Disusun oleh:
Kelas :
Survei Hidrografi B
Dalam peta dasar laut tersebut terdapat beberapa informasi geospasial, salah satunya adalah
peta topografi dasar laut. Untuk mendapatkan peta secara detail mengenai kondisi topografi
dasar laut, perlu dilakukan proses survey hidrografi. Beberapa alat yang digunakan untuk
mengukur kedalaman perairan secara akurat adalah alat Singlebeam Echosounder dan
Mapsounder dengan dilengkapi GPS Internal untuk menentukan posisi horizontal dalam
survey hidrografi.
Seiring perkembangan jaman, metode differensial real time kinematik cukup cepat dan tepat
dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan dengan
menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS
Untuk melakukan penentuan posisi dalam survey hidrografi, dilakukan beberapa metode:
1. Survei Pendahuluan
Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di lokasi survey
yang telah direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-aspek penting
yang berhubungan dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam survey
pendahuluan yang akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah sebagai
berikut :
a. Identifikasi tugu/BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam
pekerjaan adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh BIG dan BPN.
b. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey.
c. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun
pasut disekitar lokasi survey.
d. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai.
e. Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi titik
BM dan stasiun pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-informasi lainnya
yang dianggap penting.
2. Penyediaan titik kontrol horizontal
Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk menyediakan titik referensi bagi
kegiatan pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam satu sistem koordinat. Agar
sistem koordinat ini terikat pada sistem kerangka dasar nasional maka perlu diikatkan
pada titik tetap Bakosurtanal yang telah menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995
(DGN-95) yang ditetapkan tahun 1996 dan merupakan datum yang mengacu pada
datum Internasional WGS-84.
3. Pengamatan pasang surut
Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari permukaan laut
yang terjadi secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat kedalaman suatu titik
berubah-ubah setiap waktu. Untuk itu dalam setiap pekerjaan survey hydrografi perlu
ditetapkan suatu bidang acuan kedalaman laut yang disebut Muka Surutan/Chart Datum.
Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk menentukan muka surutan juga untuk
menentukan koreksi hasil ukuran kedalaman.
4. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode
differensial real time kinematic
Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan
ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi sebagai
Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan berfungsi
sebagai Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi Station akan
menghasilkan koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya
perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi differensial dan dihitung untuk tiap
signal satelit. Melalui gelombang UHF data link dalam format standar RCTM-104
koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke Rover Station melalui antena
defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit yang diterima oleh
Rover Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai koordinat Rover akan dapat
ditentukan dengan ketelitian yang optimal (cm sd. submeter ) untuk penentuan posisi
pada pekerjaan-pekerjaan hydrografi.
Analisa ketelitian posisi horisontal dilakukan dengan mencari nilai standar deviasi
antara GPS Geodetik yang terikat pada CORS dengan GPS Internal Aquamap dan
antara GPS Geodetik yang terikat pada CORS dengan GPS Internal Mapsounder