Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

BAB 4
KARAKTERISTIK PANTAI

4.1 Karekristik Hidro-Osceonografi


Hidro-oceanografi adalah suatu lingkup ilmiah laut yang secara khusus
mempelajari tentang sifat-sifat dari pergerakan air laut yang meliputi bathimetri, pasang
surut, gelombang laut dan arus laut.

4.1.1 Bathimetri
Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti "kedalaman", dan μετρον, berarti
"ukuran") adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga
dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief
lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut kontur
kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa
informasi navigasi permukaan.
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-
teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi
kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran
dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek
terhadap pergerakan kapal dan arus. batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan
pelabuhan untuk memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal
besar untuk bersandar.
Pada mulanya, pengukuran batimetri dilakukan dengan menurunkan tali atau
kabel hingga ke dasar laut dengan menggunakan kapal. Namun, teknik ini hanya
mengukur titik kedalaman secara singular dalam satu waktu sehingga kurang efisien.
Pada era modern, pengukuran batimetri bisa dilakukan dengan echosounding (sonar),
yang dipasang di sisi dari suatu kapal kemudian gelombang dipancarkan. Waktu tempuh
dari gelombang yang dipancarkan dari permukaan, kemudian dipantulkan oleh dasar laut

17
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

kemudian diterima kembali dipermukaan digunakan untuk mengalkulasi kedalaman dari


laut yang diukur.

Gambar 4.1 Peta Bathimeti Pantai

4.1.2 Pasang Surut


Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda
di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun masa
bulan jauh lebih kecil dari masa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh
lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada
pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah
2,3 kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan
terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pantai. Sebagai
contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga, dsb ditentukan oleh
elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran / pelabuhan ditentukan
oleh muka air surut.
Tipe Pasang Surut Pasang surut dapat diklasifikasikan menjadi empat macam
dengan menggunakan angka pasang surut (“tide form number”):
ሺ୅୏ଵା୅଴ଵሻ
F=
ሺ୅୑ଶା୅ୗଶሻ

18
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

Keterangan:
F = Angka pasang surut
AK1 = Amplitudo dari constituent pasut K1
A01 = Amplitudo dari constituent pasut 01
AM2 = Amplitudo dari constituent pasut M2
AS2 = Amplitudo dari constituent pasut S2

Klasifikasi Pasang surut dilakukan sebagai berikut:


1. Pasang ganda jika F < 0.25
2. Pasang campuran (ganda dominat) jika 0.25 < F < 1.50
3. Pasang campuran (tunggal dominant) jika1.50 < F < 3.00
4. Pasang tunggal jika F > 3.00

Gambar 4.2 Grafik Pasang Surut Harian


Sumber: DISHIDROS (2017)

4.1.3 Angin
Angin merupakan sebuah fenomena yang terjadi akibat adanya perpindahan
massa udara dari tempat yang memiliki tekanan tinggi menuju tempat yang memiliki
tekanan lebih rendah hingga tercapai keseimbangan (Hassel dan Dobson, 1986).
Kecepatan dan arah angin di atmosfer merupakan hasil dari ketidakmerataan distribusi
dari penyinaran matahari dan karakteristik lempeng benua serta sirkulasi angin pada

19
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

lapisan vertikal atmosfer (Stewart, 2002). Gerak angin dengan konstan pada kecepatan
tertentu dan pada wilayah yang sama di perairan dapat menyebabkan gelombang. Pola
angin yang sangat berperan di wilayah Indonesia adalah angin muson.
Muson Barat Laut (musim Barat) terjadi pada bulan Desember sampai Februari
ketika terjadi musim dingin di Asia yang menyebabkan tekanan di daerah tersebut
meningkat sehinga terjadi pergerakan angin dari Asia ke Australia. Muson Tenggara
(musim Timur) terjadi pada bulan Juni sampai Agustus yang disebabkan musim dingin
di Australia sehingga tekanan meningkat di daerah tersebut dan menyebabkan angin
bergerak dari Australia ke Asia, sedangkan musim Transisi terjadi diantara kedua musim
tersebut (Wyrtki, 1987 ).

Gambar 4.3 Mawar Angin (Wind Rose)

4.1.4 Fetch
Fetch adalah panjang daerah dimana angin berhembus dengan kecepatan dan arah
yang konstan. Di dalam peninjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh
daratan yang mengelilingi. Di daerah pembangkitan gelombang, gelombang tidak hanya
dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin, tetapi juga dalam berbagai sudut

20
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

terhadap arah angin. Cara menghitung fetch efektif adalah sebagai berikut (Triatmodjo,
1999):
σ ௑௜ ୡ୭ୱ ఈ
‫ ݂݂݁ܨ‬ൌ σ ୡ୭ୱ ఈ


Dengan:
Feff : fetch rerata efektif.
Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch.
α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan penambahan 6o
sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah angin.

Gambar 4.4 Fetch


Sumber: Yuwono (1992)

4.1.5 Gelombang
Karakteristik pantai di Indonesia ditentukan melalui proses sebagai berikut:
bermula dari iklim yang akan menentukan sifat, karakteristik dari dinamika gelombang.
Gelombang ini akan memberikan energinya ke pantai. Bagaimana dan seberapa besar
energi yang diberikan oleh gelombang sangat di tentukan oleh profil kedalaman serta
bentuk laut yang ada di Indonesia. Energi yang diberikan oleh gelombang
dimanifestasikan dalam bentuk perpindahan sedimen, kemudian dari sinilah terbentuk
morfologi pantai. Indonesia dicirikan oleh iklim monsoon yang berubah arah dua kali

21
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

dalam setahun sehingga arah dan besar gelombang yang terjadi juga berubah secara
drastis yaitu dalam dua arah yang berlawanan. Secara topografi Indonesia juga unik yaitu
terbentuk dari banyak pulau. Gelombang di lautan yang berada di luar kepulauan dan
lautan yang ada di dalam kepulauan tentu akan mempunyai sifat dinamika yang berbeda.
Bentuk geometri gelombang permukaan laut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.5 Geometri Gelombang Permukaan Laut

Dalam oseanografi pantai biasanya lebih suka menggunakan istilah tinggi


gelombang (H) yaitu jarak antara lembah dan puncak gelombang, daripada amplitude
gelombang (A) yaitu tinggi antara lembah/puncak dengan tinggi muka laut rata-rata
(MSL). Panjang gelombang (L) adalah jarak dari puncak ke puncak gelombang secara
berturutan. Sedangkan waktu antara puncak ke puncak atau lembah ke lembah secara
berturutan dinamakan periode (T). Di pantai umumnya gelombang mempunyai periode
antara 3-25 detik. Periode tersebut dinamakan gelombang angin. Lebih detail lagi, jika
periode antara 3-15 detik maka dinamakan wind seas sedangkan bila periode antara 15-
25 detik dinamakan gelombang badai (swell). Umumnya swell ditemui di pantai yang
berbatasan dengan samudra, misalnya pantai selatan Jawa, sedangkan wind seas
umumnya ditemui di pantai utara Jawa atau daerah pantai yang tak berbatasan dengan
samudra. Periode lebih dari 25 detik dinamakan gelombang panjang, misalnya pasang
surut merupakan gelombang periode panjang dengan peride sekitar 12 jam sampai 24
jam.

22
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

Beberapa parameter penting untuk studi gelombang permukaan laut adalah:

a) Generasi Gelombang
Ketika angin bertiup maka gelombang akan terbentuk. Kekuatan dan umur
gelombang yang terjadi tergantung dari kekuatan dan umur angin. Jika angin
yang bertiup sepoi-sepoi basah maka gelombang yang terjadi hanya kecil (riak
gelombang) yang disebut gelombang kapiler. Dengan berhentinya angin maka
dengan waktu yang tidak terlalu lama, gelombang ini juga akan hilang akibat
dilawan oleh tegangan permukaan air laut. Tetapi jika angin cukup kencang maka
gaya gravitasi akan cukup berperan untuk tetap mempertahankan gerak
gelombang jika angin telah berhenti. Jika angin yang bertiup sangat kencang,
misalnya badai maka akan terjadi gelombang dengan panjang gelombang yang
panjang dan periode sekitar 15 detik.
Gelombang ini akan menjalar dalam daerah yang sangat luas (bisa mencapai
ratusan km) dan amplitude yang tinggi (2 m atau lebih) yang dinamakan swell.
Biasanya gelombang ini terjadi dilautan yang luas (samudra). Jarak dimana angin
bertiup cukup lama untuk menghasilkan swell dinamakan panjang fetch.
Gelombang ini akan menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk sampai di
pantai. Jika lautan dimana angin bertiup tidak terlalu luas maka tidak akan cukup
untuk membangun sebuah fetch gelombang.
Jadi meskipun angin bertiup kencang tetapi swell tidak mesti terbentuk. Begitu
gelombang ini sampai dipantai maka dia akan pecah dan mendistribusikan
energinya dalam bentuk arus pantai dan perpindahan sedimen. Secara umum
fenomena diatas dapat diungkapkan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

23
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

Gambar 4.6 Riwayat Hidup Gelombang Laut

b) Gelombang di Zona Surf


Pada saat gelombang mendekati pantai maka akan terjadi perubahan pada
panjang dan tinggi gelombang. Panjang gelombang akan memendek dan tinggi
gelombang akan naik. Ternyata tinggi gelombang tidak akan naik sampai ke
langit, tetapi ada suatu kondisi kritis dimana kecepatan partikel air akan lebih
besar dari kecepatan fase gelombang. Pada kondisi ini maka gelombang akan
pecah dan mendistribusikan energinya ke pantai. Dalam terminologi
geomorfologi pantai, daerah dimana gelombang pecah sampai bibir pantai
dinamakan zona surf (surf zone). Daerah pada zona ini merupakan daerah paling
aktif karena terjadi transformasi energi yaitu dari energi gelombang ke energi
yang lain misalnya energi disipasi, energi mekanik dll. Terkadang energi ini
mampu menggerakkan massa air yang dikenal dengan nama arus imbuh
gelombang.

Gambar 4.7 Proses Terjadinya Gelombang Pecah

24
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

Gelombang pecah merupakan fenomena yang paling sulit dirumuskan secara


matematik. Dari hasil pengamatan ternyata gelombang pecah banyak macamnya dan
secara umum dapat digolongkan dalam empat golongan yaitu:

a. Gelombang pecah tipe spilling


Pada tipe spilling, muka gelombang pecah akan meluruh searah pantai dan lama
kelamaan akan membentuk buih di bibir pantai.

b. Gelombang pecah tipe plunging


Pada tipe plunging, muka gelombang memecah dengan cara bergulung-gulung
dan akhirnya akan membentuk buih yang dicirikan dengan adanya limpasan yang
ikut di pantai. Gelombang pecah tipe ini sangat baik untuk kegiatan surfing.

c. Gelombang pecah tipe collapsing


Pada tipe collapsing, muka gelombang tidak berubah (pecah) tetapi semakin
mendekati pantai akan membentuk gelombang pipih yang semakin mengecil dan
akhirnya akan menghasilkan aliran turbulen di bibir pantai.

25
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

d. Gelombang pecah tipe surging


Pada tipe surging, muka gelombang juga tidak akan mengalami perubahan
(pecah) tetapi semakin mendekati pantai semakin mengecil dan akhirnya
memecah pada daerah yang sangat dekat dengan bibir pantai.

4.2 Geomorfologi
Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya (Noor, 2010). Pada
dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau bentuk lahan.
Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun dari satelit yang
menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk melihat dan
menginterpretasikan kenampakan geomorfologi (Noor, 2011). Wilayah pantai
merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah tersebut merupakan daerah
pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu, morfologi dan bentang alam wilayah
pantai yang terbentuk merupakan hasil dari hempasan gelombang air laut dan aktivitas
manusia. Geomorfologi pantai dapat berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari,
lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai (Noor, 2010). Geomorfologi yang
merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan muka laut
berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif pada suatu bagian pantai.

26
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan terhadap kenaikan muka laut
adalah pantai dengan geomorfologi berupa penghalang pantai, pantai berpasir, pantai
berlumpur (mudflats), dan delta. Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa
tebing tinggi dan fjords sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.

Gambar 4.5 Profil Geomorfologi Pantai

4.2.1 Proses Pantai


Pantai merupakan kenampakan alam dimana terjadi interaksi keseimbangan
dinamis antara air, angin, dan material (sedimen). Angin dan air bergerak membawa
material (sedimen) dari satu tempat ke tempat yang lain, mengikis dan kemudian
mengendapkannya lagi di daerah lain secara berkesinambungan. Fenomena transport
sedimen tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk morfologi pantai. Pantai
mempunyai pertahanan alami dari serangan arus dan gelombang dimana bentuknya akan
terus-menerus menyesuaikan sehingga dapat meminimalkan energi gelombang yang

27
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

menerpanya. Sistem pertahanan alami ini dapat berupa karang penghalang, atol, sand
dune, longshore bar, kemiringan dasar pantai dan vegetasi yang hidup di pantai (bakau,
api-api, dan sebagainya). Ada dua tipe tanggapan dinamis pantai terhadap gerak
gelombang, yaitu tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap
kondisi gelombang badai. Pada saat badai terjadi, pertahanan alami pantai tidak mampu
menahan serangan energi gelombang yang besar, sehingga pantai dapat tererosi. Setelah
gelombang besar reda, berangsur-angsur pantai akan kembali ke bentuk semula oleh
pengaruh gelombang normal. Tetapi ada kalanya pantai yang tererosi tersebut tidak dapat
kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai terbawa arus dan tidak
dapat kembali ke lokasi semula (Triadmodjo,1999). Proses dinamis pantai sangat
dipengaruhi oleh littoral transport, yang di definisikan sebagai gerak sedimen di daerah
dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai (longshore-transport)
dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material (pasir) yang di
transpor disebut dengan littoral drift (Triadmodjo,1999).

4.2.2 Perubahan Garis Pantai dan Profil Pantai


Secara umum Sutikno (1993) menjelaskan bahwa garis pantai adalah garis
pertemuan antara air laut dengan daratan yang kedudukannya berubah- ubah sesuai
dengan kedudukan pada saat pasang-surut, sedangkan pengaruh gelombang dan arus laut.
pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut
hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang.
Metode Equilibrium Beach Profile Konsep equilibrium beach profile muncul
pada tahun 1977 oleh peneliti Dr. Robert Dean dari Universitas Florida. Profil pantai itu
sendiri merupakan variasi dari perubahan vertikal dari dasar laut terhadap jarak lepas
pantai, dan diukur tegak lurus pantai. Profil pantai dapat disamakan dengan peta
topografi untuk daerah laut. Dean memeriksa lebih dari 500 pantai dari atlantik dan
pantai teluk dikembangkan hubungan yang mengambarkan kedalaman air laut sebanding
dengan jarak lepas pantai terhadap pangkat dua pertiga ukuran sedimen.

28
KARAKTERISTIK DAN PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI 2020

Persamaan Dean’s (1977) yang sederhana untuk equilibrium beach profile, z


=Ax2/3, dimana z adalah kedalaman air laut, A adalah factor skala profil terkait kecepatan
jatuh sedimen, dan x adalah jarak dari lepas pantai.
Metode lainnya melibatkan lebih banyak analisis yang rumit dijelaskan Dean dan
Dalrymple (1996), dimana perhitungan untuk variasi ukuran butiran dan factor skala
profil, A, terhadap arah lepas pantai. Metode ini lebih realistis karena dihitung
berdasarkan pengelompokan alami diameter ukuran butiran dari yang kasar ke halus
terhadap arah potongan melintang pantai. Teori equilibrium beach profile dikembangkan
oleh Dean berdasarkan asumsi gaya yang dominan merusak pantai ialah gaya turbulen
dikarenakan gelombang pecah. Pengembangan teori ini juga berdasarkan konsep dimana
sedimen memiliki ukuran butiran yang dapat bertahan dari tingkat level pemecahan
energy gelombang per satuan volume.
Menurut Dalrymple dan Dean (1996), untuk equilibrium beach profile kedalaman
profil proporsional dengan factor skala “A”, dikalikan dengan pangkat dua sepertiga
jarak lepas pantai. z = Ax2/3 Dimana z adalah kedalaman air laut (m), A adalah factor
skala profil (m1/3) yang berhubungan dengan kecepatan jatuh, dan x adalah jarak lepas
pantai (m). profil factor skala “A” berhubungan dengan diameter pasir, d, oleh Moore
(1982). Dean (1987) lebih lanjut menghubungkan factor skala profil “A”, secara
langsung dengan kecepatan jatuh (m/s), w, pada persamaan (Dalrymple & Dean, 1996):
A = 0,067w0,44 Kecepatan jatuh (m/s), w, adalah hubungan rata-rata diameter sedimen
(mm), d50 oleh Hallermeier (1981) dengan persamaan (Edge, 1997): w = 14d50 1,1
Hubungan antara kecepatan jatuh w, ukuran sedimen d, dan faktor skala profil A, dapat
dilihat pada persamaan diatas.

29

Anda mungkin juga menyukai