Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No.

2 Desember 2018: 141-156

PERUBAHAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN PERLINDUNGAN LAUT


NUSA PENIDA, BALI - INDONESIA MENGGUNAKAN SATELIT LANDSAT
PERUMPAMAAN

Agustus Daulat1, Widodo Setiyo Pranowo, Syahrial Nur Amri


Pusat Penelitian Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia
Komplek Bina Samudera, Jalan Pasir Putih Raya, Ancol-Jakarta, 14430
1email: daul.sinaga@gmail.com

Diterima: 28 Maret 2018; Revisi: 4 Desember 2018; Disetujui: 6 Desember 2018

Abstrak. Nusa Penida, Bali ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut (KKL) oleh Pemerintah Daerah
Klungkung pada tahun 2010 dengan dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Hutan mangrove yang terletak di Pulau Nusa Lembongan di dalam yurisdiksi KKP Nusa Penida mengalami
penurunan kualitas biomassa dan tutupan vegetasi. Selama beberapa dekade terakhir karena pengaruh dari
fenomena alam dan aktivitas manusia, yang menghambat pertumbuhan mangrove. Kajian perubahan hutan
mangrove terkait penerapan kawasan konservasi laut menjadi penting untuk menjelaskan dampak regulasi
tersebut dan pengaruhnya terhadap pengelolaan konservasi kawasan di masa mendatang. Hutan mangrove di
KKL Nusa Penida dapat dipantau dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, khususnya Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI) dari citra satelit Landsat yang dipadukan dengan analisis visual dan statistik.
NDVI membantu dalam mengidentifikasi kesehatan tutupan vegetasi di wilayah tersebut dalam tiga kerangka
waktu yang berbeda tahun 2003, 2010, dan 2017. Hasilnya menunjukkan bahwa NDVI sedikit menurun antara
tahun 2003 dan 2010 tetapi meningkat secara signifikan pada tahun 2017, di mana sebagian besar perubahan
positif terjadi ke arah daratan. dan perubahan yang merugikan terjadi di tengah hutan mangrove ke arah laut.

Kata kunci: perubahan mangrove, KKP Nusa Penida, penginderaan jauh, NDVI

1 PENGANTAR yang telah menurun dari 42.000 km2


Penggundulan hutan dan hutan kurang dari 31.100 km2 (Giri dkk.
degradasi telah menjadi isu global yang 2011). Deforestasi dan hutan
utama, terutama mengingat perubahan iklim, degradasi di Indonesia sebagian besar
pemanasan global, dan faktor lingkungan disebabkan oleh campur tangan manusia dan
lainnya. Analisis Global Forest Change tujuan komersial seperti pertanian,
menunjukkan deforestasi global di seluruh akuakultur, pariwisata, pesisir
dunia, sedangkan Indonesia menunjukkan pengembangan, dan tujuan lainnya
kehilangan hutan yang sangat besar sekitar (Berciuman dkk. 2012, Spalding 2010). Hutan
1.021 km2/tahun (Hansen dkk. 2013), dengan mangrove terdapat di daerah tropis dan
total kehilangan hutan primer diperkirakan subtropis yang menyediakan
lebih dari 60.200 km2 beberapa jasa ekosistem seperti; pemijahan,
antara tahun 2002 dan 2012 dan meningkat pembiakan, penetasan dan
rata-rata sebesar 470 km2/tahun (Margono tempat pembibitan bagi banyak fauna hidup
dkk. 2014). (Cannicci dkk. 2008). Mereka juga menyediakan
Indonesia terkenal dengan hutan bahan bangunan, makanan, dan bahan bakar
mangrove terluas di dunia, (Rönnbäckdkk. 2007), dan nilai sosial

141
http://dx.doi.org/10.30536/j.ijreses.2018.v15.a2955 @Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia (LAPAN)
Agustus Daulat dkk.

seperti situs budaya dan tujuan rekreasi (Giri diserap sekitar 54.792. Mg CO2e. Mereka
dkk. 2011). Selain itu, mereka telah dikutip memperkirakan tutupan hutan mangrove di
untuk mengurangi dampak tsunami KKP Nusa Penida menggunakan Landsat 7
(Kathiresan dan ETM+ dengan teknik NDVI dan luasnya sekitar
Rajendran 2005), melindungi 164,5 ha. Penelitian sebelumnya oleh Widagti
garis pantai masyarakat pesisir (Gedan dkk.
dkk. 2011), dan mengurangi dampak (2011) memetakan wilayah Nusa Penida
perubahan iklim global melalui penyimpanan menggunakan ALOS AVNIR-2 (Advanced Land
karbon (Alongi 2008, Alongi dkk., Donat 2016 Observing Satellite) dengan jarak 10 meter
dkk. 2011, Murdiyarso dkk. resolusi (ALOS 2017) mengakibatkan tutupan
2015). Mangrove terkenal sebagai ekosistem mangrove berkurang 47,09 ha dalam waktu
produktif yang menyediakan ekologi dan dua tahun dengan variasi perubahan
sosial ekonomi socio kerapatan. Kedua penelitian tersebut
manfaat (Alongi 2002, Walters dkk. memaparkan kondisi terkini hutan mangrove
2008). Hutan mangrove di Nusa di Pulau Nusa Lembongan sebagai bagian dari
Lembongan terletak di dalam Nusa KKL Nusa Penida pasca implementasi. Oleh
Kawasan Konservasi Laut Penida (MPA) karena itu, penting untuk menganalisis
yang tujuan dari melestarikan kondisi sebelum dan sesudah KKL
keanekaragaman hayati, sumber daya
ekonomi dan banyak lagi dengan pelaksanaannya, serta sebagai pengkinian
menciptakan area regulasi khusus (Dudley data dan informasi mengenai hutan
2008). Pengelolaan KKL di Indonesia mangrove.
dikendalikan oleh Kementerian Kelautan dan NS diajukan riset akan
Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup mengintegrasikan teknologi penginderaan jauh
dan Kehutanan, dan Pemerintah Daerah dengan pengamatan lokasi untuk memantau
(Nurhidayah dan Alam perubahan spasial dan temporal pada tutupan
2017, Dirhamsyah, 2016) (Tabel 1-1). dan kepadatan hutan mangrove di Nusa
Kusumaningtyasdkk. (2014) Lembongan dari tahun 2003 hingga 2017. Citra
melakukan studi stok karbon biru di ekosistem satelit wilayah Nusa Penida pada tahun 2003
mangrove KKP Nusa Penida dan menemukan dipilih sebagai titik ketika pariwisata meningkat
lima spesies mangrove dominan di kawasan secara signifikan di Bali, menghasilkan dalam
tersebut dengan kerapatan 100 hingga 2620 kegiatan ekonomi besar-besaran
pohon/ha dan berpotensi menyimpan karbon di wilayah studi selama tahun tahun antara
hingga 14,29 MgC, dan CO2 2003 dan 2010.

Tabel 1-1: Kawasan Konservasi Perairan Indonesia

Tidak Kawasan Konservasi Kementerian Kementerian Kelautan Luas (km2)


Kehutanan Urusan dan Perikanan
1 Taman Nasional Laut 7 1 75.646.71
2 Taman Rekreasi Laut 14 6 20, 322,88
3 Suaka Margasatwa 5 0 56.78
4 Cagar Alam Laut 6 3 6.001.10
5 Kawasan Konservasi Laut 0 89 55.614,63

Total 32 99 157.642.10

(Sumber: Suraji 2014)

142 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

Selain 2010 hingga sekarang (2017) dipilih dan Proyek Solusi Biru dengan IUCN
sebagai periode di mana KKL ditetapkan dan (2014).
diberlakukan di daerah oleh pemerintah. KKL Nusa Penida (Gambar 21(b))
Penelitian ini mengkaji kondisi hutan dilaksanakan dengan menerapkan beberapa
mangrove terkait penerapan KKL Nusa Penida sistem zonasi restriksi dengan batasan khusus
di kawasan tersebut. antara lain zona inti (no take zone), zona
wisata khusus, berkelanjutan.

2 BAHAN DAN METODOLOGI Zona perikanan, zona budidaya rumput


laut, zona wisata bahari, zona keramat, dan zona
2.1 Lokasi Situs pemanfaatan. Tujuan utama KKL adalah untuk
Nusa Penida (Angka 2-1(a)) membangun dan melindungi keanekaragaman
secara administratif berada di bawah kekuasaan hayati laut di wilayah tersebut dan mengurangi
Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, konflik di antara para pengguna sumber daya ini
yang terkenal dengan potensi sumber daya untuk kepentingan masyarakat lokal.
alamnya seperti pariwisata, budidaya, dan komunitas (Minggu dkk. 2014).
perikanan. Nusa Penida terdiri dari tiga pulau
dimana Nusa Penida merupakan pulau 2.2 Bahan
terbesar dibandingkan dua pulau lainnya Penelitian ini bertumpu pada
seperti Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan pemanfaatan citra satelit Landsat dengan
dengan luas total sekitar 202,84 km.2 dan pengamatan selama 15 tahun dimulai dari
populasi tahun 2003 sampai dengan tahun 2017, yang
46.749 orang (Badan Pusat Statistik, 2017). terbagi dalam tiga time frame yang berbeda
Nusa Penida terletak terpisah dari pulau Bali dengan selisih tujuh tahun. Reflektansi
dan dianggap sebagai daerah dengan permukaan Landsat 7 Enhanced Thematic
keanekaragaman hayati laut yang tinggi Mapper Plus (ETM+) dan Landsat 8
berdasarkan lokasinya di selat Lombok (Operational Land Imager (OLI) dan Thermal
sebagai salah satu Jalur Lintas Indonesia (ITF) Infrared Sensor (TIRS)) dari database USGS
dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia digunakan untuk penelitian ini. Landsat 7
melalui Selat Makassar ETM+ dan Landsat 8 (OLI dan TIRS) memiliki
(Gordon dkk. 1999, Murray dan Arief, karakteristik yang sama pada sensor,
1988). Beberapa Nasional dan metode koreksi, dan resolusi: spasial,
kerjasama internasional yang terjalin di Nusa temporal, dan spektral dengan pengulangan
Penida termasuk Proyek Ekonomi Biru yang 16 hari, cakupan 170 km X 183 km, dan
diusulkan oleh Kementerian Kelautan dan resolusi 30 meter (USGS,
Perikanan Republik Indonesia (The Jakarta 2017). Mereka juga memiliki metode koreksi
Post 2014), dan karakteristik sensor yang serupa (Tabel
2-1).

Gambar 2-1: Administrasi Nusa Penida (a) KKL Nusa Penida (b), Bali – Indonesia

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 143
Agustus Daulat dkk.

Tabel 2-1: Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8 (sensor OLI dan TIRS)

Tidak Landsat 7 ETM Landsat 7 ETM+ Landsat 8 OLI- Landsat OLI-TIRS


band Panjang gelombang (µm) Panjang gelombang TIRS band
(µm)
1 0,435-0,451 Pita 1 30 m
Pesisir/Aerosol
2 Jalur 1 30 m Jalur Biru 2 0,441-0,514 0,452-0,512 Pita 2 30 m Pita Biru 3
3 30 m Jalur Hijau 3 30 m 0,519-0,601 0,533-0,590 30 Hijau
4 Merah 0,631-0,692 0,636-0,673 Pita 4 30 m Merah
5 Pita 4 30 m NIR 0.772-0.898 0,851-0,879 Pita 5 30 m NIR
6 Pita 5 30 m SWIR Pita 6 1.547-1.749 1.566-1.651 Pita 6 30 m SWIR-1 Pita 7
7 30 m TIR 10.31-12.36 2.107-2.294 30 m SWIR-2 Pita 8 15 m
8 Pita 7 30 m SWIR-2 Pita 8 2.064-2.345 0.503-0.676 Pan
9 15 m Pan 0,515-0,896 1.363-1.384 Band 9 30 m Cirrus Band
10 10.60-11.19 10 100 m TIR-1 Band 11
11 11.50-12.51 100 m TIR-2

(Sumber: USGS 2017)

Bahkan meskipun ada sedikit panjang ETM+ dan Landsat 8 (OLI dan TIRS) dari tiga
perbedaan cahaya tahun yang berbeda, dimana Landsat 7 ETM+
spektrum (spektral range) antara dua satelit, digunakan untuk tahun 2003 dan
dimana sebagian besar pita pada Landsat 8 2010, sedangkan Landsat8 OLI dan TIRS untuk
OLI lebih sempit dibandingkan Landsat 7 2017 (USGS, 2017). Citra satelit tahun 2010
ETM+, namun pemanfaatan pita tampak digunakan sebagai acuan awal penetapan
khususnya untuk NDVI tidak terlalu KKL, sedangkan citra satelit tahun 2003 (pra-
terpengaruh (Jensen 2015). Ini hanya untuk penunjukan) dan 2017 (setelah penetapan).
membuat visualisasi yang lebih baik untuk
area bervegetasi dan tidak bervegetasi (Besi peruntukan) digunakan sebagai pembanding
dkk. 2012). untuk pemantauan hutan mangrove sebelum
dan sesudah penerapan KKL. Beberapa
2.3 Metode tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
penelitian kegiatan di dalam seperti Pengolahan Citra, Analisis Citra, dan
pemantauan mangrove perubahan hutan Visualisasi Citra (Gambar 2-2).
memanfaatkan gambar dari Landsat 7

Gambar 2-2: Diagram alir proses metodologis

144 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

2.3.1 Pemrosesan Gambar Google Earth Engine digunakan untuk


Sifatnya yang multi temporal, jangka panjang menghasilkan NDVI dari koleksi gambar dan
ketersediaan, dan studi panjang menggabungkan gambar NDVI
pengamatan yang bebas digunakan di bawah pengumpulan menggunakan bagian peredam
otorisasi USGS, menjadikan citra satelit dengan nilai median untuk mengurangi kebisingan
Landsat dipilih sebagai dataset utama dari "garam dan merica" dan menghindari outlier
(Wulder dkk. 2012). Akuisisi citra satelit dalam dataset (Toh dkk. 2008, Wang dan Zhang
1999, Bhosale dan Manza 2013).
dikumpulkan menggunakan Antarmuka Program
Aplikasi Google Earth Engine (GEE-API) (Gorelick 2.3.2 Analisis Gambar
dkk. 2017), dengan menghasilkan gambar satelit Beberapa metode yang digunakan
dalam waktu dua tahun untuk setiap kerangka untuk menganalisis citra satelit dengan
waktu yang dipilih dan membuat tumpukan mendeskripsikan karakteristik citra, sebaran
lapisan gambar yang dikenal sebagai kumpulan spasial, mengkaji citra menggunakan
gambar. CFMask sebagai algoritma Mask versi pendekatan statistik, dan regresi citra.
bahasa C berfungsi untuk menghasilkan cloud Terakhir, penilaian akurasi dilakukan untuk
mask untuk menstandarisasi dataset dari mendukung hasil penelitian.
gambar dengan intensitas tutupan awan yang Analisis hotspot dilakukan untuk
tinggi, yang memiliki akurasi keseluruhan mengidentifikasi cluster spasial yang
terbaik dibandingkan dengan algoritma lainnya signifikan secara statistik nilai tinggi (hotspot)
(Fogadkk. 2017). Normalized Difference dan nilai rendah (cold spot) dari nilai piksel
Vegetation Index (NDVI) adalah untuk antar time frame, juga menentukan korelasi
menentukan klasifikasi mangrove berdasarkan spasial antar citra berdasarkan nilai pikselnya
nilai indeksnya, yang menunjukkan keberadaan dan
tumbuhan hijau dan indeks kesehatan vegetasi membedakan distribusi spasial dari dataset
di sekitar wilayah penelitian dengan pada tingkat kepercayaan 99%, 95%, dan
memanfaatkan pita Merah tampak yang 90%. Analisis hotspot untuk setiap kerangka
dikombinasikan dengan pita Inframerah Dekat waktu yang dijalankan menggunakan fitur
dari citra satelit terpilih. Nilai NDVI berkisar analisis spasial di ArcGIS 10.3 GetisOrd GI*
antara -1 dan +1 dimana nilai yang lebih tinggi (Nallandkk. 2015). Analisis statistik dilakukan
(positif) menunjukkan kualitas vegetasi yang untuk menguji karakteristik dataset secara
tinggi, sedangkan nilai NDVI yang kecil (negatif) statistik, dan menentukan
menunjukkan non-vegetasi (Mather dan Koch
2011). NDVI dinilai dengan menggabungkan hubungan antara dataset dari tiga kerangka
cahaya tampak Red dan Near-infrared (NIR) yang waktu yang berbeda dengan menghasilkan
dipantulkan oleh vegetasi dan menampilkan model regresi. Uji-T berpasangan
vegetasi sehat yang menyerap sebagian besar dilakukan untuk menentukan statistik
cahaya tampak yang masuk dan memantulkan bukti yang berkaitan dengan perbedaan rata-
sebagian besar cahaya near-infrared, dan rata antara pengamatan berpasangan atau
sebaliknya untuk vegetasi yang tidak sehat untuk membedakan signifikansi perlakuan
ditulis secara matematis sebagai: antara gambar dalam waktu pengamatan
yang berbeda.
Regresi citra diimplementasikan untuk
= () (2-1) menghasilkan informasi statistik,
(    + )
hubungan, dan NS korelasi
Di mana,
koefisien antara dua gambar yang berbeda.
NDVI = Indeks Vegetasi Perbedaan Normalisasi
Analisis regresi pertama membandingkan nilai
NIR = Dekat kanal Inframerah
poin dari gambar yang diamati
Merah = Kanal Merah

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 145
Agustus Daulat dkk.

dari tahun 2003 dan 2010, sedangkan analisis diwakili oleh hijau gelap ditampilkan tutupan
regresi kedua membandingkan nilai titik citra vegetasi mangrove.
yang diamati dari tahun 2010 dan 2017 Time Frame 1 (2003) menggunakan
(Eastman 2016). koleksi gambar dari kombinasi tahun 2002 –
Akurasi Penilaian dan kesalahan 2003, menghasilkan 23 gambar dengan
dilakukan pada klasifikasi citra untuk tutupan awan paling sedikit 4%, Time Frame 2
mengetahui tingkat akurasi berdasarkan (2010) dari tahun 2009 – 2010, menghasilkan 17
pencapaian tugas. Klasifikasi tersebut gambar dengan tutupan awan paling sedikit 0,15%,
diperintahkan untuk memverifikasi hutan sedangkan Time Frame 3 (2010) menggunakan
mangrove dan hutan non-mangrove dengan kumpulan gambar dari tahun 2016 – 2017,
memanfaatkan teknik georeferensi dan menghasilkan 25 gambar dengan tutupan awan
rektifikasi dari Google Earth High- paling sedikit 1,7%. Teknik ini digunakan untuk
Gambar resolusi untuk area studi. Penilaian menghindari outlier dalam pengamatan dan
akurasi menggunakan koefisien kappa Cohen masalah garis-garis yang terjadi di
sebagai koefisien Landsat 7 ETM+ setelah insiden 2003 (SLC
persetujuan antara penilai yang proporsinya mati) yang dapat mengganggu analisis.
gabungan dan Nilai negatif tersebar di sepanjang
frekuensi antara unit sampel dan pantai (bagian timur dan utara atas)
menentukan signifikansi, derajat, dan sedangkan nilai positif menyebar ke arah
stabilitas untuk ilustrasi (Cohen 1960). darat dengan NDVI tertinggi adalah
0,919, dan terendah 0,300 berdasarkan
= Diamati Diharapkan (2-2)
1 Diharapkan klasifikasi Landsat USGS (Weier dan Herring,

Di mana:
2000). Secara visual tingkat kehijauan
K = Koefisien Kappa membedakan kondisi kesehatan mangrove
Diamati = Jumlah total pengamatan yang benar
antara tiga tahun yang berbeda, dimana pada
poin
Mengharapkan = Jumlah total yang benar diharapkan tahun 2003 kondisi hutan mangrove di
poin wilayah pesisir didominasi oleh tutupan
vegetasi yang sehat ditunjukkan dengan
2.3.3 Visualisasi Gambar warna hijau tua, sedangkan hutan mangrove
Visualisasi hasil dilakukan dengan ke arah darat bercampur dari NDVI rendah
menyempurnakan gambar untuk hingga tinggi.
menyederhanakan kontras untuk analisis Pada tahun 2010, NDVI hutan mangrove
yang lebih baik dan perbandingan yang tepat. di wilayah pesisir, khususnya di sisi timur
Proyeksi citra dilakukan dengan menerapkan sedikit menurun seperti terlihat pada gambar
persamaan yang dihasilkan dari statistik dengan beberapa area terlihat berubah dari
analisis dan regresi citra ke citra baru dan hijau tua menjadi hijau muda. Hal yang sama
membandingkan kondisinya dengan atau dengan daerah yang dekat dengan daratan
tanpa KKL. juga sedikit mengalami degradasi, yang
menjelaskan terjadinya degradasi kesehatan
3 HASIL DAN DISKUSI
mangrove, sedangkan mangrove di pantai
Peta menunjukkan indeks kesehatan
utara sedikit meningkat. Pada tahun 2017
hutan mangrove (Gambar 3-1) untuk tiga
kondisi hutan mangrove
berbeda waktu bingkai Nusa
dan
di dalam
keduanya menuju ke laut ke arah darat
Pulau Lembongan, di mana warna hijau
didominasi warna hijau tua yang tersebar
terang hingga merah mewakili nilai negatif
halus di sepanjang pantai dan ke daratan
yang menunjukkan non-vegetasi
dibandingkan dengan kondisi tahun 2003 dan
menutupi, ketika NS positif nilai
2010, yang digambarkan sebagai peningkatan
biomassa dan vegetasi yang lebih sehat.

146 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

Gambar 3-1: Mangrove NDVI selama periode

Histogram menunjukkan komposisi sebagai peningkatan kesehatan mangrove di


NDVI selama periode (Gambar 3-2), di mana wilayah ini berasal dari rendah menjadi sedang
komposisi indeks pada tahun 2003 agak dan dikonversi menjadi NDVI tinggi dari kondisi
berubah sedikit pada tahun 2010. Perubahan tahun 2010.
NDVI berkisar antara 0,7 hingga 0,9 dengan
sebagian besar NDVI berkisar antara 0,8 Secara statistik, kesehatan hutan
hingga 0,9 sedikit menurun menjadi berkisar mangrove pada tahun 2010 agak
antara 0,7 dan 0,8, sedangkan NDVI berkisar menurun seperti yang ditunjukkan oleh nilai
antara 0,3 hingga 0,6 tetap stabil. Perubahan median dan meannya dengan kira-kira
besar-besaran terjadi pada tahun 2017 selisih 0,01 dibandingkan tahun 2003,
dimana NDVI berkisar 0,85 sampai 0,9 sedangkan pada tahun 2017 nilai median dan
meningkat signifikan jumlahnya dari di bawah mean meningkat secara signifikan masing-
1.000 titik pengamatan menjadi hampir 1.500 masing sebesar 0,6 menjadi 0,7 dibandingkan
titik, yang tahun 2010. Standar deviasi titik pengamatan
diperkuat oleh NDVI tertinggi baru di atas 0,9 tahun 2017 adalah 0,11, yang bervariasi
dengan sekitar 200 poin. Kondisi tahun 2017 dibandingkan tahun 2003 dan 2010 sekitar
dinilai 0,10 (Tabel 3 -1).

Gambar 3-2: Kondisi hutan mangrove berdasarkan jumlah piksel dalam rentang waktu

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 147
Agustus Daulat dkk.

Tabel 3-1: Informasi statistik indeks NDVI selama rentang waktu

Tidak Kategori NDVI 2003 NDVI 2010 NDVI 2017


1 Minimum 0.302 0.311 0.305
2 Maksimum 0,903 0,901 0,919
3 median 0,809 0,796 0,867
4 Berarti 0,773 0,763 0,821
5 Standar Deviasi 0.106 0.106 0.110

Analisis Regresi Satu (Gambar 33(a)) mempengaruhi gambar NDVI pada tahun 2010,
yang berasal dari citra 2010 dengan 2003 sedangkan NDVI 2010 mempengaruhi gambar di
menghasilkan korelasi positif yang kuat antara 2017.
kedua citra dengan R2=0,78 (koefisien NS hasil dari Berpasangan Uji-T
determinasi), antara dua citra NDVI 2003 dan NDVI 2010
yang menjelaskan 78% variasi total menggunakan two-sided tailed dengan
pengamatan titik pada citra 2003 dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan bahwa
pengamatan titik pada citra 2010. Metode kedua citra tersebut merupakan perbedaan
yang sama diterapkan untuk citra 2010 dan yang signifikan secara statistik antara rerata
2017 bernama Analisis Regresi Dua (Gambar NDVI 2003 dan NDVI 2010 berdasarkan pvalue
3-3(b)) dan menghasilkan korelasi positif < 0,01. Kondisi yang sama terjadi antara NDVI
perusahaan yang sama dengan R2=0,78. Kedua 2010 dan NDVI
Analisis Regresi 2017, yang menyimpulkan gambar NDVI
mengilustrasikan bagaimana perawatan 2003, 2010 dan 2017 berbeda secara statistik.
berpengalaman oleh gambar NDVI 2003

(Sebuah) (B)

Gambar 3-3: Regresi antara 2003 dan 2010 (a) dan antara 2010 dan 2017 (b)

148 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

(Sebuah) (B)

Gambar 3-4: Perubahan Mangrove 1 (a) dan Perubahan Mangrove 2 (b)

Tabel 3-2: Informasi Statistik Perubahan Mangrove

Tidak Kategori Perubahan Mangrove 1 Perubahan Mangrove 2


1 Minimum - 0,382 - 0,384
2 Maksimum 0.219 0.275
3 median - 0. 010 0,058
4 Berarti - 0,009 0,057
5 Standar 0,051 0,051
Deviasi

Indeks perubahan hutan mangrove dari sampai 2010, lebih banyak area tampaknya memiliki
waktu ke waktu (Gambar 3-4) diperoleh pertumbuhan NDVI yang lebih rendah, sedangkan antara

dengan mengurangkan dua citra yang tahun 2010 dan 2017 sebagian besar mengalami pertumbuhan

menghasilkan indeks perubahan mangrove yang lebih tinggi dengan pertumbuhan yang rendah

bernama Mangrove Change 1 (gambar 2003 terkonsentrasi di wilayah pesisir.


dan 2010, Gambar 3-4(a)), dan Mangrove
Secara statistik Mangrove Change 1
Change 2 (gambar 2010 dan 2017, Gambar
didominasi oleh perubahan negatif di seluruh
3-4(b)). Indeks perubahan ini menggambarkan
wilayah yang ditunjukkan oleh median dan
besarnya perubahan yang terjadi pada
berarti nilai - 0,010 dan - 0,009
periode sebelum penetapan KKL dan setelah
masing-masing, ketika NS di depan
penetapan KKL. Biru
kondisi terjadi di dalam Bakau
warna mewakili NS positif tinggi
Perubahan 2 dimana perubahan dikendalikan
perubahan NDVI hutan mangrove, sedangkan
oleh nilai positif dengan median 0,058 dan
warna kuning menunjukkan perubahan NDVI
mean 0,057. Standar deviasi pada Mangrove
rendah-negatif. Mangrove Change 1 terdiri dari
Change 1 dan 2 relatif sama dengan 0,051,
indeks perubahan campuran antara positif
yang menunjukkan variasi yang seragam
dan negatif mengubah, di mana NS
seperti yang ditunjukkan pada tabel 3-2.
Perubahan Mangrove 2 didominasi oleh perubahan
positif kecil yang tersebar di sepanjang kawasan Indeks Perubahan Mangrove
hutan mangrove, dengan perubahan negatif di histogram (Gambar 3-5) menjelaskan
sepanjang pantai timur. Dari tahun 2003 perubahan NDVI sebelum dan sesudah KKL

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 149
Agustus Daulat dkk.

(Sebuah) (B)

Gambar 3-5: Indeks Perubahan Mangrove 1 (a) dan Indeks Perubahan Mangrove 2 (b)

sebutan di Nusa Penida. Sebelum penetapan 3-5(b)) jumlah pemilihnya bernilai positif
KKL (Gambar 3-5(a)), perubahan hutan dengan kisaran mulai dari 0,05 hingga 0,15.
mangrove didominasi oleh negatif hingga Regresi Perubahan Mangrove
sedikit tidak ada perubahan, yang dianggap Analisis yang diperoleh dari Mangrove Change 1
sebagai kondisi degradasi yang ditunjukkan dan Mangrove Change 2 menghasilkan model
dengan berbagai nilai berkisar antara -0,1 persamaan regresi untuk memperkirakan
hingga di bawah 0,05. Sedangkan setelah pengaruh KKL terhadap perubahan NDVI
penetapan KKL (Gambar mangrove per 7 tahun sebagai berikut:

= 0,067585 0,0098933 (3-1)


Di mana,
kamu : Ubah NDVI
KKL: Pengaruh rata-rata penerapan KKL terhadap perubahan NDVI/7tahun
= 2017 0,067585 0,0098933 2017 = 2017 0,0098933 (3-2)
(3-3)

Dampak penetapan KKL di Nusa peruntukan KKL terjadi di sepanjang wilayah


Lembongan dipetakan menggunakan Analisis pesisir.
Regresi Perubahan Mangrove (Gambar 3-6(a)), Penilaian akurasi menggunakan
dan memproyeksikan kondisi hutan mangrove Cohen's Kappa menghasilkan koefisien Kappa
di Nusa Lembongan tanpa KKL (Gambar yang sama (Tabel 3-3) antara periode dengan
3-6(b)). Dampak NDVI paling banyak terjadi rata-rata 0,71, yang berarti bahwa penilaian
hampir di seluruh kawasan hutan mangrove, akurasi menunjukkan kesesuaian yang baik
terutama dampak positif ke arah darat yang antara sampel acak yang ditemukan yang
ditunjukkan dengan warna hijau tua, diterapkan pada Resolusi Tinggi Google Earth
sedangkan warna kuning menunjukkan sedikit dengan citra satelit.
tidak ada pengaruh perubahan, dan warna
merah yang mewakili dampak negatif dari

150 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

(Sebuah)
(B)

Gambar 3-6: Dampak NDVI (a), dan NDVI 2017 tanpa KKL (b)

Analisis Hotspot (Gambar 3-7 terjadi pada tahun tersebut dibandingkan dengan
menghasilkan tiga gambar yang berbeda seperti periode sebelumnya pada tahun 2010 dan 2003.
yang ditunjukkan pada gambar di atas, di mana Berdasarkan beberapa citra hasil
warna biru (gelap) menggambarkan distribusi pendekatan penginderaan jauh, kondisi hutan
spasial nilai rendah (titik dingin) berdasarkan mangrove di KKL Nusa Penida mengalami
nilai NDVI-nya, sedangkan warna merah perubahan yang cukup besar, yang
(terang) , mewakili nilai tinggi (hotspot) pada dipengaruhi oleh KKL tersebut.
tiga tingkat kepercayaan 99%, 95%, dan 90% pelaksanaan tahun 2010. Kesehatan hutan
(Nallan dkk. 2015). Pada tahun 2003 hotspot dan mangrove yang berasosiasi dengan biomassa
cold-spot tersebar merata di sepanjang kawasan vegetasi pada tahun 2003 sedikit menurun
hutan mangrove dalam tiga wilayah yang pada tahun 2010, dan meningkat
berbeda cukup signifikan pada tahun 2017. Kondisi hutan
tingkat kepercayaan, sedangkan pada tahun mangrove pada tahun 2003, 2010, dan 2017
2010 hotspot mengelompok di tengah hutan berbeda nyata berdasarkan hasil uji t
mangrove, yang terkait dengan turunnya berpasangan (p-value < 0,01) dengan
NDVI pada tahun 2010. Analisis hotspot pada menggunakan selang kepercayaan 99%, dimana
tahun 2017 menunjukkan dominasi nilai tinggi perbedaan rata-rata pada tahun 2003-2010 dan
di seluruh kawasan dan memperkuat 2010- 2017 adalah 0,009 dan 0,057
informasi statistik di mana konversi positif masing-masing.
NDVI secara masif

Tabel 3-3: Akurasi klasifikasi menggunakan metode Kappa Cohen

Tidak Bertahun-tahun Akurasi (%) Koefisien Kappa


1 2003 88.40 0,70
2 2010 88.00 0,71
3 2017 89,73 0.73
4 Rata-rata 88.71 0. 71

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 151
Agustus Daulat dkk.

Gambar 3-7: Analisis Hotspot di KKP Nusa Penida

Sebagian besar perubahan positif pada kombinasi kenaikan permukaan laut (Lovelock
tahun 2010 terjadi ke arah darat (arah barat), dkk. 2017).
sedangkan perubahan negatif yang dianggap Regresi citra sebelum dan sesudah
sebagai degradasi mangrove terjadi di tengah penerapan KKL menunjukkan korelasi positif
hutan mangrove menuju laut. Hal ini mungkin yang kuat dijelaskan oleh R2 =
terjadi karena pasang surut, gelombang yang 0,78 yang menyimpulkan kontribusi KKL
dikombinasikan dengan kenaikan muka air laut terhadap wilayah dimana kondisi sebelum
di wilayah tersebut, dan lokasinya yang pelaksanaan didominasi negatif hingga sedikit
berbatasan langsung dengan Selat Lombok di tidak ada perubahan, sedangkan setelah KKL
sebelah barat, yang terkenal dengan arusnya
yang kuat (Lubis dan Yuningsih 2016) dan implementasinya perlahan berubah menjadi
gelombang internal (Rachmayanidkk. 2010). perubahan positif.
Kondisi hutan mangrove pada tahun
2017 mengalami peningkatan secara merata 4 KESIMPULAN
di seluruh wilayah yang didukung oleh Keluaran dari penelitian ini adalah
analisis statistik, analisis hotspot, dan relevan dengan lingkungan dan
visualisasi citra. Perubahan hutan mangrove pengelolaan konservasi di KKP Nusa Penida,
tahun 2017 didominasi oleh nilai positif yang terutama pengelolaan hutan mangrove. bakau
kecil di hampir seluruh kawasan mangrove
terutama di bagian tengah (baik ke arah darat kesehatan hutan menurun kualitasnya dari
maupun ke arah laut), yang tahun 2003 hingga 2010 sebelum KKL
menunjukkan pertumbuhan KKL peruntukan dan meningkat secara signifikan
selama implementasi. meja dan dari tahun 2010 hingga 2017 setelah
Informasi statistik melalui histogram penetapan KKL. Implementasi KKL memainkan
memperkuat bukti. Kondisi serupa pada tahun peran kunci dalam mengelola, melestarikan
2010, dimana hutan mangrove di wilayah dan melindungi ekosistem yang ada dengan
pesisir mengalami gangguan yang berasal perencanaan tata ruang, sistem zonasi, dan
dari pasang surut, gelombang dan regulasi yang ketat, tetapi pendorong lain
152 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

alasan alami dan tidak alami juga Mengubah. Muara, Pesisir dan Ilmu Shelf,
berkontribusi pada perubahan. 76, 1-13.
Observasi lapangan diperlukan untuk
Bhosale NP, Manza RR, (2013), Analisis

ground truthing untuk mendukung akurasi Pengaruh Filter Penghilang Bising pada
Gambar Penginderaan Jauh Bising. Jurnal
penilaian, klasifikasi penggunaan lahan dan
Internasional Penelitian Ilmiah & Teknik
perubahan penggunaan lahan untuk analisis
(IJSER), 4, 1151.
yang lebih baik dan komprehensif dalam
Cannicci S., Burrows D., Fratini S., Smith T.
implementasi KKL. Terakhir, pengelolaan dan
J., Offenberg J., Dahdouh-Guebas F,
implementasi KKL di KKL Nusa Penida sangat
(2008), Dampak Fauna pada Struktur
penting untuk diperhatikan sebagai model peran Vegetasi dan Fungsi Ekosistem di Hutan
dalam penataan ruang termasuk bagaimana Mangrove: Tinjauan. Botani Akuatik, 89,
mengatasi beberapa masalah dalam pemangku 186-200.
kepentingan untuk pengelolaan sumber daya Cohen J., (1960), Koefisien Kesepakatan
alam yang lebih baik di masa depan. untuk Timbangan Nominal. Pengukuran
Pendidikan dan Psikologis, 20, 37-46.
PENGAKUAN Dirhamsyah, (2016), Kemunduran dalam
Penulis ingin mengucapkan terima kasih Pengembangan Kawasan Konservasi

setiap orang WHO terlibat dalam Perairan di Indonesia. Jurnal Urusan Maritim &
Kelautan Australia, 8, 87-100. Donato DC,
penyusunan makalah ini untuk mereka
Kauffman JB, Murdiyarso D.,
dukungan termasuk masukan, koreksi, dan
Kurnianto S., Stidham M., Kanninen M.,
saran. Apresiasi tinggi diberikan kepada USGS
(2011), Mangrove Diantara Hutan Paling
atas akses data gratis citra satelit. Terakhir,
Kaya Karbon di Daerah Tropis. Geosains
tetapi tidak kalah penting,
Alam, 4, 293-297.
Andreas SEBUAH. Hutahaean dari Dudley N., (2008), Pedoman Penerapan
Koordinasi Kementeriandari
Kelautan Kategori Pengelolaan Kawasan Lindung,
Mendagri, serta Laboratorium Data Kelautan IUCN.
dan Pesisir beserta tim khususnya Joko Foga S., Scaramuzza PL, Guo S., Zhu Z., Dilley
Subandriyo yang telah mendukung penelitian RD, Beckmann T., Schmidt GL, Dwyer JL,
ini. Hughes MJ, Laue B., (2017), Perbandingan
dan Validasi Algoritma Deteksi Cloud untuk
REFERENSI Produk Data Landsat Operasional.
Data Satelit Pengamatan Darat Lanjutan, Penginderaan Jauh

(2017), Data Alos. http://www.alosrestec.jp/ Lingkungan, 194, 379-390.


en/staticpages/index.php/abo utalos. Gedan KB, Kirwan ML, Wolanski E., Barbier,
EB, Silliman BR, (2011), Peran Vegetasi Lahan

Alongi D., Murdiyarso D., Fourqurean J., Basah Pesisir Saat Ini dan Masa Depan dalam

Kauffman J., Hutahaean A., Crooks S., Melindungi Garis Pantai: Menjawab
Lovelock C., Howard J., Herr D., Fortes Tantangan Paradigma Terbaru. Perubahan
M, (2016), Karbon Biru Indonesia: Penyerap Iklim, 106, 7-29. Giri C., Ochieng E., Tieszen LL,
Karbon Lamun dan Mangrove yang Zhu Z., Singh
Signifikan dan Rentan Secara Global. Ekologi A., Loveland T., Masek J., Duke N.,

dan Pengelolaan Lahan Basah, 24, 3-13. (2011), Status dan Distribusi Hutan
Mangrove Dunia Menggunakan Data Satelit
Alongi DM, (2002), Keadaan Sekarang dan Masa Depan Pengamatan Bumi. Ekologi dan Biogeografi
NS dunia Bakau Hutan. Global, 20, 154-159. Gordon AL, Susanto RD,

Konservasi Lingkungan, 29, 331- Ffield A., (1999),


349. Arus Lintas Dalam Selat Makassar. Surat

bersama DM, (2008), Bakau Hutan: Penelitian Geofisika, 26, 3325-

Ketahanan, Perlindungan Dari Tsunami, dan 3328.


Respons terhadap Iklim Global

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 153
Agustus Daulat dkk.

gorelick N., Hancher M., Dixon M., Iklim Mengubah Mitigasi. Alam
Ilyushchenko S., Thau D., Moore R., Perubahan Iklim, 5, 1089-1092.
(2017), Google Earth Engine: Analisis Murray SP, Arief D., (1988), Aliran ke dalam
Geospasial Skala Planet untuk Semua Orang. Samudera Hindia Melalui Selat Lombok,
Penginderaan Jauh Lingkungan. Januari 1985–Januari 1986. Alam, 333,
Hansen MC, Potapov PV, Moore R., Hancher 444-447.
M., Turubanova S., Tyukavina A., Thau Nallan SA, Armstrong LJ, Tripathy AK,
D., Stehman S., Goetz S., Loveland T., Teluguntla P., (2015), Analisis Hotspot
(2013), Peta Global Resolusi Tinggi Menggunakan Data NDVI untuk Penilaian
Perubahan Tutupan Hutan Abad ke-21. Dampak Pembangunan Daerah Aliran Sungai.
Sains, 342, 850-853. Teknologi Berkelanjutan
untuk

Irons JR, Dwyer JL, Barsi JA, (2012), The Next Pembangunan 2015 (ICTSD),
Satelit Landsat: Misi Kontinuitas Data Konferensi Internasional pada, 2015. IEEE,
Landsat. Penginderaan Jauh Lingkungan, 1-5.
122, 11-21. Nurhidayah L., Alam S., (2017), KKL dan
Jensen JR, (2015), Gambar Digital Pengantar Perikanan dalam Konteks Ketahanan Pangan
Pemrosesan: Penginderaan Jauh dan Penghidupan Berkelanjutan di
Perspektif, Prentice Hall Press. Kathiresan K., Indonesia: Studi kasus KKL di Karimunjawa
Rajendran N., (2005), Pesisir dan Mayalibit Papua, Indonesia. Dalam:
Hutan Mangrove Mitigasi Tsunami. Ilmu Westlund, L., Charles, A., Garcia, SM,
Muara, Pesisir dan Landas, Sanders, J. (eds.) Kawasan Konservasi Laut:
65, 601-606. Interaksi dengan
Kissinger G., Herold M., De Sy V., (2012), Mata Pencaharian Perikanan dan Ketahanan
Pemicu Deforestasi dan Degradasi Hutan: Pangan. Roma: Pangan dan Pertanian
Laporan Sintesis untuk Pembuat Kebijakan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
REDD+. Vancouver, Persatuan Internasional untuk Konservasi
Kanada: Konsultasi Lexeme. Alam.
Kusumaningtyas MA, Daulat A., Suryono DD, Rachmayani R., Ningsih NS, Hardi S.,
Ati RNA, Kepel TL, Rustam A., Rahayu YP, Brodjonegoro IS, (2010), Dinamika
Sudirman N., Hutahaean AA, (2014), Blue Penjalaran Gelombang Internal di Selat
Carbon Stock Mangrove Lombok. Jurnal Ilmu Kelautan Indonesia, 13,
Ekosistem di Nusa Penida, Bali. Konferensi 1-12.
Dua Tahunan Konferensi Penginderaan Jauh Ronnback P., Crona B., Ingwall L., (2007), The
Pan Ocean ke-12 (PORSEC Pengembalian Barang dan Jasa Ekosistem di
2014). Hutan Mangrove yang Ditanam Kembali:
Lovelock CE, Feller IC, Reef R., Hickey S., Bola Perspektif dari Komunitas Lokal di Kenya.
MC, (2017), Mangrove Dieback Selama Konservasi Lingkungan, 34, 313-324.
Fluktuasi Permukaan Laut. Ilmiah
Laporan, 7, 1680. Spalding M., (2010), Atlas Mangrove Dunia,
Margono BA, Potapov PV, Turubanova S., Routledge.
Stolle F., Hansen MC, (2014), Kehilangan Toh KKV, Ibrahim H., Mahyuddin MN, (2008),
Tutupan Hutan Primer di Indonesia Selama Deteksi dan Pengurangan Kebisingan Garam
2000-2012. Perubahan Iklim Alam, 4, 730-735. dan Lada Menggunakan Fuzzy Switching
Filter tengah. Transaksi IEEE pada Elektronik
Mather PM, Koch M., (2011), Komputer Konsumen, 54.
Pengolahan Gambar Penginderaan Jauh: Walters BB, Ronnback P, Kovacs JM, Crona
Sebuah Pengantar, John Wiley & Sons. B., Hussain SA, Badola R., Primavera JH,
Murdiyarso D., Purbopuspito J., Kauffman J Barbier E., Dahdouh-Guebas F..
B, Warren MW, Sasmito SD, Donato DC, (2008), Etnobiologi, Sosial Ekonomi dan
Manuri S., Krisnawati H., Taberima S., Pengelolaan Hutan Mangrove: Sebuah
Kurnianto S., (2015), Potensi Hutan Tinjauan. Botani Akuatik, 89, 220-236.
Mangrove Indonesia Untuk Global

154 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018
Perubahan Hutan Mangrove di Kawasan Konservasi Laut Nusa Penida…

Wang Z., Zhang D., (1999), Progresif Observatorium, Administrasi Penerbangan


Mengganti Filter Median untuk dan Antariksa Nasional
Menghilangkan Impulse Noise Dari Gambar Widagti N., Triyulianti I., Manessa MDM,
yang Sangat Rusak. Transaksi IEEE pada (2011), Perubahan Kepadatan Hutan
Sirkuit dan Sistem II: Pemrosesan Sinyal Mangrove Di Nusa Lembongan, Bali.
Analog dan Digital, 46, 78-80. Prosiding Cresos ke-2
Minggu R., Alino PM, Atkinson S., Bekdia P., Simposium Internasional Tentang Masalah
Binson A., Campos WL, Djohani R., Green AL, Lingkungan Asia Tenggara Dan
Hamilton R., Horigue V., Penginderaan Jauh Satelit Denpasar, Bali–
(2014), Mengembangkan Jaringan Kawasan Indonesia, 2011. 171-176.
Konservasi Laut di Segitiga Terumbu Karang: Wulder MA, Masek JG, Cohen WB, Loveland
Praktik Baik untuk Memperluas Sistem TR, Woodcock CE, (2012), Opening the
Kawasan Konservasi Laut Segitiga Terumbu Archive: Bagaimana Data Gratis
Karang. Pengelolaan Pesisir, 42, 183-205. Mengaktifkan Janji Sains dan Pemantauan
Weier J., Herring D, (2000), Pengukuran Landsat. Penginderaan Jauh
Vegetasi (NDVI & EVI). bumi Lingkungan, 122, 2-10.

Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018 155
Agustus Daulat dkk.

156 Jurnal Internasional Penginderaan Jauh dan Ilmu Bumi Vol. 15 No. 2 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai