Anda di halaman 1dari 9

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.

2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)


Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica/v12i2.4078

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan


Rumah Tangga Petani Di Kabupaten Klaten

Wahyu Adhi Saputro1*


Yuli Fidayani2
1),2) Program
Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Duta Bangsa Surakarta
*e-mail: wahyuadhi@udb.ac.id
Diterima: Juli 2020, Disetujui:September 2020, Dipublish: Oktober 2020

Abstrak
Pangan merupakan kebutuhan dasar dari manusia selain sandang dan papan. Pangan dibutuhkan
sebagai upaya kelangsungan hidup manusia. Terpenuhinya kebutuhan pangan dari berbagai segi
seperti keamanan, keterjangkauan dan aspek lain sering dikaitkan dengan ketahanan pangan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan
pangan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga petani yang ada di Kabupaten
Klaten dan sampel dari penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam desa mandiri pangan di
Kabupaten Klaten. Responden pada peneitian ini berjumlah 30 orang petani yang berasal dari desa
dengan program mandiri pangan serta desa yang memiliki klinik pertanian yaitu Desa Jambakan
dan Desa Karanglo. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Analisis
ketahanan pangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pangsa pengeluaran pangan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ada tiga variabel yang mempengaruhi ketahanan
pangan diantaranya adalah tingkat pendapatan, harga beras dan dummy pengetahuan gizi oleh ibu
rumah tangga. Terdapat pula empat variabel yang tidak mempengaruhi ketahanan pangan
diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, pendidikan ibu rumah tangga, harga minyak dan
harga tempe.
Kata kunci: pangan, ketahanan pangan, pengeluaran pangan

Abstract
Food is a basic human need besides clothing and shelter. Food is needed as an effort for human
survival. Fulfilling food needs from various aspects such as security, affordability and other aspects is
often associated with food security. The purpose of this study was to determine what factors affect
food security. The population of this study were all farmer households in Klaten Regency and the
sample of this study were farmers who are members of the independent food village in Klaten
Regency. Respondents in this study were 30 farmers who came from villages with independent food
programs and villages that had agricultural clinics, namely Jambakan Village and Karanglo Village.
This research uses multiple linear regression analysis method. Food security analysis in this study
uses a share of food expenditure approach. Based on the research results, it can be seen that there are
three variables that affect food security, including the level of income, rice price and dummy nutrition
knowledge by housewives. There are also four variables that do not affect food security, including the
number of family dependents, the education of housewives, the price of oil and the price of tempe.
Keywords: food, food security, food expenditure

PENDAHULUAN kelangsungan hidup. Pangan juga


Kebutuhan dasar manusia salah memiliki fungsi sebagai upaya
satunya dicukupi dari aspek pangan. pemulihan dan perbaikan jaringan tubuh
Pangan mengandung zat gizi yang yang rusak. Fungsi lain dari pangan
digunakan untuk mempertahankan untuk mengatur proses di dalam tubuh,

115
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

perkembangbiakan dan menjalankan yang tidak tahan pangan dikarenakan


aktivitas dalam kehidupan (Nasmiati, faktor kemiskinan. Rendahnya
Ginting, & Rahman, 2014). Setiap orang kepedulian masyarakat setempat
berhak memperoleh makanan yang ditambah dengan tidak ada kelembagaan
cukup dan layak disesuaikan dengan ketahanan pangan ditingkat masyarakat
kebutuhannya disamping itu ketahanan menyebabkan adanya tidak tahan
pangan adalah hak asasi manusia (HAM) pangan di tingkat rumah tangga tani
(Damayanti & Khoirudin, 2016). (Sumardilah & Rahmadi, 2015). Desa
Ketahanan pangan merupakan yang masih terdapat masalah ketahanan
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga pangan belum dikatakan mandiri. Hal
yang cukup baik dari segi jumlah, mutu, tersebut tercermin dari tidak adanya
keamanan pangan, merata dan peningkatan kesejahteraan dan
terjangkau (Badan Ketahanan Pangan pendapatan masyarakatnya. Terdapat
Kementan RI, 2013). Salah satu indikator beberapa upaya pemerintah dalam
yang menjadikan ketahanan pangan bagi menyelesaikan hal tersebut salah satu
rumah tangga tani yaitu pangsa antisipasi yang dilakukan dengan
pengeluaran pangan. Ratio antara mengadakan program Desa Mandiri
pengeluaran pangan dengan Pangan dengan tujuan aksi dalam
pengeluaran total rumah tangga pengurangan kondisi rawan pangan di
perbulan merupakan perhitungan dari pedesaan (Agustina Arida, Sofyan, 2015).
pangsa pengeluaran pangan (Mulyo, Namun perlu penyelesaian secara lebih
Sugiyarto, & Widada, 2016). serius dan berkelanjutan dalam hal
Permasalahan mengenai ketahanan ketahanan pangan baik dalam skala
pangan adalah masalah dasar dan harus kapita maupun nasional.
ditangani secara berkelanjutan. Omotesho et al (2010) melakukan
Peningkatan penduduk setiap tahunnya penelitian tentang Ketahanan Pangan
mempengaruhi ketahanan pangan. Hal dan Kemiskinan dari Rumah tangga
tersebut juga dikarenakan kapasitas pedesaan di Kwara State, Nigeria. Hasil
produksi pangan yang berada pada penelitian mengungkapkan bahwa 66%
levelling off. Kondisi demikian sampel rumah tangga jatuh di bawah
disebabkan pemanfaatan lahan intensif garis kemiskinan dan oleh karena itu bisa
dan berdampak pada kesuburan lahan dikatakan miskin. Pendapatan non-
yang menurun. Dorongan adanya alih pertanian merupakan penentu utama
fungsi lahan menjadi lahan non dari probabilitas sebuah rumah tangga
pertanian diduga berperan terhadap yang tidak miskin. Rumah tangga yang
ketersediaan pangan masyarakat memiliki sumber-sumbernon-pertanian
(Nurdiani & Widjojoko, 2016). pendapatan cenderung mudah keluar
Penurunan produksi pertanian dari kemiskinan daripada rumah tangga
disebabkan juga oleh pengaruh iklim yang tidak memiliki sumber penghasilan
(Hapsari & Rudiarto, 2017). Jika lain di luar pertanian.
membandingkan skala rumah tangga

116
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

Rerata total kecukupan kalori (kkal) tersebut dikarenakan lebih cepat dan
Kabupaten Klaten pada tahun 2016 sederhana dan bisa menjawab tujuan
sebesar 1.951 kkal. Kecukupan kalori penelitian. Penelitian ini merupakan
terbesar adalah beras sebanyak 788,28 penelitian dengan metode deskriptif
kkal atau sebesar 40,39% (Astanto, analitik. Populasi dalam penelitian ini
2016). Tingkat konsumsi pangan adalah semua petani yang ada di
tersebut juga masih menunjukkan Kabupaten Klaten. Sementara itu sampel
dominasi dari konsumsi padi-padian dalam penelitian ini adalah petani pada
terutama beras kemudian diikuti desa yang mengikuti program desa
konsumsi panga hewani dan kacang- mandiri pangan. Data yang digunakan
kacangan. Data yang ada dalam penelitian ini meliputi data primer
mengungkapkan bahwa wilayah dan data sekunder. Data primer
Kabupaten Klaten masih memiliki nilai merupakan data yang dikumpulkan
terendah terhadap asupan kalori dan secara langsung dari hasil wawancara
konsumsi energi. Jika ditinjau dari nilai kepada petani menggunakan kuesioner
reratanya AKE di Kabupaten Klaten yang telah disusun sedemikian rupa.
sudah cukup mendekati batas minimum Responden yang digunakan dalam
namun hal tersebut bukan gambaran penelitian ini berjumlah 30 orang yang
keadaan konsumsi pangan di tingkat berasal dari desa mandiri pangan dan
rumah tangga khususnya rumah tangga desa yang memiliki klinik pertanian yaitu
tani (Amaliyah, H. , Mulya, 2011). Desa Jambakan dan Desa Karanglo. Data
Kabupaten Klaten merupakan salah satu sekunder merupakan data yang berasal
daerah penyangga dengan luas panen dari dinas terkait serta jurnal-jurnal dan
padi sawah seluas 65.629 Ha, dengan buku yang relevan.
produksi sebanyak 359,474 ton pada Pangsa pengeluaran pangan ialah
tahun 2014. Kabupaten Klaten memiliki persentase pengeluaran pangan rumah
lahan pertanian untuk penggunaan lahan tangga terhadap pengeluaran total
sawah 33.220 Ha atau sekitar 50,6% dari rumah tangga. Cara menghitung pangsa
total luas wilayah Kabupaten Klaten pengeluaran pangan rumah tangga,
(BPS, 2014). Berdasarkan uraian digunakan persamaan sebagai berikut
tersebut maka penelitian ini bertujuan (Mulyo et al., 2016):
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja PPP = PP/TP x 100% ………….1)
yang mempengaruhi ketahanan pangan
Keterangan :
di Kabupaten Klaten.
PPP : Pangsa Pengeluaran Pangan (%)
METODE PENELITIAN PP : Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Penelitian yang dilakukan (Rp/tahun)
merupakan rancangan penelitian cross TP : Total Pengeluaran Rumah Tangga
sectional. Hal ini dikarenakan dalam (Rp/tahun).
mengukur variabel independen dan Persentase yang dihasilkan dari
variabel dependen dilakukan dalam perhitungan tersebut kemudian dapat
waktu yang sama. Pemilihan rancangan

117
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

dikategorikan dengan ketentuan sebagai X2 = Tingkat pendapatan


berikut : (Rp/bulan)
a. Pangsa Pengeluaran Pangan < 60% X3 = Pendidikan ibu rumah
tangga (tahun)
dari total pengeluaran merupakan
X4 = Harga beras (Rp/kg)
rumah tangga tahan pangan. =
X5 Harga minyak (Rp/L)
b. Pangsa Pengeluaran Pangan ≥ 60% X6 = Harga tempe (Rp/bungkus)
dari total pengeluaran merupakan X7 = Dummy pengetahuan gizi
rumah tangga tidak tahan pangan. oleh ibu rumah tangga
Penelitian ini menggunakan variabel 1=Tahu mengenai gizi
dependen yaitu pangsa pengeluaran makanan
0=Tidak tahu mengenai gizi
pangan. Perhitungan mengenai pangsa
makanan
pengeluaran pangan dapat dicari dengan
membagi pengeluaran pangan terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
pengeluaran total rumah tangga petani. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah
Hasil dari pangsa pengeluaran tersebut Tangga Petani
dapat dijadikan sebagai acuan dari Pengeluaran pangan dan non pangan
tingkat ketahanan pangan rumah tangga. merupakan pengeluaran masyarakat
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga secara umum. Analisis kesejahteraan
petani dapat diukur tidak hanya masyarakat sebenarnya bisa dilihat dari
menggunakan pangsa pengeluaran variabel pengeluaran pangan yang dibagi
pangan saja namun bisa juga dengan pengeluaran total. Persentase
menggunakan indikator silang antara mengenai pengeluaran pangan rumah
pangsa pengeluaran pangan dan tangga petani dibagi dengan pengeluaran
kecukupan energi rumah tangga tani total rumah tangga identic dengan
(Putri, Murniati, & Adawiyah, 2019). pangsa pengeluaran pangan. Rendahnya
Namun hal tersebut tidak dilakukan pangsa pengeluaran pangan berarti
dalam penelitian ini karena keterbatasan semakin membaik kesejahteraan
penelitian. Berikut ini adalah model masyarakat. Hal ini diasumsikan karena
regresi yang dilakukan dalam penelitian masyarakat sudah bisa membeli
ini: pengeluaran lain selain pangan dengan
Y = α0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6 artian non pangan lebih besar dari
X6+ β7X7+ e ………..2) pengeluaran pangannya. Terdapat
Keterangan : hubungan terbalik antara pangsa
Y = Pangsa pengeluaran pangan pengeluaran pangan dengan ketahanan
rumah tangga petani (%) pangan. Menurunnya pangsa
α0 = Intersept
pengeluaran pangan justru ketahanan
β1- β7 = koefisien regresi
(parameter yang ditaksir) pangan meningkat begitu juga
e = error term (residual) sebaliknya. Perhitungan mengenai
X1 = Jumlah tanggungan pangsa pengeluaran pangan rumah
keluarga (orang) tangga petani yang ada di Kabupaten

118
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

Klaten dapat dijabarkan dengan perhitungan maka dapat diketahui rerata


perhitungan matematis sebagai berikut: pangsa pengeluaran pangan di
11.277.075
Kabupaten Klaten adalah 54,03%. Nilai
PPP = x 100% = 54,03% tersebut menunjukkan bahwa
20.869.275

Rumah tangga dapat dikatakan persentase tersebut lebih kecil dari 60%
tahan pangan jika nilai pangsa sehingga dapat dikategorikan bahwa
pengeluaran pangannya (PPP) kurang rumah tangga petani di Kabupaten
dari 60% namun jika nilai pangsa Klaten berada pada kategori tahan
pengeluaran pangannya lebih dari 60% pangan. Distribusi rumah tangga tani
maka rumah tangga dikatakan tidak berdasarkan pangsa pengeluaran
tahan pangan. Jika dilihat dari pangan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Pangsa Pengeluaran Pangan (PPP) Rumah Tangga Tani di Kabupaten
Klaten Tahun 2020.
Rumah Tangga Tani
Pangsa Pengeluaran Pangan
Jumlah Persentase (%)
>Rerata (54,03%) 12 40
≤Rerata (54,03%) 18 60
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (2020)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui Susanti (2015) yang menyatakan bahwa
terdapat 18 (60%) rumah tangga petani masih terdapat rumah tangga yang
di Kabupaten klaten yang memiliki nilai memiliki pangsa pengeluaran pangan
pangsa pengeluaran pangan di bawah yang besar dikarenakan rumah tangga
rerata sedangkan sisanya sebanyak 12 tersebut kebutuhan pangannya lebih
rumah tangga petani atau sebesar 40% besar dari pada pengeluaran lainnya.
memiliki nilai pangsa pengeluaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
pangan di atas nilai rerata. Hal itu Ketahanan Pangan
menununjukkan bahwa sebenarnya Data yang sudah lolos dari uji
sebagian besar rumah tangga petani normalitas dan uji asumsi klasi maka
memiliki pangsa pengeluaran yang dapat dilanjutkan dengan analisis regresi
rendah dan kurang dari 60%. Rumah linear sederhana. Analisis ini digunakan
tangga petani dengan nilai pangsa untuk mengukur dan mengetahui
pengeluaran pangan besar maka identik pengaruh dari variabel independen apa
dengan nilai ketahanan pangan rumah saja terhadap variabel dependennya.
tangga yang rendah. Pengeluaran antara Dalam regresi linear berganda maka
pangan dan non pangan milik rumah digunakan variabel independen lebih
tangga petani harusnya lebih besar dari satu. Hasil analisis faktor-faktor
pengeluaran non pangan sehingga nilai yang mempengaruhi ketahanan pangan
pangsa pangannya akan membaik. Hal tingkat rumah tangga tani dapat dilihat
tersebut senada dengan penelitian pada tabel 2 berikut ini.

119
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

Tabel 2. Hasil Analisis Linier Berganda Y = -13,8792 + 0,0012X1 -1,4906X2 + 0,008X3


Faktor-faktor yang + 0,0253X4 + 0,3805X5 - 1,8605X6 +
Mempengaruhi Ketahanan 2,5986X7+ µ
Pangan Tingkat Rumah Tangga
Koefisien Determinasi
Tani di Kabupaten Klaten
Koefisien t-hit Sig. Nilai adjusted 𝑅2 memiliki range nilai
Var. dimulai dari angka 0 hingga 1. Apabila
C -13.8792 -1.4086 0.1649 hasil tersebut dekat dengan angka 1 maka
X1 0.0012 ns 1.7205 0.0913
model dapat dikatakan semakin baik. Nilai
X2 -1.4906* -2.4285 0.0187
adjusted 𝑅2 dapat dilihat pada tabel 3
X3 0.008ns 0.1904 0.8497
X4 0.0253* 2.1054 0.0401 dengan nilai sebesar 0,4837 atau 48,37%.
X5 0.3805 ns 0.9787 0.3322 Dengan demikian dapat disimpulkan
X6 -1.8605 ns -0.8038 0.9362 bahwa 48,37 persen dari variasi variabel
X7 2.5968* 3.1478 0.0027 dependen dapat dijelaskan oleh variabel
Adjusted R² 0.4837 independennya. Dalam penelitian ini
F hitung 2.4684
variabel dependennya yaitu pangsa
F sig. 0.0289
Sumber: Analisis Data Primer (2020)
pengeluaran pangan dan variabel
indepedennya ada tujuh variabel meliputi
Tabel 2 menunjukan hasil analisis jumlah tanggungan keluarga, tingkat
regresi linear berganda faktor-faktor yang pendapatan, pendidikan ibu, harga beras,
mempengaruhi ketahanan pangan. harga minyak, harga tempe dan dummy
Variabel dependen yang digunakan dalam variabel pengetahuan gizi. Sisa dari nilai
penelitian ini adalah pangsa pengeluaran adjusted 𝑅2 sebesar 51,63 persen
pangan. Variabel independen merupakan dijelaskan oleh variabel lain di luar model
variabel yang diduga merupakan faktor yang diteliti.
yang berpengaruh terhadap pangsa Uji-F
pengeluaran pangan seperti jumlah Setelah dilakukan uji koefisien
tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, determinasi maka uji lanjutan yang akan
pendidikan ibu, harga beras, harga minyak, dilakukan adalah uji-F. Pengujian ini
harga tempe dan dummy variabel diperuntukkan melihat pengaruh
pengetahuan gizi. Pangsa pengeluaran variabel independen secara simultan
pangan memiliki hubungan yang terhadap variabel dependennya. Uji-F
berlawanan dengan ketahanan pangan. dapat dilihat pada tabel 3 melalui nilai
Artinya semakin menurun pangsa signifikansi F. nilai signifikansi F
pengeluaran pangan menunjukan menunjukkan nilai 0,0289 atau nilainya
ketahanan pangan yang semakin lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut dapat
meningkat, begitu juga sebaliknya. diartikan bahwa variabel independen
Persamaan regresi linear berganda faktor- yaitu jumlah tanggungan keluarga,
faktor yang mempengaruhi ketahanan tingkat pendapatan, pendidikan ibu,
pangan rumah tangga petani di Kabupaten harga beras, harga minyak, harga tempe
Klaten sebagai berikut : dan dummy variabel pengetahuan gizi
secara simultan/ bersama-sama

120
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

mempengaruhi pangsa pengeluaran pokok maka akan berpengaruh terhadap


pangan. pengeluaran pangan rumah tangga. Hal ini
Uji-t sesuai dengan penelitian Mukhson dkk
Berdasarkan tabel 3 variabel (2017) yang menyatakan bahwa harga
pendapatan memiliki nilai signifikansi bahan pangan pokok seperti beras yang
sebesar 0,01 lebih kecil dari α = 5%, baik maka akan menaikan pangsa
sehingga pendapatan secara individu pengeluaran pangan dengan begitu dapat
berpengaruh terhadap pangsa dikatakan bahwa tingginya harga bahan
pengeluaran pangan pada tingkat pokok akan mempengaruhi tingginya
kepercayaan 95%. Hal tersebut sesuai pengeluaran pangan yang akan
dengan penelitian yang dilakukan oleh mempengaruhi juga tingkat ketahanan
Sianipar et al, (2012) bahwa pendapatan pangan. Hal tersebut juga didasari bahwa
berpengaruh terhadap ketahanan sebagian besar masyarakat masih
pangan. Jika melihat dari nilai koefisien mengandalkan beras sebagai makanan
regresi dari variabel pendapatan sebesar pokok/utama. Dengan begitu petani akan
-1,49 maka dapat dikatakan bahwa mengeluarkan uang yang lebih jika harga
kenaikan pendapatan sebesar 1 satuan beras naik. Harga beras setiap waktu ke
maka akan menurunkan nilai pangsa waktu terus mengalami perubahan dan
pengeluaran pangan sebesar 1,49 satuan. terdapat kenaikan harga disetiap
Hal tersebut dikarenakan seorang yang tahunnya padahal harga beras adalah
memiliki pendapatan tinggi biasanya instrument penting dalam stabilitas
mengalokasikan pengeluaran pangannya pasokan beras yang berujung pada
relatif tetap dan justru memperbaiki peningkatan ketahanan pangan (Suryana,
kualitas makan serta mengalokasikan Rachman, & Hartono, 2014).
dana yang lebih ke sektor non pangan. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai signifikansi dari variabel
bahwa ada perbandingan terbalik antara dummy pengetahuan gizi ibu rumah
pangsa pengeluaran pangan dengan tangga adalah 0,0027 sehingga nilai
tingkat pendapatan. tersebut kurang dari 0,05. Nilai tersebut
Variabel harga beras memiliki nilai mengindikasikan adanya pengaruh
signifikansi sebesar 0,04 lebih kecil dari α variabel dummy pengetahuan gizi ibu
= 5%, sehingga harga beras secara rumah tangga terhadap pangsa
individu berpengaruh terhadap pangsa pengeluaran pangan. Jika dilihat dari nilai
pengeluaran pangan pada tingkat koefisien regresi sebesar 2,5968 maka
kepercayaan 95%. Jika melihat dari nilai dapat dikatakan bahwa terdapat
koefisien regresi dari variabel harga beras perbedaan pangsa pengeluaran antara
sebesar 0,02 maka dapat dikatakan bahwa rumah tangga yang memiliki ibu rumah
kenaikan harga beras sebesar 1 satuan tangga dengan pengetahuan gizi jika
maka akan menaikkan nilai pangsa dibandingkan dengan keluarga yang ibu
pengeluaran pangan sebesar 0,02 satuan. rumah tangganya tidak tahu mengenai
Semakin tinggi harga dari bahan pangan gizi makanan. Hal ini senada dengan

121
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

penelitian yang menyatakan bahwa ibu terdapat tiga variabel independen yang
dengan pengetahun gizi yang baik akan berpengaruh secara parsial terhadap
lebih cermat dalam memilih makanan variabel pangsa pengeluaran pangan.
dengan pertimbangan nilai gizi dan Variabel tersebut adalah variabel tingkat
kebutuhan gizi rumah tangga (Amaliyah, pendapatan, harga beras dan dummy
H. , Mulya, 2011). Kondisi demikian pengetahuan gizi oleh ibu rumah tangga.
menyebabkan rumah tangga tersebut Sementara itu terdapat empat variabel
lebih sejahtera dengan pangsa independen yang tidak berpengaruh
pengeluaran pangan lebih teratur. Tingkat secara parsial terhadap pangsa
pola konsumsi pangan yang sudah baik pengeluaran pangan. Keempat variabel
perlu dijaga dan dipertahankan dengan tersebut adalah jumlah anggota keluarga,
mempertahankan pemenuhan gizi. Upaya tingkat pendidikan ibu rumah tangga,
tersebut bisa juga dilakukan dengan harga minyak dan harga tempe.
penyuluhan pada ibu-ibu PKK atau ibu Sebaiknya rumah tangga petani dapat
petani di desa yang merupakan orang meningkatkan sisi pendapatan dari
yang menyediakan pangan bagi anggota sektor usahatani maupun luar usahatani
keluarganya dengan begitu ketahanan karena hal tersebut berdampak pada
pangan pada rumah tangga petani dapat ketahana pangan rumah tangga tani.
terjaga (Sugiarto, Ugih; Karyani, Tuti; Sebaiknya petani juga melakukan variasi
Rochdiani, 2018). pangan yang beranekaragam. Hal
Terdapat beberapa variabel tersebut dikarenakan agar petani tidak
independen yang tidak berpengaruh yaitu terlalu bergantung pada komsumsi satu
pendidikan ibu rumah tangga, harga jenis makanan pokok yaitu beras.
minyak, dan harga tempe. Hal tersebut
dikarenakan nilai signifikansi dari masing UCAPAN TERIMAKASIH
masing variabel independen tersebut Ucapan terima kasih diberikan
bernilai lebih dari 0,05. Nilai signifikansi kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
dari variabel pendiidkan ibu rumah tingga Masyarakat, Deputi Bidang Penguatan
adalah 0,8497 sedangkan Nilai Riset dan Pengembangan, Kementerian
signifikansi dari variabel harga minyak Riset, Teknologi, Badan Riset dan Inovasi
adalah 0,3322 . Nilai signifikansi dari Nasional Republik Indonesia yang telah
variabel harga tempe adalah 0,9362. memberikan dana penelitian dosen
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemula. Tidak lupa Ucapan terima kasih
variabel pendidikan ibu rumah tangga, juga diberikan kepada LPPM Universitas
harga minyak, dan harga tempe tidak Duta Bangsa Surakarta yang telah
berpengaruh terhadap pangsa memberikan izin penelitian.
pengeluaran pangan. DAFTAR PUSTAKA
Agustina Arida, Sofyan, K. F. (2015). Analisis
SIMPULAN Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan penelitian yang telah Berdasarkan Proporsi Pengeluaran
Pangan Dan Konsumsi Energi (Studi
dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
Kasus Pada Rumah Tangga Petani

122
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v13i1.3105.g2501

Peserta Program Desa Mandiri Pangan Kaitannya Dengan Ketahanan Pangan di


Di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Besar). 16(1), 20–34. Agribisnis Sumatera Utara, 7(1).
https://doi.org/10.24815/agrisep.v16i Nurdiani, U., & Widjojoko, T. (2016). Faktor-
1.3028 Faktor Yang Mempengaruhi Kethanan
Amaliyah, H. , Mulya, S. . (2011). Analisis Pangan Rumah Tangga Miskin di
Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Wilayah Perkotaan Kabupaten
Konsumsi Pangan Dengan Ketahanan Banyumas. Agrin, 20(2), 169–178.
Pangan Rumah Tangga Petani Padi di https://doi.org/1410-0029
Kabupaten Klaten. SEPA, 7(2), 110–118. Omotesho M.O. Adewumi, K. S. F. (2010).
Astanto, D. N. (2016). Ketahanan Pangan Food Security and Poverty of the Rural
Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Households in Kwara State, Nigeria.
Wedi Kabupaten Klaten. Universitas Libyan Agriculture Research Center
Gadjah Mada. Journal International, 1(1), 56–59.
Badan Ketahanan Pangan Kementan RI. Putri, K., Murniati, K., & Adawiyah, R. (2019).
(2013). Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pola Konsumsi Dan Tingkat Ketahanan
Kewaspadaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Pangan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu
BKP Kementan RI. Di Kecamatan Terusan Nunyai
BPS. (2014). Statistik Kabupaten Klaten. Kabupaten Lampung Tengah. Online
Damayanti, V. L., & Khoirudin, R. (2016). Fakultas Pertanian Unila, 7(3), 391–396.
Analisis Faktor - Faktor Yang Retrieved from
Mempengaruhi Ketahanan Pangan http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JI
Rumah Tangga Petani (Studi Kasus : A/article/view/3778
Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul). Sianipar, J. E., Hartono, S., & Hutapea, R. T. P.
Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, (2012). Di Kabupaten Manokwari.
17(2). Analisis Ketahanan Pangan Rumah
https://doi.org/10.18196/jesp.17.2.37 Tangga Tani Di Kabupaten Manokwari,
35 8(2), 68–74.
Hapsari, N. I., & Rudiarto, I. (2017). Faktor- Sugiarto, Ugih; Karyani, Tuti; Rochdiani, D.
Faktor yang Mempengaruhi Kerawanan (2018). Faktor-faktor yang
dan Ketahanan Pangan dan Implikasi mempengaruhi pangsa pengeluaran
Kebijakannya di Kabupaten Rembang. pangan rumah tangga petani padi-sapi
Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 5(2), di kecamatan pangkalan kabupaten
125. karawang. Agribisnis Dan Sosial
https://doi.org/10.14710/jwl.5.2.125- Ekonomi Pertanian UNPAD, 3(2528).
140 Sumardilah, D. S., & Rahmadi, A. (2015).
M. A. Rachmah, Mukson, S. M. (2017). Analisis Faktor-faktor yang berhubungan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dengan ketahanan pangan rumah
Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah tangga. Jurnal Keperawatan, 11(2), 270–
Tangga Petani Di Kecamatan Suruh 278.
Kabupaten Semarang. Jurnal Unimus, Suryana, A., Rachman, B., & Hartono, D.
1(3), 17–27. (2014). KETAHANAN PANGAN
Mulyo, J. H., Sugiyarto, S., & Widada, A. W. NASIONAL Dynamics of Rice Price
(2016). Ketahanan Dan Kemandirian Policy in Support of National Food
Pangan Rumah Tangga Tani Daerah Security. Pengembangan Inovasi
Marginal Di Kabupaten Bojonegoro. Pertanian, 7, 155–168.
Agro Ekonomi, 26(2), 121. Susanti, E., Fauzi, T., & Taufiqurrahman.
https://doi.org/10.22146/agroekonom (2015). Analisis Ketahanan Pangan
i.17265 Rumah Tangga Petani di Desa Ulee Lhat
Nasmiati, C., Ginting, R., & Rahman, A. (2014). Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh
Analisis Produksi dan Ketersediaan Besar. Bisnis Tani, 1(1), 11–23.
Serta Kebutuhan Kedelai Dalam

123

Anda mungkin juga menyukai