Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA


DI RUANG TULIP 2 RST dr. SOEPRAOEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun oleh :
Laras Frestyawangi Wasitin
2014204610111072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS


2015

Mahasiswa
Laras Frestyawangi Wasitin
201420461011072

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Pembimbing

Lahan

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Placenta
adalah

plasenta

berimplantasi
segmen

previa

bawah

yang
pada
rahim

yaitu di atas dan dekat


tulang cerviks dalam dan
menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa
adalah 0,4 0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
(Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., dan Sumapraja, S. 2009)
Plasenta

previa

merupakan

plasenta

yang

letaknya

abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi


sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internum).

Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di


segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga
perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks
(Varney, 2007)

B. Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi
ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta
previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi
mioma),

sering

mengalami

infeksi

rahim

(radang

panggul),

kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan


rahim.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan keadaan
yang

endometriumnya

kurang

baik,

misalnya

karena

atrofi

endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.


Keadaan ini bias ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri.
3. Kuretasi yang berulang.
4. Umur lanjut.
5. Bekas seksio sesarea.
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok
atau pemakaian kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon
monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini
terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta


harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin.
Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup
ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot
mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang
rendah dekat ostiumuteri internum. Plasenta previa juga dapat
terjadi

plasenta

yang

besar

dari

yang

luas,

seperti

pada

eritroblastis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple (Fakultas


Kedokteran Universitas Padjajaran, 2005).

C. Patologi
a) Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara
rinci, karena sirkulasi pada segmen bawah sdikit lebih baik
daripada

fundus,

placenta

previa

mungkin

butuh

untuk

menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang adekuat.


Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidaktidaknya 30% lebih besar daripada placenta yang terimplantasi
di fundus.
b) Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan
pantas dipertimbangkan pada pembukaan sinus.
c) Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis,
terutama di daerah pajana atau di atas tulang.
d) Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi
dan mencegah perikatan pada keadaan fetal.

D. Manifestasi Klinis
a) Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.

b) Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam


kehidupan atau menyebabkan syok hipovolemik.
c) Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan
suatu temuan yang kebetulan pada scan ultrasonik.
d) Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah
merentang dan tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi
implantasi bawah.
e) Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga
kelahiran mulai atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan
awal terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan
yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, saat
pancaran, atau lebih jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin
berawal saat wanita sedang istirahat atau di tengah-tengah
aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika
dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan
dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
f) Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa
sakit. Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan
dengan serangan kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak
nyaman karena kontraksi uterus.
g) Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian
fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur
kehamilannya karena placenta previa menghalangi turunnya
bagian-bagian janin.
h) Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring
atau melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.
i) Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya
jika bagian penting placenta previa terlepas dari desidua basilis
atau jika ibu menderita syok hipovolemik.

E. Klasifikasi
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

1. Marginal placenta previa


Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat
dengan tulang.
2. Incomplete / Parsial placenta previa
Menyiratkan penutupan tak sempurna
3. Total / Complete placenta previa
Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik
sepenuhnya berdilatasi
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim
yang lebih rendah tapi jauh dari tulang

F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi
apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada
umumnya di dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian

ini

akan

mendiagnosa

placenta

previa

tapi

seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan


hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini

disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).


Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk
efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound
pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio
lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol)
yang

dijamin.

Kelahiran

segera

dengan

operasi

direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.Pencegahan

G. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir


prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara
ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan

preterm

dengan

perdarahan

sedikit

yang

kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam
batas normal)
d. Janin masih hidup.

Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.

Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi


placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi
janin.

Berikan tokolitik bila ada kontriksi :


-

MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan


paru janin

Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test)


dari test amniosentesis.

Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih


berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan
plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat darurat.

Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37


mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat
jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak
untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera
kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.

2. Terapi aktif (tindakan segera)


a. Wanita

hamil

di

atas

22

minggu

dengan

perdarahan

pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana


secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
b. Untuk

diagnosis

menyelesaikan

placenta

previa

persalinan,

dan

setelah

menentukan

semua

cara

persyaratan

dipenuhi, lakukan PDOM jika :


1. Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi
telah siap
2. Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partu
3. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital
mayor (misal : anensefali)

4. Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh


melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
c. Prinsip

utama

dalam

melakukan

SC

adalah

untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau


tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.
d. Tujuan SC antara lain :
1. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat
segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada
cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
e. Tempat

implantasi

plasenta

previa

terdapat

banyak

vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim


menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat
implantasi

placenta

sering

menjadi

sumber

perdarahan

karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut


otot dengan korpus uteri.
f. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan
kondisi ibu
g. Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan
perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
h. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya

dilakukan

pada

placenta

previa

lateralis

marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala.


Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen
bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi

uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus


oksitosin.
i. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
j. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian
diberi

beban

secukupnya

sampai

perdarahan

berhenti.

Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan


seringkali

menyebabkan

perdarahan

pada

kulit

kepala.

Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah


meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

Pathways Plasenta Previa

- bekas luka operasi pada


uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus
Placenta previa
Seksio Cesarea
Post Operasi sc

Cemas
Post Ansestasi Spinal

Luka Post Operasi

Penurunan
saraf
ekstermitas

Penurunan
saraf otonom

Kelumpuha
n

Penuruna
n saraf
vegetatif

Merangsa
ng area
sensorik

Penuruna
n
peristaltik
usus
Resiko
Konstipasi

Nyeri

Mobilitas

Jaringan
terputus

Resti
Jaringan
infeksi
terbuka
Proteksi
kurang
Invasi
bakteri

Psikologis(Taking in,
taking hold, taking
Perubahan
go)
psikologis

Nifas
Uterus
Kekurangan
Kontraksi
volume
uterus
cairan

Laktasi

Ejeksi ASI
Progesteron dan
esterogen
menurun Tidak
Adekuat
Metabolisme
adekuat
Prolaktin
Adekuat
Tidakanaerob
ASI keluar
ASI
meningkattidak keluar
Penambah
Adekuat
Asam laktat
an
anggota
Pertumbuhan
Efektif
Inefektif laktasi
meningkat
baru
Pengelupas
Atonia
kelenjar susu
an desidua
uretri
laktasi
terangsang
Suplai O2 ke jaringan
Kelelahan
Kurang Kebutuhan
meningkat
menurun
pengetahuan
Perdarahan
Isapan bayi
Lochea
perawatan
Nekrose
Intoleransi
Hipovolemi
k
Kekuranga
n volume
cairan

HbO2
menurun

Anemi
HbO2
menurun

aktivitas

Oksitosin
meningkat
Ejeksi ASI

Perubahan
pola peran

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing
Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi
2. Jakarta: Penerbit EGC
Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., dan Sumapraja, S. 2009. Ilmu
Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Ladewig, Patricia W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi BAru
Lahir,Ed.5. Jakarta :EGC
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.1. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai