Anda di halaman 1dari 20

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil
semakin menipis. Diantaranya adalah minyak bumi, dan batubara. Betapa
tidak, Indonesia menggantungkan 47% konsumsi energinya kepada minyak
bumi, sedangkan cadangan yang dimiliki hanya cukup untuk bertahan 12
tahun kedepan. Hal ini dikarenakan meningkatnya permintaan kebutuhan
listrik. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan untuk memanfaatkan energi
lain selain energi terbarukan. Karena jika kita terlalu memanfaatkan energi
terbarukan, maka dimasa depan akan minim cadangan untuk bahan bakar
energi tersebut. Maka dianjurkanlah untuk memanfaatkan bahan bakar energi
alternatif seperti tenaga surya, tenaga geothermal, tenaga angin, energi gas
alam, tenaga hidrogen, tenaga biomassa, tenaga biofuel, tenaga tidal, tenaga
biodiesel, tenaga etanol, tenaga methanol tenaga piezoelektrik, tenaga nuklir
dan tenaga gelombang laut.
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah laut tiga kali
lebih besar dari luas daratan. Laut yang luas tersebut menyimpan banyak
potensi, seperti potensi sumber daya ikan yang melimpah, potensi wisata,
serta potensi sumber energi alternatif. Menurut data yang dikeluarkan oleh
Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) secara teoritis, total sumber daya
energi laut nasional sangat melimpah, meliputi energi dari jenis panas laut,
gelombang laut dan arus laut, yaitu mencapai 727.000 MW. Namun, potensi
energi laut yang dapat dimanfaatkan dengan teknologi sekarang dan secara
praktis memungkinkan untuk dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW. Di
antara potensi sedemikian besar tersebut, industri energi laut yang paling siap
adalah industri berbasis teknologi gelombang dan teknologi arus pasang
surut, dengan potensi praktis sebesar 6.000 MW.
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, didapat
bahwa banyak daerah pantai Indonesia yang berpotensi sebagai pembangkit
listrik bertenaga gelombang laut. Lokasinya tersebar di sepanjang Pantai
Selatan Pulau Jawa, di Irian Jaya bagian utara, dan sebelah barat Pulau
Sumatera yang sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Namun, potensi
tersebut kenyataannya belum dimanfaatkan secara optimal. Jika dimanfaatkan
secara optimal, energi laut bisa memenuhi kebutuhan energi seperti listrik
untuk beberapa daerah yang berada di pulau-pulau dan daerah perbatasan.
Pemanfaatan gelombang laut menjadi pembangkit listrik adalah sistem
yang ramah lingkungan. Pembangkit listrik tenaga ombak merupakan proses
konversi energi sekaligus sebagai mitigasi bencana alam tsunami dan
mencegah abrasi laut. Banyak keuntungan yang didapat dari pembangkit ini
yang dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menjadi alternatif pengganti
sumber energi pokok atau konvensional. Selain itu pula, pembangkit energi
ini dapat menjadi pendeteksi bencana tsunami dan pemecah ombak air laut.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang
garis pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut
sekitar 3,1 juta km2 wilayah pesisir dan lautan Indonesia. Pembangkit ini
sangat cocok untuk dijadikan sebagai suatu pembangkit baku menggantikan
pembangkit listrik yang telah dianggap menjadi sesuatu yang lumrah. Dan
pembangkit ini pun ramah lingkungan.
Pemanfaatan gelombang laut sebagai pembangkit listrik adalah hal yang
logis mengingat kondisi gelombang laut di Indonesia yang mendukung.
Sumber energi ini juga dinilai cukup potensial dikembangkan di Indonesia
mengingat wilayah perairan nusantara yang begitu luas dengan selat yang
menghadap lautan Hindia dan samudera pasifik. Berdasarkan survei yang
dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan
Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987, didapat bahwa banyak daerah pantai
Indonesia yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga gelombang
laut. Lokasinya tersebar di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa, di Irian Jaya
bagian utara, dan sebelah barat Pulau Sumatera yang sangat sesuai untuk
menyuplai energi listrik. Peneliti puslitbang PLN, Zamrisyaf mengatakan
pihaknya sudah mulai melakukan penelitian terkait pengembangan PLTGL.
Penelitian ini melibatkan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dan
sudah menuai hasil yang menggembirakan. Menurutnya potensi gelombang
laut Indonesia sekitar 20-70 kwh/meter dengan garis pantai sekitar 81.290
km. PLTGL diharapkan dapat mengurangi penggunaan konsumsi bahan bakar
minyak untuk listrik Indonesia. PLTGL tersebut pernah di uji coba di PLN
wilayah Sumatera Barat pada 2002, 2003, 2006, dan 2007. Hasilnya, PLTGL
Sumatera Barat tersebut diyakini dapat dikembangkan menjadi skala
komersil. Pembangkit ini dapat beroperasi secara maksimal dengan
menyesuaikan gelombang laut dimanapun berada. Selain ramah lingkungan,
PLTGL merupakan pembangkit listrik yang murah. Hanya dibutuhkan
investasi Rp 28.000.000 per kilowatt untuk membangun pembangkit ini.
Dr. Erwandi dari UPT Balai Pengkajian dan Hidrodinamika BPPT
menyebutkan, wilayah perairan Indonesia terutama selat selat yang lautan
Hindia dan Samudera Pasifik memeiliki arus laut yang kuat dan cocok untuk
pengembangan PLTGL. Di wilayah NTB dan NTT, berdasarkan hasil riset
yang dikembangkan BPPT dari 10 selat yang ada di wilayah itu diperkirakan
dapat menghasilkan energi listrik hingga 3000 MW.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka ada beberapa masalah yang
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut?
2. Bagaimana pemanfaatan gelombang laut menjadi energi listrik?
3. Bagaimana proses konversi energi dari gelombang laut menjadi energi
listrik?
4. Bagaimana gelombang laut dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik
alternatif?
5. Apa saja teknologi yang dipakai?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Mengetahui prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut.
2. Mengetahui pemanfaatan gelombang laut menjadi energi listrik.
3. Mengetahui proses konversi energi dari gelombang laut menjadi energi
listrik.
4. Mengetahui teknologi yang dipakai dalam mesin konversi energi
gelombang laut menjadi energi listrik.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Hanya membahas tentang energi listik terbarukan.
2. Hanya membahas tentang potensi gelombang laut sebagai pembangkit
listrik tenaga gelombang laut.
3. Hanya membahas tentang proses perubahan energi dari energi gelombang
laut menjadi energi listrik.
4. Hanya membahas tentang teknologi dalam perancangan OWC.
1.5 Hipotesis
Ho: Gelombang laut tidak bisa dijadikan energi alternatif
H1: Gelombang laut bisa dijadikan energi alternatif
Ho: Angin dan tinggi gelombang tidak berpengaruh untuk dijadikan energi
listrik
H1: Angin dan tinggi gelombang berpengaruh untuk dijadikan energi listrik
Bab II
Isi
2.1 Landasan Teori
Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang dapat
dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang dan
periode waktunya. Ada 3 cara menangkap energi gelombang, yaitu:
1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasi pelampung
2. Kolom air yang berosilasi: listrik dibangkitkan dari naik turunnya air akibat
gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya
kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian
atas pipa dan menggerakan turbin.
3. Wave surge. Kanal meruncing yang dipasang pada sebuah struktur kanal
yang dibangun dipantai untuk mengkonsentrasikan gelombang,
membawanya ke dalam kolam penampung yang di tinggikan.

2.2 Pembahasan
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut ini bekerja dengan cara
aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk ke mesin
konversi energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang
ini dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin, energi kinetik yang dihasilkan
gelombang digunakan untuk memutar rotor. Kemudian dari perputaran rotor
inilah energi mekanik yang kemudian disalurkan menuju generator. Di dalam
generator, energi mekanik ini dirubah menjadi energi listrik. Dari generator
ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju sistem tranmisi (beban).

2.2.1 Komponen-Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut


Komponen utama dalam mesin pembangkit listrik tenaga gelombang laut
adalah:
2.2.1.1 Piston Hidrolik
Piston adalah bagian yang berfungsi menjaga keseimbangan
generator agar kedudukannya tidak terpengaruh oleh laju
ombak yang bergerak. Piston hidrolik bekerja berdasarkan
hokum Archimedes.

2.2.1.2 Turbin
Turbin adalah bagian converter yang merubah energi
mekanik ombak menjadi energi mekanik gerak yang mana
menggerakan generator adapun turbin impuls.

2.2.1.3 Generator
Mesin listrik yang prinsip kerjanya berdasarkan prinsip
elektromagnetik yang merubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Adapun generator yang digunakan adalah generator 3
fasa dengan frekuensi 50-60 Hz dengan kapasitas daya yang
dihasilkan adalah 2.25 MW

2.2.1.4 Submarine Towers


Menara pemantau yang mana didalamnya terdapat jaringan
interkoneksi dari generator menuju gardu induk atau kendali.
Terdapat beberapa ruangan yaitu ruangan pemantau ombak dan
ruangan pemeliharaan jaringan interkoneksi. Selain dari itu
ruangan ini pun memiliki fungsi sebagai mercusuar pengawas
pelayaran kapal penyebrangan atau nelayan.

2.2.1.5 Pipa Kabel Bawah Tanah


Komponen yang berfungsi melindungi sambungan
interkoneksi dari submarine towers menuju gardu induk atau
kendali agar tidak terjadi gangguan mekanis dan lebih efisien
dalam penyaluran energi ke induk.
2.2.1.6 Gardu Induk atau Kendali
Gardu induk adalah tempat kendali dimana energi yang
didapatkan ditransformasikan ke grid connection atau saluran
transmisi. Di dalam gardu induk terdapat:
2.2.1.6.1 Kapasitor Arus
Kapasitor yang digunakan adalah kapasitor non
polar yang memiliki kapasitansi tinggi yang berfungsi
menyimpan arus agar stabil dan sebagai penguat
sebelum dihubungkan ke saluran grid connection.
2.2.1.6.2 Auto Transformator
Suatu mesin listrik yang berfungsi
mentransformasikan arus agar stabil dan tidak terjadi
rugi-rugi dalam penyaluran energi ke grid connection.
2.2.1.6.3 Trafo Step Up
Listrik yang berfungsi mentransformasikan
tegangan yang mana pada mesin ini tegangan
dinaikkan
2.2.1.6.4 Trafo Step Down
Mesin listrik yang berfungsi mentransformasikan
tegangan yang mana pada mesin ini tegangan
diturunkan.

2.2.1.7 Grid Connection


Suatu proses pentransmisian energi dari gardu induk ke
saluran distribusi yang mana selanjutnya akan disalurkan pada
konsumen.

Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu offshore


dan onshore.
2.2.2 Cara Pengkonversian Energi
Cara mengkonversi energi dari gelombang laut menjadi energi
listrik dibagi menjadi 2 sistem yaitu sistem offshore dan sistem onshore.
2.2.2.1 Sistem Offshore
Sistem offshore dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter
dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck
yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa
energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara bagian
pembungkus luar dan bandul didalamnya untuk diubah menjadi
listrik.
Peralatan yang digunakan yaitu pipa penyambung ke
pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang.
Naik turunnya pengapung berpengaruh terhadap pipa
penghubung yang selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah
laut.

2.2.2.2 Sistem Onshore


Sistem onshore mengkonversi gelombang pantai untuk
menghasilkan energi listrik lewat 3 sistem, yaitu: channel
system, float system, dan osciliating water column system.
Prinsipnya energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini
secara langsung mengaktifkan generator dengan mentransfer
gelombang pada fluida, air atau udara penggerak yang kemudian
mengaktifkan turbin generator.
Pada channel system gelombang disalurkan lewat suatu
saluran kedalam bangunan penjebak seperti kolam buatan.
Ketika gelombang muncul gravitasi akan memaksa air melalui
turbin guna membangkitkan energi listrik.
Pada float systems yang mengatur pompa hidrolik
berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan dengan engsel-engsel
(cockerel) bergerak naik turun mengikuti gelombang. Gerakan
relatif menggerakan pompa hidrolik yang berada di antara
dua rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan
pelampung yang bergerak naik turun didalamnya karena adanya
tekanan air. Gerakan antara pelampung dan tabung
menimbulkan tekanan hidrolik yang diubah menjadi energi
listrik.
Oscillating water column systems menggunakan gelombang
untuk menekan udara diantara kontainer. Ketika gelombang
masuk ke dalam kolom kontainer berakibat kolom air terangkat
dan jatuh lagi sehingga terjadi perubahan tekanan udara. Energi
potensial inilah yang berfungsi menggerakkan atau memutar
turbin sehingga menghasilkan energi listrik. Turbin tersebut
didesain untuk bisa bekerja dengan generator putaran dua arah.
Sistem yang berfungsi mengonversi energi mekanik menjadi
listrik terletak di atas permukaan laut dan terisolasi dari air laut
dengan meletakkannya di dalam ruang khusus kedap air
sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Untuk OWC ini ada dua macam yaitu OWC tidak terapung dan
OWC terapung.

2.2.2.2.1 OWC Tidak Terapung


Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga
bangunan utama yaitu saluran masuk air, reservoir
(penampungan) dan pembangkit. Dari ketiga
bangunan tersebut unsur terpenting adalah pada tahap
pemodifikasian bangunan saluran masuk air yang
tampak berbentuk U, sebab hal itu bertujuan untuk
menaikkan air laut ke penampungan.
Bangunan untuk memasukkan air laut ini terdiri
dari dua unit kolektor dan konverter. Kolektor
berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
semaksimum mungkin, lalu memusatkan gelombang
tersebut ke konverter. Konverter yang didesain
berbentuk saluran yang runcing di salah satu ujungnya
ini selanjutnya akan meneruskan air laut tersebut
menuju reservoir.
Oleh karna bentuknya yang spesifik inisaluran
tersebut dinamakan TapChan (Tappered Channel).
Setelah air tertampung pada reservoir, proses
pembangkitan listrik tidak berbeda dengan
mekanisme kerja pada pembangkit listrik tenaga air
lain. Yaitu air yang sudah terkumpul diterjunkan ke
sisi bangunan yang lain. Energi potensial inilah yang
berfungsi menggerakkan atau memutar turbin
sehingga menghasilkan energi listrik. Turbin tersebut
di desain untuk bisa bekerja dengan generator putaran
dua arah. Sistem yang berfungsi mengkonversi energi
mekanik menjadi listrik terletak diatas permukaan laut
dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya
didalam ruang khusus kedap air sehingga bisa
dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut. OWC ini
dapat diletakkan di sekitar 50 m dari garis pantai pada
kedalaman sekitar 15 m.

Gambar 2.1 Oscillating Water Column tidak terapung


2.2.2.2.2 OWC Terapung
Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga
bangunan utama yaitu saluran masuk air, reservoir
(penampungan) dan pembangkit. Dari ketiga
bangunan tersebut unsur terpenting adalah pada tahap
pemodifikasian bangunan saluran masuk air yang
tampak berbentuk U, sebab hal itu bertujuan untuk
menaikkan air laut ke penampungan.
Bangunan untuk memasukkan air laut ini terdiri
dari dua unit kolektor dan konverter. Kolektor
berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
semaksimum mungkin, lalu memusatkan gelombang
tersebut ke konverter. Konverter yang didesain
berbentuk saluran yang runcing di salah satu ujungnya
ini selanjutnya akan meneruskan air laut tersebut
menuju reservoir.
Oleh karna bentuknya yang spesifik inisaluran
tersebut dinamakan TapChan (Tappered Channel).
Setelah air tertampung pada reservoir, proses
pembangkitan listrik tidak berbeda dengan
mekanisme kerja pada pembangkit listrik tenaga air
lain. Yaitu air yang sudah terkumpul diterjunkan ke
sisi bangunan yang lain. Energi potensial inilah yang
berfungsi menggerakkan atau memutar turbin
sehingga menghasilkan energi listrik. Turbin tersebut
di desain untuk bisa bekerja dengan generator putaran
dua arah. Sistem yang berfungsi mengkonversi energi
mekanik menjadi listrik terletak diatas permukaan laut
dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya
didalam ruang khusus kedap air sehingga bisa
dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut. OWC ini
diletakkan terapung pada permukaan air di tengah
laut.

gambar 2.2 Oscillating Water Column terapung

Pembangkit listrik ini memiliki berbagai kelebihan, seperti energi


bisa diperoleh secara gratis, tidak memerlukan bahan bakar, tidak
menghasilkan limbah, dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang
memadai, serta ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan limbah
padat, cair maupun gas. Namun, dibalik kelebihan tersebut terdapat
beberapa kendala, yaitu pembangkit ini bergantung pada ombak, kadang
dapat energi kadang pula tidak, artinya pembangkit tenaga ini tidak pasti
dapat digunakan. Kemudian, perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana
ombaknya kuat dan muncul secara konsisten. Selain itu, pembangkit listrik
ini membutuhkan alat konversi yang handal yang mampu bertahan dengan
kondisi lingkungan laut yang keras yang disebabkan oleh tingginya tingkat
korosi dan kuatnya arus laut.
Bab III
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumen dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,
terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitian.
Menurut Sugiyono (2013: 13) “Metode penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan terhadap filsafat positivisme. Metode
ini digunakan dalam meneliti terhadap sampel dan populasi penelitian, teknik
pengambilan sampel umumnya dilakukan dengan acak atau random
sampling. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara
memanfaatkan instrumen penelitian yang dipakai. Analisis data yang
digunakan bersifat kuantitatif atau bisa diukur dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya.”
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
kuantitatif merupakan suatu pendekatan di dalam penelitian untuk menguji
hipotesis dengan menggunakan uji data statistik yang akurat.
3.2 Analisis Data
Perencanaan pembangkit listrik tenaga gelombang laut menjadi energi
listrik meliputi:
3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari berbagai hasil
penelitian, publikasi, dan statistik yang akan menunjang penelitian, dan
akan digunakan sebagai data pendukung pada tahap pemrosesan dan
kompilasi data. Data sekunder yang diperlukan dalam pemanfaatan
energi gelombang laut sebagai energi listrik adalah:
3.2.1.1 Data Angin
Data angin diperoleh dari stasiun meteorologi setempat.
3.2.1.2 Peta, Foto Udara dan Citra Satelit
Data ini diperlukan untuk rangka prioritas penentuan lokasi
ideal, baik secara teknis dengan output daya yang dihasilkan
maupun pada kemudahan akses jalan dan prasarana penunjang
penelitian.
3.2.2 Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan pada wilayah lokasi pantai dan daratan
pantai. Adapun data yang diperlukan pada survey lapangan sebagai
berikut:
3.2.2.1 Data Hidro Oseanografi
Data hidro oseanografi meliputi informasi tentang tinggi
gelombang laut, periode gelombang laut, dan bathimetri
(kedalaman)
3.2.2.2 Karakteristik Air
Sifat-sifat korosif air laut akan berpengaruh terhadap
reliabilitas dan life cycle material logam turbin converter energi.
Konduktivitas, viskositas, dan turbiditas air laut juga
mempengaruhi rasio efisiensi turbin converter. Konduktivitas air
laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan
mobilitas ion-ion tersebut satuannya adalah mS/cm (milli-
second per centimeter). Secara umum faktor yang paling
berpengaruh dalam perubahan konduktivitas di laut adalah
temperature.
3.2.2.3 Karakteristik Sedimen
Proses sedimentasi akan mengganggu operasional turbin
sehingga harus diantisipasi sedini mungkin.
3.2.2.4 Data Jenis Tanah
Jenis tanah dasar di perairan pantai akan berpengaruh
langsung terhadap jenis dan model konstruksi dasar struktur.
3.2.3 Rekayasa Prototipe
Rekayasa konstruksi fisik yang di implementasikan adalah berupa
prototipe konversi energi berupa chamber serta turbin gerak dalam
sistem Oscillating Column Water (OWC). OWC merupakan salah satu
sitem yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi energi
listrik dengan menggunakan sistem kolom osilasi.
3.2.4 Implemantasi Prototipe
Implementasi prototipe akan mencakup beberapa jenis pekerjaan
kostruksi, antara lain:
3.2.4.1 Pekerjaan Konstruksi Lapangan
Pekerjaan yang akan dilakukan adalah pembuatan
konstruksi di lapangan yang akan digunakan sebagai struktur
bangunan Oscillating Column Water (OWC).
3.2.4.2 Pekerjaan Konstruksi Konversi Energi
Konversi energi adalah mesin atau alat yang akan
diterapkan dilapangan yang berfungsi untuk membangkitkan
energi listrik yang bersumber dari energi kinetik dan energi
potensial gelombang laut dan fluktuasi pasang surut air laut.
Setelah dilaksanakannya penelitian didapatkan data potensi energi
gelombang laut menjadi energi listrik sebagai berikut:
No Lokasi Angin Tinggi Tinggi Frekuensi
10m rata- signifikan maksimum gelombang
rata (knot) rata-rata rata-rata >3meter
(meter) (meter)
1 Selat Sunda 2-12 0.3-1.7 0.4-2.2 0-5%
2 Perairan selatan 5-15 0.5-2.0 0.7-2.5 0-5%
Banten-Jawa Barat
3 Perairan selatan 5-18 0.5-2.0 0.7-2.5 0-5%
Jawa Tengah
4 Laut Jawa 4-15 0.3-1.2 0.4-1.3 0-5%
5 Perairan Kepulauan 3-13 0.2-0.8 0.4-1.3 0-5%
Seribu
Tabel 3.1 data tinggi gelombang dan kecepatan angin
Setelah didapat data tinggi gelombang dan kecepatan angin, kita bisa
memperoleh data hasil perhitungan potensi energi gelombang laut dengan
menggunakan persamaan sebagi berikut:

Didapat:
No Lokasi Potensi energi Potensi energi gelombang
gelombang laut kondisi laut kondisi maksimal (J)
minimal (J)
1 Selat Sunda 10562,05 1921901
2 Perairan 48898,35 3129494
selatan
Banten-Jawa
Barat
3 Perairan 48898,35 3129494
Selatan Jawa
Tengah
4 Laut Jawa 10562,05 675970,7
5 Perairan 3129,494 200287,6
Kepulauan
Seribu
Tabel 3.2 Hasil perhitungan potensi energi gelombang laut

Setelah didapat hasil perhitungan potensi energi gelombang laut,


selanjutnya kita mencari perhitungan daya yang dapat dibangkitkan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Didapat:
No Lokasi Potensi energi Periode Daya (Watt)
gelombang laut (J) Gelombang
(s)
Min Maks Min Maks Min maks
1 Selat 10562,05 1921901 1,94 4,63 6642,796 1208742
Sunda
2 Perairan 48898,35 3129494 2,51 5,02 30753,68 1968235
selatan
Banten-
Jawa Barat
3 Perairan 48898,35 3129494 2,51 5,02 30752,68 1968235
selatan
Jawa
Tengah
4 Laut Jawa 10562,05 675970,7 1,94 3,89 6642,796 425138,
8
5 Perairan 3192,494 200287,6 1,59 3,18 1968,235 125967,
Kepulauan 1
Seribu
Tabel 3.3 Hasil perhitungan daya yang dapat dibangkitkan
3.3 Diagram Alir

Mulai

Melakukan studi
dokumen

B A
B A

Identifikasi masalah:
Input: Energi gelombang
laut
Output: Energi listrik

Tidak
Apakah gelombang
laut dapat di jadikan
energi alternatif?

Ya

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir


Bab IV
Biaya dan Jadwal
4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Print proposal 30.000,00-
Jumlah 30.000,00-

4.2 Jadwal Kegiatan


No Agenda Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 Pencarian judul
kegiatan
2 Studi dokumen
3 Merumuskan
latar belakang
masalah
4 Merumuskan
dugaan
sementara
5 Merumuskan
desain
penelitian
6 Penulisan
proposal
7 Pengumpulan
proposal
Bab V
Daftar Pustaka
Jurnal
Utami Siti Rahma. 2010. Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut dengan Menggunakan Sistem Oscillating Water Column (OWC) di Tga
Puluh Kelautan Indonesia. Jurnal Teknik Universitas Indonesia.
Collins J, Sepasthika A, Elizabeth B. 2017. Pengembangan Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut dengan Sistem Oscillating Water Column (OWC)
Sebagai Solusi Pemenuhan Kebutuhan Energi di Sulawesi Utara. Jurnal
Teknik Universitas Indonesia
Mardiansyah LA, Ismanto A, Setyawan WB. 2014. Kajian Potensi Gelombang
Laut Sebagai Sumber Energi Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut (PLTGL) dengan Sistem Oscillating Water Column (OWC)
di Perairan Pantai Bengkulu. Jurnal Oseanografi Universitas Diponegoro
3(3): 328-337
Tugas Akhir/Skripsi/Tesis/Disertasi
Susanto IM. 2015. Studi Karakteristik Energi Listrik yang Dihasilkan Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) Metode Pelampung dengan Variasi
Dimensi Pelampung dan Panjang Lengan. [tesis] Surabaya (ID) : Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Anda mungkin juga menyukai