Anda di halaman 1dari 5

Bakhtiar, A.Y.

Simulasi Fosilisasi Konvensional

SIMULASI FOSILISASI KONVENSIONAL

Agim Yustian Bakhtiar1.a, Yana Melynia Situmeang1, Eva Yanti1, Lammartu Satria Sagala1 , Adam
Nicky Hermansyah1, Arjun Purwoko1, Valda Artamevia1, Aditya Ganda Agustin1, Simon Fedrik1.
Leonardo Immanuel Manalu1, Muhammad Iqbal Rozaki1, Rizki Aditya1
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknogi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
a
Email: agim.118150026@student.itera.ac.id

Abstract
Conventional fossilization is a process of fossilization that normally occurred in nature.
Through this process, fossil or preserved residual of organism activity like body and traces
usually found in sedimentary rock. In this experiment, we try to figured out how this process
take place in nature. This experiment is a simulation of how conventional fossilization process
like mold and cast, traces, and strata burial occurred in nature with simple material like
impraboard, some residual of organism like bones, shell, leaf,small branch and many more.
Gypsum was used as simulation of sedimentary material. The result of this experiment is we
know how conventional fossilization like mold and cast, traces, and strata burial occurred in
nature. This experiment also a representation of process and anything occurred during the
fossilization

Keyword: Conventional Fossilization, fossilization, starata burial, mold and cast, traces

Abstrak
Fosilisasi konvensional adalah proses fosilisasi yang secara umum terjadi di alam. Melalui
proses ini, fosil atau sisa aktivitas organisme yang terpreservasi seperti tubuh atau jejak biasa
ditemukan dalam batuan sedimen . pada eksperimen ini kami mencoba untuk mengambarkan
bagaimana proses ini dapat terjadi di alam. Percobaan ini adalah simulasi bagaimana fosilisasi
konvesional seperti mold dan cast, jejak, dan strata burial terbentuk d ialam menggunakan
bahan sederhana seperti impraboard, sisa organisme seperti tulang, cangkang, daun, ranting dan
banyak lagi. Gipsum digunakan sebagai simulasi material sedimen. Hasil dari percobaan ini
adalah kami mengetahui bagaimana fosilisasi konvensional seperti mold dan cast, jejak, dan
strata burial terjadi di alam. Eksperimen ini juga adalah reperesentasi dari proses dan apapun
yang terjadi selama proses fosilisasi.

Katakunci: fosilisasi konvensional, fosilisasi, strata burial, mold dan cast, jejak

1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan di masa lalu memiliki corak dan ragam yang berbeda dengan masa kini
namun saing berkaitan. Manusia mampu mengetahui proses proses kejadian di masa
lalu dengan ilmu paleontologi sehingga dapat merekonstruksi bagaimana
paleoenvironment pada masa itu. Selain itu, petunjuk lain yang dapat dimanfaatkan
manusia ialah fosil. Fosil sebagai sisa sisa makhluk hidup yang terpreservasi akan
memberikan gambaran mengenai bagaimana kehidupan masa lalu dengan melihat
bagaimana fosil itu terjadi, jenis fosilnya material sedimen tempat fosil terpreservasi
dan rekonstruksi spesies sehingga memberikan gambaran dan data mengenai
paleoenvironment dan paleografi tempat fosil terbentuk. Dengan adanya fosil, maka
manusia dapat menggunakannya untuk rekonstruksi lingkungan yang nantinya akan
berguna terutama dalam hal sumber daya yang materialnya bersumber dari paleo
material seperti batu gamping, migas, fosfor maupun batubara. Namun sebelum itu,
manusia harus mengerti terlebih dahulu bagaimana sebenarnya proses fosilisasi yang
sering terbentuk dan terjadi di alam atau sering disebut sebagai fosilisasi konvensional
itu terjadi. Maka untuk itu dilakukan praktikum ini untuk memecahkan permasalahan
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan pada praktikum ini berkutat pada:
1. Bagaimana mekanisme pembentukan mold dan cast?,
2. Bagaimana mekanisme pembentukan trace fossil?,
3. Bagaimana peroses pembentukan strata burial?.

1.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses dan memahami
fosilisasi konvensional seperti strata burial, mold dan cast dan trace fossil.

1.4 Potensi dan Manfaat Praktikum


Potensi dan manfaat dari praktikum adalah
1. untuk menjadi media pembelajaran bagaimana terjadinya fosilisasi konvesional,
2. bagaimana proses terjadinya serta menjadi sebuah simulasi dan model dari bagaimana
proses ini terjadi secara garis besar sehingga menambah pemahaman bagi mahasiswa
untuk mengerti lebih jauh lagi tentang proses ini.

1.5 Tinjauan Pustaka


Fosilisasi konvensional adalah sebuah proses fosilisasi yang sering ditemui di alam
dalam kondisi normal. Yang dimaksud normal adalah kondisi fosil adalah sisa dari
aktivitas makhluk hidup tersebut. Proses ini mencakup Mold dan cast, strata burial
dalam hal ini adalah dapat terjadi permineralisasi, replacement, karbonifikasi dan
sebagainya serta fosil jejak (trace fossil). (Stearn, 1989)
Mold dan cast adalah bentuk fosilisasi berupa terbentuknya cetakan dari cangkang
organisme (P.McFall, 1972). Mold terjadi apabila fluida dari material yang melewati
cangkang melarutkan cangkang organisme tetapi material sedimen sudah terkonsolidasi
disekeliling dari cangkang. Sehingga timbul cetakkan yang mana jika rongga cetakkan
terisi oleh material, maka akan menjadi cast. Trace fossil dapat terjadi ketika sisa
aktivitas seperti sarang, jejak kaki, lubang pada cangkang dan lintasan gerak ter
preservasi pada material dan mengalami fosilisasi meskipun hanya jejaknya. (Raham,
2009). Strata burial adalah istilah yang digunakan untuk proses fosilisasi yang
dilakukan dalam suatu lapisan lapisan. Dilingkungan pengendapan, sisa makhluk hidup
akan diendapkan dalam layer layer lapisan sedimen. Inilah yang dinamakan strata
burial. (Stearn, 1989).

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada eksperimen ini dimulai dengan pembuatan material cetakan yang berfungsi
sebagai imitasi material sedimen dalam simulasi fosilisasi ini. Material ini dibuat
dengan mencampur gipsum dan air dengan perbandingan 70 : 30. Material ini nantinya
akan digunakan dalam dua wadah berbeda. Satu berupa nampan plastik, satu berupa
kotak yang dibuat dari impraboard. Fungsi kotak dan nampan plastik adalah sebagai
basin atau tempat pengendapan dari sisa material tersebut. Pada eksperimen mold dan
cast serta track fossil, dilakukan dalam nampan plastik. Pada nampan yang telah diberi
campuran gipsum, diletakkan beberapa objek uji seperti Bekicot, kabel, ayam, dan
cangkang kerang. Yang telah disusun seperti dalam gambar berikut:

Gambar 2.1. percobaan tentang proses pembentukan trace fossil dan mold dan cast

Pada percobaan ini tampak jelas bagaimana fosilisasi disimulasikan. Pada pembentukan
mold dan cast, akibat adanya tekanan pada lapisan sedimen oleh material akan
menyebabkan timbulnya cetakkan pada material sedimen. Cetakkan material yang
dibentuk oleh material dimana jika di alam, material pencetak akan larut dan
tergantikan oleh mineral yang mengisi ruang yang ditinggalkan. Pada proses ini
terwakilkan proses mold eksternal ketika hasil cetakkan menduplikasi bagian
luar( kotak oranye) sedangkan pada proses pada kotak hijau, adalah internal mold
karena menduplikasi bagian dalam material pencetak. Hasil bagian dalam duplikasi
berupa
adanya rongga akan menimbulkan terjadinya cast jika suatu ketika terisi mineral
sekunder. Kemudian proses pembentukan trace fossil, hal yang paling penting adalah
dalam pembentukan fosil jenis ini bukan sisa material yang terpreservasi melainkan sisa
aktivitas mkhluk hidup. Pada prosedur ini dapat dilihat bahwa track fossil terbentuk
akibat dari tekanan objek pada material yang menimbulkan hasil cetak pada material
sedimen yang nantinya akan terpreservasi. Sedangkan pada trail fossil hal in terbentuk
ketika organisme saat melintas pada sebuah material sedimen, membuat lintasan karen
gerusan dari tubuh mereka cukup kuat sehingga meninggalkan jejak dan kemudian ter
preseservasi. Proses simulasi fosilisasi jejak dilakukan dengan menggunakan bekicot
(kotak biru tua) dan kabel dalam hal ini mewakili hewan melata yang dapat
menimbulkan jejak saat melintas (kotak biru keabu abuan). Sedangkan pada proses
pembentukan burrow fossil. Dalam hal ini dalam kotak ungu, terlihat seperti lubang
lubang yang merupakan hasil aktivitas “organisme yang menggali” dalam hl ini adalah
berupa benda yang ditusukkan pada material sedimen. Di alam sendiri poses ini adalah
bentuk dari fosilisasi yang mengawetkan burrow atau saluran sarang yang digali oleh
organisme. Berbeda dengan borring dimana fosil ini adalah sisa aktivitas pelubangan
pada material yang keras seperti pada material cangkang atau batuan induk. Lubang
terbentuk oleh aktivitas penggalian, pada akhirnya akan mengalami preservasi material
dan terfosilkan. Kemudian, pada prosedur selanjutnya ada juga berupa strata burial.

Gambar 2.2. Percobaan strata burial


Strata burial adalah fosilisasi yang terbentuk dalam strata atau perlapisan perlapisan
batuansedimen terbentuk akibat penimbunan material sisa organisme yang terpreservasi
dalam lapisan lapisan sedimen. Proses preservasi yang terus berjalan selama waktu
tertentu yan sudah cukup lama akan menekan material sehingga pada akhirnya fosil
terbentuk pada lapisan lapisan yang ada. Dalam percobaan in dimana dilakukan di
wadah terpisah dari percobaan sebelumnya. Dimana percobaan dilakukan pada papan
impraboard dengan dimensi tinggi 20 cm. Dalam proses ini dilakukan persiapan
material kental sebagai simulasi material sedimen tersuspensi dalam air serta dengan
menaburkan pasir khusus yang di asumsikan sebagai suatu lapisan lingkungan
pengendapan. Kemudian diatas lapisan itu diberi sisa organisme, seperti tulang, ranting,
daun, dan bunga. Ada sekitar sembilan buah organisme yang di pakai dalam tiga kloter
pengendapan. Kloter pertama setelah dilakukan peletakan, ditutup dengan pasir
kemudian diulang tiga kali. Dilapisan paling atas, diberikan campuran air-gipsum kental
sebagai material cair dalam sedimen. Material ini berfungsi sebagai perekat dari pasir
pasir tersebut. Di alam sendiri, proses strata burial umum terjadi dimana jika melihat
model dan simulasi dari percobaan ini maka dapat diketahui pada proses strata burial
material sedimen akan berlapis mengikuti hukum super posisi stheno. Dalam perlapisan
ini nantinya akan tersimpan sisa material organisme yang nantinya akan terlitifikasi dan
terpreservasi bersama batuan sedimen. Dalam percobaan ini dimana sisa organisme
berperan sebagai objek yang akan memfosil. Lalu disimulasikan bahwa sisa organisme
akan terendapkan dalam strata strata yang merupakan simulasi dari pengendapan ideal
yan akan mengikuti hukum stheno tentang super posisi. Lalu diberi gipsum kental
sebagai tahap akhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Strata burial adalah fosilisasi
yang dalam hal ini adalah proses pengendapannya terjadi pada lapisa lapisan strata yang
kondisi normalnya mengikuti hukum stheno tentang superposisi.

3. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah
1. mold dan cast adalah sebuah fosilisasi yang merupakan cetakkan dari bagian keras
organisme seperti bagian cangkangnya.
2. perbedaan mold dan cast adalah dari bagaimana material mineral sekunder ada
dalam cetakan yang dibentuk. cast adalah mold yang rongganya terisi mineral
sekunder.
3. Trace fossil secara umum terbentuk akibat adanya tekanan pada material oleh objek
yang nanti akan terpreservasi sebagai fosil jejak.
4. Perbedaan burrow dan borring adalah bahwa borring terbentuk akibat aktivitas
pelubangan oleh organisme pada bagian lain yang keras, sedangkan burrow ada
lebih merujuk pada lubang hunian yang dibentuk organisme.
5. Strata burial dalam mekanisme mengikuti hukum superposisi stheno sebagai salah
satu mekanisme pengendapan material yang terjadi secara berlapis lapis.

4. REFERENSI

P.McFall, R., 1972. Fossil for Amateur. New York: Litton Educational Publishing,

Inc.. Raham, G., 2009. Fossil. New York: Infobase Publishing.

Stearn, C. W., 1989. Paleontology: The Record of Life. Montreal: Jhon wiley & son inc..

Anda mungkin juga menyukai