Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PANCASILA

DISUSUN OLEH

Agim Yustian Bakhtiar 118150026


Agung Setiawan 118130004
Alda Farida 118210005
Armita Dewi 118180002
Desi Susanti 118230017
Muhammad Rayhan. W 118150047

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2019/2020

ii
Daftar isi

Daftar isi ...................................................................................................................................................... ii


Kata Pengantar .......................................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 3
BAB III......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
3.1 Sejarah Pancasila ................................................................................................................................ 5
3.2 Tokoh Penting Dalam Perumusan Pancasila ....................................................................................... 7
3.3 Proses Perumusan Pancasila ............................................................................................................... 9
3.4 Nilai moral yang dapat diteladani dalam sejarah dan proses perumusan pancasila .......................... 11
BAB IV ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP.................................................................................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 14
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 15

ii
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan makalh yang berjudul
“Sejarah Pancasila” dengan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dan sebagai sebuah media pembelajaran untuk
mengetahui bagaimana sejarah dari pancasila dan bagaimana proses perumusannya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, penulis meyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membuat makalah ini menjadi lebih
baik.

Lampung Selatan, 30 Agustus 2019

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah dasar dan falsafah negara Republik Indonesia. Hal ini tertulis dalam
UUD 1945. Pancasila adalah cita-cita luhur bangsa Indonesia yang sekaligus
membimbing seluruh rakyat Indonesia dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang
makin baik. Pancasila begitu penting dalam sejarah terbentuknya negara kesatuan
republik Indonesia. Pancasila juga merupakan pandangan hidup serta pedoman bangsa
yang telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan nilai nilai luhur dan budi pekerti
bangsa indonesia.

Memahami bahwa sangat penting sila-sila yang terkandung dalam Pancasila perlu
diusahakan secara nyata bagaimana menerapkan sila-sila tersebut dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dan menyadari bahwa sebagai generasi penerus bangsa perlu
memahami dan mengetahui bagaimana Pancasila ini dibentuk. Untuk dapat mengerti
nilai nilai pancasila tidak hanya didapat dari penafsiran dari nilai nilai yang terkandung
didalamnya namun juga harus memahami sejarah dan makna yang tersirat dalam proses
perumusan pancasila sehingga diharapkan agar setiap warga negara tidak hanya sekadar
mengetahui, namun juga sadar serta menghayati serta mengamalkan nilai nilai yang
terkandung didalam pancasila serta meneladani proses yang dilewati. Untuk alasan
itualah, kami mengangkat judul “Sejarah Pancasila”.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang telah kami susun antara lain:

1. Bagaimana sejarah Pancasila?


2. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam perumusan sila-sila Pancasila?
3. Bagaimana proses perumusan Pancasila?
1
4. Nilai apa saja yang dapat diteladani dalam sejarah dan proses perumusan pancasila

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain:
1. Memahami bagaimana perumusan Pancasila
2. Memahami siapa saja tokoh yang terlibat dalam perumusan sila-sila Pancasila
3. Memahami bagaimana proses perumusan pancasila
4. Memahami nilai apa saja yang dapat diteladani dalam sejarah dan proses perumusan
pancasila.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara etimologi dalam Bahasa Sansekerta, Pancasila berasal dari kata ‘Panca’ dan
‘Sila’. Panca yang artinya lima, sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar . kata sila
bias juga berasal dari susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara kebahasaan
dapat disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar. Atau dapat juga
berarti lima tingkah yang baik.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Ir. Soekarno sejak siding BPUPKI pada
1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara [1]. Eksistensi Pancasila
tidak dapat dipisahkan dari situasi menjelang lahirnya negara Indonesia merdeka pada 17
agustus 1945. Setelah mengalami pergulatan pemikiran, para pendiri bangsa ini akhirnya
sepakat dengan lima pasal (sila) yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup dalam
berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai dasar negara kesatuan republik Indonesia telah diterima secara luas
dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam ketetapan MPR No
XVIII/MPR/1998 tentang pecabutan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No II /MPR/1978 tentang pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila
(ekaprasetya pancakarsa) dan penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai dasar negara
ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan status hokum
ketetapan majelis permusyawaratan rakyat sementara dan ketetapan majelis
permusyawaratan rakyat republik Indonesia tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Selain

3
itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan Bersama para pendiri bangsa
yang kemudian sering disebut sebagai sebuah “perjanjian luhur” bangsa Indonesia [2]

Dalam sistem hukum dan tata perundang undangan, pancasila berada dalam hierarki
paling tinggi dalam tingkatan sumber hukum. Dengan kata lain, seluruh hukum yang
nantinya akan dibuat oleh pihak legislatif dan eksekutif serta fungsi pengawasan dari pihak
yudikatif tidak boleh kontradiktif dengan nilai nilai pancasila. Semangat dari pelaksanaan
hukum yang telah dibuat juga tidak boleh keluar dari koridor-koridor nilai-nilai pancasila.

Pancasila berperan penting sebagai identitas diri bangsa. Nilai nilai pancasila
mencerminkan nilai nilai kearifan lokal (local wisdom) masyarakat indonesia. Sehingga,
pancasila selain berfungsi sebagai patokan hukum indonesia karena pancasila adalah sumber
dari segala sumber hukum, melainkan juga sebagai filter budaya. Nilai nilai pancasila
berperan sebagai filter budaya asing yang masuk. Ibarat, bahwa Pancasila adalah sebagai
membran semi-permeabel yang yang akan memfilter budaya sehingga hanya budaya yang
memenuhi syarat dan sejalan dengan pancasila yang dapat masuk dan berkembang. Jika
pancasila tidak diterapkan baik sebagai filter budaya dan juga identitas, masyarakat akan
terombang ambing dalam suatu pusaran inter-kultural di era globalisasi yang dikhawatirkan
malah akan menimbulkan kerusakan tatanan sosial akibat cultural lag yang disebabkan oleh
cultural shock. Dan pada akhirnya akan menimbulkan kekacauan yang masif di masyarakat.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Pancasila


Pancasila sejatinya telah ada sejak awal peradaban peradaban leluhur bangsa
Indonesia. Pancasila adalah kristalisasi nilai nilai luhur bangsa indonesia yang telah ada sejak
lama. Nilai nilai tersebut, telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari hari sejak
jaman dahulu kala. Pancasiala adalah sebuah perwujudan dari kearifan lokal (local wisdom)
yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Berbeda dengan kerajaan yang memiliki corak sejenis
di negara lain pada kala itu, kerajaan kerajaan nusantara sangat menjunjung nilai proto-
pancasila sehingga dalam pelaksanaan sistem kasta seperti yang berlaku di india tidak terlalu
berpengaruh diindonesia. Atau jika dibandingkan dengan kerajaan dan kekaisaran di eropa
pada kala itu, maka nilai nilai kearifan lokal dari proto-pancasila menyebabkan kehidupan di
kerajaan nusantara tidak sekelam masa abad pertengahan di eropa.

Hal yang menjadi kontrol pada masa masa awal ini adalah salahsatunya adalah
penghayatan kepercayaan yang khidmat dan taat. Manusia nusantara mempercayai bahwa
tuhan menciptakan manusia untuk berbuat baik pada sesama sehingga penghayatan
kepercayaan yang merupakan salah satu poin penting dari pancasiala yaitu sila kesatu
menjadikannaya sebagai kontrol sosial.

Ketika para pelaku dagang dari eropa berdatangan pada akhir abad ke 15 atau masa
kerajaan islam berjaya , para pemeimpin kerajaan setempat menyambut kedatangan mereka
dengan senang hati dan dalam keterbukaan hati. Hal ini karena bahwa pada masa kerajaan
islam, selain pada adat istiadat dalam hal ini nilai proto-pancasila kerajaan kerajaan tersebut
juga menjadikan islam sebagai hukum utama kerajaan namun juga berasimilasi dengan
hukum adat. Kerajaan islam dalam kehidupan sehari hari sangat menekankan keterbukaan
dan keadilan serta keramahan dalam berinteraksi sesama manusia. Dasar hukumnya adalah
QS Al Hujurat ayat 13. Dimana diterangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia
dengan segala perbedaan untuk saling mengenal.

5
Namun pada masa dimulainya penjajahan oleh portugis-spanyol, belanda, inggris
mulai terdapat penurunan pengamalan pancasila akibat penjajah yang berusaha untuk
menanamkan nilai paham mereka.

Tentu saja timbul pergolakan di daerah daerah menolak hal tersebut yang berimbas
dengan bangkitnya perlawanan rakyat. Hal ini dikarenakan banyak sikap dan tata krama dari
pihak penjajah tersebut sangat bertentangan dengan nilai yang dijunjung rakyat rakyat itu
salahsatunya perklakuan terhadap kemanusiaan yang harus diberikan adil dan beradab.

Perlawanan perlawanan yang dilakukan telah terjadi namun juga tidak kunjung
berhasil akibat perjuangan yang hanya bersifat daerah dan tokoh-sentris. Kurangnya
kesadaran bersatu secara luas yang merupakan implementasi sila ke 3 belum benar benar
dapat terjadi di era ini.

Mulai di tahun 1908, telah terjadi perubahan pola perjuangan. Dimulai dengan
dilaksanakannya politik etis yang memungkinkan masyarakat mendapat pendidikan barat.
Ditambah dengan semangat atas kemenangan jepang atas kekaisaran rusia di tahun 1904.
Maka mulai timbul pola pergerakan perjuangan dengan jalur berbagai macam partai dan
organisasi politik. Mulai dari Budi Oetomo di tahun 1908 kemudian berkembang terus
menjadi banyak organisasi lain. Berbagai organisasi politik hadir dengan berbagai corak
perjuangan. Hal ini mulai menunjukan bahwa perjuangan perjuangan mulai menggunakan
jalur permufakatan sehingga struktur nya menjadi masif.

Sementara itu Jepang mengalahkan Sekutu di Pearl Harbour pada 8 Desember 1941
dan kemudian mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942. Janji
Jepang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan dan memajukan rakyat Indonesia.
Akan tetapi dalam kenyataannya Jepang juga merampas kehormatan rakyat dan terjadi
kemiskinan dimana-mana. Janji Jepang baru mulai direalisir setelah Jepang makin terdesak
oleh Sekutu. Sekutu segera bangkit dari kekalahan Jepang dan mulai merebut pulau-pulau
antara Australia dan Jepang dan pada April 1944 mendarat di Irian Barat. Pemerintah Jepang

kemudian berusaha mendapat dukungan penduduk Indonesia, yaitu saat Perdana Menteri
Kaiso pada 7 September 1944 mengucapkan pidato di parlemen Jepang yang antaranya

6
mengatakan akan memberikan kemerdekaan Indonesia, kemudian dikenal sebagai “Kaiso
Declaration”. Janji itu terasa lambat sekali jika dibandingkan Philipina dan Burma yang
diberi kemerdekaan masing-masing pada 1 Agustus 1943.

Sebagai realisasi janji Jepang maka pada hari ulang tahun Kaisar Hirohito tanggal 29 April
1945 Jepang memberi semacam “hadiah ulang tahun” kepada bangsa Indonesia, yaitu janji
kedua dari pemerintah Jepang berupa “kemerdekaan tanpa syarat. Tindak lanjut janji tersebut
dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidi usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yang dikenal dengan nama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persipan
Kemerdekaan Indonesia), yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zyunbi Tioosakai.
Pada hari itu diumumkan nama-nama ketua serta para anggotanya sebagai berikut:

1. Ketua : Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat


2. Ketua Muda : Ichubangase (seorang anggota luar biasa
3. Ketua Muda : RP. Soeroso (Merangkap ketua)

Melalui serangkaian rapat yang cukup rumit serta berbagai proses lainnya, akhirnya pada
tanggal 22 juni 1945 lahir Piagam Jakarta yang didalamnya terdapat Pancasila yang mana
merupakan kristalisasi nilai nilai luhur bangsa Indonesia

3.2 Tokoh Penting Dalam Perumusan Pancasila


Dalam perumusan pancasila , semua tokoh memiliki peran yang sangat penting. Tidak ada
yang tidak pentik. Namun pada bahasan ini, akan dibicarakan tokoh tokoh yang telah
menyumbang pikirannya untuk merumuskan dasar negara yang akhirnya terlahirlah
pancasila

a. Mr. Mohammad Yamin


Yamin mengusulkan usulan (lisan) rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut:
(1) Prikebangsaan, (2) Prikemanusiaan (3) Priketuhanan (4) Prikerakyatan dan (5)
Kesejahtraan rakyat. Selain usulan lisan tersebut Mohammad Yamin kemudian
mengusulkan usulan tertulis mengenai dasar negara kebangsaan dengan rumusan
sebagai berikut: (1) Ketuhanan yang maha Esa (2) Kebangsaan persatuan Indonesia

7
(3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan (5) Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Prof. Dr. Soepomo
Soepomo mengemukakan gagasan sebagai berikut: (1) Teori negara perseorangan
(Individualis) sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes (Abad 17) dan Jean
Jacques Rousseau (Abad 18) Herbert Spencer (Abad 19), HJ. Laski (Abad 20).
Menurut paham tersebut, negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun atas kontrak seluruh individu (contract social). Selain teori negara
perseorangan tersebut, Soepomo juga mengajukan teori perbandingan, (2) Paham
negara kelas (Class Theory) yang merupakan gagasan Marx, Engels dan Lenin, dan
(3) Paham negara integralistik yang diajarkan Spinoza, Ada, Muller, Hegel (Abad 18
dan 19). Pada tahap selanjutnya Soepomo mengusulkan usulan rumusan lima besar
dasar Negara sebagai berikut (1) Persatuan (2) Kekeluargaan (3) Mufakat dan
demokrasi (4) Musyawarah (5) Keadilan rakyat.
c. Ir. Soekarno

Ir.Soekarno pertama-taam memaparkan dasar-dasar Indonesia merdeka


sebagaimana diminta oleh ketua BPUPKI dibicarakan di dalam sidang tersebut belum
dibahas secara jelas oleh para pembicara sebelumnya. Menurut Ir. Soekarno, dasar bagi
Indonesia merdeka itu adalah dasarnya suatu negara yang akan didirikan yang
disebutnya philosophische grondsag, yaitu fundamen, filsafat, jiwa, pikiran yang
sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan gedung Indonesia yang merdeka.
Setiap negara mempunyai dasar sendiri-sendiri demikian pula hendaknya Indonesia.
Selanjutnya Ir, Soekarno mengusulkan kepada sidang bahwa dasar bagi Indonesia
merdeka itu disebut Pancasila, yaitu:

1. Kebangsaan (nasionalisme)

2. Kemanusiaan (internasionalisme)

3. Musyawarah, mufakat, perwakilan

8
4. Kesejhteraan sosial

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Jika anggota sidang tidak setuju dengan rumusan yang lima di atas,

maka rumusan itu dapat diperas menjadi tiga yang disebutnya Trisila, yaitu:

1. Sosio-nasionalisme

2. Sosio-demokrasi

3. Ketuhanan

Rumusan Trisila dapat pula diperas menjadi satu sila yang disebut ekasila, yaitu
gotong royong.

3.3 Proses Perumusan Pancasila


Perumusan Pancasila tidak lepas dari proses perumusan dari Piagam Jakarta.
Proses ini diawali dengan terbentuknya BPUPKI yang kemudian
menyelenggarakan berbagai rapat. BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei
1945 pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai upacara pembukaan dan pada kesesok
harinya dimulai sidangsidang (29 Mei -1 Juni 1945). Yang menjadi pembicaranya
adalah Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno. Sayang
sekali notulen sidang pertama sebanyak 40 halaman telah hilang dan sampai
sekarang belum ditemukan, sehingga banyak catatan sejarah sidang tersebut tidak
diketahui bangsa Indonesia. Hanya berdasar saksi hidup dapat dirunut garis-garis
besar yang dibicarakan dalam sidang tersebut. Sidang pertama BPUPKI dianggap
sudah cukup, karena usulan tentang dasar-dasar Indonesia merdeka telah banyak.
Selain usulan yang disampaikan secara lisan (pidato), para anggota jug diminta
memberi usulan secara tertulis. Kemudian, dibentuklah suatu panitia kecil
berjumlah delapan orang untuk menyusun dan mengelompokkan semua usulan
tersebut. Panitia delapan terdiri dari:

1. Ir. Soekarno

9
2. Drs. Moh Hatta

3. Sutardjo

4. K.H. Wachid Hasyim

5. Ki Bagus Hadikoesoemo

6. Oto Iskandardinata

7. Moh. Yamin

8. Mr. A.A. Maramis

Setelah para panitia kecil yang berjumlah delapan orang tersebut bekerja meneliti
dan mengelompokkan usulan yang masuk, diketahui ada perbedaan pendapat dari
para anggota sidang tentang hubungan antara agama dan negara. Para anggota
sidang yang beragama Islam menghendaki bahwa negara berdasarkan syariat Islam,
sedangkan golongan nasionalis menghendaki bahwa negara tidak mendasarkan
hukum salah satu agama tertentu. Untuk mengatasi perbedaan ini maka dibentuk lagi
suatu panitia kecil yang berjumlah sembilan orang (dikenal sebagai Panitia
Sembilan), yang anggotanya berasal dari golongan nasionalis, yaitu:

1. Ir. Soekarno (Ketua)

2. Mr. Moh Yamin

3. K.H Wachid Hasyim

4. Drs. Moh. Hatta

5. K.H. Abdul Kahar Moezakir

6. Mr. Maramis

7. Mr. Soebardjo

8. Abikusno Tjokrosujoso

9. H. Agus Salim

10
Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan kesepakatan atau
suatu persetujuan yang menurut istilah Ir,. Soekarno adalah suatu modus, kesepakatan
yang dituangkan di dalam Mukadimah (Preambule) Hukum Dasar, alinea keempat
dalam rumusan dasar negara sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;

3. Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan;

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta.


Setelah Pada sidang kedua BPUPKI tanggal 10 Juli 1945 Ir. Soekarno diminta
menjelaskan tentang kesepakatan tanggal 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta). Oleh karena
sudah mencapai kesepakatan maka pembicaraan mengenai dasar negara dianggap sudah
selesai. Selanjutnya dibicarakan mengenai materi undang-undang dasar (pasal demi
pasal) dan penjelasannya. Penyusunan rumusan pasal-pasal UUD diserahkan kepada Mr.
Soepomo. Demikian pula mengenai susunan pemerintahan negara yang terdapat dalam
Penjelasan UUD. Sidang BPUPKI kedua ini juga berhasil menentukan bentuk negara
jika Indonesia merdeka. Bentuk negara yang disepakati adalah republik dipilih oleh 55
dari 64 orang yang hadir dalam sidang. Wilayah negara disepakati bekas Hindia Belanda
ditambah Papua dan Timor Portugis (39 suara). Usaha ini kemudian dilanjutkan Oleh
PPKI yang nanti dibentuk saat mendekati masa kemerdekaan. Dan akhirnya nanti
diresmikan pada 18 agustus 1945

3.4 Nilai moral yang dapat diteladani dalam sejarah dan proses perumusan pancasila

11
Banyak nilai-nilai juang yang dapat kita petik dari proses perumusan Pancasila. Nilai-
nilai juang tersebut adalah pelajaran yang dapat dijadikan contoh dari berbagai
peristiwa penting dalam proses perumusan Dasar Negara (Pancasila) itu. Proses
perumusan Pancasila meliputi beberapa tahap usulan dalam sidang pertama BPUPKI
tanggal 28 Mei-1 Juni 1945 dan tahap perumusan sesudah pidato Sukarno tanggal 1
Juni 1945.

Apa saja nilai-nilai juang yang dimaksud? Proses dan perjalanan perumusan Pancasila
sebagai dasar negara mengandung beberapa nilai-nilai juang, yaitu meliputi:

1. Nilai Kemandirian
2. Nilai Inisiatif
3. Nilai Persatuan dan Kesatuan
4. Nilai Anti Penjajahan
5. Nilai Kerja Keras dan Pantang Menyerah
6. Nilai Musyawarah

1. Nilai Kemandirian

Proses peristiwa perumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah mewujudkan cita-
cita bersama, yaitu untuk menjadi bangsa dan negara merdeka yang dapat menentukan
nasib sendiri. Oleh karena itu, di antara nilai penting dari proses perumusan Pancasila
adalah nilai kemandirian.

2. Nilai Inisiatif

Inisiatif artinya pintar memanfaatkan peluang, berani tampil, menjadi pelopor untuk
berperan dengan aktif menyampaikan segala gagasan, pendapat, dan pandangan yang
dimilikinya dan sejenisnya. Semua tokoh pendahulu kita, termasuk yang tergabung
tim perumusan Pancasila merupakan orang-orang yang berinisiatif tinggi. Tanpa daya
inisiatif yang tinggi dari para tokoh pendahulu kita ini, negara Indonesia merdeka
dengan dasar negara Pancasila akan mustahil terwujud.

3. Nilai Persatuan dan Kesatuan

Para perumus Pancasila merupakan wakil dari segala golongan dan lapisan
masyarakat (Indonesia). Ada yang dari bagian barat, tengah, maupun timur. Mereka
bekerja sama saling bahu-membahu dalam satu keinginan bersama, yakni
terwujudnya Negara Indonesia yang merdeka. Oleh karena itu dalam segala kejadian
dan peristiwa perumusan Pancasila ini akan selalu tercermin nilai persatuan dan
kesatuan.

4. Nilai Anti Penjajahan

Segala kegiatan dan peristiwa perumusan dasar negara Indonesia didasari oleh
12
semangat anti penjajahan. Selain itu, ada keinginan yang kuat bangsa Indonesia
mewujudkan negara merdeka. Karena itu secara langsung atau tidak langsung
berbagai macam hal dalam peristiwa perumusan dasar negara Pancasila
mencerminkan nilai anti penjajahan.

5. Nilai Kerja Keras dan Pantang Menyerah

Mewujudkan dasar negara merdeka dengan penduduk yang beraneka ragam (suku,
kebudayaan, daerah, dan lain-lain) bukanlah pekerjaan yang ringan. Namun demikian,
kuatnya semangat untuk menjadi bangsa atau negara merdeka dan sejajar dengan
bangsa-bangsa atau negara-negara lain di dunia menjadikan berbagai perbedaan yang
ada dalam masyarakat bangsa Indonesia itu bukan sebagai halangan.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pancasila yang merupakan ideologi bangsa indonesia berperan sebagai identitas


bangsa. Pancasila adalah sebuah kristalisasi nilai nilai luhur dan kearifan lokal bangsa
indonesia yang merupakan jatidiri kita. Sudah seharusnya untuk kita agar dapat
memahami bagaimana sejarah pancasila dan segala proses yang mengikutinya.
Pancasila adalah hasil kerja para foundin father kita dalam upaya menyusun suatu
dasar negara yang kuat dan berdaulat. Penyusunan pancasila yang proses yang cukup
rumit, mulai dari pembentukan BPUPKI hingga pengesahan oleh PPKI. Para tokoh
bangsa saling memberikan kontribusi dengan menyumbang pikiran dan tenaga. Dari
proses yang panjang tersebut kita dapat memetik nilai nilai luhur seperti Nilai
Kemandirian,Nilai Inisiatif,Nilai Persatuan dan Kesatuan,Nilai Anti Penjajahan,Nilai
Kerja Keras dan Pantang Menyerah.

4.2 Saran

1. Generasi muda indonesia seharusnya memegang teguh dan bangga pada pancasila
2. Generasi muda indonesia disetiap jenjang harus diberikan pendidikan pancasila
sehingga dapat menghayati nilai nilai yang terkandung didalamnya.

14
Daftar Pustaka

[1] K. B. dkk, Pancasila dan Kewarganegaraan, Surabaya: Sunan Ampel Press, 2013.

[2] T. F. UGM, Pendidikan Pancasila, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.

15

Anda mungkin juga menyukai