I. PENDAHULUAN
kesadaran akan keterbatasan sumber energi. Hal ini berkaitan dengan jumlah
penduduk yang terus meningkat serta penggunaan sumber energi yang didominasi
oleh energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil yaitu sebesar 83% dan akan
terus meningkat. Eksplorasi dan pemakaian energi ini tidak hanya berdampak
pada krisis energi, tetapi berdampak pada krisis lingkungan hidup (Purba et al.
2010).
Pencarian sumber energi alternatif mutlak diperlukan menopang
kecepatan arah arus yang tetap dan alih teknologi yang sesuai dan murah (Purba
et al., 2010). Sumber energi alternatif yang bisa dikembangkan saat ini adalah
energi arus laut dari samudera. Selain ramah lingkungan, energi ini juga
terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan air laut 830 kali lipat densitas udara
sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil
sempit diantara dua gugusan pulau, serta penduduknya mayoritas hidup dari hasil
laut yang memerlukan energi. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu Selat Panaitan
yang terletak diantara Pulau Panaitan dengan Pulau Jawa yang merupakan
berdasarkan data sekunder dari peta bathimetri regional, peta laut, dan data angin
regional.
2
optimal. Namun pengukuran arus tidak dapat dilakukan pada semua lokasi di
pengukuran juga terbatas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melihat fluktuasi
potensi arus pasang surut yang terjadi untuk pembangkit listrik. Hal ini
survei dalam suatu kajian analisis potensi energi arus pasang surut.
Karena hal tersebut perpaduan dalam pengkajian pola arus laut dengan
perhitungan potensi energi arus pasang surut sebagai pembangkit listrik di Selat
ini, yaitu pola arus sebagai energi penggerak turbin (kinetik) serta indikasi besaran
energi listrik yang dihasilkan dari konversi, kedua adalah pasang surut pada
daerah perairan Selat Panaitan yang menjadi pemompa besaran arus laut.
Kondisi arus yang dibangkitkan pasang surut akan menjadi arus sebagai
energi kinetik yang menggerakan blade pada turbin, lalu pergerakan ini akan
membuat generator turbin bekerja dan terciptalah arus listrik. Kondisi pasang
perbaikan maupun pemadaman bergilir akibat pasokan listrik yang kurang. Salah
satu solusi permasalahan enregi adalah dengan mengadakan studi pola arus dan
3
potensi energi dari arus laut. Pembatasan masalah penelitian ini adalah
mengetahui pola arus pasang surut yang ada di perairan Selat Panaitan dan
menghitung potensi energi yang dapat dihasilkan dari kecepatan arus pasang surut
di perairan tersebut. Arus yang terjadi disekitar perairan Selat Panaitan secara
dominan dipengaruhi oleh pasang surut. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Poerbandono dan Djunasjah (2005) yang menyatakan bahwa arus pasang surut
terjadi di wilayah teluk, perairan dangkal, kanal-kanal pasang surut dan muara
sungai.
Data kecepatan arus diambil dengan menggunakan 2-D Current Meter
Infinity EM. Data yang diperoleh berupa kecepatan total dan kecepatan arah x dan
y pada titik lokasi pengambilan data yang kemudian diolah untuk mengetahui
pergerakan arus pada saat pasang, surut, serta pada pergerakan elevasi muka air
baik pada saat pasang dan surut. Kemudian dicari area yang paling berpotensi
untuk dijadikan energi dari arus laut. Area ini akan menjadi rekomendasi untuk
untuk mengetahui pola sirkulasi dan kecepatan arus pasang surut, serta
mengetahui besarnya potensi energi yang dapat dikonversikan dari nilai kecepatan
arus.
4
mengetahui tipe pasang surut serta memastikan jenis arus pasang surut atau arus
pengembangan energi listrik dari arus pasang surut. Dengan demikian energi yang
Panaitan, terletak di antara Pulau Panaitan dan Pulau Jawa dengan koordinat 105
14' 7.65" T dan 6 38' 38.75" S (Gambar 1). Sedangkan proses pengolahan dan
Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan survei laut yang diselenggarakan
Angkatan Laut (TNI AL) dengan judul Update Data ALKI di Perairan Selat
dan DISHIDROS TNI AL, Jalan Paisr Putih 1 Ancol Timur, Jakarta Utara.
5
6
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena
adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap
massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari massa
matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh
gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari,
sedangkan untuk tipe pasang surut yang ada di Indonesia dapat dilihat pada
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), yaitu dalam satu hari
terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur.
prevailing semidiurnal), adalah dalam satu hari terjadi dua kali air pasang
dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
8
prevailing diurnal), adalah dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan
satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat
berbeda.
K 1 O1
F
M 2 S2
..................................................................................................(1)
dimana :
F : Nilai Formzahl
F 0,25
1. Pasang Ganda jika
0,25 F 1,5
2. Campuran condong ganda jika
1,5 F 3
3. Campuran condong tunggal jika
F 3
4. Pasang tunggal jika
9
Amplitudo arus pasang surut (cm/s) pada perputaran arus secara ellips
untuk pasang surut harian ganda dan pasang surut harian tunggal pada kedalaman
Tabel 1. Amplitudo arus pasang surut (cm/s) pada perputaran arus secara ellips
untuk pasang surut harian ganda dan pasang surut harian tunggal pada
a)
b)
Gambar 3. Posisi Bumi, Bulan, Matahari saat a) Spring Tide dan b) Neap Tide
matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang
tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut
purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang surut perbani
(neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus.
Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang
tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pada saat bulan dan . Posisi bulan dan
matahri pada saat spring tide dan pada saat neap tide dapat dilihat pada Gambar
Pasang surut adalah faktor utama dalam mempelajari perubahan muka air
laut dan arus pada daerah perairan. Karakteristik pasang surut pada daerah
perairan sangat penting untuk diukur dari muka laut hingga pada dasar (water
depth), di mana nilai ketinggiannya sangatlah bervariasi. Pasang surut adalah gaya
pembangkit eksternal yang menyebabkan arus pada daerah pantai. Arus dekat
1. Arus pasang surut, yaitu arus yang dibangkitkan oleh pasang surut,
2. Arus samudera, yaitu arus yang mengalir sepanjang lepas pantai, dan
periodik akibat adanya pengaruh gaya tarik benda luar angkasa seperti bulan dan
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), yaitu dalam satu hari
terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang
terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur.
semi diurnal), adalah dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan
prevailing diurnal), adalah dalam satu hari terjadi satu kali air
pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara
waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
surut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur pasang surut ganda utama.
Nisbah ini dikenal sebagai sebagai bilangan Formzahl yang mempunyai formula
sebagai berikut:
A O 1+ A K 1
F= .... (1)
AM 2+ AS 2
0,25 1,25 : Pasang surut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol
a.)
b.)
c.)
14
Secara sederhana arus dapat diartikan sebagai sirkulasi massa air dari
satu tempat ke tempat lain (Latief, 2002). Arus merupakan gerakan air yang
sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. (Hutabarat dan Stewart,
2008).
yang disebabkan oleh sirkulasi air laut karena angin permukaan (arus permukaan)
dapat dibangkitkan oleh keberadaan angin, masuknya aliran sungai atau dekat
aliran yang dibangkitkan oleh pasang surut. Pada daerah teluk, arus yang
berpengaruh adalah arus pasang surut yaitu gerak horisontal badan air menuju dan
menjauhi pantai seiring dengan naik dan turunnya muka laut yang disebabkan
mendapat perhatian tidak hanya dalam masalah kelautan saja tetapi juga mendapat
15
perhatian yang besar dalam masalah atmosfer khususnya yang berkaitan dengan
cuaca dan iklim. Dalam masalah kelautan arus laut mempunyai peranan penting
dalam sistem ekologi laut, pemanfaatan laut sebagai sarana transportasi dan usaha
arus pada suatu kawasan pesisir merupakan informasi penting untuk mengetahui
hayati laut, disamping itu juga dapat memberikan informasi tentang jalur lalu
lintas pelayaran yang sangat bermanfaat bagi kapal nelayan maupun kapal niaga,
menunjukkan pertalian yang erat antar arah dan kekuatan arus dengan kekuatan
dan peralihan musim (monsoon) di Indonesia. Dalam hal ini, arus sangat erat
Arus laut memiliki peranan yang besar pada proses morfologi pantai,
partikel air bersamaan dengan pasang surut (Latief, 2002). Menurut Poerbandono
dan Djunasjah (2005), arus pasang surut adalah gerak badan air ke arah horisontal
yang disebabkan gerak vertikal (naik dan turunnya) permukaan air laut karena
pasang surut pada wilayah perairan dan interaksinya dengan batas-batas perairan
tempat pasang surut tersebut terjadi. Batas-batas perairan tersebut dapat berupa
pantai dan lantai (dasar) perairan. Fenomena ini sangat terasa pada wilayah
perairan tertutup (teluk), perairan dangkal, kanal-kanal pasang surut dan muara
sungai (delta dan estuari). Dengan kata lain, arus pasang surut adalah gerak
horisontal badan air menuju dan menjauhi pantai seiring dengan naik dan
turunnya muka laut yang disebabkan oleh gaya-gaya pembangkit pasang surut.
17
elips. Arus pasang surut mempunyai sifat bergerak (Gambar 7) dengan arah yang
saling bertolak belakang atau bi-directional. Arah arus saat pasang biasanya
bertolak belakang dengan arah arus saat surut. Kecepatan arus pasang surut
minimum atau efektif nol terjadi saat pasang atau surut (slack water). Pada saat-
saat tersebut terjadi perubahan arah arus pasang surut. Kecepatan arus pasang
surut maksimum terjadi pada saat-saat antara pasang dan surut. Dengan demikian
periode kecepatan arus pasang surut akan mengikuti periode pasang surut yang
Poerbandono dan Djunasjah (2005), menerangkan bahwa pada daerah teluk, arus
yang berpengaruh adalah arus pasang surut yaitu gerak horizontal badan air
menuju dan menjauhi pantai seiring dengan naik dan turunnya muka laut yang
Gambar 8.
Ilustrasi
Arus Pasang Surut (Poerbandono dan Djunasjah,
2005).
partikel air yang bersama dengan pasang surut (Gambar 8). Fenomena pasang
surut di perairan pantai pada umunya diatur oleh gelombang pasang surut yang
masuk dari laut lepas sebab gaya pembangkit pasang surut hanya mempunyai
suatu gradien horizontal yang kecil diakibatkan oleh skala kecil dari perairan
pantai (Latief, 2002). Arus pasang surut mempunyai periodisitas yang sama
dengan osilasi vertikal, namun cenderung mengikuti pola eliptik dan biasanya
tidak mengandung gerakan depan belakang yang sederhana. Arah rotasi elips
dapat searah atau berlawanan arah jarum jam, namun rotasi cum sole cenderung
lebih disukai bila tidak ada hambatan massa tanah. Pada periaran kecil, pengaruh
rotasi bumi tidak terlalu signifikan, namun pengaruh gesekan dasar laut dan
pengaruh hambatan massa tanah terhadap arus tidak dapat diabaikan. Pada
(Supangat, 2001).
19
gerak yang berbentuk elips dimana arah rotasi adalah searah dengan
jarum jam di bumi bagian utara (BBU) dan berlawanan arah pada
bagian bumi bagian selatan (BBS). Arus pasang surut bergerak secara
kontinu dengan arah yang terus berubah mengikuti arah yang searah
atau berlawanan dengan putaran jarum jam dalam satu periode pasang
(teluk), kondisi ini disebut dengan flood. Kondisi pada saat surut,
muka air laut lebih rendah daripada estuari, sehingga arus pasang
surut keluar dari estuari (teluk) dan menuju ke laut, kondisi ini disebut
yang bertipe hidrolik. Umumnya tinggi dan fasa pasang surut dikedua
ujung selat tidak sama. Beda fasa dikedua ujung selat menyebabkan
arus pasang surut yang berasal dari dua perairan yang dihubungkan
oleh selat tersebut bertemu didalam selat. Pada saat spring tide
20
(pasang purnama) dan pada saat bulang paling dekat dengan bumi
moons perigee) terjadi arus yang kuat, sementara pada saat neap tide
dan pada saat bulang yang paling jauh dengan bumi (moons apogee)
2.3. Pemodelan
Latief (2002), model dalam pemenuhan sebuah prototipe kedalam alam
yang sebenarnya tujuan yang dicapai merupakan sebuah tujuan dalam berbagai
ilmu bidang dengan pengonsepan yang luas pada keterbatasan keadaan. Lakhan
dan Trenhaile (1989), tujuan dari sebuah model yang dicapai adalah:
1. Kajian kualitatif, dimana kondisinya adalah deskriptif dan
yang akan dikonversikan dalam bahasa program maka dibutuhkan solusi numerik,
pengelompokan ini terdiri dari data geografi dari kondisi daerah fenomena, data
aliran, kandungan zat dalam air, syarat awal dan batas kondisi, data untuk
dalam sebuah desain kondisi alam pada fenomena yang terjadi. Data aliran
kualitas air.
Cahyana (2005), kondisi sebenarnya yang cukup kompleks menciptakan
rancangan model yang sangat kompleks juga dengan segala pertimbangan maka
penuh sebagai hasil sebuah model dalam konsep ruang dan waktu yang luas.
Pesramaan yang digunakan secara umum adalah waktu transit, tidak linier dan
sangat komplek jika aliran merupakan aliran turbulensi, dan persamaan dapat
lebih komplek karena densitas air dapat bervariasi dalam domain sebuah model.
Dengan kompleksitas dari sebuah rancangan model maka, model
berdasarkan tingkat kerumitan yang dicapai dibagi menjadi 2 jenis yaitu model
model isomofirik adalah model yang memiliki interaksi antara setiap elemen
Trenhaile, 1989).
Lakhan dan Trenhaile (1989), pesisir merupakan sistem komplek dengan
skala luas dan tidak dapat dijelaskan dalam suatu lingkup waktu yang pendek, hal
ini disebabkan oleh sistem pesisir akan melibatkan berbagai macam variabel yang
komponen yang mempengaruhi muka model dibagi menjadi 2 jenis yaitu model 3
3 dimensi (3D) jauh lebih baik dibandingkan dengan model 2 dimensi (2D), hal
jaring-jaring grid dengan bentuk tidak beraturan (flexible mesh) yang terdiri dari
aproksimasi orde tinggi, uji coba lokal dapat digunakan untuk elevasi terhadap
Komponen suatu model matematik dalam SMS 8.1 pada prinsipnya dapat
2005) :
2. Sistem koordinat
23
3. Grid
numerik. Pada pemodelan arus dengan SMS 8.1. digunakan jenis grid
kecepatan hitungan.
6. Kriteria konvergensi
Kriteria ini dipakai untuk menyatakan kapan iterasi telah sampai pada
persamaan non-linear.
24
Syarat batas atau nilai awal (initial conditions) menentukan hasil yang
momentum. Syarat batas yang dipakai adalah syarat batas fisik, yaitu kondisi
sesuai dengan atau ditentukan oleh alam. Dalam model matematik, syarat batas
ditentukan oleh syarat batas fisik, maka aliran hasil hitungan dengan model
ditentukan oleh formulasi numerik yang dirancang untuk meniru syarat batas fisik
Energi arus laut memiliki banyak keuntungan antara lain dapat diprediksi,
dihasilkan dari pergerakan massa air yang dipompa oleh pasang surut
ekstrasi yang digunakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu ekstraksi energi kinetik,
berdasarkan pergerakan aliran bebas air laut, dan ekstraksi energi potensial, yang
dapat didasarkan durasi kecepatan yang dihasilkan selama terjadi pada menuju
Helical Gorlov (Helix Gorlov) merupakan turbin modifikasi baru yang disarankan
untuk perairan dangkal yang memiliki kecepatan arus rendah sekitar 1,5 2 knot
25
atau 0,5 1,02 m/det. Turbin umumnya dipergunakan pada permukaan laut atau
permukaan air.
Hindia dan Samudera Pasifik juga menyimpan potensi arus laut sangat besar.
Kemudian perbadaan pasang surut antara siang dan malam juga dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik energi pasang surut laut, selain itu laut Indonesia
bagian selatan juga memiliki dinamika ombak yang menarik, sepanjang tahun
ketinggian ombak bisa beraneka ragam mulai 1 meter sampai 3 meter. Fenomena
ini juga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik energi ombak (Hasnan,
2010).
Arus laut dilihat dari potensinya lebih besar daripada angin dan solar
(tenaga surya). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menampilkan data rapat
daya yang dihasilkan dari berbagai kecepatan aliran air dibandingkan dengan
rapat daya yang dihasilkan dari kecepatan hembusan angin dan energi yang
dihasilkan oleh tenaga surya. Dapat dilihat bahwa sumber daya arus di lokasi
dengan kecepatan 2 m/det memiliki potensi energi yang lebih terkenal seperti
Tabel 2. Rapat Daya Relatif Arus Laur Dibandingkan Dengan Angin dan Tenaga
Surya
Sumber Energi
Arus Laut Angin Solar
Kecepatan (m/det) 1 1,5 2 2,5 3 13 Max di siang hari
Kecepatan (knot) 1,9 2,9 3,9 4,9 5,8 25,3
(Rapat Daya 0,52 1,74 4,12 8,05 13,91 1,37 1,0
(kW/m2)
26
lokasi dimana kecepatan arus mencapai 2-3 m/det, rapat daya yang dihasilkan
sebesar 2 m/det dapat menghasilkan rapat daya sekitar 4.1 kW/m 2, tetapi
bentuk pola aliran arus yang berada didalamnya, dalam konsep ini kecepatan arus
akan bertambah pada saat melewati kanal yang sempit dan dangkal. Hal ini juga
terjadi dalam keadaan sebaliknya, dari sini maka dapat diprediksi bahwa aliran
aliran arus laut yang mengalir dengan kecepatan arus rat-rata, Moreno (2008)
(dalam pendekatan potensi arus dapat diberi nilai 1), merupakan densitas air
laut (dalam kilogram per kubik untuk air laut 1025 kg/ m 3, V adalah kecepatan
performa turbin dapat didekati dengan simulasi numerik di daerah arus yang
didominasi oleh arus pasang surut. Hal yang dilakukan sebelumnya maka dapat
efisiensi kinerja turbin dapat dibagi menjadi kategori dimana keluaran turbin
Rapat daya meningnkat pesat terhadap kecepatan arus karena pengaruh densitas
laut. Daya dapat dihasilkan dari kecepatan arus yang melewati cut in speed. Cut in
speed adalah nilai arus minimal yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakan
sebesar 0,3 m/det pada nilai kecepatan arus maka tidak terjadi kemunculan daya
akibat turbin tidak bergerak. Apabila nilai cut in speed 0,3m/det turbin sudah
memulai bergerak dan menghasilkan daya yang semakin meningkat menuju titik
keseimbangan dari arus laut yang menggerakan blade turbin (Hagerman, 2006).
Chaudhry (2007) menyatakan perbedaan kedalaman dan penampang
pada suatu morfologi perairan akan mempengaruhi bentuk pola arus yang berada
didalamnya, dalam konsep ini kecepatan arus akan bertambah pada saat melewati
kanal yang sempit dan dangkal. Pada kasus ini berlaku persamaan kontuniutas.
steady, massa fluida yang melalui semua bagian dalam arus fluida persatuan
waktu adalah sama. Dari persamaan kontinuiras dapat diasumsikan bahwa potensi
28
geomorfologinya seperti selat. Jadi aliran air yang melewati penampang adalah
incompressible.
Jika diasumsikan kecepatan adalah V, kedalaman aliran adalah y, densitas
maka :
(6)
(7)
Berdasaran hukum kekekalan massa, aliran arus masuk pada penampang 1 sama
dengan aliran keluar pada penampang 2 seperti persamaan (8) dan (9) berikut:
Chaudhry (2007).
29
primer) dan data pendukung (data sekunder). Data primer meliputi pengukuran
arus yang dimaksudkan untuk mengetahui pola dan kecepatan arus yang terjadi
didaerah penlitian yang sangat erat kaitannya dengan potensi energi listrik dan
energi arus. Area yang paling potensial untuk pengembangan pembangkit listrik
tenaga arus laut yang disarakan Marine Current Turbine Ltd. adalah yang
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka penelitian ini juga dilakukan
dengan studi data sekunder untuk pemahaman tentang kondisi daerah penelitian
secara regional. Data sekunder yang diperlukan berupa Peta Batimetri Perairan
Pulau Panaitan Tahun 2015 dengan skala 1:250.000 dan data pasang surut yang
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk
dalam penelitian ini dapat diketahui besarnya potensi rapat daya yang dihasilkan
untuk dapat membangkitkan energi listrik dari arus laut. Alat dan bahan yang
2016. Data yang diambil adalah arah dan kecepatan arus pada kedalaman
Kabupaten Pandegelang, Ujung Kulon. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 03-
24 Juli 2016 di Perairan Selat Sunda, terletak di antara Pulau Panaitan dan Pulau
Jawa dengan koordinat 105 14' 7.65" T dan 6 38' 38.75" S (Gambar 1).
judul Update Data ALKI di Perairan Selat Panaitan. Penentuan titik koordinat
lokasi metode area sampling. Area Sampling adalah teknik dalam penentuan titik
lokassi stasiun pengekuran arus antara lain terkait dengan keamanan alat ukur arus
dan lalu lintas kapal. Alat ukur ini harus dipasang didasar perairan namun demi
keamanan pemasangan alat maka pemilihan lokasi harus sesuai. Pemilihan lokasi
juga didasarkan pada topografi perairan yang landai sehingga proses burst
33
Panaitan. Pemilihan lokasi juga didasarkan pada aktfitas kapal nelayan yang
minim di lokasi ini sehingga tidak mengganggu badan air pada saat dilakukan
pengukuran arus.
primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini terdiri dari data
pengukuran arus lapangan, sedangkan data sekunder pada penelitian ini terdiri
dilakukan pada titik koordinat 105 14' 7.65" T dan 6 38' 38.75" S dengan
prinsipnya, alat ini harus diletakan secara statis pada kolom perairan. Pengukuran
arus dilakukan selama 25 jam dengan interval pengukuran setiap 10 menit yang
dimulai pada hari Senin, 11 Juli 2016 pukul 15.00 WIB s/d hari Selasa, 12 Juli
2016 pukul 16.00 WIB pada kedalaman 7 meter. Pengukuran arus selama 25 jam
sesuai dengan teori Poerbandono dan Djunasjah (2005) yang menyatakan bahwa
untuk pengukuran arus di wilayah yang dipengaruhi pasang surut, maka durasi
jam.
dengan sensitifitas dan frekuensi tinggi. Alat ini menggunakan sensor 2D Current
Meter Velocity yang dapat merekam kecepatan arus hingga kecepatan 0,5 m/det
batas burst time dan frekuensi pengukuran. Burst time adalag rentang waktu alat
untuk melakukan satu kaliperekaman data. Dalam satu kali burst, perekaman data
aktif dilakukan selama satu menit sedangkan untuk sembilan menit alat tidak
melakukan perekaman. Selain pengukuran arus, alat ini juga bisa merekam data
Pengumpulan data sekunder berupa data pasang surut dan bathimetri. Data pasang
35
surut diperoleh dari stasiun pasang surut yang dioperasikan oleh DISHIDROS
TNI AL.
Data yang digunakan selama 15 hari yaitu pada tangga; 11 Juli 2016 pukul
00.00 WIB hingga 25 Juli 2016 pukul 23.00 WIB. Penggunaan data selama 15
menyatakan bahwa rentang waktu pengamatan pasang surut yang lazim dilakukan
waktu pencatatan atau perekaman tinggi muka laut biasanya adalah 15, 30 atau
60 menit. Jarak dari stasiun pengkuran pasang surut ke lokasi pengukuran arus
sekitar 22 km. Kondisi ini dianggap masih mewakili kondisi pasang surut
didaerah penelitian karena menurut Triatmodjo (1999) sebaran pasang surut antara
wilayah Pandegelang dan Selat Panaitan merupakan satu tipe pasang surut. Satu
Oseanogafi DISHIDROS TNI AL. Peta yang digunakanakan yaitu Peta Pulau
Panaitan skala 1:250.000. Peta ini merupakan peta dasar untuk membangun model
daerah survei. Kemudian untuk gambaran lokasi penelitian, peta diambil dari citra
Google Earth tahun 2015 untuk mendapatkan kondisi terkini garis pantai wilayah
yang diolah terdiri dari data arus laut, data pasang surut, dan peta bathimetri.
Pengolahan data arus laut bertujuan untuk mengetahui besarnya potensi arus laur
di lokasi penelitian, dapat menampilkan arah dan kecepatan arus laut, data pasang
surut bertujuan untuk menentukan komponen pasang surut MS, HHWL, dan
LLWL, dan pengaruh pasang surut terhadap arus pasang surut, serta peta batimetri
bertujuan sebagai peta dasar untuk membangun model, untuk mengetahui simulasi
pergerakan arus laut dan mengetahui besarnya nilai potensi rapat daya, dan
terakhir adalah data angin untuk mengetahui arah arus dan pola pergerakan arus.
Nilai arus yang terekam di lapangan merupakan komponen arus total dan arus
kemudian digunakan dalam pemisahan arus pasang surut dan arus non pasang
surut untuk melihat arus dominan diperairan Selat Panaitan. Data arus yang
didapat dalam pengambilan data di lapangan disajikan dalam bentuk current rose,
scatter plot, stick diagram, dan grafik pemisah arus menggunakan software MIKE
HDI, CD-Oceanography dan World Current. Data kecepatan dan vektor dari
pengukuran lapangan dapat diplotkan dalam vektor catter dan stick diagram yang
Microsoft Excel (Admiralty). Data pasang surut akan menentukan komponen yang
sangat penting bagi daerah penelitian, karena akan digunakan sebagai tempat
komponen pasang surut diantaranya MSL, HHWL dan LLWL. Pengolahan data
pasang surut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di suatu lokasi
penelitian yang akan dimanfaatkan untuk tahap selanjutnya dan untuk mengetahui
atau validasi model numerik. Data arus yang telah direkam oleh alat pengukur
arus dalam penelitian ini diolah menggunakan software SMS 8.0 & 8.1 dengan
untuk satu, dua, dan tiga dimensi. Model numerik yang dukung dalam SMS
menghitung berbagai informasi yang berlaku untuk pemodelan permukaan air dan
kecepatan aliran untuk masalah aluran air dangkal, untuk kondisi baik statis
maupun dinamis sehingga dapat mengetahui pola sebaran arus di suatu wilayah.
Verifikasi data dapat dilihat dengan 2 cara yaitu kuantitatif dan kualitatif.
kesalahan (error) yang terjadi dari setiap data dengan menggunakan perhitungan
uji statistik, sedangkan secara kualitatif dapat dilakukan dengan memplottkan data
38
arus hasil pengukuran lapangan dengan data arus hasil model dalam suatu grafik
kesalahan guna mengetahui koreksi anatara data lapangan dengan data model.
Pengolahannya dilakukan dengan menggunakan software SMS 8.0 dan 8.1, peta
batimetri sebagai peta dasar untuk membangun model. Potensi arus laut ini
berasal dari kecepatan arus laut yang bergerak dalam arah horizontal. Hal ini
dilakukan karena nilai kecepatan arus berbanding lurus dengan besarnya rapat
daya.
energi arus laut data yang dibutuhkan adalah parameter densitas air laut dan
dihasilkan sebaran potensi energi arus laut di lokasi penelitian serta dapat
diketahui area yang paling berpotensi untuk pengembangan energi daru arus laut.
39
Studi Literatur
(Arus)
P =1/2 AV3
Potensi Rapat
Daya dari Arus
Hasil dan
Kesimpulan dan
Pembahasan
Saran
(Analisa)
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Frankel, P.I. 2002. Power from Marine Currents. Marine Curvents Turbines Ltd. 2
Amherst Avenue, Ealing, London W138NQ, United Kingdom, 14p.
Gorlov, A.M. 1998. Turbines with a twist. In: Kitxinger U and Frankel EG (eds
Macro-Engineering and the Earth: World Projects for the Year 2000 and
Beyond, pp.1 } 36. Chichester. Horwood Publishing.
Hadi, S dan Radjawane, I. 2009. Arus Laut. Institut Teknologi Bandung Press,
Bandung.
Moreno, N., R. Sallent, A. Espi, D. Bao and Y. Teillent. 2009. Ocean Currents
Energy, How To Produce Electrycal Energy. Thanks to Marine Current
Hogskolan I Gavle, 23. p
Nugroho, Y. Hadi. 2005. Kajian Pola Arus Perairan Sumatera Barat dengan
Pendekatan Surface Water Modelling System ( tidak di publikasikan).
Ongkosongo. O.S.R dan Suyarso. 1989. Pasang Surut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi (P3O) LIPI, Jakarta
Paramitha, N.I. 2010. Potensi Penerapan Turbin Arus Laut sebagai Sumber Daya
Energi Alternatif Di Indonesia. CV. Pelopor Energi Alternatif Indonesia.
Jakarta.
Purba, P.N., S. Firman dan R. Wijaya. 2010. Kajian Energi Baru dari Arus Lintas
Indonesia (ARLINDO). Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Universitas
Padjajaran, Bandung, 5 hlm.
Mulai
Studi Pembahasan
Running Model 1
Tahun
Kesimpulan
Selesai