Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PENGAMATAN PERAIRAN SUNGAI MAHAKAM


MENGGUNAKAN GARMIN GPS MAP 585

Nama Anggota :
1. M. Reja Ramdhan (21.11.1001.7311.018)
2. Evi Rahmawati (21.11.1001.7311.022)
3. Cici Aulia Putri (21.11.1001.7311.024)
4. Akhmad Wahyu Maulana (21.11.1001.7311.042)
5. Erika Nadia Putri (21.11.1001.7311.056)
6. Nurul Diah Nabila (21.11.1001.7311.057)
7. Muhammad Ghafhan Marta Wijaya (21.11.1001.7311.058)
8. Alfian Yanuar Julianto (21.11.1001.7311.066)
9. Riska Ine Febriana (21.11.1001.7311.088)
10. Ari Sugenri Sihombing (21.11.1001.7311.091)

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
2023
PENGAMATAN PERAIRAN SUNGAI MAHAKAM

MENGGUNAKAN GARMIN GPS MAP 585

ABSTRAK

Batimetri adalah pengukuran dasar sungai. Data batimetri yang rinci di perairan sungai
Mahakam belum memadai sehingga tidak bisa memberikan informasi bagi aktivitas di
sekitar perairan mahakam tersebut seperti aktivitas kapal-kapal tongkang batu bara. Nilai
kedalaman dapat ditentukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh yang
menggunakan teknologi akustik dengan sistem propagasi suara. Tujuan penelitian adalah
mendapatkan nilai batimetri secara rinci, menampilkan dalam bentuk 3D dan melihat
perbedaan terhadap koreksi pasang surut. Pemetaan batimetri dilakukan di perairan sungai
mahakam, Kaltim, Samarinda pada 3 - 4 Januari 2023. Data akustik dikumpulkan
menggunakan Garmin GPS map 585. Data pasang surut diterapkan untuk koreksi. Data
diproses menggunakan Surfer software 19.1.189, Global Mapper v18. Berdasarkan
penelitian ini, kedalaman maksimal yang didapat adalah 30 m dan kedalaman minimum
yang didapat adalah 1,986 m.

Kata kunci: akustik, batimetri, kedalaman, perairan Sungai Mahakam.

ABSTRACT

Bathymetry is the measurement of the river bed. Detailed bathymetry data in the waters of
the Mahakam river is inadequate, so it cannot provide information for activities around
the Mahakam waters, such as the activities of coal barges. The depth value can be
determined using remote sensing technology that uses acoustic technology with a sound
propagation system. The research objective was to obtain detailed bathymetry values,
display in 3D and see the differences in tide corrections. Bathymetry mapping was carried
out in the waters of the Mahakam river, East Kalimantan, Samarinda on 3-4 January 2023.
Acoustic data was collected using Garmin GPS map 585. Tidal data was applied for
correction. Data were processed using Surfer software 19.1.189, Global Mapper v18.
Based on this research, the maximum depth obtained is 30 m and the minimum depth
obtained is 1.986 m.

Key words: acoustic, bathymetry, depth, Mahakam River waters.

1
Penelitian ini bertujuan untuk
PENDAHULUAN mendapatkan nilai batimetri serta peta topografi
dasar laut/sungai terhadap suatu referensi
Latar belakang
tertentu sehimgga dapat menggambarkan
Sungai Mahakam merupakan nama sebuah keadaan topografi relief dibawah permukaan air
sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur disungai mahakam Samarinda.
yang bermuara di Selat Makassar Sungai dengan
panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah
Kabupaten Kutai Barat dibagian hulu, hingga LANDASAN TEORI
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
Peta Batimetri
Samarinda di bagian hilir. Di sungai hidup
Peta batimetri adalah peta yang
spesies mamalia ikan air tawar yang terancam
menggambarkan kedalaman laut dan disajikan
punah, yakni Pesut Mahakam.
dengan menggunakan garis kontur kedalaman.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat Garis kontur adalah garis abstrak yang
ini memiliki peranan penting dalam kehidupan menghubungkan beberapa lokasi atau daerah
masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, yang memiliki ketinggian atau kedalaman yang
potensi perikanan maupun sebagai prasarana sama. Untuk pengukuran topografi, surveyor
transportasi. membutuhkan sejumlah titk-titik kontrol yang
dipakai sebagai titik patokan. Titik kontrol
Batimetri merupakan ukuran tinggi tersebut dikatakan sebagai pasang surut (pasut)
rendahnya dasar laut atau sungai, sehingga peta untuk mendapatkan referensi ketinggian
batimetri memberikan informasi tentang dasar terhadap muka laut rata-rata.
laut atau sungai, di mana informasi tersebut Pengukuran kedalam laut pada dasarnya
dapat memberikan manfaat pada beberapa dilakukan dengan menggunakan ecosounder
bidang yang berkaitan dengan dasar laut atau Prinsip pengukuran dengan ecosounder adalah
sungai, seperti alur pelayaran untuk kapal rakyat. dengan memancarkan gelombang suara ke arah
dasar laut. Alat ecosounder akan mencatat waktu
Pengukuran batimetri dengan metode pada saat gelombang suara dipancarkan ke dasar
konvensional menggunakan metode batu duga laut dan waktu kedatangan pantulan gelombang
yaitu sistem pengukuran dasar laut suara tersebut Secara matematis kedalaman
menggunakan kabel yang dilengkapi bandul merupakan hasil perkalian antara kecepatan
pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg. gelombang dengan waktu. Kecepatan
Namun seiring perkembangan zaman dan gelombang suara sudah diketahui dan waktu
teknologi, metode tersebut sudah mulai perambatan gelombang dapat dihitung dari
ditinggalkan khususnya dalam pengukuran selisih waktu pemancaran gelombang dengan
perairan yang luas dan dalam. Perkembangan waktu kedatangan pantulan gelombang. Hasil
teknologi saat ini pemetaan batimetri bisa perkalian kecepatan dengan waktu rambat
dilakukan dengan teknologi akustik yaitu gelombang menunjukkan kedalaman air laut
dengan menggunakan gelombang suara atau sungai Dengan adanya peta batimetri maka
sehingga penggunaan teknologi ini lebih baik informasi kedalaman laut, gambaran dasar laut
karena tidak merusak lingkungan sekitar dapat diketahui.
penelitian.
2
Pasang Surut (Pasut) untuk menghindari gelombang yang
dihasilkan agar sehingga data yang diperoleh
Pasang surut atau dikenal dengan istilah valid.
ocean tide merupakan fenomena naik turunnya • Daerah aliran muara sungai akan menggangu
air laut secara periodik akibat gaya gravitasi alat pengukur pasut karena muara sungai
benda-benda langit terutama bulan dan matahari. membawa sedimen dan partikel-partikel
Selain menyebabkan pasang surut, gaya lainya.
gravitasi juga akan menyebabkan perubahan
bentuk terhadap bentuk bumi dan atmosfer `Adapun cara yang digunakan untuk
(Poerbandono, 2005) mendapatkan nilai pasang surut adalah sebagai
berikut. Langkah pertama menentukan interval
Pengukuran Pasut ini dimaksudkan untuk waktu per 5 menit (300 detik), kedua
mendapatkan data elevasi titik-titik yang ada di menghitung selisih dari hasil pengamatan pasut
permukaan bumi maupun titik-titik yang ada di dalam kurun waktu 5 menit, ketiga selisih
atas laut, bumi, dimana tipe Pasut untuk suatu tersebut dijumlahkan dengan 300 untuk
daerah akan bervariasi tergantung pada beberapa mendapatkan hasil perhitungan pasut per detik.
hal, antara lain:
MSL (Mean Sea Level)
• Besarnya massa air laut yang bergerak.
Pada bidang geodesi, ketinggian titik-titik di
• Faktor angin.
atas permukaan bumi umumnya dinyatakan
• Topografi dasar laut (Bathimetri).
terhadap permukaan air laut tertentu. Guna
• Gerakan bulan mengelilingi bumi.
penentuan kedudukan permukaan air laut
Pengukuran pasang surut menggunakan alat sebagai referensi tinggi, dilakukan pengamatan
yang sering disebut “Rambu ukur”. Rambu ukur kedudukan permukaan air laut dalam selang
berbentuk seperti balok kayu yang di beri skala waktu tertentu, misalnya harian, bulanan atau
angka, biasanya di beri dalam satuan centimeter. tahunan (Djaja, 1989a). Salah satu variabel
Penggunaan Rambu ukur harus disesuaikan pasang surut yang sering dijadikan sebagai
dengan pasang tertinggi dan surut terendah agar referensi tinggi, adalah muka laut rata-rata
dapat mengukur semua kondisi muka air laut. (MSL/mean sea level). MSL merupakan
Sehingga tidak ada kondisi muka air laut yang permukaan air laut yang dianggap tidak
tidak terukur. Penempatan alat pengukur pasang dipengaruhi oleh keadaan pasang surut.
surut yang baik adalah sebagai berikut : Walaupun besarnya nilai muka laut rata-rata
dapat berubah, tetapi perubahan yang ada sangat
• Tempatkan di dasar perairan, Agar dapat kecil bila dibandingkan dengan perubahan muka
mengukur secara keseluruhan ketinggian laut aktual. Menurut Pugh (1987). Perubahan
muka air laut dalam skala waktu yang panjang pada muka laut
• Tempatkan pada daerah yang terisolasi rata-rata umumnya berkisar pada 10-20 cm per
• Penempatan seperti ini di maksudkan agar abad. Itulah sebabnya muka laut rata-rata dapat
tidak mudah diganggu digunakan sebagai referensi ketinggian titik-titik
• Tempatkan pada daerah yang tidak dilalui di atas permukaan bumi
kapal. Selain tidak menggangu perjalanan
kapal, penempatan seperti ini juga juga
3
Dalam siklus hidrologi, atau apabila kita akan • LLWL : Lowest Low Water Level, air
merencanakan bangunan di daerah perairan yang terendah pada saat pasang surut bulan
sangat terpengaruh oleh elevasi air laut, maka purnama atau bulan mati (spring tides).
kita memerlukan suatu elevasi permukaan laut
tertentu yang dapat digunakan sebagai referensi. Tetapi dengan waktu yang terbatas, kita
Sampai saat ini ada berbagai macam permukaan hanya menggunakan dapat melakukan satu
laut yang dapat dipakai sebagai referensi, yaitu referensi yaitu MSL (mean sea level).adapun
di antaranya: untuk mendapatkan hasil MSL adalah sebagai
berikut. Pertama mengubah pengamatan rambu
• MHHWL : Mean Highest High Water Level, ukur dari centimeter ke meter, menjumlahkan
tinggi rata-rata dari air tinggi yang terjadi seluruh data hari pertama dan hari kedua setelah
pada pasang surut purnama atau bulan mati itu dibagi dengan jumlah data.perhitungan
(spring tides). tersebut adalah MSL (Mean Sea Level) yang
akan digunakan sebagai acuan dalam
• MLLWL : Mean Lowest Low Water Level, perhitungan.
tinggi rata-rata dari air rendah yang terjadi
pada pasang surut purnama atau bulan mati
(spring tides). 𝐌𝐒𝐋 = 𝚺𝐇𝐭/ 𝐧

• MHWL : Mean High Water Level, tinggi Keterangan:


rata-rata dari air tinggi selama periode 19,6
tahun. MSL : mean sea level

Ht : kedalaman pasang surut pada waktu t


• MLWL : Mean Low Water Level, tinggi air
rata-rata dari air rendah selama 18,6 tahun. n : banyaknya data kedalaman pasang
surut.
• MSL : Mean Sea Level, tinggi rata-rata dari
muka air laut pada setiap tahap pasang surut Singlebeam Echosounder
selama periode 18,6 tahun, biasanya
ditentukan dari pembacaan jam-jam-an. Sistem batimetri dengan menggunakan
singlebeam secara umum mempunyai susunan
• HWL : High Water Level (High Tide), transceiver (tranducer/reciever) yang terpasang
elevasi maksimum yang dicapai oleh tiap air pada lambung kapal atau sisi bantalan pada
pasang. kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara
langsung dari kapal penyelidikan. Transciever
• HHWL : Highest High Water Level, air yang terpasang pada lambung kapal
tertinggi pada saat pasang surut purnama mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi
atau bulan mati (spring tides). tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang
• LWL : Low Water Level (Low Tide), elevasi suara) secara langsung menyusuri bawah kolom
minimum yang dicapai oleh tiap air surut. air. Energi akustik memantulkan sampai dasar
laut dari kapal dan diterima kembali oleh
tranceiver seperti pada gambar 1. Transceiver
4
terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai perairan yang banyak digunakan untuk
fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang aktivitas manusia salah satunya sebagai jalur
pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga
elektrik untuk frekuensi yang diberikan.
Depht = Z + draft +( MSL-Pasut)

transportasi air. Sungai Mahakam biasa dilalui


kapal yang beroperasi untuk keperluan jalur
transportasi beberapa industri.

Pengukuran batimetri dapat menggunakan


beberapa metode, salah satu metode yang biasa
digunakan yaitu menggunakan metode akustik.
Gambar 1 SingleBeam Echosounder
Menurut Suardi (2014) metode akustik
merupakan proses pendeteksian target di laut
dengan mempertimbangkan proses perambatan
suara, karakteristik suara (frekuensi, pulsa,
intensitas), faktor lingkungan atau medium, dan
kondisi target. Metode ini mengukur waktu
tempuh pulsa gelombang akustik yang
dipancarkan oleh transducer pengirim menuju
dasar laut dan dipantulkan kembali.

Pengambilan data kedalaman perairan


dilakukan dengan menggunakan peralatan
Garmin GPSMAP 585. Data kedalaman diambil
sesuai jalur yang telah ditentukan. GPS Maps
dipasang di kapal dengan kedalaman transducer
Gambar 2 Proses Singlebeam Echosounder. (draft) pada hari pertama 0,45 meter dan hari
(Bambang Triatmodjo, 2008) kedua 0,4 meter dari permukaan air pada aliran
Sungai Mahakam. Lintasan pengambilan data
Perhitungan Batimetri
kedalaman dibuat paralel dengan mengikuti
Informasi kedalaman merupakan salah lebar sungai agar data yang didapat sejajar dan
satu aspek yang sangat penting untuk beberapa tegak lurus sungai. Lintasan dibuat dengan jarak
kajian kegiatan sumberdaya kelautan, baik spasi paralel sepanjang kurang lebih 75 meter
kedalaman di perairan dalam maupun perairan menggunakan aplikasi map source. Data yang
dangkal. Namun, saat ini peta batimetri untuk dihasilkan diekstrak menjadi format xyz pada
perairan dangkal masih sangat terbatas, software microsoft excel 2016, nilai xy
termasuk wilayah Sungai Mahakam. Sungai menunjukkan koordinat dari GPS sedangkan
Mahakam merupakan nilai z menunjukkan kedalaman tranducer.
setelah itu data tersebut disatukan dengan data
pasut yang telah diamati sebelumnya. tahap

5
berikutnya menjumlahkan z dari data tranducer
yang telah diubah menjadi minus (-), draft yang
didapat dari pengukuran tranducer, dan
menjumlahkan hasil MSL dikurang Pasut yang
telah diamati

Keterangan:

Depth : Kedalaman

Z : kedalaman pasang surut pada waktu

Draft : pengukuran tranducer terhadap air

MSL : mean sea level

Pasut : pasang surut


Gambar 3 Lokasi penelitian Batimetri dari
barulah didapat nilai Depth atau kedalaman. Jembatan Mahakam sampai jembatan Mahulu
Dengan itu maka selanjutnya membuat kontur
dengan aplikasi surfer untuk memperlihatkan
hasil 3D untuk membuat dan menampilkan
dalam bentuk peta

METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi pengambilan data Batimetri


dilaksanakan di Sungai Mahakam dari Jembatan
Mahakam sampai Jembatan Mahulu di Kota
Samarinda pada tanggal 3 – 4 Januari 2023 dan
untuk Lokasi pengambilan data pasang surut
(Pasut) dilaksaksanakan di Dermaga Pribadi, Jl.
Cipto Mangunkusumo pada tanggal 3 – 4 Januari
2023. Lokasi penelitian bisa dilihat pada gambar
Gambar 4 Lokasi penelitian pasang surut
3 dan gambar 4.

6
Kerangka Konseptual • Batimetri : sebuah metode pengukuran untuk
mengetahui kedalaman dan kontur
berdasarkan koordinat
Pengumpulan data • Pasut : pengukuran muka air secara periodik.

Pengolahan data dimulai dengan :

Map source MSL : acuan yang digunakan untuk depth atau


Membuat jalur
kedalaman permukaan perairan

Draft : Pengukuran yang dilakukan sebelum


proses pegambilan data batimetri

Batimetri Pasut Depth : kedalaman yang telah bisa digunakan


Koordibat, elevasi Tinggi rendah air
pada transducer sebagai ketinggian atau elevasi untuk sebagai
kontur

Surfer : Aplikasi yang digunakan untuk


Pengolahan data
menyajikan data kontur dalam bentuk 3D

Metode Pengambilan Data

Penentuan dan pembuatan perencanaan


MSL Draft Pasut
tracking (jalur sounding) dan rencana atau
per desain survey batimetri (paralel transek atau
triangular transek) kemudian transfer ke dalam
Depht
memory alat (GPSMap 585).
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal
yang melakukan sounding dari titik awal sampai
Surfer
3D ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar
jalur sounding tergantung pada resolusi
ketelitian yang diinginkan.

Kesimpulan / saran Titik awal dan akhir untuk tiap jalur


sounding dicatat dan kemudian diinput ke dalam
Gambar 5 Alir bagan alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas
GPS, untuk dijadikan acuan lintasan perahu
Pelaksaan penelitian dimulai dengan sepanjang jalur sounding. Ketahui panjang dan
pengumpulan data, berupa : lebar tracking kapal (panjang transek),
kecepatan kapal, dan durasi waktu tracking.
• Map source : aplikasi yang digunakan untuk Panjang transek yang telah dibuat di aplikasi
membuat jalur batimetri seperti Map source dan Google Earth, kecepatan
kapal biasanya 3-5 knot dan durasi waktu
tracking sekitar 1 jam. Siapkan sarana dan
7
instalasi alat yang akan digunakan untuk survey dan kedalaman (sesuai susunan dalam penentuan
batimetri batimetri dengan Surfer 9). Olah menggunakan
aplikasi pengolah data batimetri seperti surfer,
Peralatan survei yang diperlukan pada global mapper sehingga tersaji peta batimetri.
pengukuran batimetri diantaranya : Echo
Sounder GPSMap dan perlengkapannya : Metode Analisis Data
Notebook, Satu unit portable computer, Perahu,
Papan pasut, Peralatan keselamatan antara lain Analisis data batimetri dengan mengolah
life jacket. Melakukan percobaan terlebih dahulu data yang didapat dari hasil survey lapang
(pemanasan) untuk memastikan peralatan survey kedalam computer dengan menggunakan
siap guna. Ada baiknya pada hari sebelum beberapa aplikasi. Pertama extract data dari alat
survey sebenarnya dilaksanakan, diadakan kedalam Ms. Excel. Kemudian olah di aplikasi
pemanasan dan pengenalan wilayah survey guna Surfer 10. Buat lembar kerja baru (New
memastikan kemantapan peralatan untuk Worksheet). Salin (Copy) data batimetri dari Ms.
digunakan. Membuat lembar kerja (log book) Excel ke sheet tersebut dengan terlebih dahulu
yang sesuai dengan Badan Standar Nasional. mengetahui kolom x sebagai lintang, y sebagai
Pembuatan lembar kerja sebaiknya disiapkan bujur, dan z sebagai kedalaman. Pada baris
sebelum berada ditempat pengambilan data, dan pertama dalam sheet dikosongkan untuk menulis
format harus disesuaikan dengan Badan Standar jumlah data yang dimiliki dan sedang diolah.
Nasional, agar data yang dibutuhkan tercakup Grid data yang ada dalam sheet tersebut.
dalam lembar kerja tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Melakukan check data sebelum dan
sesudah pengambilan data. Pastikan data yang Peta Jalur Batimetri
dibutuhkan sudah semua terambil sebelum
Peta jalur dibuat menggunakan aplikasi
meninggalkan wilayah survey, sehingga tidak
Map Source. Jalur survei batimetri berlokasi di
ada pengulangan yang tidak dibutuhkan dan
Sungai Mahakam dari Jembatan Mahakam
menyita waktu kedepannya.
sampai Jembatan Mahulu di Samarinda . Berikut
Extract data yang didapat dari GPSMap gambar peta jalur batimetri yang telah
585 dengan memindahkan memori dari ditetapkan:
GPSMap 585 kedalam memori komputer
dengan mentransferkannya. Koreksi data yang
didapat dengan data draft transducer dan pasut.
Hasil data pengukuran memerlukan koreksi
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat,
diantaranya koreksi draft kapal dan koreksi pasut
yang didapat dari pengamatan menggunakan
motiwali atau mori tide.

Olah data dengan memakai data


koordinat dan kedalaman hasil tracking lalu
pisahkan menjadi 3 kolom: latitude, longitude,
8
Pasang surut (Pasut)

Pengukuran Pasang surut (pasut) ini


dimaksudkan untuk mendapatkan data elevasi
titik-titik yang ada di permukaan Sungai
Mahakam. Pengamatan pasut dilakukan di
Dermaga Pribadi, Jl. Cipto Mangunkusumo
Samarinda. Dengan interval waktu per 5 menit.
Setelah mendapatkan interval tersebut
selanjutnya data akan dibuat menjadi data per
detik.

Gambar 5 Peta alur Batimetri

Data Batimetri

Setelah menentukan jalur yang akan


dilalui untuk melakukan penelitian, selanjutnya
adalah melakukan pengukuran dasar air Sungai
Mahakam Menggunakan alat Garmin GPS MAP
585. Data yang akan didapat dari alat tersebut
adalah titik - titik koordinat yang akan
ditampilkan pada tabel berikut : Grafik 1 Pasut Interval 5 Menit

Tabel 1 Data xyz

Tabel 2 Contoh Perhitungan Interval Pasut Per Detik

9
MSL (Mean Sea Level) Surfer

MSL adalah rata rata dari tinggi Dengan mengetahui kedalaman dari
permukaan air yang didapat dari perhitungan masing-masing koordinat maka selanjutnya
jumlah semua data dari pasut yang dibagi menyajikan kontur dalam bentuk 3 dimensi.
dengan banyak data. Untuk menampilkannya menggunakan aplikasi
Surfer.

Draft

Draft adalah pengukuran tinggi antara


tranducer dan permukaan air sebelum dilakukan
pengamatan batimetri. Untuk hari pertama dan
kedua didapat draft 0,45 meter.

Gambar 7 Kontur pada Surfer


Depth
Depth adalah kedalaman yang digunakan
sebagai ketinggian atau elevasi konturpada peta
batimetri. Depth atau kedalaman didapat dari
penjumlahan z dari data tranducer yang telah
diubah menjadi minus (-), draft yang didapat dari
pengukuran tranducer, dan menjumlahkan hasil
MSL yang dikurang Pasut yang telah diamati.

Gambar 8 Kontur + Jalur pada Surfer

Tabel 3 Contoh Perhitungan Depth

10
Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah


dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :

1. Pada lokasi pengamatan didapati kontur


yang terdalam 30 meter dan yang terendah
1.986 meter dengan menggunakan alat
Garmin GPS MAP 585
2. Untuk mengetahui pasang surut air Sungai
Mahakam yaitu dengan cara melakukan
pengamatan di Dermaga Pribadi, Jl. Cipto
Mangunkusumo Samarinda dengan cara
Gambar 9 Peta Kontur global mapper mengamati pasang surut air menggunakan
rambu ukur yang diletakkan ditempat yang
tidak dilalui kapal agar tidak terjadi
pergeseran untuk keakuratan pengamatan..

Gambar 10 Peta Kontur + Jalur pada global


mapper

11
Daftar Pustaka

Agus Masrukhin, Muhammad Ali, Denny Nugroho Sugianto, A. S. (2014). Studi Batimetri Dan
Morfologi Dasar Laut Dalam Penentuan Jalur Peletakan Pipa Bawah Laut (Perairan Larangan-
maribaya, Kabupaten Tegal). Tembalang Semarang.
https://www.neliti.com/id/publications/117383/studi-batimetri-dan-morfologi-dasar-laut-
dalam-penentuan-jalur-peletakan-pipa-ba

Anzari, R., . H., & Surbakti, H. (2017). Pemetaan Batimetri Menggunakan Metode Akustik Di
Muara Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Maspari
Journal : Marine Science Research, 9(2), 77–84. https://doi.org/10.36706/maspari.v9i2.4473

Apa itu Peta Batimetri. (2015). https://geograph88.blogspot.com/2015/07/apa-itu-peta-


batimetri.html

Dahulua, P. E. (2013). Tu Gga G Air Pasa G Surut Da Muka Laut Rata-Rata Di Peraira Sekitar Kota
Bitu G ,. IX(April), 27–30.

Irawan, S., Fahmi, R., & Roziqin, A. (2018). Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang Surut, Arus
Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of
Marine Science and Technology, 11(1), 56. https://doi.org/10.21107/jk.v11i1.4496

Kusumawati, E. D., Handoyo, G., Kelautan, J. I., Perikanan, F., Diponegoro, U., Soedarto, J. P.
H., & Telp, S. (2015). Pemetaan Batimetri Untuk Mendukung Alur Pelayaran Di Perairan
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Journal of Oceanography, 4(4), 706–712.

Ratih, N. (2013). Investigasi Variasi Tahunan Terhadap Mean Sea Level Di Benoa, Bali. Jurnal
Itenas Rekayasa, 17(1), 218839.

12

Anda mungkin juga menyukai