DISUSUN OLEH :
LA ODE ARUL
E1G119011
2.2 Gelombang
Gelombang adalah dinamika/pergerakan naik dan turunnya
permukaan laut yang disebabkan oleh berbagai kekuatan, dimana
profil/fluktuasi muka air merupakan fungsi ruang(x) dan waktu (t).
Gelombang yang menjalar dari laut dalam adalah gelombang
sinusoidal. Penjalaran gelombang dilaut dalam tidak dipengaruhi oleh
kedalaman dasar (d) laut, tetapi untuk gelombang dilaut transisi dan laut
dangkal, penjalarannya dipengaruhi oleh kedalaman dasar. Di zona
ini,apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak
gelombang yang berada dikedalaman yang lebih dangkal akan menjalar
dengan kecepatan lebih kecil daripada bagian yang menjalar di kedalaman
yang lebih besar.
Berdasarkan kedalaman relative(d/L), yaitu perbandingan antara
kedalaman air(d) dan panjang gelombang(L). Gelombang dapat
diklasifikasikan menjadi 3(tiga) macam yaitu:
1. Gelombang di laut dalam jika d/L≥ 0.50
2. Gelombang di laut transisi jika 0.05 <d/L<0.50
3. Gelombang di laut dangkal jika d/L≤ 0.05
2.5 Fetch
Fetch didefinisikan sebagai daerah angin bergerak dengan arah dan
kecepatan angin yang relatif konstan. Di dalam tinjauan pembangkitan
gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi
laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya
dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam
berbagai sudut terhadap arah angin. Arah angin yang masih dapat diterima
sebagai konstan untuk hitungan adalah bila perubahan arahnya kurang dari
150. Perubahan arah angin lebih dari 450 seyogyanya dianggap sebagai
arah yang berbeda. Pada beberapa pustaka, dikenal fetch efektif untuk
meramalkan gelombang. Menurut beberapa penelitian terakhir, ternyata
penggunaan fetchefektif berakibat terlalu rendahnya hasil hitungan, namun
demikian CERC (1984) masih menganjurkan untuk menggunakan fetch
efektif yang dihitung dengan memperhatikan perairan dan pulau di depan
atau di sekitar lokasi yang ditinjau.
Perhitungan panjang fetch efektif dilakukan dengan menggunakan
bantuan peta topografi lokasi dengan skala yang cukup besar atau
menggunakan Google Earth.
Untuk keperluan peramalan gelombang, fetch efektif juga dapat
dihitung dengan menggunakan Saville’s Method(1962) atau dalam
buku teknik pantai Bambang Triatmodjo (1999) dengan
bentukpersamaan sebagai berikut:
Dengan:
Feff = fetchefektif,
F = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi
gelombang Keujung akhir fetch,
ά = deviasi pada kedua sisi arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 5°sampai sudut sebesar 42°pada kedua
sisi arah angin.
UW = RL.U L
dengan:
U10 = kecepatanangin hasil koreksi elevasi (m/det)
RT = rasio amplifikasi, (RT= 1,1)
UL = kecepatanangin didaratan (m/det)
RL = rasio kecepatan angin di atas laut dengan
daratan,diperoleh dari kurva
UW = kecepatanangin dilaut (m/det).
c. Menghitung U3600
2.8.5 Dermaga
Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar muatan
atau ikan hasil tangkapan (unloading), memuat/mengisi
perbekalan (loadingservice) dan brlabuh (berthing). Dasar
pertimbangan dalam perencanaan dermaga:
Panjang dan lebar dermaga disesuaikan dengan
kapasitas/jumlah kapal yang akan berlabuh.
Lebar dermaga dipilih sedemikian rupa sehingga paling
menguntungkan terhadap fasilitas darat yang tersedia seperti
TPI dan gudang dengan masih tetap mempertimbangkan
kedalaman air.
b. Sheet Pile
Dermaga jenis ini menggunakan sheet pile (turap
atau dinding penahan tanah) untuk menahan gaya-gaya
akibat perbedaan elevasi antara lantai dermaga dengan
dasar kolam. Struktur Dermaga Sheet Pile adalah jenis
struktur yang tidak memperdulikan kemiringan alami dari
tanah. Struktur jenis ini biasanya dibangun pada garis pantai
yang memiliki kemiringan curam dimana, pada umumnya,
tanah pada bagian laut kemudian dikeruk untuk menambah
kedalaman kolam pelabuhan. Tiang pancang masih
diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal yang
sedang sandar atau untuk membantu sheet pile menahan
tekanan lateral tanah. Struktur sheet pile ini dapat
direncanakan dengan menggunakan sistem penjangkaran
(anchor) ataupun tanpa penjangkaran. Sistem penjangkaran
dapat berupa tiang angkur atau angkur batu. Untuk kondisi
perairan dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga
Sheet Pile kurang cocok karena gelombang akan
menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah
dimana kapal sandar. Keuntungan Struktur Dermaga Sheet
Pile adalah tidak memerlukan pengerukan tanah di bawah
deck.
e. Dolphin’s System
Dermaga Sistem Dolphin membutuhkan jetty untuk
menghubungkan dermaga dengan darat. Ada dua jenis
Dermaga Sistem Dolphin, yaitu L-jetty dan fingerpier.
Struktur Dermaga Sistem Dolphin dikatagorikan sebagai
light structure (struktur ringan) karena Struktur Dermaga
Sistem Dolphin direncanakan hanya untuk menerima
beban-beban ringan seperti pipa-pipa penyalur minyak dan
gas serta conveyors. Struktur Dermaga Sistem Dolhpin
biasanya digunakan untuk:
Dermaga ferry untuk kapal jenis Ro-Ro
Dermaga untuk bulk untuk loading batu bara serta
loading unloading minyak.
1) Tipe Demaga
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan tipe dermaga
adalah sebagai berikut:
Tinjauan topografi daeah pantai
Jenis kapal yang dilayani
Daya dukung tanah
2) Panjang Dermaga
Persamaan panjang dermagadisesuaikan dengan fungsi
pelabuhannya, dalam hal ini pelabuhan peti kemas
sehinggadigunakan rumus pendekatan panjang dermaga sebagai
berikut:
Keterangan :
Lp = Panjang Dermaga
Loa = Panjang Kapal
N = Jumlah Kapal yang direncanakan akan
bertambat
3) Lebar Dermaga
Lebar dermaga harus di rencanakan sedemikian rupa,
disesuaikan dengan kebutuhan ruang yang tergantung aktivitas
bongkar muat dan persiapan pelayaran.Umumnya lebar dermaga
antara 3 – 25 m.
4) Panjang Trentle
Penentuan panjang trestle berdasarkan kedalaman dermaga
yang direncanakan, diukur dari titik pelabuhan yang direncanakan
hingga mencapai kedalaman rencana dermaga.
5) Lebar Trestle
Lebar trestle pelabuhan penumpang dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
Tipe-tipe Bollard:
a) Bollard/Bitt
Direncanakan untuk menahan gaya tarik 35 ton b)
b) Double Bitt
Masing-masing bitt direncanakan untuk menahan gaya
tarik sebesar 35 ton.
c) Corner Mooring Post
Alat penambat yang ditanam pada tepi pantai dekat
ujung dermaga yang direncanakan untuk menahan gaya
tarik sebesar 50-100 ton.
IW x F ' udara U 2
WS = ; Iw = Cw( )( )
2 airlaut gdr
Keterangan:
WS = tinggi wind set up (m)
Iw = gradien muka air laut
F’ = panjang fetch effx o (m) ; (dimana, o = Sudut dtang gel
terhadap garis kontur dermaga)
U = kecepatan angin maks. (m/det)
g = percepatan gravitasi bumi (m/det2)
Cw = koef. gesek udara-air = 0,8 10-3 sd 3,0 10-3
dr = kedalaman air laut rerata atau kedalaman dermaga (m)
2.9 Fender
1. Fender kayu
Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang
horisontal atau vertikal. Fender kayu ini mempunyai sifat untuk
menyerap energi.
Fender tiang pancang kayu yang ditempatkan di depan
dermaga dengan kemiringan 1 H : 24 V akan menyerap energi
karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal.
Penyerapan energi tidak hanya tidak hanya diperoleh dari
defleksi tiang kayu, tetapi juga dari balok kayu memanjang. Tiang
kayu dipasang pada setiap seperempat bentang.
2. Fender karet
Karet banyak digunakan sebagai fender, bentuk paling
sederhana dari fender ini berupa ban-ban luar mobil untuk kapal
kecil yang dipasang pada sisi depan di sepanjang dermaga.
Fender karet mempunyai bentuk berbeda seperti fender
tabung silinder dan segiempat, blok karet berbentuk segiempat dan
fender Raykin.
3. Fender gravitasi
Fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton
dan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan berat sampai 15
ton. Apabila terbentur kapal maka fender tersebut akan bergerak ke
belakang dan ke atas, sedemikian sehingga kapal dapat dikurangi
kecepatannya, karena untuk menggerakan ke belakang diperlukan
tenaga yang besar. Prinsip kerja fender gravitasi adalah mengubah
energi kinetik menjadi energi potensial. Perencanaan Fender
a) Dalam perencanaa fender dianggap bahwa kapal bermuatan
penuh dan merapat dengan sudut 100 terhadap sisi depan
dermaga.
b) Energi yang diserap oleh sistem fender dan dermaga biasanya
0,5E. Setengah energi yang lain diserap oleh kapal dan air,
tahanan naik dari nol sampai maksimum dan kerja yang
dilakukan :
1
K=2Fd
\
Gambar 2.12. Benturan kapal pada dermaga
1 1
E=2Fd
2
1𝑊 1
V2 = 2 F d
2 𝑔
𝑊
F = 2𝑔𝑑 V2
Dengan :
F : gaya bentur yang diserap sistem fender
d : defleksi fender
V : komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga
W : bobot kapal bermuatan penuh
Persamaan berikut adalah untuk menentukan jarak maksimum
antar fender.
L = 2 √𝑟 2 − (𝑟 − ℎ)2
dengan : L : jarak maksimum antar fender (m)
r : jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h : tinggi fender
2.10 Pondasi
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah suatu pondasi yang mendukung bangunan bawah
secara langsung pada tanah. Pondasi dangkal dapat dibedakan
menjadi:
a. Pondasi tumpuan setempat.
b. Pondasi tumpuan menerus.
c. Pondasi tumpuan pelat.
2. Pondasi dalam
Pondasi dapat dibedakan menjadi:
a. Pondasi tiang pancang Pondasi tiang pancang digunakan bila
tanah pendukung berada pada kedalaman lebih dari 8 meter,
bentuk dari pondasi tiang pancang adalah lingkaran, segi empat,
segi tiga, dan lainnya.
b. Pondasi sumuran Pondasi sumuran digunakan apabila tanah
pendukung berada pada kedalaman 2-8 meter, pondasi ini
mempunyai bentuk penampang bulat, segiempat, dan oval.
b) Beban Hidup
Berat truk barang
Berat alat pelengkap lain
Keseluruhan beban hidup yang akan ditahan struktur dermaga
Beban kendaraan = wtruk x jumah
Menghitung daya dukung tiang
Cu = N-SPT x (2/3) x 10
Ap = ¼ 𝜋d2
Sehingga, didapatkan daya dukung ujung tiang
Qp = 9 x Cu x Ap/SF