Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MANAGEMEN SURVEI OSEANOGRAFI

PROPOSAL PROYEK PENAWARAN PEKERJAAN STUDI HIDRO-OSEANOGRAFI


PENANAMAN KABEL LISTRIK BAWAH LAUT TEGANGAN TINGGI

TAUFIK HIDAYAT
NIM 2017.02.4.0061

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2019
I. Latar Belakang
Transmisi merupakan proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya
yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi
(EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah 30 KV, 70 KV, dan 150 KV.
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu saluran
udara (overhead lines), saluran kabel bawah tanah (underground lines), dan saluran bawah laut
(submarine cable).
Pada sistem saluran kabel bawah tanah, tenaga listrik disalurkan melalui kabel-kabel
seperti kabel bawah laut dengan berbagai macam isolasi pelindungnya. Saluran kabel bawah
tanah ini dibuat untuk menghindari risiko bahaya yang terjadi pada pemukiman padat
penduduk. Tenaga listrik sangat dibutuhkan bagi masyarakat untuk berbagai macam keperluan.
Kebutuhan listrik tersebut semakin meningkat seiring dengan perkembangan dinamika
kehidupan masyarakat dan tidak jarang terjadi kekurangan pasokan listrik pada suatu daerah.
Untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan tersebut, maka direncanakan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kalimantan Timur, Kaliangau yang akan
menyalurkan listrik melalui kabel listrik bawah laut 150 KV di Teluk Balikpapan ke Pelabuhan
Penajam.
Pembangunan jalur transmisi ini terdiri dari pemasangan kabel listrik bawah tanah dan
kabel listrik bawah laut 150 KV dari PLTU Kariangau ke Gardu Induk (GI) Petung yang
menghubungkan landing point di area PLTU Kariangau dengan landing point di area Penajam.
Desain pembangunan kabel laut dimulai dari landing point yang berada di darat pada sisi
Kariangau, dilanjutkan menyeberangi laut pada Selat Balikpapan menuju landing point yang
berada di darat pada sisi Penajam.
Dalam mendesain rute kabel laut dibutuhkan peta topografi baik topografi daratan
maupun topografi dasar laut/bathimetri untuk mendapatkan gambaran topografi di sepanjang
koridor rencana jalur kabel laut. Peta topografi daratan diperoleh dari survei teristris yang
memberikan informasi mengenai situasi area landing point di kedua sisi, sedangkan peta
topografi dasar laut/bathimetri diperoleh dari survei hidrografi yang memberikan informasi
kedalaman dasar laut dan bentuk terain dasar laut yang akan dilakukan pemendaman kabel laut.
Untuk mendesain rute kabel laut yang optimal tentu saja memerlukan banyak data, tidak hanya
dengan menggunakan peta topografi dan peta bathimetri saja, melainkan dibutuhkan data lain
seperti peta side scan sonar, anomali magnetik, dan sub bottom profile untuk mengetahui
informasi dasar laut lainnya. Peta side scan sonar digunakan untuk mengetahui citra/gambaran
permukaan dasar laut di sepanjang koridor rencana jalur kabel laut dan mengidentifikasi adanya
material-material yang dapat membahayakan kabel laut, seperti jangkar kapal, kabel dan pipa
eksisting, maupun batu-batu karang.
Selain menggunakan peta side scan sonar, material-material yang dapat membahayakan
kabel laut juga dapat diidentifikasi dengan menggunakan peta anomali magnetik seperti kabel
eksisting dan obyek-obyek metal lainnya di sepanjang koridor rencana jalur kabel laut.
Pembangunan kabel laut dilakukan dengan cara pemendaman di bawah permukaan dasar laut
(seabed), maka dibutuhkan peta sub bottom profile untuk mengidentifikasi lapisan sedimen di
bawah permukaan dasar laut (seabed) dan untuk menentukan informasi penting yang
berhubungan dengan stratigrafi dasar laut seperti penentuan jenis dan batas lapisan tanah di
sepanjang koridor rencana jalur kabel laut.
Beberapa hal yang dijadikan dasar pertimbangan dalam mendesain rute pemasangan
kabel laut yaitu kondisi topografi di sekitar area landing point, kedalaman dan bentuk terain
dasar laut, kondisi anomali magnetik, dan struktur lapisan sedimen dasar laut di sepanjang
koridor rencana jalur kabel laut.

II. Maksud dan Tujuan


Kegiatan pekerjaan ini bermaksud untuk melakukan studi Hidro-Oseanografi sebagai
persiapan untuk pemasangan kabel bawah laut tegangan tinggi dari PLTU Kariangau menuju
penajam.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah mengumpulkan data Hidro-Oseanografi di sekitar area
survei sebagai dasar dalam perancangan desain dan persiapan teknis pemasangan kabel bawah
laut dari PLTU Kariangau menuju penajam.
III. Area Pekerjaan
1. Lingkup Area Survei

Gambar 1. Lokasi Pekerjaan Studi Hidro-Oseanografi Penajam – PLTU Kariangau

2. Area Landing Point

Gambar 2. Lokasi Pekerjaan Studi Hidro-Oseanografi


Rencana Landing Point di sisi PLTU Kariangau
Gambar Lokasi Pekerjaan Studi Hidro-Oseanografi
Rencana Landing Point di sisi Penajam

3. Koordinat rencana lokasi awal studi

Lokasi Koordinat Lokasi Administratif

Sisi PLTU Teluk S : 01°10’21.1’’ Sisi PLTU :


Balikpapan
E : 116°47’16.3’’ PLTU Kariangau

Teluk Balikpapan, Kecamatan


Balikpapan Barat

Sisi Penajam S : 01°14’12.8’’ Sisi Penajam :

E : 116°45’56.7’’ Desa Kayu Api, RT.21

Kelurahan Penajam Kecamatan


Penajam

Kabupaten Penajam Pasir Utara

Akses masuk : Jl. Raden Sukma, RT.19,


Penajam (dekat Chevron)
Catatan : Di sekitar area KR1 (PLTU) ada jetty KCM yang harus dihindari. Sehingga
rencana jalur kabel laut harus menjauhi jetty KCM kemudian menuju ke arah PJ1
(Sisi Penajam). (Lihat peta topografi).

IV. Lingkup Pekerjaan


1. Perijinan ke pihak-pihak terkait. Semua biaya karena efek sosial/perizinan menjadi tanggung
jawab pelaksana studi.
2. Melakukan orientasi lokasi, baik berdasarkan peta hidrografi, peta topografi, dan peta
tematik lainnya dan pengamatan langsung di lokasi proyek.
3. Pemasangan patok BM geodetik permanen yang ditempatkan di sekitar areal landing point.
4. Pengukuran topografi area landing point.
5. Melakukan kegiatan studi hidrografi yang meliputi areal daratan dan lautan, dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Studi Bathimetri dan topometri, dilakukan untuk mendapatkan deskripsi mengenai
terrain, kontur, dan kedalaman pada permukaan dasar laut di sepanjang rencana jalur
kabel.
b. Pengamatan Pasang Surut, dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut pada
lokasi studi dan mencari koreksi pasut untuk mengoreksi nilai kedalaman.
c. Pengamatan arus, dilakukan untuk mengukur kecepatan arus laut di sepanjang rencana
jalur kabel.
d. Studi topografi, dilakukan untuk memetakan situasi dan kontur di area lahan darat yang
akan digunakan sebagai jalur kabel laut dan rencana landing point.
e. Pengukuran GPS Geodetik
f. Usaha untuk membuat Benchmark (BM) di daerah sekitar landing point, BM ini harus
memiliki nilai koordinat dan tinggi yang akan menjadi acuan untuk navigasi kapal
survey di laut dan acuan survey topografi di darat. BM ini juga diadakan dengan tujuan
untuk pengikatan palem pasut dan untuk mendefinisikan nilai chart datum.
6. Semua metode dan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip K3.
V. Metodologi
Aktivitas pelaksanaan studi hidrografi pada area rencana jalur interkoneksi kabel laut ini pada
dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa aktivitas sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
 Data Primer
Dengan cara langsung melakukan peninjauan, pengambilan dan penghimpunan data - data
terkait untuk desain jalur kabel laut.
 Data Sekunder
Melakukan pengumpulan data antara lain Peta Laut, Peta Topografi
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan studi hidro-oseanografi pada lokasi landing point atau area studi yang akan
ditunjuk dan rencana jalur kabel laut ini mencakup hal - hal sebagai berikut :
1. Studi Geodetik
Referensi titik kontrol geodesi (Benchmark) yang merupakan bagian dari Jaringan
Kerangka Kontrol Horizontal Nasional yang terletak di dekat atau di lokasi studi diperlukan
untuk penentuan posisi DGPS (bila menggunakan Shorebase Station/Reference Point), untuk
verifikasi alat penentuan posisi DGPS dan untuk pengikatan relatif titik pengamatan pasut.
 Alat yang di gunakan dalam pekerjaan ini : GPS Geodetik
 Tenaga yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini : Tenaga ahli GPS, surveyor GPS.
 Peralatan K3 yang di perlukan : Sarung Tangan, Sepatu Boot, Topi (Helm
Kerja)

2. Sistem Navigasi & Pengumpulan Data


Penentuan posisi kapal studi harus dilakukan dengan menggunakan GPS receiver dengan
metode Real Time Differential GPS (DGPS) dengan mengikuti prinsip studi yang baik dan
harus menjamin tidak adanya keraguan atas posisi yang dihasilkan. Lintasan kapal studi harus
dapat dipantau setiap saat melalui layar monitor atau diplot pada kertas dari atas anjungan.
Sistem komputer navigasi harus mampu memberikan informasi satelit GPS seperti: nomer
satelit yang digunakan, PDOP dan HDOP. Elevation mask setiap satelit harus diset pada
ketinggian minimum 10 derajat. Bila DGPS yang digunakan menggunakan shore base station,
maka harus antena receiver koreksi yang dipasang di atas kapal studi dan satu lagi di atas titik
berkoordinat di darat sebagai antena pengirim koreksi (shore base station). Selama akuisisi data,
koreksi differential harus dapat dimonitor dari atas kapal pada sistim navigasi. Sistim komputer
navigasi harus dapat menentukan posisi setiap detik, dan jika perlu, logging data ke hardisk
komputer dapat ditentukan setiap 1, 5 atau 10 detik sebagai pilihan atau disesuaikan dengan
interval pengambilan data kedalaman.
Alat yang dipakai adalah alat yang memang ditujukan untuk pengalipkasian sistem DGPS
beserta koreksiannya yang akan dipakai di kapal studi bathimetri, dilarang menggunakan
peralatan seperti GPS fishfinder untuk positioning titik fix pemeruman. Antena receiver GPS
harus sejajar secara vertikal dengan tranducer yang ada di bawahnya, sehingga titik fix
pemeruman sama dengan titik fix positioningnya. Semua sistem koordinat mengacu pada
Datum WGS 84.Tingkat ketelitian JKH, metode studidan formulir pengamatan harus mengacu
ke SNI No.19-6724-15002.
 Alat yang di gunakan dalam pekerjaan ini : GPS Geodetik,
 Tenaga yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini : Tenaga ahli GPS, Tenaga ahli
hidrografi.

3. Studi Bathimetri
Studi Batimetri harus dilaksanakan mencakup sepanjang AS area studi dengan panjang
total jalur ± 5 km dengan lebar koridor 500 m. Interval jarak memanjang (lajur utama) yang
digunakan adalah 10 m dan interval crossing lajur silang adalah 100 m. Lajur utama survey
tegak lurus dengan garis pantai. Semua pekerjaan yang dikerjakan dalam studi hidro –
oseanografi ini harus mengacu pada ketentuan IHO SP-44 edisi ke-5 tahun 2008. Semua bukti
ketelitian kedalaman dan posisi harus dilampirkan dalam laporan.
Peralatan echosounder harus digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum
mencakup seluruh kedalaman dalam area studi. Agar tujuan ini tercapai, alat echosounder harus
dioperasikan sesuai dengan spesifikasi dan standard ketelitian survey Hidrografi (SP-44 IHO,
Edisi ke-5). Dalam hal ini peralatan echosounder yang dipakai dilarang menggunakan
echosounder yang ada di GPS fishfinder.
Daerah perairan yang tidak bisa dilalui oleh kapal studi harus tetap diambil data kedalamannya
dengan cara manual (Topometri).
• Alat yang di gunakan dalam pekerjaan ini : GPS Geodetik, Multibeam
echosounder, Side scan sonar, Kapal, Magnetometer, ROV, Peta bathimetri
• Tenaga yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini : Tenaga ahli GPS, Tenaga ahli
hidrografi, Surveyor hidrografi
• Peralatan K3 yang di perlukan : Sarung Tangan, Sepatu Boot, Topi
(Helm Kerja), Baju pelampung, Pelampung.

4. Pengamatan Pasang Surut


Pengamatan pasang surut harus dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan Muka
Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil studi Batimetri, juga
untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil pengamatan arus.
Stasiun pasang surut harus dipasang di salah satu sisi dari areal rencana landing point.
Pengamatan pasang surut harus dilaksanakan selama pekerjaan studi berlangsung. Secepatnya
setelah pemasangan, tide gauge/staff harus dilakukan pengikatan secara vertikal dengan metode
levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan studi
dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan studi dilakukan.
Apabila kondisi lapangan tidak memungkinkan stasiun pasang surut diletakkan dekat dengan
koridor, maka yang harus diperhatikan adalah bahwa karakter pasang surut di lokasi
pengamatan harus dapat dibandingkan dengan karakter di dalam koridor studi. Lama
pengamatan pasut adalah 30 hari, penghitungan chart datum menggunakan data pengamatan 30
hari tersebut. Semua datum vertikal didasarkan pada Chart Datum yaitu LAT. Menggunakan
metode pengolahan data hasil pengamatan pasut yang memadai dan cocok dengan karakteristik
pasut di areal studi, misalnya admiralty atau Least Square.Metode pengamatan, tingkat
ketelitian dan format formulir pengamatan mengacu pada SNI 7646 : 2010.
• Alat yang di gunakan dalam pekerjaan ini : Sipat datar, Rambu ukur
• Tenaga yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini : Surveyor hidrografi, surveyor topografi
• Peralatan K3 yang di perlukan : Sarung Tangan, Sepatu Boot, Topi (Helm
Kerja)
5. Pengamatan Arus
Pengamatan arus diperlukan dengan tujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan
arus. Data tersebut akan dikorelasikan dengan data pengamatan pasang surut. Pengamatan arus
dilaksanakan di masing-masing areal studi dengan metode :
 Satu (1) stasiun tetap yaitu pada perairan yang mewakili areal studi dan kedalaman dengan
memperhatikan kemudahan akses dan proses pengamatan. Pengamatan dengan
menggunakan current meter yang diturunkan di setiap kedalaman yang mewakili kondisi
arus di areal studi dan mewakili layer-layer atau bagian di dalam perairan. Posisi Current
Meter dapat ditentukan menggunakan handheld GPS.
 Pengamatan arus harus dilaksanakan selama minimal 15 hari dengan menggunakan current
meter, bersamaan dengan pengamatan pasut dan harus mengalami pasang dan surut pada
saat purnama atau bulan mati.
 Alat yang di gunakan dalam pekerjaan ini : Current meter, GPS Handheld
 Tenaga yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini : Surveyor hidrografi
 Peralatan K3 yang di perlukan : Sarung tangan, Sepatu Boot, Topi
(Helm Kerja), Baju Pelampung

6. Studi Topografi : skala 1:1000


Studi Topografi harus dilaksanakan mencakup wilayah area sekitar studi dengan luas area
62.500 m2 pada sisi landing penajam, pada sisi landing kariangau 75.000 m2. Semua pekerjaan
yang dikerjakan dalam studi topografi ini harus mengacu pada ketentuan SNI. Semua bukti
ketelitian ketinggian dan posisi harus dilampirkan dalam laporan.
Peralatan total station harus digunakan untuk mendapatkan data koordinat mencakup seluruh
wilayah dalam area studi. Agar tujuan ini tercapai, alat Total Station harus dioperasikan sesuai
dengan spesifikasi dan standard ketelitian survey Topografi (SP-44 IHO, Edisi ke-5).
 Alat yang di gunakan dalam pekerjaan ini : GPS Geodetic, Total station, Sipat
datar, rambu ukur
 Tenaga yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini : Surveyor topografi
 Peralatan K3 yang di perlukan : Sarung tangan, Sepatu Boot, Topi
(Helm Kerja)
VI. Keluaran
Terbentuknya gabungan Peta Topografi dan Peta Batimetri skala 1:1000 sebagai dasar dalam
perencanaan pemasangan kabel bawah laut.

VII. Jangka Waktu


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini ditetapkan selama maksimal 4 (empat) bulan.

VIII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Maret APRIL MEI JUNI
No URAIAN KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
I Persiapan Administrasi
- Perizinan ke pihak terkait
- Rekrutmen Tenaga Ahli
II Persiapan Teknis
- Orientasi Lokasi
- Pembelian peta topografi area survei
- Pembelian peta hidrografi area survei
- Penyewaan Alat
2 Pelaksanaan
I Pemasangan Patok Kontrol Geodetik
II Pengukuran GPS Geodetik
III Pengukuran Topografi
IV Studi Bathimetri
V Pengukuran Pasut
VI Pengukuran Arus
VII Penggambaran Peta Topografi
VIII Penggambaran Peta Bathimetri
IX Penggabungan Peta Topografi dan Bathimetri
3 Laporan
I Laporan Kemajuan Mingguan
II Laporan Kemajuan Bulanan
III Laporan Akhir

IX. Tenaga Ahli


Tenaga ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini dirinci dalam pengelompokan
tugas sebagai berikut :
1. Team Leader : 1 orang
Kriteria : S-2 Teknik Geodesi dengan pengalaman 7 (tujuh) tahun
2. Tenaga Ahli :
a. Tenaga Ahli GPS : 1 orang
b. Tenaga Ahli Hidro 2 orang

3. Tenaga Pendukung
a. Surveyor Hidrografi : 3 orang
b. Asisten Surveyor Hidrografi : 1 orang
c. Surveyor GPS : 3 orang
d. Surveyor Topografi : 1 orang
e. Administrator Proyek : 1 orang
f. CAD Operator : 2 orang
g. Tenaga Bantu Topografi : 2 orang

X. Rancangan Anggaran Biaya

BIAYA LANGSUNG PERSONIL


Kegiatan : Rencana Pemetaan Topografi dan Hidrografi
Pekerjaan : Pemetaan topografi dan Hidrografi, Survey GPS dan Survey Bathimetri
Tahun Anggaran : 2016
Lokasi : Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur

Volume Harga Satuan


No. Jenis Biaya Rincian Volume Kegiatan Jumlah (Rp)
Kegiatan (Rp)
B. BIAYA LANGSUNG PERSONIL Rp 489,120,000.00
I. TENAGA UTAMA Rp 456,000,000.00
I.1 Team Leader 1 org x 120 hari 120 Rp 750,000.00 Rp 90,000,000.00
I.2 Tenaga ahli geodesi 3 org x 120 hari 360 Rp 600,000.00 Rp 216,000,000.00
I.3 Data Procesing 5 org x 60 hari 300 Rp 200,000.00 Rp 60,000,000.00
I.5 surveyor 4 org x 60 hari 240 Rp 300,000.00 Rp 72,000,000.00
I.6 asisten surveyor 1 org x 60 hari 60 Rp 200,000.00 Rp 12,000,000.00
I.7 Tenaga Lokal 2 org x 60 hari 120 Rp 50,000.00 Rp 6,000,000.00

II. TENAGA PENUNJANG Rp 33,120,000.00


II.1 Administrasi Umum 1 Org x 120 hari 120 Rp 100,000.00 Rp 12,000,000.00
II.4 Office Boy 1 Org x 120 hari 120 Rp 26,000.00 Rp 3,120,000.00
II.5 Supir dan Nahkoda 5 Org x 120 hari 600 Rp 30,000.00 Rp 18,000,000.00
jumlah personil 23 Org
BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL
Kegiatan : Rencana Pemetaan Topografi dan Studi Hidrografi
Pekerjaan : Pemetaan topografi dan Hidrografi, Survey GPS dan Survey Bathimetri
Tahun Anggaran : 2016
Lokasi : Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur
Volume Harga Satuan
No. Jenis Biaya Rincian Volume Kegiatan Jumlah (Rp)
Kegiatan (Rp)
B. BIAYA LANGSUNG NON PERSONAL Rp 818,500,000.00
I. TRANSPORTASI Rp 613,500,000.00
I.1 Sewa Kendaraan Roda Empat + BBM 4 Unit x 120 hari 480 Paket Rp 800,000.00 Rp 384,000,000.00
I.2 Sewa Kapal 3 Unit x 90 hari 270 Paket Rp 850,000.00 Rp 229,500,000.00

II. Biaya Operasional, Pengadaan Dan Sewa-Sewa Rp 203,000,000.00


II.1 Sewa Kantor 1 unit x 120 hari 120 UB Rp 200,000.00 Rp 24,000,000.00
II.2 Gps Geodetik 3 unit x 14 hari 42 paket Rp 500,000.00 Rp 21,000,000.00
II.3 Total station 1 unit x 35 hari 35 paket Rp 280,000.00 Rp 9,800,000.00
II.4 Echosounder 1 unit x 30 hari 30 paket Rp 800,000.00 Rp 24,000,000.00
II.5 Rambu Ukur 2 unit x 30 hari 60 paket Rp 200,000.00 Rp 12,000,000.00
II.6 handy talky 18 unit x 60 hari 1080 paket Rp 50,000.00 Rp 54,000,000.00
II.7 Laptop dan Ploter 2 unit x 90 hari 180 paket Rp 250,000.00 Rp 45,000,000.00
II.8 Bahan Habis Pakai (kerta A0/A1) 1 unit x 2 ls 2 paket Rp 3,000,000.00 Rp 6,000,000.00
II.9 Belanja ATK 1 unit x 2 ls 2 paket Rp 2,000,000.00 Rp 4,000,000.00
II.10 BM besar 4 buah x 1 - 4 - Rp 300,000.00 Rp 1,200,000.00
II.11 Catrige / Tinta Plotter 2 unit x 2 ls 4 paket Rp 500,000.00 Rp 2,000,000.00

III. BUKU-BUKU DAN HASIL Rp 2,000,000.00


III.1 Laporan Final 1 paket x 5 eksemplar 5 - Rp 200,000.00 Rp 1,000,000.00
III.2 Album Peta (A0) 1 paket x 2 eksemplar 2 - Rp 500,000.00 Rp 1,000,000.00

REKAPITULASI RANCANGAN ANGGARAN BIAYA (RAB)


Kegiatan : Rencana Pemetaan Topografi dan Studi Hidrografi
Pekerjaan : Pemetaan topografi dan Hidrografi, Survey GPS dan Survey Bathimetri
Tahun Anggaran : 2016
Lokasi : Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur

NO URAIAN TOTAL BIAYA (RP)

I. BIAYA LANGSUNG PERSONIL Rp 489,120,000.00


II. BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL Rp 818,500,000.00
Jumlah A +B = Rp 1,307,620,000.00
PPN 10 % = Rp 130,762,000.00
Jumlah Setelah PPN = Rp 1,176,858,000.00

Terbilang : Satu Miliyar Seratus Tujuh Puluh Enam Juta Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Ribu Rupiah
XI. Pelaporan
Untuk Oseanografi Penajam – PLTU Kariangau, pelaporan yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Laporan kemajuan pekerjaan fisik yang terdiri dari laporan mingguan dan laporan bulanan
dilaporkan setiap bulannya dengan acuan jadwal yang telah di buat.
2. Laporan akhir pekerjaan yang dibuat setelah pekerjaan fisik selesai dilaksanakan serta
Penyerahan hasil pekerjaan berupa peta dan semua data-data survei topografi dan hidro-
oseanografi yang diserahkan kepada Pengguna Anggaran paling lambat 120 (seratus dua
puluh) hari kalender sejak ditandatanganinya Surat Perintah Mulai Kerja.

Anda mungkin juga menyukai