Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MIKROBIOLOGI

PENGAMATAN MORFOLOGI AKTINOMISET, KHAMIR, DAN KAPANG

KELOMPOK 4:
CYNTHIA RANI 191810401050
ORYZA SATIVA ROSHANEY 191810401057
ZUHROTUL QOLBI 191810401065
ASYIFA YASMIN ARUM 191810401073
ALDO NURINSYACH ISLAMI 191810401074
PUTRI SEKAR S. 191810401076
VINNA VIOLENTINA 191810401085

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. PENDAHULUAN

Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus,


membentuk spora dan mempuyai kandungan G+C tinggi (57-75%).
Actinomycetes sering dianggap kelompok peralihan antara bakteri
dan jamur tetapi sekarang dikenal sebagai organisme prokariotik.
Sebagian besar anggota actinomycetes hidup bebas, bakteri sprofit
dan tersebar luas di tanah, air, dan berasosiasi dengan tanaman
tingkat tinggi.populasi actinomycetes telah diidentifikasi sebagai
salah satu kelompok utama populasi tanah (Kuster,1968).
Khamir (yeast) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik,
beberapa generasi ada yang membentuk miselium dengan
percabangan. Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit dan
panjang 1-5 µm dan lebar 1-10 µm (Pelczar, 2005). Khamir
termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya
yang bersifat uniselular. Reproduksi khamir dengan cara
pertunasan. Sebagian sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang
biak lebih capat jika dibandingkan dengan kapang karena
mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang
lebih besar (Natsir, 2003).
Kapang adalah fungi multiselular yang mempunyai filamen,dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena
penampakannya yang berserabut seperti kapas.pertumbuhannya
mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
membentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang
terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang
yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa disebut miselium (Pelczar,
2005).

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Actinomiset
Actinomycetes termasuk bakteri yangberbentuk batang,
bersifatanaeraob atau fakultatif. Strukturactinomycetes berupa
filamen lembut yangsering disebut hifaatau mycelia, sebagaimana
yang terdapat pada fungi, memilikikonidia pada hifayang menegak
dan membentuk spora.Actinomycetes merupakan
bakteriyangbereproduksi dengan pembelahansel, rentan terhadap
penisilin,tetapi tahanterhadap zat antifungi(Pujiati, 2014).
Actinomycetes yang awalnya dinamakan “ray fungi” ini mempunyai
dua ciri khas yang membedakannya dengan fungi. Actinomycetes
tidak mempunyai nukleus sehingga masuk ke dalam prokariotik.
Bentuk hifanya berdiameter 0,5 mm-1,0 mm sehingga lebih kecil
dari hifa jamur yang berdiameter 3-8 mm. Bakteri ini juga tidak
bersifat fotosintentik, hampir semuanya adalah saprofit (Waluyo,
2018).
Actinomycetes merupakan bakteri Grampositif yang salah
satunya dicirikan olehkandungan GC tinggi (High
GuanineCytosineGram Positive). Secara umum kandungan
GCaktinomisetes berkisar 51% sampai lebih dari 70%,walaupun
ada beberapa jenis memiliki kandunganGC yang kurang dari 50%.
Aktinomisetes dibagi menjadi dua kelompok yaitukelompok
Streptomyces, istilah untuk margaStreptomyces dan kelompok non
Streptomyces yangdikenal juga dengan istilah rare-
aktinomisetes.Marga Streptomycesmerupakan kelompok yang
paling dominanditemukan (Putri dan Nurkanto, 2016).
2.2 Khamir
Khamir merupakan fungi uniseluler yang memiliki habitat hidup
di hampir semua tempat seperti wilayah akuatik, daratan, dan
udara termasuk dalam makanan (Prihartini dan Ilmi, 2018). Ilmuwan
saat ini telah berhasil mengklasifikasikan khamir sekitar 1500
spesies pada 100 genus yang ada di bumi. Khamir biasanya hidup
sebagai saprofit maupun parasit. Khamir biasa didapatkan dengan
cara isolasi dari berbagai medium. Khamir memiliki ukuran yang
bervariasi, biasanya memiliki diameter 3-4 mikro meter dan ada
yang mencapai 40 mikro meter (Suryaningsih et al, 2018).
Saccharomyces cerevisiae merupakan cendawan berupa
khamir (yeast) sejati tergolong eukariot mempunyai potensi
kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan bagian yang
bermanfaat tersebut adalah dinding selnya. Saccharomyces
cerevisiae secara morfologi hanya membentuk blastospora
berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang
dipengaruhi oleh strainnya. Berkembang biak dengan membelah
diri melalui “budding cell”. Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan serta jumlah nutrien yang tersedia bagi
pertumbuhan sel (Fardiaz, 1992).
Pichia sp. merupakan kelompok ragi metilotropik yang dikenal
sebagai inang ekspresi dan produksi protein yang banyak
digunakan untuk produksi obat berbasis biofarmasi. Ragi ini
mampu tumbuh cepat dengan kepadatan sel yang cukup tinggi.
Pichia sp. telah berperan besar dalam bidang bioteknologi terutama
untuk produksi protein heterolog (Herawati et al, 2018).
Candida albicans adalah fungi oportunistik patogen yang
menyebabkan berbagai penyakit. Candida secara morfologi
mempunyai beberapa bentuk elemen jamur yaitu sel ragi, hifa dan
bentuk intermedia atau pseudohifa. Sel ragi berbentuk bulat,
lonjong atau bulat lonjong. Candida memperbanyak diri dengan
membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa
semu. Pertumbuhan optimum terjadi pada pH antara 2,5-7,5 dan
temperatur berkisar 200 C -380 C. Candida merupakan jamur yang
pertumbuhannya cepat yaitu sekitar 48-72 jam (Komariyah dan
Sjam, 2012).

2.3 Kapang
Rhizopus oryzae memiliki ciri morfologi yaitu terdiri dari benang-
benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium.
Ia memiliki hifa yang tidak bersekat atau bersofat senositik. Ia juga
memiliki septa atau sekat yang hanya ditemukan pada saat sek
reproduksi terbentuk. Dinding selnya tersusun dari kitin. Kolonin ya
berwarna putih namun berangsur-angsur menjadi abu-abu. Spora
nya berbentuk bulat, oval, elips atau silinder(Nurhidayat,2006)
Aspergilus flavus memiliki cirri morfologi yaiti hifanya yang
berseptap berbeda dengan Rhizopus oryzae, serta miselumnnya
bercabang sedangkan hifa yang muncul adalah yang fertile. Pada
ujung hifa muncul gelembung, kemudian muncul sterigma, dan
pada sterigma ini muncul konidium. Konidiumnya ini berwarna
seperti hitam, coklat, kuning tua ataupun hijau yang memeberi
warna tertentu pada jamur ini (Dharmaputra, 2004).
Penicillium notatum memiliki cirri morfologi memiliki ciri hifa
bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium.
Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki
selubung pelindung seperti sporangium. Ia memiliki tangkai
konidium yang disebut konidiofor sedangkan spora yang dihasilkan
disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut
phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari
phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan
spora disebut sterigma(Purves dan Sadava, 2003).
3. METODE KERJA
3.1 Skema Kerja Actinomiset
a. Pengamatan makroskopis
Media tegak

Dicairkan dalam penangas air dan dituang secara aseptik ke
dalam peteri dish steril, ditunggu hingga dingin dan
memadat

diinokulasikan sedikit biakan actinomycetes pada dua
cawan dan satu tabung miring agar YMA.

diinkubasi kedua cawan secara terbalik pada temperatur
ruang selama 2-7 hari / lebih.

Diamati perubahan koloni yang menunjukan sifat dari warna
koloni dan pigmentasi serta bentuk yang meliputi padat
(compact), kasar (leathery), kerucut (conical), permukaan
kering, sering kali diselubungi oleh miselium udara dan
amati adanya spora.

Dihasilkan dua macam miselium oleh actinomycetes yaitu
miselium substrat atau vegetatif dan udara, biasanya
membentuk sel reprofuktif khusus yang dikenal sebagai
spora / konidia.

Hasil

b. Pengamatan mikroskopis
b.1 Biakan gelas objek

Balok agar tipis



dipotong dari peteridish yang dituangi agar, ditempatkan
pada gelas objek mikroskop yang steril kemudian inokulasi
dan tutup dengan gelas penutup steril.

diamati kultur gelas objek secara langsung dengan
mikroskop, amati miselium udara dan substrat dalam agar.

Hasil
b.2 Penutup gelas objek yang dimiringkan untuk pengamatan
morfologi actinomycetes.
Sedikit biakan actinomycetes

diinokulasi dengan cawan agar dan diselipkan penutup
gelas objek sudut miring didekat goresan tersebut.

diambil penutup gelas objek dan ditempelkan pada gelas
objek, permukaan atas di bagian bawah ditetesi air.

Hasil

3.2 Skema Kerja Khamir


a. Pengecetan sel khamir
Alkohol 70%

digunakan untuk membersihkan kaca objek sampai bebas
lemak

diteteskan sedikit metilen blue diatas gelas objek


diambil sedikit biakan khamir dengan jarum ose


diletakkan dalam tetesan metilen blue dan ditutup dengan


kaca penutup, diusahakan tidak ada gelembung udara

diamatai dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan
100x dengan menggunkan minyak emersi

digambar dan dicatat bentuk sel, ada tidaknya pertunasan
(budding), banyaknya tunas pada tiap sel, ada tidaknya
misellium semu (pseudo misellium)

Hasil
b. Pengecetan spora khamir
Biakan murni khamir

disuspensikan dalam akuades steril, kemudian diambil satu
ose diratakan diatas gelas objek seluas kurang lebih 1 cm 2

dikeringkan angin, difiksasi dengan lampu bunsen 5-7 kali
diatas api

Ditetesi noda biakan tersebut dengan cat A dan panasi
selama 3 menit, dijaga jangan sampai kering

Dicuci dengan air mengalir

Dilunturkan dengan alkohol asam

Dicuci dengan air mengalir

Ditetesi dengan cat B selama 10-15 detik (tepat)

Dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan

Diamati dengan mikroskop pada perbesaran kuat dengan
minyak emersi

Digambar dan diberi keterangan lengkap sel khamir dan
spora-sporanya

Hasil
3.3 Skema kerja Kapang
a. Pengamatan makroskopis

PDA/CDA

dipanaskan hingga mencair secara aseptik pada cawan petri

ditunggu hingga dingin dan memadat

dipindahkan sedikit biakan spesies kapang di permukaan


media

diinkubasi selama 4-5 harii

diamati setiap perubahan warna, keadaan permukaan
koloni, ada tidaknya garis radial, ada tidaknya garis atau
lingkaran konsentris, ada tidaknya exudate drops serta
warnanya, ada tidaknya bau khas, serta bentuk dan warna
bagian koloni

Hasil
b. Pengamatan mikroskopis

Alkohol 70%

dituang pada gelas objek dan kaca penutup untuk
mensterilkan

ditetesi beberapa larutan laktofenol di permukaan gelas


objek

diambil sedikit koloni biakan dengan jarum inokulasi


diletakkan dalam tetesan laktofenol

ditutup dengan kaca penutup sehingga tidak ada gelembung
udara dalam preparat

dibersihkan kelebihan laktofenol dengan kertas hisap

diamati dengan mikroskop dengan lensa objektif 10x
kemudian dengan perbesaran 40x

diamati dengan perbesaran 100x untuk morfologi konidia
atau spora

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Dharmaputra, O.S. Putri, A.S.R. Retnowati, I Ambarwati, S., 2001,


SoilMycobiota of Peanut Fields in Wonogiri Regency, Central Java:
TheirEffect on The Growth and Aflatoxin Production of Aspergillus
flavus inVitro, Jurnal Biotropia, 17:30-59.
Fardiaz, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Herawati, N., A. Kusumawati, A. Santoso. 2018. Pichia pastoris:Sel Ragi
untuk Produksi Protein Rekombinan. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati.
17(2):91-223
Kuster, E. W. (1964). Selection of Media for Isolation of Streptomyces.
Nature: 202 928 929.
Komariah dan R. Sjam. 2012. Kolonisasi candida dalam Rongga Mulut.
Jurnal Majalah Kedokteran FKUI. 28(1): 39-47
Natsir. (2003). Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar: Universitas
Hasanudin.
Nurhidayat.2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta:Andi.
Pelczar, M. E. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Prihartini, M. dan M. Ilmi. 2018. Karakterisasi dan Klasifikasi Numerik
Khamir dari Madu Hutan Sulawesi Tengah. Jurnal Mikologi
Indonesia. 2(2): 112-127
Pujiati. 2014.Isolasi Actinomycetes Dari Tanah KebunSebagai Bahan
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.Jurnal Florea. 1(2) : 42-46.
Putri, A. L. dan A. Nurkanto. 2016. Keragaman Aktinomisetes Asal
Serasah,Sedimen,Dan Tanah Pulau Enggano, Bengkulu[Deversity
OfActinomycetes From Soil, Sediment,And Leaf Litter Samples Of
Enggano Island, Bengkulu]. Jurnal Ilnu-ilmu Hayati. 15(3) : 217-225.
Purves, B. dan Sadava, D. 2003. Life The Science of Biology . Seventh
Edition. Sinauer Associates Inc, New York.
Suryaningsih, V., R.S. Ferniah, E. Kusdiyantini. 2018. Karakteristik
Morfologi, Biokimia, dan Molekuler Isolat Khamir IK-2 Hasil Isolasi
dari Jus Buah Sirsak (Annona muricata L.). Jurnal Biologi. 7(1):18
-25
Waluyo, L. 2018. Bioremediasi Limbah. Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai