Nama Anggota :
1. M. Reja Ramdhan (21.11.1001.7311.018)
2. Evi Rahmawati (21.11.1001.7311.022)
3. Cici Aulia Putri (21.11.1001.7311.024)
4. Akhmad Wahyu Maulana (21.11.1001.7311.042)
5. Erika Nadia Putri (21.11.1001.7311.056)
6. Nurul Diah Nabila (21.11.1001.7311.057)
7. Muhammad Ghafhan Marta Wijaya (21.11.1001.7311.058)
8. Alfian Yanuar Julianto (21.11.1001.7311.066)
9. Riska Ine Febriana (21.11.1001.7311.088)
10. Ari Sugenri Sihombing (21.11.1001.7311.091)
ABSTRAK
Batimetri adalah pengukuran dasar sungai. Data batimetri yang rinci di perairan sungai
Mahakam belum memadai sehingga tidak bisa memberikan informasi bagi aktivitas di
sekitar perairan mahakam tersebut seperti aktivitas kapal-kapal tongkang batu bara. Nilai
kedalaman dapat ditentukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh yang
menggunakan teknologi akustik dengan sistem propagasi suara. Tujuan penelitian adalah
mendapatkan nilai batimetri secara rinci, menampilkan dalam bentuk 3D dan melihat
perbedaan terhadap koreksi pasang surut. Pemetaan batimetri dilakukan di perairan sungai
mahakam, Kaltim, Samarinda pada 3 - 4 Januari 2023. Data akustik dikumpulkan
menggunakan Garmin GPS map 585. Data pasang surut diterapkan untuk koreksi. Data
diproses menggunakan Surfer software 19.1.189, Global Mapper v18. Berdasarkan
penelitian ini, kedalaman maksimal yang didapat adalah 30 m dan kedalaman minimum
yang didapat adalah 1,986 m.
ABSTRACT
Bathymetry is the measurement of the river bed. Detailed bathymetry data in the waters of
the Mahakam river is inadequate, so it cannot provide information for activities around
the Mahakam waters, such as the activities of coal barges. The depth value can be
determined using remote sensing technology that uses acoustic technology with a sound
propagation system. The research objective was to obtain detailed bathymetry values,
display in 3D and see the differences in tide corrections. Bathymetry mapping was carried
out in the waters of the Mahakam river, East Kalimantan, Samarinda on 3-4 January 2023.
Acoustic data was collected using Garmin GPS map 585. Tidal data was applied for
correction. Data were processed using Surfer software 19.1.189, Global Mapper v18.
Based on this research, the maximum depth obtained is 30 m and the minimum depth
obtained is 1.986 m.
1
Penelitian ini bertujuan untuk
PENDAHULUAN mendapatkan nilai batimetri serta peta topografi
dasar laut/sungai terhadap suatu referensi
Latar belakang
tertentu sehimgga dapat menggambarkan
Sungai Mahakam merupakan nama sebuah keadaan topografi relief dibawah permukaan air
sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur disungai mahakam Samarinda.
yang bermuara di Selat Makassar Sungai dengan
panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah
Kabupaten Kutai Barat dibagian hulu, hingga LANDASAN TEORI
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
Peta Batimetri
Samarinda di bagian hilir. Di sungai hidup
Peta batimetri adalah peta yang
spesies mamalia ikan air tawar yang terancam
menggambarkan kedalaman laut dan disajikan
punah, yakni Pesut Mahakam.
dengan menggunakan garis kontur kedalaman.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat Garis kontur adalah garis abstrak yang
ini memiliki peranan penting dalam kehidupan menghubungkan beberapa lokasi atau daerah
masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, yang memiliki ketinggian atau kedalaman yang
potensi perikanan maupun sebagai prasarana sama. Untuk pengukuran topografi, surveyor
transportasi. membutuhkan sejumlah titk-titik kontrol yang
dipakai sebagai titik patokan. Titik kontrol
Batimetri merupakan ukuran tinggi tersebut dikatakan sebagai pasang surut (pasut)
rendahnya dasar laut atau sungai, sehingga peta untuk mendapatkan referensi ketinggian
batimetri memberikan informasi tentang dasar terhadap muka laut rata-rata.
laut atau sungai, di mana informasi tersebut Pengukuran kedalam laut pada dasarnya
dapat memberikan manfaat pada beberapa dilakukan dengan menggunakan ecosounder
bidang yang berkaitan dengan dasar laut atau Prinsip pengukuran dengan ecosounder adalah
sungai, seperti alur pelayaran untuk kapal rakyat. dengan memancarkan gelombang suara ke arah
dasar laut. Alat ecosounder akan mencatat waktu
Pengukuran batimetri dengan metode pada saat gelombang suara dipancarkan ke dasar
konvensional menggunakan metode batu duga laut dan waktu kedatangan pantulan gelombang
yaitu sistem pengukuran dasar laut suara tersebut Secara matematis kedalaman
menggunakan kabel yang dilengkapi bandul merupakan hasil perkalian antara kecepatan
pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg. gelombang dengan waktu. Kecepatan
Namun seiring perkembangan zaman dan gelombang suara sudah diketahui dan waktu
teknologi, metode tersebut sudah mulai perambatan gelombang dapat dihitung dari
ditinggalkan khususnya dalam pengukuran selisih waktu pemancaran gelombang dengan
perairan yang luas dan dalam. Perkembangan waktu kedatangan pantulan gelombang. Hasil
teknologi saat ini pemetaan batimetri bisa perkalian kecepatan dengan waktu rambat
dilakukan dengan teknologi akustik yaitu gelombang menunjukkan kedalaman air laut
dengan menggunakan gelombang suara atau sungai Dengan adanya peta batimetri maka
sehingga penggunaan teknologi ini lebih baik informasi kedalaman laut, gambaran dasar laut
karena tidak merusak lingkungan sekitar dapat diketahui.
penelitian.
2
Pasang Surut (Pasut) untuk menghindari gelombang yang
dihasilkan agar sehingga data yang diperoleh
Pasang surut atau dikenal dengan istilah valid.
ocean tide merupakan fenomena naik turunnya • Daerah aliran muara sungai akan menggangu
air laut secara periodik akibat gaya gravitasi alat pengukur pasut karena muara sungai
benda-benda langit terutama bulan dan matahari. membawa sedimen dan partikel-partikel
Selain menyebabkan pasang surut, gaya lainya.
gravitasi juga akan menyebabkan perubahan
bentuk terhadap bentuk bumi dan atmosfer `Adapun cara yang digunakan untuk
(Poerbandono, 2005) mendapatkan nilai pasang surut adalah sebagai
berikut. Langkah pertama menentukan interval
Pengukuran Pasut ini dimaksudkan untuk waktu per 5 menit (300 detik), kedua
mendapatkan data elevasi titik-titik yang ada di menghitung selisih dari hasil pengamatan pasut
permukaan bumi maupun titik-titik yang ada di dalam kurun waktu 5 menit, ketiga selisih
atas laut, bumi, dimana tipe Pasut untuk suatu tersebut dijumlahkan dengan 300 untuk
daerah akan bervariasi tergantung pada beberapa mendapatkan hasil perhitungan pasut per detik.
hal, antara lain:
MSL (Mean Sea Level)
• Besarnya massa air laut yang bergerak.
Pada bidang geodesi, ketinggian titik-titik di
• Faktor angin.
atas permukaan bumi umumnya dinyatakan
• Topografi dasar laut (Bathimetri).
terhadap permukaan air laut tertentu. Guna
• Gerakan bulan mengelilingi bumi.
penentuan kedudukan permukaan air laut
Pengukuran pasang surut menggunakan alat sebagai referensi tinggi, dilakukan pengamatan
yang sering disebut “Rambu ukur”. Rambu ukur kedudukan permukaan air laut dalam selang
berbentuk seperti balok kayu yang di beri skala waktu tertentu, misalnya harian, bulanan atau
angka, biasanya di beri dalam satuan centimeter. tahunan (Djaja, 1989a). Salah satu variabel
Penggunaan Rambu ukur harus disesuaikan pasang surut yang sering dijadikan sebagai
dengan pasang tertinggi dan surut terendah agar referensi tinggi, adalah muka laut rata-rata
dapat mengukur semua kondisi muka air laut. (MSL/mean sea level). MSL merupakan
Sehingga tidak ada kondisi muka air laut yang permukaan air laut yang dianggap tidak
tidak terukur. Penempatan alat pengukur pasang dipengaruhi oleh keadaan pasang surut.
surut yang baik adalah sebagai berikut : Walaupun besarnya nilai muka laut rata-rata
dapat berubah, tetapi perubahan yang ada sangat
• Tempatkan di dasar perairan, Agar dapat kecil bila dibandingkan dengan perubahan muka
mengukur secara keseluruhan ketinggian laut aktual. Menurut Pugh (1987). Perubahan
muka air laut dalam skala waktu yang panjang pada muka laut
• Tempatkan pada daerah yang terisolasi rata-rata umumnya berkisar pada 10-20 cm per
• Penempatan seperti ini di maksudkan agar abad. Itulah sebabnya muka laut rata-rata dapat
tidak mudah diganggu digunakan sebagai referensi ketinggian titik-titik
• Tempatkan pada daerah yang tidak dilalui di atas permukaan bumi
kapal. Selain tidak menggangu perjalanan
kapal, penempatan seperti ini juga juga
3
Dalam siklus hidrologi, atau apabila kita akan • LLWL : Lowest Low Water Level, air
merencanakan bangunan di daerah perairan yang terendah pada saat pasang surut bulan
sangat terpengaruh oleh elevasi air laut, maka purnama atau bulan mati (spring tides).
kita memerlukan suatu elevasi permukaan laut
tertentu yang dapat digunakan sebagai referensi. Tetapi dengan waktu yang terbatas, kita
Sampai saat ini ada berbagai macam permukaan hanya menggunakan dapat melakukan satu
laut yang dapat dipakai sebagai referensi, yaitu referensi yaitu MSL (mean sea level).adapun
di antaranya: untuk mendapatkan hasil MSL adalah sebagai
berikut. Pertama mengubah pengamatan rambu
• MHHWL : Mean Highest High Water Level, ukur dari centimeter ke meter, menjumlahkan
tinggi rata-rata dari air tinggi yang terjadi seluruh data hari pertama dan hari kedua setelah
pada pasang surut purnama atau bulan mati itu dibagi dengan jumlah data.perhitungan
(spring tides). tersebut adalah MSL (Mean Sea Level) yang
akan digunakan sebagai acuan dalam
• MLLWL : Mean Lowest Low Water Level, perhitungan.
tinggi rata-rata dari air rendah yang terjadi
pada pasang surut purnama atau bulan mati
(spring tides). 𝐌𝐒𝐋 = 𝚺𝐇𝐭/ 𝐧
5
berikutnya menjumlahkan z dari data tranducer
yang telah diubah menjadi minus (-), draft yang
didapat dari pengukuran tranducer, dan
menjumlahkan hasil MSL dikurang Pasut yang
telah diamati
Keterangan:
Depth : Kedalaman
METODE PENELITIAN
6
Kerangka Konseptual • Batimetri : sebuah metode pengukuran untuk
mengetahui kedalaman dan kontur
berdasarkan koordinat
Pengumpulan data • Pasut : pengukuran muka air secara periodik.
Data Batimetri
9
MSL (Mean Sea Level) Surfer
MSL adalah rata rata dari tinggi Dengan mengetahui kedalaman dari
permukaan air yang didapat dari perhitungan masing-masing koordinat maka selanjutnya
jumlah semua data dari pasut yang dibagi menyajikan kontur dalam bentuk 3 dimensi.
dengan banyak data. Untuk menampilkannya menggunakan aplikasi
Surfer.
Draft
10
Kesimpulan
11
Daftar Pustaka
Agus Masrukhin, Muhammad Ali, Denny Nugroho Sugianto, A. S. (2014). Studi Batimetri Dan
Morfologi Dasar Laut Dalam Penentuan Jalur Peletakan Pipa Bawah Laut (Perairan Larangan-
maribaya, Kabupaten Tegal). Tembalang Semarang.
https://www.neliti.com/id/publications/117383/studi-batimetri-dan-morfologi-dasar-laut-
dalam-penentuan-jalur-peletakan-pipa-ba
Anzari, R., . H., & Surbakti, H. (2017). Pemetaan Batimetri Menggunakan Metode Akustik Di
Muara Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Maspari
Journal : Marine Science Research, 9(2), 77–84. https://doi.org/10.36706/maspari.v9i2.4473
Dahulua, P. E. (2013). Tu Gga G Air Pasa G Surut Da Muka Laut Rata-Rata Di Peraira Sekitar Kota
Bitu G ,. IX(April), 27–30.
Irawan, S., Fahmi, R., & Roziqin, A. (2018). Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang Surut, Arus
Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of
Marine Science and Technology, 11(1), 56. https://doi.org/10.21107/jk.v11i1.4496
Kusumawati, E. D., Handoyo, G., Kelautan, J. I., Perikanan, F., Diponegoro, U., Soedarto, J. P.
H., & Telp, S. (2015). Pemetaan Batimetri Untuk Mendukung Alur Pelayaran Di Perairan
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Journal of Oceanography, 4(4), 706–712.
Ratih, N. (2013). Investigasi Variasi Tahunan Terhadap Mean Sea Level Di Benoa, Bali. Jurnal
Itenas Rekayasa, 17(1), 218839.
12