Oleh :
PRATIWI
F24050756
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
i
SKRIPSI
Oleh :
PRATIWI
F24050756
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2009
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ii
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
PRATIWI
F24050756
Menyetujui,
Bogor, 11 Agustus 2009
Mengetahui,
iv
Pratiwi. F24050756. Formulasi, Uji Kecukupan Panas, dan Pendugaan Umur
Simpan Minuman Sari Wornas (Wortel-Nanas). Dibawah bimbingan Adil Basuki
Ahza dan Feri Kusnandar.
ABSTRAK
i
7. Dr. Suliantari dan Siti Nurjanah, STP, MS atas kesediaanya membantu penulis
memahani beberapa hal mengenai mikrobiologi.
8. Adikku Mega Laksana yang sangat kusayangi, yang selalu memotivasiku dan
menyayangiku dengan tulus.
9. Teman sebimbinganku: Adi Prawoko, Abigail, Indri, Isna, dan Juju. Terima
kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian.
10. Sahabat-sahabat terbaikku di ITP : Hesti (selalu mengangkatku ketika ku
jatuh), Cha2 (selalu mendengarkan curhatku), Beli (selalu menghiburku ketika
sedih), Cath (selalu memberi energi positif), Nanda (selalu berkolaborasi
denganku meledek semua orang), Haris (selalu antusias bersamaku melakukan
petualangan), Umam (selalu memotivasi dan mengajarkanku banyak hal),
Midun (selalu jadi kakak yang baik), Aji (selalu jadi papa yang bijak), Beqi
(selalu meningkatkan nafsu makanku), Fera (selalu jadi adik yang polos),
Wahyu (teman seperjuanganku). Terimakasih atas dukungan, doa,
kebersamaan, nasehat, dan ledekan yang menyenangkan. Semoga tetap
menjadi sahabat kemarin, hari ini, esok, dan selamanya.
11. Sahabat-sahabat terbaikku di kosan : Nanda, Kodel (terimakasih laptop dan
modemnya), Novi Lohan, Mei Yu, Gebol, Icha. Terimakasih karena kalian
tidak pernah menyerah membangunkanku dari tidur untuk menyelesaikan
skripsi ini.
12. Teman-teman F-Track : Hesti, Cha2, Nanda, Haris, Umam, Aji, Beqi, Fera,
Wahyu, Tiyu, Zaqaw, Venty, Nina, Kamlit. Terimakasih atas perjalanan dan
petualangan seru yang tak akan terlupakan.
13. Teman-teman Perwira : Eveline, Teresia (terimakasih perkenalan dengan
Sahabat Anak), Vero, Ella, Astrisia, Irene, Yusi, Diana, Kenchi, Suhendri,
Rheiner, Bobo, Adi, Beli, Cha2, Kalista. Terimakasih atas kehebohannya
setiap ada yang ulang tahun dan latihan presentasi seminar yang mematikan.
14. Teman-teman di Lab Biokimia Pangan : Tuti (terimakasih stopwatchnya),
Hesti, Arya, Cath, Yuni, Adi Leo, Galih, Peye, Ola, Tata, Kenchi, Kamlit
(terimakasih jurnal dan martabaknya), Umam, yang selalu heboh di Lab dan
menghibur ditengah-tengah penelitian yang menjenuhkan.
ii
15. Teman-teman di Lab Mikrobiologi Pangan : Sisi, Tjan, Ikhwan, Khrisia.
Terimakasih atas kekompakanya membuat larutan pengencer dan
mensterilisasi segala jenis alat dan bahan yang perlu di autoklaf.
16. Teman-temanku ITP 42 Golden Generation yang tak bisa kusebutkan satu per
satu. Terimakasih atas kebersamaan, motivasi, dan kuliah bersama kalian
selama 3 tahun ini.
17. Pak Wahid, Pak Gatot, Pak Yahya, Pak Rojak, Bu Antin, Bu Rubiah, Mbak
Ari, Bu Sari, Mas Edi, Mba Ida, Pak Taufik, Pak Adi, Pak Jun dan teknisi
lainnya. Terimakasih atas bantuannya, bimbingannya, masukkan, dan nasehat
yang diberikan selama di laboratorium.
18. Bapak-bapak di PITP, yang selalu melayani penulis dengan senang hati
mencari skripsi, buku, artikel, jurnal, dan fotokopi semua bahan-bahan
tersebut untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
19. Bapak dan ibu di UPT, yang selalu melayani penulis mengurus segala
administrasi selama di ITP dengan senyum yang ramah.
20. Para panelisku yang kucintai : Gia, Harist, Yusi, Hesti, Ririn, Beqi, Nanda,
Yessica, Nina, Muji, Irene, Tiyu, Midun, ikhwan, Dewi, Ardi, Saffiera, Cath,
Stefanus, Galih Eka, Dede, Wahyu, Aji, Mumun, Andra, Astrisia, Tuthie,
Oxyana, Tiara, Galih Ika, Haris S, Febri, Tjan, Fera, Arya, Dedi, Khrisia, Beli,
Kenchi, Kamlit, Kalista, Umam, Efrat, Federika, Ola, Adi Leo, Angky,
Yoanita, Rani, Cha2, , Icha, Tere, Nene, Dion, Eping, Ella, Sandra, dan
panelis-panelis lain yang tidak dapat disebukan satu per satu. Tanpa kalian
penelitian ini tidak akan terlaksana.
21. Adik-adik ITP 43 dan 44 yang secara sadar ataupun tidak, telah memberi
dukungan kepada saya dengan selalu antusias meminta Wornas. Kalian sangat
menghibur.
Tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan skripsi ini, namun penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR…………………………………………………………........ i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xi
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………. 1
B. TUJUAN PENELITIAN……...………………………………………….. 3
C. MANFAAT PENELITIAN………………………………………………. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 4
A. SARI BUAH……………………………………………………………… 4
B. WORTEL..................................................................................................... 6
C. NANAS…………………………………………………………………… 9
D. BAHAN PENSTABIL……………………….…………………………… 11
E. SUKROSA……………………………………………………………….. 13
F. ASAM SITRAT…...……………………………………………………… 13
………ASAM
G. ASKORBAT……………………………………………………... 13
H. PENGEMASAN…………………………………………….…………….. 15
I. PROSES TERMAL…………………………………………...…………... 16
J. PERHITUNGAN KECUKUPAN PANAS……………………………….. 18
K. PENDUGAAN UMUR SIMPAN……………………………………….. 19
III. METODOLOGI PENELITIAN……….…………………………………….. 22
A. BAHAN DAN ALAT……………………….……………………………. 22
B. METODE PENELITIAN………….....………………………………… 22
1. Formulasi Sari Wornas …...………………………………………….. 23
1.1. Persiapan Daging Buah Nanas dan Wortel...…………….……… 23
1.2. Pembuatan Puree……………………..………………………...... 24
iv
1.3. Pembuatan Sari Wornas................................................................. 25
1.4. Formulasi……………………………………………………….... 26
1.4.1 Uji Organoleptik………………………………………….... 27
1.4.2 Uji Kekerasan Buah………………………………………... 27
1.4.3 Uji Nilai pH………………………………………………... 27
1.4.4 Uji Total Padatan Terlarut.....…………………………….... 27
1.4.5 Uji Viskositas......………………………………………...... 28
1.4.6 Uji Warna……………………………………….................. 28
2. Uji Distribusi dan Penetrasi Panas untuk Menentukan Kecukupan
Panas…………................................................................................... 29
2.1. Pengukuran Distribusi Panas……………….…………………… 29
2.2. Pengukuran Penetrasi Panas.…………………………………… 30
2.3. Perhitungan Kecukupan Proses Pasteurisasi (Nilai Fo)………… 32
3. Analisis Aktivitas Antioksidan dan β-karoten.................................... 33
3.1 Analisis Aktivitas Antioksidan...................................................... 33
3.2 Analisis Beta Karoten.................................................................... 34
4. Penentuan Umur Simpan Sari Buah Wornas....................................... 34
4.1 Viskositas....................................................................................... 36
4.2 Total Mikroba................................................................................ 36
4.3 Total Kapang Khamir.................................................................... 37
4.4 pH.................................................................................................. 38
4.5 Total Asam Tertitrasi..................................................................... 39
4.6 Total Padatan Terlarut................................................................... 39
4.7 Vitamin C...................................................................................... 39
4.8 Total Gula...................................................................................... 40
4.9 Endapan......................................................................................... 41
4.10 Organoleptik................................................................................ 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….. 42
A. FORMULASI SARI BUAH WORNAS ..................................................... 42
1. Karakterisasi Sari Buah ………………………………………………. 42
2. Deskripsi Awal Bahan Baku …………………………………………. 43
3. Penentuan Tingkat Kematangan Buah.................................................. 45
v
SKRIPSI
Oleh :
PRATIWI
F24050756
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
i
SKRIPSI
Oleh :
PRATIWI
F24050756
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2009
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ii
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
PRATIWI
F24050756
Menyetujui,
Bogor, 11 Agustus 2009
Mengetahui,
iv
Pratiwi. F24050756. Formulasi, Uji Kecukupan Panas, dan Pendugaan Umur
Simpan Minuman Sari Wornas (Wortel-Nanas). Dibawah bimbingan Adil Basuki
Ahza dan Feri Kusnandar.
ABSTRAK
i
7. Dr. Suliantari dan Siti Nurjanah, STP, MS atas kesediaanya membantu penulis
memahani beberapa hal mengenai mikrobiologi.
8. Adikku Mega Laksana yang sangat kusayangi, yang selalu memotivasiku dan
menyayangiku dengan tulus.
9. Teman sebimbinganku: Adi Prawoko, Abigail, Indri, Isna, dan Juju. Terima
kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian.
10. Sahabat-sahabat terbaikku di ITP : Hesti (selalu mengangkatku ketika ku
jatuh), Cha2 (selalu mendengarkan curhatku), Beli (selalu menghiburku ketika
sedih), Cath (selalu memberi energi positif), Nanda (selalu berkolaborasi
denganku meledek semua orang), Haris (selalu antusias bersamaku melakukan
petualangan), Umam (selalu memotivasi dan mengajarkanku banyak hal),
Midun (selalu jadi kakak yang baik), Aji (selalu jadi papa yang bijak), Beqi
(selalu meningkatkan nafsu makanku), Fera (selalu jadi adik yang polos),
Wahyu (teman seperjuanganku). Terimakasih atas dukungan, doa,
kebersamaan, nasehat, dan ledekan yang menyenangkan. Semoga tetap
menjadi sahabat kemarin, hari ini, esok, dan selamanya.
11. Sahabat-sahabat terbaikku di kosan : Nanda, Kodel (terimakasih laptop dan
modemnya), Novi Lohan, Mei Yu, Gebol, Icha. Terimakasih karena kalian
tidak pernah menyerah membangunkanku dari tidur untuk menyelesaikan
skripsi ini.
12. Teman-teman F-Track : Hesti, Cha2, Nanda, Haris, Umam, Aji, Beqi, Fera,
Wahyu, Tiyu, Zaqaw, Venty, Nina, Kamlit. Terimakasih atas perjalanan dan
petualangan seru yang tak akan terlupakan.
13. Teman-teman Perwira : Eveline, Teresia (terimakasih perkenalan dengan
Sahabat Anak), Vero, Ella, Astrisia, Irene, Yusi, Diana, Kenchi, Suhendri,
Rheiner, Bobo, Adi, Beli, Cha2, Kalista. Terimakasih atas kehebohannya
setiap ada yang ulang tahun dan latihan presentasi seminar yang mematikan.
14. Teman-teman di Lab Biokimia Pangan : Tuti (terimakasih stopwatchnya),
Hesti, Arya, Cath, Yuni, Adi Leo, Galih, Peye, Ola, Tata, Kenchi, Kamlit
(terimakasih jurnal dan martabaknya), Umam, yang selalu heboh di Lab dan
menghibur ditengah-tengah penelitian yang menjenuhkan.
ii
15. Teman-teman di Lab Mikrobiologi Pangan : Sisi, Tjan, Ikhwan, Khrisia.
Terimakasih atas kekompakanya membuat larutan pengencer dan
mensterilisasi segala jenis alat dan bahan yang perlu di autoklaf.
16. Teman-temanku ITP 42 Golden Generation yang tak bisa kusebutkan satu per
satu. Terimakasih atas kebersamaan, motivasi, dan kuliah bersama kalian
selama 3 tahun ini.
17. Pak Wahid, Pak Gatot, Pak Yahya, Pak Rojak, Bu Antin, Bu Rubiah, Mbak
Ari, Bu Sari, Mas Edi, Mba Ida, Pak Taufik, Pak Adi, Pak Jun dan teknisi
lainnya. Terimakasih atas bantuannya, bimbingannya, masukkan, dan nasehat
yang diberikan selama di laboratorium.
18. Bapak-bapak di PITP, yang selalu melayani penulis dengan senang hati
mencari skripsi, buku, artikel, jurnal, dan fotokopi semua bahan-bahan
tersebut untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
19. Bapak dan ibu di UPT, yang selalu melayani penulis mengurus segala
administrasi selama di ITP dengan senyum yang ramah.
20. Para panelisku yang kucintai : Gia, Harist, Yusi, Hesti, Ririn, Beqi, Nanda,
Yessica, Nina, Muji, Irene, Tiyu, Midun, ikhwan, Dewi, Ardi, Saffiera, Cath,
Stefanus, Galih Eka, Dede, Wahyu, Aji, Mumun, Andra, Astrisia, Tuthie,
Oxyana, Tiara, Galih Ika, Haris S, Febri, Tjan, Fera, Arya, Dedi, Khrisia, Beli,
Kenchi, Kamlit, Kalista, Umam, Efrat, Federika, Ola, Adi Leo, Angky,
Yoanita, Rani, Cha2, , Icha, Tere, Nene, Dion, Eping, Ella, Sandra, dan
panelis-panelis lain yang tidak dapat disebukan satu per satu. Tanpa kalian
penelitian ini tidak akan terlaksana.
21. Adik-adik ITP 43 dan 44 yang secara sadar ataupun tidak, telah memberi
dukungan kepada saya dengan selalu antusias meminta Wornas. Kalian sangat
menghibur.
Tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan skripsi ini, namun penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR…………………………………………………………........ i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xi
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………. 1
B. TUJUAN PENELITIAN……...………………………………………….. 3
C. MANFAAT PENELITIAN………………………………………………. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 4
A. SARI BUAH……………………………………………………………… 4
B. WORTEL..................................................................................................... 6
C. NANAS…………………………………………………………………… 9
D. BAHAN PENSTABIL……………………….…………………………… 11
E. SUKROSA……………………………………………………………….. 13
F. ASAM SITRAT…...……………………………………………………… 13
………ASAM
G. ASKORBAT……………………………………………………... 13
H. PENGEMASAN…………………………………………….…………….. 15
I. PROSES TERMAL…………………………………………...…………... 16
J. PERHITUNGAN KECUKUPAN PANAS……………………………….. 18
K. PENDUGAAN UMUR SIMPAN……………………………………….. 19
III. METODOLOGI PENELITIAN……….…………………………………….. 22
A. BAHAN DAN ALAT……………………….……………………………. 22
B. METODE PENELITIAN………….....………………………………… 22
1. Formulasi Sari Wornas …...………………………………………….. 23
1.1. Persiapan Daging Buah Nanas dan Wortel...…………….……… 23
1.2. Pembuatan Puree……………………..………………………...... 24
iv
1.3. Pembuatan Sari Wornas................................................................. 25
1.4. Formulasi……………………………………………………….... 26
1.4.1 Uji Organoleptik………………………………………….... 27
1.4.2 Uji Kekerasan Buah………………………………………... 27
1.4.3 Uji Nilai pH………………………………………………... 27
1.4.4 Uji Total Padatan Terlarut.....…………………………….... 27
1.4.5 Uji Viskositas......………………………………………...... 28
1.4.6 Uji Warna……………………………………….................. 28
2. Uji Distribusi dan Penetrasi Panas untuk Menentukan Kecukupan
Panas…………................................................................................... 29
2.1. Pengukuran Distribusi Panas……………….…………………… 29
2.2. Pengukuran Penetrasi Panas.…………………………………… 30
2.3. Perhitungan Kecukupan Proses Pasteurisasi (Nilai Fo)………… 32
3. Analisis Aktivitas Antioksidan dan β-karoten.................................... 33
3.1 Analisis Aktivitas Antioksidan...................................................... 33
3.2 Analisis Beta Karoten.................................................................... 34
4. Penentuan Umur Simpan Sari Buah Wornas....................................... 34
4.1 Viskositas....................................................................................... 36
4.2 Total Mikroba................................................................................ 36
4.3 Total Kapang Khamir.................................................................... 37
4.4 pH.................................................................................................. 38
4.5 Total Asam Tertitrasi..................................................................... 39
4.6 Total Padatan Terlarut................................................................... 39
4.7 Vitamin C...................................................................................... 39
4.8 Total Gula...................................................................................... 40
4.9 Endapan......................................................................................... 41
4.10 Organoleptik................................................................................ 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….. 42
A. FORMULASI SARI BUAH WORNAS ..................................................... 42
1. Karakterisasi Sari Buah ………………………………………………. 42
2. Deskripsi Awal Bahan Baku …………………………………………. 43
3. Penentuan Tingkat Kematangan Buah.................................................. 45
v
4. Penentuan Perbandingan Wortel : Nanas pada Pembuatan Puree....... 47
5. Penentuan Jumlah Air........................................................................... 48
6. Penentuan Kosentrasi Gula.................................................................... 50
7. Penentuan Kosentrasi Asam Sitrat dan Asam Askorbat........................ 51
8. Penentuan Kosentrasi CMC dan Na-Alginat......................................... 52
B. OPTIMASI KECUKUPAN PANAS......................................................... 55
1. Pengukuran Distribusi Panas................................................................. 55
2. Pengukuran Penetrasi Panas.................................................................. 56
C. ANALISIS AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN BETA KAROTEN 60
PRODUK..................................................................................................
D. PERUBAHAN MUTU PRODUK SELAMA PENYIMPANAN............... 62
1. Mikrobiologi.......................................................................................... 62
2. Total Asam Tertitrasi............................................................................. 65
3 pH.......................................................................................................... 67
4. Vitamin C.............................................................................................. 69
5. TPT........................................................................................................ 71
6. Total Gula.............................................................................................. 72
7. Warna (Visual)...................................................................................... 73
8. Viskositas............................................................................................... 75
9. Endapan................................................................................................. 76
10. Organoleptik.......................................................................................... 77
10.1 Warna............................................................................................. 78
10.2 Aroma............................................................................................ 79
10.3 Rasa Manis.................................................................................... 80
10.4 Rasa Asam..................................................................................... 81
10.5 Kekentalan..................................................................................... 83
E. PENDUGAAN UMUR SIMPAN.............................................................. 85
1. Penentuan Nilai Kritis.......................................................................... 85
2. Penentuan Ordo Reaksi........................................................................ 86
3. Pendugaan Umur Simpan berdasarkan Beberapa Parameter.............. 87
3.1 Total Asam Tertitrasi..................................................................... 87
3.2 pH.................................................................................................. 89
vi
3.3 Vitamin C...................................................................................... 91
3.4 Total Padatan Terlarut................................................................... 93
3.5 Total Gula...................................................................................... 94
3.6 Viskositas...................................................................................... 94
3. Penentuan Parameter Pembatas Penolakan Produk dan Umur
Simpan Produk................................................................................... 96
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 98
A. KESIMPULAN............................................................................................ 98
B. SARAN........................................................................................................ 100
VI. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 101
VII. LAMPIRAN........................................................................................................ 107
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan TPT dan Kandungan Sari buah
5
murni………………………………………………………………………..
Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Wortel untuk setiap 100 gram yang
8
Dikonsumsi………………………………………………………………….
Tabel 3. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Nanas untuk Setiap 100 Gram yang
10
Dikonsumsi………………………………………………………………….
Tabel 4. Jumlah Asam Askorbat yang digunakan dalam berbagai Produk Pangan
14
Olahan……………………………………………………………………….
Tabel 5. Tahap Formulasi Sari Wornas............................................................... 26
Tabel 6. Data Karakterisasi Sari Buah Komersial…………………………………. 42
Tabel 7. Karakterisasi Nanas dari Tiga Tingkat Kematangan Buah....................... 43
Tabel 8. Karakterisasi Wortel Dari Dua Tingkat Kematangan Sayur..................... 44
Tabel 9. Pengukuran Nilai Fo dari Tc 6……………………………………………. 60
Tabel 10. Angka Lempeng Total Selama Penyimpanan.......................................... 63
Tabel 11. Total Kapang dan Khamir Selama Penyimpanan.................................... 63
Tabel 12. Hasil Uji Pendugaan Koliform pada Awal Penyimpanan........................ 63
Tabel 13. Hasil Pengamatan Endapan secara Visual terhadap Sari Buah Wornas
77
Selama Penyimpanan...............................................................................
Tabel 14. Nilai Awal dan Nilai Kritis Sari Buah Wornas Berdasarkan Beberapa
86
Parameter................................................................................................
Tabel 15. Nilai R2 dari Grafik Penurunan Mutu Menurut Ordo Reaksi 0 dan 1........ 87
Tabel 16. Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan........................................ 87
Tabel 17. Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan........................................ 89
Tabel 18. Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan.......................................... 91
Tabel 19. Nilai R2 dan Nilai k yang diperoleh dari Regrasi Linear Perubahan Mutu
93
TPT Menurut Reaksi Ordo Nol dan Ordo Satu.........................................
Tabel 20. Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan......................................... 94
Tabel 21. Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan......................................... 95
Tabel 22. Nilai R2, Ea dan Umur Simpan Berdasarkan Beberapa Parameter............ 97
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Alir Proses Persiapan Daging Buah Nanas……… 23
Gambar 2. Diagram Alir Proses Persiapan Daging Buah Wortel …… 24
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Puree Wornas …………… 24
Gambar 4. Diagram Alir Proses Produksi Sari Buah Wornas ........... 25
Gambar 5. Posisi Termokopel Dalam Wadah Pemanas …… 30
Gambar 6. Posisi Termokopel Dalam Kemasan Cup …………… 32
Gambar 7. Posisi Termokopel Saat Pengukuran Penetrasi Panas 33
Gambar 8. pH Saribuah dari 6 Formulasi ……………………………. 46
Gambar 9. Ranking Kesukaan dari 6 Formulasi …………………… 46
Gambar 10. pH Saribuah dari 3 Formulasi …………………………….. 47
Gambar 11. Ranking kesukaan dari 3 Formulasi …………………… 48
Gambar 12. Kekentalan Saribuah 3 Formulasi …………………… 49
Gambar 13. Ranking Kesukaan dari 3 Formulasi …………………… 49
Gambar 14. TPT Saribuah 3 Formulasi …………………………… 50
Gambar 15. Ranking kesukaan dari 3 Formulasi ……………………... 50
Gambar 16. pH Saribuah 3 Formulasi …………………………… 52
Gambar 17. Ranking Kesukaan dari 3 Formulasi …………………… 52
Gambar 18. pH Saribuah 3 Formulasi …………………………… 54
Gambar 19. Ranking kesukaan dari 3 Formulasi …………………….. 54
Gambar 20. Grafik Hasil Pengukuran Distribusi Panas …………..… 56
Gambar 21. Grafik Pengukuran Titik Terdingin dalam Kemasan Cup. 57
Gambar 22. Kurva Hubungan Suhu Sari Wornas dan Waktu
Selama Uji Penetrasi Panas ............................................... 58
Gambar 23. Kurva Standar Antioksidan ............................................... 61
Gambar 24. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap
Nilai Total Asam Tertitrasi Sari Buah Wornas ........... 66
Gambar 25. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap
Nilai pH Sari Buah Wornas .............................................. 68
ix
Gambar 26. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap
Kadar Vitamin C Sari Buah Wornas ................................... 70
Gambar 27. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap
Total Gula Sari Buah Wornas ............................................... 72
Gambar 28. Warna Sari Buah Wornas Minggu Ke-0 ....................... 74
Gambar 29. Warna Sari Buah Wornas Minggu Ke-1 ....................... 74
Gambar 30. Warna Sari Buah Wornas Minggu Ke-2 ....................... 74
Gambar 31. Warna Sari Buah Wornas Minggu Ke-3 ....................... 75
Gambar 32. Warna Sari Buah Wornas Minggu Ke-4 .................... 75
Gambar 33. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap
Viskositas Sari Buah Wornas............................................... 75
Gambar 34. Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan
terhadap Atribut Warna Sari Buah pada 3 Suhu
Penyimpanan ...................................................................... 79
Gambar 35. Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan
terhadap Atribut Aroma Sari Buah pada 3 Suhu
Penyimpanan ...................................................................... 80
Gambar 36. Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan
terhadap Atribut Rasa Manis Sari Buah pada 3 Suhu
Penyimpanan ....................................................................... 81
Gambar 37. Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan
terhadap Atribut Rasa Asam Sari Buah pada 3 Suhu
Penyimpanan ....................................................................... 82
Gambar 38. Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan
terhadap Atribut Kekentalan Sari Buah pada 3 Suhu
Penyimpanan ....................................................................... 84
Gambar 39. Grafik Hubungan ln k TAT dengan suhu (1/T) ........... 88
Gambar 40. Grafik Hubungan ln k pH dengan suhu (1/T) ....................... 90
Gambar 41. Grafik Hubungan ln k vitamin C dengan suhu (1/T) ........... 92
Gambar 42. Grafik Hubungan ln k viskositas dengan suhu (1/T) .......... 95
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rangking Hedonik Formulasi
Tahap Penentuan Tingkat Kematangan Buah……………… 107
Lampiran 2. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman untuk
Formulasi Tahap Penentuan Tingkat Kematangan Buah….. 107
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rangking Hedonik Formulasi
Tahap Penentuan Perbandingan Wortel-Nanas pada
Pembuatan Puree…………………………………………. 108
Lampiran 4. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman untuk
Formulasi Tahap Penentuan Perbandingan Wortel-Nanas
pada Pembuatan Puree…………………………………… 108
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rangking Hedonik Formulasi
Tahap Penentuan Konsentrasi Air………………………… 109
Lampiran 6. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman untuk
Formulasi Tahap Penentuan Konsentrasi Air………………… 109
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rangking Hedonik Formulasi
Tahap Penentuan Konsentrasi Gula………………………… 110
Lampiran 8. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman untuk
Formulasi Tahap Penentuan Konsentrasi Gula……………… 110
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rangking Hedonik Formulasi
Tahap Penentuan Konsentrasi Asam Sitrat dan Asam
Askorbat………………………………………………….. 111
Lampiran 10. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman untuk
Formulasi Tahap Penentuan Konsentrasi Asam Sitrat dan
Asam Askorbat…………………………………………… 111
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rangking Hedonik Formulasi
Tahap Penentuan Konsentrasi Penstabil CMC dan Na-
alginat……………………………………………………. 112
Lampiran 12. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman untuk
xi
Formulasi Tahap Penentuan Konsentrasi Penstabil CMC dan
Na-alginat…………………………………………………… 112
Lampiran 13. Data Suhu Distrubusi Panas Ulangan 1…………………….. 113
Lampiran 14. Data Suhu Distrubusi Panas Ulangan 2…………………….. 113
Lampiran 15. Data Suhu Penetrasi Panas Dalam Cup Ulangan 1…………. 114
Lampiran 16. Data Suhu Penetrasi Panas Dalam Cup Ulangan 2………… 115
Lampiran 17. Data Suhu Penetrasi Panas Sampel Sari Buah Wornas…….. 116
Lampiran 18. Data Lethalitas Pada Suhu 75oC atau 167oF………………… 117
Lampiran 19. Data Fo Pada Pemanasan Suhu 75oC atau 167oF…………… 118
Lampiran 20. Hasil Pengukuran Kekerasan Buah Nanas pada 3 Tingkat
Kematangan………………………………………………… 119
Lampiran 21. Hasil Pengukuran Warna Daging Buah Nanas pada 3 Tingkat
Kematangan………………………………………………… 119
Lampiran 22. Hasil Pengukuran Kekerasan Wortel pada 2 Tingkat
Kematangan………………………………………………… 119
Lampiran 23. Hasil Pengukuran Warna Daging Buah Wortel pada 2
Tingkat Kematangan………………………………………… 120
Lampiran 24. Data Pengukuran Diameter dan Panjang Wortel pada 2
Tingkat Kematangan……………………………...…………. 120
Lampiran 25. Data Standar Asam Askorbat pada Pengukuran Aktivitas
Antioksidan…………………………………………………… 120
Lampiran 26. Data Pengukuran Aktivitas Antioksidan……………………... 121
Lampiran 27. Data Pengukuran Beta Karoten……………………………… 121
Lampiran 28. Data Pertumbuhan Mikroba Angka Lempeng Total Minuman
Sari Buah Wornas Selama Penyimpanan pada 3 Suhu yang
Berbeda……………………………………………………… 121
Lampiran 29. Data Pertumbuhan Kapang dan Khamir Minuman Sari Buah
Wornas Selama Penyimpanan pada 3 Suhu yang Berbeda… 122
Lampiran 30. Data Perubahan Nilai TAT Sari Buah Wornas Selama
Penyimpanan........................................................................... 122
Lampiran 31. Data Perubahan Nilai pH Sari Buah Wornas Selama
Penyimpanan………………………………………………… 123
xii
Lampiran 32. Data Perubahan Kadar Vitamin C Sari Buah Wornas Selama
Penyimpanan………………………………………………… 123
Lampiran 33. Data Perubahan Nilai Total Padatan Terlarut Sari Buah
Wornas Selama Penyimpanan……………………………… 124
Lampiran 34. Data Perubahan Total Gula Sari Buah Wornas Selama
Penyimpanan………………………………………………… 124
Lampiran 35. Data Perubahan Viskositas Sari Buah Wornas Selama
Penyimpanan............................................................................ 125
Lampiran 36. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT pada 3 Suhu Penyimpanan di Awal
Penyimpanan…………………………………………………. 125
Lampiran 37. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Pertama Penyimpanan……………………………………….. 126
Lampiran 38. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Kedua
Penyimpanan………………………………………………….. 127
Lampiran 39. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Ketiga
Penyimpanan…........................................................................ 128
Lampiran 40. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Keempat Penyimpanan……………………………………… 129
Lampiran 41. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT Selama Penyimpanan pada Suhu 5oC……… 130
Lampiran 42. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT Selama Penyimpanan pada Suhu 30oC……… 131
Lampiran 43. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TAT Selama Penyimpanan pada Suhu 45oC……. 132
Lampiran 44. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH pada 3 Suhu Penyimpanan di Awal
Penyimpanan………………………………………………… 133
xiii
Lampiran 45. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Pertama
Penyimpanan……………………………………………….. 134
Lampiran 46. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Kedua
Penyimpanan……………………………………………….. 135
Lampiran 47. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Ketiga
Penyimpanan………………………………………………. 136
Lampiran 48. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Keempat
Penyimpanan………………………………………………. 137
Lampiran 49. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH Selama Penyimpanan pada Suhu 5oC………. 138
Lampiran 50. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH Selama Penyimpanan pada Suhu 30oC……… 139
Lampiran 51. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter pH Selama Penyimpanan pada Suhu 45oC……… 140
Lampiran 52. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C pada 3 Suhu Penyimpanan di Awal
Penyimpanan………............................................................ 141
Lampiran 53. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Pertama Penyimpanan…………………………………….. 142
Lampiran 54. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Kedua Penyimpanan……………………………………… 143
Lampiran 55. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Ketiga Penyimpanan………………………………………. 144
Lampiran 56. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
xiv
Keempat Penyimpanan……………………………………… 145
Lampiran 57. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C Selama Penyimpanan pada Suhu 5oC… 146
Lampiran 58. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C Selama Penyimpanan pada Suhu 30oC 147
Lampiran 59. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Vitamin C Selama Penyimpanan pada Suhu 45oC 148
Lampiran 60. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT pada 3 Suhu Penyimpanan di Awal
Penyimpanan………………………………………………… 149
Lampiran 61. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Pertama Penyimpanan……………………………………….. 150
Lampiran 62. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Kedua
Penyimpanan…………………………………………………. 151
Lampiran 63. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Ketiga
Penyimpanan………………………………………………… 152
Lampiran 64. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Keempat Penyimpanan……………………………………… 153
Lampiran 65. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT Selama Penyimpanan pada Suhu 5oC……… 154
Lampiran 66. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT Selama Penyimpanan pada Suhu 30oC……… 155
Lampiran 67. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter TPT Selama Penyimpanan pada Suhu 45oC……… 156
Lampiran 68. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula pada 3 Suhu Penyimpanan di Awal
Penyimpanan………................................................................ 157
Lampiran 69. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
xv
Parameter Total Gula pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Pertama Penyimpanan……………………………………… 158
Lampiran 70. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Kedua Penyimpanan……………………………………….. 159
Lampiran 71. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Ketiga Penyimpanan……………………………………….. 160
Lampiran 72. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Keempat Penyimpanan……………………………………… 161
Lampiran 73. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula Selama Penyimpanan pada Suhu 5oC.. 162
Lampiran 74. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula Selama Penyimpanan pada Suhu 30oC 163
Lampiran 75. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Total Gula Selama Penyimpanan pada Suhu 45oC 164
Lampiran 76. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas pada 3 Suhu Penyimpanan di Awal
Penyimpanan……………………………………………….. 165
Lampiran 77. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Pertama Penyimpanan…………………………………….. 166
Lampiran 78. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Kedua Penyimpanan……………………………………….. 167
Lampiran 79. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Ketiga Penyimpanan……………………………………… 168
Lampiran 80. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu
Keempat Penyimpanan……………………………………… 169
xvi
Lampiran 81. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas Selama Penyimpanan pada Suhu 5oC… 170
Lampiran 82. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas Selama Penyimpanan pada Suhu 30oC 171
Lampiran 83. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk
Parameter Viskositas Selama Penyimpanan pada Suhu 45oC 172
Lampiran 84. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rating Hedonik Sari Buah
Wornas Pada Awal Penyimpanan…………………………… 173
Lampiran 85. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan Sari Buah
Wornas pada Awal Penyimpanan…………………………… 175
Lampiran 86. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rating Hedonik Sari Buah
Wornas Pada Penyimpanan Minggu Pertama………………… 178
Lampiran 87. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan Sari
Buah Wornas pada Penyimpanan Minggu Pertama………… 180
Lampiran 88. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rating Hedonik Sari Buah
Wornas Pada Penyimpanan Minggu Kedua………………… 183
Lampiran 89. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan Sari Buah
Wornas pada Penyimpanan Minggu Kedua………………… 185
Lampiran 90. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rating Hedonik Sari Buah
Wornas Pada Penyimpanan Minggu Ketiga………………… 188
Lampiran 91. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan Sari Buah
Wornas pada Penyimpanan Minggu Ketiga………………… 190
Lampiran 92. Rekapitulasi Data Hasil Uji Rating Hedonik Sari Buah
Wornas Pada Penyimpanan Minggu Keempat……………… 193
Lampiran 93. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan Sari Buah
Wornas pada Penyimpanan Minggu Keempat……………… 195
Lampiran 94. Data Pengukuran pH pada Tahap Formulasi Penentuan
Tingkat Kematangan Bahan Baku………………………… 198
Lampiran 95. Hasil Analisis Friedman’s pH Sari Wornas pada Tahap
Formulasi Penentuan Tingkat Kematangan Bahan Baku…… 198
Lampiran 96. Data Pengukuran pH pada Tahap Formulasi Penentuan
Perbandingan Wortel dan Nanas…………………………… 199
xvii
Lampiran 97. Hasil Analisis Friedman’s pH Sari Wornas pada Tahap
Formulasi Penentuan Perbandingan Wortel dan Nanas…… 199
Lampiran 98. Data Pengukuran Viskositas pada Tahap Formulasi
Penentuan Jumlah Air……………………………………… 200
Lampiran 99. Hasil Analisis Friedman’s Viskositas Sari Wornas pada
Tahap Formulasi Penentuan Jumlah Air…………………… 200
Lampiran 100. Data Pengukuran TPT pada Tahap Formulasi Penentuan
Konsentrasi Gula………………………………………..….. 201
Lampiran 101. Hasil Analisis Friedman’s TPT Sari Wornas pada Tahap
Formulasi Penentuan Konsentrasi Gula……………………. 201
Lampiran 102. Data Pengukuran pH pada Tahap Formulasi Penentuan
Konsentrasi Campuran Asam Sitrat dan Asam Askorbat…… 202
Lampiran 103. Hasil Analisis Friedman’s pH Sari Wornas pada Tahap
Formulasi Penentuan Konsentrasi Campuran Asam Sitrat
dan Asam Askorbat………………………………………….. 202
Lampiran 104. Data Pengukuran Viskositas pada Tahap Formulasi
Penentuan Konsentrasi Campuran CMC dan Na-Alginat….. 203
Lampiran 105. Hasil Analisis Friedman’s pH Sari Wornas pada Tahap
Formulasi Penentuan Konsentrasi Campuran CMC dan Na-
Alginat………………………………………………………. 203
Lampiran 106. SNI 01-3719-1995 Minuman Sari Buah…………………….. 204
xviii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
B. TUJUAN PENELITIAN
C. MANFAAT PENELITIAN
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SARI BUAH
Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari pemerasan buah, disaring
atau tanpa disaring dan tidak mengalami fermentasi serta digunakan sebagai
minuman segar yang langsung dapat diminum. Menurut Stuckey (1982), sari
buah merupakan cairan yang dikeluarkan dari bagian buah yang dapat
dimakan. Cairan tersebut akan terlihat keruh atau bening tergantung pada jenis
buah yang digunakan dan mungkin mengandung minyak atau pigmen
karotenoid yang berasal dari buah. Menurut Satuhu (1994), sari buah adalah
larutan inti dari daging buah yang diencerkan sehingga mempunyai cita rasa
yang sama dengan buah aslinya. Pada umumnya sari buah diperoleh dari buah-
buahan setelah melalui tahap-tahap pencucian, pemerasan, penyaringan, dan
pengendapan (Muchtadi et al, 1979). Menurut SNI, minuman sari buah
merupakan cairan buah yang diekstrak dari bagian buah yang dapat dimakan,
baik dengan penambahan air atau tidak, yang siap untuk diminum.
Crues (1985), mengemukakan bahwa buah yang digunakan untuk
pembuatan sari buah harus dalam keadaan masak, mempunyai cita rasa yang
tidak hambar, dan mengandung banyak asam-asam organik. Selain itu sari
buah harus stabil selama pengolahan dan penyimpanan.
Kestabilan sari buah dapat ditingkatkan dengan beberapa perlakuan,
seperti pemurnian. Pemurnian sari buah bertujuan untuk menghilangkan sisa
serat yang berasal dari sari buah dengan cara penyaringan, pengendapan, atau
sentrifugasi dengan kecepatan tinggi. Proses ini dapat memisahkan sari buah
dari serat-serat berdasarkan perbedaan kerapatan. Proses ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya pengendapan selama penyimpanan, yang dapat
mengurangi penerimaan konsumen (Potter dan Hotchkiss, 1995).
Sari buah biasanya diproses dengan cara pasteurisasi untuk membunuh
mikroba yang dapat menyebabkan fermentasi dan untuk menginaktivasi enzim.
Sari buah kemudian dimasukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan dengan
memperhatikan headspace. Botol kemudian ditutup dan dipasteurisasi kembali.
4
Selain itu, untuk meningkatkan daya awet sari buah sering dilakukan dengan
penambahan zat kimia tertentu (Potter dan Hotchkins, 1995).
Perdagangan internasional membedakan produk sari buah berdasarkan
kandungan total padatan terlarut (TPT) dan kandungan sari buah murninya.
Dari penggolongan ini dikenal fruit syrup, crush, squash, cordial, unsweetened
juice, ready served fruit beverage, nectar, dan fruit juice concentrate.
Pembagian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Pembagian produk sari buah berdasarkan TPT dan kandungan sari
buah murni
Sari buah dapat diolah lebih lanjut menjadi konsentrat atau pekatan sari
buah. Codex Allimentarius Commission (1983) menyatakan bahwa
penambahan sukrosa, dekstrosa, sirup glukosa kering, dan fruktosa dapat
dilakukan tetapi dengan syarat tidak lebih dari 50 gram per kg produk hasil
rekonstitusi konsentrat sampai 11oBrix.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi sari buah erat
hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi buah itu
sendiri, yaitu faktor genetik, tingkat kematangan, cara penanaman, dan faktor
lingkungan pertumbuhan tanaman tersebut. Buah-buahan yang akan diproses
menjadi sari buah hendaknya merupakan buah varietas tertentu dan berasal dari
daerah penanaman yang sama. Buah yang dipilih sebaiknya yang sudah matang
5
karena mempunyai kandungan gizi, flavor, dan rasa yang optimal (Muchtadi,
1977). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi cita rasa sari buah adalah
perbandingan antara gula dan asam, jenis dan jumlah komponen volatil, serta
jenis vitamin (Pollard dan Timberlake, 1971).
B. WORTEL
Wortel termasuk kelompok sayuran yang merupakan tanaman
hortikultura. Tanamannya berbentuk rumput, batangnya pendek, dan akarnya
tunggangnya berubah bentuk dari fungsinya menjadi umbi bulat panjang yang
dapat dimakan. Umbi wotel ini berwarna kuning sampai kemerah-merahan
karena kandungan karotenoidnya yang tinggi (Sunaryono, 1980).
Tanaman wortel (Daucus carota Linn) dapat digolongkan ke dalam
divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, sub kelas Dicotyledone, ordo
Archychlamidae, famili Umbellyferae, genus Daucus (Bailey, 1963 yang
dikutip Widiatiningsih, 1991)
Jenis wortel yang dikenal di pasaran dibedakan atas dasar panjang
umbinya. Dengan dasar itu maka dikenal 3 jenis wortel, yaitu wortel berumbi
pendek, wortel berumbi sedang, dan wortel berumbi panjang (Novary, 1996).
1. Wortel berumbi pendek
Ukuran umbi wortel ini berkisar 5-15 cm. bentuk umbinya membulat atau
memanjang seperti silinder seukuran jari tangan dengan ujung mengecil
dan tumpul. Warnanya kuning kemerahan, berkulit halus, garing, dan
rasanya agak manis. Varietas wotel ini cukup banyak. Beberapa varietas
yang berbentuk membulat adalah Early French Frame dan Tiana,
sedangkan yang berbentuk memanjang adalah Amsterdam, Forcing, Early
Nantes, Champion Scarlet Horn, dan Kendulus (Novary, 1996).
2. Wortel berumbi sedang
Wortel yang berumbi sedang terdiri dari tiga bentuk, yaitu berbentuk
runcing, tumpul, dan di antara keduanya. Panjang umbinya berkisar 15-20
cm, warnanya kuning cerah, berkulit tipis, garing, dan rasanya agak manis.
Varietas yang termasuk di dalamnya adalah James, Scarlet Intermediet,
6
Charterna Red Cored, Royal Chantaney, Imperator, dan Berlium Berjo
(Novary, 1996).
3. Wortel berumbi panjang
Panjang umbi wortel ini berkisar 20-30 cm dengan ujung meruncing.
Bentuk umbinya seperti kerucut. Warna umbi kuning kemerahan dan
kulitnya sedikit lebih tebal dari wortel umbi sedang. Varietas yang
termasuk dalam kelompok ini adalah New Red Intermediate, dan St.Vallary
(Novary, 1996).
Varietas wortel yang paling populer adalah Imperator, Danvers, dan
Chantenay. Varietas wortel yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis
Chantenay, Nantes, dan Imperator (Sunaryono, 1980). Wortel banyak
dihasilkan di daerah dataran tinggi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatra
Utara. Khusus untuk daerah Jawa Barat, wortel yang berasal dari daerah
Cipanas dan Lembang merupakan varietas-varietas terbaik dan rasanya enak.
Wortel yang baik adalah wortel yang berwarna merah jingga atau
kuning tua kemerahan cerah, dan tidak berlekuk-lekuk. Dalam pemilihan harus
dihindari wortel yang luka, lecet, dan memar, karena wortel dengan kondisi
seperti itu akan cepat busuk. Wortel yang berakar di bagian lekukannya
menandakan wortel tersebut sudah terlalu tua. Wortel yang bercabang, berkulit
kasar, berlubang, retak, atau bercak basah akan mempermudah tumbuhnya
penyakit jamur (Novary, 1996).
Wortel merupakan jenis sayuran yang tidak tahan lama bila disimpan,
karena itu perlu penanganan lebih lanjut setelah wortel dipanen. Salah satu cara
untuk memperpanjang masa simpannya adalah dengan membuatnya menjadi
sari buah. Wortel yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah wortel
yang bermutu baik. Menurut Tindal (1987), wortel yang bermutu baik adalah
wortel yang renyah, manis, berwarna kuning tua sampai orange, tidak
berserabut, dan dipanen saat berumur 3-4 bulan. Wortel yang dipanen pada
umur 3-4 bulan akan mencapai kondisi yang optimum dari segi warna, ukuran,
dan kandungan β-karotennya. Wortel yang dipanen lebih awal akan
memberikan warna yang lebih muda karena kandungan β-karotennya belum
cukup. Komposisi kimia dan gizi wortel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
7
Tabel 2. Komposisi kimia dan nilai gizi wortel untuk setiap 100 gram yang
dikonsumsi
Komposisi Jumlah
Energi (kkal) 36.00
Protein (g) 1.00
Lemak (g) 0.60
Kalsium (mg) 45.00
Fosfor (mg) 74.00
Besi (mg) 1.00
Vitamin A (IU) 12000.00
Vitamin B1 (mg) 0.04
Vitamin C (mg) 18.00
Serat (g) 1.00
Air (g) 89.90
Sumber : Depkes RI, (1990)
Sebelum diekstraksi, kulit wortel harus dikupas agar sari wortel yang
dihasilkan tidak pahit dan warnanya lebih disenangi. Setelah dikupas, wortel
sebaiknya diblansir untuk menghilangkan residu pestisida, melunakkan
jaringan, dan menghilangkan aroma langu. Menurut Boes (1988), wortel
diblansir pada suhu 80oC-85oC selama 5 menit.
Wortel banyak mengandung karoten terutama β-karoten yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan dan anti kanker (Wirakusumah, 1996). Bangun
(2002) menyatakan bahwa untuk memperoleh zat anti kanker yang lebih
banyak sebaiknya mengkonsumsi wortel yang telah matang karena kandungan
karotennya lima kali lebih banyak daripada wortel yang masih muda.
Provitamin A yang sangat tinggi juga sangat baik untuk kesehatan mata serta
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi. Manfaat wortel lainnya adalah
dapat menurunkan kolesterol darah dan mencegah konstipasi (Wirakusumah,
1996). Selain itu, wortel juga sangat bagus dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan vitamin A harian bagi anak-anak dan orang dewasa. Kebutuhan
8
vitamin A harian bagi anak-anak adalah 400-700 µg RE dan bagi orang dewasa
adalah 600-700 µg RE.
C. NANAS
Nanas (Ananas comusus, L., Merr) adalah tanaman yang relatif tahan
terhadap keadaan kering. Menurut Muchtadi (1994), buah nanas termasuk buah
non klimakterik, artinya buah yang dipetik saat masak dan tidak mengalami
kenaikan respirasi yang cepat selama pematangan. Tanaman nanas tumbuh
baik pada daerah tropis dengan suhu 21oC-27oC. Menurut Mulyohardjo (1984),
ada beberapa jenis nanas, yaitu :
1. Cayenne (var. Smooth Cayenne)
Nanas jenis ini matanya tidak berduri, buahnya berwarna hijau
kekuningan, rasanya agak asam, mempunyai serat yang kasar, dan tidak
mudah hancur. Berat buah ini berkisar 0.75-1.5 kg/buah. (Pantastico, 1986).
2. Spanish
2.1 Red Spanish
Berat buah ini berkisar 0.9-1.8 kg/buah, daging buahnya berwarna
putih, kulit buahnya kuat dan kompak. (Pantastico, 1986).
2.2 Singapore Spanish
Berat buah ini berkisar 1.6-2.3 kg/buah, kulit buah masak berwarna
merah jingga, daging buah berwarna kuning, berserat banyak, dan
mempunyai flavor yang baik sehingga cocok untuk dikalengkan.
3. Queen
Nanas jenis ini daging buahnya berwarna kuning, daun dan
buahnya berduri, berat buah berkisar 1-1.5 kg/buah, rasanya manis, dan
flavornya baik sehingga cocok untuk dimakan segar. Di Indonesia, jenis ini
banyak ditanam di daerah Kediri dan Blitar.
Nanas yang terkenal di Indonesia adalah nanas Subang, Bogor,
Palembang, dan Blitar. Nama nanas yang diikuti nama daerahnya hanya
menandakan dimana nanas dengan varietas tertentu tumbuh dengan baik.
Nanas Subang adalah nanas varietas Cayanne, sedangkan nanas yang dikenal
masyarakat sebagai nanas Bogor dan Palembang adalah nanas varietas Queen.
9
Komponen-komponen kimia dan nilai gizi pada nanas segar dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi kimia dan nilai gizi buah nanas untuk setiap 100 gram
yang dikonsumsi
Komposisi Jumlah
Protein (g) 0.60
Lemak (g) 0.30
Karbohidrat (g) 9.90
Fosfor (mg) 22.00
Kalsium (mg) 14.00
Besi (mg) 0.90
Vitamin B1 (mg) 0.02
Vitamin C (mg) 24.0
Air (g) 88.90
Sumber : Depkes RI, (1990)
Nanas memiliki aroma dan flavor yang khas dan cukup kuat. Hal ini
menyebabkan nanas sering digunakan dalam industri sari buah. Aroma dan
flavor nanas berasal dari komponen volatil dan non volatil. Komponen volatil
yang terdapat pada nanas adalah senyawa-senyawa golongan ester dalam
bentuk metil ester dan etil ester. Komponen volatile yang menentukan aroma
nanas adalah methyl-3-hydroxybutirate, methyl-3-hydroxyhexanoate,
dimethilmalonate, acetoxyacetone (Cravelling, 1968). Senyawa non volatil
yang berperan dalam pembentukkan flavor nanas adalah asam-asam non
volatil, seperti asam sitrat, asam askorbat, asam malat, asam oksalat, dan
komponen gula, seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa (Flath, 1980)
Vitamin yang banyak terdapat pada buah nanas adalah vitamin C.
Kandungan vitamin C nanas dipengaruhi oleh tingkat kematangan, bagian
daging buah, dan varietas. Kandungan vitamin C buah nanas tertinggi adalah
pada buah ¾ matang, yang kedua adalah buah ½ matang, dan yang terendah
adalah pada buah matang (Pracaya, 1982). Kandungan vitamin C nanas
10
Cayanne sebesar 0.02 mg/ml sari buah, nanas Red Spanish sebesar 0.29 mg/ml
sari buah, dan nanas Queen sebesar 0.34 mg/ml sari buah (Collins, 1960).
Kadar vitamin C yang paling banyak adalah bagian yang dekat dengan kulit
buah, sedangkan yang paling sedikit adalah bagian yang dekat dengan hati
buah (Muljohardjo, 1984). Kandungan vitamin C pada nanas dapat berguna
sebagai antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah sariawan.
Menurut Leverington (1971), buah nanas yang digunakan untuk
pengolahan harus cukup besar, yaitu diameternya berkisar 5.25 inchi agar
dihasilkan rendemen yang besar. Pengolahan nanas untuk sari buah harus
menggunakan nanas yang matang optimal. Kondisi matang optimal adalah
matang tidak kurang dari 55%, tetapi tidak lebih dari 65%, bagian matanya
jelas, warnanya kuning keemasan, aroma dan rasanya sedap, perbandingan gula
dan asamnya dapat diterima, dan bebas dari cacat, seperti inti hitam, lepuh
berair, busuk berkhamir, dan terdapat bercak merah.
D. BAHAN PENSTABIL
Bahan penstabil (stabilizer) adalah bahan yang berfungsi untuk
mempertahankan stabilitas emulsi. Cara kerja bahan penstabil adalah dengan
menurunkan tegangan permukaan, dengan cara membentuk lapisan pelindung
yang menyelimuti globula fase terdispersi, sehingga senyawa yang tidak larut
lebih mudah terdispersi dalam sistem dan bersifat stabil (Fennema, 1985).
Zat-zat yang termasuk dalam bahan penstabil adalah gum arab, gelatin,
agar-agar, natrium alginate, karagenan, and karboksi metal seulosa atau CMC
(Moyer, 1980).
1. Alginat
Alginat merupakan hidrokoloid yang paling banyak digunakan
dalam pengolahan produk pangan. Alginat berasal dari dinding sel dan
bagian intraselular alga coklat. Menurut Toft (1982), jenis alga coklat yang
digunakan untuk mendapatkan ekstrak alginat menentukan struktur kimia
alginat dan sifat fungsionalnya serta penggunaan alginat pada produk
pangan.
11
Alginat seringkali digunakan dalam es krim, di mana alginat
membentuk tekstur dan mencegah terbentuknya kristal yang besar. Alginat
juga sering digunakan dalam dressing sebagai pengental dan penstabil
emulsi (Glicksman, 1984). Menurut Onsoyen (1992), asam alginat, bentuk
bebas dari alginat adalah produk antara dari alginat. Asam alginat ini
memiliki kestabilan yang terbatas, seperti bentuk asam bebas lainnya dari
polisakarida. Untuk membuat alginat yang stabil, asam alginat diubah
menjadi bentuk lain dengan penggabungannya dengan garam-garam seperti
Na2CO3, K2CO3, NH4OH, Mg(OH)2, CaCl2 dan propilen oksida. Dalam
penggunannya sebagai bahan pangan, alginat seringkali direaksikan dengan
ion Natrium untuk meningkatkan kelarutannya. Rumus kimia dari Na-
alginat adalah (NaC6H7O6)n (Food Chemical Codex, 1981). Garam dari
natrium alginat berwarna putih sampai kekuningan, berbentuk tepung atau
serat dan hampir tidak berbau dan berasa serta tidak larut alkohol dan
larutan hidroalkohol dengan kandungan alkohol lebih dari 30%. pH sangat
mempengaruhi kelarutan alginat, Na-alginat tidak stabil di atas pH 10, PGA
lebih stabil pada pH asam, namun Na-alginat berpresipitasi pada pH < 3.5
(Nussinovitch, 1997).
2. CMC
Ganz (1977) menyatakan bahwa karboksi metil selulosa
merupakan polielektrolit anionikturunan dari selulosa yang digunakan
secara luas dalam industri makanan. CMC yang biasa digunakan dalam
pengolahan pangan adalah natrium karboksi metil selulosa. Bentuk garam
yang lain seperti kalium, kalsium, dan ammonium digunakan untuk bahan
non pangan.
CMC digunakan dalam industri pangan untuk memberikan bentuk,
konsistensi, dan tekstur. CMC juga berperan sebagai pengikat air,
pengental, dan stabilisator emulsi. CMC menjalankan fungsinya melalui
interaksi antara gugusan polar dengan air dan gugusan non polar dengan
lemak (Ganz, 1977). CMC stabil pada kisaran pH 5-11, dengan viskositas
12
yang terbaik pada pH 7-9, sedangkan pH yang lebih rendah akan
menurunkan viskositas larutannya (Ganz, 1977).
E. SUKROSA
Sukrosa merupakan senyawa kimia yang memiliki rasa manis, berwarna
putih, bersifat anhidrous dan larut dalam air. Sukrosa mempunyai peranan
penting karena dapat meningkatkan penerimaan dari suatu makanan, yaitu
dengan menutupi cita rasa yang tidak menyenangkan. Rasa manis sukrosa
bersifat murni dan tidak memiliki aftertaste. Sukrosa dikatakan mampu
membentuk citarasa yang baik karena kemampuannya menyeimbangkan rasa
asam, pahit, dan asin, atau melalui pembentukan karamelisasi.
Sukrosa dapat digunakan sebagai pengawet dikarenakan kemampuannya
untuk menurunkan nilai keseimbangan kelembaban relatif dan meningkatkan
tekanan osmotik dengan cara mengikat air bebas sehingga tidak dapat
digunakan mikroba. Sukrosa dapat menghambat daya kerja enzim, yaitu pada
konsentrasi 30% akan menghambat aktivitas enzim asam askorbat oksidase dan
pada konsentrasi 50% akan menghambat enzim katalase (Nicole, 1979).
F. ASAM SITRAT
Asam sitrat (C6H8O7) berfungsi sebagai pemberi rasa asam, mencegah
kristalisasi gula, penjernih gel, dan katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula
invert selama penyimpanan (Alikonis, 1979). Menurut Winarno (1984) asam
sitrat berfungsi sebagai pengikat logam yang dapat mengkatalis oksidasi
komponen citarasa dan warna. Menurut Ward dan Courts (1977), asam sitrat
dapat memberikan kekuatan gel yang lebih tinggi dan penambahan asam sitrat
sampai pH 3-4.7 dapat menghasilkan gel yang halus serta pembentukan gel
menjadi lebih cepat.
G. ASAM ASKORBAT
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan vitamin C merupakan senyawa
yang sangat mudah larut dalam air dan mempunyai sifat asam dan sifat
pereduksi yang kuat. Dalam bentuk murni vitamin C merupakan kristal putih,
13
tidak berwarna, tidak berbau, dan mencair pada suhu 190-192oC (Winarno,
1997). Vitamin C relatif lebih stabil pada pH rendah dibandingkan dengan pada
pH tinggi.
Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-
dehidroaskorbat, keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam
askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversible menjadi asam
dehidroaskorbat . Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak
memiliki keaktifan vitamin C lagi. Dari semua vitamin yang ada, vitamin C
merupakan vitamin yang mudah rusak. Di samping sangat larut air, vitamin C
juga mudah teroksidasi dan proses tersebut dapat dipercepat oleh panas, sinar,
alkali, dan enzim. Oksidasi terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan
asam atau pada suhu rendah. Banyaknya kehilangan vitamin C tergantung pada
pH, suhu, rasio air dan bahan, rasio permukaan volume, kematangan, dan
faktor lain (Winarno, 1997).
Asam askorbat dan garamnya sering digunakan sebagai antioksidan pada
berbagai produk pangan olahan, antara lain buah kaleng, sayuran kaleng, ikan
kaleng, daging kaleng, minuman ringan, dan beverages (Madhavi et al., 1996)
Tabel 4. Jumlah asam askorbat yang digunakan dalam berbagai produk pangan
olahan
15
I. PROSES TERMAL
Proses termal merupakan salah satu cara untuk memusnahkan mikroba
selain cara irradiasi, tekanan osmotik tinggi, listrik bertegangan tinggi,
kombinasi ultrasonik, panas, dan tekanan (Sala et al., 1995). Proses termal erat
kaitannya dengan ketahanan bakteri termasuk sporanya. Ketahanan bakteri
terhadap proses pemanasan umumnya dinyatakan dengan istilah nilai D dan
nilai z. Nilai D adalah waktu dalam menit yang dibutuhkan untuk
memusnahkan 90% dari populasi bakteri dalam suatu medium termasuk bahan
pangan pada suhu tetap yang tertentu. Nilai z adalah selang suhu terjadinya
penambahan atau pengurangan organisme atau spora sepuluh kali lipat dalam
waktu yang dibutuhkan baik untuk menurunkan 90% atau pembinasaan
seluruhnya (Heldman dan Singh, 2001).
Sel vegetatif bakteri termasuk bakteri pembentuk spora, kapang, dan
khamir pada umumnya memiliki nilai D berkisar 0.5-3 menit pada suhu 65oC.
Sedangkan nilai z untuk sel vegetatif bakteri, kapang, dan khamir berkisar 5-
8oC, dan nilai z untuk bakteri pembentuk spora adalah berkisar 6-16oC
(Garbutt, 1997). Ketahanan panas mikroba dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
antara lain : umur dan keadaan organisme sebelum dipanaskan, komposisi
medium pertumbuhan organisme, pH dan aw medium, waktu pemanasan, dan
suhu pemanasan (Supardi dan Sukamto, 1999).
Sejumlah kapang dan khamir terdapat pada sari buah yang terbuat dari
konsentrat dan memiliki aw rendah. Kapang lebih dominan pada jenis
konsentrat, sedangkan bakteri lebih dominan merusak dalam fermentasi buah
dan sayur yang memiliki aw tinggi (Gilliland, 1986). Khamir bersama sporanya
dapat dieliminasi dengan mudah pada proses pasteurisasi, tetapi kapang yang
berspora perlu pemanasan lebih lama jika produk berupa konsentrat (Frazier
dan Westhoff, 1978).
Keberhasilan penuh dari proses pengolahan yang melibatkan panas pada
produk pangan adalah terpenuhinya kecukupan panas untuk inaktivasi mikroba
yang menyebabkan kebusukan dan keracunan. Untuk itu perlu diketahui sejauh
mana ketahanan mikroba terhadap panas untuk dapat tercapai pada kombinasi
suhu dan waktu yang tepat (Holdsworth, 1997). Nilai pH makanan merupakan
16
faktor yang penting dan kritis dalam menentukan besarnya pengolahan dengan
panas yang dibutuhkan untuk menjamin tercapainya sterilisasi komersial. Di
atas pH 4.6, bakteri pembusuk anaerobik dan pembentuk spora yang patogen,
seperti C.botulinum dapat tumbuh. Beberapa spora bakteri dapat tumbuh
sampai kira-kira pH 3.7, seperti B.thermoacidurans atau B.coagulans. Bahan
pangan dengan nilai pH di bawah 3.7 tidak rusak oleh bakteri berspora
(Fardiaz, 1992).
Dua cara umum untuk melawan mikroba penyebab kebusukan atau
mikroba patogen penyebab penyakit karena makanan (foodborn diseases)
adalah : (1) menghambat atau mencegah pertumbuhannya, dan (2)
memusnahkannya (Fardiaz, 1996). Menghambat atau mencegah pertumbuhan
mikroba dapat dilakukan dengan proses pemanasan.
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan pada produk pangan dengan
menggunakan suhu relatif rendah (kurang dari 100oC) dengan tujuan
membunuh sel vegetatif (khususnya patogen) dan menginaktifkan enzim
(Jongen, 2002). Prinsip dari pasteurisasi adalah pemanasan produk secara
singkat sampai mencapai kombinasi suhu dan waktu tertentu, yang cukup
untuk membunuh semua mikroorganisme patogen, tetapi hanya menyebabkan
kerusakan (khususnya kerusakan gizi) seminimal mungkin terhadap produk
akibat panas (Woodroof, 1976). Contoh produk pasteurisasi diantaranya adalah
susu dan sari buah.
Pasteurisasi biasanya digunakan untuk produk yang mudah rusak bila
dipanaskan atau tidak dapat disterilisasi secara komersial (Desrosier, 1983).
Pasteurisasi membunuh seluruh mikroorganisme psikrofilik, mesofilik, dan
sebagian yang bersifat termofilik.
Penggunaan panas yang relatif rendah menyebabkan sedikit perubahan
pada karakteristik sensori dan nilai gizinya (Jongen, 2002). Produk pasteurisasi
memiliki umur simpan yang tidak lama, kualitas produk akan berubah selama
proses penyimpanan. Umur simpan produk tergantung pada pengemasan dan
kondisi penyimpanan.
Kecukupan proses panas tergantung pada kondisi alami produk, pH,
mikroorganisme atau enzim yang resisten, sensitivitas produk, dan tipe aplikasi
17
panas (Fellows, 2000). Pasteurisasi sari buah, dimana pH produk kurang dari
4.6 bahaya C.botulinum dapat dihindari sebab C.botulinum dan kebanyakan
bakteri pembentuk spora tidak dapat tumbuh.
Kecukupan panas dapat diperoleh dengan memberikan perlakuan panas
pada suhu yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat, atau sebaliknya.
Sejak saat itu dan selanjutnya percobaan dan perhitungan kecukupan panas
dijadikan dasar dalam penetapan proses pengalengan pangan (schedule
process). Pasteurisasi dapat dilakukan pada suhu yang relatif rendah dalam
waktu yang relatif lama, yaitu 65oC selama 30 menit atau pada suhu yang
tinggi dalam waktu singkat yaitu 72oC selama 15 detik (Fardiaz, 1992).
Semakin tinggi suhu pasteurisasi, semakin singkat proses pemanasan, beberapa
bakteri vegetatif yang tahan panas (termofilik) dan spora tahan terhadap proses
pasteurisasi. Oleh sebab itu, setelah proses pasteurisasi produk harus
didinginkan dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih
hidup (Fardiaz, 1992). Dalam pasteurisasi konsep yang umum digunakan
adalah konsep 5 D. Menurut Fellows (2000), konsep ini cukup memadai dari
segi kualitas dan keamanan pangan.
F = ∫ Lr dt ………….(1)
Lr = ∫ 10 (Tr-Tref)/z ......(2)
Dimana : Tr = suhu referensi (oC)
T(t) = suhu produk (oC)
z = faktor kinetik
18
Suhu makanan (To) dapat ditentukan melalui eksperimen, empiris, dan
teori (Heldman dan Singh, 2001). Perhitungan penetrasi panas didapat dengan
menggunkan metode trapesium. Nilai F parsial merupakan bentuk dari luas
bidang trapesium pada grafik suhu dan waktu. Berikut adalah metode
perhitungan penetrasi panas :
F = (Lr(n) + Lr(n-1)) x ∆t
------------------------ ………..(3)
2
Lr(n) = Lethal rate pada menit ke-n
Lr(n-1) = Lethal rate pada n menit sebelumnya
∆t = rentang perubahan waktu yang digunakan
19
dimulai dengan persentuhan produk dengan udara, oksigen, uap air, cahaya,
atau akibat perubahan suhu. Tingkat deteriorasi produk dipengaruhi oleh
lamanya penyimpanan, sedangkan laju deteriorasi dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan penyimpanan. Syarief dan Halid (1993) menyatakan bahwa
penurunan mutu makanan terutama dapat diketahui dari perubahan faktor
tersebut, oleh karena itu dalam menentukan daya simpan suatu produk perlu
dilakukan pengukuran terhadap atribut mutu produk tersebut.
Jenis parameter atau atribut mutu yang diuji tergantung pada jenis
produknya. Produk berlemak biasanya menggunakan parameter ketengikan.
Produk yang disimpan dingin atau beku menggunakan parameter pertumbuhan
mikroba. Produk berwujud bubuk atau kering, yang diukur adalah kadar
airnya. Untuk satu produk, yang diuji tidak semua parameter, melainkan salah
satu saja, yaitu yang paling cepat mempengaruhi penerimaan konsumen.
Pendugaan umur simpan makanan dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya :
1. Metode Konvensional
Sistem penentuan umur simpan secara konvensional membutuhkan
waktu yang lama karena penetapan kadaluarsa pangan dengan metode ESS
(Extended Storage Studies) dilakukan dengan cara menyimpan suatu seri
produk pada kondisi normal sehari-hari sambil dilakukan pengamatan
terhadap penurunan mutunya sehingga tercapai mutu kadaluarsa (Arpah,
2001).
2. Metode Akselerasi
Untuk mempercepat waktu penentuan umur simpan, dapat digunakan
metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) atau metode akselerasi.
Pada metode ini kondisi penyimpanan diatur di luar kondisi normal
sehingga produk dapat lebih cepat rusak dan penentuan umur simpan dapat
ditentukan (Arpah dan Syarief, 2000). Penggunaan metode akselerasi
harus disesuaikan dengan keadaan dan faktor yang mempercepat
kerusakan produk yang bersangkutan.
Umur simpan suatu produk yang dikemas dapat ditetapkan dengan
metode ASLT. Salah satu metode ASLT adalah metode Arrhenius. Metode
20
ini dilakukan dengan menyimpan bahan atau produk pangan dengan
kemasan akhir pada minimal tiga suhu. Kemudian tabulasi data dari
penurunan mutu berdasarkan parameter mutu tertentu tersebut dimasukkan
ke dalam persamaan Arrhenius. Dari persamaan tersebut dapat ditentukan
nilai k (konstanta penurunan mutu) dan umur simpan masing-masing
bahan atau produk pangan pada berbagai suhu penyimpanan.
21
III. BAHAN DAN METODOLOGI
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel dan
nanas. Buah nanas yang digunakan sebagai bahan baku adalah jenis nanas
Bogor yang diperoleh dari satu penjual buah tetap di daerah Babakan Raya.
Sedangkan wortel yang digunakan adalah jenis wortel Cipanas yang diperoleh
dari satu penjual sayur tetap di daerah Babakan Raya (Toko Agri).
Keseragaman mutu bahan diperoleh dengan cara menentukan tingkat
kematangan nanas berdasarkan warna kuning pada kulit buah (100% hijau,
50% kuning, 100% kuning) dan penentuan keseragaman mutu wortel
didasarkan pada waktu panen dan ukuran (wortel kecil umur 2 bulan, wortel
besar umur 3 bulan. Bahan pembantu dan tambahan yang digunakan adalah air,
sukrosa, asam sitrat, CMC, Na-alginat, dan beberapa sari buah komersial.
Bahan analisis yang digunakan adalah media agar PCA, APDA (Acidified
Potatoes Dextrose Agar), dan BGLBB, KH2PO4, larutan Luff Schrool, KHP,
NaOH, PP, Yodium, larutan pati, Pb asetat, Na2S2O3, HCl, KI, dan H2SO4.
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau stainless
steel, blender, kain saring, pengaduk, gelas cup PP, gelas ukur, wadah
alumunium, panci, automatic sealer, termometer, pH-meter, termokopel dan
pencatat data, kompor, wadah plastik dan autoklaf . Alat analisa yg digunakan
adalah cawan petri, bunsen, pipet volumetrik, neraca analitik, hand
refraktometer, gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, labu takar,
pipet mohr, pipet tetes, falling ball viscometer, water bath, dan mikropipet.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : (1) penentuan
formulasi sari wornas sehingga diperoleh formulasi terbaik yang disukai dan
dapat diterima secara organoleptik, (2) pengukuran kecukupan panas produk
sari wornas terpilih dengan pengukuran distribusi dan penetrasi panas, (3)
penentuan umur simpan sari wornas terpilih dengan metode Arrhenius.
22
1. Formulasi Sari Wornas
Tahap pertama penelitian adalah mengakarakterisasi beberapa
merk sari buah komersial yang sudah beredar di pasaran. Variabel yang
diukur adalah pH, TPT, dan viskositas. Data sari buah komersial tersebut
dijadikan acuan dalam mencari formulasi sari wornas sehingga diperoleh
formulasi terbaik yang dapat diterima secara organoleptik. Pembuatan sari
wornas ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu persiapan daging buah
nanas dan wortel, pembuatan puree nanas dan wortel, formulasi, dan uji
organoleptik, fisik, dan kimia. Formulasi yang akan dipilih mengacu pada
metode organoleptik uji rangking hedonik dengan 30 orang panelis.
Sortasi
Trimming
Wortel
Sortasi
Trimming
Daging buah nanas siap diolah Daging buah wortel siap diolah
Dicampur
Ditambah air
Mixing / diblender
Puree wornas
24
1.3 Pembuatan sari wornas
Proses pembuatan sari wornas melalui beberapa tahap, yaitu :
penyaringan untuk memisahkan serat-serat wortel dan nanas,
pencampuran dengan bahan-bahan kering yang berfungsi sebagai
pembentuk citarasa dan tekstur sari wornas, hot filling dan sealing
untuk mengusir udara di atas permukaan bahan sehingga pada saat
sealing tercipta kondisi vakum, pasteurisasi untuk memperpanjang
umur simpan, membunuh mikroorganisme pembusuk seperti khamir
dan kapang serta menginaktivasi enzim yang terdapat dalam bahan
pangan tersebut, dan yang terakhir adalah pendinginan atau cooling
untuk menimbulkan heat shock sehingga spora mikroba tahan panas
tidak bergerminasi dan produk tetap aman untuk dikonsumsi.
Pembuatan sari buah wornas melalui tahap-tahap proses seperti pada
Gambar 4.
Puree wornas
Disaring
Gula
Asam sitrat Pencampuran 85oC. 15’
Asam askorbat
CMC
Na-alginat Hot Filling dan
Dicampur
kering
Pasteurisasi 75oC
Pendinginan 10 menit
Packaging
25
1.4 Formulasi
26
1.4.1 Uji Organoleptik (Poste et.al.,1991)
Uji yang dilakukan adalah uji ranking hedonik. Skala yang
digunakan adalah skala 1 hingga 6 (1 = paling disukai hingga 6 =
paling tidak disukai), atau skala 1 hingga 3 (1 = paling disukai
hingga 3 = paling tidak disukai) . Panelis yang digunakan sebanyak
30 orang panelis tidak terlatih. Data akan diolah dengan uji
Friedman’s.
27
prosedur awal untuk menghitung kembali TPT. Total padatan
terlarut dinyatakan dalam oBrix.
28
dengan nilai +b (positif) dari 0 – 70 untuk kuning dan nilai –b
(negatif) dari 0 – (-70) untuk warna biru.
29
Tc4 Tc5
Tc3
Tc2
Tc1
Sumber panas
31
terdinginnya. Pengukuran perambatan panas pada ke-9 titik tersebut
dilakukan dua ulangan.
6
4 5
1
2
3
9 7
8
32
logaritma atau mikroba yang terbunuh adalah sebanyak 99.999% dari
jumlah awal.
Penetrasi panas diukur dengan menggunakan 6 buah
termokopel yang dipasang di dalam kemasan cup, seperti terlihat pada
Gambar 7. Ke-6 cup yang sudah dipasang termokopel tersebut
diletakkan pada titik terdingin dalam wadah pemanasan atau dalam
hal ini panci stainless steel.
1 3
5
2
4 6
33
metanol lalu campuran divorteks, ditambah 50 µl larutan sampel atau
larutan standar antioksidan, diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit,
lalu dibaca absorbansi sampel dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 517 nm.
34
1982). Perhitungan umur simpan diawali dengan memplotkan rataan nilai
(skor) parameter tertentu terhadap waktu penyimpanan per suhu
penyimpanan. Plot nilai di atas dilakukan pada ordo nol dan ordo satu.
Pada ordo nol, plot dilakukan antara rataan skor pengamatan (sumbu y)
dengan waktu penyimpanan (sumbu x), sedangkan ordo satu plot
dilakukan antara ln skor pengamatan (sumbu y) dengan waktu
penyimpanan (sumbu x).
Hasil plot di atas akan memberikan nilai k, intersep dan koefisien
korelasi masing-masing suhu penyimpanan. Untuk melihat dan menetukan
ordo reaksi kerusakan pangan yang disimpan dapat ditentukan dari nilai
koefisien korelasi yang lebih besar (R2).
Ketika jenis ordo reaksi kerusakan pangan telah didapatkan, maka
langkah selanjutnya dibuat plot Arrhenius, dengan sumbu x menyatakan
nilai 1/T (K-1) dan sumbu y menyatakan nilai ln k pada masing-masing
suhu penyimpanan yang digunakan. Hasil plot tersebut akan memberikan
nilai k, intersep, dan koefisien korelasi. Nilai k merupakan gradien dari
regresi linier yang didapat dari ketiga suhu penyimpanan.
k = ko . e-Ea/RT
Dimana : k = konstanta penurunan mutu
ko = konstanta (tidak tergantung suhu)
Ea = Energi aktivasi
T = suhu mutlak (K)
R = konstanta gas (1.986 kal/mol K)
Persamaan garis linear hasil pemlotan akan mengikuti persamaan
Arrhenius, dapat dilihat di bawah ini :
ln k = ln ko + (-Ea/R) . 1/T
Ea/R = gradien dari plot grafik Arrhenius
Dari rumus di atas akan diperoleh nilai ko. Sedangkan umur simpan
dapat diperoleh dengan rumus :
Ao – At ln Ao – ln At
t = --------------- (orde 0) atau t = ------------------ (orde 1)
ko ko
35
Keterangan : t = prediksi umur simpan (hari)
Ao= nilai mutu awal
At= nilai mutu produk yang tersisa setelah waktu t
ko= konstanta
Tipe kerusakan yang mengikuti kinetika reaksi ordo nol meliputi
reaksi kerusakan enzimatik, pencoklatan enzimatik, dan reaksi
oksidasi. Penurunan mutu ordo reaksi nol adalah penurunan mutu
yang konstan, kecepatan penurunan mutu tersebut berlangsung tetap
pada suhu konstan.
Tipe kerusakan yang mengikuti reaksi ordo satu adalah ketengikan,
pertumbuhan mikroba, produksi off flavor, kerusakan vitamin, dan
penurunan mutu protein.
36
Sebanyak ± 12-15 ml media (Plate Count Agar) dituang ke dalam
cawan petri kemudian cawan petri digerakkan secara hati-hati untuk
menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan
seperti angka delapan. Setelah agar membeku, cawan diinkubasi
dengan posisi terbalik pada suhu 35°C selama 48±2 jam. Setelah
inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dihitung
berdasarkan metode Bacteriological Analytical Manual (BAM).
Perhitungan total mikroba dilakukan dengan berbagai
ketentuan BAM (2001), antara lain:
a. Cawan yang normal berisi 25-250 koloni. Semua koloni dihitung
termasuk titik yang berukuran kecil. Pengenceran dan jumlah
koloni semua dicatat untuk setiap cawan.
b. Cawan yang berisi lebih dari 250 koloni dicatat sebagai TBUD
(Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Jika tidak ada koloni yang
tumbuh maka ditulis kurang dari 1 kali pengenceran terendah.
c. Rumus perhitungan yang digunakan adalah:
37
terbalik pada suhu 30°C selama 48±2 jam. Setelah inkubasi, jumlah
koloni yang tumbuh pada cawan dihitung berdasarkan metode
Bacteriological Analytical Manual (BAM).
Perhitungan total mikroba dilakukan dengan berbagai
ketentuan BAM (2001), antara lain:
a. Cawan yang normal berisi 10-150 koloni. Semua koloni dihitung
termasuk titik yang berukuran kecil. Pengenceran dan jumlah
koloni semua dicatat untuk setiap cawan.
b. Cawan yang berisi lebih dari 150 koloni dicatat sebagai TBUD
(Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Jika tidak ada koloni yang
tumbuh maka ditulis kurang dari 1 kali pengenceran terendah.
c. Rumus perhitungan yang digunakan adalah:
38
4.5 Total Asam Tertitrasi (AOAC Official Method 940.15, 1995)
Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
dan ditepatkan sampai tanda tera dengan aquades. Diambil 50 ml
sampel untuk dititrasi menggunakan NaOH 0.1 N dengan indikator
phenophtalein 2-3 tetes. Standarisasi NaOH dilakukan dengan
menggunakan KHP.
TAT (ml NaOH 0.1 N/100 ml bahan)= V x N x FP x 100
0.1 x W
V = Volume NaOH yang digunakan (ml)
N = Normalitas NaOH
FP = Faktor Pengenceran
W = Volume sampel (ml)
40
4.9 Endapan
Pengamatan endapan dilakukan secara kualitatif. Ada atau
tidaknya endapan diamati pada selang waktu pengamatan yang telah
ditentukan, dalam hal ini 7 hari sekali. Adanya endapan diberi tanda
(+), dan tidak adanya endapan diberi tanda (-).
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
42
2. Deskripsi Awal Bahan Baku
Tahap kedua formulasi sari wornas adalah deskripsi bahan baku
yang digunakan. Buah nanas dan wortel yang dikarakterisasi masing-
masing sebanyak 10 buah. Berat masing-masing buah nanas tanpa
mahkota adalah 1-1.5 kg. Karakterisasi nanas dan wortel dapat dilihat pada
Tabel 7 dan Tabel 8.
43
(Akamine, 1963). Pengamatan warna kuning yang terbentuk pada kulit
buah akan memudahkan pemanenan buah nanas dengan tingkat
kematangan tertentu.
Selain itu dengan meningkatnya kematangan rasa daging buahnya
juga berubah menjadi ada campuran rasa manis dan asam. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan produksi sukrosa dan asam sitrat pada
buah nanas yang mengalami penuaan. Pengamatan terhadap aroma buah
diperoleh hasil bahwa semakin matang buah maka arma yang dihasilkan
semakin kuat. Hal ini disebabkan oleh berakumulasinya ester-ester volatil
pada daging buah.
Kekerasan buah menurun dengan semakin meningkatnya
kematangan buah. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan secara organoletik
dan didukung oleh data hasil pengukuran penetrometer yang menunjukkan
semakin matang nanas maka semakin dalam jarum penetrometer
menembus buah, yang berarti daging buah semakin lunak. Hal ini
diakibatkan perubahan protopektin menjadi pektin yang larut dalam air
secara enzimatis. Di dalam buah yang masih muda, sel-sel dipersatukan
dengan kuat oleh protopektin. Jika buah menjadi dewasa sebagian
protopektin berubah menjadi pektin. Hal ini menyebabkan sel-sel yang
satu dengan yang lain mulai terlepas sehingga buah menjadi lunak.
45
dengan kulit buah 100% hijau, 50% kuning, dan 100% kuning. Selain itu
wortel yang digunakan adalah jenis wortel yang telah dikarakterisasi
sebelumnya, yaitu : wortel kecil dan wortel besar. Dari 3 jenis nanas dan 2
jenis wortel yang ada dibuat 6 formulasi sari wornas (Tabel 5).
Keenam formulasi diukur pH-nya dan diuji secara organoleptik
untuk diketahui formulasi mana yang memiliki rangking kesukaan lebih
tinggi dengan uji ranking hedonik. Hasil uji dapat dilihat pada Gambar 8
dan 9.
47
Gambar 11. Ranking kesukaan dari 3 formulasi
48
tinggi dengan uji ranking hedonik. Hasil uji dapat dilihat pada Gambar 12
dan 13.
49
6. Penentuan Konsentrasi Gula
Tahap keenam dari formulasi sari wornas adalah penentuan
konsentrasi gula yang ditambahkan. Penambahan gula pada proses
pembuatan sari wornas akan mempengaruhi rasa manis dan total padatan
terlarut (TPT) pada produk akhir sari. Semakin banyak jumlah gula yang
ditambahkan akan meningkatkan rasa manis dan TPT produk. Total
padatan terlarut yang diinginkan pada produk akhir sari wornas adalah
sekitar 10.4 – 14.2oBrix. Pada tahap ini dibuat 3 formulasi (Tabel 5).
Ketiga formulasi diukur TPT-nya dan diuji secara organoleptik
untuk diketahui formulasi mana yang memiliki rangking kesukaan lebih
tinggi dengan uji ranking hedonik. Hasil uji dapat dilihat pada Gambar 14
dan 15.
51
Gambar 16. pH saribuah dari 3 formulasi
52
Na-alginat akan mempengaruhi kestabilan dan tekstur/kekentalan produk
sari wornas yang dihasilkan. Pemilihan penstabil CMC dikarenakan
penstabil tersebut merupakan salah satu penstabil yang paling murah,
paling mudah diperoleh, dan penggunaannya paling banyak di berbagai
jenis pangan olahan sehingga sangat cocok digunakan untuk
pengembangan sari wornas skala rumah tangga. Penambahan CMC dalam
sistem pangan berkisar 0.1-0.5%, umumnya kurang dari 1%
(Nussinovitch, 1997). Fungsi CMC adalah untuk memberi body dan
mouthfeel pada minuman serta membantu menstabilkan suspensi
campuran di dalam sistem minuman (Nussnovitch, 1997). Sedangkan
pemilihan Na-alginat adalah karena Na-alginat lebih larut pada pH asam
sedangkan CMC kurang stabil pada pH asam sehingga diharapkan
penggunaan Na-alginat dapat bersinergi dengan CMC menghasilkan
kestabilan suspensi yang lebih baik. Selain itu Na-alginat juga dapat
berfungsi sebagai serat yang mudah larut dalam air membentuk larutan
kental yang tidak dapat dicerna enzim saluran pencernaan. Serat yang larut
dalam air dapat menurunkan kadar kolesterol secara efektif karena serat
akan mengikat asam empedu yang berguna untuk mengemulsikan lemak
dan kolesterol yang terdapat dalam sistem saluran cerna lalu membawanya
keluar tubuh (Junanto, 2009).
Pada tahap ini dibuat 3 formulasi dengan konsentrasi penstabil yang
berbeda (Tabel 5). Ketiga formulasi diukur kekentalannya dan diuji secara
organoleptik untuk diketahui formulasi mana yang memiliki rangking
kesukaan lebih tinggi dengan uji ranking hedonik. Hasil uji dapat dilihat
pada Gambar 18 dan 19.
53
Gambar 18. Kekentalan saribuah dari 3 formulasi
54
B. OPTIMASI KECUKUPAN PANAS
Proses termal yang diaplikasikan pada produk sari wornas adalah proses
pasteurisasi yang bersifat sterilisasi karena produk ini termasuk pangan
berasam rendah (pH<4.6). Level pengurangan mikroba pada proses
pasteurisasi adalah 5D. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 75oC dengan kisaran
pH produk 3.5-4.4. Dengan begitu proses pasteurisasi yang dilakukan dapat
memusnahkan mikroba pembusuk dan berefek sterilisasi.
Sumber pemanas yang digunakan adalah kompor gas Hitachi dengan
nyala api terbesar (diameter nyala api = 9 cm). Wadah pemanasan yang
digunakan adalah panci stainless steel dengan diameter = 33 cm dan tinggi =
20 cm. Media pemanas yang digunakan adalah air keran atau air putih biasa
yang diisikan ke dalam wadah sebanyak 10 liter. Sampel yang diisikan ke
dalam media pemanas adalah sebanyak 35 cup yang masing-masing berisi
165 ml sari wornas.
55
Gambar 20. Hasil pengukuran distribusi panas pada panci pasteurisasi
56
Proses termal yang berjalan di industri besar ataupun kecil tidak
berlangsung pada suhu yang konstan. Oleh karena itu nilai Fo tidak
didasarkan pada perhitungan Fo pada suhu konstan tetapi harus dihitung
berdasarkan total panas yang diterima mikroba selama proses pemanasan.
Pada prinsipnya proses pemanasan pada suhu tertentu memiliki efek
pembunuhan mikroba yang biasanya dinyatakan dengan nilai letalitas (L).
Untuk menghitung nilai sterilitas selama proses maka perlu diketahui
profil pindah panas dari medium pemanas ke dalam bahan, yaitu dengan
melakukan pengukuran penetrasi panas. Data pengukuran penetrasi panas
dalam kemasan cup dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Sedangkan
grafik pengukuran penetrasi panas dalam kemasan cup dapat dilihat pada
Gambar 21.
57
Parameter kunci dari kecukupan panas pada proses pasteurisasi
adalah telah membunuh mikroba target sebanyak 5D, yang artinya proses
pasteurisasi yang diberikan harus mampu membunuh mikroba target
sebanyak 5 siklus logaritma atau mikroba yang terbunuh adalah sebanyak
99.999% dari jumlah awal. Mikroba target yang digunakan adalah
Lactobacillus sp., kapang dan khamir. Mikroba target tersebut memiliki
nilai D65.5 = 0.5-1.00 dan z =18oC (Toledo, 1991). Pada perhitungan
kecukupan panas ini nilai D yang digunakan adalah yang tertinggi yaitu
1.00. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan produk dengan resiko
keamanan pangan yang rendah, karena semakin besar nilai D maka nilai F
nya akan semakin besar. Pemilihan mikroba target didasarkan pada sifat
mikroba yang mampu hidup pada kondisi high acid food. Suhu standar
yang digunakan adalah 75oC karena produk sari wornas merupakan acid
food (pH<4.5), sehingga pasteurisasi yang dilakukan ditujukan untuk
mempertahankan umur simpan produk dengan cara menghancurkan
mikroba pembusuk, kapang dan khamir, serta inaktivasi enzim
(Holdsworth, 1997).
Setelah dilakukan pasteurisasi pada suhu 75oC selama 28 menit,
diperoleh data suhu termokopel setiap menit pemanasan (Lampiran 17).
Data tersebut kemudian diplotkan dalam kurva hubungan antara suhu sari
wornas dan waktu (Gambar 22).
1. Mikrobiologi
Produk sari wornas yang diproduksi dan sudah melewati tahap
pasteurisasi harus memenuhi syarat mutu mikrobiologis yang ditetapkan
oleh SNI. Pasteurisasi dapat membunuh semua mikroorganisme
mesofilik dan sebagian yang bersifat termofilik. Mikroba yang tergolong
mesofilik dan termofilik adalah kapang, khamir. Mikroba utama yang
menjadi masalah pada industri minuman sari buah adalah beberapa jenis
khamir, bakteri asam laktat, beberapa bakteri yang tahan asam, dan
beberapa jenis kapang (Davenport, 1998).
Pada penelitian ini mutu mikrobiologis yang diuji meliputi angka
lempeng total, kapang dan khamir setiap selang waktu 7 hari sekali serta
uji pendugaan koliform pada awal penyimpanan dan setelah
penyimpanan 1 minggu. Data pertumbuhan jumlah mikroba, kapang dan
khamir pada cawan dapat dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Data
mikrobiologis setelah dihitung dengan metode BAM dapat dilihat pada
Tabel 10, 11, dan 12.
62
Tabel 10. Angka lempeng total selama penyimpanan
Angka Lempeng Total (koloni/ml)
Minggu o
5C 30oC 45oC
0
<2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102
1
<2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102
2
<2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102
3
<2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102
4
<2.5x102 <2.5x102 6.5x 103 <2.5x102 2.5x102 <2.5x102
63
mempengaruhi jenis jasad renik yang dapat tumbuh. Fardiaz (1989)
menyatakan bahwa mikroorganisme umumnya dapat tumbuh pada
kisaran pH 3-6. Bakteri mempunyai pH optimim sekitar 6.5 – 7.5. Pada
pH di bawah 5.5 dan diatas 8.5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik
kecuali bakteri asam. Khamir menyukai pH 4 -5 dan dapat tumbuh pada
kisaran pH 2.5 – 8.5. Khamir dapat tumbuh pada pH rendah dimana
pertumbuhan bakteri terhambat. Kapang mempunyai pH optimum 5 - 7,
dan masih dapat hidup pada kisaran pH 3 - 8.5. Berdasarkan nilai pH
minuman sari wornas, dapat dilihat bahwa kapang, khamir dan beberapa
bakteri asam mempunyai potensi pertumbuhan pada minuman sari
wornas.
Hasil pengamatan selama 4 minggu penyimpanan menunjukkan
peningkatan jumlah total mikroba, kapang, dan khamir yang tidak terlalu
besar. Hasil tersebut tidak menggambarkan keseluruhan mikroba yang
tumbuh di dalam sari wornas selama penyimpanan. Mikroba yang
banyak tumbuh dalam produk sari buah biasanya adalah bakteri asam
laktat. Bakteri asam laktat dapat tumbuh pada media yang sangat asam,
namun untuk mendeteksinya dibutuhkan media agar khusus. Terdapatnya
pertumbuhan mikroba tersebut sangat dimungkinkan terjadi jika dilhat
dari penurunan pH dan peningkatan total asam tertitrasi produk sari
wornas.
Pada awal penyimpanan dilakukan juga uji pendugaan koliform.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa koliform yang biasanya
mengkotaminasi produk melalui air yang digunakan dalam proses
pembuatan produk tidak tumbuh pada produk sari wornas. Hasil uji
pendugaan koliform pada penyimpanan minggu ke-0 dan ke-1
menunjukkan hasil yang negatif, hal ini sangat dimungkinkan terjadi
karena air yang digunakan dalam proses pembuatan sari wornas
merupakan air bersih, yaitu air minum dalam kemasan. Hasil uji koliform
yang negatif ini memenuhi syarat yang ditetapkan SNI 01-3719-1995.
Hasil pengamatan terhadap total mikroba menunjukkan pada awal
penyimpanan jumlah total mikroba minuman sari wornas adalah < 2.5 x
64
102 sel/ml dan setelah minggu ke-4 penyimpanan pada suhu 30oC dan
45oC, angka lempeng total produk sari wornas sudah melampaui batas
yang ditetapkan SNI 01-3719-1995 (2x102 sel /ml). Sedangkan untuk
pertumbuhan kapang dan khamir pada awal penyimpanan adalah <1x10
sel/ml, setelah 3 minggu penyimpanan jumlahnya sudah melampaui batas
yang ditetapkan SNI 01-3719-1995 (50 koloni/ml). Hasil pengamatan
angka lempeng total, kapang, dan khamir selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 28 dan 29.
Besarnya angka pertumbuhan total mikroba, kapang dan khamir
dipengaruhi oleh keberhasilan proses produksi, pengemasan, dan kondisi
ruang penyimpanan. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh
jenis mikroba itu sendiri sehingga suhu optimum pertumbuhannya pun
berbeda-beda. Pada suhu optimum yang berbeda, jumlah total mikroba
tidak langsung menunjukkan laju kerusakan, sehingga parameter
mikrobiologi tidak digunakan sebagai parameter kritis simulasi
pendugaan umur simpan produk sari wornas ini.
65
Gambar 24. Grafik hubungan antara lama penyimpanan terhadap nilai
total asam tertitrasi sari wornas
66
Gula invert ini selanjutnya akan terfermentasi dan terbentuk etanol.
Hal ini akan menyebabkan kadar gula menurun dan kadar asam
meningkat sehingga pH cenderung menurun (Muchtadi, 1992).
Pembentukan asam inilah yang menyebabkan nilai total asam terus
meningkat.
Proses hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dipercepat
dengan adanya panas, sehingga pada minuman yang disimpan pada suhu
45oC nilai total asamnya lebih cepat meningkat dibandingkan dengan
minuman yang disimpan pada suhu 5oC dan 30oC.
Secara statistik, nilai total asam sari wornas dengan perlakuan
penyimpanan pada 3 suhu yang berbeda menunjukan nilai total asam
berbeda nyata (p<0.05) pada penyimpanan minggu ke-2, 3, dan 4
(Lampiran 38-40). Selain itu, waktu penyimpanan juga mempengaruhi
total asam yang ditunjukkan dengan nilai total asam berbeda nyata
(p<0.05) selama penyimpanan (Lampiran 41-43).
3. Nilai pH
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen yang
menggambarkan tingkat keasaman. Semakin tinggi nilai pH berarti
tingkat keasaman produk semakin rendah dan sebaliknya, semakin
rendah nilai pH berarti tingkat keasaman produk semakin tinggi.
67
Selama penyimpanan nilai pH cenderung menurun yang berarti
produk menjadi semakin asam, dapat dilihat pada Gambar 25. Pada
keadaan awal, besarnya pH berkisar 4.13 – 4.24. Setelah penyimpanan
terjadi penurunan hingga mencapai 3.39 – 4.04. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 31.
4. Vitamin C
Selama penyimpanan kandungan vitamin C cenderung menurun,
dapat dilihat pada Gambar 26. Pada keadaan awal, besarnya kandungan
vitamin C berkisar 34.29 – 34.33 mg/100 gram sari atau sebesar 56.58-
56.65 mg/cup atau 56.58-56.65 mg/serving size. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa produk sari wornas dapat dikatakan tinggi kandungan
vitamin C karena telah memenuhi standar klaim yang ditetapkan FDA,
yaitu minimal mengandung 20% RDA vitamin C. RDA vitamin C untuk
wanita dan pria dewasa menurut National Academy of Science (2000),
adalah sebesar 75-90 mg. Suatu produk dapat diklaim mengandung
vitamin C yang tinggi jika mengandung vitamin C minimal 15-18
mg/serving. Setelah penyimpanan terjadi penurunan hingga mencapai
5.95 – 14.53 mg/100 gram sari. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 32.
69
Gambar 26. Grafik hubungan antara lama penyimpanan terhadap
kadar vitamin C sari wornas
70
menurun dibandingkan sari wornas yang disimpan pada suhu 5oC.
Penurunan kandungan vitamin C sari wornas yang disimpan pada suhu
5oC selama 4 minggu sebesar 57.64%, pada suhu 30oC sebesar 73.92%,
dan pada suhu 45oC mencapai 82.67%. Hal ini disebabkan karena
peningkatan suhu penyimpanan dapat mempercepat proses oksidasi asam
askorbat menjadi asam dehidro askorbat sehingga kadar vitamin C-nya
lebih cepat berkurang. Selain itu penurunan kadar vitamin C juga
disebabkan oleh penggunaan kemasan cup PP yang berwarna bening atau
tembus cahaya, sehingga sinar matahari sangat mudah menembus bahan
dan mengoksidasi vitamin C yang ada pada sari wornas. Menurut Ball
(1994), vitamin C cenderung lebih stabil jika disimpan pada suhu rendah,
oleh karena itu untuk penyimpanan produk lebih disarankan pada suhu
rendah untuk meminimalisasi penurunan kadar vitamin C.
Secara statistik, kadar vitamin C sari wornas dengan perlakuan
penyimpanan pada 3 suhu yang berbeda menunjukkan kadar vitamin C
berbeda nyata (p < 0.05) (Lampiran 52-56). Selain itu, waktu
penyimpanan juga mempengaruhi kadar vitamin C yang ditunjukkan
dengan nilai vitamin C berbeda nyata (p < 0.05) selama penyimpanan
(Lampiran 57-59).
5. TPT
Nilai total padatan terlarut menunjukan persen total padatan
terlarut dalam suatu larutan, biasanya dinyatakan dalam satuan % gula
sukrosa atau oBrix. Sebagian besar komponen yang terkandung terdiri
atas komponen- komponen yang larut air, seperti glukosa, fruktosa
sukrosa, dan protein yang larut air. Selama penyimpanan nilai total
padatan terlarut cenderung tidak stabil (Lampiran 33).
Secara statistik, perubahan nilai total padatan terlarut dengan
perlakuan tiga suhu penyimpanan tidak berbeda nyata (p>0.05). Selain
itu, perubahan nilai total padatan terlarut sari wornas selama 4 minggu
penyimpanan juga tidak berbeda nyata (p>0.05).
71
6. Total Gula
Selama penyimpanan nilai total gula cenderung menurun tajam,
dapat dilihat pada Gambar 27. Pada keadaan awal, besarnya nilai total
gula berkisar 7.65 – 9.09 gram/100 gram sari wornas. Setelah
penyimpanan terjadi perubahan hingga mencapai 1.54 – 1.84 gram/100
gram sari wornas. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34.
Dari Gambar 27 dapat dilihat bahwa nilai total gula menurun tajam
setelah penyimpanan 1 minggu, namun untuk penyimpanan minggu
selanjutnya nilai total gula tidak jauh berubah. Trend penurunan total
gula pada 3 suhu penyimpanan juga cenderung sama. Secara statistik,
perubahan nilai total padatan terlarut pada ketiga suhu penyimpanan
tidak berbeda nyata (p > 0.05) (Lampiran 68-72). Selain itu, perubahan
nilai total gula sari wornas selama 4 minggu penyimpanan juga tidak
berbeda nyata (p > 0.05) , kecuali total gula pada penyimpanan minggu
ke-0 berbeda nata dengan total gula pada penyimpanan minggu ke-1, 2,
3, dan 4. (Lampiran 73-75).
72
7. Warna
Secara visual dapat terlihat bahwa terjadi perubahan warna selama
penyimpanan pada minuman sari wornas. Pada awal penyimpanan, sari
wornas berwarna jingga tua cerah. Setelah penyimpanan 1 minggu warna
sari wornas yang disimpan pada 3 suhu yang berbeda belum terlalu
banyak berubah. Setelah disimpan selama 2 minggu, warna jingga pada
sari wornas agak memudar dan pencoklatan mulai terjadi pada sari
wornas yang disimpan pada suhu 45oC. Setelah disimpan selama 3
minggu, warna sari wornas semakin berkurang tingkat kecerahannya dan
intensitas pencoklatan yang terjadi pada sari wornas yang disimpan pada
suhu 45oC semakin jelas. Setelah penyimpanan 4 minggu, warna sari
wornas semakin pudar dan keruh. Pada sari wornas yang disimpan pada
suhu 45oC, warnanya sudah berubah menjadi coklat keruh.
Dari Gambar 28, 29, 30, 31, dan 32 dapat dilihat kecepatan
perubahan warna yang terjadi pada sari wornas berbeda-beda tergantung
suhu penyimpanannya. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka warna
sari wornas semakin cepat berubah. Sari wornas yang disimpan pada
suhu 5oC perubahan warnanya cenderung lebih lambat dibanding sari
wornas yang disimpan pada suhu 30oC dan 45oC, selain itu juga
perubahan intensitas warnanya tidak terlalu mencolok. Sedangkan untuk
sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC sangat cepat mengalami
perubahan warna dan perubahan intensitas warnanya juga sangat
mencolok, yaitu dari jingga tua cerah menjadi coklat keruh setelah 4
minggu penyimpanan.
Perubahan warna ke arah pencoklatan tersebut terjadi akibat reaksi
pencoklatan non enzimatis (reaksi Maillard). Kemungkinan terjadi
pencoklatan enzimatis sangat kecil karena pemanasan atau pasteurisasi
dalam pengolahannya telah menginaktifasi enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya. Perubahan warna pada sari wornas terutama perubahan
intensitas warna jingga adalah karena pengaruh cahaya yang dapat
merusak beta karoten. Cahaya dapat masuk karena kemasan yang
digunakan adalah kemasan cup berwarna bening.
73
Beal (1998), menyatakan peningkatan suhu terutama yang
berhubungan dengan cahaya, dapat mempercepat hidrolisis sukrosa.
Meskipun gula-gula non pereduksi (misalnya sukrosa) tidak bereaksi
dengan protein pada suhu rendah, tetapi pada suhu tinggi ternyata dapat
menimbulkan reaksi Maillard yang menyebabkan pencoklatan.
74
Gambar 31. Warna Sari Wornas Minggu Ke-3
8. Viskositas
Selama penyimpanan viskositas sari wornas cenderung menurun
(Gambar 33). Pada keadaan awal, viskositas sari wornas berkisar 4.69 –
5.38 cP. Setelah penyimpanan terjadi penurunan hingga mencapai 1.12 –
4.60 cP. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35.
9. Endapan
Kestabilan sari wornas dilihat dengan ada atau tidaknya endapan
pada produk. Pada awal penyimpanan, sari wornas masih stabil yang
dapat dilihat dengan tidak terbentuknya endapan. Setelah penyimpanan
selama 1 minggu pada 3 suhu yang berbeda, mulai terlihat adanya awan-
awan endapan pada semua produk (Tabel 13). Warna endapan yang
terbentuk masih cerah dan sama dengan warna sari wornas. Setelah 2
minggu hari penyimpanan, endapan yang terbentuk semakin jelas dan
semakin mengendap ke dasar cup. Warna endapan yang terbentuk lebih
tua dibandingkan warna sari wornas. Setelah penyimpanan 3 minggu,
endapan lebih mengendap lagi ke bawah dan warnanya semakin tua,
warna endapan pada sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC mulai
menjadi coklat. Setelah 4 minggu penyimpanan, endapan yang terbentuk
benar-benar di dasar cup dan warnanya semakin tua. Pada sari wornas
yang disimpan pada suhu 45oC endapannya berwarna coklat keruh.
76
Tabel 13. Hasil pengamatan endapan secara visual terhadap sari
wornas selama penyimpanan
Suhu Penyimpanan
Minggu ke- o
5C 30oC 45oC
0 - - -
1 + + +
2 + + +
3 + + +
4 + + +
Keterangan : + = ada endapan ; - = tidak ada endapan
10. Organoleptik
Penilaian organoleptik adalah parameter untuk menentukan
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengujian organoleptik
yang dilakukan adalah uji rating hedonik. Uji hedonik dilakukan selama
penyimpanan dengan parameter yang diuji adalah warna, aroma, rasa
77
manis, rasa asam, dan kekentalan. Skala yang digunakan adalah skala 1-7
(1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 =
agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka).
10.1 Warna
Pada awal penyimpanan, skor kesukaan terhadap atribut warna
sari wornas yang disimpan pada 3 suhu penyimpanan (5oC, 30oC,
dan 45oC) berkisar 6.07-6.17 (suka). Setelah penyimpanan selama 4
minggu, skor kesukaan terhadap atribut warna sari wornas yang
disimpan pada suhu 30oC dan 45oC cenderung menurun, dan
penurunan yang paling tajam terjadi pada sari wornas yang disimpan
pada suhu 45oC (Gambar 34). Skor kesukaan pada sari wornas yang
disimpan pada suhu 5oC cenderung konstan yang diperlihatkan dari
skor kesukaan yang berkisar 6.17 (suka) – 5.87 (suka). Sari wornas
yang disimpan pada suhu 30oC menurun dari 6.1 (suka) – 4.6 (agak
suka) dan sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC menurun dari
6.07 (suka) – 1.53 (sangat tidak suka). Hal ini terjadi karena pada
suhu 5oC warna sari wornas selama penyimpanan dapat bertahan
seperti produk yang baru diproduksi, demikian halnya dengan sari
wornas yang disimpan pada 30oC, perubahan warnanya sangat
sedikit dari produk awal. Sedangkan sari wornas yang disimpan pada
suhu 45oC, perubahan warnanya sangat jelas terlihat dari produk
awal jingga tua cerah, menjadi coklat tua keruh pada penyimpanan
minggu ke-4.
78
Gambar 34. Grafik uji organoleptik perubahan tingkat kesukaan
terhadap atribut warna sari wornas pada 3 suhu
penyimpanan
10.2 Aroma
Pada awal penyimpanan, skor kesukaan terhadap atribut aroma
sari wornas yang disimpan pada 3 suhu penyimpanan (5oC, 30oC,
dan 45oC) berkisar 5.57 -5.73 (suka). Setelah penyimpanan selama 4
minggu, skor kesukaan terhadap atribut aroma sari wornas yang
disimpan pada suhu 30oC dan 45oC cenderung menurun, dan
penurunan yang paling tajam terjadi pada sari wornas yang disimpan
pada suhu 45oC. Skor kesukaan aroma pada sari wornas yang
disimpan pada suhu 5oC cenderung konstan yang diperlihatkan dari
skor kesukaan yang berkisar 5.73 – 5.70 (suka). Sari wornas yang
disimpan pada suhu 30oC menurun dari 5.77 (suka) – 43.9 (netral)
dan sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC menurun dari 5.53
(suka) – 1.53 (sangat tidak suka) (Gambar 35). Hal ini terjadi karena
pada suhu 5oC aroma sari wornas selama penyimpanan dapat
79
bertahan seperti produk yang baru diproduksi. Sari wornas yang
disimpan pada 30oC, perubahan aromanya terjadi perubahan dari
produk awal, namun masih dapat diterima. Sedangkan sari wornas
yang disimpan pada suhu 45oC, perubahan aromanya sangat jelas
terlihat dari produk awal aroma sari wornas segar, menjadi aroma
sari wornas busuk pada penyimpanan minggu ke-4.
81
30oC, dan 45oC) berkisar 5.60 - 5.67 (suka). Setelah penyimpanan
selama 4 minggu, skor kesukaan terhadap atribut rasa asam sari
wornas yang disimpan pada suhu 30oC dan 45oC cenderung
menurun, dan penurunan yang paling tajam terjadi pada sari wornas
yang disimpan pada suhu 45oC. Skor kesukaan rasa asam pada sari
wornas yang disimpan pada suhu 5oC cenderung konstan yang
diperlihatkan dari skor kesukaan yang berkisar 5.67 (suka) – 4.90
(agak suka). Sari wornas yang disimpan pada suhu 30oC menurun
dari 5.63 (suka) – 3.87 (netral) dan sari wornas yang disimpan pada
suhu 45oC menurun dari 5.60 (suka) – 1.37 (sangat tidak suka)
(Gambar 37). Hal ini terjadi karena pada suhu 5oC rasa manis sari
wornas selama penyimpanan hanya mengalami sedikit perubahan
dibandingkan produk yang baru diproduksi. Sari wornas yang
disimpan pada 30oC, rasa asamnya terjadi perubahan dari produk
awal, namun masih dapat diterima. Sedangkan sari wornas yang
disimpan pada suhu 45oC, perubahan rasa asamnya sangat jelas
terlihat dari produk awal rasa asam sari wornas segar, menjadi rasa
asam sari wornas yang sudah rusak dan tidak segar pada
penyimpanan minggu ke-4.
10.5 Kekentalan
Pada awal penyimpanan, skor kesukaan terhadap atribut
kekentalan sari wornas yang disimpan pada 3 suhu penyimpanan
(5oC, 30oC, dan 45oC) berkisar 5.83 - 5.87 (suka). Setelah
penyimpanan selama 4 minggu, skor kesukaan terhadap atribut
kekentalan sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC cenderung
menurun, dan penurunannya cukup tajam. Skor kesukaan kekentalan
pada sari wornas yang disimpan pada suhu 5oC dan 30oC cenderung
konstan yang diperlihatkan dari skor kesukaan yang berkisar 5.83 –
5.4 (agak suka) dan dari 5.87 (suka) – 4.57 (agak suka). Sedangkan
sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC menurun dari 5.87 (suka)
– 3.23 (agak tidak suka) (Gambar 38). Hal ini terjadi karena pada
suhu 5oC kekentalan sari wornas selama penyimpanan hanya
mengalami sedikit perubahan dibandingkan produk yang baru
diproduksi. Sedangkan sari wornas yang disimpan pada suhu 45oC,
perubahan kekentalannya cukup jelas terlihat dari produk awal
dengan kekentalan sari wornas normal, menjadi encer pada
penyimpanan minggu ke-4.
83
Gambar 38. Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat
Kesukaan terhadap Atribut Kekentalan Sari wornas
pada 3 Suhu Penyimpanan
84
E. PENDUGAAN UMUR SIMPAN
85
vitamin C yang ditetapkan FDA. Nilai kritis setiap parameter dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Nilai awal dan nilai kritis sari wornas berdasarkan beberapa
parameter
86
Tabel 15. Nilai R2 dari grafik penurunan mutu menurut ordo reaksi 0 dan 1
R2
Suhu Ordo reaksi
Parameter Ordo Ordo
Penyimpanan yang dipilih
Reaksi 0 Reaksi 1
5oC 0.930 0.927
TAT 30oC 0.942 0.942 1
45oC 0.598 0.670
5oC 0.398 0.391
pH 30oC 0.661 0.656 0
45oC 0.725 0.712
5oC 0.892 0.839
Vitamin C 30oC 0.853 0.927 1
45oC 0.646 0.799
5oC 0.597 0.706
Total Gula 30oC 0.634 0.763 1
45oC 0.584 0.678
5oC 0.638 0.622
Viskositas 30oC 0.979 0.990 1
45oC 0.819 0.893
87
Dengan memplotkan kebalikan suhu mutlak (1/T) terhadap ln k, maka
diperoleh grafik seperti terlihat Gambar 39.
| | |
88
29.28 ml NaOH 0.1N/100 ml dan reaksi menggunakan ordo satu maka
umur simpan produk wornas pada suhu penyimpanan 5oC adalah :
t = (ln Qt – ln Qo) / k
t = (ln 24.28 – ln 29.28)/ 0.028359 / minggu
t = 6.60 minggu
= 46 hari
Dengan cara yang sama diperoleh perhitungan pendugaan umur simpan
produk pada suhu penyimpanan 30oC dan 45oC :
k 30oC = 0.089970/minggu
t 30oC = 2.08 minggu = 15 hari
k 45oC = 0.164852/minggu
t 45oC = 1.14 minggu = 8 hari
3.2 pH
Perubahan nilai pH diolah berdasarkan reaksi ordo nol dan ordo
satu. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai R2 lebih besar pada reaksi ordo
nol, maka untuk seterusnya akan digunakan ordo nol dalam perhitungan
umur simpan menggunakan parameter pH. Dengan melakukan
perhitungan kemiringan persamaan regresi antara nilai pHdan waktu
pengujian pada tiga tingkat suhu, didapat nilai k atau konstanta penurunan
mutu produk seperti pada Tabel 17.
89
| | | |
90
ordo nol maka umur simpan produk wornas pada suhu penyimpanan 5oC
adalah :
t = (Qt – Qo) / k
t = (4.19 – 3.85)/ 0.032238 / minggu
t = 10.42 minggu
= 73 hari
Dengan cara yang sama diperoleh perhitungan pendugaan umur simpan
produk pada suhu penyimpanan 30oC dan 45oC :
k 30oC = 0.083163/minggu
t 30oC = 4.04 minggu = 29 hari
k 45oC = 0.136712/minggu
t 45oC = 2.46 minggu = 17 hari
3.3 Vitamin C
Perubahan kadar vitamin C diolah berdasarkan reaksi ordo nol
dan ordo satu. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai R2 lebih besar pada
reaksi ordo satu, maka untuk seterusnya akan digunakan ordo satu dalam
perhitungan umur simpan menggunakan parameter vitamin C. Dengan
melakukan perhitungan kemiringan persamaan regresi antara nilai ln
vitamin C dan waktu pengujian pada tiga tingkat suhu, didapat nilai k
atau konstanta penurunan mutu produk seperti pada Tabel 18.
91
| | |
92
dan reaksi menggunakan ordo satu maka umur simpan produk wornas
pada suhu penyimpanan 5oC adalah :
t = (ln Qt – ln Qo) / k
t = (ln 34.32 – ln 10.90)/0.212913/minggu
t = 5.39 minggu
= 38 hari
Dengan cara yang sama diperoleh perhitungan pendugaan umur simpan
produk pada suhu penyimpanan 30oC dan 45oC :
k 30oC = 0.325962/minggu
t 30oC = 3.52 minggu = 25 hari
k 45oC = 0.407555/minggu
t 45oC = 2.81 minggu = 20 hari
Tabel 19. Nilai R2 dan nilai k yang diperoleh dari regrasi linear
perubahan mutu TPT menurut reaksi ordo nol dan ordo satu
Ordo 0 Ordo 1
Suhu Penyimpanan 2 2
R R
(oC) k k
93
3.5 Total Gula
Perubahan total gula diolah berdasarkan reaksi ordo nol dan ordo
satu. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai R2 lebih besar pada reaksi ordo
satu, maka untuk seterusnya akan digunakan ordo satu dalam perhitungan
umur simpan menggunakan parameter total gula. Dengan melakukan
perhitungan kemiringan persamaan regresi antara nilai ln total gula dan
waktu pengujian pada tiga tingkat suhu, didapat nilai k atau konstanta
penurunan mutu produk seperti pada Tabel 20.
2.7 Viskositas
Perubahan nilai viskositas diolah berdasarkan reaksi ordo nol dan
ordo satu. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai R2 lebih besar pada reaksi
ordo satu, maka untuk seterusnya akan digunakan ordo satu dalam
perhitungan umur simpan menggunakan parameter viskositas. Dengan
melakukan perhitungan kemiringan persamaan regresi antara nilai ln
viskositas dan waktu pengujian pada tiga tingkat suhu, didapat nilai k
atau konstanta penurunan mutu produk seperti pada Tabel 21.
94
Tabel 21. Nilai k dan ln k pada tiga suhu penyimpanan
Suhu Penyimpanan
k ln k T (K) 1/T
(oC)
5 0.029 -3.54046 278 0.003597
30 0.177 -1.73161 303 0.0033
45 0.258 -1.3548 318 0.003145
Keterangan : k = konstanta penurunan mutu; T = suhu penyimpanan (K)
| | |
95
Dengan demikian persamaan laju penurunan mutu viskositas :
k = 2022813.658 e-4997(1/T)
Maka dapat diduga laju penurunan mutu viskositas pada suhu 5oC :
k = 2022813.658 e-4997 (1/273+5)
= 0.031593 / minggu
Pada awal penyimpanan viskositas produk wornas adalah 5.01 cP dan
nilai kritisnya berdasarkan organoleptik adalah 2.33 cP dan reaksi
menggunakan ordo satu maka umur simpan produk wornas pada suhu
penyimpanan 5oC adalah :
t = (ln Qt – ln Qo) / k
t = (ln 5.01 – ln 2.33)/ 0.031593/minggu
t = 24.27 minggu
= 170 hari
Dengan cara yang sama diperoleh perhitungan pendugaan umur simpan
produk pada suhu penyimpanan 30oC dan 45oC :
k 30oC = 0.139213/minggu
t 30oC = 5.51 minggu = 39 hari
k 45oC = 0.303056/minggu
t 45oC = 2.53 minggu = 18 hari
97
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Formulasi terbaik sari wornas diperoleh dari perlakuan bahan baku nanas
Bogor matang (100% kulit buah kuning) dan wortel Cipanas besar
(p=25.73±4.8cm, db=3.32±0.52cm, dan dk=1.74±0.24cm). Sari wornas paling
disukai dibuat dengan perbandingan air : wortel = 4:1(v/w), gula : puree =
8:100(w/v), campuran asam 2.5g/4L puree (asam sitrat : asam askorbat = 1:1),
dan campuran penstabil 2.5 g/L puree (CMC : Na-alginat = 1:1).
Sari wornas yang dikemas dalam kemasan cup PP 165 ml memiliki level
penginaktifan mikroba pada proses pasteurisasi adalah 5D pada suhu 75oC
selama minimum 12 menit, dengan wadah pasteurisasi yang digunakan panci
stainless steel berukuran diameter 33 cm, tinggi 20 cm, dan posisi cup sari
wornas dapat diletakkan secara acak.
Sari wornas terpilih memiliki pH berkisar 4.13-4.24, kekentalan 4.69-
5.38 cP, TPT antara 12.2 – 12.4oBrix, TAT berkisar 24.00-24.96 ml NaOH
0.1N/100 ml sari wornas, kandungan vitamin C antara 34.29-34.33 mg/100
gram sari wornas, total gula 7.65-9.09 gram/100 gram sari wornas, berwarna
jingga tua cerah, tidak ada endapan, aktivitas antioksidan 395-430 ppm AEAC,
kandungan beta karoten 0.25g/100gram bahan. Sari wornas dengan
karakteristik di atas memiliki skor kesukaan terhadap warna adalah 6.07-6.17
(suka), terhadap aroma 5.57 -5.73 (suka), terhadap rasa manis 5.73 -5.87
(suka), terhadap rasa asam 5.60 - 5.67 (suka), dan terhadap kekentalan adalah
5.83 - 5.87 (suka).
Sari wornas yang disimpan pada suhu 5oC atau suhu refrigerator
cenderung lebih lambat penurunan mutunya dibanding sari wornas yang
disimpan pada suhu 30oC dan 45oC. Perubahan nilai pH, total asam tertitrasi,
vitamin C, viskositas, tingkat kesukaan secara organoleptik terhadap atribut
warna, aroma, rasa asam, rasa manis, dan kekentalan berpengaruh nyata
(p<0.05) dengan perlakuan penyimpanan di tiga suhu yang berbeda (5 oC, 30
o
C, 45oC). Sedangkan penurunan mutu TPT dan total gula tidak berpengaruh
nyata (p>0.05) dengan perlakuan penyimpanan di tiga suhu yang berbeda.
98
Selain itu perlakuan lama penyimpanan juga memberikan nilai yang
berbeda nyata (p<0.05) setiap minggunya untuk parameter pH di suhu 30 oC
dan 45oC, vitamin C, dan viskositas di suhu 30 oC dan 45oC. Sedangkan untuk
nilai TPT, pH di suhu 5oC, dan viskositas di suhu 5oC tidak berbeda nyata
(p>0.05) nilainya selama 4 minggu penyimpanan. Untuk total gula, nilainya
pada awal penyimpanan berbeda nyata (p<0.05) dengan nilai setelah
penyimpanan minggu pertama, kedua, dan ketiga.
Nilai pH dan TAT cenderung meningkat selama penyimpanan. Nilai TPT
cenderung tidak stabil. Nilai total gula, viskositas, tingkat kesukaan secara
organoleptik terhadap atribut warna, aroma, rasa asam, rasa manis, dan
kekentalan cenderung menurun selama penyimpanan. Selama penyimpanan
juga muncul endapan pada dasar wadah yang semakin tampak jelas seiring
semakin lamanya penyimpanan. Warna sari wornas yang disimpan pada suhu
5oC cenderung stabil selama penyimpanan dan perubahannya hampir tidak
terlihat, warna pada suhu ruang sedikit berubah dengan intensitas warna jingga
yang sedikit berkurang, sedangkan warna pada suhu 45oC berubah dengan
sangat jelas menjadi coklat keruh setelah 4 minggu penyimpanan.
Secara mikrobiologis, sari wornas pada awal penyimpanan memiliki
angka lempeng total, jumlah kapang-khamir dan koliform yang memenuhi
persyaratan SNI 01-3719-1995. Namun setelah penyimpanan 4 minggu angka
lempeng total sari wornas yang disimpan pada suhu 30oC dan 45oC sudah
melebihi batas yang ditetapkan SNI, jumlah kapang-khamir sari wornas yang
disimpan pada suhu 30oC juga sudah melampaui batas yang ditetapkan SNI.
Setiap parameter yang digunakan dalam pendugaan umur simpan
memberikan dugaan umur simpan yang berbeda-beda. Akan tetapi, dalam
penelitian ini ditentukan parameter yang digunakan sebagai pembatas
penolakan produk dari segi fungsional adalah parameter kandungan vitamin C.
Berdasarkan parameter vitamin C, umur simpan sari wornas yang disimpan
pada suhu 5oC adalah 38 hari, pada 30oC adalah 25 hari, dan pada 45oC hanya
bertahan 20 hari. Selain itu parameter pembatas yang digunakan jika dilihat
dari segi ekonomi adalah parameter viskositas. Berdasarkan parameter
99
viskositas, umur simpan sari wornas yang disimpan pada suhu 5oC adalah 170
hari, pada 30oC adalah 39 hari, dan pada 45oC hanya bertahan 18 hari.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk pengembangan produk sari buah
wornas adalah perlunya diteliti hal-hal sebagai berikut :
1. Dicari bahan penstabil yang lebih efektif untuk mengurangi
terbentuknya endapan pada produk akhir.
2. Diteliti pengaruh jenis pengemas minuman sari wornas yang tidak
tembus cahaya.
3. Perlu dilakukan analisis finansial produk sari wornas skala industri
rumah tangga dan scale-upnya.
100
DAFTAR PUSTAKA
Arpah, 2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Pangan. Program Studi
Ilmu Pangan, Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor.
Bender, A. E., D. A. Bender. 1998. Food Tables and Labelling. Oxford University
Press.
Beal, C. 1998. Shelf Life and Sensory Evaluation of non Alcoholic Beverages. Di
dalam P. R. Ashurst (eds.). Chemistry and Technology of Soft Drink and
Beverages. Sheefield Academic Press, England.
101
Boes, E., I. Suhatro, Soemarsono, dan Nurhidayah. 1988. Pembuatan sari wortel.
Di dalam Risalah Seminar Pengembangan Produk dan Mutu Pangan
Dalam Peningkatan Ekspor Non Migas. PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Bogor.
Fardiaz, 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.
Fardiaz, Dedi. 1996. Proses Termal dalam Pengendalian Tahap Pengolahan Kritis
untuk Menjamin Keamanan Pangan. Di dalam : Orasi Ilmiah Guru Besar
Tetap Ilmu Proses Termal. FATETA-IPB. Bogor.
102
Fellows, P. 2000. Food Processing Technology : Principles and Practises, 2 nd
Edition.
Fennema, O. R. 1985. Food Chemistry (2nd ed). Marcel Dekker, Inc., New York.
Flath, R. A. 1980. Pineaple. Di dalam Naggy, S. Dan Shaw. 1980. Tropical and
Subtropical Fruit. AVI Publishing Co.,Inc., Westport, Connecticut.
Gilliland, S. E. 1986. Bacterial Starter Cultures for Foods. CRC Press. Boca
Raton. Florida.
Hutching, John. B. 1999. Food Color and Appearance. Second Edition. Aspen
Publishers, Inc. Maryland.
103
Jongen, W. 2002. Fruits and Vegetable Processing. Woodhead Publishing
Limited, Cambridge. England.
Junanto, T. 2009. Rumput Laut Sebagai Obat dan Makanan yang Baik Bagi
Kesehatan. Biosains. UNS. Surakarta.
Minor, L, J. 1983. Nutritionals Standards. The AVI Publishing Co. Inc., Westport.
Connecticut.
Nicole, W. M. 1979. Sucrose and Food Technology di dalam GG Birch dan K.J.
Parker (eds). Sugar : Science of Technology, Applied science Publ.,
London.
104
Pantastico, E.R.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen : Pemanfaatan dan Penanganan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Poste, L.M., Mackie, D. A., Butler, G., Larmood, E. 1991. Laboratory methods
For Sensory Analysis of Food Research Branch Agriculture Canada
Publication.
Potter, N. H. dan J. H. Hotchkins. 1995. Food Science 5th Edition. Chapman and
Hall Co. Inc. New York.
Sala, F. J., Burgos, J., Condon, S., Lopez, P., dan Raso, J. 1995. Effect of Heat
and Ultrasound on Microorganism and Enzyms. Di dalam : New Method
of Preservation (Gould, G. W., ed.). Blackie Academic and Professional.
London.
Stuckey B. N. 1982. The Hand Book of Food aditives, 2nd edition , CrC Press,
New York.
Tindall, H.D.1987. Vegetable Product in The Tropics. Mac Millan Education Ltd.,
London.
Toft, K.1982. Interactions Between Pectin and Alginates. Prog. Food Nutrition
Science. 6, 89-96.
Winarno , F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wirakusumah, E. S. 1996. Juice Buah dan Sayur, Suatu Alternatif Pengganti Soft
Drink. Pangan (26) 49-53.
Woodroof, J. K., dan D. K. Tressler. 1976 Food Product Formularly vol.3 Fruit,
Vegetables and Nut Product. The AVI Publ. Co. Inc., Westport.
Connecticut.
106
Lampiran 1. Rekapitulasi data hasil uji rangking hedonik formulasi tahap
penentuan tingkat kematangan buah
No F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 4 6 5 2 3 1
2 3 6 2 4 5 1
3 4 5 6 1 2 3
4 6 4 5 2 3 1
5 6 3 2 1 5 4
6 1 3 2 6 5 4
7 3 4 6 2 5 1
8 4 5 6 3 1 2
9 4 5 6 2 1 3
10 3 4 5 1 6 2
11 6 4 5 3 2 1
12 1 5 4 6 3 2
13 5 6 2 4 3 1
14 1 4 5 2 3 6
15 3 6 4 5 2 1
16 3 2 6 1 5 4
17 2 1 6 5 4 3
18 4 5 6 1 2 3
19 5 4 6 1 2 3
20 6 4 5 1 2 3
21 4 5 6 2 1 3
22 5 4 6 3 2 1
23 1 6 4 3 5 2
24 3 6 5 1 4 2
25 2 3 5 1 4 6
26 2 4 5 3 6 1
27 6 3 2 4 5 1
28 5 4 6 2 3 1
29 2 4 5 6 3 1
30 4 6 5 1 2 3
107
Lampiran 3. Rekapitulasi data hasil uji rangking hedonik formulasi tahap
penentuan perbandingan wortel-nanas pada pembuatan puree
No F1 F2 F3
1 2 1 3
2 2 1 3
3 2 1 3
4 2 1 3
5 3 2 1
6 2 1 3
7 2 1 3
8 1 2 3
9 3 1 2
10 1 2 3
11 2 1 3
12 1 2 3
13 3 2 1
14 1 3 2
15 2 1 3
16 3 2 1
17 2 1 3
18 1 3 2
19 3 2 1
20 3 1 2
21 1 3 2
22 1 3 2
23 1 2 3
24 2 1 3
25 2 1 3
26 2 1 3
27 3 1 2
28 3 2 1
29 3 2 1
30 2 3 1
108
Lampiran 5. Rekapitulasi data hasil uji rangking hedonik formulasi tahap
penentuan jumlah air
No F1 F2 F3
1 3 2 1
2 2 1 3
3 1 2 3
4 1 2 3
5 1 2 3
6 3 2 1
7 3 2 1
8 2 1 3
9 1 2 3
10 2 1 3
11 3 2 1
12 2 1 3
13 1 2 3
14 2 1 3
15 3 2 1
16 1 2 3
17 1 2 3
18 2 1 3
19 2 1 3
20 1 2 3
21 3 1 2
22 3 2 1
23 2 1 3
24 2 1 3
25 3 2 1
26 3 2 1
27 1 2 3
28 3 2 1
29 3 1 2
30 1 2 3
109
Lampiran 7. Rekapitulasi data hasil uji rangking hedonik formulasi tahap
penentuan konsentrasi gula
No F1 F2 F3
1 2 1 3
2 2 1 3
3 1 2 3
4 1 3 2
5 2 1 3
6 3 1 2
7 2 1 3
8 3 1 2
9 2 1 3
10 2 1 3
11 2 1 3
12 2 3 1
13 2 3 1
14 3 2 1
15 3 2 1
16 2 3 1
17 3 2 1
18 3 2 1
19 3 2 1
20 3 2 1
21 3 2 1
22 3 2 1
23 3 2 1
24 3 2 1
25 3 1 2
26 2 1 3
27 1 3 2
28 1 3 2
29 1 3 2
30 1 2 3
110
Lampiran 9. Rekapitulasi data hasil uji rangking hedonik formulasi tahap
penentuan konsentrasi asam sitrat dan asam askorbat
No F1 F2 F3
1 1 3 2
2 3 2 1
3 2 3 1
4 1 3 2
5 2 3 1
6 2 3 1
7 1 3 2
8 2 1 3
9 3 2 1
10 2 1 3
11 2 1 3
12 1 2 3
13 2 3 1
14 2 3 1
15 1 2 3
16 1 3 2
17 2 3 1
18 1 2 3
19 1 3 2
20 2 3 1
21 2 1 3
22 1 3 2
23 1 2 3
24 3 2 1
25 2 3 1
26 2 1 3
27 1 3 2
28 2 1 3
29 2 1 3
30 3 1 2
Lampiran 10. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman’s untuk
formulasi tahap penentuan konsentrasi asam sitrat dan asam
askorbat
Sampel Rata-rata
F1 1.77
F2 2.23
F3 2.00
N 30
Chi-square 3.267
Df 2
Assym.Sig. 0.195
Ket : Assym.Sig. > 0.05 berarti tidak berbeda nyata
111
Lampiran 11. Rekapitulasi data hasil uji rangking hedonik formulasi tahap
penentuan konsentrasi penstabil CMC dan Na-alginat
No F1 F2 F3
1 3 1 2
2 1 2 3
3 1 2 3
4 3 1 2
5 3 2 1
6 2 1 3
7 2 1 3
8 1 2 3
9 1 2 3
10 1 2 3
11 2 1 3
12 2 1 3
13 1 3 2
14 3 1 2
15 3 1 2
16 1 3 2
17 3 1 2
18 1 2 3
19 1 2 3
20 3 1 2
21 3 1 2
22 3 1 2
23 2 3 1
24 1 2 3
25 3 2 1
26 1 2 3
27 3 2 1
28 2 1 3
29 2 1 3
30 2 1 3
Lampiran 12. Hasil analisis uji ranking hedonik metode Friedman’s untuk
formulasi tahap penentuan konsentrasi penstabil CMC dan Na-
alginat
Sampel Rata-rata
F1 2.00
F2 1.60
F3 2.40
N 30
Chi-square 9.600
Df 2
Assym.Sig. 0.008
Ket : Assym.Sig. < 0.05 berarti berbeda nyata
112
Lampiran 13. Data suhu distrubusi panas ulangan 1
Waktu Suhu Pemanasan (oF)
(menit) Tc1 Tc2 Tc3 Tc4 Tc5
0 175.4 171.5 170.6 130 122.2
2 154.7 157 155.5 156.4 151.7
4 148.5 150.1 148.8 150.1 150.1
6 155.4 155.4 150.8 150.8 152.3
8 158.3 157.2 154.8 155.4 156.4
10 173 161.4 159.2 159.5 159.4
12 173.6 166.6 165.3 165.3 163.7
14 170.6 166.7 165.7 167.3 166.2
113
Lampiran 15. Data suhu penetrasi panas dalam cup ulangan 1
Waktu Posisi Terbalik (oF) Posisi Tegak (oF) Posisi Tidur (oF)
(menit) Tc1 Tc2 Tc3 Tc4 Tc5 Tc6 Tc7 Tc8 Tc9
114
Lampiran 16. Data suhu penetrasi panas dalam cup ulangan 2
Waktu Posisi Terbalik (oF) Posisi Tegak (oF) Posisi Tidur (oF)
(menit) Tc1 Tc2 Tc3 Tc4 Tc5 Tc6 Tc7 Tc8 Tc9
115
Lampiran 17. Data suhu penetrasi panas sampel sari wornas
116
Lampiran 18. Data Lethalitas pada suhu 75oC atau 167oF
117
Lampiran 19. Data Fo pada pemanasan suhu 75oC atau 167oF
Fo
118
Lampiran 20. Hasil pengukuran kekerasan buah nanas pada 3 tingkat
kematangan
Rata-rata
Jenis kekerasan
Data Kekerasan (mm/100 gram)
Nanas (mm/100
gram)
Kulit
11.10 ±
100% 5.3 13.3 13.9 14.0 9.0
3.85
hijau
Kulit
18.42 ±
50% 16.8 18.9 17.8 16.9 21.7
2.02
kuning
Kulit
23.68 ±
100% 29.8 23.2 24.3 18.9 22.2
3.97
kuning
Lampiran 21. Hasil pengukuran warna daging buah nanas pada 3 tingkat
kematangan
Jenis Jenis
Data Pengukuran Rata-rata
Nanas Pengukuran
Kulit L 65.49 69.52 66.73 70.53 60.80 66.61±3.84
100% a -2.07 -2.75 -2.43 -3.96 -3.16 -2.87±0.73
hijau b 24.79 24.80 25.22 26.25 25.42 25.30±0.60
Kulit L 66.62 62.90 69.63 60.23 57.98 63.47±4.71
50% a -2.20 -2.96 2.00 -1.27 -1.66 -1.22±1.91
kuning b 25.26 25.04 26.46 25.62 22.81 25.04±1.36
Kulit L 55.57 55.82 46.98 58.99 50.99 53.67±4.70
100% a -0.53 -2.94 -1.43 0.48 -1.82 -1.25±1.30
kuning b 26.10 24.39 24.92 27.06 20.29 24.55±2.60
Lampiran 24. Data pengukuran diameter dan panjang wortel pada 2 tingkat
kematangan
Kecil (umur ±2 bulan) Besar (umur ±3 bulan)
Diameter Diameter Panjang Diameter Diameter Panjang
kecil (mm) besar (mm) (cm) kecil (mm) besar (mm) (cm)
20.00 31.00 25.00 14.90 23.80 12.50
16.05 32.60 22.50 13.30 26.45 18.00
19.40 38.75 22.00 15.40 25.30 16.00
13.70 29.30 26.00 18.00 23.65 15.00
18.05 32.80 30.00 13.40 23.05 13.00
18.80 32.10 19.80 12.20 22.30 11.50
13.80 31.10 29.50 15.20 23.80 12.00
20.50 42.10 34.00 14.40 26.60 17.50
16.10 38.30 27.00 15.60 25.15 14.00
17.80 34.15 21.50 15.00 22.50 15.70
17.42±2.43 34.22±4.12 25.73±4.48 14.74±4.58 24.26±4.54 14.52±2.28
Lampiran 25. Data standar asam askorbat pada pengukuran aktivitas antioksidan
Asam askorbat (ppm) Absorbansi
0 1.035
50 0.970
100 0.855
250 0.752
500 0.520
1000 0.056
120
Lampiran 26. Data pengukuran aktivitas antioksidan
Kapasitas
Ulangan Absorbansi Antioksidan (ppm Rata-rata
AEAC)
1 0.568 0.570 0.569 430
412.5 ± 24.8
2 0.604 0.604 0.604 395
Lampiran 28. Data pertumbuhan mikroba angka lempeng total minuman sari
wornas selama penyimpanan pada 3 suhu yang berbeda
Suhu Penyimpanan
Minggu o
Ulangan 5C 30oC 45oC
ke-
10-1 10-2 10-3 10-1 10-2 10-3 10-1 10-2 10-3
4 1 0 3 1 0 2 1 0
1
0 0 0 2 0 0 1 0 0
0
2 1 1 1 2 1 1 1 0
2
1 0 1 1 0 0 0 0 0
2 0 1 3 0 0 0 0 0
1
1 0 0 1 0 0 1 0 0
1
4 0 1 0 0 1 2 1 0
2
4 4 2 0 0 0 2 0 0
1 0 0 0 0 0 2 0 0
1
2 0 0 1 0 1 0 0 0
2
0 0 0 8 0 0 8 0 1
2
3 0 0 3 1 0 8 0 0
1 0 0 2 0 0 3 0 0
1
4 1 0 0 0 0 0 0 0
3
0 0 0 12 4 1 0 0 0
2
1 1 0 10 2 1 0 0 0
0 0 0 20 9 1 25 5 1
1
0 0 0 45 27 0 20 9 3
4
1 0 1 8 8 2 0 3 0
2
3 2 1 6 4 5 1 0 0
121
Lampiran 29. Data pertumbuhan kapang dan khamir minuman sari wornas
selama penyimpanan pada 3 suhu yang berbeda
Suhu Penyimpanan
Minggu o
Ulangan 5C 30oC 45oC
ke-
10-1 10-2 10-1 10-2 10-1 10-2
0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0
2
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0
2
0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0
2
0 0 0 0 0 0
2
0 0 0 0 0 0
0 0 5 7 0 1
1
0 0 4 4 0 0
3
0 0 1 4 0 0
2
0 0 1 2 0 0
0 0 0 0 0 0
1
0 0 0 0 0 0
4
0 1 9 1 0 1
2
0 0 16 0 0 0
Lampiran 30. Data perubahan nilai TAT sari wornas selama penyimpanan
Minggu Suhu Penyimpanan
Ulangan o
ke- 5C 30oC 45oC
1 24.00 24.48 ± 24.00 24.48 ± 24.00 24.48 ±
0
2 24.96 0.68 24.96 0.68 24.96 0.68
1 24.00 24.48 ± 24.96 25.44 ± 25.92 26.40 ±
1
2 24.96 0.68 25.92 0.68 26.88 0.68
1 25.92 26.40 ± 26.88 27.36 ± 28.80 29.28 ±
2
2 26.88 0.68 27.84 0.68 29.76 0.68
1 26.40 26.88 ± 28.80 29.28 ± 29.76 30.24 ±
3
2 27.36 0.68 29.76 0.68 30.72 0.68
1 27.36 27.84 ± 28.80 29.28 ± 77.76 78.24 ±
4
2 28.32 0.68 29.76 0.68 78.72 0.68
122
Lampiran 31. Data perubahan nilai pH sari wornas selama penyimpanan
Lampiran 32. Data perubahan kadar vitamin C sari wornas selama penyimpanan
123
Lampiran 33. Data perubahan nilai total padatan terlarut sari wornas selama
Penyimpanan
Lampiran 34. Data perubahan total gula sari wornas selama penyimpanan
124
Lampiran 35. Data perubahan viskositas sari wornas selama penyimpanan
Lampiran 36. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT pada 3 suhu penyimpanan di awal penyimpanan
TAT
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 24.480000
30 2 24.480000
45 2 24.480000
Sig. 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
125
Lampiran 37. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT pada 3 suhu penyimpanan di minggu pertama penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TAT
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 24.480000
30 2 25.440000
45 2 26.400000
Sig. .067
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
126
Lampiran 38. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT pada 3 suhu penyimpanan di minggu kedua penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TAT
Duncan
Subset
suhu N 1 2
5 2 26.400000
30 2 27.360000 27.360000
45 2 29.280000
Sig. .252 .066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
127
Lampiran 39. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT pada 3 suhu penyimpanan di minggu ketiga penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TAT
Duncan
Subset
suhu N 1 2
5 2 26.880000
30 2 29.280000
45 2 30.240000
Sig. 1.000 .252
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
128
Lampiran 40. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT pada 3 suhu penyimpanan di minggu keempat penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TAT
Duncan
Subset
suhu N 1 2
5 2 27.840000
30 2 29.280000
45 2 78.240000
Sig. .124 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
129
Lampiran 41. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT selama penyimpanan pada suhu 5oC
TAT
Duncan
Subset
waktu N 1 2
0 2 24.480000
1 2 24.480000
2 2 26.400000
3 2 26.880000
4 2 27.840000
Sig. 1.000 .094
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
130
Lampiran 42. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT selama penyimpanan pada suhu 30oC
TAT
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3
0 2 24.480000
1 2 25.440000
2 2 27.360000
3 2 29.280000
4 2 29.280000
Sig. .216 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
131
Lampiran 43. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TAT selama penyimpanan pada suhu 45oC
Tests of Between-Subjects Effects
TAT
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3 4
0 2 24.480000
1 2 26.400000
2 2 29.280000
3 2 30.240000
4 2 78.240000
Sig. 1.000 1.000 .216 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .461.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
132
Lampiran 44. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH pada 3 suhu penyimpanan di awal penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 2102875.0
105.144(a) 4 26.286 .000
00
ulangan .017 1 .017 1323.000 .001
suhu 8.33E-006 2 4.17E-006 .333 .750
Error 2.50E-005 2 1.25E-005
Total 105.144 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
suhu N 1
30 2 4.185000
45 2 4.185000
5 2 4.187500
Sig. .535
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.25E-005.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
133
Lampiran 45. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk
parameter pH pada 3 suhu penyimpanan di minggu pertama
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 2058032.0
102.902(a) 4 25.725 .000
00
ulangan .017 1 .017 1323.000 .001
suhu .006 2 .003 242.333 .004
Error 2.50E-005 2 1.25E-005
Total 102.902 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
suhu N 1 2 3
45 2 4.100000
30 2 4.145000
5 2 4.177500
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.25E-005.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
134
Lampiran 46. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH pada 3 suhu penyimpanan di minggu kedua penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 92.079(a) 4 23.020 65770.786 .000
ulangan .022 1 .022 61.714 .016
suhu .016 2 .008 22.619 .042
Error .001 2 .000
Total 92.080 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
suhu N 1 2
45 2 3.850000
30 2 3.925000 3.925000
5 2 3.975000
Sig. .057 .116
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .000.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
135
Lampiran 47. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH pada 3 suhu penyimpanan di minggu ketiga penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 98.208(a) 4 24.552 47520.129 .000
ulangan .023 1 .023 44.161 .022
suhu .013 2 .007 12.871 .072
Error .001 2 .001
Total 98.209 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
suhu N 1 2
45 2 4.000000
30 2 4.025000 4.025000
5 2 4.110000
Sig. .386 .065
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .001.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
136
Lampiran 48. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH pada 3 suhu penyimpanan di minggu keempat penyimpanan
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 86.776(a) 4 21.694 41988.516 .000
ulangan .023 1 .023 44.161 .022
suhu .493 2 .247 477.129 .002
Error .001 2 .001
Total 86.777 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
suhu N 1 2
45 2 3.390000
30 2 3.945000
5 2 4.040000
Sig. 1.000 .053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .001.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
137
Lampiran 49. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH selama penyimpanan pada suhu 5oC
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 168.002(a) 5 33.600 3509.180 .000
waktu 168.002 5 33.600 3509.180 .000
Error .048 5 .010
Total 168.050 10
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = .999)
pH
Duncan
Subset
waktu N 1
2 2 3.975000
4 2 4.040000
3 2 4.110000
1 2 4.177500
0 2 4.187500
Sig. .092
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .010.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
138
Lampiran 50. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH selama penyimpanan pada suhu 30oC
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 163.729(a) 5 32.746 5412.531 .000
waktu 163.729 5 32.746 5412.531 .000
Error .030 5 .006
Total 163.759 10
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3
2 2 3.925000
4 2 3.945000 3.945000
3 2 4.025000 4.025000 4.025000
1 2 4.145000 4.145000
0 2 4.185000
Sig. .266 .055 .102
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .006.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
139
Lampiran 51. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
pH selama penyimpanan pada suhu 45oC
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 153.278(a) 5 30.656 6131.106 .000
waktu 153.278 5 30.656 6131.106 .000
Error .025 5 .005
Total 153.303 10
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3
4 2 3.390000
2 2 3.850000
3 2 4.000000 4.000000
1 2 4.100000
0 2 4.185000
Sig. 1.000 .087 .052
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .005.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
140
Lampiran 52. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C pada 3 suhu penyimpanan di awal penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
suhu N 1 2
5 2 34.297150
45 2 34.325700 34.325700
30 2 34.331400
Sig. .072 .623
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .000.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
141
Lampiran 53. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C pada 3 suhu penyimpanan di minggu pertama
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
suhu N 1 2 3
45 2 10.287950
30 2 18.580950
5 2 32.872300
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .104.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
142
Lampiran 54. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C pada 3 suhu penyimpanan di minggu kedua
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
suhu N 1 2 3
45 2 9.601150
30 2 17.139200
5 2 30.840050
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .000.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
143
Lampiran 55. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C pada 3 suhu penyimpanan di minggu ketiga
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
suhu N 1 2 3
45 2 6.860650
30 2 9.146250
5 2 22.863250
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 4.48E-005.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
144
Lampiran 56. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C pada 3 suhu penyimpanan di minggu keempat
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
suhu N 1 2 3
45 2 5.947250
30 2 8.693300
5 2 14.527325
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .009.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
145
Lampiran 57. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C selama penyimpanan pada suhu 5oC
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3 4 5
4 2 14.527325
3 2 22.863250
2 2 30.840050
1 2 32.872300
0 2 34.297150
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .036.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
146
Lampiran 58. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C selama penyimpanan pada suhu 30oC
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3 4
4 2 8.693300
3 2 9.146250
2 2 17.139200
1 2 18.580950
0 2 34.331400
Sig. .052 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .032.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
147
Lampiran 59. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
vitamin C selama penyimpanan pada suhu 45oC
Tests of Between-Subjects Effects
vitC
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3 4 5
4 2 5.947250
3 2 6.860650
2 2 9.601150
1 2 10.287950
0 2 34.325700
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.76E-005.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
148
Lampiran 60. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TPT pada 3 suhu penyimpanan di awal penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 12.300000
30 2 12.300000
45 2 12.300000
Sig. 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .020.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
149
Lampiran 61. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TPT pada 3 suhu penyimpanan di minggu pertama penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1
45 2 12.100000
5 2 12.300000
30 2 12.300000
Sig. .251
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .020.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
150
Lampiran 62. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut duncan untuk parameter
TPT pada 3 suhu penyimpanan di minggu kedua penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1
30 2 12.100000
45 2 12.100000
5 2 12.300000
Sig. .251
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .020.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
151
Lampiran 63. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TPT pada 3 suhu penyimpanan di minggu ketiga penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 12.300000
30 2 12.500000
45 2 12.700000
Sig. .067
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .020.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
152
Lampiran 64. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TPT pada 3 suhu penyimpanan di minggu keempat penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1 2
5 2 12.000000
45 2 12.000000
30 2 12.500000
Sig. 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .007.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
153
Lampiran 65. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TPT selama penyimpanan pada suhu 5oC
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
Suhu N 1
4 2 12.0000
0 2 12.3000
1 2 12.3000
2 2 12.3000
3 2 12.3000
Sig. .073
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .016.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .01.
154
Lampiran 66. Hasil snalisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
TPT selama penyimpanan pada Suhu 30oC
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1
2 2 12.1000
0 2 12.3000
1 2 12.3000
3 2 12.5000
4 2 12.5000
Sig. .043
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .020.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .01.
155
Lampiran 67. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk
parameter TPT selama penyimpanan pada suhu 45oC
Tests of Between-Subjects Effects
TPT
Duncan
Subset
suhu N 1 2
4 2 12.0000
1 2 12.1000
2 2 12.1000
0 2 12.3000 12.3000
3 2 12.7000
Sig. .072 .025
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .016.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .01.
156
Lampiran 68. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula pada 3 suhu penyimpanan di awal penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 407.207(a) 3 135.736 509.364 .000
suhu 407.207 3 135.736 509.364 .000
Error .799 3 .266
Total 408.007 6
a R Squared = .998 (Adjusted R Squared = .996)
TG
Duncan
Subset
suhu N 1
30 2 8.044125
5 2 8.048525
45 2 8.609125
Sig. .351
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .266.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
157
Lampiran 69. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula pada 3 suhu penyimpanan di minggu pertama
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 37.420(a) 3 12.473 354.808 .000
suhu 37.420 3 12.473 354.808 .000
Error .105 3 .035
Total 37.526 6
a R Squared = .997 (Adjusted R Squared = .994)
TG
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 2.335850
45 2 2.492200
30 2 2.653850
Sig. .188
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .035.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
158
Lampiran 70. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula pada 3 suhu penyimpanan di minggu kedua
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 29.879(a) 3 9.960 190.641 .001
suhu 29.879 3 9.960 190.641 .001
Error .157 3 .052
Total 30.036 6
a R Squared = .995 (Adjusted R Squared = .990)
TG
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 2.010525
45 2 2.333950
30 2 2.334525
Sig. .250
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .052.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
159
Lampiran 71. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula pada 3 suhu penyimpanan di minggu ketiga
penyimpanan
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 24.887(a) 3 8.296 201.935 .001
suhu 24.887 3 8.296 201.935 .001
Error .123 3 .041
Total 25.010 6
a R Squared = .995 (Adjusted R Squared = .990)
TG
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 2.007275
30 2 2.007325
45 2 2.094025
Sig. .695
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .041.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
160
Lampiran 72. Hasil snalisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula pada 3 suhu penyimpanan di minggu keempat
penyimpanan
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 17.199(a) 3 5.733 362.423 .000
suhu 17.199 3 5.733 362.423 .000
Error .047 3 .016
Total 17.246 6
a R Squared = .997 (Adjusted R Squared = .994)
TG
Duncan
Subset
suhu N 1
5 2 1.536325
30 2 1.687075
45 2 1.841950
Sig. .094
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .016.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
161
Lampiran 73. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk
parameter total gula selama penyimpanan pada suhu 5oC
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 161.333(a) 5 32.267 335.092 .000
waktu 161.333 5 32.267 335.092 .000
Error .481 5 .096
Total 161.815 10
a R Squared = .997 (Adjusted R Squared = .994)
TG
Duncan
Subset
waktu N 1 2
4 2 1.536325
3 2 2.007275
2 2 2.010525
1 2 2.335850
0 2 8.048525
Sig. .057 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .096.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
162
Lampiran 74. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula selama penyimpanan pada suhu 30oC
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 168.153(a) 5 33.631 774.472 .000
waktu 168.153 5 33.631 774.472 .000
Error .217 5 .043
Total 168.370 10
a R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .997)
TG
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3 4
4 2 1.687075
3 2 2.007325 2.007325
2 2 2.334525 2.334525
1 2 2.653850
0 2 8.044125
Sig. .185 .177 .186 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .043.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
163
Lampiran 75. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
total gula selama penyimpanan pada suhu 45oC
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: TG
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 187.106(a) 5 37.421 350.546 .000
waktu 187.106 5 37.421 350.546 .000
Error .534 5 .107
Total 187.640 10
a R Squared = .997 (Adjusted R Squared = .994)
TG
Duncan
Subset
waktu N 1 2
4 2 1.841950
3 2 2.094025
2 2 2.333950
1 2 2.492200
0 2 8.609125
Sig. .114 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .107.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
164
Lampiran 76. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
viskositas pada 3 suhu penyimpanan di awal penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
viskositas
Duncan
Subset
suhu N 1
30 2 4.953781
5 2 5.009160
45 2 5.075105
Sig. .788
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .174.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
165
Lampiran 77. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
viskositas pada 3 suhu penyimpanan di minggu pertama
penyimpanan
viskositas
Duncan
Subset
suhu N 1 2 3
45 2 3.321832
30 2 3.780974
5 2 4.920939
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .012.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
166
Lampiran 78. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
viskositas pada 3 suhu penyimpanan di minggu kedua
penyimpanan
viskositas
Duncan
Subset
suhu N 1 2
45 2 2.949709
30 2 3.196732
5 2 4.896894
Sig. .520 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .116.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
167
Lampiran 79. Hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan untuk Parameter
Viskositas pada 3 Suhu Penyimpanan di Minggu Ketiga
Penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
viskositas
Duncan
Subset
suhu N 1 2
30 2 2.226577
45 2 2.666607
5 2 4.342560
Sig. .053 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .020.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
168
Lampiran 80. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
viskositas pada 3 suhu penyimpanan di minggu keempat
penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
viskositas
Duncan
Subset
suhu N 1 2
30 2 1.771414
45 2 2.328357
5 2 4.598671
Sig. .105 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .059.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
169
Lampiran 81. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
viskositas selama penyimpanan pada suhu 5oC
Tests of Between-Subjects Effects
viskositas
Duncan
Subset
waktu N 1
3 2 4.342560
4 2 4.598671
2 2 4.896894
1 2 4.920939
0 2 5.009160
Sig. .143
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .137.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
170
Lampiran 82. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk
parameter viskositas selama penyimpanan pada suhu 30oC
Tests of Between-Subjects Effects
viskositas
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3 4
4 2 1.771414
3 2 2.226577
2 2 3.196732
1 2 3.780974
0 2 4.953781
Sig. .058 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .035.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
171
Lampiran 83. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan untuk parameter
viskositas selama penyimpanan pada suhu 45oC
Tests of Between-Subjects Effects
viskositas
Duncan
Subset
waktu N 1 2 3
4 2 2.328357
3 2 2.666607
2 2 2.949709 2.949709
1 2 3.321832
0 2 5.075105
Sig. .053 .180 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .057.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
172
Lampiran 84. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik sari wornas pada
awal penyimpanan
Skor Skor
Suhu Skor Skor Skor
Panelis rasa rasa
Penyimpanan warna aroma kekentalan
asam manis
1 5oC 7 7 6 6 6
1 30oC 7 6 5 6 6
1 45oC 6 6 5 6 6
2 5oC 6 6 6 6 6
2 30oC 6 6 6 6 6
2 45oC 6 6 5 6 6
3 5oC 7 6 4 6 6
3 30oC 7 6 4 6 6
3 45oC 7 6 4 7 7
4 5oC 6 6 6 6 6
4 30oC 6 6 5 5 6
4 45oC 6 6 5 4 6
5 5oC 6 6 6 6 6
5 30oC 5 6 7 7 6
5 45oC 5 6 7 7 7
6 5oC 6 4 6 6 6
6 30oC 6 4 6 6 6
6 45oC 6 4 6 6 6
7 5oC 6 4 5 6 6
7 30oC 6 6 6 6 6
7 45oC 6 6 7 6 6
8 5oC 6 4 6 6 6
8 30oC 6 5 5 6 6
8 45oC 6 5 6 6 6
9 5oC 6 6 6 6 6
9 30oC 6 6 5 5 6
9 45oC 6 4 6 6 6
10 5oC 6 5 5 5 6
10 30oC 6 6 4 6 5
10 45oC 6 5 6 5 6
11 5oC 5 6 6 6 6
11 30oC 6 6 6 7 6
11 45oC 6 6 5 6 6
12 5oC 7 6 6 6 6
12 30oC 6 5 6 6 6
12 45oC 6 6 6 6 6
13 5oC 6 6 7 6 6
13 30oC 6 4 5 4 5
13 45oC 6 5 4 5 5
14 5oC 6 6 5 6 7
14 30oC 5 7 6 6 6
14 45oC 6 5 6 4 6
15 5oC 6 6 4 6 6
15 30oC 6 6 6 6 6
173
15 45oC 6 6 4 6 6
16 5oC 6 6 5 4 5
16 30oC 6 5 6 6 5
16 45oC 5 6 7 5 6
17 5oC 6 6 6 6 5
17 30oC 6 6 6 5 5
17 45oC 6 6 6 5 5
18 5oC 6 7 6 6 6
18 30oC 7 7 7 7 7
18 45oC 6 6 5 5 6
19 5oC 6 6 6 6 6
19 30oC 6 6 6 6 6
19 45oC 6 6 6 7 6
20 5oC 7 6 6 6 6
20 30oC 6 6 6 6 6
20 45oC 6 6 6 6 6
21 5oC 6 6 7 6 6
21 30oC 6 6 6 6 6
21 45oC 6 6 6 6 6
22 5oC 6 6 6 5 6
22 30oC 6 6 6 6 6
22 45oC 7 5 6 6 5
23 5oC 6 5 5 6 5
23 30oC 6 6 5 6 5
23 45oC 6 6 5 6 5
24 5oC 6 5 6 6 5
24 30oC 6 6 6 7 6
24 45oC 6 6 6 7 6
25 5oC 6 6 5 6 5
25 30oC 6 6 5 6 6
25 45oC 6 6 5 5 6
26 5oC 6 6 6 6 6
26 30oC 6 6 6 7 6
26 45oC 7 6 6 5 6
27 5oC 7 7 6 6 6
27 30oC 7 7 7 7 6
27 45oC 7 7 6 7 6
28 5oC 7 6 5 6 5
28 30oC 7 5 5 5 7
28 45oC 6 5 6 6 6
29 5oC 6 6 5 4 6
29 30oC 6 6 4 3 5
29 45oC 6 4 4 4 4
30 5oC 6 4 6 5 6
30 30oC 6 4 6 5 6
30 45oC 6 4 6 6 6
174
Lampiran 85. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan sari wornas pada
awal penyimpanan
Tests of Between-Subjects Effects
warna
Duncan
Subset
sampel N 1
3 30 6.07
2 30 6.10
1 30 6.17
Sig. .305
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .124.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
aroma
Duncan
Subset
sampel N 1
3 30 5.57
1 30 5.73
2 30 5.77
Sig. .195
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .310.
175
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
asam
Duncan
Subset
sampel N 1
3 30 5.60
2 30 5.63
1 30 5.67
Sig. .704
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .401.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
manis
Duncan
Subset
sampel N 1
3 30 5.73
1 30 5.77
2 30 5.87
Sig. .432
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .374.
176
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
kekentalan
Duncan
Subset
sampel N 1
1 30 5.83
2 30 5.87
3 30 5.87
Sig. .779
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .184.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
177
Lampiran 86. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik sari wornas pada
penyimpanan minggu pertama
Skor Skor
Suhu Skor Skor Skor
Panelis rasa rasa
Penyimpanan warna aroma kekentalan
asam manis
1 5oC 6 6 5 6 5
1 30oC 6 5 6 5 5
1 45oC 6 4 6 4 5
2 5oC 6 6 6 6 5
2 30oC 6 5 6 5 5
2 45oC 7 3 4 5 5
3 5oC 6 6 6 6 6
3 30oC 6 6 6 6 6
3 45oC 6 5 6 5 6
4 5oC 6 7 6 6 6
4 30oC 6 6 7 7 6
4 45oC 7 4 2 3 2
5 5oC 6 6 5 6 6
5 30oC 6 6 3 5 4
5 45oC 3 5 2 3 2
6 5oC 7 7 6 6 6
6 30oC 6 6 5 5 6
6 45oC 5 4 3 3 6
7 5oC 7 7 4 7 6
7 30oC 7 6 4 6 6
7 45oC 6 6 4 4 6
8 5oC 6 5 4 6 6
8 30oC 5 5 4 6 4
8 45oC 4 4 5 4 4
9 5oC 6 5 6 6 6
9 30oC 6 3 5 5 3
9 45oC 6 3 3 4 6
10 5oC 6 6 4 6 6
10 30oC 6 4 5 6 6
10 45oC 5 3 4 4 5
11 5oC 6 6 3 6 6
11 30oC 6 4 5 6 6
11 45oC 5 6 4 5 6
12 5oC 5 6 6 6 6
12 30oC 6 6 4 6 6
12 45oC 5 6 6 4 5
13 5oC 6 6 3 6 6
13 30oC 6 5 5 5 5
13 45oC 6 6 5 5 5
14 5oC 6 6 5 6 6
14 30oC 6 6 6 6 6
14 45oC 5 6 4 6 6
15 5oC 6 5 6 6 6
15 30oC 5 5 6 5 6
15 45oC 5 5 5 6 6
178
16 5oC 6 6 6 6 5
16 30oC 5 6 5 5 6
16 45oC 6 5 4 5 5
17 5oC 6 6 5 3 6
17 30oC 5 6 5 4 5
17 45oC 4 5 3 4 6
18 5oC 6 6 6 4 5
18 30oC 6 5 4 4 6
18 45oC 4 3 3 2 2
19 5oC 6 5 5 5 6
19 30oC 6 5 5 6 6
19 45oC 6 3 3 3 6
20 5oC 6 5 6 6 4
20 30oC 6 5 5 3 3
20 45oC 6 4 4 2 1
21 5oC 6 5 5 4 4
21 30oC 4 5 3 4 4
21 45oC 4 4 3 3 4
22 5oC 6 6 6 6 6
22 30oC 5 5 5 6 6
22 45oC 4 3 4 4 6
23 5oC 6 5 6 6 6
23 30oC 6 5 4 4 5
23 45oC 4 2 3 4 5
24 5oC 6 5 7 5 5
24 30oC 6 6 7 6 6
24 45oC 5 3 4 4 5
25 5oC 6 5 7 6 4
25 30oC 6 5 7 6 2
25 45oC 6 3 4 3 3
26 5oC 6 4 4 4 4
26 30oC 6 6 4 5 5
26 45oC 4 3 6 6 4
27 5oC 5 6 6 6 4
27 30oC 6 3 5 6 6
27 45oC 4 3 3 4 5
28 5oC 6 5 6 6 6
28 30oC 5 4 4 5 5
28 45oC 4 2 4 4 4
29 5oC 7 6 5 5 5
29 30oC 6 6 5 6 5
29 45oC 6 6 6 6 5
30 5oC 6 6 5 6 5
30 30oC 6 6 3 3 6
30 45oC 6 3 3 3 6
179
Lampiran 87. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan sari wornas pada
penyimpanan minggu pertama
Tests of Between-Subjects Effects
warna
Duncan
Subset
sampel N 1 2
3 30 5.13
2 30 5.77
1 30 6.03
Sig. 1.000 .108
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .400.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
aroma
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 4.07
2 30 5.20
1 30 5.70
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .632.
180
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
asam
Duncan
Subset
sampel N 1 2
3 30 4.00
2 30 4.93
1 30 5.33
Sig. 1.000 .143
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.090.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
manis
Duncan
Subset
sampel N 1 2
3 30 4.07
2 30 5.23
1 30 5.63
Sig. 1.000 .077
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .740.
181
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
kekentalan
Duncan
Subset
sampel N 1 2
3 30 4.73
2 30 5.20
1 30 5.43
Sig. 1.000 .309
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .777.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
182
Lampiran 88. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik sari wornas pada
penyimpanan minggu kedua
Skor Skor
Suhu Skor Skor Skor
Panelis rasa rasa
Penyimpanan warna aroma kekentalan
asam manis
1 5oC 6 6 6 5 6
1 30oC 6 4 5 5 6
1 45oC 5 4 4 5 6
2 5oC 6 6 4 5 6
2 30oC 6 4 5 4 5
2 45oC 6 3 5 4 3
3 5oC 6 6 5 5 6
3 30oC 6 4 5 4 6
3 45oC 3 3 2 2 6
4 5oC 6 6 6 6 6
4 30oC 6 6 6 5 5
4 45oC 3 5 5 5 5
5 5oC 6 6 6 6 6
5 30oC 6 4 5 5 5
5 45oC 6 3 1 1 5
6 5oC 6 6 6 6 6
6 30oC 6 4 4 5 4
6 45oC 2 2 1 1 4
7 5oC 6 6 6 6 6
7 30oC 5 3 4 5 6
7 45oC 3 2 2 5 5
8 5oC 6 6 6 6 6
8 30oC 4 4 5 5 4
8 45oC 2 3 1 1 2
9 5oC 6 6 6 6 6
9 30oC 3 4 4 4 3
9 45oC 2 4 3 3 3
10 5oC 7 6 4 6 4
10 30oC 5 6 4 4 4
10 45oC 3 6 4 2 4
11 5oC 5 3 3 6 4
11 30oC 5 4 4 4 3
11 45oC 4 2 2 2 3
12 5oC 6 6 6 6 6
12 30oC 4 3 5 4 4
12 45oC 2 5 4 3 4
13 5oC 6 6 5 5 6
13 30oC 5 6 5 4 7
13 45oC 3 3 3 4 2
14 5oC 6 6 5 6 5
14 30oC 4 5 5 4 6
14 45oC 3 3 4 5 6
15 5oC 5 5 3 4 4
15 30oC 4 4 4 4 4
15 45oC 3 3 5 4 3
183
16 5oC 6 6 6 5 5
16 30oC 6 7 7 4 6
16 45oC 5 4 4 6 6
17 5oC 6 6 6 5 6
17 30oC 5 5 5 4 6
17 45oC 3 3 5 3 6
18 5oC 6 6 5 6 6
18 30oC 5 6 5 4 6
18 45oC 3 1 2 2 6
19 5oC 6 6 6 6 6
19 30oC 5 5 5 4 5
19 45oC 3 5 5 5 6
20 5oC 6 6 5 6 4
20 30oC 6 4 5 4 6
20 45oC 4 3 2 2 4
21 5oC 6 6 5 6 5
21 30oC 5 6 4 5 3
21 45oC 3 3 2 2 3
22 5oC 6 6 5 6 6
22 30oC 5 4 4 5 3
22 45oC 2 2 2 2 3
23 5oC 6 6 5 5 5
23 30oC 6 6 4 4 6
23 45oC 6 5 6 5 6
24 5oC 6 5 5 5 4
24 30oC 5 4 4 4 4
24 45oC 4 3 3 3 4
25 5oC 6 6 5 5 6
25 30oC 5 5 2 4 6
25 45oC 3 3 5 5 6
26 5oC 6 3 6 5 3
26 30oC 4 4 2 2 3
26 45oC 4 3 5 3 3
27 5oC 6 5 4 5 5
27 30oC 4 2 2 4 3
27 45oC 2 2 2 2 3
28 5oC 6 6 6 6 6
28 30oC 6 6 3 4 6
28 45oC 2 2 2 2 4
29 5oC 7 6 6 6 6
29 30oC 6 6 3 4 6
29 45oC 5 3 2 2 6
30 5oC 6 6 6 5 6
30 30oC 6 7 3 5 3
30 45oC 5 3 2 1 1
184
Lampiran 89. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan sari wornas pada
penyimpanan minggu kedua
Tests of Between-Subjects Effects
warna
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.47
2 30 5.13
1 30 6.00
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .595.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
aroma
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.20
2 30 4.73
1 30 5.70
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .862.
185
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
asam
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.17
2 30 4.27
1 30 5.27
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.387.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
manis
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.07
2 30 4.23
1 30 5.53
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.103.
186
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
kekentalan
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 4.27
2 30 4.80
1 30 5.40
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .932.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
187
Lampiran 90. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik sari wornas pada
penyimpanan minggu ketiga
Skor Skor
Suhu Skor Skor Skor
Panelis rasa rasa
Penyimpanan warna aroma kekentalan
asam manis
1 5oC 7 6 4 5 6
1 30oC 6 5 4 2 4
1 45oC 1 1 4 2 4
2 5oC 7 6 5 5 6
2 30oC 6 5 2 2 2
2 45oC 5 2 1 1 1
3 5oC 4 5 5 6 6
3 30oC 5 5 5 5 6
3 45oC 2 4 4 3 6
4 5oC 7 6 5 5 7
4 30oC 7 5 4 5 6
4 45oC 4 5 3 3 4
5 5oC 6 6 5 6 6
5 30oC 5 4 3 4 3
5 45oC 2 2 2 2 2
6 5oC 6 6 6 5 3
6 30oC 5 4 6 4 4
6 45oC 4 2 3 4 2
7 5oC 6 6 4 6 6
7 30oC 6 4 3 3 5
7 45oC 4 2 2 2 4
8 5oC 6 6 5 6 5
8 30oC 3 5 3 3 4
8 45oC 3 3 5 3 3
9 5oC 6 7 4 6 6
9 30oC 6 5 4 4 5
9 45oC 5 3 3 2 5
10 5oC 6 6 6 6 6
10 30oC 6 5 6 5 5
10 45oC 4 2 3 3 5
11 5oC 6 6 5 6 6
11 30oC 6 5 5 5 6
11 45oC 5 4 3 3 6
12 5oC 6 6 6 6 6
12 30oC 6 5 5 4 2
12 45oC 3 3 4 3 1
13 5oC 6 6 6 6 6
13 30oC 6 5 5 5 6
13 45oC 4 3 3 3 6
14 5oC 6 6 6 6 6
14 30oC 5 5 5 4 4
14 45oC 3 3 4 3 4
15 5oC 6 6 4 5 6
15 30oC 6 4 4 5 6
15 45oC 3 3 3 4 3
188
16 5oC 3 3 3 4 3
16 30oC 3 3 4 3 3
16 45oC 2 2 4 2 2
17 5oC 6 6 5 6 6
17 30oC 6 6 6 6 6
17 45oC 5 5 6 6 6
18 5oC 6 5 5 5 5
18 30oC 5 3 3 4 3
18 45oC 5 2 2 3 3
19 5oC 6 4 4 4 4
19 30oC 4 3 3 2 4
19 45oC 2 3 2 3 4
20 5oC 6 6 6 6 4
20 30oC 4 3 2 5 4
20 45oC 2 2 2 3 4
21 5oC 6 6 5 6 5
21 30oC 6 3 5 6 5
21 45oC 4 2 2 5 5
22 5oC 6 6 6 5 6
22 30oC 3 4 5 5 5
22 45oC 1 2 2 3 5
23 5oC 6 6 6 6 4
23 30oC 3 4 2 2 3
23 45oC 2 1 1 1 2
24 5oC 5 4 5 5 5
24 30oC 3 3 4 4 4
24 45oC 2 3 4 3 4
25 5oC 6 6 4 5 6
25 30oC 3 2 3 2 4
25 45oC 1 2 1 1 3
26 5oC 6 6 6 6 5
26 30oC 6 4 4 3 6
26 45oC 2 3 3 2 3
27 5oC 7 6 6 5 6
27 30oC 5 3 5 5 6
27 45oC 3 2 2 2 6
28 5oC 5 4 4 5 4
28 30oC 3 3 4 4 4
28 45oC 3 3 3 3 4
29 5oC 6 6 3 3 6
29 30oC 5 5 3 5 6
29 45oC 3 2 3 5 6
30 5oC 6 6 5 6 6
30 30oC 5 5 4 5 6
30 45oC 3 4 3 3 6
189
Lampiran 91. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan sari wornas pada
penyimpanan minggu ketiga
Tests of Between-Subjects Effects
warna
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.07
2 30 4.93
1 30 5.90
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .716.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
aroma
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 2.67
2 30 4.17
1 30 5.67
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .615.
190
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
asam
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 2.90
2 30 4.03
1 30 4.97
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .857.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
manis
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 2.87
2 30 4.03
1 30 5.40
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .751.
191
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
kekentalan
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.97
2 30 4.57
1 30 5.40
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .774.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
192
Lampiran 92. Rekapitulasi data hasil uji rating hedonik sari wornas pada
penyimpanan minggu keempat
Skor Skor
Suhu Skor Skor Skor
Panelis rasa rasa
Penyimpanan warna aroma kekentalan
asam manis
1 5oC 6 6 4 5 5
1 30oC 5 5 4 4 5
1 45oC 2 2 1 1 5
2 5oC 6 6 5 6 6
2 30oC 5 4 3 3 4
2 45oC 1 1 1 1 1
3 5oC 7 7 5 5 6
3 30oC 5 3 2 2 6
3 45oC 1 1 1 1 6
4 5oC 6 5 6 5 6
4 30oC 5 3 3 3 6
4 45oC 2 1 1 1 4
5 5oC 6 6 5 5 6
5 30oC 5 3 6 6 6
5 45oC 2 1 2 2 2
6 5oC 6 6 7 6 6
6 30oC 4 4 5 5 4
6 45oC 1 2 1 1 1
7 5oC 6 6 6 5 6
7 30oC 3 4 3 3 6
7 45oC 1 1 1 1 1
8 5oC 5 4 5 5 6
8 30oC 4 4 4 5 6
8 45oC 2 2 2 2 4
9 5oC 7 6 4 6 6
9 30oC 6 1 4 3 6
9 45oC 1 1 1 1 4
10 5oC 6 6 5 5 6
10 30oC 3 6 6 6 5
10 45oC 2 2 2 1 2
11 5oC 6 6 6 6 6
11 30oC 6 6 3 3 6
11 45oC 1 1 1 1 6
12 5oC 6 6 6 6 6
12 30oC 4 3 6 4 5
12 45oC 1 1 1 1 1
13 5oC 6 5 6 6 5
13 30oC 5 3 5 5 4
13 45oC 1 1 1 1 2
14 5oC 6 5 4 5 4
14 30oC 6 4 3 4 4
14 45oC 2 2 2 1 4
15 5oC 6 6 6 6 6
15 30oC 5 3 2 2 2
15 45oC 1 1 1 1 1
193
16 5oC 6 5 6 6 6
16 30oC 5 4 3 3 5
16 45oC 2 1 1 1 5
17 5oC 6 6 5 5 5
17 30oC 5 3 4 5 3
17 45oC 2 1 1 1 3
18 5oC 6 6 6 6 4
18 30oC 4 4 5 5 4
18 45oC 2 2 2 2 3
19 5oC 6 7 6 6 6
19 30oC 3 4 3 4 4
19 45oC 1 1 2 2 4
20 5oC 6 6 6 6 6
20 30oC 5 5 5 5 6
20 45oC 2 2 2 2 4
21 5oC 6 6 4 5 4
21 30oC 2 3 4 2 4
21 45oC 1 2 1 1 4
22 5oC 6 6 5 6 6
22 30oC 6 5 3 3 5
22 45oC 1 1 1 1 2
23 5oC 7 7 5 6 6
23 30oC 7 6 6 6 5
23 45oC 1 1 1 1 5
24 5oC 7 6 5 6 6
24 30oC 6 3 2 2 5
24 45oC 2 2 1 1 4
25 5oC 7 6 5 6 5
25 30oC 6 5 5 5 4
25 45oC 3 3 2 2 3
26 5oC 6 6 5 6 5
26 30oC 5 5 5 5 5
26 45oC 2 3 2 2 5
27 5oC 5 4 4 5 4
27 30oC 3 3 3 4 4
27 45oC 1 1 2 2 2
28 5oC 4 6 4 4 4
28 30oC 3 2 1 1 3
28 45oC 1 1 1 1 2
29 5oC 3 4 4 5 5
29 30oC 3 5 4 5 6
29 45oC 2 3 2 2 5
30 5oC 4 4 4 4 4
30 30oC 4 4 4 4 4
30 45oC 2 2 1 1 2
194
Lampiran 93. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan sari wornas pada
penyimpanan minggu keempat
Tests of Between-Subjects Effects
warna
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 1.53
2 30 4.60
1 30 5.87
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .634.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
aroma
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 1.53
2 30 3.90
1 30 5.70
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .770.
195
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
asam
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 1.37
2 30 3.87
1 30 5.13
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .797.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
manis
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 1.30
2 30 3.90
1 30 5.47
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .659.
196
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
kekentalan
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 30 3.23
2 30 4.73
1 30 5.40
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1.013.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
197
Lampiran 94. Data pengukuran pH pada tahap formulasi penentuan tingkat
kematangan bahan baku
Nilai pH
Formula
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
1 3.72 3.78 3.75±0.04
2 3.66 3.71 3.69±0.04
3 3.89 3.85 3.87±0.03
4 3.72 3.73 3.73±0.01
5 4.00 4.01 4.01±0.01
6 4.02 4.06 4.04±0.03
Lampiran 95. Hasil analisis Friedman’s pH sari wornas pada tahap formulasi
penentuan tingkat kematangan bahan baku
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 177.712(a) 6 29.619 37413.000 .000
sampel 177.712 6 29.619 37413.000 .000
Error .005 6 .001
Total 177.717 12
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
2 2 3.6850
4 2 3.7250
1 2 3.7500
3 2 3.8700
5 2 4.0050
6 2 4.0400
Sig. .067 1.000 .260
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .001.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
198
Lampiran 96. Data pengukuran pH pada tahap formulasi penentuan
perbandingan wortel dan nanas
Nilai pH
Formula
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
1 3.95 3.93 3.94±0.01
2 3.82 3.79 3.81±0.02
3 3.88 3.89 3.89±0.01
Lampiran 97. Hasil analisis Friedman’s pH sari wornas pada tahap formulasi
penentuan perbandingan wortel dan nanas
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 128842.42
90.190(a) 3 30.063 .000
9
sampel 128842.42
90.190 3 30.063 .000
9
Error .001 3 .000
Total 90.190 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
2 2 3.8050
3 2 3.8850
1 2 3.9400
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .000.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
199
Lampiran 98. Data pengukuran viskositas pada tahap formulasi penentuan
jumlah air
Viskositas (cP)
Formula
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
1 7.85 7.87 7.86±0.02
2 6.45 6.71 6.58±0.18
3 4.88 5.10 4.99±0.15
Lampiran 99. Hasil Analisis Friedman’s Viskositas Sari Wornas pada Tahap
Formulasi Penentuan Jumlah Air
viskositas
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 2 4.990850
2 2 6.579300
1 2 7.862200
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .008.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
200
Lampiran 100. Data pengukuran TPT pada tahap formulasi penentuan
konsentrasi gula
Viskositas (cP)
Formula
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
1 11.0 11.0 11.00±0.00
2 12.5 12.2 12.25±0.21
3 13.2 13.3 13.25±0.07
Lampiran 101. Hasil analisis Friedman’s TPT sari wornas pada tahap formulasi
penentuan konsentrasi gula
TPT
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
1 2 11.0000
2 2 12.3500
3 2 13.2500
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .017.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
201
Lampiran 102. Data pengukuran pH pada tahap formulasi penentuan
konsentrasi campuran asam sitrat dan asam askorbat
Viskositas (cP)
Formula
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
1 3.87 3.88 3.88±0.01
2 4.02 4.01 4.02±0.01
3 3.79 3.80 3.80±0.01
Lampiran 103. Hasil analisis Friedman’s pH sari wornas pada tahap formulasi
penentuan konsentrasi campuran asam sitrat dan asam askorbat
Dependent Variable: pH
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Model 607171.66
91.076(a) 3 30.359 .000
7
sampel 607171.66
91.076 3 30.359 .000
7
Error .000 3 5.00E-005
Total 91.076 6
a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)
pH
Duncan
Subset
sampel N 1 2 3
3 2 3.7950
1 2 3.8750
2 2 4.0150
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 5.00E-005.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
202
Lampiran 104. Data pengukuran viskositas pada tahap formulasi penentuan
konsentrasi campuran CMC dan Na-Alginat
Viskositas (cP)
Formula
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
1 4.33 4.35 4.34±0.02
2 4.84 5.13 4.99±0.20
3 13.21 12.92 13.06±0.21
Lampiran 105. Hasil analisis Friedman’s pH sari wornas pada tahap formulasi
penentuan konsentrasi campuran CMC dan Na-Alginat
viskositas
Duncan
Subset
sampel N 1 2
1 2 4.340750
2 2 4.986250
3 2 13.066300
Sig. .085 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .041.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.
203
Lampiran 106. SNI 01-3719-1995 minuman sari buah
No Uraian Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Aroma Normal
1.2 Rasa Normal
2 Bilangan formol Ml N NaOH/100ml Min 15
Bahan ambahan
3
Pangan
3.1 Pemanis buatan Tidak boleh ada
Sesuai SNI 01-0222-
3.2 Pewarna tambahan
1995
Sesuai SNI 01-0222-
3.3 Pengawet
1995
4 Cemaran Logam
4.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0.3
4.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 5.0
4.3 Seng (Zn) mg/kg Maks 5.0
4.4 Timah (Sn) mg/kg Maks 40/250
4.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0.03
5 Cemaran Arsen mg/kg Maks 0.2
6 Cemaran mikroba
6.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks 2 x102
6.2 Bakteri koliform APM/ml Maks 20
6.3 E.coli APM/ml <3
6.4 Salmonella Koloni 25 ml Negatif
6.5 S. aureus Koloni/ml 0
6.6 Vibrio. Sp Koloni/ml Negatif
6.7 Kapang Koloni/ml Maks 50
6.8 Khamir Koloni/ml Maks 50
204
FORMULASI, UJI KECUKUPAN PANAS, DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN
MINUMAN SARI WORNAS (WORTEL-NANAS)
A Study on Formulation, Thermal Adequacy and Shelf Life of Wornas
(Carrot-Pineapple) Drink
Adil Basuki Ahza 1), Feri Kusnandar 1), Pratiwi 2)
1) Staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan-Fateta-IPB
2) Alumni Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan-Fateta-IPB
This study was aimed to produce a healthy and high fiber drink while can also benefit from a synergy
between pro-vitamin A and vitamin C as antioxidant. Two materials were chosen as the main materials to
produce this drink, which were carrot and pineapple. The formulation stage of wornas was divided into 7
steps: characterizing materials, determining maturity of carrot and pineapple used, carrot-pineapple
proportion, water composition, sugar content, acid content (citric acid and ascorbic acid), and the stabilizer
(CMC and Na-alginate) amount.
Thermal adequacy test was conducted by measuring heat distribution and penetration in a cooker pan
having diameter of 33 cm and height of 20 cm, with pasteurization temperature of 97.2-164.5°F. Shelf life
determination was done by storing the product at three different temperatures (5°C, 30°C, and 45°C). The
test parameters were physical qualities (viscosity, color, and stability), chemical qualities (total titratable
acidity, pH, total soluble solids, vitamin C, and total sugar), microbiological qualities (total microbes, mold,
and yeast), and organoleptic qualities (color, aroma, sweetness, acidity, and viscosity).
The results showed that wornas drink formula which were preferred and organoleptically acceptable
was made from matured Bogor pineapple (whole fruit skin 100% yellow) and large-sized Cipanas carrot
(l=25.73±4.8 cm; d (large end) =3.32±0.52 cm, and d (small end) =1.74±0.24 cm). Most preferred wornas
was made in proportion of water: carrot = 4:1 (v/w), sugar: puree= 8:100 (w/v), acid of 2.5 g/4 L puree
(citric acid: ascorbic acid = 1:1), and added by stabilizer in 2.5 g/L puree (CMC: Na-alginate = 1:1).
Wornas packaged in polypropylene cup 165 ml had microbial inactivity level in pasteurization of 5D
in 75°C for minimum of 12 minutes time. Each parameter used in shelf life determination gave a different
shelf life. Meanwhile, in this study, parameters used as limiting factor in rejecting product were vitamin C
and viscosity. Based on vitamin C parameter, shelf life of wornas stored in 5°C was 38 days, in 30°C was
25 days, and in 45°C only lasted for 20 days. While, based on viscosity parameter, shelf life of wornas
stored in 5°C was 170 days, in 30°C was 39 days, and in 45°C only lasted for 18 days .
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah diperoleh formula
sari wornas dalam kemasan cup PP 165 ml yang
disukai secara organoleptik, dengan kecukupan
proses panas yang diperlukan, dan perkiraan umur
simpan sari wornas. Informasi dan data produk sari
2
b. Formulasi c. Uji Kecukupan Panas
Perlakuan Organoleptik Objektif* Uji distribusi panas dalam panci pasteurisasi
Tahap
↓
Karakerisasi minuman pH, TPT, Uji penetrasi panas dalam cup dalam berbagai
-
1 sari buah komersial viskositas
posisi
Keadaan
↓
Deskripsi mutu nanas: tangkai buah, Kekerasan Perhitungan kecukupan panas dalam produk sari
(1) 100% hijau rasa, aroma, buah, warna wornas dengan metode trapesium
2 warna daging (L, a, b)
(2) 50% kuning
(3) 100% kuning buah
d. Uji aktivitas antioksidan (DPPH Kubo et
Deskripsi mutu wortel:
Rasa, aroma, al.2002 ; Molyneux, 2004)
(1)wortel Kekerasan
2 baby/kecil(d=±1cm)
warna daging
buah, warna
Dicampur 2 ml larutan buffer asetat (pH 5.5),
buah,
(2)wortel
penampakan
(L, a, b) 3.75 ml metanol, 200 µl larutan DPPH 3 mM
besar(d=±3cm) dalam metanol
3 Tingkat kematangan
nanas dan wortel: ↓
1) 100% hijau-wortel Divorteks
kecil
2) 100%hijau-wortel ↓
besar overall Ditambah 50 µl larutan sampel atau larutan
3) 50%kuning-wortel pH
kecil
standar antioksidan
4) 50%kuning-wortel ↓
besar Diinkubasi 37 oC, 30 menit
5) 100%kuning-
wortel kecil ↓
6) 100%kuning- Dibaca absorbansi 517 nm
wortel besar
Perbandingan wortel :
nanas pada pembuatan e. Uji beta karoten (AOAC 941.15, 1993,
4
puree
overall pH Modifikasi RP-HPLC)
1) W:N = 1:1.5
2) W:N = 1:2
2-5 gram sampel dimasukkan dalam tabung reaksi
3) W:N = 1:2.5 bertutup
Jumlah air ↓
1) 3.5 bagian
5 overall viskositas Ditambahkan 10 ml larutan KOH 5% dalam
2) 4.0 bagian
3) 4.5 bagian metanol
Kosentrasi gula ↓
1) 6.0%bobot
puree(setelah disaring)
Divorteks
6 2) 8.0%bobot overall TPT ↓
puree(setelah disaring) Hembuskan dengan N2 selama 30 detik lalu tutup
3) 10.0%bobot segera
puree(setelah disaring)
Konsentrasi asam sitrat ↓
: asam askorbat = 1:1 Panaskan pada waterbath 65oC, 30 menit
1) 2.5 g/4L ↓
puree(setelah disaring)
7
2) 3.5 g /4L
overall pH Dinginkan pada air mengalir
puree(setelah disaring) ↓
3) 4.5 g /4L Ditambahkan 5 ml air
puree(setelah disaring)
Konsentrasi penstabil
↓
CMC : Na-alginat =1 :1 Divorteks
1) 0.15% puree(setelah ↓
disaring)
8
2) 0.25% puree(setelah
overall viskositas Dicuci dengan hexan 3 x 15 ml
disaring) ↓
3) 0.35% puree(setelah
disaring)
Diambil fraksi hexan
↓
Uji pH (AOAC Official Method 981.12, Ditambah natrium sulfat anhidrous
1995) ↓
Uji viskositas (Laboratory Manual Falling Dihembus gas N2
Ball Viscometer) ↓
Uji TPT (AOAC Official Method 932.12, Disaring dengan membran 0.45 µm
1995) ↓
Uji warna (Hutching,1999) Diinjeksikan ke dalam HPLC
Uji organoleptik (Poste et.al.,1991) ↓
Dicatat area respon yang terbaca
3
f. Pendugaan Umur Simpan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sari wornas disimpan pada 3 suhu penyimpanan
(5oC, 30oC, 45oC) A. Formulasi
↓
Diamati perubahan mutu setiap minggu selama 1 Tabel 1. Formulasi sari wornas yang paling
bulan disukai secara organoleptik
*uji fisik (stabilitas, viskositas)
uji mikrobiologi (total mikroba, total kapang dan Nanas Bogor matang
khamir, uji pendugaan koliform pada awal (100% kulit buah
penyimpanan)
warna kuning), wortel
uji kimia (pH, TAT, TPT, kadar vit C, total gula) Tingkat kematangan
uji organoleptik (warna, aroma, rasa manis, rasa Cipanas besar
wortel-nanas
asam, dan tesktur/kekentalan) untuk mengetahui (p=25.73±4.8cm,
batas penerimaan panelis db=3.32±0.52cm, dan
↓ dk=1.74±0.24cm)
Ditentukan nilai kritis penolakan produk
↓ Perbandingan wortel-
Ditentukan ordo reaksi Wortel : nanas = 1 :2
nanas
↓
Dihitung perkiraan umur simpan berdasarkan
Jumlah air 4 x bobot wortel
beberapa parameter menggunakan metode Arrhenius
↓
8% bobot puree
Ditetapkan parameter pembatas penolakkan produk Konsentrasi gula
↓ setelah disaring
Diperoleh umur simpan produk sari wornas
2.5g/4L puree (asam
Konsentrasi campuran
* TAT (AOAC Official Method 940.15, 1995) sitrat : asam askorbat
asam
Vitamin C (Jacobs, 1958) = 1:1)
Total gula (Luff Schrool, SNI 01-2892-
1992) Konsentrasi campuran 2.5 g/L puree (CMC :
Total mikroba (BAM, 2001) penstabil Na-alginat = 1:1)
Total kapang khamir (Harigan, 1998)
4
Menurut FDA (2008), klaim suatu produk dapat D. Penurunan Mutu Selama Penyimpanan
dinyatakan tinggi kandungan senyawa tertentu
jika memenuhi 20% RDA. Jadi suatu produk Mikrobiologis
dapat dinyatakan tinggi beta karoten jika
Tabel 3. Angka lempeng total selama
kandungan per serving size per hari mencapai
277.2 µg. Hasil pengukuran, diperoleh penyimpanan
Angka Lempeng Total (koloni/ml)
kandungan beta karoten dalam produk sari Minggu
5oC 30oC 45oC
wornas adalah 0.25g/100gram bahan atau
sekitar 0.41gram/serving size. Dari data tersebut 0 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102 <2.5x102
dapat dilihat bahwa produk sari wornas 1 <2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x102
memenuhi persyaratan klaim tinggi beta 2 <2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x102
karoten. Keberadaan beta karoten disini juga 3 <2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x10 2
<2.5x102
berperan sebagai antioksidan. 4 <2.5x102 <2.5x102 6.5x 103 <2.5x102 2.5x102 <2.5x102
5
pH Viskositas
Gambar 2. Grafik hubungan antara lama Gambar 5. Grafik hubungan antara lama
penyimpanan terhadap nilai pH sari wornas penyimpanan terhadap viskositas sari
wornas
Vitamin C
Stabilitas
Gambar 4. Grafik hubungan antara lama Gambar 6. Grafik perubahan tingkat kesukaan
penyimpanan terhadap total gula sari wornas terhadap atribut warna sari wornas pada 3 suhu
penyimpanan
6
Organoleptik aroma Organoleptik kekentalan
7
suhu ruang sedikit berubah dengan intensitas Dengan melihat Tabel 8 maka dapat
warna jingga yang sedikit berkurang, sedangkan kita simpulkan parameter yang paling baik
warna pada suhu 45oC berubah dengan sangat dijadikan acuan dalam penentuan umur
jelas menjadi coklat keruh setelah 4 minggu simpan adalah parameter vitamin C. Hal ini
penyimpanan. dapat dilihat dari nilai R2 yang besar (≥
0.95), Nilai Ea (energi aktivasi) yang kecil
E. Pendugaan Umur Simpan dan memberikan dugaan umur simpan yang
Penentuan Nilai Kritis paling pendek. Selain itu juga, pemilihan
Tabel 6. Nilai awal dan nilai kritis sari parameter vitamin C sebagai indikator
wornas berdasarkan beberapa parameter penolakan produk ditujukan untuk tetap
Parameter Nilai Awal Nilai Kritis menjamin pada akhir umur simpannya
Total Asam 24.48 ml NaOH 29.28 ml NaOH tersebut produk sari wornas tetap memiliki
Tertitrasi 0.1N/100 ml 0.1N/100 ml kandungan vitamin C yang tinggi yaitu 20%
pH 4.19 3.85 dari RDA atau 18 mg/serving. Umur simpan
34.32 mg/100g 10.9 mg/100g = sari wornas berdasarkan penelitian ini adalah
Vitamin C = 18.00 38 hari jika disimpan pada suhu 5oC, 25 hari
56.63mg/serving mg/serving pada suhu 30oC, dan 20 hari pada suhu 45oC.
Total Gula 8.24 g/100g 2.33 g/100g Namun jika dilihat dengan
pertimbangan lain, umur simpan sari wornas
Viskositas 5.01 cP 2.33 cP
juga dapat ditentukan berdasarkan parameter
yang lain. Misalkan dengan pertimbangan
Penentuan Ordo Reaksi dari segi ekonomi, umur simpan yang
Tabel 7. Nilai R2 dari grafik penurunan mutu ditentukan dari parameter vitamin C dirasa
menurut ordo reaksi 0 dan 1 terlalu pendek dan tidak menguntungkan
R2 Ordo
Suhu reaksi produsen. Maka dengan tetap memperhatikan
Parameter Ordo Ordo syarat kriteria pemilihan parameter mutu,
Penyimpanan yang
1 0 dipilih dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa parameter
5o C 0.930 0.927 viskositas juga memiliki nilai R2 yang besar
TAT 30oC 0.942 0.942 1 sehingga masih memungkinkan digunakan
45oC 0.598 0.670 sebagai parameter pembatas dalam
5o C 0.398 0.391 pendugaan umur simpan. Menurut parameter
pH 30oC 0.661 0.656 0
viskositas secara objektif, sari wornas
45oC 0.725 0.712
memiliki umur simpan 170 hari pada suhu
5o C 0.892 0.839
5oC, 39 hari pada suhu 30oC, dan hanya
Vitamin C 30oC 0.853 0.927 1
45oC 0.646 0.799 bertahan 18 hari pada suhu 45oC.
5o C 0.597 0.706
Total
30oC 0.634 0.763 1
Gula
45oC 0.584 0.678 KESIMPULAN
5o C 0.638 0.622
Viskositas 30oC 0.979 0.990 1 Formulasi terbaik sari wornas
45oC 0.819 0.893 diperoleh dari perlakuan bahan baku nanas
Bogor matang (100% kulit buah kuning) dan
Tabel 8. Nilai R2, Ea dan umur simpan wortel Cipanas besar (p=25.73±4.8cm,
berdasarkan beberapa parameter db=3.32±0.52cm, dan dk=1.74±0.24cm). Sari
Umur simpan wornas paling disukai dibuat dengan
Ea
Parameter R2 (hari) perbandingan air : wortel = 4:1(v/w), gula :
(kal/mol)
5oC 30oC 45oC puree = 8:100(w/v), campuran asam 2.5g/4L
Total puree (asam sitrat : asam askorbat = 1:1), dan
Asam 0.736 7725.540 46 15 8
campuran penstabil 2.5 g/L puree (CMC :
Tertitrasi
6 341 Na-alginat = 1:1).
pH 0.868 73 29 17 Sari wornas yang dikemas dalam
298
2 849 kemasan cup PP 165 ml memiliki level
Vitamin C 0.975 38 25 20 penginaktifan mikroba pada proses
910
9 924 pasteurisasi adalah 5D pada suhu 75oC
Viskositas 0.966 170 39 18
042 selama minimum 12 menit, dengan wadah
pasteurisasi yang digunakan panci stainless
8
steel berukuran diameter 33 cm, tinggi 20 Poste, L.M., Mackie, D. A., Butler, G.,
cm, dan posisi cup sari wornas dapat Larmood, E. 1991. Laboratory
diletakkan secara acak. methods For Sensory Analysis of
Berdasarkan parameter vitamin C, Food Research Branch Agriculture
umur simpan sari wornas yang disimpan pada Canada Publication.
suhu 5oC adalah 38 hari, pada 30oC adalah 25 SNI 01-3719-1995. Minuman Sari Buah.
hari, dan pada 45oC hanya bertahan 20 hari. Dewan standar Nasional. Jakarta
Berdasarkan parameter viskositas, umur Wirakusumah, E. S. 1996. Juice Buah dan
simpan sari wornas yang disimpan pada suhu Sayur, Suatu Alternatif Pengganti Soft
5oC adalah 170 hari, pada 30oC adalah 39 Drink. Pangan (26) 49-53.
hari, dan pada 45oC hanya bertahan 18 hari.
DAFTAR PUSTAKA