Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PROYEK AKHIR

PENGUKURAN PASANG SURUT AIR LAUT PESISIR MUARA


PELAWANGAN KEC. PUGER, KAB. JEMBER

Oleh

NOVEL JOKO TRI LAKSONO

NIM. 171903103028

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Jember kususnya di desa Puger Kulon Kec. Puger merupakan
salah satu sentra produksi perikanan tangkap yang cukup tinggi di Jawa Timur.
Menurut pihak Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disperikel) Kab. Jember, potensi
produk lestari nelayan puger sebanyak 40.000 ton per tahun yang terdiri dari ikan pelagis
sebanyak 36.230 ton per tahun dan ikan demersal 3770 ton per tahun. Namun, potensi
tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Potensi perikanan tangkap dikabupaten
jember baru terlaksana sekitar 22,5 %. Belum maksimalnya tangkapan nelayan setempat
salah satunya disebabkan oleh infrastruktur yang belum memadai.

Perairan pesisir muara pelawangan puger menjadi bagian penting dalam akses
transportasi pelabuhan dan tempat pelelangan puger menuju laut selatan maupun sebaliknya.
Pergerakan kapal masuk ataupun keluar dari pelabuhan menuju laut sangat bergantung pada
kondisi pasang surut air laut di pesisir muara pelawangan puger tersebut. Kondisi pasang
merupakan kondisi yang dibutuhkan oleh kapal untuk bergerak agar terhindar dari kandas
sehingga berpotensi mengalami kecelakaan. Salah satu faktor kecelakaan kapal yang terjadi
di desa Puger adalah tabarakan kapal yang berebutan masuk ataupun keluar dari pelabuhan
menuju laut lepas. Kondisi tersebut karena kurangnya informasi mengenai prediksi waktu
pasang dan surut air laut di daerah tersebut.

Maka dari itu dilakukan penelitian ilmiah mengenai prediksi pasang dan surut air
laut di pesisir muara pelawangan desa Puger Kulon, Kec. Puger, Kab Jember. Penelitian ini
diharapkan dapat menekan angka kecelakaan pada nelayan yang berdampak pada
meningkatnya produktifitas ikan tangkap di Kab. Jember. Hasil data pemodelan pasang surut
air laut tersebut juga dapat berguna untuk perencanaan bangunan air di daerah tersebut.

Prediksi pasang surut air laut di pesisir muara pelawangan desa Puger tersebut
berdasarkan data pasang surut yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan selama
minimal 15 hari. Setelah data terkumpul, selanjutnya akan dilakukan pemodel prediksi
pasang surut air laut menggunakan metode admiralty untuk desa Puger Kulon, Kec. Puger,
Kab. Jember.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ilmiah ini adalah bagaimana grafik
ramalan pasang surut air laut di pesisir muara pelawangan desa Puger Kulon, Kec.
Puger, Kab. Jember menggunakan metode admiralty ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ramalan pasang surut air
laut pesisir muara pelawangan desa Puger Kulon, Kec. Puger, Kab Jember dalam
bentuk grafik.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penelitian pasang surut air laut ini adalah
sebagai berikut :

1. Sebagai informasi waktu pasang dan surut bagi nelayan desa Puger Kulon.
2. Sebagai data primer untuk pembangunan bangunan air di daerah tersebut.

1.5 Batasan Masalah


Batasan-batasan dari penelitian dibawah ini untuk menghindari terjadinya
perluasan permasalahan. Adapun batasan permasalahannya sebagai berikut :

1. Wilayah penelitian ini adalah pesisir muara pelawangan desa Puger Kulon, Kec.
Puger, Kab. Jember.
2. Metode analisa data pasang surut menggunakan metode admiralty.
3. Hasil akhir dari penelitian ini berupa grafik ramalan pasang surut air laut.

2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pasang Surut

2.2.1 Pengertian Pasang Surut


Pasang surut air laut merupakan fenomena alam dimana permukaan air laut
mengalami naik dan turun secara teratur secara berulang-ulang sehingga
menyebabkan pergerakan partikel massa air dari permukaan sampai ke dasar laut.
Menurut Poerbandono, pasang surut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan
air laut secara periodic (dalam kurun waktu tertentu) yang dipengaruhi oleh gravitasi
bulan dan matahari terhadap bumi. Dan untuk pengaruh benda-benda langit lainnya
diabaikan karena jaraknya yang jauh dan ukurannya yang lebih kecil (Poerbandono
dan Djunarsjah, 2005).

Pengamatan pasang surut air laut dilakukan untuk memperoleh tinggi nol
dari permukaan air laut yang nantinya kedalaman suatu titik di dasar perairan atau
ketinggian titik di pantai mengacu pada permukaan laut yang biasa disebut sebagai
datum vertikal. Pengamatan pasang surut dapat dilakukan dengan membaca tinggi
muka air menggunakan alat palem pasut yang dibaca setiap jam atau hari secara
konvensional (langsung) ataupun menggunakan sensor.

2.2.2 Gaya Pembangkit Pasang Surut


Gravitasi bulan menjadi faktor utama pembangkit pasut. Walaupun matahari
mempunyai massa yang jauh lebih besar daripada massa yang dimiliki oleh bulan,
namun dikarenakan bulan yang mempunyai jarak jauh lebih dekat ke bumi dibanding
dengan jarak matahari ke bumi, maka dari itu matahari hanya memberikan pengaruh
yang kecil terhadap pembangkit pasut di bumi. Menurut (Heiskanen and Moritz,
1967). Berikut adalah teori gravitasi yang dapat menjelaskan tentang gaya
pembangkit pasang surut.

(2.1)

3
Dimana, F = Gaya tarik menarik antara dua benda (N).

m1 = Massa benda satu (Kg).

m2 = Massa benda dua (Kg).

r = Jarak antar pusat benda satu dan benda dua (Km).

G = Konstanta gravitasi (6,67 x 10⁻ˡˡ Nm²/ Kg).

Rumus diatas menjelaskan bahwa dua benda akan menimbulkan suatu gaya
tarik menarik yang besarnya sebanding dengan perkalian massa benda dan
berbanding dengan kuadrat jaraknya. Saat kedudukan matahari tegak lurus dengan
sumbu bumi-bulan, terjadi pasut minimum pada titik di permukaan bumi yang tegak
lurus dengan sumbu bumibulan, maka saat tersebut dinamakan neap. Jika fenomena
tersebut terjadi diperempat bulan awal dan perempat bulan akhir, fenomena tersebut
dinamakan neap tide atau pasut mati (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005).

2.2.3 Tipe Pasang Surut


Setiap daerah memiliki tipe pasang surut yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan respon setiap daerah berbeda pada gaya pembangkit pasang surutnya.
Tipe pasang surut dapat ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surutyang terjadi
tiap harinya. Penggolongan tipe pasang surut berdasarkan pernyataan diatas adalah
sebagai berikut :

1. Tipe Pasang Surut Harian Tunggal (diurnal tidas).


Tipe pasang surut harian tunggal merupakan kondisi perairan yang mengalami satu
kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari.
2. Tipe Pasang Surut Harian Ganda (semi diurnal tides).
Tipe pasang surut harian ganda merupakan kondisi perairan yang mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut dalam kurun waktu satu hari.
3. Tipe Pasang Surut Campuran (mixed).

4
Tipe pasang surut campuran merupakan kondisi perpaduan antara (diurnal tidas)
dan (semi diurnal tides). Namun pada tipe pasang surut campuran ini dibagi lagi
menjadi dua kondisi yakni pasang surut dominan tunggal dan pasang surut
dominan campuran.

2.2.4 Konstanta Harmonik

2.2.5 Metode Pegamatan Pasang Surut

2.2.6 Metode Admiralty

2.2 Elevasi Muka Air Laut

2.3 Palem Pasut

5
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui ramalan pasang surut air laut
da pesisir muara pelawangan di desa Puger Kulon, Kec. Puger, Kab. Jember. Hasil
dari penelitian ini diharapkan memberikan solusi berupa informasi waktu dan
ketinggian air di pesisir muara pelawangan tersebut guna upaya peningkatan produksi
tangkap ikan laut dan upaya menekan angka kecelakaan kapal nelayan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian


Penelitian pasang surut air laut ini dilakukan di pesisir muara Pelawangan di
desa Puger Kulon, Kec. Puger, Kab Jember. Akses menuju lokasi penelitian adalah
masuk wisata pantai Pance Puger.

: Merupakan lokasi pengamatan.

6
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi tiga waktu dimana waktu pertama
merupakan survey lokasi selama satu hari pada tanggal 11 september 2019, kemudian
waktu kedua berupa pembuatan alat ukur dan pemasngannya (palem pasut) pada
tanggal 24 september sampai 30 september 2019 dan waktu ketiga yaitu pengamatan
secara intensif selama 20 hari pada tanggal 1 oktober sampai 20 oktober 2019.

3.3 Metode Penelitian


Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, dipilih metode pemilihan deskriptif
kuantitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif merupakan metode perhitungan
dan penjabaran hasil dari pengolahan data lapangan dari lokasi yang ditinjau. Studi
literature atau kepustakaan dengan mengutip dari buku, berita, jurnal, dan survey
lapangan dengan observasi langsung ke lokasi yang akan di tinjau sangat dibutuhkan
guna mendukung proses pengolahan data.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pengolahan data dalam persiapan penyusunan tugas akhir
ini memerlukan berbagai data-data yang nantinya akan diolah secara bertahap.
Tahapan persiapan terebut memiliki kegiatan berikut ini :

1) Studi pustaka terhadap materi dan objek untuk menentukan garis besar
dari penelitian yang diangkat.
2) Menentukan dan mengidentifikasi data-data yang diperlukan untuk
penelitian ini.
3) Menentukan instansi terkait yang dapat dijadikan narasumber dalam
mengumpulkan data dan perizinan.
4) Membuat surat izin untuk penelitian.
5) Survey lapangan dengan meninjau lapangan untuk mendapatkan titik
yang tepat.

7
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data untuk mendukung Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1) Studi Literatur
Studi literature didapatkan dengan mengumpulkan data-data dari berbagai
sumber buku, dokumen laporan, berita, jurnal, riset dan pedoman-pedoman serta
refrensi bacaan yang relevan.
2) Metode Observasi

Metode observasi merupakan metode dimana berisi data pengamatan secara langsung
dilapangan selama 20 hari.

3.5 Teknik Analisis Data


Secra garis besar teknik analisis data dalam penelitian ini seperti pada
diagram alir berikut :

8
Identifikasi Masalah

Studi Literatur yang


Digunakan

Survay Lokasi

Pembuatan dan Pemasangan


Alat di Lapangan

Pengumpulan Data di
Lapangan

Analisa Hasil

Pembuatan Laporan

3.6 Diagram Alir Penelitian (Flowchart)

9
10

Anda mungkin juga menyukai