Anda di halaman 1dari 11

Potential Assesment of Tidal Stream Energy around Malaka Strait, Riau Island

Rahmadiana Andini
Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang. 50275
Email: rahmadianaandini@gmail.com

ABSTRAK

Energi memainkan peranan penting dalam mencapai sosial, ekonomi, dan lingkungan
untuk pembangunan berkelanjutan sebagai serta dukungan bagi perekonomian nasional.
Penggunaan energi di Indonesia telah meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
dan pertumbuhan penduduk. Kepulauan Riau termasuk kedalam sistem perairan Selat
Malaka, menghubungkan Samudera Hindia di Utara dengan Laut Cina Selatan di selatan
melalui Laut Andaman dan Selat Singapura masing-masing. Selat Malaka sendiri merupakan
perairan yang berada di wilayah Barat yang mempunyai potensi arus laut yang cukup kuat.
Data primer adalah data arus pasang surut. Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Malaka,
kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat eksploratif. Perairan Selat
Malaka berpotensi dalam pembangkit listrik tenaga arus laut, dengan kapasitas daya 262.55
kW/m2 sampai 999.10 kW/m2 serta kecepatan arus yang dihasilkan 1.09 m/s sampai 1.96 m/s.
I. PENDAHULUAN

Kepulauan Riau termasuk kedalam sistem perairan Selat Malaka, menghubungkan


Samudera Hindia di Utara dengan Laut Cina Selatan di selatan melalui Laut Andaman dan
Selat Singapura masing-masing. Selat Malaka sendiri merupakan perairan yang berada di
wilayah Barat yang mempunyai potensi arus laut yang cukup kuat,dimana Selat Malaka
mempunyai panjang sekitar 500 mil, lebar dan kedalaman bervariasi dari 11 untuk 200 mil
dan 10 untuk 70 meter masing-masing.
Dengan kondisi ini, di daerah kepulauan Riau, Selat Malaka terdapat potensi yang
dapat dikembangkan di sektor kelautan, yaitu dengan cara memanfaatkan dan
mengembangkan potensi energi arus laut. Pemanfaatan energi arus adalah yang paling
memungkinkan dibandingkan dengan energi pasang surut, karena untuk pembangunan suatu
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) tidak dibutuhkan anggaran yang terlalu
besar, lahan yang luas, teknologinya cukup sederhana dan sudah dikembangkan di Indonesia.
Oleh karena itu kegiatan penelitian dan pemetaan zonasi potensi energi alternatif kelautan di
perairan kepualuan Riau, Selat Malaka ini lebih difokuskan pada penelitian potensi energi
arus laut.

II. MATERI DAN METODE


Materi dalam penelitian ini menggunakan data primer sebagia data utama dan data
sekunder sebagai data pendukung. Data primer adalah data arus pasang surut. Penelitian ini
dilakukan di perairan Selat Malaka, kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan metode
yang bersifat eksploratif. Eksploratif yaitu mencari tahu seberapa besar keadaan lokasi
penelitian yang berpengaruh terhadap suatu variabel terkait di lingkungan sekitarnya. Dalam
hal ini, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu potensi arus laut yang dapat digunakan
sebagai pembangkit lisrik. Tahap awal yang paling penting adalah mengetahui potensi energi
kelautan yang ada saat ini dengan cara melakukan penelitian dan pemetaan zonasi potensi
energi alternatif kelautan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan potensial.
Dilihat dari posisi geografis pada gambar 1 merupakan sistem perairan regional
daerah kepulauan Riau termasuk kedalam sistem perairan Selat Malaka, menghubungkan
Samudera Hindia di Utara dengan Laut Cina Selatan di selatan melalui Laut Andaman dan
Selat Singapura masing-masing. Selat ini dinamai menurut Kesultanan Malaka yang
memerintah Kepulauan antara 1400 dan 1511. Gambar 1 menunjukkan posisi geografis Selat
Malaka. Selat Malaka sendiri merupakan perairan yang berada di wilayah Barat yang
mempunyai potensi arus laut yang cukup kuat,dimana Selat Malaka mempunyai panjang
sekitar 500 mil, lebar dan kedalaman bervariasi dari 11 untuk 200 mil dan 10 untuk 70 meter
masing-masing. Arus mengalir dalam arah yang hampir konstan dengan kecepatan rata-rata
saat 1-2m/s (Ghazvinei et al., 2018). Selain potensi arus, di beberapa tempat di sekitar
perairan Selat Malaka mempunyai potensi pasang surut yang berkisar antara 4-5 m (Rachmat
et al., 2012).

Gambar 1. Area Investigasi Energi Terbarukan

Konversi energi dilakukan dengan memisahkan data yang telah dipisahkan yaitu data
kecepatan arus pasang surut dan non pasang surut (residu) yang dimana akan sama-sama
dikonversi menjad daya listrik (watt). Untuk mendapatkan besar energi yang dihasilkan oleh
suatu pembangkit listrik arus laut dapat diperoleh dengan melalui persamaan :

1
P= ρA (V ³) ........................................... (1)
2

Dimana P merupakan daya listrik yang dihasilkan (watt), ρ merupakan rapat massa air
(kg/m³) dalam air laut 1025 kg/m³, A adalah luas penampang turbin (m²) dan V merupakan
kecepatan arus (m/s). Dengan mempertimbangkan bahwa pembangkit energi arus laut
memiliki losses di turbin, maka persamaan untuk mendapatkan besar energi yang dihasilkan
oleh suatu pembangkit listrik arus laut dapat diperoleh melalui persamaan 1 menjadi
persamaan 2 :

1
P= ρA (V ³) η ........................................... (2)
2
Dimana η merupakan efisien turbin, dari persamaan satu dan dua dapat disimpulkan bahwa
energi yang dihasilkan tergantung dari kepadatan air laut, luas penampang turbin dan
kecepatan arus. Untuk memudahkan proses perhitungan diasumsikan nilai densitas air laut
adalah sama 1025 kg/m3 sehingga variabel yang paling berpengaruh dalam proses
perhitungan konversi menjadi arus listrik adalah kecepatan arus dan luas turbin (Theoyana et
al., 2015).
Kajian model numerik arus laut di Selat Malaka, kepulauan Riau bertujuan untuk
mendapatkan potensi energi kinetik sebagai penggerak turbin mula turbin melalui pendekatan
sebuah studi arus laut dengan model numerik. Hasil yang dapat dikaji melalui pemodelan
numerik yang secara teori dapat menentukan distribusi kecepatan arus di suatu daerah yang
airnya dangkal (Gao et al., 2015).

Dimana t merupakan waktu, (u,v) adalah kecepatan pada arah x dan y, h merupakan
kedalaman batimetri, ζ merupakan kemiringan dasar perairan, f merupakan parameter
Coriolis, g adalah percepatan gravitasi; τ a , τ b merupakan tegangan geser angin yang terjadi di
bawah perairan dengan arah x dan y; Ex, Ey merupakan parameter dari turbulence viscosity
pada arah x dan y dan Sxx, Sxy, Syx, Syy merupakan kompenen dari radiation stress.
Interpolation dalam hal ini adalah metode untuk menghasilkan sebuah prediction
surface yang bersifat kontinyu dari sekolompok sampel data. Interpolation analysis
diperlukan untuk menunjang data yang tidak mungkin diambil dari semua lokasi yang ada.
Interpolasi didefinisikan sebagai teknik untuk mendapatkan fungsi yang melewati semua titik
dari sebuah set data diskrit (Lamabelawa, 2018).
Profil melintang adalah potongan/penampang melintang dari suatu area pengukuran
melintang yang memperlihatkan jarak dan elevasi tertentu. Pengukuran profil melintang
ditempatkan di atas setiap profil memajang yang telah dihitung ketinggian dan jarak antar
titik ke titik. Sumberdaya dapat dihitung dengan menggunakan metode cross section sehingga
dapat diketahui luas penampang yang menjadi dasar perhitungan volume sumberdaya
(Susanto, 2009), permbuatan sayatan melitang dilakukan dengan menggunakan software
ArcGis 10.4

IV. Hasil dan Pembahasan

Gambar 1. Simulasi Pergerakan Arus saat menuju Pasang di Selat Malaka

Gambar 2. Simulasi Pergerakan Arus saat Pasang di Selat Malaka

Gambar 3. Simulasi Pergerakan Arus saat menuju Surut di Selat Malaka


Gambar 1, 2 dan 3 merupakan simulasi pergerakan arus pasang surut ditinjau dari

permukaan laut. Gambar tersebut menampilkan kecepatan arus saat mulai memasuki pasang

hingga memasuki surut. Hal ini dapat menjadi acuan untuk pemasangan turbin di beberapa

titik di selat malaka yang berpotensi untuk dijadikan wilayah pembangunan PLTAL.

Pemahaman konsep peluang kecepatan dan arah arus laut dengan skala waktu

dan daerah yang lebih luas yang didekati denganpenyelesaian pemodelan numerik akan

mempermudah dalam mengkaji perhitungan potensi distribusi rapat daya listik dan

penentuan lokasi berpotensi.

Model hidrodinamika yang di analisis secara spasial dan di olah dengan

maenggunakan ArcMap 10.6 akan mengusung pemodelan yang akurat, model

diberikan nilai awal dengan pembangkit yang berasal dari gaya pasang surut dan

angin, maka dapat diketahui besar kekuatan arus yang dihasilkan Selat Malaka.

Gambar 2 menunjukan hasil rapat daya di Selat Malaka, Provinsi Riau. Gambar tersebut

merupakan hasil konversi daya dari nilai arus yang dihasilkan oleh model, dalam

delapan kondisi pasang surut.


Gambar 4. Daerah potensi PLTAL di Selat Malaka, Riau
Daerah merah merupakan wilayah berpontensi dengan daya yang cukup besar

dari hasil arus yang dihasilkan model. Kondisi purnama memiliki luasan daerah

optimal yang mebih besar secara umum jika dilihat, hal ini disebabkan karena

kemunculan arus yang optimal lebih besar pada saat pasang surut kondisi purnama.

Kondisi elevasi saat surut menuju pasang maupun sebaliknya lebih besar

peluangnya dibanding kondisi elevasi pasang tertinggi maupun surut terendah, hal

ini terlihat pada gambar pada kondisi tersebut daerah merah yang mewakili nilai arus

yang besar tidak muncul. Kondisi ini diakibatkan karenasaat elevasi tertinggikecepatan

arus relatif mendekati nilai nol.


Gambar 5. Potensi Energi terhadap Kecepatan Arus di Selat Malaka, Riau
Maka dengan melakukan irisan dari delapan kondisi pasang surut didapatkan

daerah yang memiliki potensi dengan harga rapat maksimum ditemukan pada surut

menuju pasang saat purnama sebesar 29.727kw dan saat perbani sebesar 14.004kw.

Potensi arus laut untuk setiap musimnyadi titik stasiun yang diasumsikan berpotensi

dari hasil model yang tersaji pada gambar 7, terlihat fluktuasi daya pada masing –

masing musim. Musim timur terdapat daya rata –rata sebesar 6068 watt, musim

peralihan II daya yang dihasilkan sebesar 6210 watt, yang selanjutnya diikuti oleh

musim barat dan peralihan I masing –masing sebesar 6481 watt dan 6327 watt.

Variasi nilai kecepatan arus yang muncul setiap musimnya walaupun tidak terlihat

perbedaan yang terlalu signifikan untuk setiap musimnya, hal ini diakibatkan oleh

pengaruh musiman angin yang bertiup diatas permukaan air, pada saat musim barat angin

yang bertiup diatas permukaan laut cukup besar yang mengakibatkan terjadinya

meningkatnya kecepatan arus laut di Selat Malaka, sedangkan pada saat musim

timur angin membawa udara kering yang mengakibatkan hembusan angin tidak

besar dan tidak memberi pengaruh yang lebih terhadap kecepatan arus laut Selat

Malaka.

Cross current velocity of tidal condition


(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 2. Penampang melintang kecepatan arus pasang surut saat kondisi (a) neap tide, (b)
neap ebb, (c) spring tide dan (d) spring ebb.

Hal ini dilakukan untuk melihat potensi kecepata arus pada tiap lokasi, dimana
pada tiap lokasi dipengarahui oleh aktivitas arus pasang surut. Kecepatan arus yang
dihasilkan pada tiap lokasi menunjukkan pengaruh pola arus pasang surut sehingga
menghasilkan kecepatan yang optimal sebagai penggerak turbin.

Cross power of tidal condition


(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 3. Penampang melintang kapasitas daya pada kondisi arus pasang surut (a) neap
tide, (b) neap ebb, (c) spring tide dan (d) spring ebb.
V. Kesimpulan
Perairan Selat Malaka sangat berpotensi dalam pengembanagan pembangkit

listrik tenaga arus laut, dengan daya rata –rata hasil konversi kemunculan arus untuk

setiapmusimnya, musim timur dengan daya rata –rata sebesar 6.068kw musim peralihan

II daya rata –rata sebesar 6.210kw selanjutnya musim barat dan peralihan I masing –

masing sebesar 6.481kw dan 6.327kw.

DAFTAR PUSTAKA

Fraenkel, 2002. Power from marine currents.. Journal of Power and Energy, A(1), pp. 1-14.
Rachmat, B., E. Usman, dan D. Kusnida. 2012. Ocean Current Potency And Electric Power
Conversion As A New Renewable Energy In Indragiri Hilir And Palalawan Water,
Province Of Riau. J. Geol. Kelaut., 10(2):69–80.

Anda mungkin juga menyukai