.

3.3. Alat-Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah teropong binokuler, GPS (Global
Positioning system) Garmin 60, alat tulis, tabel tabulasi data, buku catatan, papan
kerja, jam tangan digital, kamera digital serta jas hujan.

3.4. Metode Penelitian


Data perilaku harian kera ekor panjang (Macaca fascicularis) diambil dengan
metode Focal Animal Sampling yaitudengan cara mengamati satu individu sebagai
objek pengamatan (individu focal) dan perilakunya dicatatsetiap interval waktu 1
menit selama 15 menit (modifikasi dari Peterson, 2001).

3.5. Prosedur Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.1 Pencarian (Searching)
Pencarian (searching) dilakukan pada saat pertama kali pengambilan data dimulai.
Selain itu pencarian juga dapat dilakukan pada saat berakhirnya target waktu
pengambilan data untuk individu atau saat individu target kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) hilang. Pencarian target individu jantan alpha kera ekor panjang
(Macaca fascicularis) dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat lain yang
sering dikunjungi individu target jantan alpha kera ekor panjang (Macaca
fascicularis).
Pencarian dilakukan dengan cara menyusuri jalan-jalan trail yang terdapat di lokasi
penelitian. Beberapa tanda yang digunakan untuk mengetahui keberdaan individu
target jantan alpha kera ekor panjang (Macaca fascicularis) antara lain: suara,
tempat beristirahat seperti viewing, dan daerah pinggir sungai .

3.5.2 Pencatatan Data (Recording Data)


Apabila masing-masing individu jantan alpha kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) ditemukan, maka dimulailah pengamatan dengan mengamati aktivitas
dan jelajah hariannya yang dicatat pada lembar data. Perhitungan persentase aktivitas
jantan alpha kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus yang digunakan pada penelitian sebelumnya oleh Williyanti
(2010) sebagai berikut:

x100%

Penentuan aktifitas harian adalah bedasarkan beberapa penelitian pada genus Macaca
yang telah dilaporkan sebelumnya (Peterson, 2001; Mendiratta, 2006). Metode ini
lebih berguna untuk mendeteksi perbedaan perilaku antara individu dalam kelompok
sosial atau untuk menggambarkan pola interaksi sosial yang terjadi. Berdasarkan
pencatatan data untuk aktivitas harian individu jantan alpha kera ekor panjang
(Macaca fascicularis) yang dijadikan sebagai Point Sampel dilakukan sesuai dengan
batasan yang telah ditentukan, yaitu :
1. Makan (feeding) : meliputi seluruh waktu yang digunakan untuk memilih,
memegang, mengambil dan sebelum memasukkan makanan ke mulut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Istirahat (resting) : meliputi seluruh waktu yang digunakan individu jantan alpha
kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dengan relatif tidak melakukan kegiatan
dalam periode waktu tertentu baik di atas maupun dibawah pohon seperti
merebahkan diri, duduk, maupun berdiam.
3. Bergerak pindah (moving) : meliputi seluruh waktu yang digunakan individu
target dalam melakukan gerak berpindah dari satu cabang pohon ke cabang lainnya
ataupun dari satu tempat ke tempat lain.
4. Sosial (social) : meliputi seluruh waktu yang digunakan individu target dalam
melakukan kontak dengan individu lain. Beberapa kategori yang dimasukkan ke
dalam aktivitas sosial antara lain :bermain, mengutui, agonistik, submissif, dengan
pengunjung, dan kawin.

3.6. Analisis Data


Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan bentuk tabel dan
grafik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aktivitas Harian Individu Jantan Alpha (Macacaca fascicularis) di Bukit


Lawang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap individu jantan alpha
(Macaca fascicularis) di Bukit lawang dapat dikelompokkan menjadi empat kategori
perilaku diantaranya adalah aktivitas istirahat, aktivitas makan, aktivitas bergerak,
dan aktivitas sosial.
Tabel 4.1 Foto Aktivitas harian individu jantan alpha (Macaca fascicularis) di
Bukit lawang

No. Jenis aktivitas Foto Keterangan

1. Istirahat Beristirahat di pohon

2. Istirahat Beristirahat di tanah

3. Istirahat Beristirahat di kursi


dan mulai bermalas-
malasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Makan Memakan makanan
yang diberikan dari
orang

5. Makan Mencari makanan


didaerah tempat
perkumpulan sampah

6. Makan Mengambil dan


memakan makanan
dari alam

7. Bergerak Bergerak diatas pohon


untuk berpindah dari
satu pohon ke pohon
lain

8. Bergerak Bergerak ditanah untuk


mencari lokasi atau
lingkungan yang lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Bergerak Bergerak seperti
dibangku yang terdapat
di pruing

10. Sosial Bermain dengan salah


satu anggota
kelompoknya

11. Sosial Mengutui dengan


betina dewasa anggota
kelompoknya

12. Sosial Berkelahi,baku hantam


dengan jantan dewasa
anggota kelompok
lainnya

13. Sosial Bersosial dengan


pengunjung disekitar
lingkungannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14. Sosial Perilaku agresifnya
dengan
mencondongkan
badannya membuka
mulut untuk
menunjukkan taringnya
disertai tatapan mata
tajam ke arah lawan

15. Sosial Melakukakan sosial


kawin mendekati
betina, memeriksa
daerah kelamin betina,
jantan menaiki betina,
jantan memasuki alat
kelaminnya

4.2. Frekuensi Aktivitas Harian Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis) di


dalam kawasan Bukit Lawang
Beberapa pembagian kategori perilaku individu di dalam kawasan didapatkan cukup
bervariasi. Dapat dilihat persentase beberapa pembagian masing-masing perilaku
tersebut pada Gambar 4.2.berikut :

100
90
80
70
60
perilaku %

50
40
30
20
10
0
IP IT ISL PO PS PA GP GT GSL SB SM SSb SDp SAgr SK
Aktivitas Harian

Gambar 4.2 Persentase perilaku harian Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis)
di dalam kawasan Bukit Lawang. (IP: istirahat di pohon; IT: Istirahat di tanah; ISL:
Istirahat di substrat lain; PA: Pakan dari alam; PS: Pakan dari sampah; PO: Pakan
dari orang; GP: Bergerak ke pohon; GT: Bergerak ke tanah; GSL: Bergerak ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


substrat lain; SB: sosial bermain; SM: Sosial mengutui; SSb: Sosial submisif; SDp:
Sosial dengan pengunjung; SAgr: Sosial agresif; SK: Sosial kawin).
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa perilaku harian individu jantan alpha
Macaca fascicularis di dalam kawasan Bukit lawang didominasi oleh perilaku pakan
dari alam (90%), istirahat di pohon (71,3%), bergerak ke pohon (66,8%).
Tingginya persentase perilaku makan dari alam individu jantan kera ekor
panjang yang diamati hal ini karena kera ekor panjang sering memakan buah, karena
merupakan kelompok cercopithecinae tetapi pada saat pengamatan juga memakan
daun yang masih muda. yang diamati menunjukkan bahwa Bukit lawang sebagai
habitat yang memiliki ketersediaan makan yang dapat memenuhi kebutuhan makan
kera ekor panjang. Hal ini juga mempengaruhi persentase pergerakan kera ekor
panjang karena memerlukan penjelajahan untuk mendapatkan sumber makan
sehingga menyebabkan persentase istirahatnya lebih tinggi.

4.3. Frekuensi Aktivitas Harian Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis) di


luar kawasan Bukit Lawang
Persentase beberapa pembagian kategori perilaku individu diluar kawasan
didapatkan cukup bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persentase beberapa
pembagian masing-masing perilaku tersebut pada Gambar 4.3.berikut :

Gambar 4.3 Persentase perilaku harian individu jantan alpha (Macaca fascicularis)
di luar kawasan Bukit lawang. (IP: istirahat di pohon; IT: Istirahat di tanah; ISL:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Istirahat di substrat lain; PO: Pakan dari orang; PS: Pakan dari sampah; PA: Pakan
dari alam; GP: Bergerak ke pohon; GT: Bergerak ke tanah; GSL: Bergerak ke
substrat lain; SB: sosial bermain; SM: Sosial mengutui; SSb: Sosial submisif; SDp:
Sosial dengan pengunjung; SAgr: Sosial agresif; SK: Sosial kawin).

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa perilaku harian individu jantan alpha
Macaca fascicularis di luar kawasan Bukit lawang didominasi oleh perilaku bergerak
ke pohon (66,5%), pakan dari alam (64,7%), istirahat di pohon (63,4%).
Tingginya persentase perilaku bergerak ke pohon individu jantan alpha kera
ekor panjang yang diamati hal ini karena kera ekor panjang melakukan perpindahan
dari satu pohon ke pohon lain untuk mencari makan, mencari individu lainnya
berkumpul dengan anggota kelompoknya dan melakukan aktivitasnya seperti
bermain dan melakukan aktivitas istirahat seperti menunggu pengunjung dan
biasanya pengunjung memberikan makanan agar bisa melihat kera ekor panjang
dengan jarak yang lebih dekat. Hal ini juga mempengaruhi persentase makanan dari
alamnya lebih rendah karena ketersediaan makan alam tidak banyak tersedia di luar
kawasan. Kera ekor panjang juga memiliki sifat opurtunis yaitu sifat mengeksploitasi
sumber makan yag berada pada lingkungan habitatnya dan terbiasa mengkonsumsi
makanan dari sampah dan makanan dari orang.

4.4. Perilaku Individu Jantan Alpha (Macaca fascicularis) di dalam dan di luar
kawasan Bukit Lawang
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh persentase kategori perilaku
yang bervariasi oleh individu dengan perbandingan dua kawasan yang diamati.
Untuk lebih jelasnya persentase perbandingan kegiatan yang dilakukan oleh individu
dengan dua kawasan yang diamati yaitu di dalam dan di luar kawasan dapat dilihat
pada Gambar 4.4.di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.4.Persentase Perbandingan Kategori Perilaku Individu Jantan Alpha
Macaca fascicularis di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang.

Dari Gambar 4.4. dapat dilihat bahwa perilaku individu Jantan Alpha Macaca
fascicularis di dalam dan di luar kawasan bukit lawang memiliki persentase
perbandingan tertinggi pada perilaku bergerak dengan persentase bergerak yang
terdapat di dalam kawasan (47,9%) dan yang terdapat di luar kawasan (44,1%)
sedangkan perilaku makan merupakan kategori perilaku terendah yang dilakukan
terdapat di dalam kawasan (12,3%) dan yang terdapat di luar kawasan (15,7%).
Persentase perilaku bergerak merupakan aktifitas yang paling sering
dilakukan oleh individu dalam populasi kera yang diamati. Aktifitas bergerak
menurut Lee (2012) merupakan kegiatan berjalan, memanjat, melompat, dan
berpindah tempat. Jika dilihat dari cara bergerak maka kera ekor panjang merupakan
salah satu satwa primata yang menggunakan kaki depan dan belakang dalam
berbagai variasi untuk berjalan dan berlari (quandrapedalisme).
Persentase makan kera ekor panjang di lingkungan alaminya bersifat
frugivora dengan makanan utamanya berupa buah. Kriteria buah yang dipilih oleh
kera biasanya dilihat berdasarkan warna, bau, berat buah, dan kandungan
nutrisi.Selain buah, jenis makanan yang biasa dikonsumsi kera ekor panjang adalah
daun, umbi, bunga biji, dan serangga. Perubahan musim mempengaruhi tingkah laku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


makan primata. Pada musim buah hewan primata lebih banyak memakan buah-
buahan. Bila musim tak berbuah tiba, primata memakan bagian tumbuhan lainnya
seperti daun muda, bunga dan biji-bijian untuk memenuhi kebutuhan makanannya.
Kera ekor panjang yang hidup di Bukit lawang banyak memakan bambu di saat tidak
musim buah (Perwitasari, 2007).
Persentase istirahat adalah suatu perilaku yang dilakukan individu dipohon
maupun disubstrat lainnya berhenti pada satu pohon dan tidak melakukan aktifitas
apapun tetapi biasanya dilakukan proses mengutui pada saat istirahat berlangsung
menunggu sore hari dan menjaga energi tubuh untuk melanjutkan aktifitas bergerak
dan mencari makan lainnya.
Persentase sosial suatu perilaku disebut sebagai perilaku sosial jika
melibatkan dua atau lebih individu yang saling berinteraksi. Perilaku sosial biasanya
mengacu kepada interaksi yang terjadi antara spesies yang sama baik di dalam
kelompok maupun dengan satwa di luar kelompok, antara spesies yang berbeda
maupun antara satwa dan manusia. Penelitian dari Djuwantoko dkk (2008),
menunjukkan bahwa kera ekor panjang jantan dewasa menunjukkan perilaku agresif
yang paling intensif dibanding kelompok jenis kelamin dan kelompok umur yang
lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa kera ekor panjang memiliki perilaku agresif
terhadap pengunjung wisatawan terutama ketika kera ingin memperoleh makanan.

Pembahasan tambahan
Aktivitas kera ekor panjang di Bukit lawang memperlihatkan kera cenderung aktif
dalam pergerakan, kera yang aktif bergerak didukung oleh home range. Home range
semakin luas maka kera akan melakukan pergerakan semakin sering, sebaliknya bila
home range kecil maka kera hanya terbatas dalam pergerakannya untuk mendapatkan
makanan. Macaca fascicularis merupakan salah satu hewan diurnal yaitu hewan
yang melakukan aktivitasnya siang hari, baik untuk mencari makan maupun
pergerakan. Sepanjang hari kera akan menghabiskan waktunya untuk mencari
makan, dalam proses mencari makan mereka akan berpindah menuju tempat yang
terindikasi terdapat makanan. Pada siang hari kera ekor panjang beristirahat pada
pohon yang terakhir dijelajahinya untuk proses istirahat kera-kera tersebut
berkumpul, Dengan berkumpulnya kera tersebut memungkinkan kera akan lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


banyak memiliki kesempatan untuk melakukan sosial pendekatan (courtship) dan
kawin (mating)

4.5. Perbandingan Kategori Perilaku Aktivitas Harian Individu Jantan Alpha


(Macaca fascicularis) di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang
Terdapat empat perilaku aktivitas harian individu jantan alpha Macaca fascicularis
secara umum yang diamati di Bukit lawang. Diantara masing-masing kempat
perilaku tersebut dibagi lagi menjadi beberapa kategori–kategori perilaku harian
yang diamati pada individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam dan di luar
kawasan Bukit lawang .

4.5.1 Perilaku Bergerak


Perilaku bergerak merupakan kegiatan perpindahan dari satu pohon ke pohon yang
lain untuk mencari makan, mencari individu lainnya, atau mengelilingi wilayah
jelajahnya dan melakukan aktivitas lainnya yang dilakukan (Sinaga, 1992)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data perilaku bergerak individu Jantan
Alpha Macaca fascicularis berdasarkan di dalam kawasan dan di luar kawasan Bukit
lawang yang cukup bervariasi, seperti bergerak pada pohon, bergerak pada tanah dan
bergerak pada substrat lain, dapat dilihat pada Gambar 4.6. berikut ini.

Gambar 4.5.Persentase Kategori Perilaku Bergerak Individu Jantan Alpha (Macaca


fascicularis) di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Gambar 4.5. diketahui bahwa kategori perilaku pergerakan untuk individu
jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan berturut-turut dari yang paling
tinggi adalah bergerak ke pohon (66,8 %), bergerak ke tanah (24 %) dan bergerak ke
substrat lain (9,01 %). Kategori perilaku pergerakan individu jantan alpha Macaca
fascicularis di luar kawasan yang paling tinggi berturut-turut adalah bergerak ke
pohon (66,5 %), bergerak ke tanah (23,2 %) dan bergerak ke substrat lain (10,1 %).
Persentase individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan gerak
pohon yang lebih tinggi bila dibandingkan individu jantan alpha Macaca fascicularis
di luar kawasan. Hal ini disebabkan individu jantan alpha Macaca fascicularis di
dalam kawasan ini memiliki pergerakan yang cepat dan sangat aktif. Pergerakannya
pada satu pohon ke pohon lain biasanya menggunakan kaki depan dan belakang
dalam berbagai variasi untuk berjalan dan berlari (quandrapedalisme).dengan 60%
dari aktivitas hariannya pada 20% luas ruang jelajah (Chiverset et al., 1975)
Bergerak dengan menggunakan kaki depan dan belakang berjalan, melompat,
berlari di tanah biasanya dilakukan individu jantan alpha Macaca fascicularis di luar
kawasan untuk berpindah ke satu pohon ke pohon lain maupun adanya makanan
yang terlihat ditanah sehingga persentase gerak tanah individu ini lebih tinggi bila
dibandingkan individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan.
Tingginya persentase gerak substrat lain pada individu jantan alpha Macaca
fascicularis di luar kawasan bila dibandingkan individu jantan alpha Macaca
fascicularis di dalam kawasan dikarenakan individu jantan alpha Macaca
fascicularis diluar kawasan sangat aktif menjelajah terlebih diluar kawasan
banyaknya rumah-rumah penduduk misalnya seperti bergerak pada kabel yang ada
dan genteng rumah yang terlihat pada saat pengamatan.

4.5.2. Perilaku Makan


Aktivitas makan merupakan aktivitas mencari makan dan memegang makanan.
Urutan pada aktivitas makan, dimulai dengan mencium pakan terlebih dahulu,
kemudian digigit dengan mulut atau mengambil pakan yang telah digigit dengan satu
atau kedua tangannya, penciuman merupakan detector utama dalam mencari pakan
oleh kera ekor panjang. Saat memilih pakan, kera ekor panjang dengan nalurinya
akan memilih bahan pakan yang tinggi nilai gizinya, tidak membahayakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatannya, juga memiliki bau dan cita rasa yang sesuai dengan seleranya (Sutardi,
1980).
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data perilaku makan individu jantan
alpha Macaca fascicularis berdasarkan di dalam dan di luar kawasan Bukit lawang
yang cukup bervariasi, seperti perolehan sumber makanan (dari alam,
orang/wisatawan, dan sampah), seperti terlihat pada Gambar 4.6. berikut ini.

Gambar 4.6. Persentase Kategori Perilaku Makan Individu Jantan Alpha Macaca
fascicularis di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang

Pada Gambar 4.6. dapat dilihat bahwa kategori perilaku makan yang paling tinggi
dari individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan berturut-turut
adalah konsumsi pakan dari alam (90 %), pakan dari orang (7,07 %), dan pakan dari
sampah (2,89 %). sedangkan kategori perilaku makan yang paling tinggi untuk
individu jantan Alpha Macaca fascicularis di luar kawasan berturut-turut adalah
konsumsi pakan dari alam (64,7 %), pakan dari orang (15,3 %), dan pakan dari
sampah (19,8 %).
Secara keseluruhan makanan kera ekor panjang di bukit lawang lebih banyak
memakan makanan alami. menurut Santoso (1996) menyebutkan bahwa hanya
bagian tertentu saja yang dimakan kera ekor panjang seperti daun muda, buah,
bunga, dan tunas sehingga tidak dapat menyediakan makanan sepanjang tahun
(musiman). Variasi jenis tumbuhan yang dimakan mengikuti musim yang terjadi di
habitat tempat tinggal kera ekor panjang, jika pada bulan tertentu ketersediaan suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jenis makanan tidak ada maka akan beralih ke jenis makanan lain yang
ketersediaanya melimpah (Fuentes & Dolhinow 1999).
Pada saat pengamatan pertengahan bulan Agustus 2017 beberapa pohon yang
terdapat didalam kawasan bukit lawang masih ada yang berbuah yaitu seperti pohon
Ficus sp, Acacia sp serta jenis serangga seperti semut hitam yang dimakan individu
jantan alpha Macaca fascicularis masih melimpah. Hal ini membuat kera ekor
panjang di dalam kawasan hutan bukit lawang banyak memakan buah, biji, daun
muda dan serangga, sedangkan makanan yang berasal dari pengunjung ataupun sisa
sampah disekitar hutan jumlahnya tidak sebanyak jenis makanan alami yang tersedia
dihutan.
Dari kedua kawasan hutan yang diamati individu jantan alpha macaca
fascicularis yang berada di luar kawasan memiliki persentase konsumsi pakan dari
pengunjung yang lebih besar. Hal tersebut disebabkan karena diluar kawasan hutan
dekat pada pemukiman warga sekitar dan sering sekali kera ekor panjang mendapat
makanan dari para pengunjung ataupun mendapatkan makanan dari tempat sampah.
Pengunjung biasanya memberikan makanan agar bisa melihat individu jantan alpha
macaca fascicularis dengan jarak yang lebih dekat. Menurut (Fittinghoff dan
Lindburg 1980), kera ekor panjang adalah spesies oportunis yaitu akan berusaha
mengekploitasi sumber daya yang ada di sekitarnya.

4.5.3 Perilaku Istirahat


Pada siang hari aktivitas yang dominan adalah beristirahat, kondisi cuaca yang
cenderung panas pada siang hari menyebabkan individu jantan alpha Macaca
fascicularis mengurangi aktivitas makan dan bergerak (Santosa dkk. 2011). Istirahat
yang cukup dibutuhkan individu jantan alpha Macaca fascicularis untuk proses
sosial mengutui dan istirahat setelah makan serta mengumpulkan energi untuk
bergerak mencari makan maupun aktivitas lainnya pada saat menjelang sore hari.
Perilaku istirahat seperti yang dijelaskan di awal terbagi lagi menjadi
beberapa kategori aktivitas, yaitu istirahat pohon, istirahat tanah, dan istirahat
substrat lain.Adapun kategori perilaku istirahat untuk masing-masing individu dapat
di lihat pada Gambar 4.7.berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.7.Persentase Kategori Perilaku Istirahat Individu Jantan Alpha Macaca
fascicularis di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang.

Pada Gambar 4.7. dapat diketahui kategori perilaku istirahat yang paling tinggi untuk
individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan berturut-turut adalah
istirahat di pohon (71,3 %), istirahat di tanah (20,8%) dan istirahat di substrat lain
(7,76%) sedangkan kategori perilaku istirahat individu jantan alpha Macaca
fascicularis diluar kawasan yang paling tinggi berturut-turut adalah istirahat di
pohon (63,4%), istirahat di tanah (23,9%) dan istirahat di substat lain (13,6%).
Persentase perilaku istirahat pohon individu jantan alpha Macaca fascicularis
di dalam kawasan lebih tinggi dibandingkan di luar kawasan hal ini dikarenakan
banyaknya pohon yang terdapat didalam kawasan serta jika individu jantan alpha
Macaca fascicularis sudah pada waktu siang akan segera beristirahat pada pohon
yang terahir dijelajahinya untuk proses istirahat. Sedangkan pada individu jantan
alpha Macaca fascicularis di luar kawasan lebih sedikit beristirahat dipohon karena
tidak sebanyak ditemukan pohon diluar kawasan kera jantan dewasa lebih banyak
beristirahat setelah pergerakan mencari makan dan kebutuhan makannya terpenuhi.
Individu jantan alpha di luar kawasan lebih terbagi istirahatnya ditanah
maupun disubstrat lain karna lebih banyak ditemukan substrat lain seperti rumah satu
dengan rumah lainnya yang terdapat pada sekitaran luar kawasan bukit lawang untuk
individu jantan alpha Macaca fascicularis beristirahat maupun berhenti pada tiap-
tiap misalnya bebatuan atau genteng dibanding pohon yang ditemukan pada sekitaran
luar kawasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5.4 Perilaku Sosial
Richard (1985) mendefinisikan bahwa perilaku sosial adalah suatu kumpulan satwa
yang berinteraksi secara teratur antar individu satu dengan lainnya, hampir seluruh
waktunya dihabiskan untuk berdekatan dengan anggota kelompok lainnya dari pada
dengan yang bukan anggotanya dan selalu akan menyerang dengan individu yang
bukan anggotanya.
Persentase masing-masing dari aktivitas tersebut juga berbeda-beda pada
individu yang berada pada kedua kawasan yang diamati, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 4.8.berikut.

Gambar 4.8.Persentase Kategori Perilaku Sosial Individu Jantan Alpha Macaca


fascicularis di dalam dan di luar kawasan Bukit Lawang.

Pada Gambar 4.8. dapat diketahui kategori perilaku sosial yang paling tinggi untuk
individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan berturut-turut adalah
kawin (55,1 %), sosial agonistik (12,9%) sosial mengkutui/dikutui (10,5 %), sosial
agresif (8,65%), sosial dengan pengunjung (6,62%), sosial bermain (6,11%)
sedangkan kategori perilaku sosial individu jantan alpha Macaca fascicularis diluar
kawasan yang paling tinggi berturut-turut adalah sosaial kawin (32,2 %), sosial
mengkutui/dikutui (18,5 %), sosial dengan pengunjung (15,9%), sosial agresif
(11,1%), sosial bermain (10,4%), dan sosial submisif (9,33%).
Persentase perilaku kawin individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam
kawasan lebih tinggi dibandingkan di luar kawasan hal ini dikarenakan pada individu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan memiliki pengaruh terhadap
tingkat kesuksesan proses reproduksi kera ekor panjang. Ketika jumlah makanan
melimpah maka proses kawin atau kelahiran terjadi lebih cepat dan lebih sering
(Lang 2006). Terlihat pada pengamatan sosial kawin didalam kawasan lebih banyak
terjadi dikarenakan jumlah pakan alam yang banyak dimakan oleh individu jantan
alpha Macaca fascicularis maka jumlah asupan gizi yang masuk lebih banyak
sehingga kondisi kesehatannya lebih baik, siklus estrus berjalan lancar dan proes
kawin lebih sering terjadi dibandingkan diluar kawasan jumlah pakan alam tidak
sebanyak didalam kawasan.
Persentase perilaku mengutui paling sedikit dilakukan di dalam kawasan
dibandingkan di luar kawasan. Perilaku ini merupakan perilaku sosial yang dapat
dilakukan oleh kera baik antar usia dan antar jenis kelamin (Chalmers, 1979), oleh
karena itu perilaku ini akan dipengaruhi oleh besarnya jumlah anggota kelompok.
Semakin besar jumlah anggota kelompok maka perilaku mengutuiakan semakin
jarang dilakukan dan sebaliknya jika jumlah anggota kelompok sedikit (Kusumo,
2007). Di Taman Nasional Gunung Leuser, selama penelitian, jumlah anggota di luar
kawasan terlihat lebih banyak dibandingkan didalam kawasan yang mungkin
menyebabkan adanya perbedaan persentase perilaku mengutui yang terjadi antar
kelompok tersebut, namun penghitungan jumlah populasi masing-masing kelompok
masih perlu untuk dilakukan.
Dari kedua kawasan hutan yang diamati individu jantan alpha macaca
fascicularis interaksi dengan pengunjung paling banyak terjadi di luar kawasan yang
memiliki persentase sosial dengan pengunjung yang lebih besar. Kera ekor panjang
terlihat lebih banyak berkumpul dan aktif di tempat yang sering dikunjungi oleh
pengunjung, karena mengharapkan untuk mendapatkan makanan dari
pengunjung.Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Putra (1996) dan Fuentes and
Germerl (2005). Hal tersebut disebabkan karena di luar kawasan hutan dekat pada
pusat rekreasi dan penginapan sering sekali pengunjung bersosialisasi dengan
individu jantan alpha macaca fascicularis. Dibandingkan di dalam kawasan lebih
sedikit bersosial dengan pengunjung karna tidak banyaknya pengunjung masuk
kedalam hutan. Pengunjung biasanya memberikan makanan agar bisa melihat
individu jantan alpha macaca fascicularis dengan jarak yang lebih dekat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Persentase perilaku submisif lebih banyak dilakukan di dalam kawasan oleh
individu jantan alpha Macaca fascicularis. Hal ini dikarenakan individu jantan alpha
Macaca fascicularis di dalam kawasan lebih sering melakukan konflik dengan
kelompok lainnya. Jika bertemu kelompok Macaca fascicularis lainnya langsung
melakukan gerakan tubuh seperti menarik kedua bibir ke samping dan
memperlihatkan gigi dan gusi kepada individu lain yang dianggap memiliki posisi
(hierarki) lebih tinggi. Terlebih pada individu jantan alpha Macaca fascicularis di
luar kawasan lebih sedikit ditemukan sosial submisif karna seperti yang terlihat
diluar kawasan individu jantan alpha Macaca fascicularis lebih sering dilanjutkan
terjadinya tingkah laku agonistik.
Persentase perilaku agresif lebih tinggi ditemukan pada individu jantan alpha
Macaca fascicularis di luar kawasan dikarenakan persaingan mendapatkan pasangan,
sumber pakan dan tindakan fisik yang dilakukan oleh satu individu yang dapat
mengurangi kebebasan individu lainnya (Wilson 1975). Terlebih pakan orang atau
pakan sampah yang ditemukan. Perilaku agresif akan muncul bila ada kera lain yang
ingin mengambil makanan pada saat individu kera jantan sedang makan. Pernyataan
ini sesuai dengan Watiniasih (2002) dan Tarigan (2009) yang menyatakan bahwa
perilaku agresif banyak dilakukan oleh kera jantan dewasa. Dibandingkan dengan
individu jantan alpha Macaca fascicularis di dalam kawasan dikarenakan luas
wilayah jelajah yang tinggi lebih sedikit ditemukan bertemu kelompok individu
jantan alpha Macaca fascicularis lainnya dan melakukan sosial agresif.
Tingkah laku bermain lebih rendah ditemukan pada individu jantan alpha
Macaca fascicularis di dalam kawasan karena pada umumnya dilakukan oleh satwa
pada kelas umur juvenil dan anak. Fagen (1981) mengidentifikasi tingkah laku
bermain hanya terjadi pada juvenile, sedangkan Thor dan Holloway (1984)
menyimpulkan bahwa tingkah laku bermain akan mencapai puncaknya pada saat
satwa mencapai kelas umur juvenil. Jantan juvenil biasanya bermain dengan sesama
jantan juvenil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Perilaku Harian Kera Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) Individu Jantan Alpha di Bukit Lawang Taman Nasional
Gunung Leuser, dapat disimpulkan bahwa:

5.2. Saran
a. Penelitian mengenai perilaku individu jantan alpha kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) diharapkan dilakukan kembali pada musim buah atau musim kawin
b. Peneliti selanjutnya perlu mengetahui wilayah jelajah harian individu jantan alpha
kera ekor panjang (Macaca fascicularis) pada trail berapa saja
c. Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk perbandingan jantan dan
betina pada masing-masing kelompok usia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Aldrich, Blake, F. P. G. 1980. Long-tailed Macaques. Plenum Press, New York,


USA.
Alikodra, H.S., 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Bogor: Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayati IPB.
Bismark, M. 1982. Ekologi dan Tingkah Laku Macaca nigrescens di Suaka
Margasatwa Dumoga, Sulawesi Utara. Balai penelitian hutan. Bogor .
Budayasih, N.L. 1993. Studi Perbandingan Tingkah Laku Makan Kera Berekor
Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Nasional Bali Barat dengan di
Daerah Pulaki, Kabupaten Buleleng. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali. Skripsi. Tidak
Dipublikasikan.
Chalmers, N. 1979. Social Behaviour in Primates. Contemporary Biology. Edward
Arnold. London
Chivers, D.J,. Raemakers and F.P.G. Aldrich Blake. 1975. Long-term Observation of
Siamang Behavior. Sub-Departement of veterinary Anatomy and
Departement of physical Anthropology, University of Cambridge.
Cambridge.
Davies, N.B. and J.R. Krebs. 1978. Behavioural Ecology, an Evolutionary Approach,
Blackwell Scientific. Publicatio. London.
Djuwantoko, Utami RN, Wiyono. 2008. Perilaku Agresif Monyet, Macaca
fascicularis (Raffles, 1821) terhadap Wisatawan di Hutan Wisata Alam
Kaliurang, Yogyakarta. JBiodiversitas. 9 (4): 301-305.
Don J, Melnick, Mary C, Pearl AF, Richard. 1984. Male migration and inbreeding
avoidance in wild rhesus monkeys. J Amer Prim. 7(3):229-243.
Fadilah A. 2003. Evaluasi Habitat dan Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca
Fascicularis Raffles, 1821) Di Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten (skripsi). Bogor: Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Fagen R. 1981. Animal Play Behavior. New York (US): Oxford University Press.
Fittinghoff NA, Lindburg DG. 1980. Riverine refuging in East Bornean Macaca
fascicularis. In Lindburg DG, editor. The Macaques: Studies in Ecology,
Behavior and Evolution. New York: Van Nostrand-Reinhold.182–214 .
Fuentes, A. and S. Germerl. 2005. Disproportionate Participation by Age/sex Classes
in Aggressive Interaction Between Longtailed Macaques (Macaca
fascicularis) and Human Tourist at Taman Wisata Alam Sangeh, Bali,
Indonesia: Brief Report. American Journal of Primatology 66: 197-204.
Fuentes A, Rompis ALT, Putra IGAA, Watiniasih NL, Suartha IN, Soma IG, Wandia
IN, Putra IDKH& Stephenson R. 2007. The Macaca Fascicularis at
padangtegal, bali, Indonesia (Laporan Akhir). Bali : Pusat Kajian Primata
Universitas Udayana.
Fried, H. G. dan G. J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines of Theory and Problems
of Biology Second Edition. Erlangga. Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kusumo, D.A. 2007. Akitivitas Harian Monyet (Macaca fascicularis) di Pura
Uluwatu, Kelurahan Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
F.MIPA Universitas Udayana. Denpasar. (Tidak dipublikasikan)
Lang KC. 2006. Primate Factsheets: Long-tailed Macaque (Macaca fascicularis)
Behavior. On line at http://pin.primate.wisc.edu/factsheets/entry/long-
tailed_macaque/behav
Lee, G.H. (2012). Comparing the Relative Benefits of Grooming-contact and Full-
contact Pairing for Laboratory-housed Adult Female Macaca fasci-cularis.
Applied Animal Behaviour Science, 137: 157-165.
Medway, L. 1969. The Wild Mammals Of Malaya and Off Shore Islands Including
Singapore. Oxport University Express. London.
Mulyati L. 2008. Perilaku seksual monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dibumi
perkemahan pramuka cibubur, jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Michael, R.P. and J.H. Crook. 1973. Comparative Ecology and Behaviour Of
Primates. Academic Press. London.
McNeely, A. 1977. Ethologycal and Ecologycal Research on The Orang Utan
(Pongo pygmaeus abelli) and The Crab Eating Monkey (Macaca
fascicularis)
Napier, J.R. and Napier, P.H. 1967. A Hand book of living primates. Academic
press. New York.
Newsome D, Dowling R, and MoreS. 2005. Wildlife Tourism, Aspects of
Tourism.Clevedon: Channel View Publications
Putra, I.B.D.O. 1996. Tingkah Laku Makan Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis
Rafles) Di Hutan Wisata Alas Kedaton, Kecamatan Marga, Kabupaten
Tabanan, Propinsi Dati I Bali. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali. (Skripsi). Tidak
dipublikasikan.
Rijksen, H.D. 1978. A Field Study on Sumateran Orang Utan (Pongo pygmaeus
abelli). Ecology, behaviour and Conservation, Mededelingen Landbouw-
hougescholl. Wageningen.
Roonwall, M.L. and S. M. Mahnot. 1977. Primates of South Asia , Ecology,
Sociobiology and Behaviour. Harvard University Press. London.
Rowe, N. 1996, The pictorial guide to the living primates. Pongonias press.
Eastthamton, NY. Hal 4 – 9, 123.
Sajuthi, D. 1984. Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. Instiut Pertanian
Bogor. Bogor
Santoso, N. 1996. Analisis Habitat dan Potensi Pakan Monyet Ekor Panjang
(Macaca fasciculari,s Raffles) di Pulau Tinjil. Media Konservasi
Sinaga, S.M., Utomo, P., Hadi, S., & Archaitra, N.A. 2010.Pemanfaatan Habitat
olehMonyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kampus IPB Darmaga.
Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Suhara. 2010. Modul Pembelajaran Ilmu Kelakuan Hewan (Animal Behaviour).
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Supriatna, J. dan H.E. Wahyono. 2000. Primata Indonesia. Panduan Lapangan.
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Suwarno. 2014. Studi Perilaku Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di
Pulau Tinjil. Prosiding Seminar Nasional XI Biologi, Sains, Lingkungan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan Pembelajarannya. Surakarta: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
UNS.
Stanbury, P. 1984 Looking at Mammals. Watson Ferguson and Co. Brisben.
Tarigan, B. 2009. Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di
Kawasan Mandala Wisata Wenara wana Padangtegal Ubud. Fakultas
Kedokteran Hewan Univrsitas Udayana. Bali (tidak dipublikasikan)
Thor DH, Holloway WRJr. 1984: Developmental analyses of social play behavior in
juvenilerats. Bull. Pyschon. Soc. 22, 587–590.
Van Schaik, C.P. and M.A van Noordwijk. 1985. Evolutionary Effect of the Absence
of Felids on the Social Organization of Macaques on the Island of Simeulue
(Macaca fascicularis, fusca, Miller 1903). Folia Primatologica 44:138-47
Watson,G.1975. The Journal Of Phylosophy . USA. Vol.72 (8): 205-220.
Watiniasih, N.L. 2002. Perilaku Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Di Wanara Wana Monkey Forest, Padang Tegal Ubud, Gianyar. Jurnal
Biologi 6(2): 64 – 67
Widarteti. (2009). Perilaku Harian Lutung (Tra-chypithecus cristatus) di
Penangkaran Pusat Penyelamatan Satwa Gadog Ciawi-Bogor. Zoo
Indonesia, 18(1), 33-40.
Wheatley, B.P., 1980. Feeding and Ranging of East Bornean Macaca fascicularis.
In: The Macaques: Studies in Ecology, Behavior and Evolution,
Lindburg, D.G. (Ed.). Van Nostrand Reinhold Co., New York, pp: 215-
246.
Yuliarta, S. R. 2009. Perilaku Harian Ibu dan Anak Orangutan (Pongo abelii) di
Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten
Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Bukit Lawang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Profil Macaca fascicularis Objek Pengamatan di Bukit Lawang

Nama Jenis Foto Keterangan


Individu Kelamin
Macaca Jantan Alpha Tubuh paling besar,
fascicularis kekar,
kulit muka hitam,
rambut cokelat terang
(individu jantan
terdepan pada suatu
kelompok Macaca
fascicularis)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Foto Kerja

Aktivitas Pengunjung Perilaku Istirahat Macaca fascicularis

Aktivitas Pencatatan Perilaku Perilaku Bergerak Macaca fascicularis

Perilaku Makan Macaca fascicularis Perilaku Sosial kawin Macaca fascicularis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Tabel Aktivitas Harian Secara Umum

Individu Hari Aktivitas (1 Menit)


Bergerak Makan Istirahat Sosial
Macaca 1 85 25 28 42
fascicularis
(Didalam) 2 83 24 24 49
3 79 25 28 48
4 104 18 25 33
5 78 25 31 46
6 96 27 22 35
7 88 27 28 37
8 84 23 34 39
9 71 22 35 52
10 81 20 35 44
11 90 18 34 38
12 84 20 28 48
13 99 19 26 36
14 86 18 34 42
Total 1,208 311 412 589 2520
(%) 47,9 12,3 16,3 23,3 99,8

Individu Hari Aktivitas (1 Menit)


Bergerak Makan Istirahat Sosial
Macaca 1 85 45 39 11
fascicularis
(Diluar) 2 86 25 35 24
3 82 34 36 28
4 104 23 29 24
5 81 21 28 50
6 78 27 28 47
7 85 19 28 48
8 76 23 30 51
9 85 18 17 60
10 72 34 35 39
11 68 35 33 44
12 74 30 19 57
13 68 28 27 57
14 69 25 30 56
Total 1,113 387 414 596 2,510
(%) 44,3 15,4 16,4 23,7 99,8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Tabel Kategori Aktivitas Harian

Individu Hari Bergerak Makan


Macaca
fascicularis GP GT GSL Total PA PO PS Total
(Didalam)
1 50 25 10 85 25 - - 25
2 51 17 15 83 21 3 - 24
3 56 23 - 79 25 - - 25
4 70 22 12 104 14 4 - 18
5 44 21 13 78 25 - - 25
6 76 20 - 96 22 5 - 27
7 63 25 - 88 27 - - 27
8 60 24 - 84 20 3 - 23
9 43 23 5 71 20 2 - 22
10 57 19 5 81 19 1 - 20
11 65 17 8 90 15 3 - 18
12 53 15 16 84 20 - - 20
13 70 19 10 99 13 1 5 19
14 50 21 15 86 14 - 4 18
808 291 109 1208 280 22 9 311
67,0 24,0 9,02 100 90,0 7,07 2,89 99,96

Istirahat Sosial
IP IT ISL Total Bermain Mengutui SSb Dp Agr Kawin Total
20 5 3 28 5 5 6 - 6 20 42
19 5 - 24 3 2 10 1 8 25 49
17 7 4 28 2 5 12 2 4 23 48
15 8 2 25 - 4 5 3 3 21 33
19 9 3 31 4 5 2 4 7 24 46
17 5 - 22 5 - - 5 - 25 35
15 10 3 28 2 6 5 2 - 22 37
25 5 4 34 1 7 - 2 2 27 39
23 10 2 35 2 12 5 3 5 25 52
25 5 5 35 5 - 13 1 3 22 44
27 5 2 34 - 5 2 6 5 20 38
20 5 3 28 4 1 8 2 6 27 48
26 - - 26 3 - 5 3 5 20 36
26 7 1 34 - 10 3 5 - 24 42
294 86 32 412 36 62 76 39 51 325 589
71,3 20,8 7,76 99,86 6,11 10,5 12,9 6,62 8,65 55,1 99,88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Individu Hari Bergerak Makan
Macaca
fascicularis GP GT GSL Total PA PO PS Total
(Diluar)
1 46 35 4 85 38 4 3 45
2 52 25 9 86 14 7 4 25
3 54 22 6 82 18 10 6 34
4 63 29 12 104 15 5 3 23
5 60 14 7 81 14 2 5 21
6 48 23 7 78 15 6 6 27
7 59 15 11 85 11 4 4 19
8 53 13 10 76 14 3 6 23
9 73 9 3 85 17 - 1 18
10 56 11 5 72 23 2 9 34
11 39 17 12 68 15 6 14 35
12 50 15 9 74 20 6 4 30
13 47 10 11 68 19 8 6 28
14 41 21 7 69 11 9 7 25
741 259 113 1,113 244 72 78 477
66,5 23,2 10,1 99,8 51,1 15,0 16,3 82,4

Istirahat Sosial
IP IT ISL Total Bermain Mengutui SSb Dp Agr Kawin Total
24 15 - 39 2 - - 5 4 - 11
24 7 4 35 - 14 2 - 8 10 34
14 6 6 36 3 5 8 - 4 8 28
18 8 3 29 3 9 - - 2 10 24
19 4 5 28 5 7 2 10 8 18 50
20 6 2 28 3 13 9 - 3 19 47
16 7 5 28 4 6 3 13 2 20 48
23 7 - 30 5 7 5 20 3 11 51
15 1 1 17 - 13 6 20 6 15 60
25 7 3 35 7 10 3 - 7 12 39
22 4 7 33 7 10 4 6 3 14 44
12 4 3 19 6 8 6 10 7 20 57
15 4 8 27 10 6 4 10 6 21 57
13 8 9 30 10 7 6 5 6 22 56
260 88 56 414 65 115 58 99 69 200 606
62,8 21,2 13,5 97,5 10,7 18,9 9,57 16,3 3,39 33,0 91,86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai