Anda di halaman 1dari 11

Teknologi satelit GPS diawali peluncurannya sejak tahun 1989.

Teknologi positioning dengan


metode absolute dan relative. Perkembangan teknologi GPS meliputi hard ware (receiver), soft
ware (commercial dan scientific) dan aplikasinya. Penentuan posisi dengan memanfaatkan
gelombang GPS telah berkembang sangat pesat terutama untuk metode relative khususnya
Differential Global Positioning System (DGPS). Teknologi DGPS untuk setiap unit receiver yang
berfungsi sebagai rover secara real time diperoleh adalah Real Time Kinematik (RTK). Secara
diagramatis penentuan posisi dengan GPS dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Prinsip penentuan posisi secara relative yang memanfaatkan data fase (RTK) atau pseudo-range
(DGPS secara real time atau paska pengukuran). Metode RTK dapat dijelaskan sebagai berikut.

Survei metode RTK terdiri atas base dan rover station, dengan receiver yang ada base station
tidak berubah posisi antenanya selama melakukan pengukuran sedang receiver yang berfungsi
sebagai rover dipindah-pindahkan sesuai untuk positioning yang direncanakan. Receiver yang
ada di base dan rover station harus selalu memperoleh signal GPS selama melakukan
pengukuran, korekasi diferensial dipancarkan dari base station ke rover station menggunakan
fasilitas RTCM. Survei GPS untuk pengamatan RTK sangat sering digunakan untuk pekerjaan
mapping hingga saat ini, dan seperangkat harware untuk pengamatan RTK disajikan pada
gambar 3 di bawah ini.

Persoalan utama yang dihadapi pada survei GPS dengan metode RTK adalah kualitas dan
kemampuan penerimaan koreksi diferensial dan jarak dari base station ke rover station.
Rizos dan Cranenbroeck (2006) menyatakan bahwa semakin jauh jarak antara base ke rover
station (kurang dari 20 Km) maka kualitas penerimaan koreksi diferensial semakin berkurang

(less precision). Kualitas koreksi diferensial dipengaruhi oleh orbit error,


ionospheric dan tropospheric signal refraction Roberts dkk (2004).
Teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) Untuk Stasiun Aktif
Beberapa negara maju telah meluncurkan satelit yang digunakan untuk positioning antara lain
Global Positioning System, GLONASS dan GALILEO. Seiring dengan perkembangan teknologi
dan elektronika telah dikembangkan suatau receiver yang mampu menangkap beberapa
geombang satelit secara simultan GPS (setelit yang dikelola dan diluncurkan oleh Amerika
Serikat), GLONASS (satelit yang dikelola dan diluncurkan oleh Rusia) dan GALILEO (satelit
yang dikekola dan diluncurkan oleh komunitas Negara-negara Eropa). Receiver tersebut disebut
sebagai receiver GNSS. Receiver yang berbasis satelit GNSS saat ini telah berkembang dengan
pesat dan banyak digunakan oleh barbagai Negara untuk berbagai keperluan positioning pada
stasiun aktif berupa fasilitas International Global Navigation Satellite System Services (IGS)
atau Continuously Operating Reference Stations (CORS).
IGS adalah satalh satu fasilitas layanan kepada user untuk memberikan koreksi keslahan orbit
dan kesalahan sistem pencatat waktu. Pada umumnya IGS digunakan untuk keperluan yang
bersifat scientific, misalnya studi plate tectonic movement, total electronic content, pemodelan
orbit satelit, dan lain-lain. Sedangkan CORS pada umumnya digunakan untuk berbagai
kepentingan praktis (engineering purposes). Teknologi CORS berkembang mengingat keperluan
positioning metode RTK terkendala kualitas koreksi diferensial yang semakin menurun terhadap
jangkauan jarak dan juga waktu yang digunakan untuk akuisisi data terutama setting up receiver
di base station.
Maunder,2007 mengemukakan bahwa pengoperasian CORS bisa menggunakan satu atau
beberapa stasiun referensi GNSS yang beroperasi secara terus menerus (24 jam tidak terputus).
Sistem CORS terdiri atas satellite navigation positioning technology, modern computer
management technology and internet technology. Sistem ini akan melangkapi secara otomatis
dengan diversifikasi data pengamatan satelit GNSS (Carrier phase dan Pseudo-range), koreksi
diferensial, status informasi dan hal-hal yang berhubungan dengan informasi GNSS (Roberts,
dkk, 2004). Teknologi CORS secara diagramatis dapat dilihat seperti pada gambar 4.

Teklnologi CORS, sebagai base station terdiri atas (Maunder,2007):


1). fxed station
2). temporary station.
Fiexed station pada umumnya diinstall di suatu bangunan yang secara permanent dapat
difungsikan dan memenuhi syarat sebagai stasiun aktif CORS.
Sedangkan temporary station pada umumnya tempatkan bangunan yang dalam jangka waktu
tertentu akan dipindah atau tidak difungsikan lagi sebagai base station karena berbagai
pertiimbangan teknis dan administrative.
Teknologi CORS terdiri atas 2 sistem utama, system yang ada di base station sebagai stasiun
referensi dan system yang ada di rover station sebagai user. Koneksi antara base staion dan rover
station menggunakan jaringan internet tanpa kabel. Kedudukan base station sebagai fixed station,
beroperasi selama 24 jam dan memperoleh koneksi jaringa internet secara terus menerus. Fungsi
base station adalah menagkap gelombang satelait GNSS, menyimpan raw data gelombang satelit
GNSS kedalam server dan memberikan korekasi diferensial kepada setiap user yang login
dengan server yang ada di base station. Sedangkan rover station melakukan akuisisi data satelit
GNSS dan melakukan login menggunakan GPRS/CDMA, akses via jaringan internet ke base
station untuk memperoleh korekasi diferensialnya. Hasil positioning di setiap rover station akan
dapat diperoleh secara real time maupun post processed. Beberapa provider mobile IP networks
di Indonesia antara lain : indosat, telkomsel, XL, Telkom, Smart Telecom, Bakrie telecom dll
Beberapa mobile IP networks yang tersedia dan ada dipasaran (Lintaka, 2004) antara lain:
GSM (Global System for Mobile Communication) dgn frequensi 1800 s/d 1900 MHz band.
GPRS (General Packet Radio Service),dengan GPRS, transmisi data mobile bias lebih cepat
menjadi 115.000 bps menggunakan infrastruktur GSM yang sudah ada.
CDMA (Code Division Multiple Access)

EDGE (Enhanced Datarate for Global Evolution) UMTS (Universal Mobile Telephone System)
dengan frequensi 1900 MHz sampai 2025 MHz dan 2110 MHz sampai 2200 MHz
Kebutuhan minimal untuk penyelenggarakan teknologi CORS
Perangkat yang ada di base station antara lain : monument yang diinstall antenna aktif, receiver
GNSS, power supply (arus AC), Pc Server,MODEM, UPS & Genset,aksesories untuk backup
data dll, software (down load data, menganalisis dan mengolah data satelit GNSS data streaming,
koreksi diferensial ke rover station dll), dan IP public yang bias diakses via WIFI setiap user.
Jaringan internet yang ada di base dan rover station dan dapat digunakan untuk mengirimkan dan
menerima semua data dari dan ke semua unit layanan yang memerlukan. Koneksi internet
sebaiknya dengan bandwithyang lebar dan beroperasi selama 24 jam tanpa terputus seiring
dengan jumlah client yang dilayani,
Perangkat yang ada di rover station : antenna, receiver GNSS, power supply DC smodem, dan
unit penympan data geolombang satelit GNSS.

Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS)
memunculkan sistem pengadaan titik kontrol dasar moderen sebagai referensi penentuan posisi untuk
pengukuran dan pemetaan yang bersifat aktif, terus menerus dan dapat diakses secara real time. Sistem
titik kontrol moderen tersebut adalah CORS yang merupakan kependekan dari Continuosly Operating
Reference Stations. Di berbagai negara, CORS telah berkembang pesat dan pemanfaatannya selain
untuk titik kontrol/referensi yang bersifat aktif dalam survei pemetaan juga dapat dimanfaatkan untuk
berbagai aplikasi. Di berbagai institusi di Indonesia CORS juga telah mulai dikembangkan seperti
misalnya di BPN-RI (Badan Pertanahan Nasional RI) dengan JRSP (Jaringan Referensi Satelit
Pertanahan), di Bakosurtanal, di Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Teknik UGM, dan di Teknik
Geodesi dan Geomatika ITB. Teknologi sistem CORS ini relatif baru di Indonesia sehingga belum banyak
dikenal oleh masyarakat termasuk masyarakat yang berkecimpung dalam survey pemetaan sekalipun.
Dengan mulai berkembangnya CORS di Indonesia dan mulai ada beberapa institusi yang membangun
dan mengembangkan sistem CORS, kiranya perlu dipikirkan bagaimana koordinasinya ? Juga perlu
dipikirkan bagaimana caranya atau aturan mainnya kalau masyarakat pengguna survey pemetaan lain di
luar institusi penyelenggara ingin menggunakan CORS yang sudah tersedia?. Di suatu perbincangan
bersama beberapa praktisi Surveyor di berbagai Kantor Pertanahan dalam acara workshop dan Seminar
Nasional tentang GNSS CORSatau yang lebih dikenal dengan GPS RTK Terbaru yang diselenggarakan
Universitas Gajah Mada. Banyak praktisi yang mengeluhkan bahwa masih ada beberapa praktisi yang
belum memahami konsep dasar dari GPS RTK, Bahkan ada yang belum pernah memegang alatnya
sama sekali. Mungkin bagi mereka hal ini aneh, Sejak saat itu, saya bertekad untuk belajar mengenai
GPS RTK, kebetulan di Kantor tergolong belum lengkap untuk seri GPS RTK ini, dan saya berniat untuk
berbagi pengetahuan(mensharekannya) dalam bahasa yang mudah dicerna kepada rekan kantor

pertanahan kab/kota. Apakah yang dimaksud dengan GPS RTK? RTK memiliki kepanjangan Real Time
Kinematik, artinya koordinat titik dapat kita peroleh secara Real time dalam Koordinat UTM ataupun
Lintang dan Bujur tanpa melalui pemrosesan baseline. Metode RTK ini berbeda dengan metode Statik,
Karena pada metode statik koordinat baru diperoleh setelah dilakukan pemrosesan baseline (Post
Processing). GPS RTK memiliki ketelitian yang tinggi yaitu dalam fraksi milimeter (1-5 mm).
GPS RTK Terdiri atas apa saja?
Setiap pengukuran koordinat titik menggunakan GPS metode RTK, harus menggunakan minimal 2 buah
alat GPS yang memiliki fungsi sebagai :
a. Base :
Pada alat GPS yang berfungsi sebagai base, maka alat GPS Tidak digerakkan posisinya ( diam).Base
didirikan diatas titik yang sudah diketahui secara pasti nilai koordinatnya( misal: didirikan diatas titik
Bakosurtanal Orde 0) dan koordinat titik bakosurtanal tersebut diinputkan dalam alat GPS base.
b. Rover :
Pada alat GPS yang berfungsi sebagai rover, Posisi GPS dapat digerakkan sesuai dengan detil yang
diinginkan oleh surveyor (misal pada pengukuran persil tanah, maka rover didirikan pada pojok pojok
bidang tanah) Apa yang menghubungkan antara base dan Rover ? Yang menghubungkan antara base
dan rover adalah SInyal radio. Sinyal radio berfungsi untuk memancarkan nilai koreksi dari base ke rover.
Saat ini, sinyal radio bisa dipancarkan menggunakan berbagai macam cara yaitu menggunakan Antena
radio , GSM , ataupun sinyal internet. Jika menggunakan Antena radio, maka diusahakan sebelum
pengukuran, frekwensi radio di base dan rover sudah disamakan terkebih dahulu.Antenna radio hanya
mampu memancarkan sinyal sejauh 3 km saja ( Jika lebih jauh maka bisa digunakan alat repeater)
Bagaimana mengeset alat GPS RTK ?
Alat yang utama dalam GPS RTK adalah Receiver GPS, Pada alat ini terdapat beberapa slot yang
menghubungkan kabel ke beberapa perlengkapan pendukung GPS. Selain itu pada alat ini juga terdapat
Card yang mampu menyimpan data hasil perekaman satelit ( dalam format RINEX atau DAT).
Pada gambar dibawah ini disajikan receiver GPS merek Trimble beserta peralatan pendukung GPS :
Keterangan : 1.ANtena GPS : berfungsi menangkap sinyal satelit 2. Receiver GPS : Tempat perekaman
data ke dalam card. 3. Controller GPS : untuk melakukan setting Job, configurasi, dan pengukuran GPS
4. Modem Radio : menghubungkan antara antenna radio dan receiver GPS 5. Baterai Eksternal : SUmber
tenaga untuk receiver GPS 6. Aki : SUmber tenaga untuk modem radio

Apa saja Kegunaan GPS RTK ?


Aplikasi yang dilayani oleh GPS RTK cukup beragam diantaranya adalah Stake Out, Penentuan dan
rekonstruksi batas persil tanah, Survei pertambangan, Survei rekayasa, dan aplikasi lainnya yang
membutuhkan posisi titik koordinat secara cepat dan dalam ketelitian centimeter.
Perkembangan GPS RTK saat ini?
Karena untuk melakukan pengukuran GPS RTK, harus digunakan minimal 2 alat GPS(base dan Rover)
dimana satu alat GPS saja memiliki harga yang terbilang mahal ( 150 juta 300 juta). Maka saat ini
dikembangkanlah GPS CORS yaitu suatu GPS yang memiliki fungsi sebagai base yang dapat
menangkap sinyal satelit secara kontinu dalam 24 jam. Untuk tingkat Universitas, GPS CORS SUdah
dimiliki oleh Teknik geodesi UGM, ITS, dan ITB.1 buah alat GPS CORS dapat memancarkan sinyal radio
sejauh 20 km.Rencana nya BPN akan membeli alat CORS ini sebanyak 30 buah untuk mencover wilayah
di Sumatra dan Jawa. Data CORS ini kemudian dapat diakses secara umum, sehingga setiap
perusahaan dapat mendownload data GPS CORS dari BPN sebagai Base, dan setiap instansi cukup
membeli 1 GPS saja yang difungsikan sebagai rover tanpa harus membeli 1 GPS lagi sebagai base.
Demikian penjelasan dari saya mengenai GPS RTK, semoga membantu rekan2 untuk lebih mendalami
ilmu Ukur Tanah terutama di bidang GPS RTK.

yang benar adalah GNSS. GNSS sendiri merupakan kepanjangan


dari Global Navigation Satellite System dimana ketika melakukan
pengukuran menggunakan GNSS sendiri kita tidak hanya mengandalkan
satelit dari GPS melainkan juga beberapa satelit lain seperti Glonass dari
Rusia, Galileo dari Eropa, Beidou dari China, dan lain sebagainya. Hanya saja
beberapa receiver yang beredar di pasaran Indonesia saat ini kebanyakan
baru bisa menerima sinyal dari GPS dan Glonass.
Receiver adalah perangkat penangkap sinyal satelit dari luar angkasa yang
lazim kita sebut dengan nama GPS Geodetic. Perangkat ini biasanya terdiri
dari beberapa bagian dimana tiap bagian memiliki fungsi masing masing yang
saling ter-sinkron satu sama lain.
Dalam sistem GNSS sendiri didesain untuk memberikan informasi posisi dan
kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di
seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca dan secara simultan. Pada
era sekarang ini, GNSS sudah sangat banyak digunakan orang di seluruh
dunia dalam berbagai bidang aplikasi terutama aplikasi yang menuntut
informasi tentang posisi ataupun perubahan posisi.

Jika dibandingkan metode pengukuran konvensional, GNSS mempunyai


banyak kelebihan dan keuntungan, baik dari segi operasional maupun dari
segi kualitas data yang disajikan. Sebelum hal itu dijelaskan lebih lanjut, ada
baiknya dalam postingan kali ini kita membahas beberapa konsep dasar
tentang posisi dan sistem koordinat serta metode dalam penentuan posisi.
A.
Posisi
dan
Sistem
Koordinat
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi atau
tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem
koordinat sendiri didefinisikan dengan menspesifikasi dari tiga macam
parameter,
diantaranya:
1.
Lokasi
titik
nol
dari
sistem
koordinat
2.
Orientasi
dari
sumbu
sumbu
koordinat
3. Besaran (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefinisikan
posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut
Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem
koordinat yang digunakan dapat berlokasi di pusat massa bumi atau bisa kita
sebut sistem koordinat geosentrik, maupun di salah satu titik di permukaan
bumi atau bisa kita sebut dengan istilah sistem koordinat toposentrik.
Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan dalam metode-metode
penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan satelit dan benda benda
langit lainnya. Sedangkan sistem koordinat toposentrik banyak digunakan
untuk metode metode pengukuran terestris.
Pada penentuan posisi menggunakan GNSS, hasil pengukuran di permukaan
bumi disajikan dalam koordinat kartesian tiga dimensi (X,Y,Z) dan dalam
sistem koordinat WGS 84 (World Geodetic System 1984). Koordinat kartesian
tersebut kemudian ditransformasan menjadi koordinat geodetik (j,l,h)
seandainya diperlukan. Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai sistem
koordinat secara lebih detail akan kita babarkan pada postingan selanjutnya.

B. Beberapa Kelebihan GNSS


Ada beberapa hal yang membuat metode pengukuran mengguanakan GPS
Geodetic / GNSS memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode
konvensional, diantaranya :
1. GNSS dapat digunakan setiap saat tanpa tergantung waktu
dan cuaca

2. Satelit-satelit GNSS mempunyai ketinggian orbit yang cukuo


tinggi yaitu sekitar 20.000 km di atas permukaan bumi serta
dengan jumlah yang relatif cukup banyak. Hal ini menjadikan
GNSS dapat meliput wilayah yang cukup luas sehingga dapat
digunakan oleh banyak orang sekaligus.
3. Penggunaan GNSS dalam penentuan posisi relatif tidak terlalu
terpengaruh dengan kondisi topografis daerah survei
dibandingkan dengan penggunaan metode terestris.
4. Posisi yang ditentukan oleh GNSS mengacu ke suatu datum
global yang relatif teliti dan mudah direalisasikan, yaitu datum
WGS 84.
5. GNSS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya
cukup luas. Dari yang sangat teliti (orde millimeter) sampai
orde meter.
6. Pemakaian sistem GNSS tidak dikenakan biaya.
7. Lebih efisien dalam waktu, biaya operasional, dan tenaga.
8. Celah untuk memanipulasi data pada pengukuran GNSS lebih
sulit dibandingkan menggunakan metode terestris
9. Relatif mudah dipelajari sekalipun oleh orang awam yang
belum pernah menggunakan.

C. Klasifikasi Receiver GPS/GNSS


Ada beberapa pengklasifikasian receiver jika dilihat dari kegunaannya.
Dilihat dari fungsinya, secara umum receiver GPS/GNSS dapat di-klasifikasikan sebagai berikut

Gambar 2. Skema Pembagian Klasifikasi Receiver GNSS

Receiver GPS/GNSS untuk penentuan posisi pada dasarnya dibagi atas


beberapa tipe. Tipe navigasi (navigation type) atau yang kadang kita sebut
dengan tipe genggam (handheld receiver). Tipe ini umumnya digunakan
untuk penentuan posisi absolut secara instan yang tidak menuntut ketelitian
terlalu tinggi. Receiver ini dapat memberikan ketelitian posisi 3-4 meter.
Beberapa merk tipe handheld sering kita jumpai di pasaran di Indonesia
dengan harga relatif murah, diantarnya Garmin e-trex, maggelan, garmin
street, dsb.

Gambar 3. Contoh Receiver Tipe Navigasi

Tipe selanjutnya adalah Tipe Pemetaan, seperti halnya pada tipe


navigasi, receiver yang tergolong pada tipe ini juga sama sama memberikan
data pseudorange (Kode C/A). Hanya saja disini terdapat beberapa
perbedaan, pada receicver tipe pemetaan data yang direkam dipindahkan
atau didownload ke komputer untuk proses lebih lanjut.
Oleh sebab itu, tidak seperti tipe navigasi, receiver tipe pemetaan dapat
digunakan untuk penentuan posisi secara diferential. Penjelasan tentang

tipe tipe penentuan posisi akan kita babar lebih lanjut di postingan
selanjutnya. Dalam hal ini, ketelitian yang dapat diperoleh adalah sekitar 1-2
meter.
Beberapa
contoh
aplikasi
yang
dapat
digunakan
memakai receiver tipe pemetaan diantaranya aplikasi survei dan pemetaan
geologi pertambangan, peremajaan peta, serta pembangunan dan
peremajaan basis data SIG (Sistem Informasi Geografis).
Beberapa merk yang beredar di pasaran yang dapat diklasifikasikan sebagai
tipe pemetaan diantaranya ; Leica GS-20, Trimble Pathfinder, Magellan
ProMark-X, Astech Reliance, dsb.

Gambar 4. Contoh Receiver Tipe Pemetaan Leica GS20


Setelah menjelaskan kedua tipe receiver, kini kita membahas tipe yang
ketiga. Yaitu, tipe Geodetic. Dimana dari ketiga receiver GNSS, tipe inilah
yang relatif paling canggih, paling mahal, serta memberikan data yang paling
akurat. Oleh sebab itu, receiver tipe ini umumnya digunakan untuk aplikasiaplikasi yang menuntut ketelitian tinggi dari orde milimeter sampai orde
centimeter. Seperti apa sajakah contohnya? Beberapa contoh aplikasi yang
menggunakan tipe geodetic diantarnya, pengadaan titik-titik kontrol geodesi,
pemantauan deformasi, studi geodinamika, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pada jumlah data yang dapat diamati, tipe ini dibagi menjadi
beberapa klasifikasi. Tipe Satu Frekuensi (L1) dan Tipe Dual Frekuensi (L1
dan L2). Gelombang L1 membawa dan merekam data pseudorange dan
data fase atau kode P (Y) dan C/A beserta pesan navigasi. Sedangkan
gelombang L2 membawa kode P(Y) dan pesan navigasi.

Pada saat ini banyak receiver tipe geodetic yang dikeluarkan oleh beberapa
vendor besar seperti Leica, Topcon, Sokkia, dan juga ada beberapa vendor
vendor kecil yang mulai merambah pasar ini.

Anda mungkin juga menyukai