Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS GELOMBANG PECAH TERHADAP PEMBENTUKAN ARUS PECAH

(RIP CURRENT) DI PANTAI SEBALANG TARAHAN LAMPUNG SELATAN


MENGGUNAKAN MODEL SPECTRAL WAVE

(TUGAS AKHIR)

OLEH

HENDRIK SIMAMORA

20311112

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lampung merupakan salah satu provinsi yang terkenal akan panorama wisata
pantainya. Salah satunya yaitu pantai Tarahan yang merupakan salah satu objek
wisata pantai di Kabupaten Lampung Selatan yang membuat wisatawan tertarik
untuk berkunjung kesana. Wisatawan yang datang tidak hanya wisatawan lokal
namun wisatawanng asing yang sedang berlibur ke Lampung. Pantai Tarahan
mempunyai Kawasan yang strategis untuk pengembangan pariwisata dan juga
pantai Tarahan mempunyai daya tarik seperti pemandangan matahari yang indah,
potensi terumbu karang, dan ombak yang cukup besar untuk kegiatan berselancar
serta kegiatan snorkling dan free diving. Namun tidak bisa di pungkiri bahwa
setiap objek wisata mempunyai resiko terhadap kecelakaan, salah satunya terjadi
arus balik yang terjadi di pantai Sebalang tarahan Lampung Selatan. Terjadinya
insiden kecelakan di pantai adalah akibat teseretnya ke laut oleh tarikan dari
pergerakan massa air yang kembali ke laut. Arus yang menyeret hingga ke laut
lepas tersebut adalah rip current (Daryono,2010).

Rip current adalah arus yang bergerak dari pantai menuju ke laut dengan kondissi
yang bervariasi dari yang kecil, pelan, dan berbahaya sampai arus yang dapat
menyeret orang sampai ketengah laut dan terjadi karena hubungan antar dua
gelombang yang datang menuju pantai dan morfologi pantai (NOAA,2005). Rip
current terkonsentrasi melewati jalur sempit (rip current) yang mengalir kuat
kearah laut dari zona hempasan melintasi gelombang pecah hingga ada di laut
lepas-pantai (Sunarto,2003).

Lokasi Penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dengan melakukan
observasi ke titik lokasi, dan untuk penentuan lokasi menggunakan google earth,
dan pengukuran dengan menggunakan drone atau kamera. Pemodelan utnuk
pengaplikasikan nya menggunakan program MIKE 21. Rip current disebabkan
karena adanya pertemuan ombak yang sejajar garis pantai sehingga menyebabkan

1
terjadinya arus balik dengan kecepatan tinggi. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif dengan parameter gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
Pengolahan data menggunakan pemodelan spectral wave. Hasil dari simulasi
tersebut dilakukan validasi dengen membandingkan antara pasang surut
pengukuran dan pasang surut peramalan gelombang. Hasil analisis dari pemodelan
dilakukan dengan menunjukkan tinggi gelombang yang terjadi pada pantai
Sebalang Taruhan Lampung Selatan. MIKE 21 adalah program perangkat untuk
pemodelan 2d hidodinamika, gelombang, dinamika sedimen, kualitas air dan
ekologi.Ini adalah program lunka professional dengan keandalan, kualitas, dan
fleksibilitas tinggi. MIKE 21 adalah produk modular dan mencakup simulasi yang
ditunjukkan untuk berbagai aplikasi. Hal ini termasuk pemodelan arus pasang
surut, gelombang badai, penyebaran adveksi, tumpahan minyak, kuallitas air,
pengangkatan lumpur, pengangkutan pasir gangguan pelabuhan dan perambatan
gelombang. Proses gelombang dengan menghitung iklim gelombang pada skala
regional dan lokal ketika diperlukan resolusi spasial yang tinggi. Program ini dapat
menurunkan skala atau mengubah iklim gelombang lepas panntai dalam mode
spectral yang benar-benar dinamis (perhitungan spektrum gelombang 2d) atau
dengan menggunakan parameterisasi cepat (perhitungan spektrum arah), yang
sesuai dan mengamankan hasil simulasi gelombang yang akurat dan dapat
dipercaya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Bagaimana hasil simulasi gelombang pecah rip current yang terjadi di pantai
Sebalang Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Bagaiman uji akurasi hasil simulasi rip current dengan program MIKE 21
Spectral Wave di pantai Sebalang Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan.

2
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini berfokus di pantai Sebalang Tarahan, Kecamatan Katibung,
Kabupaten Lampung Selatan.

1. Menghitung dan menentukan arah gelombang pecah yang terjadi di pantai


Sebalang Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Mengetahui perbedaan tinggi muka air akibat gelombang pecah yang
ditimbulkan di pantai Sebalang Tarahan,Kabupaten Lampung Selatan.
3. Menghitung kecepatan dari gelombang pecah di pantai Tarahan, Kabupaten
Lampung Selatan menggunakan program MIKE 21.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari Penelitian ini antara lain:
1. Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui kronologi dan akurasi hasil
prediksi rip current dengan program MIKE 21 Spectral Wave.
2. Memberikan informasi dan edukasi bahaya kemunculan rip current kepada
masyarakat sekitar pesisir pantai terutama untuk kegiatan perekonomian,
sosial, budaya, dan pariwisata di sekitar pantai Sebalang.

1.5 Batasan Masalah


1. Lokasi penelitian simulasi rip current ini terletak di pantai Sebalang Tarahan,
Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
2. Verifikasi data gelombang pecah menggunakan observasi elevasi data angin,
data batimetri,data garis pantai,peta laut, dan data pasang surut yang berasal
dari BMKG Kabupaten Lampung Selatan.
3. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
melakukan pemprogaman MIKE 21.
4. Prediksi rip current menggunakan program MIKE 21 spectral wave.

3
1.6 Sistematika Penulisan
Tugas Akhir ini dengan Sitematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini akan menjelaskan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Batasan masalah dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustakan dan Landasan Teori
Pada Bab II berisikan dasar teori yang bersumber dari kutipan buku dan jurnal
yang berkaitan dengan penyusunan tugas akhir ini.
Bab III Metodologi penelitian
Pada Bab III berisikan tentang penjelasan Langkah-langkah penelitian dan metode
pengolahan data.
Bab IV Analisis dan Hasil Penelitian
Menguraikan hasil analisis dan hasil yang diperoleh dari penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dan saran-saran
penulis.
Daftar Pustaka
Memuat sumber-sumber referensi tulisan berupa nama penulis, judul tulisan,
identitas penerbit dan tahun terbit.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pantai


Garis pantai (shoreline) adalah garis pertemuan daratan dan air laut. Dimana posisinya
tidak tetap dan dapat berpindah karena terjadinya pasang surut air laut dan erosi pantai
yang terjadi. Kawasan pantai (coastal zone) adalah area dari dataran dan perairan yang
dibatasi oleh garis pantai dan panjang kawasan darat dan laut mencakup suatu proses-
proses penting pada daerah pantai (Sorensen,2006:1).
Ada dua istilah tentang kepantaian yang sering rancu pemakaian nya di Indonesia yaitu
pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai kedua istilah tersebut yang
kemukakan didalam buku teknik pantai Triadmojo,2008:1 bisa di definisikan dengan
gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Definisi dan batasan pantai

Pesisir adalah daerah barat di bagian tepi laut yang masih mendapat pengaruh seperti
air pasang yang mencapai puncak tertinggi dan air surut yang terendah, angin laut dan
rembesan air laut. Daerah dataran adalah daerah yang terletak di atas dan dibawah
permukaan daratan dari batas garis pasang tertinggi. Daerah Lautan adalah daerah
yang terletak di atas dan dibawah permukaan bawah laut dari sisi laut pada garis surut
terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis
pertemuan antara daratan dan air laut, di manan posisinya tidak tetap dan dapat
berpindah sesuai dengan keadaan pasang surut air laut dan terjadinya erosi pantai.

5
Sempadan pantai adalah kawasann tertentu sepanjang pantai yang berfungsi untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Pantai dibagi menjadi empat bagian berdasarkan karakteristik gelombang pecah yang
terjadi yaitu inshore, offshore, foreshore, dan backshore. Karakteristik gelombang
yang terjadi pada daerah pantai berkaitan dengan perubahan dari bentuk gelombang
yang merambat dari laut dalam menuju pantai. Berkurangnya kedalaman laut dapat
menyebabkan berkurangnya Panjang gelombang dan bertambahnya tinggi
gelombang. Gelombang yang telah pecah akan merambat ke pantai sampai gelombang
bergerak naik dan turun pada permukaan pantai (uprush dan downrush).
Daerah ke arah pantai dari gelombang pecah dan garis gelombang pecah dibagi
menjadi tiga daerah yaitu inshore, foreshore, dan backshore. Foreshore daerah yang
terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush
pada saat air mengalami peninggian. Tampilan pada foreshore memiliki kemiringan
lebih curam daripada di daerah inshore dan backshore. Backshore adalah daerah yang
dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang
badai bersamaan dengan muka air tinggi.

Gambar 2.2. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai

Dari gambar diatas dapat diketahui adanya tiga zona yang terbentang dari garis
gelombang pecah ke arah pantai yaiut breaker zone, surf zone¸ dan swash zone.
Gelombang pecah (breaker zone) adalah daerah dimana gelombang yang datang dari
laut (lepas pantai) tidak stabil dan pecah. Pada pantai yang landai gelombang pecah

6
bisa terjadi dua kali. Surf zone adalah daerah yang bagian dari gelombang pecah dan
batas naik-turunnya gelombang di pantai. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh
garis batas tertinggi oleh naiknya gelombang dan batas terendah turunya gelombang
di pantai.
Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil.
Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai
lumpur memiliki kemiringan sangat kecil sampai 1:5000, kemiringan pantai pasir
berkisar antara 1:20 dan 1:75 sedangkan kemiringan pantai kerikil 1:4
(Triadmodjo,2008:161).

2.2 Teori Gelombang


Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam gelombang yang
tergantung pada gaya pembangkitnya yaitu, gelombang angin yang disebabkan oleh
tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang surut disebabkan oleh gaya tarik
oleh matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan
gunung berapi atau gempa di dalam laut, gelombang yang disebabkan oleh kapal yang
bergerak, dan masih banyak lagi.

Gelombang dapat menimbulkan sebuah energi yang dapat membentuk pantai,


menimbulkan arus dan mengirimkan sedimen dalam arah tegak lurus sepanjang
pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang
merupakan penyebab utama untuk penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur
pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan sebagainya.

Umumnya bentuk gelombang sangat kompleks dan sulit digambarkan secara sitematis
karena ketidaklinieran, tiga dimensi dan mempunyai bentuk yang berbeda-beda (suatu
gelombang dengan tinggi dan periode yang berbeda). Berdasar atas fenomen
gelombang laut dijelaskan dengan pendekatan regular waves dan irregular waves
digunakan metode statistik untuk menganalisis gelombang suatu deret gelombang
dengan tinggi dan periode yang berbeda (CEM,2008:II-1-1).

Beberapa teori yang menggambarkan bentuk fenomena gelombang yang telah


dikembangkan yang didasarkan pada regular waves, antara lain teori gelombang linier

7
(Airy Wave Theory, Small-Amplitude Wave Theory) ada juga teori gelombang non
linier (Finite-Amplitude Wave Theories) yaitu: gelombang stokes, Gerstner, Mich,
Knoidal dan tunggal. Teori yang paling sederhana adalah teori gelombang yang di
kembangkan oleh Airy pada tahun 1845 yaitu teori gelombang amplitude kecil.

Gambar 2.3. Perbandingan profil gelombang

Teori gelombang amplitudo kecil diturunkan berdasarkan Laplace untuk aliran tak
rotasi (irrotational flow) dengan kondisi batas di permukaan air dan dasar laut. Kondisi
batas di permukaan air laut dapat melinierkan persamaan Bernoulli untuk aliran tak
mantap. Berikut Anggapan yang digunakan untuk menurunkan persamaan gelombang
adalah sebagi berikut (Triatmodjo,2008:13):

1. Zat cair adalah homogen dan tidak dapat termampatkan, sehingga rapat massa
nya adalah konstan.
2. Tegangan pada permukaan diabaikan.
3. Gaya Coriolis (akibat perputaran bumi) diabaikan.
4. Tekanan pada permukaan seragam dan konstan.

8
5. Zat cair adalah ideal,sehingga berlaku aliran tak rotasi
6. Dasar laut adalah horizontal, tetap dan impermeable sehingga kecepatan
vertikal di dasar laut adalah nol.
7. Amplitudo gelombang kecil terhadap tegangan dengan Panjang gelombang
dan kedalaman air.
8. Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus terhadap arah penjalaran
gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi.

Gambar 2.4. Sket definisi gelombang

Gambar 2.4. menunjukkan suatu gelombang yang berada di system koordinat (x,y),
menjalar ke sumbu x. Beberapa notasi yang digunakan adalah:

d : Jarak antar muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut)

𝜂(x,t) : fluktuasi muka air terhadap muka air diam

a : amplitudo gelombang

H : tinggi gelombang = 2a

L : panjang gelombang, yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang

Berurutan.

9
T : periode gelombang, yaitu interval waktu yang diperlukan oleh partikel air

untuk Kembali pada dudukan yang sama dengan kedudukan sebelumnya.

C : cepat rambat gelombang = L/T (m.dt-1).

K : angka gelombang = 2𝜋/L.

𝜎 : frekuensi gelombang = 2𝜋/T.

Berdasarkan kedalaman relative, perbandingan antar kedalaman air (d) dan panjang
gelombang (L), gelombang dapat di klasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu
(Triadmodjo,2008:17):

1. Gelombang di laut dangkal,jika d/L ≤ 1/20


2. Gelombang di laut transisi jika 1/20 < d/L < 1/2
3. Gelombang di laut dalam jika d/L < 1/2

Klasifikasi ini dilakukan untuk menyederhanakan rumus-rumus gelombang. Dari


penyederhanaan ini dapat diperlihatkan dengan menggunakan Gambar 2.5 yang
memperlihatkan parameter fungsi dari kedalaman relative.

Gambar 2.5. Parameter fungsi kedalaman relatif

10
Apabila terdapat dua gelombang monokhromatik (yaitu suatu deret gelombang dengan
satu macam tinggi, panjang dan cepat rambat gelombang) mengikuti arah dan
gelombang yang berbeda, maka kedua dari gelombang tersebut akan bersuperposisi.
Superposisi kedua gelombang dapat menyebabkan terbentuknya suatu kelompok
gelombang yang menjalar dengan cepat rambat kelompok gelombang gelombang
(Cg). Kecepatan rambat kelompok atau deretan gelombang tidak sama dengan
kecepatan rambat gelombang tunggal. Kecepatan kelompok gelombang sebagai
berikut (Triadmodjo,2008:36):

Cg = n.C

1 2kd
n = (1 + )
2 sinh 2 k d

2𝜋
k =
L

dengan:

Cg = kecepatan rambat kelompok gelombang (m.dt-1)

C = kecepatan rambat gelombang (m.dt-1)

n = untuk laut dalam n = 0,5 dan untuk laut dangkal n = 1

k = angka gelombang

d = jarak muka air rata-rata dari dasar laut (m)

L = panjang gelombang (m)

11
Gambar 2.6. Dua deretan gelombang yang ditunjukkan

Secara terpisah dan superposisi

Energi gelombang adalah Jumlahan dari energi kinetik dan energi potensial
gelombang. Energi kinetik adalah energi yang diakibatkan oleh kecepatan air karena
adanya gerak gelombang. Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh
perpindahan muka air karena adanya gelombang. Dimana energi total adalah tiap
satuan lebar (Triadmodjo,2008:39):

𝜌𝑔𝐻 2 𝐿
E = Ek + Ep = 8

Dengan:

E = energi total tiap satuan lebar (Nm.m-1)

Ek = energi kinetik total tiap satuan lebar (Nm.m-1)

Ep = energi kinetik total tiap satuan lebar (Nm.m-1)

𝜌 = massa jenis air (Kg.m-3)

g = percepatan gravitasi (m.dt-2)

H = tinggi gelombang (m)

L = panjang gelombang (m)

12
Energi gelombang adalah sebuah energi yang berubah dari satu titik ke titk yang lain
sepanjang gelombang, dan energi rerata satu luasan luas:

𝐸 𝜌𝑔𝐻 2 𝐿
𝐸̅ = =
𝐿 8

dengan:

𝐸̅ = energi rerata satu satuan luas (Nm.m-2)

Tenaga gelombang adalah energi gelombang yang dihasilkan tiap satu satuan waktu
yang menjalar dalam arah penjalaran gelombang. Perpindahan energi persatuan
panjang dirumuskan sebagai berikut (Triadmodjo, 2008:40):

𝑛𝐸 𝑛𝐸̅ 𝐿
P = = = 𝑛𝐸̅ 𝐶
𝑇 𝑇

dengan:

P = pemindahan energi per satuan panjang (Nm.dt-1.m)

n = untuk laut dalam n = 0,5 dan untuk laut dangkal n = 1

C = kecepatan rambat gelombang (m/detik)

2.3. Pembangkitan Gelombang


Pada umumnya gelombang banyak terjadi dibangkitkan oleh angin. Gelombang yang
dibangkitkan oleh angin jauh lebih kompleks daripada gelombang monokromatik
sederhana. Cara mengukur gelombang yang dibangkitkan oleh angin digunakan
dengan analisis teknik. Hal ini juga sangat berguna untuk memprediksi gelombang-
gelombang yang terjadi akibat angin baik dalam hindcast gelombang untuk kondisi
angin historis maupun peramalan (forecast) gelombang dengan prediksi kondisi yang
angin yang akan datang (Sorensen, 2006: 157).

2.3.1. Kecepatan Angin


Kecepatan angin

13
2.3.2. Fetch
Fetch adalah daerah pembentukan gelombang di mana kecepatan dan arah angin
bersifat konstan. Dalam pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh daratan
yang di kelilingi oleh laut. Di daerah pembentukan gelombang tidak hanya
mengalamai pembangkitan di arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam
berbagai sudut terhadap arah angin. Gambar 2.7. menunjukan cara mendapatkan fetch
efektif. Berikut persamaan Fetch efektif.

∑𝑋𝑖 cos 𝛼
𝐹eff = ∑ cos 𝛼

Dengan:

𝐹eff = fetch rerata efektif

𝑋𝑖 = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke

ujung akhir fetch

𝛼 = deviasi kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan

Sudut 6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi dari arah angin

Gambar 2.7. Fetch

14
2.3.3. Fully Developed Sea (FDS)
Pada kondisi laut terbuka, energi yang dihasilkan oleh angin terserap penuh pada
permukaan air yang membentuk gelombang. Pada kecepatan angin tertentu dimana
gelombang tidak mungkin untuk tumbuh, lama hembus angin sudah melebihi dari
waktu untuk pembangkitan gelombang.

Kondisi terbentuk sempurna (Fully developed sea) artinya pada kecepatan angin
tertentu gelombang terjadi merupakan gelombang maksimum tanpa mendapat batasan
hembus angin dan panjang fetch.

2.4. Statistik dan Peramalan Gelombang


Pengukuran gelombang dapat memberikan pencatatan muka air sebagai fungsi waktu.
Pengukuran ini dilakukan untuk waktu yang panjang, sehingga data gelombang yang
diperoleh banyak. Karena sangat kompleks dan besarnya jumlah data tersebut, maka
gelombang dianalisis secara statistik untuk mendapatkan bentuk gelombang yang
bermanfaat.

2.4.1. Gelombang Representatif

2.4.2. Penentuan Tinggi Gelombang dan Kala Ulang Rencana

2.4.3. Analisis Frekuensi Gelombang

2.5. Parameter Gelombang

2.6. Analisis Distribusi Arah Gelombang

15
2.7. Deformasi Gelombang

2.7.1. Pendangkalan (shoating)

2.7.2. Refraksi Gelombang

2.7.3. Difraksi Gelombang


2.7.4. Refleksi Gelombang
2.7.5. Gelombang Pecah
2.7.6. Arus
2.7.6.1. Arus Sejajar Pantai (Longshore Currents)
2.7.6.2. Arus Tegak Lurus Pantai (Cross-shore Currents)
2.7.6.3. Rip Current
2.8. Gaya Gelombang
2.8.1. Gaya Gelombang Tidak Pecah
2.8.2. Gaya Gelombang Pecah
2.8.3. Gaya Gelombang Telah Pecah
2.9. Software MIKE 21

16
17

Anda mungkin juga menyukai