Anda di halaman 1dari 23

PT PLN (PERSERO)

PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

KERANGKA ACUAN KERJA


STUDI HIDRO - OSEANOGRAFI
PEMBANGUNAN KABEL LAUT 150 kV
KARANGAU GI PETUNG

PT PLN (PERSERO) PUSENLIS


JAKARTA

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN .................................................................................................................3
2.

MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................................................................3

3. LINGKUP PEKERJAAN ......................................................................................................4


4. METODOLOGI ....................................................................................................................9
5.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ................................................................................ 18

6.

HASIL PEKERJAAN ......................................................................................................... 18

7.

TENAGA AHLI ................................................................................................................. 21

8.

PEMBAYARAN ................................................................................................................ 22

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

1.

PENDAHULUAN
Sesuai penugasan PT. PLN (Persero) Pikitring Kalimantan dengan surat No.
047/613/UIPKITRINGKAL/2013 tanggal 28 Februari 2013, perihal Pembangunan Kabel
Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung.
Sehubungan dengan rencana penyambungan interkoneksi 150 kV di tempat tersebut
maka diperlukan studi hidro-oceanografi di areal rencana landing point atau tapak tower
dan di laut di antara pulau-pulau tersebut. Interkoneksi tegangan menengah ke pulaupulau tersebut direncakan akan menggunakan SKTT 150 kV, disambung dari SUTT
existing terdekat, baik itu dengan menggunakan kabel laut juga dengan menggunakan
over head line.
Adapun panjang total SKTT 150 kV yang direncanakan adalah sepanjang 11 km dan
lebar koridor studi adalah 300 m. Lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh PT PLN
(Persero) Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan mencakup studi, penyusunan konsep desain
serta penyusunan dokumen lelang kabel laut dan kelengkapannya untuk interkoneksi kabel
laut 150 kV Teluk Balikpapan.
Guna mendukung kelancaran pembuatan konsep desain dan dokumen lelang sistem
interkoneksi kabel laut 150 kV Teluk Balikpapan ini serta memperoleh masukan terkait
analisis alternatif

jalur interkoneksi, diperlukan aktivitas studi hidro-oseanografi, studi

topografi dan penyelidikan tanah pada areal studi yang telah ditentukan.
2.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan studi hidro-oseanografi, studi topografi dan penyelidikan tanah
pembangunan kabel laut 150 kV Teluk Balikpapan adalah untuk mendapatkan informasi /
data primer kondisi fisik rencana jalur kabel laut yang mencakup rute rencana jalur kabel,
kontur dan kedalaman di sepanjang rencana jalur kabel, jenis material dasar di sepanjang
rencana jalur kabel laut, data pasang surut, data kecepatan arus, data kemungkinan adanya
benda logam seperti ranjau, jangkar dan bangkai kapal atau bahaya lainnya, data pelayaran,
data meteorologi dan data tata ruang laut dan darat wilayah.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Berdasarkan hasil studi tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisis oleh Timpro PLN
Pusenlis guna penyusunan konsep desain dan Dokumen Lelang Kabel Laut untuk proses
pengadaan dan pemasangan jaringan interkoneksi kabel laut 150 kV Teluk Balikpapan.
3.

LINGKUP PEKERJAAN
Untuk memenuhi maksud pekerjaan tersebut diatas, diperlukan kegiatan pada area rencana
proyek, sekurangnya meliputi kegiatan - kegiatan sebagai berikut :
1. Melakukan pengurusan perizinan-perizinan ke pihak-pihak terkait selama
pelaksanaan studi hidro-oseanografi Teluk Balikpapan.
2. Melakukan orientasi lokasi, baik berdasarkan peta hidrografi, peta topografi, dan
peta tematik lainnya dan pengamatan langsung di lokasi proyek.
3. Melakukan pengecekan rencana lokasi landing point kabel laut. Pengecekan
meliputi kondisi kepemilikan dan kemungkinan pemanfaatannya oleh pihak lain
(jika ada). Hal ini untuk meyakinkan bahwa lokasi landing point tersebut dapat
dibebaskan dan tidak akan mengalami perubahan dikemudian hari.
4. Pemasangan patok BM geodetik permanen yang ditempatkan di sekitar areal landing
point.
5. Melakukan pemasangan patok beton di setiap rencana lokasi landing point kabel
laut.
6. Melakukan kegiatan studi hidro-oseanografi yang meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a)

Area Landing Point


i.

Studi kondisi alam yang meliputi kegiatan pengamatan pasang surut


Laut.

ii.

Studi jenis dan kondisi lapisan permukaan tanah pada area landing
point untuk penentuan tipe dan jumlah proteksi mekanik kabel laut.

iii.

Studi topografi detail di rencana lokasi landing point.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

b)

Area Jalur Kabel


Area studi hidro-oceanografi ditetapkan di :

Penajam - PLTU

Gambar Lokasi Pekerjaan Studi Hidro-Oseanografi di antara Penajam PLTU di Teluk


Balikpapan

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Gambar Lokasi Pekerjaan Studi Hidro-Oseanografi Rencana Landing Point di sisi PLTU

Gambar Lokasi Pekerjaan Studi Hidro-Oseanografi Rencana Landing Point di sisi Penajam

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Koordinat rencana lokasi awal studi :


Lokasi

Sisi PLTU Teluk

Koordinat

Sisi PLTU :
S 011021.1

Balikpapan
(Kariangau)_1

Lokasi Administratif

E 1164716.3

PLTU Kariangau
Teluk Balikpapan, Kecamatan
Balikpapan Barat

Sisi Penajam :
Desa Kayu Api, RT.21
Kelurahan Penajam
S 011412.8

Kecamatan Penajam

E 1164556.7

Kabupaten Penajam Pasir

Sisi Penajam
Utara
Akses masuk : Jl. Raden
Sukma, RT.19, Penajam
(dekat Chefron)

Catatan : Di sekitar area KR1 (PLTU) ada jetty KCM yang harus dihindari.
Sehingga rencana jalur kabel laut harus menjauhi jetty KCM kemudian menuju
ke arah PJ1 (Sisi Penajam). (Lihat peta topografi).
Deskripsi

Dari peta laut keluaran Dishidros teramati adanya jalur pipa/kabel bawah laut,
hal ini harus diindetifikasi dari awal sebelum melakukan studi lapangan.
Lokasi landing point di sisi pembangkit ada dua opsi, jadi di kedua opsi itu
akan dilakukan studi hidro-oseanografi.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Studi yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


i.

Studi Bathimetri dan topometri, dilakukan untuk mendapatkan


deskripsi mengenai terrain, kontur, dan kedalaman pada permukaan
dasar laut di sepanjang rencana jalur kabel.

ii.

Studi Sub-Bottom Profile, dilakukan untuk mendapatkan data-data


geologi di bawah dasar laut dan jenis materialnya, seperti penentuan
batas lapisan tanah atau batuan, jenis litologi, dan struktur geologi.
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk memodelkan kondisi di bawah
permukaan dasar laut.

iii.

Studi Side Scan Sonar, dilakukan untuk mendapatkan gambaran/citra


dan tekstur dasar laut. Selain itu, studi ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya objek-objek di dasar laut yang mungkin
mengganggu pekerjaan instalasi bawah laut.

iv.

Studi Magnetometer, ditujukan untuk mengidentifikasi obstacles di


dasar laut berupa benda yang mengandung metal seperti ranjau,
bangkai kapal, jangkar, dan lain-lain

v.

Pengamatan Pasang Surut, dilakukan untuk memperoleh data tinggi


muka air laut pada lokasi studi.

vi.

Pengamatan arus, dilakukan untuk mengukur kecepatan arus laut di


sepanjang rencana jalur kabel.

vii.

Studi topografi, dilakukan untuk memetakan situasi dan kontur di area


lahan darat yang akan digunakan sebagai jalur kabel laut dan rencana
landing point

viii.

Analisis data pelayaran, data meteorologi dan data tata ruang laut
daerah.

7. Menentukan koordinat lokasi - lokasi penting dari jalur interkoneksi kabel laut 150
kV, kabel laut dan Over Head Line yang diperlukan untuk keperluan konsep desain
dan dokumen lelang proyek ini.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

8. Melakukan analisis data dan membuat laporan pelaksanaan studi hidro-oseanografi


serta kesimpulan, saran dan rekomendasi terhadap rencana interkoneksi kabel laut
150 kV Teluk Balikpapan berdasarkan daata primer dan data sekunder.
9. Semua metode dan pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip K3.
4.

METODOLOGI
Aktifitas pelaksanaan studi hidro-oseanografi pada area rencana jalur interkoneksi kabel laut
150 kV ini pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam beberapa aktivitas sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
i.

Data Primer

Dengan cara langsung melakukan peninjauan, pengambilan dan penghimpunan


data - data terkait untuk desain jalur kabel laut 150 kV.

Dengan cara pengamatan dan pemeriksaan visual kondisi jalur kabel laut, studi
hidro-oseanografi dan studi topografi.

ii.

Data Sekunder
Melakukan pengumpulan data antara lain dari PT PLN (Persero), kementerian
ESDM, BAPPEDA, Dept. Kelautan, Dept.Perhubungan, Data BMKG, Dishidros
TNI AL, data tata ruang dari pemerintahan setempat, dll.

b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan studi hidro-oseanografi pada lokasi landing point atau area studi
yang akan ditunjuk dan rencana jalur kabel laut 150 kV Teluk Balikpapan ini mencakup
hal - hal sebagai berikut :
i. Studi Geodetik
Referensi titik kontrol geodesi (Benchmark) yang merupakan bagian dari Jaringan
Kerangka Kontrol Horizontal Nasional yang terletak di dekat atau di lokasi studi
diperlukan untuk penentuan posisi DGPS (bila menggunakan Shorebase
Station/Reference Point), untuk verifikasi alat penentuan posisi DGPS dan untuk
pengikatan relatif titik pengamatan pasut.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Point of Origin untuk kerangka kontrol horisontal tersebut akan dilakukan oleh tim
studi/konsultan yang bersangkutan setelah disetujui oleh PLN. Data titik referensi
lain diperbolehkan jika ada di dekat area studi yang diperoleh dari instansi resmi,
seperti Bakosurtanal. Jika belum ada, maka BM referensi harus diadakan dengan
mengikat ke BM geodetik nasional terdekat dengan metode pengamatan GPS
geodetik differential teliti.
Penentuan point of origin yang dilaksanakan sendiri, dilakukan dengan pengamatan
GPS secara differential maupun dilakukan secara konvensional dengan metode
travverse dari titik referensi yang sudah ada. Jika titik referensi tambahan
dibutuhkan, maka titik tersebut harus dibangun semi-permanen yang dapat mewakili
daerah studi yang telah ditentukan. Di area studi ini dibutuhkan 4 titik kontrol
Horizontal, masing-masing 2 buah di kedua sisi daratan, kecuali sudah tersedia di
lapangan. Titik referensi ini akan dipakai bersama untuk pelaksanaan studi
hidrografi dan studi topografi. Ukuran dan bentuk Pilar BM titik kontrol horizontal
ini harus sesuai dengan SNI No.19-6724-15002 dan ditempatkan di areal yang aman
dari pasang atau gelombang tinggi.
Metode penentuan BM geodetik ini harus benar-benar sesuai dengan kaidah
penentuan survey GPS Geodetik yang ada dan dengan menggunakan metode dan
peralatan yang biasa digunakan dalam studi GPS Geodetik teliti. Dalam hal ini
dilarang menggunakan alat GPS navigasi, misalnya GPS handheld dan
semacamnya.
Dalam kaitannya dengan penggambaran di peta bathimetri maka semua data
kedalaman dan ketinggian di darat (jika ada) harus didasarkan pada Chart Datum
(LAT) atau datum tertentu yang mendapatkan persetujuan dari PLN. Semua elevasi
dan kedalaman harus dihubungkan dengan benchmark tertentu yang terletak di
darat. BM ini harus diikatkan pada stasiun pasut terdekat areal studi dengan
menggunakan metode levelling dan dengan menggunakan alat yang sesuai
peruntukannya.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

10

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

ii.

Sistem Navigasi & Pengumpulan Data


Penentuan posisi kapal studi harus dilakukan dengan menggunakan GPS receiver
dengan metode Real Time Differential GPS (DGPS) dengan mengikuti prinsip studi
yang baik dan harus menjamin tidak adanya keraguan atas posisi yang dihasilkan.
Lintasan kapal studi harus dapat dipantau setiap saat melalui layar monitor atau
diplot pada kertas dari atas anjungan.
Sistim komputer navigasi harus mampu memberikan informasi satelit GPS seperti:
nomer satelit yang digunakan, PDOP dan HDOP. Elevation mask setiap satelit harus
diset pada ketinggian minimum 10 derajat. Bila DGPS yang digunakan
menggunakan shore base station, maka harus antena receiver koreksi yang dipasang
di atas kapal studi dan satu lagi di atas titik berkoordinat di darat sebagai antena
pengirim koreksi (shore base station). Selama akuisisi data, koreksi differential
harus dapat dimonitor dari atas kapal pada sistim navigasi.
Sistim komputer navigasi harus dapat menentukan posisi setiap detik, dan jika perlu,
logging data ke hardisk komputer dapat ditentukan setiap 1, 5 atau 10 detik sebagai
pilihan atau disesuaikan dengan interval pengambilan data kedalaman.
Alat yang dipakai adalah alat yang memang ditujukan untuk pengalipkasian sistem
DGPS beserta koreksiannya yang akan dipakai di kapal studi bathimetri, dilarang
menggunakan peralatan seperti GPS fishfinder untuk positioning titik fix
pemeruman. Antena receiver GPS harus sejajar secara vertikal dengan tranducer
yang ada di bawahnya, sehingga titik fix pemeruman sama dengan titik fix
positioningnya. Semua sistem koordinat mengacu pada Datum WGS 84.

iii.

Studi Bathimetri
Studi Batimetri harus dilaksanakan mencakup sepanjang AS area studi dengan
panjang jalur 11 km dengan lebar koridor 300 m. Interval jarak memanjang (lajur
utama) yang digunakan adalah 20 m dan interval crossing lajur silang adalah 200 m
(10 kali spasi lajur utama). Lajur utama survey tegak lurus dengan garis pantai.
Semua pekerjaan yang dikerjakan dalam studi hidro oceanografi ini harus

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

11

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

mengacu pada ketentuan IHO SP-44 edisi ke-5 tahun 2008. Semua bukti ketelitian
kedalaman dan posisi harus dilampirkan dalam laporan.
Peralatan echosounder harus digunakan untuk mendapatkan data kedalaman
optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area studi. Agar tujuan ini tercapai,
alat echosounder harus dioperasikan sesuai dengan spesifikasi dan standard
ketelitian survey Hidrografi (SP-44 IHO, Edisi V). Dalam hal ini peralatan
echosounder yang dipakai dilarang menggunakan echosounder yang ada di GPS
fishfinder.
Prosedur standar kalibrasi harus dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau
koreksi Sound Velocity Profile (SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan
rambat gelombang suara dalam air, dan juga untuk menentukan index error
correction. Kalibrasi harus dilaksanakan pada setiap sebelum dan setelah
dilaksanakan studi pada hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah
adanya perbaikan apabila terjadi kerusakan alat selama periode studi. Data kalibrasi
harus disimpan dan ditunjukan dalam laporan akhir dan digunakan dalam persamaan
koreksi barcheck.
Pekerjaan studi Batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan
ketinggian lebih dari 1,5 m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5 m bila
menggunakan heave compensator, kecuali ditentukan lain oleh PLN.
Daerah perairan yang tidak bisa dilalui oleh kapal studi harus tetap diambil data
kedalamannya dengan cara manual (Topometri). Pengolahan data batimetrik harus
memperhatikan berbagai macam koreksi, misalnya kedalaman terukur, kedalaman
transducer (echosounder), koreksi pasut, koreksi draft kapal, koreksi barcheck, dll.
Pemberi studi berhak untuk memodifikasi dan menambah lajur studi batimetrik,
SBP, SSS dan Magnetometer, sampai sesuai dengan panjang lajur studi survey yang
tercantum di BOQ, setelah dilakukan pembahasan bersama.
iv. Studi Sub-Bottom Profile
Tujuan dari Studi Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk investigasi dan
identifikasi lapisan sedimen dekat dengan permukaan dasar-laut (biasanya hingga 10

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

12

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

m) dan untuk menentukan informasi penting yang berhubungan dengan stratifikasi


dasar Laut. Studi SBP dapat dilaksanakan bersamaan dengan studi Batimetri. Area
pelaksanaa studi SBP dilaksanakan sama dengan lajur utama yang ditempuh pada
studi Bathimetri.
System Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat memberikan
data sepadan) harus digunakan untuk mendapatkan rekaman data permanent secara
digital dan atau secara grafis atas profil dasar Laut dan perlapisan di bawahnya
dengan penetrasi dan resolusi optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor
rencana jalur kabel. Untuk mencapai maksud ini, peralatan harus dioperasikan sesuai
dengan petunjuk pabrik dan diset untuk mendapatkan rekaman data optimum. Subbottom profiler harus dapat memberikan rekaman data secara grafis dengan jelas
pada skala dan resolusi yang jelas.
Jarak antara transducer/hydrophone dan antena GPS harus dicatat secara tertib pada
Operators Log dan kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi /
koreksi horizontal. DGPS tetap digunakan.
Studi Sub-bottom Profiling tidak boleh dilaksanakan pada cuaca berombak karena
sangat mempengaruhi kualitas data, kecuali apabila menggunakan heave
compensator. Kemungkinan terjadinya noise yang bersumber dari mesin atau kapal
studi harus diupayakan seminimal mungkin dengan berbagai cara. Panjang kabel
seismic source dan hydrophone (bila menggunakan sistem demikian) harus
disediakan cukup sehingga memungkinkan diulur pada jarak yang dapat
memberikan rekaman data optimum. SBP yang digunakan adalah SBP yang bisa
penetrasi sampai layer-layer di bawah seabed, minimal sedalam 4 m dari seabed,
sehingga pelaksana studi bisa menganalisis dan menginterpretasi ketebalan dan jenis
layer-layer di bawah seabed. Contoh alat yang bisa digunakan adalah seismic
boomer.
v. Studi Magnetometer
Studi magnetik dilaksanakan untuk mendeteksi adanya obyek-obyek metal pada
atau dekat permukaan dasar laut yang mungkin akan membahayakan. Bahaya yang
dimaksud antara lain berupa : wrecks, sunken buoys, steel cables, existing
Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

13

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

pipe/cables maupun bahaya lain yang terdapat di area studi yang telah ditentukan.
Studi magnetik dilaksanakan sama dengan interval lajur utama studi batimetri
dengan menggunaan lajur silang. Studi magnetometer tidak disarankan untuk
dilaksanakan bersamaan dengan studi Side Scan Sonar karena dikawatirkan terjadi
gangguan yang bersumber dari towfish Side
Terkait lajur studi magnetometer ataupun lajur studi yang lainnya harus
dikonsultasikan dengan pemberi studi sebelum dilakukan studi. Panjang kabel
disediakan cukup agar dapat dioperasikan secara optimum sesuai dengan
kedalaman air Laut selama pelaksanaan studi. Untuk mendapatkan rekaman (secara
grafis atau digital) yang memberikan anomali jelas dan pada skala optimum, sensor
unit dipasang sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan deteksi optimum.
Jika terdapat indikasi adanya obyek metal yang cukup signifikan di suatu area
tertentu, maka dilakukan studi investigasi lebih lanjut dengan cara menjalankan lajur
studi dengan interval lebih rapat.
Studi Magnetometer ini harus memiliki referensi dan koreksi variasi diurnal, maka
dilakukan pengukuran medan magnet bumi di darat (base station). Selanjutnya
data-data anomali magnetik yang ditemukan dalam studi akan diplot di atas peta
batimetri. Metode pengolahan data harus menyertakan koreksi-koreksi yang
seharusnya sehingga menghasilkan hasil akhir yang bagus. Pada studi ini, DGPS
tetap digunakan.
vi. Studi Side Scan Sonar
Dual-channel Side Scan Sonar System dengan kemampuan cakupan jarak minimal
hingga 75 m harus digunakan untuk mendapatkan data citra kenampakan dasar-Laut
(seabed features) di sepanjang koridor yang sama dengan studi Batimetri. Skala
penyapuan yang digunakan harus diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap
minimal 50% untuk area studi yang direncanakan. Area pelaksanaa studi SSS harus
dilaksanakan dengan spasi antara lajur utamanya adalah 75 m. Lajur-lajur studi side
scan sonar harus disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan minimal
tersebut dapat terpenuhi.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

14

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Apabila menggunakan towfish yang ditarik, panjang kabel towfish harus tersedia
cukup agar tinggi towfish di atas dasar Laut dapat dijaga kira-kira 10-70% dari lebar
cakupan/ penyapuan yang dipilih. Apabila topografi dasar Laut

dapat

membahayakan keselamatan tow-fish, tinggi towfish dapat diperbesar dengan


catatan masih dapat diperoleh data yang dapat diinterpretasi dengan baik. Towfish
sebaiknya dioperasikan dari winch bermotor lengkap dengan electrical slip rings.
Rekaman data sonar harus dikoreksi untuk tow fish lay back dan slant range.
Apabila menggunakan towfish yang dipasang pada lambung kapal (vesselmounted), sistim harus dilengkapi dengan heave compensator untuk mereduksi
pengaruh gelombang. Sistem yang digunakan harus mampu menghasilkan clear
record dari keadaan dasar Laut, identifikasi adanya wrecks, obstacles, debris, sand
waves, rock outcrops, mud flows atau slides dan sedimen.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar Laut yang perlu mendapatkan
perhatian khusus, harus dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran
bahaya tersebut. Investigasi tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalankan lajur
yang lebih rapat pada arah yang berbeda dengan lajur umum yang telah dijalankan
sebelumnya. Pada studi ini, DGPS tetap digunakan.
Penentuan posisi menggunakan jarak atau waktu tertentu harus ditandai pada
rekaman sonar. Data jarak antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap
perubahan jarak ini, harus dicatat secara tertib pada Operators Log selama studi
berlangsung untuk keperluan pengolahan data lebih lanjut.
Studi Side Scan Sonar dapat dilaksanakan pada kondisi Laut yang buruk sekalipun
apabila menggunakan towfish berada di bawah permukaan Laut, kecuali ditentukan
oleh pengawas PLN di lapangan, khususnya pertimbangan keselamatan kerja.
Data SSS ini akan digunakan sebagai referensi selama interpretasi dan
evaluasi/analisis data rekaman sub-bottom profilier. Indikasi bahaya yang direkam,
selanjutnya akan diplot di atas peta batimetri. Hasil interpretasi ini juga akan
dikorelasikan dengan hasil interpretasi Magnetometer.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

15

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

vii. Pengamatan Pasang Surut


Pengamatan pasang surut harus dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan
Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil studi
Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil pengamatan arus.
Stasiun pasang surut harus dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana
jalur kabel dan pengamatan pasang surut harus dilaksanakan selama pekerjaan studi
berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff harus dilakukan
pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di
darat yang terdekat, sebelum pekerjaan studi dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan
studi dilakukan.
Apabila kondisi lapangan tidak memungkinkan stasiun pasang surut diletakkan
dekat dengan koridor, maka yang harus diperhatikan adalah bahwa karakter pasang
surut di lokasi pengamatan harus dapat dibandingkan dengan karakter di dalam
koridor studi. Lama pengamatan pasut adalah minimal 30 hari. Khusus untuk daerah
Laut ini, team harus mendapatkan data pasang surut Laut selama minimal 18 tahun
yang bisa didapatkan di pelabuhan terdekat. Data ini dijadikan pembanding dengan
data ukuran hasil studi sendiri dan dijadikan analisis untuk mengetahui sifat pasut
setempat dan membentuk persamaan untuk peramalan pasut. Semua datum vertikal
didasarkan pada Chart Datum yaitu LAT. Menggunakan metode pengolahan data
hasil pengamatan pasut yang memadai dan cocok dengan karakteristik pasut di areal
studi, misalnya admiralty. Dari hasil pengamatan pasut ini harus bisa dianalisis
ramalan pasut dan arus pasut selama 5 tahun mendatang.
viii. Pengamatan Arus
Pengamatan arus diperlukan dengan tujuan untuk mendapatkan data arah dan
kecepatan arus. Data tersebut akan dikorelasikan dengan data pengamatan pasang
surut. Data arus dan data klimatologi selama 10 tahun terakhir harus didapatkan,
sehingga bisa dijadikan bahan analisis untuk mengetahui sifat arus, gelombang dan
angin selama kurun waktu minimal 1 tahun , selama 24 jam.
Pengamatan arus dilaksanakan di masing-masing areal studi dengan metode :

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

16

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Dua (2) stasiun tetap yaitu pada perairan dekat kedua tepi laut di mana landing
point akan ditempatkan dengan memperhatikan kemudahan akses, proses
pengamatan dengan menggunakan alat ADCP dan Current Meter dan
diturunkan di setiap kedalaman yang mewakili kondisi arus di areal studi dan
mewakili layer-layer atau bagian di dalam perairan.
Posisi ADCP dan Current Meter dapat ditentukan menggunakan handheld GPS.

Pengamatan arus harus dilaksanakan selama minimal 15 hari, berbarengan


dengan pengamatan pasut dan harus mengalami pasang dan surut pada saat
purnama.

Lokasi pengamatan arus harus berada di dalam atau sedekat mungkin dengan batas
lokasi rencana penggelaran kabel laut yang akan dikonsultaskan dengan pemberi
studi/PLN di lapangan. Batas area studi meliputi batas daratan dan batas laut. Untuk
selanjutnya pelaksana studi harus melakukan modeling sirkulasi arus dengan
menggunakan model numerik SMS (Surface Water Modelling System) atau
sejenisnya. Selain itu dengan menggunakan data iklim dari BMKG setempat selama
minimal 10 tahun terakhir, pelaksana studi harus melakukan analisis dan peramalan
gelombang selama minimal 5 tahun mendatang, prediksi gelombang dilakukan
dengan menggunakan software numerical modelling, metode SMB (Sverdrup,
Munk and Bretschneider). Analisis terkait data iklim lainnya diperlukan juga sebagai
data laporan akhir.
ix. Studi Topografi
Dikarenakan landing point eksisting berada di darat / tidak berada di tepi laut dan
juga landing pointnya berupa tapak tower maka diperlukan pemetaan di lahan
darat untuk mendapatkan gambaran geografi/morfologi dan sosial sepanjang
rencana koridor jalur kabel laut sesuai dengan daerah studi yang ditentukan.
Pelaksana studi akan mengusulkan lokasi landing point definitif (titik pertemuan
antara tiang SUTT 150 kV dan cable head kabel laut) di darat dengan
pertimbangan aman dari air pasang tertinggi tapi tidak terlalu jauh dari muka air
tertinggi. Pelaksana studi juga harus memberikan rekomendasi terkait perkuatan
untuk perlindungan tower atau landing pointnya dari gangguan external.
Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

17

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Mendapatkan data posisi yang benar dari posisi BM referensi dan rencana
penarikan kabel laut dari landing point existing ke tepi Laut, baik itu di atas
kertas juga di lapangan, sesuai dengan kenyataan dan situasi di lapangan.
Pengukuran dilakukan dengan metoda pengukuran potongan melintang,
sedangkan detil yang ada diantara potongan melintang dilakukan pengukuran
situasi detail.
Profil/peningkatan ketinggian tanah di lapangan yang harus diambil harus sesuai
dengan kaidah umum yang berlaku bagi peta topografi dengan skala 1 : 2000.
Semua jarak diukur dengan menggunakan jarak optis. Semua objek seperti
rumah, jalan, jembatan, gorong-gorong, pemakaman dan fasilitas lainnya harus
diamati dan diberikan keterangan yang jelas. Semua bentang alam yang khas
(hutan bakau, rawa, laut, jurang, hutan, dll) harus diidentifikasi di sketsa,
keterangan tulis dan diukur/dipetakan dengan pengukuran situasi detail.
Informasi mengenai daerah administratif daerah studi harus didata dan menjadi
bagian dari laporan akhir.
Adapun panjang areal studi topografi) yang direncanakan adalah 1 ha. Semua
pengubahan pada TOR ini bisa dilakukan selama studi, dengan melakukan
konsultasi dengan pihak pemberi studi, dengan pertimbangan kondisi lapangan
dan masukan dari pelaksana studi serta tidak disertai penambahan biaya.
5.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Pelaksanaan studi hidro-oseanografi Penyambungan Kabel Laut 150 kV Teluk Balikpapan
ini harus diselesaikan dalam jangka waktu 2 (Dua) Bulan Kalender terhitung sejak kontrak
ditandatangani.

6.

HASIL PEKERJAAN
Pelaporan dan Penggambaran
Ketentuan Pelaporan
Ada dua buah jenis laporan yang harus dilaksanakan, yaitu laporan pendahuluan dan
laporan akhir.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

18

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

Laporan pendahuluan dibuat dan diberikan oleh pelaksana studi pada awal-awal
pelaksanaan studi, yang berisi :
a. Deskripsi umum mengenai pelaksanaan studi dilengkapi peta atau data-data sekunder
lainnya yang menunjang pelaksanaan studi ini.
b. Rencana pelaksanaan studi dan metode pelaksanaannya secara mendetail.
c. Rencana peralatan yang akan dipakai lengkap dengan foto atau brosur.
d. Timeline masa pelaksanaan studi.
e. Identifikasi potensi hambatan saat studi dan solusinya.
f. Rencana perlengkapan safety yang akan dipakai.
Jika dalam pembuatan laporan pendahuluan ini, rencana pemakaian alat tidak sesuai
dengan spesifikasi yang ada dan tidak ada standard safety, maka pemberi studi tidak akan
memberikan approval terhadap laporannya.
Adapun draft laporan akhir dan laporan akhir final yang harus diberikan secara garis
besar berisi laporan dan ketentuan penggambaran, yaitu terdiri dari :
a. Cara dan metode pengerjaan studi ini secara detail, dilengkapi dengan tingkat
ketelitiannya sesuai dengan standard IHO SP-44 edisi ke-5 tahun 2008.
b. Data-data lokasi landing point kabel laut beserta koordinatnya.
c. Data-data koordinat untuk areal laut yang memiliki kedalaman terdalam, areal yang
memiliki hambatan benda logam dam data koordinat dari waypoint sepanjang rencana
kabel laut dari landing point ke landing point dilengkapi dengan slope/kemiringan
lerengnya.
d. Patok beton BM referensi di setiap lokasi landing point atau tapak tower.
e. Gambar rencana jalur kabel laut meliputi hasil studi hidro-oseanografi yang disertai
dengan way-point (gambar layout dan potongan memanjang) dan citra hasil studi side
scan sonar.
f. Gambaran matematis dan grafis hubungan antara Chart Datum, MSL dan tinggi pilar
kerangka kontrol geodetik/BM untuk semua pekerjaan hidro-oseanografi.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

19

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

g. Gambaran kondisi lapisan dasar laut (kategori-kategori material dasar laut) di sepanjang
rencana jalur kabel laut (gambar layout dan potongan memanjang).
h. Perkiraan panjang kabel laut secara garis lurus dan mengikuti kontur kedalaman.
i. Informasi obtsacles ranjau laut, bangkai kapal, jangkar, kabel atau pipa eksisiting, dan
lain-lain.
j. Informasi interpretasi jenis layer-layer di bawah seabed dan ketebalannya.
k. Peta topografi dan situasi detail di areal rencana tapak tower.
l. Diagonal profil tapak tower digambar dengan skala horizontal 1 : 100 dan vertikal 1:100
ukuran A1
m. Gambar profil adalah berdasarkan hasil studi topografi di lapangan.
n. Seluruh gambar/peta digambarkan dalam skala horisontal 1 : 1000 dan 1 : 2000 dengan
skala vertikal 1 : 400 ukuran kertas A1 (atau skala lainnya yang dianggap lebih jelas) dan
digambar juga dalam skala horizontal & vertikal 1 : 1 (softcopy).
o. Peta hasil studi hidro-osenografi harus digabungkan dengan peta situasi.
p. Garis kontur kedalaman sampai kedalaman 20 m dari LAT disajikan tiap 5 m,
selebihnya disajikan tiap 1 m.
q. Peta yang digambarkan adalah peta batimetri, peta citra SSS, peta SBP, peta anomali
magnet dan profil memanjang rencana jalur kabel laut. Semuanya digambar dengan
skala horizontal 1 : 1000 dan 1 : 2000 pada kertas A1.
r. Pelaksana studi harus memberikan rekomendasi, kesimpulan dan saran untuk jalur kabel
laut yang terbaik dan aman mengacu hasil studi ini.
s. Pelaksana studi harus memberikan rekomendasi terkait peletakan posisi landing point
dan tapak tower definitif yang aman dengan berbagai pertimbangan.
t. Pelaksana studi harus memberikan rekomendasi terkait perkuatan dan perlindungan
tower dan landing point dari potensi gangguan external.
u. Dokumentasi umum harus dalam ukuran kertas A4.
v. Hasil pengamatan arus disajikan dalam bentuk tabel dan current rose serta kurva

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

20

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

arus bersamaan dengan pasut.


w. Hasil model sirkulasi arus dinyatakan dalam bentuk distribusi arus berupa besaran
dan arah.
x. Data gelombang yang disajikan minimal meliputi parameter gelombang (tinggi,
waktu dan periode) untuk gelombang maksimum dan gelombang signifikan.
y. Menyajikan analisis dan prediksi gelombang serta arus untuk minimal 5 tahun
mendatang dengan menggunakan data dari iklim dari BMKG dan data hasil studi.
z. Menyajikan analisis dan prediksi kecepata dan arah angin (wind rose) yang
menggunakan data angin dari stasiun pengamatan terdekat atau data iklim dari
BMKG.
aa.

Hasil pengamatan pasut disajikan dalam bentuk data seri pasut seperti konstanta
pasut, analisis dan kurva serta membuat sketsa posisi palem pasut terhadap BM dan
HAT, MSL, LAT.

bb.

Pelaksana studi harus membuat executive summary sebagai bagian dari laporan akhir,

berupa ringkasan dari hasil pelaksanaan studi.


Data data hasil pekerjaan disampaikan dalam bentuk hardcopy asli dan softcopy

cc.

masing-masing 3 set.
dd.

Semua Raw Data Studi dan proses pengolahan dalam bentuk softcopy harus

disertakan
ee.

Lampiran dan brosur lengkap dari peralatan yang dipakai selama menyelesaikan studi
pekerjaan ini.

ff. Pemberi studi berhak untuk menambahkan point-point yang harus ada dalam laporan
akhir selama pelaksanaan studi berlangsung dan atau setelah evaluasi laporan akhir
dilaksanaka.
7.

TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini dirinci dalam pengelompokan
tugas sebagai berikut :

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

21

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

a. Team Leader : adalah seorang yang bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan
studi hidro oseanografi dan pekerjaan topografi, yang bertugas untuk mengatur kerja
tim dan mengawasi kemajuan studi secara teknis. Minimal Pendidikan Strata 1 (S1)
jurusan Teknik Geodesi-Hidrografi / Oseanografi minimal berpengalaman 10 tahun
dan 2 kali proyek sejenis.
b. Enjinir Spesialis / Analis, adalah beberapa orang ahli yang akan memberikan analisa
dan pandangan dari aspek keilmuan, teori dan standar yang berlaku. Enjinir spesialis /
analis bertugas membantu Ketua Tim dalam penyusunan semua dokumen dan laporan
studi. Enjinir spesialis / analis minimal berpendidikan S1 jurusan Teknik Geodesi,
Geofisika, Teknik Geologi, dengan pengalaman 8 tahun dan 2 kali proyek sejenis.
c. Surveyor Hidro-Oseanografi, disyaratkan minimal S1 Teknik Geodesi / Hidrografi /
Oseanografi yang berpengalaman dalam studi hidro-oseanografi dengan pengalaman
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan 2 kali proyek sejenis (studi hidro-oseanografi).
d. Asisten Surveyor Hidro-Oseanografi. 1 orang.
e. Surveyor GPS, disayaratkan minimal S1 Teknik Geodesi yang berpengalaman dalam
studi GPS Geodetik dengan pengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan 2 kali
proyek sejenis (studi GPS) sebanyak 3 orang.
f. Surveyor Topografi. (1 orang).
g. Asisten Surveyor Topografi. (1 orang).
h. Administrator Proyek. (1 orang).
i. CAD Operator. (1 orang).
j. Tenaga Bantu Topografi.
k. Tenaga Bantu Hidro-oseanografi.
8.

PEMBAYARAN
Pembayaran dilakukan tanpa uang muka dan dibayarkan berdasarkan hasil kemajuan
pekerjaan :
Pembayaran dilakukan dalam 2 tahap yaitu :

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

22

PT PLN (PERSERO)
PUSAT ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN

a. Tahap I

Dibayar sebesar 20% dari nilai Kontrak dengan syarat harus memberikan
Laporan Pendahuluan pada Pengguna Jasa secara resmi yang dinyatakan
dengan Berita Acara dan ditandatangani oleh Kedua Belah Pihak.

b. Tahap III :

Dibayar sebesar 80% dari nilai SPK setelah Laporan akhir dan Produk
akhir selesai 100% dan diterima secara resmi oleh Pengguna Jasa yang
dituangkan dalam Berita Acara serta ditandatangani oleh Kedua Belah
Pihak.

Studi Hidro-oseanografi Pembangunan Kabel Laut Jalur Transmisi 150 kV PLTU Kariangau GI Petung

23

Anda mungkin juga menyukai