Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH ENERGI BERKELANJUTAN

Dosen : Dr. Sri Widodo Agung Suedy S.Si., M.Si

MAKALAH TEKNOLOGI GELOMBANG LAUT

Oleh :

Nama - Ari Hastanto (30000422410004)


- Gatot Suprayogi (30000422410012
- Jhonry Ala (30000422410011)
- Pramono Ajie (30000422410002)

PROGRAM MAGISTER ENERGI


SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Kata Pengantar

Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan jumlah pulau yang sangat banyak membuat
Indonesia memiliki panjang garis pantai yang tidak sedikit. Dengan digalakkannya
sumber energi baru dan terbarukan sehinga diperlukan percepatan pembangunan
pembangkit listrik yang menggunakan energi baru dan terbarukan sebagai sumber
energinya.
Potensi pantai Indonesia yang di apit oleh samudra Pasifik dan samudra Hindia serta
berada di kawasan garis katulistiwa menjadi dasar utama untuk mengembangkan
teknologi PLTGL sebagai persiapan penggantian energi fosil saat ini.
Beberapa daerah pesisir memungkinkan menjadi target awal penelitian dan
percontohan untuk PLTGL sebelum dikembangkan secara besar-besaran untuk
dibangun di pantai pada daerah perkotaan yang memerlukan energi listrik yang sangat
besar.
Daerah-daerah pesisir pantai yang sangat berpotensi antara lain di sepanjang pantai
barat pulau Sumatra, daerah selatan gugusan pulau jawa, bali dan nusa tenggara, serta
bagian utara pulau Papua. Diperlukan penelitian dan perhitungan yang cukup untuk
memastikan energi gemlombang laut yang diperoleh berkesinambungan untuk
memastikan operasi PLTGL yang dibangun menghasilkan energi listrik yang tidak
terputus ke beban atau konsumen listrik.
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Bab II Pembahasan
1. Potensi Gelombang Laut Indonesia
2. Konsep Energi Gelombang Laut
3. Teknologi PLTGL
4. Perkembangan PLTGL di Indonesia.

Bab III Penutup


1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris
Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change
(Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa
Mengenai Perubahan Iklim) dan telah ditetapkannya target Nationally Determined
Contribution (NDC), Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam menurunkan emisi gas
rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 (terhadap proyeksi emisi skenario business
as usual). Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang dikembangkannya Energi Baru
Terbarukan di Indonesia. Penyediaan energi oleh pemerintah dan atau pemerintah
daerah khususnya di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil dan daerah
pedesaan diutamakan menggunakan sumber energi setempat, khususnya sumber energi
terbarukan. Kebijakan energi nasional disusun sebagai pedoman untuk memberi arah
Pengelolaan Energi nasional guna mewujudkan kemandirian energi dan ketahanan
energi nasional untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan.
Salah satu energi berkelanjutan yang menjadi sangat potesial di Indonesia karena
kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan garis pantai
yang sangat panjang adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang. Namun perlu
dikaji lebih dalam lagi untuk memastikan keberlanjutannya, karena kita mengetahui
gelombang sangat dipengaruhi oleh besarnya angin muson yang mempengaruhi
permukaan air laut disepanjang garis katulistiwa.

1.2 Rumusan Masalah


Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai panjang, laut yang luas dan
sepanjang pantai Indonesia tidak tercatat secara pasti potensi yang ada untuk daerah-
daerah yang akan menjadi tempat yang ekonomis dibangun PLTGL. Sehingga menjadi
suatu rumusan masalah yaitu :
1. Potensi Gelombang Laut Indonesia
2. Konsep Energi Gelombang Laut
3. Teknologi PLTGL
4. Perkembangan PLTGL di Indonesia.

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut,
diantaranya adalah:
1. Mengumpulkan literatur yang memberikan data dan pemahaman potensi PLTGL di
Indonesia.
2. Membuat peta potensi PLTGL di Indonesia.
3. Mengumpulkan informasi keuntungan dan kerugian PLTG di Indonesia.
Daerah yang berpotensi di bangun PLTGL di Indonesia diperlukan langkah-langkah
yang nyata dan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia, serta seluruh rakyat
Indonesia.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Potensi Gelombang Laut Indonesia


Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah laut tiga kali
lebih besar dari luas daratan. Laut yang luas tersebut menyimpan banyak
potensi, seperti potensi sumber daya ikan yang melimpah, potensi wisata, serta
potensi sumber energi alternatif. Menurut data yang dikeluarkan oleh Asosiasi
Energi Laut Indonesia (ASELI) secara teoritis, total sumber daya energi laut
nasional sangat melimpah, meliputi energi dari jenis panas laut, gelombang laut
dan arus laut, yaitu mencapai 727.000 MW. Namun, potensi energi laut yang
dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi sekarang dan secara praktis
memungkinkan untuk dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW. Di antara
potensi sedemikian besar tersebut, industri energi laut yang paling siap adalah
industri berbasis teknologi gelombang danteknologi arus pasang surut, dengan
potensi praktis sebesar 6.000 MW.
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, didapat bahwa
banyak daerah pantai Indonesia yang berpotensi sebagai pembangkit listrik
bertenaga gelombang laut. Lokasinya tersebar di sepanjang Pantai Selatan Pulau
Jawa, di Irian Jaya bagian utara, dan sebelah barat Pulau Sumatera yang sangat
sesuai untuk menyuplai energi listrik. Namun, potensi tersebut kenyataannya
belum dimanfaatkan secara optimal. Jika dimanfaatkan secara optimal, energi
laut bisa memenuhi kebutuhan energi seperti listrik untuk beberapa daerah yang
berada di pulau-pulau dan daerah perbatasan.
Berikut peta persebaran gelombang laut di Indonesia:

Gambar 2.1 Gambar Atlas Potensi Energi Gelombang Laut Wilayah


Indonesia dengan tinggi gelombang lebih besar 2 meter.

(sumber: ATLAS POTENSI ENERGI LAUT Harkins Prabowo. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, 2012)

2.2 Energi Gelombang Laut


2.2.1 Gelombang Laut

Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa jenis tergantung dari daya yang menyebabkannya. Gelombang laut
dapat disebabkan oleh angin (gelombang angin), daya tarikan bumi-bulan-
matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) di dasar laut
(gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang ombak merupakan pergerakan naik dan turunnya air dengan
arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
Angin di atas lautan memindahkan tenaganya ke permukaan perairan,
menyebabkan riak-riak, alunan/bukit, dan merubah menjadi apa yang kita sebut
sebagai gelombang atau ombak. Perhatikan arah gerak pelampung pada gambar
dibawah ini :
Gambar 2.2.1 Ilustrasi pergerakan partikel zat cair pada gelombang

Terlihat bahwa sebenarnya pelampung bergerak dalam satu lingkaran


(orbital)ketika gelombang bergerak naik dan turun. Partikel air berada dalam
suatu tempat, bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu gerakan
kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula. Gerakan ini memberi gambaran suatu
bentuk gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah ke pola yang
sama, naik turun di suatu lingkaran yang lambat, yang dibawa oleh pergerakan
air.

Di bawah permukaan, gerakan putaran gelombang itu semakin


mengecil. Pergerakan orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air,
sehingga kemudian di dasarnya hanya akan meninggalkan suatu gerakan
kecil mendatardari sisi ke sisi yang disebut “surge”.

2.2.2 Konversi Energi Gelombang Laut menjadi Energi Listrik

Penelitian untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan energi yang


tersimpan dalam ombak laut sudah mulai banyak dilakukan. Salah satu negara
yang sudah banyak meneliti hal ini adalah Inggris. Berdasarkan hasil
pengamatan yang ada, deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar
pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik
mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan
ombak serupa dengan tinggi2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per
meter panjang ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda
12 detik menghasilkan daya 600 kW per meter.

Untuk di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari BPPT banyak terdapat


ombak yang ketinggiannya di atas 5 meter sehingga potensi energi
gelombangnya dapat diteliti lebih jauh. Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda, banyak menaruh perhatian
pada energi ini. Lokasipotensial untuk membangun sistem energi gelombang
adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi
gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan barat
Pulau Sumatera.

2.3 Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut


Ada beberapa jenis teknologi dari pembangkit tenaga gelombang laut yaitu:

2.3.1 Teknologi Attenuator

Prinsip dasarnya adalah dengan cara meletakkan alat konversi di


permukaan air laut, yang mengonversi energi Vertikal gelombang laut dengan
bantuan tuas, menjadi energi potensial air dalam bentuk reservoir (penampung)

dan menjadi pembangkit listrik. Attenuator merupakan pembangkit listrik yang


dikembangkan negara-negara Eropa.

Gambar 2.3.1 Gambar Contoh Teknologi Attenuator


2.3.2 Teknologi Oscillating Water Column (OCW)

Oscillating Water Column (OWC) menggunakan prinsip tekanan udara


yang dihasilkan oleh gelombang laut dalam suatu ruangan tertutup untuk
memutar turbin). Masih ada limpet yang menggunakan prinsip serupa dengan
memanfaatkan gerakan gelombang laut yang dapat memberikan tekanan udara
pada tempat tertutup dan menghasilkan udara bertekanan yang digunakan untuk
menggerakkan turbin.

Gambar 2.3.2 Gambar Contoh Teknologi OCW

2.3.3 Teknologi Overtopping Device

Overtopping Device merupakan peralatan penjebak air laut ke dalam


suatu tempat di tengah laut, air yang terkumpul secara berkesinambungan
digunakan untuk memutar turbin yang terletak di bawah peralatan penjebak air
laut tersebut.

Pemanfaatan penjebak air laut banyak jenisnya, salah satunya yaitu


Wave Dragon. Dengan menggunakan penangkap gelombang, air laut diarahkan
ke satu tempat penampungan air terpusat, kemudian air dikontrol
penggunaannya untuk memutar turbin yang terletak di bawah alat konversi.
Gambar 2.3.3 Gambar Contoh Teknologi Overtopping Device

2.3.4 Teknologi Oscillating Wave Surge Converter (OWSC)

Oscillating Wave Surge Converter merupakan alat konversi tenaga


ombak yang memanfaatkan energi horizontal gelombang laut.

Prinsip yang sama digunakan oleh wraspa, dengan meletakkan alat


konversi di dasar laut memanfaatkan energi horizontal gelombang laut untuk
dikonversi menjadi energi listrik

Gambar 2.3.4 Gambar Contoh Teknologi OWSC


2.3.5 Teknologi Point Absorber

Point Absorber merupakan alat konversi energi gelombang dengan


penempatan pelampung di permukaan laut, memanfaatkan energi vertikal dari
gelombang laut untuk menghasilkan listrik. Penggunaan teknologi yang sama
yaitu pada Aegir Dynamo™ dan Permanent Magnet Linear Buoy, yaitu dengan
memanfaatkan energi vertikal dengan pelampung yang diletakkan dipermukaan
air laut untuk mengkonversikan energi gelombang menjadi energi penggerak
turbin.

Gambar 2.3.5 Gambar Contoh Teknologi Point Absorber

2.4 Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut di Indonesia


maupun negara lain
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi, permintaan
pasokan energi listrik terus meningkat. Disamping itu juga pemerintah terus
berupaya mengurangi pembangkit atau peralatan yang mempergunakan BBM,
karena Indonesia sudah menjadi "Net Oil Importir Country". Melihat kondisi
tersebut di atas, perlu adanya upaya untuk mengembangkan potensi energi
alternatif, terutama energi baru dan terbarukan yang ramah dan akrab
lingkungan sehingga bisa sejalan dengan program CDM sebagai tindak lanjut
dari ”Protocol Kiyoto” Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia terletak
dilintang khatulistiwa, disamping itu juga Negara Indonesia sebagai negara
kepulauan, sehingga sangat banyak potensi energi primer untuk dapat
dikembangkan termasuk energi alternatif baru dan terbarukan, baik itu berupa
tenaga air (PLTA), tenaga angin (PLTB), tenaga matahari (PLTS), tenaga
panasbumi (PLTP) dan tenaga gelombang-laut (PLTGL). Indonesia sebagai
negara kepulauan dengan luas 1.904.556 km2 yang terdiri dari; 17.508 pulau,
5,8 juta km2 lautan dan 81.290 juta km panjang pantai, maka potensi energi laut
terutama gelombang laut sangat potensial sekali untuk dapat diberdayakan
sebagai energi primer alternatif baru dan terbarukan terutama untuk pembangkit
tenaga listrik. Sebenarnya Energi Gelombang Laut untuk Pembangkit Energi
Listrik bukanlah suatu teknologi yang baru, karena pada tahun 1799 ide tersebut
pertama kali dipatenkan oleh Girard & Son dari Prancis. Tapi sejak tejadinya
krisis energi pada tahun 1973, dibeberapa negara secara intensif melakukan
kajian, ujicoba dan pengembangan teknologi Pembangkit Listrik Gelombang
Laut (PLTGL) tersebut. Seperti Norway dengan teknologinya Tapchan, Jepang
dengan teknologinya Mighty Whale, Scotland dengan teknologinya Pelamis,
Denmark dengan teknologinya Wave Dragon, Netherlands dengan
teknologinya Archimedes Wave Swing, USA-Washington dengan teknologinya
AquaBuoy, USA-Oregon & Colorado dengan teknologinya Floating Platform,
USA-California dengan teknologinya Wave Rider, United Kingdom dengan
teknologinya Salter Duck, Canada dengan teknologinya Wavemill dan masih
ada beberapa negara lagi dengan teknologinya masing-masing. Melihat kondisi
tersebut di atas sesuai dengan topografi Negara Republik Indonesia, maka
Indonesia perlu ambil peranan dalam hal penelitian, uji-coba dan
pengembangan energi dari laut tersebut, karena negara Indonesia adalah negara
kepulauan dengan beribu pulau atau lebih dikenal dengan negara maritim,
sehingga banyak daerah/wilayah terpencil yang perlu penanganan khusus,
termasuk menyediakan daya/energi listrik. Disamping itu mengurangi
ketergantungan akan teknologi tersebut, terhadap negara lain.
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Potensi energi laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan dengan


menggunakan teknologi sekarang dan secara praktis memungkinkan
untuk dikembangkan berkisar antara 49.000 MW.
2. Ada beberapa teknologi Pembangkit Listrik Gelombang Laut antara lain
Attenuator, Oscillating Water Column, Teknologi Overtopping Device,
Oscillating Wave Surge, Point Absorber.
3. Energi gelombang laut untuk pembangkit listrik bukan merupakan
energi baru karena pada tahun 1799 teknologi tersebut sudah
dipatenkan di Eropa, namun pengembangan PLTGL di Indonesia
belum dilakukan.

3.2 Saran

1. Potensi energi laut Indonesia sangat besar sehingga diperlukan


penelitian yang cukup untuk memastikan energi gelombang laut yang
diperoleh berkesinambungan untuk memastikan operasi Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut yang dibangun menghasilkan energi
listrik yang tidak terputus ke beban atau konsumen listrik.
2. Pengembangan Energi Gelombang Laut di Indonesia harus segera
dilakukan karena potensinya sangat besar, mengingat sumber energi
fosil saat ini sudah mulai ditinggalkan karena kesadaran manusia
terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh emisi carbon yang
dihasilkan oleh bahan bakar fosil.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Parjiman, dkk, “Simulasi Gelombang Laut Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut (PLTGL),” Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: 2086‐9479
[2]. Utami, Siti Rahma, “Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan
Menggunakan Sistem Oscilating Water Column (OWC) di Tiga Puluh Wilayah Kelautan
Indonesia,” Universitas Indonesia
[3]. UU No. 16 Tahun 2016
[4]. Czech, B.; Bauer, P., "Wave Energy Converter Concepts: Design Challenges and
Classification," in Industrial Electronics Magazine, IEEE , vol.6, no.2, pp.4-16, June 2012
doi: 10.1109/MIE.2012.2193290
[5]. D. Elwood, S. C. Yim, J. Prudell, C. Stillinger, A. von Jouanne, T. Brekken, A. Brown, R.
Paasch, “Design, construction, and Ocean testing of a taut-moored dual-body wave energy
converter with a linear generator power take-off,” Renewable Energy, vol. 35, no. 2, pp. 348-
354, 2010.
[6]. D. Elwood, A. Schacher, K. Rhinefrank, J. Prudell, S. Yim, E. Amon, T. Brekken, A. von
Jouanne, “Numerical Modeling and Ocean Testing of a Direct-Drive Wave Energy Device
Utilizing a Permanent Magnet Linear Generator for Power Take-Off,” 28th Int. Conf. On
Ocean, Offshore and Arctic Eng., Honolulu, HI, USA, OMAE2009, vol. 4, pp. 817-824,
2009.
[7]. A. R. Grilli, J. Merrill, S. T. Grilli and M. L. Spaulding, "Experimental and numerical study
of spar buoy-magnet-spring oscillators used as energy absorbers," in Proc. 17th Intl. Conf.
Offshore and Polar Eng, No. 2007-JSC-569, 2007.

Anda mungkin juga menyukai