Anda di halaman 1dari 34

P e n g a m b i la n D a t a

M e t o d e
ol a h a n D a t a D e b i t
dan P en g
g M a s u k k e
Sedimen yan
l al u i S u n g ai
Laut Me
Kelompok 5
Anggota Kelompok
Bagas Priambodo 26050120140143
Bussan Adi Nugroho 26050120130100
Dimas Sukma Hadi 26050120140170
Indra Romadhon 26050120140164
Maldiva Hafiza 26050120140060
Nabila Ismi Oktaviani 26050120140051
Raihan Anandra Rahmansyah 26050120140041
Rio Prasetyo Marpaung 26050120140047
Siti Zulaihah 26050120130061
Syah Malfin Nazir 26050120140129
Tsulasa Zuhrotun Nisak 26050120130093
Vany Siregar 26050120120013
Yustinus Adyaksa Indrayana 26050120140059
Zufar Tsaqiful Aryan 26050120140073
01 Sedimen
Sedimen adalah partikel hasil dari pelapukan batuan, material biologi, endapan
kimia, debu, material sisa tumbuhan dan daun. Sifat material sedimen sangat
bervariasi dari sisi ukuran, bentuk dan komposisi. Material tersebut dapat berasal
dari pelapukan batuan yang lebih tua, hasil erupsi gunung api, ataupun organisme
seperti filamen mikroba yang terbentuk dari kalsium karbonat baik dalam bentuk
utuh atau berupa pecahan cangkang, terumbu karang, tulang dan sisa-sisa
tanaman. Sedimen berperan besar terhadap perubahan morfologi yang ada di
kawasan pesisir pantai dan kondisi topografi yang ada di dasar perairan.
02
Transport Sedimen
Transpor sedimen adalah pergerakan
partikel padat (sedimen), biasanya karena
kombinasi gravitasi yang bekerja pada
sedimen, dan/atau pergerakan fluida
sehingga sedimen tertarik.
Transport Sedimen
● Transpor sedimen akibat gerakan fluida terjadi di sungai, samudera,
danau, laut, dan perairan lainnya karena arus dan pasang.
● Transpor sedimen juga disebabkan oleh gletser saat mengalir, dan pada
permukaan terestrial di bawah pengaruh angin.
● Transpor sedimen karena gravitasi dapat terjadi pada permukaan
miring secara umum, termasuk lereng bukit, lereng curam, tebing, dan
landas benua—batas lereng benua.
● Transpor sedimen penting dalam sedimentologi, geomorfologi, teknik
sipil, teknik hidrolika dan teknik lingkungan.
● Pengetahuan tentang transpor sedimen paling sering digunakan untuk
menentukan apakah erosi atau pengendapan akan terjadi, besarnya
erosi atau pengendapan, dan waktu serta jarak terjadinya.
● Transpor sedimen pesisir menghasilkan pembentukan karakteristik
bentang alam pesisir seperti pantai, pulau penghalang dan tanjung.
03
Sedimentasi
Definisi Sedimentasi
Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan material batuan yang
terangkut oleh tenaga air atau angin dan terendap ketika kekuatan air
melemah atau terhenti. Di daerah pantai dan perairan dangkal, faktor
yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi adalah pasokan
sedimen dari sungai, gelombang laut, pasang surut, arus sejajar pantai
(longshore current), dan arus tegak lurus pantai. Pada suatu sungai
proses sedimentasi dapat meliputi proses erosi, transportasi,
pengendapan, dan pemadatan dari sedimentasi itu sendiri. Sedimentasi
di sungai terjadi karena adanya proses pengendapan konsentrasi
sedimen pada aliran sungai yang bersumber dari hasil erosi di bagian
hulu sungai. Sedimentasi yang terjadi di perairan akan mengakibatkan
dasar dari perairan tersebut semakin dangkal serta terjadinya
penurunan kualitas air.
04 Parameter yang
mempengaruhi Sedimentasi
Pasang Surut
● Pasang surut air laut merupakan fenomena naik turunnya permukaan laut secara periodik
yang diakibatkan oleh adanya gaya pembangkit pasang surut terutama matahari dan bulan.
● Pasang surut juga merupakan faktor penting karena dapat menimbulkan adanya arus kuat
pada daerah yang sempit seperti teluk, estuaria, dan muara sungai.
● Arus yang ditimbulkan tersebut merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan
terjadinya pergerakan sedimen yang dapat mengakibatkan abrasi dan sedimentasi.
● Proses pasang surut air laut yang membawa angkutan sedimen serta perbedaan densitas air
laut dan sungai dapat menyebabkan pendangkalan akibat dari sedimentasi yang bermuara di
hilir.
● Sedimentasi tersebut dapat berupa sedimen melayang (suspended load) dan sedimen dasar
(bed load).
● Pasang surut juga merupakan salah satu faktor oseanografi yang sangat berkaitan dengan
tingkat sedimentasi di perairan dimana nantinya dapat menentukan distribusi ukuran butir
sedimen.
Arus
● Pengaruh arus pada sedimentasi daerah muara berkaitan erat dengan pasang surut
● Energi arus dan pasang surut mempengaruhi pegerakan sedimen terutama pada
sedimen melayang
● Energi terbesar kerapkali ditemui pada saat pasang, oleh karena itu saat air pasang
pengadukan dan kekeruhan meningkat
● Saat pasang arus laut bergerak menuju muara sungai dan bertemu dengan arus sungai
sehingga sedimen yang terbawa oleh arus sungai cenderung mengalami turbulensi
● Hasil dari turbulensi menyebabkan kekeruhan meningkat dan jumlah sedimen
bertambah
● Saat terjadi surut, arus dari laut dan sungai berkurang sehingga menyebabkan sedimen
dengan massa yang lebih berat mengendap di dasar perairan dan memungkinkan
munculnya delta sungai
Pengukuran Transpor Sedimen Dasar

Pengukuran Secara
langsung

Pengukuran Secara
tidak langsung
Pengukuran Transpor Sedimen Dasar Secara
Langsung
➢ Pengukuran Transpor Sedimen Dasar dengan Alat Ukur Jenis Keranjang (Box-and
Basket-type)

Alat ukur transpor sedimen dasar jenis keranjang terdiri dari kotak atau keranjang
untuk menangkap sedimen, rangka penyangga, kabel penggantung, dan sirip. Pengukuran
dilakukan dengan cara menurunkan alat ukur ke dasar sungai. Ketika alat menyentuh dasar
sungai, pintu keranjang terbuka dan pencatat waktu mulai bekerja. Aliran air beserta
sedimen masuk ke dalam keranjang. Karena aliran di dalam keranjang melambat, maka
sedimen mengendap di dalam keranjang. Selang beberapa saat, pintu alat ukur ditutup dan
alat ukur yang berisi sedimen dasar diangkat. Material sedimen dikeluarkan dari keranjang
dan ditimbang secara hati-hati. Contoh alat ukur transpor sedimen dasar jenis keranjang
antara lain: Muhlhofer sampler, Karolyi sampler, VUV sampler, dan Arhhem sampler. Alat
ukur yang terakhir ini lebih dikenal sebagai Bedload Transport Meter of Arnhem (BTMA).
Pengukuran Transpor Sedimen Dasar Secara
Langsung
➢ Pengukuran Transpor Sedimen Dasar dengan Alat Ukur Jenis Panci (Pan-type)

Alat ukur transpor sedimen dasar jenis panci terdiri dari sebuah panci yang memiliki
alas dan dua dinding. Sebagian alat ukur jenis ini memiliki baffle untuk menahan laju aliran
sehingga sedimen mengendap di panci. Alat ukur jenis ini jarang dipakai dan pemakaiannya
pun terbatas untuk pengukuran di sungai yang memiliki konsentrasi sedimen dan
kecepatan aliran rendah.

➢ Pengukuran Transpor Sedimen Dasar dengan Alat Ukur Jenis Perangkat (Pit-type)

Prinsip pengukuran transpor sedimen dasar dengan alat jenis ini adalah penempatan
suatu cekungan di dasar sungai untuk menangkap material sedimen yang bergerak di
dasar. Material sedimen yang terperangkap di cekungan itu diambil dengan cara diisap
terus-menerus memakai pompa. Dengan demikian, pengukuran debit transpor sedimen
dasar cara ini dilakukan secara menerus. Ketelitian pengukuran dengan alat ukur jenis
perangkap ini cukup tinggi.
Pengukuran Transpor Sedimen Dasar Secara
Tidak Langsung
➢ Pengukuran Transpor Sedimen Dasar Melalui Pengukuran Material Dasar Sungai

Pengukuran debit transpor sedimen dasar dengan cara pengukuran material dasar
sungai didasari oleh asumsi bahwa hitungan debit transpor sedimen perlu didukung oleh
informasi mengenai material dasar. Pada pengukuran transpor sedimen dasar cara ini,
sampel material dasar sungai diambil beberapa kali, pada kedalaman aliran yang
berbeda-beda, di tempat yang sama. Alat untuk mengambil sampel material dasar sungai
memiliki kelemahan, yaitu tidak mampu mengambil fraksi butir halus material dasar sungai.
Alat untuk mengambil sampel material dasar umumnya berbentuk keruk (grabbing
sampler) atau pipa bor.

➢ Pengukuran Transpor Sedimen Dasar Melalui Pengamatan Dasar Sungai

Pengukuran transpor sedimen dasar cara ini dilakukan dengan mengamati perubahan
dasar sungai (bedform) selama kurun waktu tertentu. Cara ini dapat dipakai pada sungai
yang memiliki kecepatan aliran rendah.
Alat Pengambilan Sampel Material Dasar Sungai

a. Sekop b. Keruk
Perhitungan Debit Sungai

Perhitungan debit sungai dilakukan dengan menggunakan rumus dasar


sebagai berikut :
Q=AxV
Keterangan :
Q = Debit sungai (m3/detik)
A = Luas penampang melintang sungai (m2)
V = Kecepatan aliran sungai (m/detik)
Penggunaan rumus di atas dapat digunakan dengan membuat asumsi
bahwa dasar perairan yang datar.
Perhitungan Debit Sungai
Dalam realita yang ada di lapangan, dasar
perairan tidak mungkin berbentuk datar,
agar rumus tersebut dapat digunakan,
maka penampang sungai dibagi menjadi
beberapa segmen. Rumus perhitungan
yang digunakan untuk mengukur debit
sungai pada gambar di atas adalah :

Keterangan:
Qd = Debit sungai
Fd = Luas rata-rata penampang sungai
V = Kecepatan rata-rata aliran sungai
b = Lebar Sungai
c,d,e = Garis Pengukuran Kedalaman Air
05
Pengukuran Laju
Sedimentasi
Laju Sedimentasi
Analisa laju sedimentasi dilakukan dengan cara menghitung jumlah
sedimen yang terendapkan di dalam sedimen trap. Sebelum melakukan
perhitungan, perlu dilakukan penelitian di laboratorium meliputi
pengeringan sampel, pengayakan sampel, penimbangan sampel, dan
penamaan sedimen berdasarkan ukuran butir. Perhitungan laju sedimentasi
menggunakan rumus APHA (1976) dalam Supriharyono (1990), yaitu :
Penentuan Lokasi Sampling

● Penentuan lokasi pada aliran sungai


pada aliran konstan (bentuk penampang
sungai sama)
● Aliran yang tidak terganggu dengan
adanya sampah
● Penentuan lokasi menggunakan GPS
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sedimen menggunakan sedimen trap yang diletakkan di dasar
perairan pada lokasi masing-masing
Sedimen trap ditinggal selama satu minggu, setelah itu sampel sedimen yang berada di
dalam sediment trap diambil yang kemudian dianalisa jenis tekstur dan ditimbang untuk
mengetahui laju sedimentasinya di laboratorium.
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali setiap satu minggu selama satu bulan.
Pengambilan Sampel Sedimen
Sedimen trap atau kolam tangkap sedimen
merupakan alat yang digunakan untuk
menangkap sedimen yang melayang di
permukaan air yang akan mengendap pada
dasar perairan. Penggunaan sedimen trap
pada penelitian dapat dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan penelitian yang
disesuaikan dengan keadaan temapt
penelitian. Dalam jurnal yang dijadikan
acuan sedimen trap dibuat dengan
- diameter 4 inch dan tinggi 50 cm dengan
pemberat pada dasarnya agar sedimen trap
tidak mudah berpindah.
Pengukuran Debit Sungai
Pengukuran menggunakan current meter
memperhatikan jumlah putaran baling baling
terhadap waktu

V = an+b
a b = konstanta kalibrasi
n = jumlah putaran perdetik
● Current meter dengan propeller 125,80
● Current meter dengan propeller 250,80
● Current meter dengan propeller 125,125
-
METODE ANALISIS
Perhitungan Debit sungai Dasar Perairan Datar
Q = A.V

Perhitungan Debit Sungai dengan Dasar Perairan yang beragam sehingga memerlukan
pembagian segmen
Jenis Sedimen dan Analisa Laju Sedimentasi

Analisa laju sedimentasi dilakukan dengan cara menghitung jumlah sedimen yang
terendapkan di dalam sedimen trap. Sebelum melakukan perhitungan, perlu dilakukan
penelitian di laboratorium meliputi pengeringan sampel, pengayakan sampel,
penimbangan sampel, dan penamaan sedimen berdasarkan ukuran butir.

Roundness dan
Pipetting Shieving Splitting Sphericity
Jenis Sedimen dan Analisa Laju Sedimentasi
Metode yang digunakan untuk melakukan pengayakan sedimen adalah metode ayak basah. Metode ini
menggunakan air sebagai media untuk memisahkan jenis sedimen berdasarkan ukuran butirnya dan shieve
shaker sebagai wadahnya. Sampel ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian disemprot dengan air dan diayak
dengan saringan bertingkat sieve shaker (2 mm, 0.500 mm, 0.3 mm, 0.125 mm, 0.063 mm, 0,004 mm). Hasil
ayakan masing-masing ditimbang. Setelah sampel diayak dengan sieve shaker dan terpisah sesuai ukuran
butirnya, kemudian dilakukan penamaan jenis sedimen berdasarkan ukuran butirnya menggunakan segitiga
Shepard dengan susunan sand, silt, clay.
Jenis Sedimen dan Analisa Laju Sedimentasi

klasifikasi diagram segitiga shepard


Analisa data pasang surut dan Perkembangan morfologi delta

Data hasil pengukuran pasang surut yang didapatkan dari BMKG diolah dengan menggunakan
metode admiralty untuk memperoleh 9 konstanta harmonik pasang surut yaitu : S2, K2, K1, P1,
M2, MS4, O1, N2, dan M4. Dari nilai tersebut, dapat dihitung MSL, HHWL, dan LLWL serta
bilangan formzahl untuk mengetahui tipe pasang surut di lokasi penelitian.

Data hasil pengukuran pasang surut yang didapatkan dari BMKG diolah dengan menggunakan
metode admiralty untuk memperoleh 9 konstanta harmonik pasang surut yaitu : S2, K2, K1, P1,
M2, MS4, O1, N2, dan M4. Dari nilai tersebut, dapat dihitung MSL, HHWL, dan LLWL serta
bilangan formzahl untuk mengetahui tipe pasang surut di lokasi penelitian.
Hasil Perhitungan Debit Sungai

Presentase Ukuran Butir Sedimen


Hasil data Pasang Surut
Hasil Laju Sedimentasi
Hasil Luasan Perubahan Delta
T h a n k s !

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons from
Flaticon, infographics & images by Freepik.

Please keep this slide as attribution

Anda mungkin juga menyukai