Dibuat Oleh :
Nama : Eduardo Joshua (191031003)
Fakultas Teknologi Industri
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia saat ini sebagian besar masih mengandalkan dari
sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil dan sedikit sekali penggunaan sumber
energi terbarukan sehingga tidak dapat dipungkiri lagi permasalahan yang timbul akibat
penggunaan sumber energi tersebut masih dirasakan masyarakat Indonesia. Komposisi
konsumsi energi nasional saat ini adalah BBM: 52,50%; Gas: 19,04%; Batubara: 21,52%;
Air: 3,73%; Panas Bumi: 3,01%; dan Energi Baru: 0,2%. Kondisi demikian terjadi sebagai
akibat dari kebijakan subsidi masa lalu terhadap bahan bakar minyak dalam upaya memacu
percepatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN) permintaan akan energi listrik pada tahun 2001 adalah 6,4 %, kemudian pada tahun
2002 menjadi 12,8 %. Pada tahun 2005 dilaporkan telah terjadi krisis energi yakni defisit
listrik di Sumatera dan Jawa lebih dari 75 MW, Sulawesi sekitar 24 MW, wilayah lainnya
dibawah 10 MW. Sebagai contoh, energi listrik yang dihasilkan tidak cukup tersedia dan
belum bisa tersebar merata ke seluruh daerah sampai pelosok negeri, terbukti dengan masih
banyak masyarakat di daerah terpencil ataupun masyarakat yang tinggal di daerah pulau
terkecil belum dapat menikmati energi listrik akibat sulitnya membangun jaringan listrik.
Permintaan energi di Indonesia cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi dan pertambahan penduduk. Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN) permintaan akan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001,
terjadi kenaikan permintaan listrik sebesar 6,4%, disusul tahun 2002 menjadi 12,8%.
Diprediksikan sepuluh tahun kedepan, kenaikan permintaan menjadi 9% setiap tahunnya.
Ironisnya, sumber energi konvensional berupa energi fosil yang merupakan sumber energi
utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya.
Sampai tahun 2009, sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih dipasok dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Minyak Bumi masih menduduki peringkat tertinggi,
yaitu 51,66%. Gas alam menduduki tingkat kedua, yakni 28,57%. Sisanya dipasok dari energi
minyak sebesar 15,34% dan energi terbarukan 4,43%. Ketergantungan terhadap konsumsi
energi berbahan bakar fosil dan belum termanfaatkannya sumber energi baru terbarukan
merupakan salah satu kelemahan dalam menerapkan pemerataan kebijakan energi.
Langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kelangkaan/krisis energi di
Indonesia antara lain melalui Kebijakan Energi Nasional, Cetak Biru Pengelolaan Energi
Nasional 2005 - 2025, Kebijakan Strategis Nasional Pembangunan Iptek, serta Kebijakan
Nasional Eksploitasi Laut yang menekankan sustainabilitas energi melalui penciptaan dan
pemanfaatan sumber energi terbarukan. Pada Blue Print Energy Management, manajemen
energi akan dioptimalkan, sehingga pada tahun 2025 komposisi energi diharapkan menjadi
33% batubara, 30% gas, 20% minyak bumi dan 17% energi baru terbarukan.
Salah satu langkah kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)
dalam menjawab isu nasional mengenai energi dengan diversifikasi energi adalah
penganekaraga-man penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru, salah satunya
adalah sumber energi kelautan.
Indonesia dengan total luas lautan hampir 8 juta km2 berusaha untuk mening-katkan
inventarisasi sumberdaya non hayati dimana salah satunya berupa potensi energi arus laut.
Karena lingkungan tektoniknya yang spesifik, Indonesia memerlukan perhatian khusus dalam
mengkaji kapasitas data kelautannya. Oleh karena itu penelitian geosaintifik kelautan di
Indonesia boleh dikatakan masih merupakan hal yang baru.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan memberikan alternatif energi yang ramah lingkungan, dengan
memanfaatkan air laut sebagai energi terbarukan.
Manfaat
Agar masyarakat mengetahui tentang pemanfaatan air dan laut untuk dijadikan energi
terbarukan dan bisa menerapkannya.
PEMBAHASAN
Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan energi dalam transisi, merupakan energi yang terbawa oleh sifat
aslinya. Prinsip dasar terjadinya gelombang laut adalah sebagai berikut (waldopo,2008): ”
Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya ( densitasnya) bergesekan satu sama
lain, maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang. ” Gelombang merupakan
gerakan naik turunnya air laut. Hal ini seperti ditunjukkan pada gambar 1.
2. Model Pelamis
pembangkit listrik laut 2 2 Model Pembangkit Listrik Gelombang Laut Terbaik Di Dunia
Inovasi terbaru dalam desain ini memberikan sendi perangkat untuk bergerak secara bebas
dan universal mengikuti arah gelombang laut. Bila desain awal hanya memberikan sendi
bekerja persis sepert sendi lutut pada manusia, listrik dihasilkan dari gerakan sederhana ke
atas dan ke bawah, atau gerakan menyamping. Sedangkan desain terbaru persis seperti sendi
bola dan socket pada bahu manusia. Hal ini dapat menghasilkan listrik dari berbagai gerakan
seperti bergerak ke atas dan ke bawah, gerakan menyamping, atau gerakan ke arah lain.
Desain ini meningkatkan efisiensi dalam mengubah gelombang menjadi energi listrik.
3. Model Oyster
Perusahaan pengembangnya : Power Aquamarine pembangkit gelombang laut 21 2 Model
Pembangkit Listrik Gelombang Laut Terbaik Di Dunia Sama seperti namanya moluska,
model pembangkit ini berbentuk seperti tiram yang melekat di dasar laut yang sering
membuka dan menutup rahang/mulutnya. Perangkat ini dilengkapi engsel yang sangat besar
yang dipasang pada dasar laut pada kedalaman sekitar 35 meter.
4. del Ceto
Tidak seperti sistem pasang surut konvensional, yang menggunakan kekuatan gelombang
berputar turbin untuk menghasilkan listrik, sistem ini beroperasi di bawah air.Dengan
demikian, sistem ini lebih baik dilindungi dari badai dan korosi.Selain itu, pelampung bawah
air diharapkan untuk menarik satwa liar daripada berdampak dan tidak akan mengganggu
kegiatan manusia seperti berperahu.
Pengaruh Angin
Angin adalah sumber utama terjadinya gelombang lautan. Dengan demikian tinggi
gelombang, periode, dan arah gelombang selalu berhubungan dengan kecepatan dan arah
angin. Angin dengan kecepatan rendah akan menyebabkan kecilnya tinggi gelombang dan
rendahnya periode gelombang yang terjadi, sedangkan angin yang kuat dan angin ribut akan
menyebabkan variasi tinggi serta periode gelombang serta mengarah ke berbagai penjuru.
Pada kondisi angin yang baik, gelombang laut dapat diobservasi secara random, baik untuk
tinggi, periode, maupun arahnya. Angin memberikan pengaruh yang besar terhadap
terjadinya gelombang laut sehingga efisiensi hampir semua pesawat konversi energi
gelombang laut dipengaruhi oleh frekuensi angin yang terjadi sepanjang tahun pada suatu
zone lautan tertentu. Sesuai dari hasil dapat disimpulkan pemanfaatan energi tenaga angin
dapat terus dimanfaatkan pada musim barat. Kemudian pada pola musiman lainnya dapat
dimanfaatkan oleh pemanfaatan energi lainnya yaitu arus, gelombang dan pasang surut air
laut sebagai pembangkit energi listrik skala kecil maupun besar. Gambar 2 menunjukkan
suatu spektrum periode gelombang untuk berbagai variasi kecepatan angin.
Turbin
Turbin merupakan bagian penting dalam suatu pembangkit tenaga listrik. Pada pembangkit
listrik tenaga gelombang laut ini jenis turbin yang digunakan ada dua jenis turbin yang
banyak digunakan yaitu turbin air dan turbin udara. Dimana turbin air menggunakan media
air sebagai fluida kerjanya. Sedangkat turbin udara mengunakan udara sebagai fluida
kerjanya. Jenis turbin air biasanya digunakan pada pembangkit listrik tenaga gelombang laut
yang menggunakan teknologi buoy tipe dan teknologi overtopping devices. Sedangkan
jenisturbin udara dipakai pada pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang menggunakan
teknologi oscilatting water column.
Jenis turbin udara (wells turbine) yang digunakan pada PLTGL-OWC ini adalah
unidirectional wells turbine. Dimana turbin ini terdiri dari 2 jenis ukuran turbin, hal ini
disesuaikan dengan prinsip kerja 2 arah pada PLTGL-OWC. Dua buah turbin ini diatur
dengan kemiringan posisi bidang turbin yang berlawanan, sehingga nantinya pada pergerakan
udara keluar masuk chamber dihasilkan arah putaran yang sama. Kemudian dari perputaran
turbin inilah nantinya akan dikopel dengan generator sehingga dapat menghasilkan daya
listrik.
Pertama-tama aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk kedalam mesin
konversi energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang yang
mempunyai energy kinetik ini dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin ini, energi kinetik
yang dihasilkan gelombang digunakan untuk memutar rotor. Kemudian dari perputaran rotor
inilah energi mekanik yangkemudian disalurkan menuju generator. Di dalam generator,
energi mekanik ini dirubah menjadi energy listrik (daya listrik). Dari generator ini, daya
listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju sistem tranmisi (beban) melalui kabel laut. Daya
listrik yang disalurkan melalui kabel laut ini adalah daya listrik arus searah (DC).
PLTGL-OWC
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi gelombang
laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan
menangkap energi gelombang fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian
tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan
generator listrik sehingga menghasilkan listrik
2. Kekurangan PLTGL :
- Sangat tergantung dengan karakteristik gelombang, kadang-kadang bisa menghasilkan
energi yang besar, kadang-kadang tidak ada.
- Alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca yang jelek.
- Perlu menemukan lokasi yang sesuai dimana ombaknya kuat dan muncul secara
konsisten.
- Membutuhkan alat konversi yang handal yang mampu bertahan dengan kondisi
lingkungan laut yang keras yang disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat korosi dan
kuatnya arus laut
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan energi semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk sehingga
diperlukan sumber energy alternatif yang ramah lingkungan. Salah satu sumber energi yang
ramah lingkungan dan murah adalah pemanfaatan air dan laut.
Saran
Tulisan ini masih memerlukan kajian lebih lanjut agar pemanfaatan energi air dan laut dapat
digunakan secara luas dan menghasilkan energi yang lebih maksimal. Perlu perbandingan
secara kualitatif dan kuantitatif antara setiap bahan yang dapat menghasilkan energi yang
cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Clearesta, E., Julianto, A., Afifah, H., Nurguritno, M., Wahyuningsih, P., Kurniasih, S.
Jemira, Y. R., Dian, T. J. 2010. Konversi Energi-Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Laut.
Majalah Energi-Sustainable Energy Monthly Magazine.
Partowidagdo dkk, 2000. Agenda 21 Sektor Energi Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia Melalui Pembangunan Sektor Energi Yang Berkelanjutan. Hal. 24-28. Jakarta,
2000.
Setiawan dkk, 2010. Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber
Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Soebyakto dan Pranowo. 2010. Studi Potensi Energi Listrik Tenaga Ombak, Pasang Surut,
dan Arus Laut (Studi Kasus di Pantai Tegal). Paper Program Studi Magister Teknik Mesin,
Universitas Pancasila, Jakarta.
Yuningsih, A., Masduki, A., Rachmat, B. Penelitian Potensi Energi Arus Laut sebagai
Sumber Energi Baru Terbarukan di Perairan ToyaPakeh, Nusa Penida, Bali. Jurnal Geologi
Kelautan Vol 8, No. 3, Desember.