Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN SURVEY RECONNAISSANCE

PT. ARKORA HYDRO (digunakan untuk kalangan sendiri)


1.

MAKSUD DAN TUJUAN SURVEY


Reconnaissance Survey (RS) adalah survai lapangan paling awal, yang
dilakukan guna men-verifikasi data-data yang diperoleh dari hasil desk study
dari suatu/sebuah potential site PLTM, dimana potential-potential site ini sudah
terlebih dahulu di-identifikasi berdasarkan peta topografi skala terbesar yang
ada. RS ini dilakukan minimal oleh 2 orang enjinir, dalam hal hanya available 2
orang, maka background knowledge-nya seyogyanya adalah 1 orang enjinir
Sipil dan 1 orang enjinir Geologi.
Kondisi ideal-nya, dapat saja dilengkapi oleh 1 orang enjinir Hidrologi dan 1
orang Geodetic Enjinir. Dan akan lebih lengkap lagi, apabila disertai juga
dengan 1 orang enjinir Listrik untuk melengkapi laporan RS yang berkaitan
dengan studi Kelistrikan setempat. Sementara tugas dan tanggung jawab dari
enjinir2 lainnya tentu saja sesuai dengan knowledge-nya masing2.
Dalam tahap RS ini, semua boleh dikatakan dilakukan secara visual, oleh
karena itu kelengkapan foto-foto yang diambil akan sangat membantu didalam
men-visualisasikan laporan yang dibuat oleh masing-masing disiplin ilmu tadi.
Beberapa alat bantu seperti penggunaan GPS adalah sangat penting untuk
dapat memberikan gambaran koordinat yang dimaksud disamping informasi
tentang ketinggian (elevasi) yang walaupun masih sedikit kasar, tetapi paling
tidak bisa untuk me-reconfirm identifikasi ketinggian-ketinggian yang tercatat
didalam Pek Desk Study-nya. Pengukuran debit sesaat dengan menggunakan
pelampung sangat disarankan, terlebih ketika kemampuan untuk memperkirakan debit sesaat yang ada dirasakan masih kurang.

2.

PERALATAN SYANDART YANG HARUS DIBAWA


Equipment

Equipment

Route map

Altimeter

Topographic map

GPS (portable type)

Reconnaissance schedule

Camera

Check list

Current meter

Interview sheet

Distance meter, measuring tape

Geological map

Hand level

Aerial photograph

Convex scale (2-3m)

Related reports

Hammer
Clinometer

Field notebook

Knife

Scale

Scoop

Pencil

Eraser

Sampling baggage

Color pencil

Label

Section paper

Torch, Flashlight

Compass
Stop watch
Battery

3.

HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN DISAIN PLTA/M


3.1.

Pengertian Scheme PLTA/M


Scheme suatu PLTA/M adalah suatu rangkaian tata letak/lay out sebuah
PLTA/M yang umumnya terdiri dari bangunan-bangunan utama PLTA/M
yakni: Bendung, Bangunan Intake, Bangunan Pengendap Pasir/
Sandtrap, Saluran Pembawa (bisa berupa saluran terbuka/saluran
tertutup/tunnel), Bak Penenang/Headpond/Surge Tank, Penstock/Pipa
Pesat, Power House/Rumah Pembangkit, Jalan Akses ke Bendung dan
Jalan Akses ke Powerhouse, dll.

3.2.

Penempatan Scheme PLTM


Penempatan scheme PLTA/M, menyangkut alternatif pilihan apakah
scheme akan ditempatkan di tebing/bank kiri atau kanan sungai. Pilihan
terhadap masing-masing tebing/bank sungai tadi, tentu harus di back-up
dengan analisis terhadap masing-masing philosophy penempatannya
dan tentu saja untung-ruginya.

3.3.

Alternatif Pengembangan Scheme


Alternatif pengembangan scheme menyangkut komposisi letak
bangunan-bangunan utama PLTA/M-nya sendiri dan variant dari antaranya yang disebut sebagai alternatif pengembangan scheme. Masingmasing variant tersebut tentu memiliki cost dan energi output-nya
masing-masing yang pada gilirannya bisa saling diperbandingkan,
misalnya ditilik dari index cost per pembangkit (cost/Kw-nya), dan atau
index cost pembangkitan-nya (cost/KwH) sebagai ukuran kuantitas
didalam proses seleksi alternatif pengembangan terbaik.

3.4.

Konsideran didalam menentukan Alt. Pengembangan Scheme


- Disain yang lebih mengedepankan pada fungsinya, sesederhana
mungkin dan memperhatikan kandungan lokal tertinggi (bahan/
material, peralatan, memperhatikan kemampuan kontraktor lokal)
serta biaya termurah.
- Disain yang sejauh mungkin menghindari gangguan terhadap
bangunan-bangunan existing, meliputi pembongkaran, pemindahan,
kemungkinan rusaknya bangunan existing, dll.
- Disain yang secara teknis optimum, antara lain dengan
memperhatikan: adanya kepentingan pengguna air lainnya,
memperhatikan kondisi sedimentasi dan transport material bed loadnya (bila ada), head dan tinggi weir yang optimum, panjang tail race,
penstock dan waterway serta jalan akses yang sependek mungkin,
kondisi kelistrikan dan keandalan system-nya, penempatan dan
setting elevasi bangunan Power House yang optimum dan sebanyak
mungkin mengandung local content yang maksimal, dll.

4.

SEGALA SESUATU YANG HARUS DILAKUKAN DILAPANGAN


4.1.

Dasar/Materi/Bahan awal Survey:


- Peta skala terbesar yang ada
- Scheme Pengembangan awal, sifatnya prelimanary dan justru harus
di reconfirmed kemungkinan penempatannya. Subject to be changes
as necessary sesuai kondisi lapangan.

- Scheme Pengembangan diatas dilengkapi dengan koordinat rencana


Bendung, koordinat rencana Bak Penenang dan koordinat rencana
P/H beserta dengan perkiraan elevasi-elevasinya.
- Perkiraan luasan DAS, Q atau debit pembangkitan dan Daya output
PLTA/M
- Perkiraan jalan masuk
4.2.

Apa dan Bagaimana survey di site PLTM harus dilakukan:


- Tim survey harus membuat itinarary/jadwal rencana survey dan
budgeting yang diperlukan SEBELUM tim survey berangkat ke
lapangan. Rencana survey dan budgetary ini harus disetujui oleh
Direksi .......... terlebih dahulu
- Koordinat dari ke 3 Bangunan Utama PLTA/M tersebut adalah
panduan awal dimana tim harus dapat mencapai sasaran yang
diharapkan dan membuat analisa cepat di lapangan mengenai
kemungkinan penempatan bangunan tersebut pada posisi tersebut.
Apabila penempatan ke 3 bangunan tersebut tidak memungkinkan
ditempatkan pada posisi rencana awal, maka tim survey harus bisa
memunculkan alternatif lokasi pengganti (tidak selalu dalam 1
alternatif, bisa beberapa alternatif tergantung kemungkinannya)
disertai dengan setiap pertimbangan dan analisanya kenapa tidak
bisa ditempatkan pada posisi awal dan kenapa dipilih alternatifalternatif pengganti tersebut
- Ke 3 titik bangunan utama ini (bendung, bak penenang dan P/H)
adalah 3 titik minimal yang wajib di datangi dan di tag datanya dan
bukan berarti bahwa tempat atau titik lainnya menjadi tidak penting.
- Lokasi Bendung:
. Di tag pada GPS koordinat sekitar as bendung dan juga informasi
mengenai elevasi-nya. Ambil photo GPS pada tampilan
menunjukkan hasil tag-tag kan untuk dokumentasi
. Ambil photo-photo disekitar bendung ini untuk menunjukkan:
kondisi sungai pada titik ini, kondisi lerengan kiri dan kanan (dibuat
mozaik foto apabila perlu karena bidang photo biasanya cukup
pajang), kondisi pada daerah sekitar bendung pada penempatan
intake dan sandtrap, kondisi sungai pada up stream bendung
(ambil kira-kira 100 m arah ke up stream dengan tiap 25 m diambil
1 buah photo). Sebagai catatan, pengambilan photo yang ingin
memperlihatkan kondisi sungai-nya, harus diambil dengan
mengambil arah kamera dari down stream ke up stream
. Enjinir Sipil melakukan assesment terhadap: kemungkinan
penempatannya, memperkirakan lebar dan tinggi bendung yang
diperlukan, memperkirakan tingkat kesulitan pelaksanaan
konstruksi-nya, dll. Sedangkan enjinir Geologi mengamati kondisi
batuan bed rock-nya, kondisi batuan pada kedua abutment
bendung, kondisi lerengan sungai ketika harus membuka lerengan
untuk menempatkan saluran pembawa, sand trap dan intake,
mengamati kemungkinan adanya struktur geologi, dll. Enjinir
Hidrologi mengamati pola aliran sungainya (khususnya geometrik
aliran sungai-nya dengan lokasi penempatan intake-nya),
mengamati kondisi morfologi sungai pada up stream dan
downstream bendung, memperkirakan tinggi muka air banjir,
melakukan pengukuran debit sesaat (minimal dengan methode
pelampung), dll.
- Lokasi Bak Penenang
. Di tag pada GPS koordinat sekitar as Bak Penenang dan juga
informasi mengenai elevasi-nya. Ambil photo GPS pada tampilan
menunjukkan hasil tag-tag kan untuk dokumentasi

. Ambil photo-photo disekitar Bak Penenang ini untuk menunjukkan:


kondisi lerengan pada daerah sekitar titik ini, kondisi lerengan kiri
dan kanan (dibuat mozaik foto apabila perlu karena bidang photo
biasanya cukup pajang)
. Enjinir Sipil melakukan assesment terhadap: kemungkinan
penempatannya, memperkirakan lebar dan tinggi cuting slope-nya
yang diperlukan, memperkirakan tingkat kesulitan pelaksanaan
konstruksi-nya, dll. Sedangkan enjinir Geologi mengamati kondisi
batuan bed rock-nya, kondisi lerengan ketika harus membuka
lerengan untuk menempatkan Bak Penenang disini, mengamati
kemungkinan adanya struktur geologi, dll.
- Lokasi Power House:
. Di tag pada GPS koordinat sekitar as P/H dan juga informasi
mengenai elevasi-nya. Ambil photo GPS tersebut pada tampilan
menunjukkan hasil tag-tag kan untuk dokumentasi
. Ambil photo-photo disekitar P/H ini untuk menunjukkan: kondisi
sungai pada titik ini, kondisi lerengan kiri dan kanan (dibuat mozaik
foto apabila perlu karena bidang photo biasanya cukup pajang),
kondisi pada daerah sekitar P/H pada penempatan tailrace, kondisi
sungai pada down stream P/H (ambil kira-kira 200 m arah ke down
stream dengan tiap 25 m diambil 1 buah photo). Sebagai catatan,
pengambilan photo yang ingin memperlihatkan kondisi sungai-nya,
harus diambil dengan mengambil arah kamera dari down stream ke
up stream
. Enjinir Sipil melakukan assesment terhadap: kemungkinan
penempatannya, memperkirakan lebar dan panjang P/H yang
diperlukan, memperkirakan tingkat kesulitan pelaksanaan
konstruksi-nya, cutting slope untuk memperoleh space yang cukup,
dll. Sedangkan enjinir Geologi mengamati kondisi batuan bed rocknya, kondisi batuan pada lerengan bank sungai ketika harus
membuka lerengan untuk menempatkan PH disini, mengamati
kemungkinan adanya struktur geologi, dll. Enjinir Hidrologi
mengamati pola aliran sungainya (khususnya geometrik aliran
sungai-nya dengan lokasi penempatan PH dan tairace-nya disini),
mengamati kondisi morfologi sungai pada down stream PH,
memperkirakan tinggi muka air banjir pada titik ini, dll.
Sebagai catatan, bahwa pengambilan data pada ke 3 bangunan utama
tersebut harus dilakukan sebanyak alternatif yang ada. Artinya kalau
alternatif bendung nya ada 2, ya 2-2 nya diambil. Demikian seterusnya.
- Lokasi di sungai pada sepanjang segment antara Bendung sd P/H:
. Ambil photo-photo yang menunjukkan kondisi sungai antara
bendung sd P/H ini untuk menunjukkan: kondisi rapidrapid/terjunan yang bisa mengklarifikasi gradient memanjang
sungai secara hitungan topografis, kondisi dan tingkat sedimentasi
(kalau ada), kondisi vegetasi pada daerah studi, menunjukkan
deposit material untuk bahan bangunan (bila ada), dll. Sebagai
panduan minimal photo diambil dengan interval tiap 25 m diambil 1
buah photo dan tidak tertutup kemungkinan untuk lebih rapat lagi
sesuai kebutuhan. Sebagai catatan, pengambilan photo yang ingin
memperlihatkan kondisi sungai-nya, harus diambil dengan
mengambil arah kamera dari down stream ke up stream
. Sepanjang perjalanan survey menyusuri sungai ini, merupakan
kesempatan bagus untuk seorang enjinir Geolog untuk melakukan
geological mapping apabila memungkinkan

- Lokasi pada sepanjang jalur Saluran Penghantar


. Ambil photo-photo yang menunjukkan kondisi lerengan antara
Bendung sd Bak Penenang dimana saluran penghantar hendak
diletakkan, hal ini untuk menunjukkan: kondisi lerengan dimana
nantinya open cutting harus dilakukan untuk menciptakan space
untuk peletakan saluran penghantar, kondisi pada setiap crossingnya dengan: anak sungai/drainase alam, jalan eksisting atau
bangunan-bangunan lainnya yang bakal ditemui, kondisi vegetasi
pada daerah studi di sepanjang rencana saluran penghantar, dll.
Sebagai panduan minimal photo diambil dengan interval tiap 25 m
diambil 1 buah photo dan tidak tertutup kemungkinan untuk lebih
rapat lagi sesuai kebutuhan. Sebagai catatan, pengambilan photo
yang ingin memperlihatkan kondisi sungai-nya, harus diambil
dengan mengambil arah kamera yang konsisten sama (sekali
dimulai dari Bendung ke hilir, ya akan begitu seterusnya. Atau
sebaliknya)
. Sepanjang perjalanan survey menyusuri sepanjang saluran
penghantar ini, merupakan kesempatan bagus untuk seorang
enjinir Geolog untuk melakukan geological mapping apabila
memungkinkan
- Lokasi pada sepanjang jalur Penstock
. Ambil photo-photo yang menunjukkan kondisi lerengan antara Bak
Penenang sd Powerhouse dimana Penstock hendak diletakkan, hal
ini untuk menunjukkan: kondisi lerengan dimana nantinya open
cutting harus dilakukan untuk menciptakan space untuk peletakan
penstock, kondisi pada setiap crossing-nya dengan: anak
sungai/drainase alam, jalan eksisting atau bangunan-bangunan
lainnya yang bakal ditemui, kondisi vegetasi pada daerah studi di
sepanjang rencana saluran penghantar, kondisi drainase aliran
runoff, dll. Sebagai panduan minimal photo diambil dengan interval
tiap 25 m diambil 1 buah photo dan tidak tertutup kemungkinan
untuk lebih rapat lagi sesuai kebutuhan. Sebagai catatan,
pengambilan photo yang ingin memperlihatkan kondisi lerengan
penstock ini, harus diambil dengan mengambil arah kamera dari
bawah ke atas
. Sepanjang perjalanan survey menyusuri jalur penstock ini,
merupakan kesempatan bagus untuk seorang enjinir Geolog untuk
melakukan geological mapping apabila memungkinkan
- Lokasi jalur akses road ke Bendung dan P/H (tentative optional)
Lokasi jalur akses road ke Bendung dan ke P/H ini merupakan survey
yang tidak wajib, karena bisa ditentukan nanti pada tahap Survei
Investigasi lapangan berikutnya. Akan tetapi apabila informasi awal
mengenai jalur akses ke Bendung dan P/H dapat di set up pada
tahapan ini tentu akan lebih baik.
. Ambil photo-photo yang menunjukkan kondisi lerengan antara
dimana jalan akses ke Bendung dan P/H hendak diletakkan, hal ini
untuk menunjukkan: kondisi lerengan dimana nantinya open cutting
harus dilakukan untuk menciptakan space untuk peletakan jalan
akses tersebut, kondisi pada setiap crossing-nya dengan: anak
sungai/drainase alam, jalan eksisting atau bangunan-bangunan
lainnya yang bakal ditemui, kondisi vegetasi pada daerah studi di
sepanjang rencana jalan akses ke Bendung dan P/H, dll. Sebagai
panduan minimal photo diambil dengan interval tiap 25 m diambil 1
buah photo dan tidak tertutup kemungkinan untuk lebih rapat lagi
sesuai kebutuhan. Sebagai catatan, pengambilan photo yang ingin
memperlihatkan kondisi lerengan tadi, harus diambil dengan
mengambil arah kamera yang konsisten sama (sekali dimulai dari

Bendung ke hilir, ya akan begitu seterusnya. Atau sebaliknya. Dan


hal yang sama berlaku untuk jalan akses ke P/H)
. Sepanjang perjalanan survey menyusuri sepanjang saluran
penghantar ini, merupakan kesempatan bagus untuk seorang
enjinir Geolog untuk melakukan geological mapping apabila
memungkinkan
- Jalan akses ke lokasi PLTM
Ini adalah reportase tentang bagaimana akses menuju ke lokasi
PLTM tersebut ditempuh, biasanya dihitung dari jalan raya dan atau
kota yang terdekat. Dalam melaporkan kondisi jalan akses ini,
hendaknya dihindari terminologi yang bisa membuat salah interpretasi
seperti baik, mulus, jelek dan lain-nya karena terminologi-nya
subyektif dan relatif. Akan tetapi akan lebih baik bila dilengkapi
dengan penyebutan jarak dan waktu tempuhnya, sehingga dengan
demikian pembaca dengan imajinasi-nya paling tidak bisa
membayangkan kira-kira kondisi jalan-nya. Seperti survey pada
tempat-tempat lainnya, maka pengambilan photo-photo yang kira-kira
bisa mewakili gambaran kondisi jalan akan sangat membantu,
Umumnya wajib ditampilkan photo-photo tentang typikal kondisi
jalannya, kondisi jembatan-nya (terutama yang bisa menjadikan
kendala bagi akses ke lokasi), kondisi fasilitas transportasi kesana
(roda 4, roda 2, kuda, dll). Dan juga kondisi jalan setapak-nya
termasuk photo tentang kondisi vegetasi-nya.
4.3.

Pengumpulan Data Lapangan


Keberhasilan tim didalam melakukan pengumpulan data lapangan
merupakan hal lain yang sangat penting guna mendukung penyelesaian
laporan Reconnaissance Survey ini sendiri dan data bagi studi-studi
tahap berikutnya yang berkaitan dengan PLTM ini. Data-data yang
diperlukan mencakup dan tidak terbatas pada hal-hal yang disebutkan
dibawah ini:
- Data Hidroklimatologi
Data hidroklimatologi umumnya berkaitan dengan data curah hujan
(dari stasion-stasion ARGR didalam dan diluar DAS), data aliran
sungai (dari stasion-stasion AWLR di sungai tersebut atau sungai
terdekat), data iklim, evaporasi, kelembapan udara, lamanya
penyinaran matahari, temperatur udara, dll, dapat diperoleh dari
stasion-stasion pengamat cuaca/iklim terdekat. Intansi-instansi yang
perlu dihubungi untuk memperoleh data-data tersebut adalah Dinas
PU Pengairan di Kabupaten, atau PU Wilayah di Propinsi untuk data
curah hujan dan AWLR, Dinas pertanian setempat untuk data curah
hujan dan klimatologi. Sedangkan data-data klimatologi umumnya
dapat diperoleh dari BMKG pusat maupun BMKG daerah dan atau
dari stasion-stasion klimatologi yang dipasang di bandara-bandara
terdekat. Pada kondisi tertentu dimana sungai dipengaruhi oleh
kondisi pasang surut air laut, maka data2 pasut ini dapat diperoleh
dari Instansi Dishidros-TNI AL di Jakarta.
Data hidroklimatologi ini nantinya diperlukan untuk analisa didalam
pekerjaan Studi Hidrologi-nya.
- Peta Topographi
Peta topographi skala terbesar yang ada diperlukan untuk:
pengeplotan layout scheme PLTM, konfigurasi pencapaian ke site,
menghitung luasan DAS pada titik lokasi bendung, menghitung jarak
dan panjang dari jalan akses yang diperlukan (akses ke Bendung dan
P/H), panjang saluran penghantar, panjang jaringan 20 Kv untuk
interkoneksi ke JTM 20 KV terdekat, memperkirakan Head yang

dapat diperoleh, dll. Umumnya digunakan peta skala 1 : 50.000 dan


atau skala 1 : 250.000, atau skala yang lebih besar dan dapat
memberikan keakuratan yang baik. Peta-peta ini tentu saja sudah
diperoleh sebelum tim survey melakukan pekerjaan Reconnaissance
Survey dan ketika di lapangan perlu dikonfirmasi seandainya ada peta
topographi lain dengan skala yang lebih baik. Bakosurtanal atau
JANTOP TNI AD merupakan instansi pemerintah dimana kebutuhan
akan peta Topographi ini dapat diperoleh.
- Data/Peta Geologi Regional
Data/peta geologi regional skala terbesar yang ada, diperlukan untuk
keperluan membantu enjinir geolog didalam melakukan pekerjaan
geological mapping. Dengan adanya peta geologi regional tersebut,
maka akan sangat membantu dan memudahkan didalam menginterpretasikan kondisi batuan dan struktur geologi-nya untuk di
jadikan menjadi peta geologiteknik yang selanjutnya akan diperlukan
oleh disainer Sipil.
Peta geologi regional ini dapat diperoleh pada Direktorat Geologi di
Bandung atau Dinas ESDM setempat (bila ada)
- Data/Peta Kehutanan
Peta kehutanan diperlukan untuk mengetahui apakah daerah studi
masuk didalam kawasan hutan. Dan kalau iya, masuk didalam
kawasan hutan apa? Yang paling berat adalah ketika scheme PLTM
yang kita survey masuk didalam kawasan Hutan Konservasi karena
untuk alasan apapun tidak akan pernah keluar ijin dari aparat yang
berwenang. Selain dari kawasan Hutan Konservasi ini, masih bisa
dan tentu saja pada masing-masing kondisional-nya berbeda
persyaratannya. Data/peta kehutanan ini dapat diperoleh pada Dinas
Kehutanan PEMDA setempat, atau PEMDA Propinsi, atau
Kementrian Kehutanan di Jakarta.
Apabila bersangkutan dengan kawasan hutan ini, biasanya diperlukan
ijin secara khusus baik oleh PEMDA sebagai pengelola kawasan
hutan apabila luasannya kecil (dibawah 1 Ha) dan atau ke Kementrian
Kehutanan apabila luasannya lebih dari 1 Ha dan diperlukan
rekomendasi dari PEMDA setempat untuk dapat mengurusnya.
Umumnya kita akan dikenai pasal soal pinjam pakai kawasan hutan.
- Data Kelistrikan
Data kelistrikan diperlukan agar kita memperoleh gambaran tentang
calon Demand Center/Pusat Beban dimana energi output dari PLTM
yang hendak kita kembangkan ini akan disalurkan. Terlebih-lebih
akan menjadi sangat penting bila yang akan dilayani oleh PLTM ini
adalah grid yang isolated. Umumnya data kelistrikan akan
menyangkut: jarak ke JTM 20 KV terdekat, pembangkit-pembangkit
existing yang melayani system kelistrikan didaerah tersebut,
pembangkit-pembangkit lainnya yang dapat dianggap sebagai captive
market, daftar tunggu dari PLN setempat, prediksi beban (demand
forecast) kedepan (umumnya sudah dihitung oleh PLN untuk 5-10
tahun kedepan), pola beban harian, mingguan, bulanan, data single
line diagram, data-data sosekbud (untuk mendukung analisa demand
forecast seandainya belum ada), dll. Data-data kelistrikan ini
umumnya dapat diperoleh di PLN Wilayah, PLN Cabang dan Ranting
atau dari PLN Pusat.
- Data SosEkBud
Data Sosekbud ini umumnya diperlukan untuk membuat prediksi
beban kedepan (demand forecast) disamping untuk memberikan
gambaran tentang kondisi sarana dan prasarana secara umum di

daerah studi. Data Kecamatan atau Kabupaten dalam angka versi


tahun terbaru umumnya bisa memenuhi kebutuhan data yang
dimaksud. Data Sosekbud ini biasanya dapat diperoleh pada Instansi
Biro Pusat Statistik, baik yang di pusat Jakarta atau BPS di daerah.
- Data/Informasi mengenai penggunaan wilayah sungai untuk
keperluan lain
Data atau informasi yang berkenaan dengan water management ini
umumnya dapat diperoleh dari Instansi PU, atau BAPPEDA, ataupun
dari PEMDA setempat. Data ini sangat penting agar didalam
pengembangan suatu wilayah sungai tidak terjadi tumpang tindih
perencanaan dan penggunaannya, utamanya benturan kepentingan
dengan rencana PLTM kita. Seperti diketahui, untuk sungai-sungai
yang besar, master plan pengembangan sumber-sumber daya alam
yang berkaitan dengan suatu wilayah sungai sudah direncanakan
secara ter-integrasi oleh Instansi PU. Dan yang potensial untuk terjadi
conflict of interest umumnya menyangkut: rencana pengembangan
PLTM yang sama oleh pengembang lain yang sudah lebih dulu,
rencana peruntukan untuk irigasi, air bersih, pariwisata (arung jeram,
dll), pembangunan waduk dan saluran supplesi ke sungai lain, dan
lain-lain.
- Data-data lainnya yang diperlukan
Data-data ini lebih ditujukan untuk keperluan survey berikutnya
dilokasi yang sama, agar perencanaan jadwal survey, kepada siapa
harus kontak sebelumnya, kemana alamat yang dituju, dll semuanya
bisa dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik. Data ini antara lain
mencakup dan tidak terbatas pada:
. Data perihal akomodasi dan fasilitas/sarana transportasi,
mencakup alamat-alamat hotel/losmen/penginapan berikut kontak
person dan no telepon yang bisa dihubungi. Demikian juga dengan
jadwal-jadwal penerbangan menuju dan dari lokasi, alamat dan no
telepon kontak person yang berhubungan dengan rent car/ojeg/dll
. Data key person yang sekiranya akan sangat membantu didalam
pekerjaan lapangan selanjutnya seperti: nama dan no kontak Bpk
Lurah/Kepala Desa, Bpk Camat, orang-orang yang bisa menjadi
guide lapangan/pendamping/perintis, nama dan no kontak pejabatpejabat PEMDA yang berkaitan dengan ijin-ijin dan proses legal, dll
. Data yang berhubungan dengan kebutuhan material/sub
vendor/sub kontraktor dan lain2.
. Data yang berhubungan dengan resources untuk bahan material
konstruksi (batu, pasir, semen, baja, dll), data harga satuan
pekerjaan, satuan upah dan material (misalnya diperoleh dari
daftar harga pekerjaan/upah/material yang secara intermittent
dikeluarkan oleh instansi PU Cipta Karya), dll
. Data fasilitas/sarana dan prasarana yang tersedia pada daerah
studi seperti: pelabuhan untuk bongkar muat material/
peralatan/perlengkapan dari luar daerah, sarana/prasarana jalan
dan jembatan, sarana penyewaan alat-alat berat, dll
Semua data-data tersebut diatas, apabila perlu dapat disertai dengan
photo-photo dan keterangan-keterangan seperlunya untuk memudahkan
didalam menangkap informasi yang disajikan.
4.4.

Pembuatan Laporan PraFS untuk keperluan pengajuan Ijin Prinsip


Pada akhir periode RS, apabila dirasakan potential site PLTM tersebut
masih kosong (belum dimohonkan ijinnya oleh pengembang lain) dan
dinilai sangat layak untuk kita developed, maka kewajiban Tim Survey
untuk membuat Laporan Pra FS sebagai dokumen pendukung/lampiran

Surat Permohonan Ijin Prinsip Lokasi PLTM (surat PIPL ini seyogyanya
sudah dipersiapkan sebelum tim berangkat ke lapangan). Template dari
Laporan Pra FS ini sudah kami persiapkan dan tim survey hanya tinggal
melakukan penggantian-penggantian minor disesuaikan dengan
keadaan di lapangannya. Dan ditambah dengan Analisa Finansial
secara preliminary (sudah disiapkan template-nya) plus rencana
schedule implementasi dan jadwal TO DO List kedepan serta lampiran
photo-photo yang lebih memperjelas kondisi site-nya, jadilah laporan Pra
FS yang dimaksud.
Selanjutnya Surat PIPL bersama dengan laporan Pra FS ini harus di
daftarkan ke Dinas ESDM/BAPPEDA/PTSP (pengurusan Terpadu Satu
Pintu) guna proses ijin prinsip pembangunan PLTM-nya.

Maksud dan Tujuan Survey Reconnaissance ini:


1.

2.

3.

4.

5.

havailable Head
caranya..dengan melakukan tagging di titik2 tertentu bangunan utama PLTM, utamanya
lokasi Bendung, Bak Penenang dan Power House menggunakan GPS (dilakukan oleh
Geologi/Civil Enjinir).
Reconfirm terhadap situasi dan kondisi serta pertimbangan2 teknis lainnya terhadap
rencana/calon lokasi2 dimana penempatan bangunan-bangunan Utama PLTM hendak
ditempatkan, utamanya Bendung, Bak Penenang, sepanjang Saluran Penghantar dan
Powerhouse (dilakukan oleh Civil Enjinir). Apabila alternatif2 yang sudah diproposed dalam
desk studi dirasakan kurang tepat, maka tidak tertutup kemungkinan untuk diusulkan
alternatif posisi/lokasi lainnya dan disertai dengan kajian teknis untung rugi-nya.
Melakukan pengukuran debit sesaat dengan metode pelampung saja dan jumlah
pengukuran seperlunya saja (selama periode survey lapangan) untuk masing2 lokasi dan
pengumpulan data2 sekunder hidrometeorologi dan sekaligus analisa Studi Hidrologi
(utamanya untuk aliran rendah) untuk ke empat lokasi PLTM tersebut yang secara hidrologis
berada pada satu kesatuan DAS yang saling berimpitan (diharapkan dalam satu analisa Studi
Hidrologi yang sama, bisa digunakan untuk ke empat DAS tersebut). Ini sebagai pendekatan
    Kurva Flow Duration    ^ 
bersangkutan sehingga pengambilan perkiraan Q pembangkitan sudah mendekati angka
kebenarannya pada saatnya.
Pengambilan foto2 lapangan untuk masing2 site dan masing-masing site untuk ke 3 lokasi
bangunan Utama yakni Bendung, Bak Penenang dan Powerhouse, serta di sepanjang
kenampakan sungai-nya dari lokasi Bendung sd Powerhouse. Teknis pengambilan fotofotonya mengikuti Panduan Survey Reconnaissance dalam text yang terpisah.
Perkiraan akses ke Bendung dan akses ke Powerhouse (menyangkut perkiraan route dan
jarak) dari jalan desa/kabupaten existing, diperlukan sebagai ancer2 menghitung
perhitungan cost estimate rencana pembangunannya.

Lokasi2 yang harus dilihat/di-tag GPS dan apa yg harus dilakukan lainnya:
1.
2.
3.

Lokasi tentative Bendung (tentative koordinat nanti diberikan)


Lokasi tentative Headtank (tentative koordinat nanti diberikan)
Lokasi tentative Powerhouse (tentative koordinat nanti diberikan)

Pada ketiga lokasi ini selain di Tag dengan menggunakan GPS (dicatat koordinat dan elevasi-nya) juga
dicatat situasi sekitar yg perlu untuk keperluan assest availabilitas penempatan bangunan disana,
antara lain dilengkap dengan foto2 digital sekitar titik tersebut dan akan lebih baik dilengkapi
dengan rekaman video via HP saja.
Khusus untuk lokasi Bendung atau bila perlu juga boleh disebelah downstream-nya (ditempat yg
aksesnya mudah saja dan cepat pelaksanaannnya) dilakukan pengukuran debit sesaat (min 1X saja).
Koordinat titik pengukuran ini agar dicatat agar bisa diplot dalam peta untuk diukur perkiraan DASnya.

Product hasil akhir dari Survey Reconnaissance ini:


1.
2.

FDC untuk masing2 lokasi PLTM. Analisis-nya bisa satu kali saja, kemudian yg untuk masing2
lokasi PLTM dibedakan secara luasan DAS-nya saja sebagai konversinya.
Perhitungan besaran pengukuran debit sesaat (1X)

3.
4.
5.
6.

7.

Perhitungan sementara kapasitas Output PLTM


Hasil rekaman foto2 digital dan Video HP
Hasil rekaman digital Pengukuran Taging GPS
Laporan pandangan mata (singkat saja) tentang:
- Jaringan 20 Kv terdekat dengan lokasi P/H
- Jalan akses ke Bendung dan P/H
Laporan Reconnaissance Survey atau Laporan Pra FS (bila perlu, atas request Owner),
sebagai bahan penunjang/lampiran untuk mendapatkan Ijin Prinsip Lokasi

Kebutuhan enjinir untuk Pelaksanaannya:


1.
2.

Enjinir Sipil untuk evaluasi availabilitas penempatan bangunan2 utama tersebut disitu dan
pengukuran debit sesaat
Enjinir Geologi untuk analisis geologi regional dan geologi umum pada tiap2 lokasi
penempatan bangunan2 Utama PLTM dan tagging GPS

Semua data2 primer dan sekunder tersebut diatas, pada akhirnya akan merupakan data dasar
didalam penyusunan Laporan Pra FS yang akan disusun guna mendukung Surat Permohonan Ijin
Lokasi ke PEMDA secara resmi. Sebelum Survey Reconnaissance ini dilakukan, tim Government
Relation dari owner akan ke PEMDA-PEMDA tempat potensial site berada untuk memastikan bahwa
site2 yang akan di Recconnaissance ini masih kosong dan belum pernah diajukan oleh pengembang
lain sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai