Anda di halaman 1dari 155

1

book
2
SE R I DHARMA PU TR A I NDONE S IA
7

LOVE YOU
Happy - Happier - Happiest

Vidi Yulius Sunandar

Anda boleh mengunduh, mencetak, menyalin,


dan membagi buku ini selama tidak dijual.
Love You
Happy - Happier - Happiest

Penulis
Vidi Yulius Sunandar

Penyunting
Handaka Vijjànanda

Perancang Sampul
Shinju Arisa & Jeff Liang

Penata Letak
Vidi Yulius Sunandar

Copyright ©2010 Vidi Yulius Sunandar


Cetakan I, Mei 2010

Pusat Pelayanan
Ehipassiko Foundation, 085888503388
ehipassikofoundation@gmail.com
www.ehipassiko.net

_____________________________________________

Dengan mendanai buku ini, Anda membantu


kelangsungan perjuangan penerbit dalam
menyediakan buku Dharma di Indonesia.

Dana dapat disalurkan melalui:


BCA KCP Taman Permata Buana
Yayasan Ehipassiko, 4900333833
Sujudku

Untuk mamaku, Lany Tanily,


yang melalui keteladanannya tentang kasih sayang,
kepemimpinan, dan perhatian,
yang memberiku landasan hidup yang tak ternilai.

Untuk papaku, Arief Sunandar,


yang melalui keteladannya tentang keberanian,
pengorbanan, disiplin,
kebijaksanaan, dan motivasi,
yang memberiku pegangan hidup yang tak ternilai.

Serta untuk semua guru dan sahabatku


dalam kehidupan ini.

Love You
Senarai Isi

Prolog: Veni, Vidi, Hepi

Ha! HAPPY
1. Urus Bisnismu Sendiri! 13
2. Parameter Kebijaksanaan 18
3. Belajar dari Anak-anak 26
4. Kring Kring Kring Ada Sepeda 31
5. Syarat Mudah untuk Bahagia 36
6. Kesepakatan dan Anggapan 41
7. Pelita Bagi yang Dalam Gulita 48
8. Sudah Biasa! 52

Ha! HAPPIER
9. Melayani Dengan Sepenuh Hati 57
10. Love You 62
11. Guru Kehidupan 67
12. Lagu Favorit 72
13. Taman Bunga 81
14. Investasi Terbaik 84
15. HaHaHa 90
16. Brahma 96

Ha! HAPPIEST
17. Dua Sayap 106
18. Seperti Apakah Aku Mati Nanti? 111
19. Dua Guru Sejati 117
20. Delapan Angin Dunia 123
21. Siluman Kehidupan 128
22. Monyet 132
23. Tamparan Sejuta Makna 136
24. Aku Akan... 144

Epilog: Ibu Segala Guru 152

Profil Penulis 154


Kupu-kupu yang lucu
kemana engkau terbang
Hilir-mudik mencari
Bunga-bunga yang kembang
Berayun-ayun
Pada tangkai yang lemah
Tidakkah sayapmu
Merasa lelah

Kupu-kupu yang elok


Bolehkah saya serta
Mencium bunga-bunga
Yang semerbak baunya
Sambil bercanda
Semua kuhampiri
Bolehkah kuturut
Bersama pergi

~In Memoriam, Ibu Soed~


Prolog
Veni, Vidi, Hepi

V eni, Vidi, Vici. Demikianlah petikan sebuah slogan dari


Julius Caesar, seorang penguasa terhebat Romawi pada
zaman Romawi Kuno. Veni, Vidi, Vici berarti “Aku Datang, Aku
Lihat, Aku Menang”. Julius Caesar menggunakan kalimat ini
dalam pesannya kepada senat Romawi untuk melukiskan
kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam
Pertempuran Zela.

Nama saya Vidi Yulius Sunandar. Ketika kecil, saya sering


mempertanyakan maksud nama saya “Vidi” yang berarti
“melihat”. Sampai akhirnya saya mengetahui apa yang saya
lihat ketika saya mendapatkan sebuah nama Buddhis dalam
bahasa Pali. Nama Buddhis saya adalah Vipasati. Vipa berarti
“cerah”, sedangkan sati berarti “sadar”, jadi Vipasati adalah
“cerah dan sadar”.

Hmm.... Setelah mendapatkan nama ini, akhirnya saya


“menyadari” apa yang harus saya “lihat”. HaHaHa, ternyata
saya harus melihat “pencerahan”, kemudian membagikan
pencerahan-pencerahan kecil yang saya lihat itu dalam media
buku yang sekarang Anda baca ini. HaHaHa....

Kakak perempuan saya, bernama Veni—Veni Sundari


Sunandar. Kami berdua kakak-beradik yang saling sayang.
11

Tidak ada saudara kandung lain yang kami sayangi. Ya, karena
memang kami cuma dua bersaudara. HaHaHa.... Karena kami
cuma dua bersaudara, berarti slogan Julius Caesar itu menjadi
tidak lengkap—hanya Veni, Vidi. Yulius Sunandar memodifikasi
slogan ini dari Veni, Vidi, Vici (Datang, Lihat, Menang) menjadi
Veni, Vidi, Hepi, yang berarti Datang, Lihat, Senang! HaHaHa....
Slogan yang menurut saya tak kalah bagus, karena akan selalu
memotivasi kami untuk menjadi pribadi yang menyenangkan
orang lain.

Buku ini dibagi menjadi 3 bagian yang dinamai (1) Happy, (2)
Happier, (3) Happiest, yang disingkat “HaHaHa”! Harapan saya,
setelah Anda datang, lihat, dan baca bagian demi bagian buku
ini, Anda menjadi Happy, Happier, Happiest! HaHaHa....

Love You,
Vidi Yulius Sunandar
Pondok Kopi, 23 - 4 - 10
12

Ha!
HAPPY
13

Urus Bisnismu Sendiri!


1
Urus Bisnismu Sendiri!

Dalam bukunya yang berjudul Rich Dad Poor Dad, Robert T.


Kiyosaki mengatakan bahwa, “Agar aman dan terjamin secara
finansial, orang harus mengurus bisnis mereka sendiri.”Mulailah
mengurus dan menjalankan bisnis Anda sendiri. Teruskan kerja
harian Anda, tetapi mulailah membangun aset-aset yang bisa
mendatangkan passive-income untuk Anda.

Saya terinspirasi kata-kata Robert Kiyosaki ini, tidak sekadar


sebagai pengetahuan akuntansi dan investasi. Menurut
saya, kalimat “urus bisnismu sendiri” bisa diubah menjadi
“urus hidupmu sendiri”. Ya, seperti Anda mengurus masalah
keuangan Anda sendiri, demikian pula dalam hidup ini, satu-
satunya orang yang paling bertanggung jawab terhadap
hidup Anda adalah diri Anda sendiri!

Kalimat dari Robert Kiyosaki ini menginspirasi saya untuk


terus belajar, mengurus hidup saya sendiri, dan mengurangi
menyalahkan orang lain. Karena memang, satu-satunya orang
yang paling bertanggung jawab terhadap hidup saya adalah
saya sendiri. Menurut saya, dalam hidup ini ada tiga hal yang
harus kita urus sendiri.

Yang pertama adalah perbuatan kita sendiri. Seringkali kita


15 Urus Bisnismu Sendiri!

terlalu sibuk mencari kesalahan dan kekurangan orang lain.


Kita sibuk mengurusi hidup orang lain! Akan tetapi, ketika
orang lain mengurusi hidup kita dengan memberikan kritik
atas perbuatan kita yang salah, kita menjadi marah, tidak mau
menerima kritikan itu.

Selain sibuk mengurusi hidup orang lain, seringkali kita juga


sibuk mencari “kambing hitam” atas apa yang terjadi dalam
hidup kita. Dan apabila kita tidak menemukan kambing hitam,
kita akan mencari “gajah hitam”.

Oh tidak, betapa menyedihkannya kita ini....

Karena terlalu sibuk mengurusi hidup orang lain, kita jadi


kehabisan waktu untuk mengurus hidup sendiri sehingga kita
tidak memperbaiki diri dan tidak belajar dari kesalahan. Inilah
yang menyebabkan kita tidak bertumbuh untuk menjadi lebih
baik.

Kemudian, hal kedua yang harus kita urus sendiri adalah


pengembangan kita sendiri. Kita sendiri yang harus proaktif
dalam belajar, bukan bersifat pasif. Seorang yang bijaksana
sekalipun tidak dapat membuat kita menjadi bijaksana apabila
kita tidak proaktif belajar dan bertanya kepadanya. Satu-
satunya orang yang dapat membuat kita bijaksana adalah
diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita semua harus proaktif
dalam belajar. Banyak bertanya, banyak mendengarkan, dan
membaca buku-buku bermanfaat.
16 Urus Bisnismu Sendiri!

Satu hal terpenting mengenai belajar adalah: kita menjadi apa


yang kita pelajari! Dan apa yang kita pelajari sangat menentukan
seperti apakah kita 3, 5, 10, atau 20 tahun mendatang. Tidak
ada cara lain untuk membuat kita menjadi lebih baik, selain
dengan belajar!

Hal ketiga yang harus kita urusi sendiri adalah kebahagiaan


kita sendiri. Ya, karena satu-satunya orang yang dapat
membuat kita bahagia adalah diri kita sendiri. Mungkin
Anda akan mengatakan bahwa teman Anda yang lucu dan
humoris bisa membuat Anda tertawa bahagia. Bukan, bukan
begitu. Yang membuat Anda tertawa bahagia adalah Anda
sendiri. Karena Anda sendiri yang mau membuka hati untuk
mendengarkan lelucon teman Anda sehingga Anda bisa
tertawa mendengarkan lelucon itu. Coba Anda renungkan,
ketika Anda sedang bersedih karena kehilangan orang yang
Anda sayangi, bisakah teman Anda yang lucu itu membuat
Anda tertawa? Tidak, karena satu-satunya orang yang
membuat Anda tertawa pada saat Anda bersedih adalah diri
Anda sendiri. Betul?

Mengenai kebahagiaan diri sendiri, kita seringkali


menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang di luar
kendali kita. Contohnya, kita menggantungkan kebahagiaan
dengan memberi syarat, “Ketika impianku tercapai, aku
akan bahagia.” Dengan syarat ini, kita jadi menggantungkan
kebahagiaan di luar kendali kita, karena masa depan belum pasti
terjadi, dan kita tidak dapat mengendalikan ketidakpastian.
17 Urus Bisnismu Sendiri!

Dengan syarat ini pula, kita jadi menunda untuk bahagia pada
saat ini juga. Padahal semestinya, kita bahagia ketika kita
mencapai impian, tetapi tetap bahagia dan menikmati setiap
momen dalam proses pencapaian impian itu.

Salah satu tes untuk mengukur seberapa sukseskah Anda


dalam mengurus kebahagiaan Anda sendiri adalah dengan
bernyanyi, “Di sini senang, di sana senang, di mana-mana
hatiku senang....”

Lagu diatas memang kedengarannya cuma lagu untuk anak-


anak, tetapi pertanyaannya, “Seberapa seringkah kita bisa
mempraktikkan syair lagu ini?” Di mana pun kita berada,
keadaan apa pun yang kita alami, siapa pun yang kita temui,
kita selalu senang....

Oleh karena itu, kitalah yang harus bertanggung jawab dan


memegang kendali atas kebahagiaan diri kita sendiri. Dengan
menjadi tuan atas kebahagiaan kita sendiri, kita akan mudah,
sering, dan awet untuk bahagia, di sini dan saat ini.

“Jika kau tak bisa menghentikan ombak,


setidaknya kau bisa belajar untuk berselancar.”—
MoM Handaka (Pendiri Ehipassiko Foundation)
Parameter
Kebijaksanaan
2
Parameter Kebijaksanaan

Berikut ini adalah tes untuk mengukur seberapa bijakkah Anda


dalam menjalani hidup ini. Untuk Anda yang berpengetahuan
luas, selamat, karena belum tentu Anda lebih bijak dibanding
orang yang Anda kira tidak sepintar Anda! HaHaHa....

Ada delapan parameter orang yang bijaksana dalam hidup ini,


kenapa delapan? Jawabnya, karena saya sendiri yang nulis, jadi
suka-suka yang nulis donk! HaHaHa....

Pertama, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka


yang dapat menerima perubahan. Ya, karena perubahan
seringkali datang seketika. Bisa saja dalam waktu dekat ini, saya
atau Anda akan mendapat berita duka. Atau malah mengalami
sendiri duka itu. Setiap saat, hidup ini selalu berubah, dan
seringkali perubahan terjadi begitu saja, seketika! Pengalaman
membahagiakan dapat secara seketika berlalu, dan berubah
menjadi ratap tangis kesedihan.

Jadi, seberapa siapkah Anda dapat menerima perubahan?

Kedua, mereka yang bijaksana dalam hidup adalah mereka


yang cepat memulihkan diri ketika mengalami masalah hidup.
Setelah mereka terkena perubahan yang tidak menyenangkan,
20 Parameter Kebijaksanaan

orang bijak dapat dengan cepat bangkit kembali untuk


mengejar cita-cita mereka.

Ketika saya remaja, saya senang menonton film remaja, Dragon


Ball. Di film itu diceritakan, bahwa pahlawan dalam film itu
adalah keturunan bangsa Saiya Super. Bangsa Saiya memiliki
ciri khas, yaitu apabila mereka bertarung dengan makhluk lain
sampai hampir mati, mereka akan menjadi bertambah kuat!
Bertarung hampir mati berarti menjadi tambah kuat, hampir
mati, tambah kuat, hampir mati, tambah kuat. Demikian
seterusnya sehingga mereka menjadi semakin kuat dari hari
ke hari.

Saya merasa hal ini cocok juga diterapkan dalam kehidupan


kita. Selama kita hidup, berbagai permasalahan hidup akan
terus datang silih berganti. Akan tetapi, masalah-masalah
yang datang kepada kita, haruslah membuat kita menjadi
lebih bijaksana dan tangguh dalam menjalani hidup ini. Begitu
kan?

Salah satu hal penting lain soal cepat memulihkan diri adalah
seberapa cepat kita dapat memaafkan dan meredakan amarah
kita. Sebagai manusia yang masih bisa jengkel dan marah,
harusnya kita membuat rekor-rekor baru setiap harinya tentang
kemarahan dan pemaafan. Contohnya, apabila rata-rata dalam
sehari kita marah selama 23 menit, untuk selanjutnya kita
harus berusaha untuk mengurangi lama waktu kemarahan
kita menjadi cuma 12 menit saja. Dan dari 12 menit terus
21 Parameter Kebijaksanaan

berkurang menjadi 8 menit saja. Begitu seterusnya. Mari kita


membuat rekor baru setiap harinya, hingga suatu saat nanti
mungkin saja kita sudah tidak bisa marah lagi. HaHaHa....

Begitu juga mengenai pemaafan. Apabila tadinya kita sering


berbulan-bulan memendamkan kebencian terhadap orang
lain. Mulai hari ini, kita harus berusaha untuk mengurangi lama
waktu kebencian kita menjadi sesingkat-singkatnya, menjadi
cuma beberapa menit atau detik saja. Kita buat rekor baru
setiap harinya dalam hal pemaafan.

Mengenai pemaafan, mungkin orang yang paling sulit untuk


dimaafkan adalah orang yang paling dekat dengan kita,
yaitu: diri sendiri. Seringkali kita sulit memaafkan diri sendiri,
dan kita sering dihantui perasaan bersalah untuk waktu yang
sangat lama. Salah satu cara terbaik yang saya gunakan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan cara “berdamai dengan
diri sendiri”, belajar menerima kenyataan, dan belajar dari
kesalahan yang telah saya lakukan. Inilah salah satu cara terbaik
untuk melepaskan rasa bersalah yang berlarut-larut.

Jadi, seberapa cepatkah Anda dapat memulihkan diri dari


masalah hidup, rasa bersalah, dan kemarahan?

Ketiga, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka


yang mudah bahagia. Praktikkanlah “Peraturan Nomor 5”!
Peraturan yang saya dapat dari MoM Handaka Vijjananda
(Founder Ehipassiko Foundation) dalam bukunya yang berjudul
22 Parameter Kebijaksanaan

“Illuminata”. Apakah isi ”Peraturan Nomor 5” itu? Isinya adalah...


“Jangan serius-serius amat lah!” HaHaHa....

Kita sering menjalani hidup dengan penuh ketegangan dan


keseriusan tingkat tinggi! Padahal pada kenyataannya, tidak
ada hal yang benar-benar serius dalam hidup ini. Contoh:
ketika kakek masih muda, berumur 20 tahun, ia mempunyai
masalah serius dengan seorang temannya. Ketika itu masalah
mereka benar-benar serius sampai terjadi perkelahian. Akan
tetapi, waktu pun berlalu, kakek sekarang sudah meninggal,
begitu pula dengan musuh kakek itu. Pertanyaannya: apakah
masalah kakek sekarang benar-benar serius?

Peraturan Nomor 5 ini bukan berarti kita tidak perlu serius


dan bermalas-malasan saja dalam menjalani hidup. Bukan,
bukan begitu. Akan tetapi, Peraturan Nomor 5 berarti kita
menjalani hidup dengan serius, tapi tidak terlalu serius-serius
amat. Contohnya: ketika sedang mengalami masalah serius,
kita cari solusi dari masalah itu dengan serius, bahkan sangat
serius! Tetapi, tidak perlu ”terlalu” serius, sampai-sampai
mengorbankan segenap kebahagiaan dan ketenangan
batin kita. Segala sesuatu yang baik pun, jika ”terlalu” atau
”keterlaluan”, malah jadi tidak baik kan?

Ketika kita menjalani hidup terlalu serius, kita menjadi begitu


tegang, dan sulit untuk bahagia. Teruslah mengejar impian-
impian kita, akan tetapi, tetap nikmatilah prosesnya dan
syukurilah apa pun hasilnya.
23 Parameter Kebijaksanaan

Jadi, seberapa mudahkah Anda bahagia?

Keempat, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah


mereka yang sering bahagia. Dalam hidup ini, adakah yang
lebih penting selain bahagia? Apabila tidak ada yang lebih
penting dari bahagia, mengapa kita tidak sering-sering
bahagia? Ketika kita masih kanak-kanak, kita sangat sering
bahagia, tertawa gembira, jadi mengapa tidak kita lakukan
lagi sekarang? Jadilah seperti anak-anak, tapi bukan kekanak-
kanakan. Be childlike, not childish!

Jadi, seberapa seringkah Anda bahagia?

Kelima, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka


yang dapat mempertahankan kebahagiaan mereka untuk
jangka waktu yang lama. Ya, kita tahu, hidup ini selalu berubah.
Mereka yang bijaksana adalah mereka yang dapat “bersahabat”
dengan perubahan itu sendiri. Situasi apa pun, baik itu yang
menyenangkan ataupun menyedihkan, mereka yang bijaksana
tetap bahagia dengan tidak terusik oleh sesuatu yang di luar
kendali mereka. Mereka akan tetap tenang-seimbang dan
bahagia dalam waktu yang lama.

Jadi, seberapa awetkah kebahagiaan Anda?

Keenam, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka


yang mau berbagi kepada orang lain. Belum ada satu pun orang
bijaksana yang saya kenal, bersifat kikir dan tidak mau berbagi.
24 Parameter Kebijaksanaan

Mereka yang bijaksana, selalu senang berbagi. Entah itu berbagi


pengetahuan ataupun materi kepada mereka yang membutuhkan.
Mereka memberi dengan setulus hati dan tak harap kembali.

Jadi, seberapa seringkah Anda berbagi kepada orang lain?

Ketujuh, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah


mereka yang mudah mengasihi orang lain. Tetapi kasih yang
mereka tebar adalah “cinta kasih tanpa pilih kasih”, bukan cinta
kasih yang pilih-pilih. Contohnya: orang yang bijaksana dapat
dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Mereka akan
selalu mengatakan, “Kesalahan apa pun yang kamu perbuat,
pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu.”

Jadi, seberapa mudah Anda mengasihi orang lain tanpa pilih


kasih?

Kedelapan, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah


mereka yang mudah melayani dan mudah dilayani. Demi
kebaikan dan kebahagiaan pihak lain, mereka yang bijaksana
ternyata senang melayani. Di satu sisi, mereka bahagia dengan
melayani; di sisi lain, mereka juga mudah dilayani!

Ketika kita masih anak-anak, kita sangat bergantung kepada


orangtua kita. Setiap saat kita harus selalu dilayani, diberi
makan, minum, dimandikan, diberi pengetahuan, dan lain-lain.
Kita senantiasa dilayani oleh orangtua kita. Seharusnya, seiring
berjalannya waktu seharusnya kita menjadi orang yang tidak
25 Parameter Kebijaksanaan

lagi menggantungkan hidup pada orang lain. Kita harus lebih


dewasa dengan cara lebih sering melayani dan tidak terlalu
banyak menuntut untuk dilayani.

Jadi, seberapa mudah Anda melayani dan dilayani?

Demikianlah delapan parameter orang yang bijaksana dalam


hidup ini. Seberapa bijaksana Anda menjalani hidup Anda?
Anda sendiri yang tahu jawabannya!

Apabila Anda mengenal orang bijaksana yang piawai dalam


praktik delapan parameter di atas. Temuilah mereka, dan
belajarlah kepada mereka. Anda akan ikut menjadi bijaksana!

Dan apabila orang bijaksana itu ternyata adalah Anda sendiri.


Maka, demi kebaikan dan kebahagiaan banyak orang, ajarkan
dan bagikanlah kebijaksanaan Anda!

Mari kita sama-sama belajar dan bertindak agar kita menjadi


bertambah bijaksana!

Together, We Grow!

”Orang bijak bukanlah orang yang tidak


melakukan kesalahan, tetapi adalah mereka
yang memaafkan dirinya dan belajar dari
kesalahan mereka.”—Ajahn Brahm (penulis
buku ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”)
Belajar dari Anak-anak
3
Belajar dari Anak-anak

Seringkali guru-guru terbaik bukan hanya para ahli di


bidangnya, namun semua orang yang kita temui dapat menjadi
guru kehidupan yang baik untuk kita termasuk anak-anak.

Ada beberapa hal yang saya rasa, kita para orang dewasa ini
perlu belajar dari anak-anak. Hmm.... Jumlah pembelajarannya
cukup banyak untuk menjadikan anak-anak juga sebagai guru
kehidupan yang baik untuk kita.

Pertama, anak-anak mudah sekali memaafkan. Apabila


mereka berkelahi satu sama lain, tidak dalam hitungan jam
mereka sudah saling memaafkan dan dapat bermain bersama
lagi. Berbeda dengan kita orang dewasa, seringkali kesalahan
kecil yang telah diperbuat orang lain sangat sulit untuk kita
maafkan, bahkan sampai kita pendam berpuluh-puluh tahun
lamanya.

Contohnya, apabila ada sahabat kita yang telah kita kenal sejak
kecil, tumbuh dan bermain bersama hingga dewasa. Kemudian
karena satu kesalahan yang telah ia lakukan, kita tidak mau
memaafkan dan membencinya sampai puluhan tahun. Ini
adalah hal paling tidak adil yang kita lakukan.
28 Belajar dari Anak-anak

Kita menjadi orang yang mudah sekali melupakan kebaikan


hati orang lain, sekaligus mudah membebani hidup sendiri
dengan kebencian dan kemarahan. Hal ini akan membuat
kita menjadi sangat sulit menemukan kedamaian hati dan
kebahagiaan. Kebencian itu seperti meminum racun, tetapi
mengharapkan orang lain yang celaka.

Hal kedua yang bisa kita pelajari dari anak-anak yaitu: anak-
anak tidak menyukai hal-hal yang rumit. Mereka akan
bingung apabila diberi tahu hal yang rumit dan menyulitkan.
Mereka lebih suka mendengar cerita sederhana yang mudah
dimengerti. Inilah yang membedakan anak-anak dengan kita
orang dewasa yang malah suka membesar-besarkan masalah
yang tadinya sederhana.

Malahan, kita seringkali merumitkan hal-hal yang sederhana.


Padahal Albert Einstein pernah berkata: “Orang pintar adalah
orang yang menyederhanakan hal yang rumit. Orang bodoh
adalah orang yang merumitkan hal yang sederhana.”

Ketiga, anak-anak sangat proaktif dalam belajar. Jika


ada suatu hal yang tidak mereka ketahui, mereka langsung
menanyakannya kepada orang dewasa. Selain itu, anak-anak
selalu terbuka terhadap hal-hal baru, mereka akan tertarik
untuk mengetahui dan belajar banyak. Berbeda dengan kita
orang dewasa yang seringkali merasa sudah tahu dan tidak
perlu belajar lagi. “Cangkir” dalam pikiran kita sudah terisi
penuh dan tidak bisa diisi lagi oleh pelajaran-pelajaran baru.
29 Belajar dari Anak-anak

Kadang kita juga terlalu angkuh untuk belajar pada orang


yang lebih muda.

Keempat, anak-anak tidak terlalu terbebani masalah. Yang


mereka tahu hanya bermain, bermain, dan bermain. Hepi-
hepi. Mereka selalu mengisi hari-hari mereka dengan penuh
keceriaan dan canda tawa dengan teman-temannya. Berbeda
dengan kita orang dewasa yang telah “bersentuhan” dengan
masalah-masalah kehidupan. Berbagai ambisi hidup yang
ingin kita capai, kita seringkali menjadi lupa untuk tetap ceria
dan bermain-main sejenak dengan orang-orang di sekitar kita.
Kita menjadi terlalu serius sehingga kita sulit untuk ceria dan
tertawa bahagia.

Sebuah ilmu psikologi mengatakan bahwa pada dasarnya


orang dewasa pun masih memiliki jiwa anak-anak, mereka
masih ingin bermain seperti anak-anak. Akan tetapi, karena
terjebak oleh rutinitas sehari-hari, mungkin kita lupa
untuk menjadi seperti anak-anak dalam hal keceriaan dan
kebahagiaan.

Demikianlah empat hal yang bisa kita pelajari dari anak-anak.


Kelihatannya memang sederhana, akan tetapi....

Pertanyaannya:

Pertama, apakah Anda bisa mudah memaafkan kesalahan


orang yang pernah berbuat salah kepada Anda atau malah
30 Belajar dari Anak-anak

sebaliknya, Anda akan memendam kemarahan sampai


berpuluh-puluh tahun lamanya?

Kedua, apakah Anda mau menyederhanakan masalah-


masalah besar yang Anda hadapi atau Anda malah senang
memperbesar masalah yang tadinya sederhana?

Ketiga, apakah Anda mau selalu mengosongkan ”cangkir”


dalam pikiran Anda untuk belajar dari orang lain atau Anda
malah terlalu angkuh untuk belajar dari orang lain?

Keempat, apakah Anda mau menyediakan waktu untuk tertawa


bersama dengan orang-orang di sekitar Anda atau justru Anda
malah enggan menyisihkan waktu sedikit pun untuk tertawa
bersama dengan orang-orang di sekitar Anda?

Pelajaran terbaik dari cerita ini bukanlah kita menjadi orang


dewasa yang bersifat kekanak-kanakan, tetapi kita menjadi
orang dewasa yang seperti anak-anak. Be childlike, not
childish. Jadilah seperti anak-anak dalam hal memaafkan,
kesederhanaan, belajar, dan keceriaan.

”Orang-orang yang seperti anak-anak itulah


yang empunya Kerajaan Surga.”—Isa Almasih
(pencetus ajaran Kristiani)
Kring Kring Kring
Ada Sepeda
4
Kring Kring Kring Ada Sepeda

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya berlibur ke pantai


sekaligus mengikuti pelatihan pengembangan diri. Saya
berkesempatan mengendarai sepeda di pantai. Hmm...,
nyaman sekali rasanya bersepeda di tepi pantai dengan semilir
angin yang bertiup menambah rasa nyaman.

Ketika sedang mengendarai sepeda, saya teringat ketika


pertama kali saya belajar mengendarai sepeda. Kalau tidak
salah, waktu itu saya berumur 10 tahun. Setelah berhari-hari
belajar dan berkali-kali jatuh dari sepeda, saya masih belum bisa
juga mengendarai sepeda. Akan tetapi, saya tidak menyerah
dan mengumpulkan tekad harus bisa mengendarai sepeda.

Sulit sekali rasanya naik sepeda; harus seimbang sisi kiri dan
sisi kanan, tidak berat sebelah. Hari itu saya memulai latihan,
dengan mendorong sepeda menggunakan kedua kaki, sambil
tetap memegang kemudi sepeda, saya mendorong sepeda saya
perlahan-lahan dengan menggunakan kaki kiri dan kaki kanan
saya.

Begitu laju sepeda cukup kencang, saya mengangkat kedua kaki


saya dari tanah, dan mencoba untuk menyeimbangkan posisi
tubuh. Saya melakukan hal itu terus menerus sampai akhirnya
33 Kring Kring Kring Ada Sepeda

saya berhasil mengemudikan sepeda dengan baik. Ya, seperti


itulah kenangan saya, saat belajar mengendarai sepeda.

Pada saat mengendarai sepeda di tepi pantai, saya


membuktikan kebenaran dari salah satu filosofi tentang sepeda,
yang dalam bahasa Inggris berbunyi, “Life is riding a bicycle, to
keep your balance you must keep moving” (Hidup itu seperti
mengendarai sepeda, untuk menjaga keseimbanganmu,
kau harus tetap bergerak maju).

Kedengarannya mungkin sederhana sekali, dan semua orang


mungkin mengetahui hal ini. Tapi pertanyaan pentingnya,
“Apakah kita bisa benar-benar mempraktikkan filosofi sepeda
ini ketika masalah besar datang kepada kita?”

Tidak semudah itu memang....

Selama perjalanan hidup saya hingga saat ini, saya pun


seperti Anda, sering mengalami masalah-masalah hidup. Ada
masalah yang ringan, dan ada juga masalah yang sangat berat.
Beberapa masalah hidup ini terkadang membuat saya sampai
menitikkan air mata.

Akan tetapi....

Ketika masalah itu terjadi, saya tidak punya pilihan lain, kecuali
terus melangkah maju menghadapi dan menyelesaikan setiap
masalah yang saya alami.
34 Kring Kring Kring Ada Sepeda

Ketika kita terpuruk dan mengalami depresi berat karena


masalah yang datang, perumpamaannya seperti kita terjatuh
dari “sepeda kehidupan” yang kita kendarai. Apabila kita
berlama-lama meratapi sakit akibat terjatuh dari sepeda
kehidupan ini, berarti kita cuma menangisi lukanya tanpa
berusaha untuk bergerak dan mengobati luka itu hingga bisa
cepat sembuh.

Masalah dalam hidup ini memang seringkali datang seketika.


Kita bisa terjatuh seketika dari “sepeda kehidupan” yang kita
kendarai. Dalam situasi seperti itu, kita hanya akan dihadapi
oleh dua pilihan: bangkit dan mengendarai lagi “sepeda
kehidupan” ke tempat yang ingin kita tuju....

Atau....

Kita berlama-lama berkubang meratapi dan menangisi rasa


sakit akibat terjatuh dari “sepeda kehidupan” dan kita tidak
pernah bangkit lagi untuk mengayuh “sepeda kehidupan” kita
ke tempat yang ingin kita tuju.

Saya senang belajar dari para guru-guru besar di seluruh dunia.


Dari mereka saya mengetahui bahwa ketika mereka hidup,
mereka membawa “sepeda kehidupan” yang sangat besar dan
berat, sehingga saat mereka terjatuh dari “sepeda kehidupan”
ini, rasa sakit dan luka yang ditimbulkan jauh lebih besar
dibanding dengan terjatuh dari sepeda yang biasa dikendarai
orang-orang pada umumnya.
35 Kring Kring Kring Ada Sepeda

Namun perbedaan orang-orang luar biasa ini dengan orang


biasa adalah ketika mereka jatuh dari sepeda kehidupan
mereka yang sangat besar itu, mereka mau bangkit dan
mengangkat sepedanya dengan sekuat tenaga, perlahan-
perlahan menaiki sepeda mereka lagi, kemudian coba
mengayuh, mengayuh dan terus mengayuh pedal sepeda
mereka hingga menuju garis finis cita-cita mereka.

Saya menyadari bahwa ketika tulisan ini saya buat, saya


belum menjadi “pebalap sepeda kehidupan yang sempurna”,
terkadang saya masih mengurangi kayuhan pedal sepeda
yang saya kendarai, bahkan sering juga ketika saya terjatuh
dari sepeda kehidupan, saya duduk termenung berlama-lama
meratapi sakit.

Namun, mulai saat ini saya tahu apa yang harus saya lakukan
ketika terjatuh dari “sepeda kehidupan”. Saya akan segera
bangkit dan mengayuh lagi sepeda kehidupan saya, menuju
tempat yang saya cita-citakan! Never give up! Keep Striving! Jia
You! Sampādetha!

Kring kring kring ada sepeda....

”Manusia sejati adalah mereka yang tersenyum


pada masalah, mengumpulkan kekuatan dari
penderitaan, dan tumbuh berani dengan
bercermin diri.”—Thomas Paine (tokoh revolusi
Kerajaan Britania Raya)
36

Syarat Mudah
untuk Bahagia
5
Syarat Mudah untuk Bahagia

Dalam salah satu ceramah yang saya hadiri, pembicaranya


bertanya kepada seluruh hadirin di situ, “Siapa yang ingin
bahagia?” Semua orang di situ angkat tangan, kecuali saya
dan beberapa orang. Tahu kenapa saya tidak angkat tangan?
Karena... saya sudah tahu jawabannya! HaHaHa....

Apabila saya mengangkat tangan, berarti saya setuju dengan


pertanyaan itu bahwa saya ingin bahagia. Hal ini berarti,
saya tidak bahagia pada saat ini karena masih menginginkan
kebahagiaan. Iya kan?

Salah satu hal yang menyebabkan kita jarang dan sulit untuk
bahagia pada saat ini adalah karena kita sering menetapkan
syarat untuk bahagia yang terlalu sulit.

Tahukah Anda cara termudah untuk bahagia?

Cara termudah untuk bahagia, ya sama seperti judul di atas:


tentukanlah syarat untuk bahagia semudah mungkin! HaHaHa....
Ini serius lho! Mungkin jawabannya terkesan sepele, tetapi
inilah cara terbaik yang saya praktikkan sendiri dan setelah saya
praktikkan membuat saya jadi lebih bahagia saat ini.
38 Syarat Mudah untuk Bahagia

Ketika saya kuliah, saya sering makan di sebuah kantin mal. Di


tempat itu harga makanannya terjangkau, dan makanannya
enak. Ketika makan di sana, saya menentukan syarat semudah
mungkin untuk bahagia dengan cara: menikmati secangkir
susu cokelat hangat. Ketika saya minum susu cokelat hangat
itu, saya merasakan “Surga Dunia” melalui rasa susu cokelat
itu. HaHaHa.... Saya merasa sangat bahagia ketika minum
susu cokelat itu. Tahukah Anda berapa harga susu cokelat itu?
Cuma Rp3.000,- saja (2008). Dengan hanya mengeluarkan
uang Rp3.000,- saya sudah dapat merasakan “Surga Dunia”.
HaHaHa....

Satu contoh lagi bagaimana saya membuat syarat semudah


mungkin untuk bahagia adalah saat sebelum dan sesudah
mencuci mobil. Ketika saya selesai mencuci mobil saya, dan
melihat mobil saya bersih, maka saya akan merasa puas
dan bahagia sekali. HaHaHa.... Akan tetapi..., begitu Anda
mengetahui hal ini, janganlah Anda mencari-cari kesempatan
untuk menyuruh saya mencuci mobil Anda. HaHaHa....

Hmm.... Percaya atau tidak, hal yang menyebabkan kita


jarang dan sulit untuk bahagia memang karena seringkali
kita membuat syarat yang sangat sulit untuk bahagia.

Ketika saya kuliah, seorang teman saya menentukan syarat


bahagianya dengan cara menargetkan semua nilai kuliah
dengan nilai rata-rata 90. Apakah ia salah menentukan target
nilai rata-rata 90? Jawabnya, tidak! Saya pun pasti akan merasa
39 Syarat Mudah untuk Bahagia

bangga dan turut bahagia dengan teman saya ini, apabila ia


berhasil mendapatkan nilai rata-rata 90. Target rata-rata nilai
90 tidaklah mustahil untuk dicapai. Tetapi celakanya, teman
saya ini jadi tidak menikmati kuliahnya, dan menjadi sangat
sedih ketika nilainya kurang dari 90!

Hendaknya kita tidak menunda kebahagiaan dengan


mengatakan, “Ketika saya mendapat ini, maka saya akan
bahagia!” Karena dengan berpikir seperti itu, kita tidak akan
pernah bahagia pada saat ini juga, karena pada saat ini juga,
kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan.

Kelihatannya memang mudah ketika kita mengetahuinya,


namun belum tentu kita dapat benar-benar mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, saya membuat
syarat-syarat bahagia lainnya semudah mungkin agar saya
dapat sering-sering mempraktikkannya. Contoh lainnya
adalah dengan tersenyum, atau ketika saya membaca buku,
ataupun ketika saya mendengarkan musik, ataupun ketika
saya menyantap makanan enak, mak nyoz! HaHaHa....

Satu contoh lagi syarat mudah untuk bahagia yang dapat


kita lakukan adalah ketika buang air. Mungkin selama ini kita
kurang menyadari bahwa salah satu kebahagiaan terbesar
dalam hidup adalah ketika kita buang air pada saat yang tepat
dan di tempat yang tepat! Betul?

Anda semua pasti sudah pernah merasakan, bagaimana ketika


40 Syarat Mudah untuk Bahagia

Anda ingin buang air (kecil apalagi besar), tetapi tidak ada
tempat “pembuangan” di sekitar Anda. HaHaHa.... Pasti rasanya
sangat tidak nyaman kan? Oleh karena itu, bahagialah ketika
buang air pada saat yang tepat dan di tempat yang tepat!
HaHaHa....

Banyak sekali syarat-syarat mudah yang bisa kita tentukan


sendiri agar kita bisa sering dan mudah bahagia. Tentukanlah
syarat bahagia semudah mungkin, maka Anda akan
semakin sering dan mudah untuk bahagia. Sampai suatu
saat, ketika kita sudah bahagia setiap saat, mungkin kita sudah
tidak memerlukan lagi syarat-syarat untuk bahagia.

”Gitu aja kok repot!”—Gus Dur


(Presiden Republik Indonesia ke-4)
41

Kesepakatan
dan
Anggapan
6
Kesepakatan dan Anggapan

Ada banyak sekali cerita pembelajaran ketika saya duduk


di bangku kuliah, salah satunya melalui cerita berikut ini,
yang menggambarkan bahwa kita seringkali terjebak oleh
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelumya.

Berikut ini adalah sistem penilaian di kampus saya, ketika saya


masih kuliah.

A = 80-100
B = 65-79
C = 56-64
D = 0-55

Ada banyak sekali cerita mengenai sistem penilaian ini. Ada


yang suka dan ada yang tidak suka.

Anak A sangat gembira setelah tahu nilai ujiannya mendapat


nilai 80, ”Yey...! Aku dapat A.... Yes! Yes! Yes!” seru anak A.

Sebaliknya, anak B merasa jengkel karena cuma mendapat


nilai 64, ”Yaaah... pelit amat sih dosennya cuma kasih nilai C,
padahal aku cuma kurang 1 angka...,” keluh anak B.
43 Kesepakatan dan Anggapan

Sesungguhnya apa sih bedanya nilai 64 dengan 80?

Bedanya kita sudah terlanjur menganggap 64 itu angka


”kiamat”, sedangkan 80 itu angka ”surgawi”. Padahal keduanya
adalah kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

Bagaimana seandainya orang zaman dulu bersepakat: ”Ooooii...


teman-teman, angka terbagus dan tertinggi adalah angka 1 ya,
sedangkan angka 100 adalah angka terjelek dan terendah.”

Dalam kegiatan perkuliahan, petinggi-petinggi kampus juga


membuat kesepakatan: ”Bapak-bapak, ibu-ibu, mulai hari ini
kita ’bersepakat’ bahwa sistem penilaian dalam universitas kita
adalah sebagai berikut:
D= 80-100
C= 65-79
B= 56-64
dan nilai terendah adalah nilai A, saudara-saudara! Mahasiswa
yang mendapat nilai A dinyatakan... FAILED! GAGAL TOTAL!”

Selanjutnya terdengar gemuruh tepuk tangan dari seluruh


petinggi kampus pertanda mereka setuju dengan kesepakatan
tersebut.

Hingga akhirnya mulai saat itu para mahasiswa berlomba-


lomba untuk mendapat nilai D. Mereka akan merasa puas dan
bangga apabila mendapat nilai D. Para orangtua akan merasa
sangat senang melihat hasil nilai belajar anak mereka yang
44 Kesepakatan dan Anggapan

banyak mendapat D. Apabila mereka melihat banyak nilai D


di rapor anak mereka, mereka akan tersenyum senang dan
tidak henti-hentinya memuji anak mereka. Para orangtua ini
juga membanggakan nilai rapor anak mereka kepada teman-
temannya.

Sebaliknya, mahasiswa yang mendapat nilai A akan merasa


sangat terpukul, bahkan di antaranya akan stres berat karena
mendapat nilai A. Nilai A berarti kiamat! Sesampainya di rumah,
orangtua mereka akan memarahi bahkan menghukum mereka
karena banyak mendapat nilai A. Para orangtua ini merasa
sangat malu karena nilai rapor anak mereka banyak mendapat
nilai A.

Sesungguhnya, nilai A atau nilai D adalah ”kesepakatan”


belaka. Kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya oleh para
pendahulu kita. Sama seperti saya yang bernama Vidi Yulius
Sunandar, ini adalah kesepakatan yang telah dibuat orangtua
saya untuk memberi nama ini.

Semuanya adalah kesepakatan. Yang menjadikan suatu


kesepakatan adalah baik atau buruk adalah pikiran kita
sendiri. Padahal baik atau buruk, ya begitu saja....

Saya teringat ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya


senang menonton pertandingan sepakbola. Ketika itu, saya
menonton tim favorit saya asal Italia bertanding melawan
musuh bebuyutannya. Tentu saja saya hanya menonton
45 Kesepakatan dan Anggapan

melalui televisi. HaHaHa....

Saat itu, pada saat lawan mencetak gol kedua, yang menjadikan
skor 0-2 untuk lawan, saya menjadi sangat marah. Ketika itu
saya melepaskan kaos tim favorit saya yang saya kenakan, lalu
dengan penuh emosi kaos itu saya ”buang” ke tempat cucian.
HaHaHa....

Setelah itu saya matikan televisi, dan bergegas tidur. Celakanya,


karena marah, saya jadi tidak bisa tidur sampai pagi, yang
menyebabkan sepanjang hari saya mengantuk ketika sekolah.

Hmm.... Padahal setelah saya merenungi kejadian itu, mau saya


marah atau tidak marah, sama sekali tidak mempengaruhi tim
favorit saya. Mereka akan tetap seperti itu. Ya, begitu saja! Saya
sama sekali tidak bersikap bijaksana dengan marah-marah,
ketika tim lawan mencetak gol.

Ketika itu saya menjadi remaja dungu yang memarahi habis-


habisan televisi di rumah saya. Saya terjebak oleh kesepakatan
yang ada, dan bersikap tidak bijaksana. Untung saja waktu itu
saya tidak membuang kaos tim favorit saya ke tempat sampah
betulan. HaHaHa....

Membicarakan tentang kesepakatan, saya terinspirasi kutipan


dari buku yang berjudul ”Illuminata”, karya Handaka Vijjananda.
Kutipannya adalah sebagai berikut.
46 Kesepakatan dan Anggapan

Kita tidak semestinya terjebak dalam dualisme. Pikiran kita seolah


terprogram untuk berpikir dualistik: baik dan buruk.

Lebih jauh, kita selalu melekat pada apa yang kita ”anggap”
baik. Kalau sesuatu kita ”anggap” baik datang, kita bilang itu
”anugerah”, kita menyanjung, kita bersorai, kita tergelak....

Kalau sesuatu yang kita ”anggap” buruk datang, kita bilang itu
”musibah”, kita merutuk, kita meratap, kita menangis....

Anugerah atau musibah, sebenarnya... ya begitu saja....


Bukan baik, bukan buruk.
Pikiran kita sajalah yang menganggapnya demikian.

Wow! Inspiratif sekali kata-kata sang penulis itu.

Cerita sistem penilaian kampus memang lebih cocok untuk


para mahasiswa atau para pelajar yang masih sekolah. Namun
menurut saya angka di atas bisa diubah-diubah menurut selera
dan kesepakatan bersama.

Bisa saja kesepakatannya Rp100.000,- adalah nilai mata uang


terkecil. Sedangkan Rp100,- adalah nilai mata uang terbesar.
Maka hal yang sama akan kita lakukan, kita akan bersorak-sorai
ketika mendapat ribuan lembar uang Rp100,-. Semua orang
akan berlomba-lomba untuk mendapatkan uang Rp100,-
dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya kita akan memandang
remeh mata uang Rp100.000,- seperti tidak ada artinya.
47 Kesepakatan dan Anggapan

Mengumpulkan ratusan atau ribuan lembar uang Rp100.000,-


itu bukanlah hal yang salah. Karena saya pun masih
mengumpulkan uang untuk kebutuhan saya sendiri. Uang
memang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang.

Akan tetapi, melalui cerita ini, saya mengajak Anda agar kita
tidak terlalu mudah dipermainkan oleh kesepakatan yang
ada. Ayolah, kita senantiasa bahagia, dalam segala situasi dan
kondisi. Dapat uang Rp100.000,- kita hepi, dapat uang Rp100,-
pun kita tetap hepi.

“Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang....


Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang...
la la la la la la la.... ”

”Saya sudah menghasilkan uang jutaan dolar,


namun saya tidak menjadi bahagia karenanya.
Jika tidak bisa puas dengan jumlah kecil, Anda
tak akan puas dengan jumlah besar. Jika Anda
murah hati karena memiliki sedikit, Anda tak
akan tiba-tiba berubah ketika menjadi kaya.”—
John Davison Rockefeller (salah satu orang terkaya sepanjang
sejarah)
48

Pelita Bagi yang


Dalam Gulita
7
Pelita Bagi yang Dalam Gulita

Pada salah satu pelatihan pengembangan diri yang saya ikuti,


saya belajar tentang filosofi dari sebuah lilin. Sebuah benda
yang kelihatannya cuma bermanfaat pada saat tertentu saja,
namun pelajaran yang diberikan sebuah lilin tidaklah kalah
dibandingkan buku-buku laris tentang motivasi sekalipun.

Tentu saja kita sudah mengetahui sifat lilin adalah menerangi


ruangan pada saat gelap. Lilin seketika dapat menerangi
ruangan sehingga kita dapat melihat lebih jelas.

Namun, sifat lilin tidak cuma itu.

Nilai pembelajaran terpenting dari sebuah lilin adalah: lilin


membakar dirinya sendiri sampai padam untuk menerangi
ruangan sekitarnya. Hmm.... Kelihatannya seperti hal yang
sepele ataupun kita sudah mengetahui hal ini semenjak masih
kanak-kanak. Namun pertanyaannya adalah: “Maukah kita
menjadi seperti lilin?” Mengorbankan diri demi menerangi
orang-orang di sekitar kita sampai kita “padam” nanti.
Maukah?

Apabila Anda menanyakan hal yang sama kepada saya, saya


pun akan sangat sulit menjawab pertanyaan ini. Karena
50 Pelita Bagi yang Dalam Gulita

memang tidak mudah untuk mempraktikkan sifat-sifat lilin ini


dalam kehidupan kita. Namun kita bisa mulai dari hal-hal kecil
terlebih dahulu, kita bisa mencontoh sifat-sifat lilin dengan
cara “membakar” sedikit demi sedikit sifat-sifat egoistik kita,
seperti: ketamakan, kebencian, dan keangkuhan.

Selain itu, kita juga bisa menerangi sekitar kita dengan cara
berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang-orang
di sekitar kita agar mereka menjadi lebih bajik dan bijak.

Belum selesai pembelajaran dari sebuah lilin pada cerita ini.


Kita semua tahu bahwa lilin membakar dirinya sendiri dengan
api yang perlahan-lahan melelehkannya. Perumpamaan
api di sini adalah melambangkan semangat perjuangan
kita untuk “membakar” sifat-sifat egoistik kita tadi, yaitu:
ketamakan, kebencian, dan keangkuhan.

Apabila semangat kita kecil, tentu saja sifat-sifat egois dalam


diri kita ini akan sulit berkurang. Tetapi, apabila api semangat
kita besar, maka sifat-sifat egoistik dalam diri kita akan lebih
cepat berkurang. Dengan mengurangi sifat-sifat egoistik, kita
akan menjadi lebih baik. Betul?

Jadi seberapa besarkah api semangat di dalam diri Anda?

Bagi Anda yang berpikir pelajaran tentang lilin ini sudah


selesai, Anda keliru! Masih ada setidaknya satu pelajaran lagi
dari sebuah lilin. Kita semua mungkin sudah sering mendengar
51 Pelita Bagi yang Dalam Gulita

bahwa apabila lilin membagi api ke lilin sebelahnya, lilin


pertama tidak kehilangan api yang dimilikinya. Lilin
pertama melambangkan sifat ingin berbagi kepada sekitarnya,
lilin pertama tidak kikir ingin menjadi satu-satunya lilin yang
terang sendirian. Akan tetapi, lilin pertama mengajak lilin-lilin
lain untuk menerangi dunia bersama-sama, lilin pertama juga
mengajak lilin-lilin lain bersama-sama membakar ego mereka.

Hmm.... Sekali lagi pertanyaannya, seberapa seringkah kita


menjadi lilin yang membagikan terang api kepada lilin-lilin lain
di sekitar kita? Atau malah sebaliknya, kita menjadi lilin yang
kikir dan tidak mau membagi terang kita kepada lilin-lilin lain
di sekitar kita?

Kita semua mungkin sudah sama-sama mengetahui bahwa


kita belumlah menjadi “lilin yang sempurna”. Ya, sempurna
dalam “membakar diri”, dan sempurna dalam memberi terang
kepada pihak lain. Namun, kita harus selalu memotivasi diri
sendiri untuk meniru sifat-sifat mulia lilin ini sedikit demi
sedikit. Marilah kita menjadi pelita bagi yang dalam gulita!

“Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat


Anda berikan, bukan pada apa yang dapat
Anda peroleh.”—Mohandas Gandhi (pencetus
gerakan Tanpa-Kekerasan di India)
52

Sudah Biasa!
8
Sudah Biasa!

Pepatah kuno mengatakan, ”Hidup hanya masalah pembiasaan.”


Orang menjadi ahli dalam berceramah karena sudah biasa
berceramah, orang bisa menyanyi dengan indah karena sudah
biasa menyanyi, orang bisa membuat lukisan yang indah
karena sudah biasa melukis, orang bisa memasak makanan
yang lezat karena sudah biasa memasak, dan seterusnya. BISA
KARENA BIASA!

Saya membuktikan kebenaran ini dalam hal belajar mengemudi


mobil. Pertama kali saya belajar mengemudi, ketika saya duduk
di bangku SMA. Ketika itu saya belajar mengemudi di sekitar
komplek rumah sampai suatu ketika saya memutuskan untuk
ikut kursus mengemudi.

Hari pertama saya ikut kursus itu, si pengajar bertanya kepada


saya, “Kamu udah pernah mengemudikan mobil sebelumnya?”
Kemudian saya menjawab, “Nggg, pernah sih Pak, paling cuma
di sekitar komplek rumah. HaHaHa....” “Oh, gitu ya, bagus kalau
begitu, kamu langsung bawa aja sekarang!” kata si pengajar.
Hah???! Waktu itu saya sangat kaget, karena saya belum pernah
mengemudi mobil di jalan raya yang ramai banyak mobil dan
motor. Biasanya saya cuma berani di komplek atau di tempat
sepi. Tapi karena sudah bayar kursus dan diberi kunci mobilnya,
54 Sudah Biasa!

maka tak ada pilihan lain. Dengan wajah sok tenang, saya
menyalakan mesin mobil dan perlahan-lahan mengemudikan
mobil di jalan raya. Menegangkan sekali rasanya ketika itu!

Dua tahun setelah mengikuti kursus itu, saya mulai


memberanikan diri mengemudi mobil sendirian di jalan raya.
Akan tetapi, saya biasanya menghindari jalan menanjak yang
macet. Tahu kenapa alasannya? Ya, karena ngeri sekali kalau
macet di tanjakan, bisa-bisa mobil yang saya kemudikan
mundur dan mengenai mobil di belakang. HaHaHa.... Waktu-
waktu itu setiap kali macet di tanjakan, keringat dingin pasti
keluar dari tubuh saya dan biasanya disertai dengan mules-
mules di perut. HaHaHa....

Singkat cerita, sekarang saya sudah lancar mengemudikan


mobil. Setiap kali melalui tanjakan dan macet, saya sudah tidak
tegang lagi. Karena sudah terbiasa mengemudi di tanjakan.
Tidak ada lagi keringat dingin yang mengucur dari tubuh
saya karena tegang. Tentu saja sudah tidak mules-mules lagi.
HaHaHa.... Sekali lagi, bisa karena biasa!

Cerita saya tentang belajar mengemudi mobil ini hanya salah


satu cerita yang membuktikan 3 kata sakti ini: BISA KARENA
BIASA. Pastinya Anda pun pernah mengalami kejadian serupa
dalam hidup Anda yang berhubungan dengan pembiasaan.

Dalam buku Outliers karangan Malcolm Gladwell ditemukan


fakta bahwa para maestro dunia di bidangnya masing-masing
55 Sudah Biasa!

adalah mereka yang telah berlatih selama 10.000 jam. Contoh


di buku itu adalah salah satu legenda dalam dunia musik,
The Beatles. Ternyata sebelum meraih kesuksesan pada
tahun 1964, The Beatles telah naik panggung sebanyak 1.200
kali! FANTASTIS! Kesuksesan The Beatles menjadi legenda
dikarenakan mereka “sudah biasa” memainkan musik selama
puluhan ribu jam bersama-sama. Mereka berlatih dengan giat,
dan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak
biasa mereka lakukan sebelumnya.

Kesimpulan saya dari cerita ini adalah: orang-orang yang kita


anggap luar biasa melakukan hal-hal yang tidak biasa kita
lakukan sampai menjadi kebiasaan. Setuju? Untuk menjadi luar
biasa seperti mereka, kita harus membiasakan diri melakukan
hal-hal yang tidak biasa kita lakukan sampai menjadi kebiasaan
baru.

Demikian pula kita harus membiasakan diri dalam mengurus


hidup kita sendiri, memaafkan, menyayangi, dan melayani
orang lain.

”Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-


ulang. Dengan demikian, kecemerlangan
bukanlah tindakan, tetapi kebiasaan.”—
Aristoteles (Bapak Filsafat Dunia)
56

Ha!
HAPPIER
57

Melayani
Dengan Sepenuh Hati
9
Melayani Dengan Sepenuh Hati

Suatu hari, saya kembali bertemu kembali dengan guru-guru


kehidupan. Mereka bukanlah selebriti atau tokoh terkenal
di dunia. Mereka bukanlah pebisnis. Mereka mungkin tidak
punya fans. Mereka mungkin tidak pandai bicara di depan
umum. Akan tetapi, satu hal yang terpenting, mereka
mempunyai hati yang tulus dan penuh cinta.

Tahukah Anda, siapa mereka? Mereka adalah orang-orang


yang berada di Wisma Tuna Ganda.

Saya mendapatkan pelajaran tak ternilai dalam hidup tentang


pelayanan dan ketulusan hati ketika saya mengunjungi Panti
Sosial Wisma Tuna Ganda, tempat di mana orang-orang yang
memiliki keterbatasan fisik dan mental dirawat dan diberi
kasih sayang oleh para perawat.

Mata saya berkaca-kaca menahan air mata ketika melihat


sebagian besar dari mereka hanya berbaring tak berdaya di
ranjang. Mereka tidak dapat membaca, tidak dapat berbicara
normal, tidak dapat berjalan, tidak dapat menggerakan
tangan, juga tidak dapat bersekolah. Sedih sekali melihat
kondisi mereka.
59 Melayani Dengan Sepenuh Hati

Dari mereka saya belajar bahwa saya merasa bersyukur masih


dapat membaca, saya bersyukur masih dapat berbicara,
saya bersyukur masih dapat berjalan, saya bersyukur masih
dapat menggunakan kedua tangan saya, saya bersyukur
masih dapat belajar.

Karena melihat hal itu, saya belajar untuk lebih


memaksimalkan waktu yang saya punya. Karena lagi-lagi,
ketika perubahan datang seketika, bisa saja saya yang
berbaring tanpa daya di atas ranjang, dan mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Sehingga apabila itu benar-
benar terjadi, saya jadi tidak akan menyesali hidup saya.

Ada beberapa dari mereka yang memiliki semangat juang


yang tinggi! Mereka tidak menyerah dengan kondisi
fisik mereka dan tetap berjuang untuk tetap hidup!
Menyedihkan sekali apabila ada di antara kita ada yang
kurang menghargai hidup ini, sementara di sisi lain,
mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan fisik
begitu menghargai hidup mereka.

Ketika itu, saya benar-benar beruntung mendatangi Wisma


Tuna Ganda ini. Karena yang saya pelajari tidak cuma itu
saja. Saya juga belajar dari para perawat yang bekerja di
sini. Dari mereka saya belajar tentang cinta yang tulus dan
kesabaran yang luar biasa, menakjubkan sekali! Tidak mudah
merawat dan memberikan kasih sayang kepada mereka
yang mungkin saja, kita merasa jijik atau takut melihatnya.
60 Melayani Dengan Sepenuh Hati

Para perawat ini mungkin saja tidak ahli dalam menjalankan


bisnis atau berinvestasi. Namun tidak semua orang mau dan
mampu melakukan pekerjaan yang mereka lakukan. Para
perawat ini sepertinya mempunyai misi hidup: melayani
untuk sempurna dan sempurna untuk melayani (serve to be
perfect, be perfect to serve).

Akhir cerita, sebelum saya pulang dari panti sosial ini, saya
berfoto dengan inspirator yang baru saya temui. Beliau
adalah pimpinan dari Wisma Tuna Ganda ini. Teladan dan
sikapnya telah memberikan saya pelajaran tak ternilai dalam
hidup saya. Tindakan yang telah dilakukan telah memberikan
motivasi berharga kepada saya.

Pimpinan, pengurus, dan para perawat di panti sosial ini


melakukan pekerjaan yang mereka cintai, melayani dengan
setulus hati, pelayanan yang membawa kebaikan dan
kebahagiaan bagi orang banyak.

Dari hal ini saya menemukan sebuah kunci sukses dalam


hidup. Apabila saya boleh merumuskan kunci sukses itu
menjadi satu kalimat saja, kalimat itu adalah, “Do what you
love, love what you do, and make what you do for the good
of the many, for the happiness of the many!” (Lakukan apa
yang kau cintai, cintai apa yang kau lakukan, dan buatlah
apa yang kau lakukan demi kebaikan banyak makhluk, demi
kebahagiaan banyak makhluk!)
61 Melayani Dengan Sepenuh Hati

”Hatilah yang membedakan antara yang


bagus dengan yang hebat. Jika ingin membuat
perbedaan dalam kehidupan orang lain
sebagai pemimpin, periksalah hati Anda!”—
Michael Jordan (pebasket terbaik sepanjang
masa)
62

Love You
10
Love You

Ketika seorang ibu melahirkan seorang bayi. Dengan perasaan


haru-bahagia, ia menimang bayi itu dan mengatakan, “Love
You”.

Anehkah seorang ibu mengucap “Love You” kepada anaknya?


Tentu tidak.

Kemudian bayi itu tumbuh, tumbuh, dan tumbuh besar.


Sekarang ia menjadi seorang kakak. Ya, ia mempunyai adik
perempuan yang lucu. Ia sangat menyayangi adiknya ini. Ia
sering sekali menggenggam tangan adiknya dan mengatakan,
“Love You”.

Anehkah seorang kakak mengucap “Love You” kepada adiknya?


Tentu tidak.

Beberapa tahun kemudian, si adik masuk ke taman kanak-


kanak. Ketika si adik ingin berangkat ke sekolah, ia pun tidak
lupa mengatakan, “Love You” kepada si kakak. Kemudian si
kakak membalas, juga dengan mengucapkan, “Love You”.

Anehkah sepasang kakak-adik saling mengucap, “Love You”?


Tentu tidak.
64 Love You

Waktu pun terus berlalu, beberapa tahun kemudian, si kakak


dan si adik tumbuh menjadi pria dan gadis dewasa. Kalimat
“Love You” sudah tidak pernah lagi diucapkan dari mulut
mereka, karena kedengarannya sangat aneh, tidak masuk akal!

Apa benar memang aneh dan tidak masuk akal?

“Love You”, yang berarti ”Sayang Kamu”, bukanlah kalimat yang


asing di telinga kita. Hampir setiap hari kita mendengar kata-
kata ini di mana-mana. Akan tetapi, pemaknaan kata “Love You”
menjadi terlalu sempit.

Love You, tanpa kata “I” (bukan I Love You, tapi Love You)
adalah cinta tanpa ego, cinta tanpa keakuan, cinta yang tidak
mementingkan diri sendiri saja, dan cinta yang tidak pilih
kasih. Sama seperti yang dikatakan ayah Ajahn Brahm sewaktu
beliau masih remaja, “Nak, apa pun yang kamu lakukan
dalam hidupmu, ketahuilah, pintu hatiku akan selalu terbuka
untukmu.” Love You adalah sebuah cinta tanpa syarat, tanpa
ada maksud tersembunyi.

Kita seringkali terlalu banyak menggunakan otak—terlalu


banyak berpikir dan menelaah, tetapi kita kurang menggunakan
hati. Kita terjebak oleh kesepakatan yang dibuat bahwa “Love
You” hanya pantas diucapkan oleh pasangan hidup ataupun
pacar. Padahal, arti “Love You” sangat luas dan universal, tidak
sekadar cinta antara sepasang suami-istri atau sepasang muda-
mudi yang berpacaran.
65 Love You

Sehubungan dengan penyebab terjadinya peperangan


dan ketidakharmonisan dalam dunia ini, Mother Teresa
mengatakan, “The problem is, we draw our family tree too
small.” (Masalahnya adalah, kita menggambar pohon keluarga
kita terlalu kecil).

Ya, lagi-lagi kita terjebak oleh kesepakatan bahwa keluarga kita


hanyalah keluarga inti kita, yang terdiri dari: ayah, ibu, anak,
cucu, kakak, adik, kakek, nenek, kakek buyut, nenek buyut,
paman, bibi, sepupu, keponakan. Di luar pohon keluarga itu,
mereka adalah orang lain, bukan keluarga kita, bukan siapa-
siapa! Inilah yang menyebabkan kenapa kita sulit sekali
mengucapkan dan mempraktikan “Love You” kepada orang
lain yang bukan bagian dari keluarga inti kita.

Padahal, salah satu cara terbaik untuk membuat hidup kita


lebih bahagia dan penuh cinta adalah dengan memperbesar
pohon keluarga seluas-luasnya sampai tidak terbatas. Setiap
hari, setiap jam, setiap detik, kita bisa menambah anggota
pohon keluarga kita.

Semakin banyak orang yang kita tambahkan dalam pohon


keluarga kita, maka semakin besarlah pohon keluarga kita.
Dengan semakin besarnya pohon keluarga kita, maka hidup
kita akan semakin bahagia. Apabila setiap orang mau membuat
pohon keluarga sebesar-besarnya, maka dunia akan menjadi
lebih damai, kita semua hidup dalam harmoni sebagai sebuah
keluarga besar, keluarga yang bernama “Keluarga Dunia”.
66 Love You

Kita semua adalah keluarga besar. Anda adalah bagian dari


pohon keluarga saya. Begitu pun saya adalah bagian dari
pohon keluarga Anda. Inilah salah satu cara terbaik agar cinta
dan keharmonisan dalam hidup tercipta.

Arti kedua dari “Love You” adalah ”Sayangi Dirimu”. Ungkapan


agar penerima pesan juga menyayangi diri mereka sendiri
secara sehat, yakni dengan tidak mencemari diri sendiri,
memperbanyak kebajikan, dan memurnikan batin sendiri.
Love You...

“Love for everyone, not just someone.”


—Vipasati (penulis buku “Nasi Basi”)
Guru Kehidupan
11
Guru Kehidupan

Saya senang belajar kepada banyak guru kehidupan yang saya


temui. Seringkali mereka yang menjadi guru kehidupan untuk
saya tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan
kepada saya telah membuat saya menjadi lebih baik hari ini.

Beberapa guru kehidupan yang saya temui, telah menginspirasi


dan menjadi teladan bagi saya. Ada dua guru kehidupan yang
berperan sangat besar dalam hidup saya. Guru yang pertama
adalah seorang perempuan.

Perempuan ini adalah ibu dengan dua orang anak. Ibu ini
tidak mengenyam pendidikan yang terlalu tinggi, ia bukanlah
seseorang yang memiliki banyak gelar akademis. Akan tetapi,
walaupun ia tidak berpendidikan tinggi, ibu ini menjadi
penasihat hebat bagi kakak dan adik-adiknya. Seringkali
nasihat yang disampaikan lebih bijaksana daripada orang yang
memiliki banyak gelar sekalipun.

Selain itu, ibu ini mendidik anak-anaknya dengan penuh


perhatian dan cinta. Dengan perhatian dan cinta yang diberikan
kepada anak-anaknya, beliau berhasil mendidik anak-anaknya
menyelesaikan studi Strata-1 mereka.
69 Guru Kehidupan

Di kalangan teman-temannya, sosok ibu ini adalah teman yang


menyenangkan dan juga sering menjadi penasihat pribadi
mereka yang tengah gundah gulana. Dengan kemampuan
humor yang dimilikinya, ia sering dapat menceriakan suasana.

Yang paling saya kagumi dari sosok ibu ini, ia senang melayani
mereka yang membutuhkan pertolongan. Ia senang melayani
orangtuanya, ia senang melayani anak-anaknya, ia senang
melayani saudara-saudaranya, dan juga ia senang melayani
teman-temannya. Ia bahagia dengan melayani orang lain.

Sedangkan guru kehidupan yang kedua adalah seorang bapak.


Ia sangat tangguh. Selama 32 tahun mencari nafkah untuk
keluarganya (sampai tulisan ini dibuat). Selama 24 tahun, ia
harus bangun sebelum jam 3 dini hari untuk pergi berjualan ke
pasar. Hal ini dilakukannya terus-menerus sepanjang hari, dan
tidak kurang dari 360 hari dalam setahun ia harus berjualan
untuk menafkahi keluarganya. Sama seperti ibu tadi, dengan
teladan dan bimbingannya kepada anak-anaknya. Ayah ini
memberi modal pendidikan dan budi pekerti kepada anak-
anaknya hingga mereka dapat memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang.

Saya merasa sangat kagum dan beruntung sekali mengenal


sosok ibu di atas. Saya kenal sangat dekat dengan sosok ibu
yang satu ini, karena ibu yang saya ceritakan ini adalah... ibu
saya sendiri! Love You, Mom....
70 Guru Kehidupan

Saya juga sangat beruntung mengenal sosok bapak di atas,


yang merupakan salah satu motivator saya untuk menjadi
lebih tangguh. Ketangguhan beliau sangat menginspirasi
saya. Tentu saya sangat mengenal sosok motivator yang satu
ini karena beliau adalah ayah saya sendiri! Love You, Dad....

Demikianlah dua guru kehidupan ini membimbing dan


mendidik seorang Vidi Yulius Sunandar. Kedua orang inilah
yang sangat dikaguminya. Dua guru yang sangat berperan
besar terhadap pengembangan mental dan spiritualnya. Dua
guru pertama dalam hidupnya, yang mengajar dengan penuh
cinta dan kasih sayang kepadanya.

Melalui tulisan ini, saya mencoba mengajak Anda semua untuk


mengagumi orang-orang di sekitar Anda yang Anda kenal.
Orang-orang yang telah berjasa bagi Anda. Apakah itu juga
ibu Anda? Apakah itu ayah Anda? Anak Anda? Kakak Anda?
Adik Anda? Suami Anda? Istri Anda? Sahabat Anda? Guru-guru
Anda? Atau siapa pun itu.

Orang yang paling patut Anda kagumi adalah mereka yang


telah berjasa dalam hidup Anda, yang telah memberikan
banyak pelajaran tak ternilai sehingga hidup Anda menjadi
lebih baik!

Saya mengagumi beberapa pembicara terkenal di Indonesia


dan dunia. Mereka bisa menginspirasi dan “membakar”
semangat saya serta memberikan motivasi kepada saya.
71 Guru Kehidupan

Mereka juga telah membuat hidup saya menjadi lebih baik


hari ini.

Namun saya menyadari bahwa seharusnya saya juga


mengagumi orang-orang yang berada di dekat saya yang
telah memberikan totalitas, pengorbanan, perhatian, kasih
sayang kepada saya dan sangat berperan besar terhadap
pengembangan diri saya hingga saat ini. Tanpa mereka, saya
tidak menjadi seperti hari ini!

Mari kita mengagumi orang-orang di sekitar kita. Orang-orang


yang telah berjasa besar dalam hidup kita dan katakan kepada
mereka, ”Thank You and Love You....”

“Kata yang paling indah di bibir umat manusia


adalah kata ”Ibu”, dan panggilan paling indah
adalah ”Ibuku”. Ini adalah kata yang penuh
harapan dan cinta, kata manis dan baik yang
keluar dari kedalaman hati.”—Khalil Gibran
(seniman, penyair, dan penulis)
72

Lagu Favorit
12
Lagu Favorit

Ketika sedang mengemudi mobil atau dalam waktu senggang,


saya senang mendengarkan lagu. Bagi teman-teman saya
yang sering bepergian satu mobil dengan saya, mereka pasti
sudah hafal lagu-lagu yang sering saya putar di mobil. Saya
jarang mengganti CD lagu yang saya putar di mobil, lagu yang
saya putar itu-itu saja. Karena itu, saya sering di-“complain”
oleh teman-teman yang merasa bosan dengan lagu-lagu saya.
HaHaHa....

Saya senang mendengarkan lagu-lagu motivasi dan inspirasi,


karena dapat mengubah perasaan saya menjadi lebih positif.
Ada beberapa lagu yang saya suka dan sering saya dengarkan.
Lagu pertama adalah lagu dari John Lennon yang berjudul
”Imagine”.

Sebuah lagu yang mengajarkan kita untuk mengakhiri


pertikaian dan mulailah saling mengasihi satu sama lain.
Kita adalah satu! Satu sebagai umat manusia! Berikut adalah
syairnya:

Imagine there’s no heaven


It’s easy if you try
No hell below us
74 Lagu Favorit

Above us only sky


Imagine all the people
Living for today

Imagine there’s no countries


It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

You may say that I’m a dreamer


But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world

You may say that I’m a dreamer


But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one
75 Lagu Favorit

Bayangkan tak ada surga


Itu mudah jika kau berusaha
Tidak ada neraka di bawah kita
Di atas kita hanya langit luas
Bayangkan semua orang
Hidup untuk hari ini

Bayangkan tak ada negara


Itu tidak sulit untuk dilakukan
Tiada yang terbunuh atau mati demi itu
Dan tidak ada agama juga
Bayangkan semua orang
Menjalani kehidupan dalam damai

Kau mungkin pikir aku ini seorang pemimpi


Namun aku bukan satu-satunya orang
Kuharap suatu hari kau akan bergabung dengan kami
Dan dunia akan menjadi satu

Bayangkan tak ada penguasaan


Aku bertanya apa kau bisa
Tidak perlu tamak atau lapar
Suatu persaudaraan manusia
Bayangkan semua orang
Berbagi seluruh dunia

Kau mungkin pikir aku ini seorang pemimpi


Namun aku bukan satu-satunya orang
76 Lagu Favorit

Kuharap suatu hari kau akan bergabung dengan kami


Dan dunia akan menjadi satu

Lagu “Imagine” dari John Lennon ini mengundang kontroversi


besar-besaran ketika pertama kali beliau menyanyikannya.
Banyak pihak yang tidak senang dengan syair dalam lagu
ini. Namun seiring berjalannya waktu, lagu ini tetap menjadi
legenda, dan telah menginspirasi orang banyak untuk memiliki
kedamaian hati dan saling menyayangi.

Lagu ini menjadi salah satu satu syair terindah yang pernah saya
baca dan nyanyikan. Lagu yang dapat mempersatukan semua
orang di dunia ini, lagu yang dapat menghentikan pertikaian,
mengatasi perbedaan ras, warna kulit, gender, suku, budaya,
dan lain-lain.

Hanya saja pikiran kita yang egois ini tidak mau menerimanya,
kita terjebak oleh kesepakatan-kesepakatan yang telah ada
dan menutup pintu hati kita untuk hidup dalam harmoni.

Ya, keindahan hidup dalam harmoni. Itulah lagu kedua yang


saya suka. Berjudul “In Harmony”, yang dinyanyikan oleh
George Bruns.

What makes someone special?


I suppose it all depends
It’s what’s unique in each of us
That we all share as friends
77 Lagu Favorit

The difference is our differences


Maybe smaller great
Variety add spice to life
So we should celebrate

In harmony, harmony
You’re you, I’m me
Together we
Can live in harmony

If there was only one note


How boring life would be
I’m glad there are so many notes
In many different keys

I hear each voice singing


With a special quality
And when we sing together
We bring music to the sea

Apa yang membuat seseorang istimewa?


Kurasa semuanya tergantung
Hal yang unik pada kita masing-masing itulah
Yang sama-sama kita miliki sebagai kawan

Perbedaannya ada pada perbedaan kita


Yang mungkin menjadi kehebatan-kehebatan kecil
78 Lagu Favorit

Keragaman menambah bumbu bagi kehidupan


Jadi kita harus rayakan

Dalam harmoni, harmoni


Kamu adalah kamu, aku adalah aku
Bersama kita
Dapat hidup dalam harmoni

Jika hanya ada satu nada


Betapa membosankannya hidup ini
Aku gembira ada begitu banyak nada
Dalam berbagai kunci

Kudengar setiap suara bernyanyi


Dengan suatu kualitas istimewa
Dan ketika kita menyanyi bersama
Kita membawa musik ke samudra

Lagu yang sangat menawan. Lagu ini mengajarkan kita bahwa


perbedaan itu ada bukan untuk menjadi bahan pertikaian,
tetapi untuk menjadi kehebatan-kehebatan kecil dalam
kehidupan.

Sedangkan lagu ketiga yang sering saya dengar adalah lagu


dari Bon Jovi yang berjudul ”It’s My Life”. Berikut ini adalah
penggalan syair lagu It’s My Life:
79 Lagu Favorit

It’s my life
It’s now or never
Ain’t gonna live forever
I just wanna live while I’m alive

It’s my life
My heart is like an open highway
Frankie said I did it my way
I just wanna live while I’m alive

Inilah hidupku
Sekarang atau tidak sama sekali
Aku tak kan hidup selamanya
Aku hanya ingin hidup selama aku hidup

Inilah hidupku
Hatiku bagai jalan raya bebas hambatan
Frankie katakan, ”Kulakukan dengan caraku sendiri.”*
Aku hanya ingin hidup selama aku hidup

*Frank Sinatra, dalam lagu terpopulernya, ”My Way”.

Setiap kata dalam syair ini memberikan pelajaran penting


tentang pilihan dalam hidup ini. Dengan penafsiran bebas,
saya coba mengartikan arti lagu It’s My Life ini. Dalam hidup,
kita akan selalu berhadapan dengan pilihan-pilihan. Pada
akhirnya kita sendiri yang harus menentukan pilihan.
80 Lagu Favorit

Kita selalu merasa bahwa esok kita pasti masih hidup, jadi kita
menyia-nyiakan waktu yang kita miliki. Padahal masa depan
penuh ketidakpastian. Jika ingin melakukan tindakan yang
bermanfaat, lakukan sekarang juga, jangan ditunda! Sekarang
atau tidak sama sekali! Lagu Bon Jovi ini sangat menginspirasi,
mengajarkan kepada saya tentang aset terpenting dalam
hidup yang saya punya, yaitu “waktu”!

Ketiga lagu ini banyak memberikan pelajaran tentang kita,


tentang kedamaian hati, keharmonisan, dan melakukan apa
yang harus dilakukan saat ini juga.

Apabila kita menggabungkan ketiga lagu dan meringkasnya


menjadi satu kalimat saja, maka kita akan menemukan
kesimpulan untuk membayangkan indahnya dunia tanpa
pertikaian; hal itu dapat terjadi apabila kita saling
menghargai perbedaan, hidup dalam harmoni; dan itu
semua harus kita lakukan saat ini juga.

Indahnya hidup yang penuh cinta dan harmoni.... Bayangkan!


Eh, wujudkan!

Musik adalah pengalaman, pemikiran, dan


kebijaksanaanmu sendiri. Jika kamu tidak hidup
dengannya, musik itu tidak akan keluar dari
terumpetmu.—Charlie Parker (pemusik jaz,
pemain saksofon legendaris asal Amerika)
81

Taman Bunga
13
Taman Bunga

Salah satu cara untuk melihat bagaimana indahnya perbedaan


dalam hidup, namun menjadi suatu harmoni adalah dengan
cara melihat taman bunga di sekitar kita.

Tanpa kita sadari, taman bunga dapat memberi pelajaran


tak ternilai kepada kita tentang keharmonisan. Seperti
yang kita tahu, taman bunga menjadi sangat indah dengan
keanekaragaman bunga dan tumbuhan di dalamnya. Ada
bunga berwarna merah, ada bunga berwarna hijau, ada
bunga berwarna putih, dan lain-lain. Saya rasa Anda semua
sependapat dengan saya, apabila taman bunga hanya memiliki
satu jenis tanaman yang berwarna putih atau merah saja,
taman ini menjadi kurang menarik. Keindahan taman bunga
justru terletak dari keanekaragaman warna dan jenis bunga di
dalamnya.

Hal ini sama halnya dengan keharmonisan dalam hidup. Dunia


ini menjadi begitu indah dengan keanekaragaman suku,
bangsa, budaya, adat, tata cara, serta kepercayaan. Apabila
semua orang di dunia ini mau menerima perbedaan dan
sama-sama menjadikan perbedaan sebagai suatu keindahan,
pastilah dunia ini menjadi lebih damai dalam harmoni.
83 Taman Bunga

Akan tetapi....

Celakanya kita sering menginginkan “taman bunga dunia”


kita menjadi “satu warna” saja. Apabila keyakinan kita
berwarna merah, kita meyakini bahwa apabila taman bunga
kita hanya berisi bunga merah, maka taman bunga kita akan
menjadi sempurna. Padahal kenyataannya dengan berisi bunga
merah saja, taman bunga kita akan sangat membosankan. Iya
kan?

Menghargai perbedaan sebagai suatu keindahan akan


membuat hidup ini menjadi lebih damai. Dengan damai di
hati kita masing-masing, maka bangsa ini akan menjadi damai
juga, dengan damai pada setiap bangsa, maka dunia pun akan
menjadi damai dalam harmoni.

Bila ada cahaya dalam jiwa, maka akan hadir kecantikan dalam
diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang,
akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga. Bila ada
keharmonisan dalam rumah tangga, akan hadir ketertiban
dalam negara. Dan bila ada ketertiban dalam negara, akan
hadir kedamaian di dunia.—Pepatah Tiongkok
84

Investasi Terbaik
14
Investasi Terbaik

Saya senang menghadiri seminar-seminar atau pelatihan-


pelatihan mengenai berbagai macam pengetahuan. Baik
itu dalam bidang Dharma, investasi, kepemimpinan, atau
pengembangan diri.

Dulu saya berpendapat bahwa investasi terbaik yang harus saya


lakukan adalah investasi dari “leher ke atas”, atau investasi dalam
hal pengetahuan. Ketika itu saya berpikir bahwa pengetahuan
sangat penting dan sangat menentukan masa depan saya.

Namun hari ini saya telah meralat sendiri pemikiran saya.


Investasi dari “leher ke atas” bukanlah investasi terbaik. Jenis
investasi ini adalah investasi terbaik kedua. HaHaHa....

Investasi terbaik yang harus kita lakukan adalah investasi


persahabatan. Ya, investasi persahabatan sangat menentukan
seperti apa kita 5, 10, 15, atau 20 tahun yang akan datang.

Dikatakan oleh Charles “Tremendous” Jones bahwa “Lima tahun


dari sekarang Anda akan tetap sama seperti hari ini, kecuali jika
Anda melakukan kedua hal berikut ini: membaca buku-buku
yang bermanfaat dan berkenalan dengan orang-orang
baru yang menjadi sahabat Anda.”
86 Investasi Terbaik

Jelas sekali dikatakan oleh Charles Jones bahwa dalam hidup


ini, penting sekali kita berinvestasi dalam dua hal: pengetahuan
dan persahabatan.

Dalam bidang pengetahuan atau pendidikan, kita bisa


berinvestasi dengan mengikuti seminar atau pelatihan
pengembangan diri, selain itu kita juga bisa membaca buku-
buku bermanfaat yang akan menambah wawasan kita.
Mungkin sebagian dari Anda enggan membaca buku. Saya
pun begitu, tapi itu dahulu. Barangkali pesan berikut ini dapat
mengubah pandangan Anda tentang membaca buku.

Mendengarkan ceramah dari seorang pembicara adalah hal


yang baik untuk dilakukan. Akan tetapi, cara ini adalah cara
paling lambat untuk bertumbuh. Karena dari 2 jam ceramah
yang kita dengarkan, kita mungkin hanya dapat mengingat
3-10% saja dari isi ceramah itu. Bahkan mungkin setahun
kemudian kita sudah benar-benar melupakannya. Sedangkan
dengan membaca, kita dapat membaca kapan pun dan di
mana pun kita mau, kita dapat mengulang terus membaca
bagian yang belum kita mengerti dari sebuah buku.

Kemudian, umur berapakah rata-rata seseorang menulis buku?


Hmm.... Mungkin Anda menjawab 30 tahun, atau 40 tahun,
atau 50 tahun. Mari kita samakan suara bahwa rata-rata orang
menulis buku umur 35 tahun. Oke?

Nah, sekarang apabila Anda mengatakan, “Saya ‘cuma’


87 Investasi Terbaik

membaca 100 buku dalam setahun”. Berarti 35 tahun x 100 =


3.500 tahun. MENAKJUBKAN! Berarti selama satu tahun, Anda
telah mempelajari 3.500 tahun pengetahuan dan pengalaman
hidup seseorang (penulisnya).

Hitung-hitungan di atas mungkin terlihat bodoh, tapi orang-


orang yang terlihat“bodoh”yang rajin membaca buku, biasanya
malah unggul di satu bidang tertentu dibanding mereka yang
malas membaca.

Ada pepatah yang mengatakan: “Every Leader is a Reader”,


yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia: “Setiap
pemimpin adalah orang yang ’gila’ baca.” Hmm.... Sangat
menarik, karena memang hampir semua tokoh dunia adalah
mereka yang gemar membaca.

Hitung-hitungan bodoh dan kalimat inilah yang membuat saya


lebih giat membaca, dan membuat saya bisa menulis buku ini.
Apabila saya malas membaca, bagaimana mungkin saya bisa
menulis buku?

Nah, tadi itu beberapa hal mengenai investasi dalam bidang


pengetahuan atau pendidikan. Selanjutnya seperti apakah
investasi dalam bidang persahabatan?

Investasi dalam bidang persahabatan yang dimaksud


di sini adalah bersikap lembut kepada yang lebih muda,
bersikap kasih kepada yang lebih tua, bersimpati kepada
88 Investasi Terbaik

yang berjuang keras, dan bertenggang rasa kepada yang


lebih lemah. Inilah yang dikatakan oleh George Washington
Carver (ilmuan, pendidik, dan penemu asal Amerika).

Inilah empat jenis investasi dalam bidang persahabatan


yang sangat penting untuk dilakukan. Semakin sering kita
melakukan empat hal ini, maka semakin besarlah tabungan
investasi kita dalam bidang persahabatan.

Melakukan investasi dalam bidang persahabatan, tentu


saja berbeda dengan sikap pamrih atau ”berteman bila
ada maunya”. Investasi persahabatan adalah investasi yang
dilakukan dengan sepenuh hati.

Pada sebuah seminar yang saya ikuti, pembicaranya


mengatakan, “Janganlah Anda menghina orang lain. Masa
depan penuh ketidakpastian, Anda tidak akan tahu kalau suatu
saat orang yang Anda hina itu akan menjadi orang hebat.”

Anehnya, sebagian besar orang hebat yang saya baca kisah


hidupnya adalah mereka yang tadinya ditindas, diremehkan,
dihina, dan sebagainya. Menarik juga. Akan tetapi, daripada kita
memberi “vitamin motivasi” dalam bentuk hinaan, bukankah
lebih baik kita memberikan “vitamin motivasi” dalam bentuk
pujian dan dukungan?

Empat jenis investasi inilah yang sangat berperan penting


untuk kehidupan kita pada masa yang akan datang. Apabila
89 Investasi Terbaik

digabung dengan investasi dalam bidang pengetahuan, maka


rumus kesuksesan dan kebahagiaan adalah: 4 Sahabat + 1
Pengetahuan = Sempurna!

Tepuk tangan untuk rumus ini! Yeiiiy!

”Sahabatmu adalah kebutuhan jiwamu


yang terpenuhi. Dialah ladang hatimu, yang
dengan kasih kau taburi dan kau pungut
buahnya dengan penuh rasa terima kasih. Kau
menghampirinya tatkala hati gersang kelaparan,
dan mencarinya tatkala jiwa membutuhkan
kedamaian. Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan,
kecuali saling memperkaya jiwa.”—Khalil Gibran (seniman,
penyair, dan penulis)
HaHaHa
15
HaHaHa

Semasa kecil dan remaja, saya bukanlah tipe anak yang senang
belajar. Saya sangat malas membaca dan menghafal. Bahkan
salah satu alasan saya mengapa kuliah di jurusan Desain
Komunikasi Visual adalah karena jurusan ini tidak ada hafalan
dan hitungan (maaf ya, bapak dan ibu dosen). HaHaHa....

Akan tetapi, alasan saya untuk menghindari hafalan ternyata


tidak terwujud, karena di jurusan Desain Komunikasi Visual
ada pelajaran sejarah desain. Waduh! Saya jadi tidak bisa
“membebaskan diri” dari hafal menghafal. HaHaHa....

Seiring berjalannya waktu, ketika memasuki usia 20. Saya


menyadari bahwa memiliki pengetahuan yang luas sangat
penting dalam perkembangan diri saya. Pandangan saya
terbuka dan saya mulai menyukai buku. Saya coba untuk
membiasakan diri membaca, mulai dari buku tipis maupun
buku tebal. Dari membaca buku saya mendapatkan banyak
pengetahuan dan pelajaran baru. Saya senang membaca buku
tentang Dharma, pengembangan diri, investasi, pemasaran,
komunikasi, tokoh dunia, psikologi, dan berbagai pengetahuan
lainnya. Melalui buku-buku inilah pengetahuan saya terus
bertambah dari waktu ke waktu.
92 HaHaHa

Akan tetapi....

Seiring berjalannya waktu. Saya menjadi pribadi yang terlalu


“sibuk” dengan mengumpulkan teori dan pengetahuan
sehingga saya menjadi pribadi yang kurang menggunakan“hati”.
Ya, karena memiliki banyak teori pengetahuan, saya menjadi
pribadi yang arogan. Tidak hanya senang berargumentasi, tapi
saya juga senang mendebat pendapat orang lain. Saya ”siap
mati” dalam berdebat untuk mempertahankan pendapat saya
sendiri dan tidak memedulikan perasaan orang lain.

Singkat cerita, saya menjadi pribadi yang lebih menggunakan


otak, tapi kurang menggunakan hati. Menyedihkan....

Selama bertahun-tahun lamanya, saya menjadi pengumpul


teori yang tidak memakai hati. Sampai suatu kali, seorang
sahabat saya menegur saya dengan mengatakan, “Vid, kamu
bisa jadi orang hebat kalau kamu mempraktikkan apa yang
kamu tahu!”

Kata-kata ini seakan menghantam keras kepala saya, dan


menyadarkan saya atas kekeliruan yang telah saya lakukan
selama ini. Saya tahu, yang dimaksud hebat oleh sahabat
saya ini bukanlah berarti saya menjadi orang terkenal. Tetapi
yang dimaksudkan sahabat saya ini adalah hebat karena bisa
mempraktikkan apa yang saya tahu. Seperti yang dikatakan
oleh Bruce Lee, “Knowing is nothing, but applying what you
know is everything.”—mengetahui itu tidak ada artinya, tapi
93 HaHaHa

menerapkan apa yang Anda tahu adalah segalanya.

Ya, mempraktikkan apa yang kita tahu memang akan


menjadi segala-galanya. Orang bijaksana adalah mereka yang
mempraktikkan apa yang mereka ketahui. Mempraktikkan
hal yang sederhana secara terus menerus sampai menjadi
kebiasaan dan pedoman hidup.

Rangkuman dari cerita di atas dapat disimpulkan menjadi


”HaHaHa”. Yang merupakan kependekan dari HeAd (Kepala) –
HeArt (Hati) – HAnd (Tangan).

Dalam hidup ini kita harus terus belajar. Kita harus terus
mengisi kepala (head) kita ini dengan pengetahuan yang
bermanfaat untuk pengembangan diri kita masing-masing.
Namun pengetahuan saja tidak cukup, kita harus lebih sering
menggunakan hati (heart). Ketimbang memperdebatkan siapa
yang salah atau siapa yang benar karena pikiran kita yang
“pintar” ini, bukankah keharmonisan dan kedamaian dalam
hati itu lebih penting?

Setelah memiliki pengetahuan dan memakai hati, yang


terpenting adalah mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan tangan (hand) dan kaki
kita. Praktikkanlah apa yang kita tahu demi kebaikan dan
kebahagiaan orang lain.

Saya mengenal beberapa orang yang tidak berpendidikan


94 HaHaHa

tinggi dan tidak pintar berbicara. Orang-orang ini jarang pakai


otak, tetapi mereka sering menggunakan hati untuk menolong
orang lain. Mereka tidak memikirkan banyak pertimbangan
dalam menolong orang yang kesulitan dan mereka selalu siap
bertindak kapan pun dimintai tolong. Mereka menjadi sumber
inspirasi bagi saya—untuk lebih banyak memakai hati.

Akan tetapi....

Saya juga mengenal mereka yang berpendidikan tinggi,


berpengetahuan luas, pintar berbicara, tetapi jarang
menggunakan hati. Mereka memikirkan terlalu banyak
pertimbangan dalam menolong orang lain. Mereka menjadi
pribadi yang angkuh dengan pengetahuan yang dimiliki.
Orang-orang inilah yang lebih banyak memakai otak daripada
hati, mengetahui banyak hal yang baik-baik, tapi tidak
mempraktikkannya. Semoga orang-orang yang saya kenal ini
bukan Anda. HaHaHa....

Dengan semakin sering kita belajar (head), memakai hati (heart),


dan praktik (hand), maka kita akan semakin bahagia dan dapat
tertawa bahagia, HaHaHa. Selain itu, tidak cuma kita menjadi
lebih bahagia, apabila kita sering-sering mempraktikkan
“HaHaHa” ini, kita juga akan dapat membuat banyak orang
lebih bahagia dan bisa tertawa HaHaHa....

Dengan demikian, dunia akan menjadi satu dalam harmoni


dan tawa penuh sukacita. HaHaHa....
95 HaHaHa

“Pendapat, pengetahuan, dan keyakinan kita


pada akhirnya tidaklah penting. Yang penting
hanyalah tindakan kita.”—John Ruskin (kritikus
seni dan pengamat sosial Inggris)
Brahma
16
Brahma

Selama saya hidup hingga sekarang ini, banyak sekali guru-


guru kehidupan yang saya temui dan belajar kepada mereka.
Guru-guru ini mengajarkan banyak hal yang membuat hidup
saya jadi lebih baik hari ini.

Salah satu guru yang berpengaruh besar terhadap


pengembangan diri saya adalah Ajahn Brahmawangso, atau
biasa dipanggil Ajahn Brahm, biksu “bule” yang berasal dari
Inggris. Beliau adalah seorang inspirator kebahagiaan, penulis
buku laris “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” dan juga
seorang guru meditasi.

Pertemuan pertama saya dengan Ajahn Brahm melalui buku,


“Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”. Buku ini memberikan
banyak pencerahan untuk saya. Ada 4 cerita dalam buku ini
yang menjadi referensi hidup saya.

Pertama, cerita yang berjudul “Ini Pun Akan Berlalu”. Kalimat


ini yang sering saya bawa kemana-mana. Kalimat “sakti”
yang menjadi sumber dari segala inspirasi saya. Kalimat ini
menggambarkan kenyataan hidup sesungguhnya.

Kebahagiaan akan berlalu dan berganti menjadi kesedihan.


Brahma

Akan tetapi, kesedihan pun akan berlalu dan berganti menjadi


kebahagiaan lagi. Begitu seterusnya.

Saya sering mengingat kalimat ini ketika saya sedang


menghadapi masalah. Sambil tetap mencari solusi, saya
meyakini bahwa masalah ini pun pasti akan berlalu. Dan
ternyata keyakinan saya benar adanya, tidak satu pun masalah
dalam hidup yang tidak berlalu. Semua masalah pasti akan
berlalu.

Kalimat ini sederhana sekali kedengarannya, namun tidaklah


mudah untuk dipraktikkan pada kehidupan sehari-hari.

Cerita kedua, berjudul “Cinta Tanpa Syarat”. Cerita ini


mengisahkan pengalaman pribadi Ajahn Brahm ketika beliau
masih remaja. Ketika itu ayah beliau mengatakan, “Nak, Apa
pun yang kamu lakukan dalam hidupmu, ketahuilah, pintu
hatiku akan selalu terbuka untukmu.”

Kalimat ini sungguh sangat indah. Kalimat “cinta sejati” yang


sesungguhnya. Saya sering mempraktikkan kalimat ini untuk
berdamai dengan orang lain. Apa pun yang kamu lakukan,
kamu tetap ayahku, kamu tetap ibuku, kamu tetap guruku,
kamu tetap sahabatku, kamu tetap saudaraku, kamu tetap
kakakku, kamu tetap adikku.... Kalimat inilah yang membuat
saya tidak mau berlama-lama memendam kekecewaan kepada
orang lain dan jadi lebih mudah memaafkan orang lain.
99 Brahma

Ketiga, cerita yang berjudul “Ayam Atau Bebek”. Cerita ini


mengisahkan sepasang pengantin baru yang berjalan di
sebuah hutan. Ketika berjalan, mereka mendengar suara,
“Kuek! Kuek!”

Si istri mengatakan bahwa itu adalah suara ayam. Sedangkan


suami mengatakan bahwa itu adalah suara bebek. Dari
perdebatan awal yang sepele, sepasang sejoli ini mulai
bertengkar dalam mencari siapa yang benar, siapa yang salah.
Sebelum pertengkaran berlanjut sampai pada tindak kekerasan,
si suami menyadari kekeliruannya, dan membenarkan istrinya.
Si suami membenarkan istrinya dengan ikut mengatakan
bahwa suara itu adalah suara ayam. Setelah itu mereka saling
bergandengan tangan dengan damai.

Pada salah satu ceramahnya, Ajahn Brahm mengatakan, “Kalau


Anda berkata sesuatu itu adalah ayam, dan saya bilang itu
bebek, pada akhirnya saya akan setuju dengan Anda, sekadar
atas dasar belas kasih dan harmoni. Kedamaian itu lebih
penting.”

WOW.... Menakjubkan Ajahn! Menakjubkan! Dengan


mempraktikkan cerita ”Ayam Atau Bebek” ini, kita jadi lebih bisa
berdamai dengan orang lain dan menciptakan keharmonisan
dengan orang-orang di sekitar kita.

Keempat, cerita yang berjudul ”Tiga Pertanyaan Kaisar”. Cerita


ini mengisahkan seorang kaisar yang sedang mencari falsafah
Brahma

hidup. Falsafah ini ditemukannya sendiri melalui pengalaman


hidup.

Sang Kaisar menyadari bahwa ia hanya memerlukan jawaban


atas tiga pertanyaan mendasarnya. Tiga pertanyaan itu
adalah:

1. Kapankah waktu yang paling penting?


2. Siapakah orang yang paling penting?
3. Apakah yang paling penting untuk dilakukan?

Setelah melalui pencarian panjang, akhirnya ia menemukan


jawabannya saat mengunjungi petapa. Petapa itu memberi
pencerahan dan kebijaksanaan dengan tiga jawaban yang
diberikan.

1. Kapankah waktu yang paling penting? Saat ini.


2. Siapakah orang yang paling penting? Orang yang sedang
bersama kita.
3. Apakah yang paling penting untuk dilakukan? Peduli.

”Tiga Pertanyaan Kaisar” ini membuat saya jadi lebih peduli


dengan orang di sekitar saya. Salah satu contoh praktiknya
adalah pada saat saya menghadiri ceramah atau seminar,
orang lain akan sangat sulit menghubungi telepon genggam
saya. Mengapa begitu?

Pertama, karena waktu yang paling penting adalah ketika saya


101 Brahma

mendengarkan ceramah itu. Kedua, pembicara di ceramah itu


adalah orang yang paling penting untuk saya saat itu. Karena
pada saat itu dialah yang sedang bersama saya, bukan orang
yang menghubungi saya lewat sms atau telepon. Barulah
setelah selesai ceramah, orang yang menghubungi saya lewat
sms atau menelepon saya menjadi orang yang paling penting
untuk saya. Selesai ceramah saya akan langsung menghubungi
orang yang menelpon saya sebelumnya. Inilah salah satu cara
saya dalam mempraktikkan cerita ”Tiga Pertanyaan Kaisar”.

Keempat cerita tadi hanya segelintir dari 108 cerita dalam


buku ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”. Banyak cerita
lainnya yang menginspirasi saya dan membuat saya menjadi
lebih baik. Bagi Anda yang belum membaca buku ini, bacalah
sekarang juga! Apabila dalam hidup ini Anda hanya sempat
membaca 1 buku, tidak keliru kalau buku itu adalah “Si Cacing
dan Kotoran Kesayangannya”!

Setelah menjadi pengagum Ajahn Brahm selama bertahun-


tahun, saya baru bisa bertemu beliau secara langsung ketika
beliau datang ke Indonesia pada Februari 2009. Selanjutnya
pada Maret 2010, ketika beliau memberikan ceramah dan
pelatihan meditasi di berbagai kota di Indonesia atas undangan
Ehipassiko Foundation.

Berikut ini adalah kesan-kesan saya tentang Ajahn Brahm yang


menginspirasi saya.
102 Brahma

Pertama, Ajahn Brahm adalah salah satu orang paling bahagia


yang pernah saya temui. Kebahagiaannya terlihat dari pancaran
senyumnya yang berasal dari ketulusan hati. Setiap kali berada
dekat dengan beliau, perasaan saya selalu bahagia dan damai.
Ajahn Brahm selalu tampak bahagia kapan pun dan di mana
pun. Dalam hal kebahagiaan, Ajahn Brahm memiliki gelar S4,
yaitu: Selalu Senang Setiap Saat. HaHaHa....

Kedua, Ajahn Brahm selalu ingin menyenangkan orang lain.


Contohnya ketika beliau selesai ceramah di Grand Chapel,
Karawaci, lebih dari seribu orang pengunjung mengantre
untuk meminta tanda tangan beliau. Para panitia yang baik
hati khawatir kalau Ajahn Brahm sakit dan kelelahan karena
menandatangani seribuan buku. Akan tetapi, karena cinta
kasih Ajahn Brahm yang begitu besar kepada setiap orang,
beliau tetap tersenyum bahagia menandatangani buku-buku
(dan kaos-kaos Love You!) yang disodorkan kepadanya.

Selain itu, beliau tidak pernah absen memberikan senyum


tulusnya apabila ada pengunjung yang ingin berfoto
bersamanya. Dalam hal senyum kepada orang lain Ajahn
Brahm juga bergelar S4, yaitu: Selalu Senyum Setiap Saat.
HaHaHa....

Sungguh menakjubkan sekali! Beliau selalu melayani orang


lain dengan sepenuh hati.

Ketiga, Ajahn Brahm adalah salah satu orang yang paling


103 Brahma

positive thinking (berpikiran positif ) dan positive feeling


(berperasaan positif ) yang pernah saya temui.

Selain itu, Ajahn Brahm selalu tenang-seimbang terhadap


segala sesuatu yang terjadi, entah itu baik atau buruk, beliau
selalu mengatakan ”Very Good” dan beliau tetap senantiasa
happy.

Pernah pada siang bolong yang panas terik di Padang, saya


mengeluh kepada beliau, “Duh, panas sekali ya, Ajahn!”
Akan tetapi beliau malah menjawab, “No, it’s nice!” (Tidak, ini
asyik!). Wow, saya sangat kagum mendengar komentarnya
itu. Sungguh tidak ada penolakan terhadap lingkungan
sekitarnya.

Kemudian yang keempat, Ajahn Brahm adalah salah satu


tokoh spiritual yang dikenal di banyak negara. Salah satu
bukunya, ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, diterbitkan
20 bahasa. Ceramah dan tulisan beliau tidak hanya digemari,
namun juga mencerahkan banyak orang di banyak negara,
termasuk saya salah satunya. Akan tetapi, yang membuat
saya kagum bukanlah popularitas beliau yang sedemikian
mengagumkannya, melainkan, Ajahn Brahm ”memanfaatkan”
popularitasnya demi kebaikan dan kebahagiaan banyak
orang.

Sebagai tokoh spiritual yang dikenal oleh masyarakat dunia,


beliau tetaplah seorang biksu sederhana yang bersahaja. Biksu
104 Brahma

yang mudah melayani dan mudah dilayani. Biksu yang hanya


membawa mangkuk dan tas kainnya saja dari negara satu ke
negara lainnya. Pelayanan yang dilakukannya kepada orang
lain sungguh mengagumkan. Ajahn Brahm memanfaatkan
kepiawaiannya dalam berceramah, menulis, dan bermeditasi
demi kebaikan dan kebahagiaan orang banyak.

Demikianlah saya belajar dari Ajahn Brahm, belajar tentang


cinta, kebijaksanaan, keharmonisan, kedamaian, pelayanan,
dan kebahagiaan.

Semoga Anda semua juga dapat belajar dari Ajahn Brahm.

”Bagian terberat dari segala sesuatu dalam


hidup, adalah... memikirkannya.”—Ajahn
Brahm (guru kebahagiaan dan keheningan)
105

Ha!
HAPPIEST
106

Dua Sayap
17
Dua Sayap

Ribuan tahun yang lalu, tidak pernah terbayangkan oleh


manusia, bahwa manusia dapat terbang seperti sekarang ini.
Ya, dengan pesawat terbang, manusia dapat bepergian dari
tempat satu ke tempat lainnya dengan lebih cepat.

Ketika saya berada di pesawat terbang, saya sering melihat


keluar jendela pesawat untuk melihat pesawat tinggal landas.
Saya sangat takjub melihat kecanggihan pesawat terbang saat
tinggal landas. Sebelum tinggal landas, pesawat melaju dengan
kecepatan tinggi sebagai pendorong untuk mengangkat berat
pesawat, dan pesawat itu naik sedikit demi sedikit. Pesawat
dengan dua sayapnya dapat terbang mengarungi “lautan”
awan di angkasa. Sungguh menakjubkan!

Saya tidak henti-hentinya mengagumi hal ini! Kejeniusan


pikiran manusia sangat mengagumkan hingga bisa-bisanya
membuat pesawat terbang, benda yang dapat menerbangkan
ratusan manusia dan bagasi di dalamnya. Selain itu, manusia
juga dapat membuat hal yang tadinya dianggap tidak mungkin,
menjadi mungkin!

Akan tetapi....
Dua Sayap

Seperti dua sisi uang logam yang saling berdampingan,


demikian pula dengan kenyataan dalam hidup, positif
dan negatif selalu berdampingan. Pesawat terbang dapat
bermanfaat untuk kebaikan banyak orang, akan tetapi
pesawat terbang juga dapat diubah menjadi pesawat tempur
yang dapat menjadi pemusnah massal yang membuat jutaan
manusia menderita.

Berbicara mengenai pesawat tempur, pasti berhubungan


dengan perang; dan membicarakan perang, pasti berhubungan
dengan bom. Saya pernah membaca artikel tentang bom yang
bernama Tzar Bomba. Tzar Bomba berarti kaisar dari segala
bom, bom yang mahadahsyat ledakannya. Tzar Bomba adalah
sebuah bom nuklir yang diciptakan oleh Uni Soviet, yang
pernah diuji coba pada tahun 1961. Tsar Bomba berbobot
27 ton dan diangkut oleh pesawat TU-95 yang merupakan
pesawat pengebom terbesar pada zamannya.

Ketinggian pelepasan bom adalah 34.500 kaki, dan sewaktu


meledak memiliki daya ledak sebesar 50 Megaton TNT yang
sebanding dengan seluruh bom yang meledak pada Perang
Dunia II dikalikan 10. Menyeramkan!

Pada Perang Dunia II, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima


dan Nagasaki, Jepang, telah menyebabkan 220.000 orang
meninggal dan ribuan orang lainnya mengalami sakit serius
akibat terkena radiasi dari bom atom ini.
109 Dua Sayap

Anda bisa bayangkan sendiri apabila Tzar Bomba digunakan


sebagai alat perang dan dijatuhkan ke sebuah negara. Bom
yang kekuatannya 10 kali lipat bom di Hiroshima plus Nagasaki
ini akan menyebabkan jutaan nyawa melayang dan jutaan
makhluk lainnya menderita untuk jangka panjang.

Huhh....

Betapa hebatnya kejeniusan pikiran manusia dapat menciptakan


senjata pemusnah massal yang dapat menghilangkan jutaan
nyawa seketika! Begitu mengetahui hal ini, saya menyadari satu
hal bahwa dalam hidup, kita akan selalu dihadapkan pada pilihan-
pilihan. Hal ini diibaratkan seperti seekor burung yang mempunyai
dua sayap. Sayap ini dapat membawa si burung terbang ke mana
pun ia suka. Ia dapat memilih, apakah terbang ke tempat yang
gelap, kotor, penuh kebencian, dan kemarahan, atau ia memilih
tempat yang terang, bersih, dan penuh cinta kasih.

Ya, kita seperti burung yang mempunyai dua sayap di


punggung. Kita bebas memilih apa yang mau kita lakukan, kita
dapat memilih menjadi baik atau buruk, menjadi bijak atau
bodoh, bahagia atau menderita.

Dengan mendengarkan suara hati, marilah kita memilih


untuk menjadi pahlawan kehidupan. Kita memilih untuk
menjadi pahlawan kehidupan yang penuh dengan cinta kasih,
ketulusan, kepedulian, dan kebijaksanaan terhadap orang-
orang di sekitar kita.
Dua Sayap

”Mana yang lebih ingin Anda miliki: harta


berlimpah atau kemampuan untuk menikmati
hidup?”—Anthony de Mello (pastur penulis
buku Kicauan Burung).
111

Seperti Apakah
Aku Mati Nanti?
18
Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

Seperti seekor burung yang memiliki dua sayap, kita bebas


memilih apa yang ingin kita lakukan dalam hidup. Demikian
pula dengan kematian. Ilustrasi berikut ini dapat memberikan
gambaran kepada kita, kematian seperti apakah yang kita
inginkan?

Ada dua orang sahabat yang berteman sejak mereka masih


anak-anak. Kedua sahabat ini sama-sama menjadi bussinessman
sukses dengan harta, takhta, strata, dan kereta yang diidamkan
semua orang. Waktu pun berlalu, kedua sahabat ini sama-sama
telah berkeluarga. Keduanya menjalani hidupnya masing-
masing.

Kisah hidup pertama, bussinessman pertama senang belajar


dan praktik kebajikan, ia senang mendengarkan ceramah
kebajikan, selain itu ia juga senang melakukan amal. Tentu
saja, bussinessman baik ini sering, mudah, dan awet dalam
kebahagiaannya sendiri. Selain itu, ia juga seorang humoris,
yang dapat menceriakan suasana. Banyak sekali orang yang
menyayanginya.

Tahun demi tahun pun berlalu, bussinessman ini pun telah


berusia lanjut. Pada saat jelang ajal, puluhan orang setia
113 Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

mendampingi di sisi pembaringannya dan menantikan


pesan terakhir yang akan disampaikan oleh bussinessman
kita ini. Beberapa saat kemudian, tampak bussinessman ini
akan mengucapkan suatu kata, yang mungkin untuk terakhir
kalinya. Kemudian dengan suara parau pelan, ia mengatakan,
“Kalian yang bahagia ya....”

Setelah itu ia pergi meninggalkan dunia ini dengan damai dan


penuh kebahagiaan.

Itulah kisah hidup bussinessman pertama yang hidup senang


dan mati tenang.

Selanjutnya, bagaimanakah kisah hidup bussinessman kedua?

Bussinessman kedua orang yang sangat kikir, ia tidak suka


mendengar ceramah kebajikan, hanya setahun sekali ia mau
mengunjungi wiharanya, itu pun setelah dipaksa berulang-
ulang kali plus omelan oleh istrinya. Suatu ketika, pada suatu
acara ceramah yang disampaikan oleh seorang biksu bijak,
bussinessman ini “tidak sengaja” mendengarkan ceramah.
Biksu itu mengatakan bahwa, “Apabila Anda ingin terlahir di
alam surga setelah kematian, ingatlah dua kata ini sebelum
Anda mati! Dua kata itu adalah ‘Bajik’ dan ‘Bijak’”.

Bussinessman kita ini rupa-rupanya sangat terkesima dengan


uraian dari biksu tersebut. Namun masalahnya, ia jarang ke
wihara dan malas membaca buku Dharma, apalagi berbuat
114 Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

kebaikan. Tapi, sebagai businessman kelas dunia yang sudah


makan ”asam-garam” di dunia bisnis, ia segera mencari akal.
Setelah memikirkannya selama berjam-jam. Akhirnya, ia
menemukan suatu akal yang cemerlang.

Businessman kita ini rupanya punya dua putra. Demi mengejar


ambisi untuk terlahir kembali di alam surga, ia lantas mengganti
nama kedua putranya itu menjadi ”Bajik”, dan ”Bijak”. Ia yakin,
saat kematiannya menjelang, pasti kedua putranya akan
berada di sisi pembaringannya. Nah, pada saat itulah, ketika
ia melihat kedua putranya untuk terakhir kalinya, ia pasti akan
teringat dan menyebut nama-nama mereka, yaitu Bajik dan
Bijak. Saat itu pulalah, ia akan mengucapkan terus nama-nama
mereka itu, sampai detik terakhir penghujung hayatnya.

Dengan segera nama kedua putranya diganti. Dan sejak itu, ia


tidak pernah lagi datang ke wihara, karena merasa tidak perlu
lagi.

Suatu ketika, ia sakit keras. Ia sadar bahwa lonceng kematiannya


sebentar lagi akan berdentang. Dari pembaringannya, segera
ia memanggil kedua putranya. Dan benar saja, sesuai akalnya
yang cerdik itu, ketika ia memanggil nama kedua putranya,
segera ia teringat untuk menyebut nama-nama mereka terus-
menerus. Lalu ia mulai melafal seraya melihat wajah kedua
putranya satu per satu, “Bajik, Bijak.... Bajik, Bijak.... Bajik, Bijak....
Bajik, Bijak....”
115 Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

Ketika sedang asyik-asyiknya melafal, tiba-tiba terlintas di


dalam benaknya suatu pemikiran, yang spontan menyembur
keluar lewat mulutnya, “Lho, kalau kalian berdua di sini, lantas
siapa yang menjaga toko kita?” Sialnya, pada saat berpikiran
kesal seperti itulah, businessman kita ini meninggal! Semoga
saja ia tidak terlahir di alam menderita.

Seperti yang dikatakan oleh Master Shantideva: ”Semua


kebahagiaan di dunia ini disebabkan oleh niat untuk
membahagiakan pihak lain, sedangkan semua penderitaan
di dunia ini disebabkan oleh niat untuk membahagiakan
diri sendiri saja.”

Saat-saat terakhir menjelang kematiaannya, bussinessman


pertama tetap memikirkan kebahagiaan pihak lain. Dengan
begitu, berarti orang ini sudah bahagia, dan mengharapkan
orang lain bahagia sama seperti dirinya.

Sedangkan saat-saat terakhir menjelang kematiannya,


bussinessman kedua masih tetap memikirkan kebahagiaan
dirinya sendiri saja. Ia tidak merelakan toko kesayangannya
mengalami kerugian. Dengan begitu, orang ini mati dengan
ketidakpuasannya.

Mungkin Anda berpendapat, kalau begitu tidak boleh


membahagiakan diri sendiri? Saran saya, coba baca sekali lagi
kalimat Master Shantideva di atas. HaHaHa....
116 Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

”Semua kebahagiaan di dunia ini disebabkan oleh niat untuk


membahagiakan pihak lain, sedangkan semua penderitaan
di dunia ini disebabkan oleh niat untuk membahagiakan diri
sendiri saja.”

Membahagiakan diri sendiri tentu boleh-boleh saja, asal


tidak merugikan pihak lain. Tapi kalau sudah ”berpusat” pada
kebahagiaan diri sendiri saja, maka hal ini akan menjadi
masalah besar bagi diri kita sendiri, yang malah membuat kita
jadi tidak dapat menikmati hidup.

Jadi, mau seperti apakah Anda mati nanti?

”Situasi kita di bumi ini memang aneh. Masing-


masing dari kita datang untuk kunjungan
singkat, tanpa mengetahui alasannya, namun
terkadang tampaknya demi suatu tujuan yang
ilahi. Namun dari sudut pandang kehidupan
sehari-hari, ada satu hal yang kita ketahui, bahwa
manusia ada di bumi demi kepentingan manusia lainnya.”—
Albert Einstein (ilmuwan terbesar abad ke-20)
Dua Guru Sejati
19
Dua Guru Sejati

Banyak sekali guru dalam hidup ini yang kita temui, mereka
berjasa besar kepada kita dengan pelajaran, inspirasi, motivasi,
dan pengetahuan yang telah diberikan kepada kita.

Tanpa kita sadari, selain orang-orang yang telah berjasa menjadi


guru kehidupan kita, ada dua guru kehidupan lagi yang seringkali
tidak kita sadari keberadaannya. Dua guru kehidupan ini selalu
menemani kita kapan pun dan di mana pun kaki kita berpijak.
Dua guru kehidupan ini adalah guru seumur hidup kita!

Siapakah mereka?

Guru pertama adalah guru terbesar yang kita temui setiap


saat. Kita tidak dapat lari dari guru pertama ini, karena ia ada
di mana-mana. Guru pertama bisa sangat keras terhadap kita
tapi bisa juga sangat bersahabat terhadap kita. Guru pertama
ini adalah yang kita kenal dengan sebutan ”ALAM”.

Ya, alam adalah guru terbesar yang kita kenal. Bukankah semua
yang kita miliki saat ini berasal dari alam? Makanan, air, api,
listrik, pakaian, rumah, kendaraan, uang, dan lain-lain berasal
dari alam. Sedangkan kita semua para manusia adalah bagian
dari alam. Alam yang sungguh besar.
119 Dua Guru Sejati

Apabila kita menggunakan kekayaan alam ini dengan


bijaksana, kita akan mendapatkan kesehatan, kejayaan, dan
kemakmuran. Tetapi sebaliknya, ketika kita menggunakan
kekayaan alam ini dengan tidak bijaksana, kita akan mengalami
sakit, kehancuran, kesedihan, dan kesukaran.

Segala sesuatu terus berubah, termasuk alam yang mahabesar


ini. Mungkin nenek moyang kita tidak pernah terbayang bahwa
teknologi bisa secanggih sekarang. Teknologi berkembang
begitu pesatnya sehingga jarak bukan lagi menjadi masalah.

Beberapa puluh tahun yang lalu, orang masih menggunakan


surat untuk mengirim pesan. Akan tetapi, sekarang kita sudah
dapat menggunakan e-mail atau sms untuk mengirim pesan.
Dalam hitungan detik, pesan yang kita kirim sudah dapat
sampai kepada orang yang kita tuju di belahan dunia lain.
Bahkan penggunaan telepon genggam menjadi sedemikian
canggih, ketika bercakap-cakap melalui telepon genggam,
kita dapat saling melihat wajah satu sama lain melalui layar
telepon. Menakjubkan!

Ketika saya duduk di bangku SD, saya pernah membayangkan


hal ini sebelumnya, bahwa akan sangat keren sekali apabila
saat menelepon, kita bisa saling melihat wajah satu sama
lain melalui layar monitor. Akan tetapi, saya tidak menyangka
bahwa bayangan saya itu menjadi kenyataan pada saat ini.
120 Dua Guru Sejati

Dari perkembangan teknologi ini, kita belajar satu hal penting


dalam hidup. Alam mengajarkan kita tentang perubahan. Ya,
dari masa ke masa, kehidupan manusia terus berubah.

Satu kisah nyata yang saya alami sendiri tentang perubahan


alam adalah ketika terjadi gempa di Padang. Sebulan sebelum
terjadi gempa, saya berada di Kota Padang, selama 3 hari.

Pada saat terjadi gempa, saya melihat kejadian itu melalui


televisi, saya sangat sulit menerima kenyataan itu. Saya seakan
tidak percaya, bahwa kota yang baru saya datangi bulan lalu
menjadi lumpuh seketika.

Ketika gempa terjadi, saya merenungi kejadian itu, “Bagaimana


bila gempa terjadi saat saya berada di Padang?” Mungkin saya
yang akan berada di reruntuhan bangunan, tertimbun akibat
gempa dahsyat itu. Hmm.... Perubahan datang, seketika!

Selain itu, dari alam kita juga dapat belajar hal penting lainnya
tentang proses perubahan. Kita belajar siklus alamiah yang
akan dialami setiap orang, yaitu: lahir, sakit, tua, dan mati. Satu
persatu orang yang kita kenal akan mengalami sakit, tua, dan
mati. Selain itu, kita juga akan menemui bayi-bayi baru yang
lahir setiap harinya, bayi-bayi akan tumbuh besar, tetapi tetap
tidak dapat terhindar dari sakit, tua, dan mati.

Kita dapat merenungkan satu hal tentang proses kehidupan


ini, bahwa ketika kita mati nanti, semua sisa tubuh kita ini pun
121 Dua Guru Sejati

akan kembali ke alam. Apa pun pilihan keluarga kita nanti,


entah itu dikremasi ataupun dikebumikan, sisa-sisa jasad kita
ini pun akan kembali ke alam.

Dari perubahan ini kita dapat belajar dari alam, ketika alam
“bekerja” secara alami, segala yang kita miliki, semua yang
berasal dari alam akan kembali ke alam juga. Segala yang
terkondisi, apa pun itu, entah itu rumah bertingkat, perhiasan
mahal, mobil mewah, pencakar langit sekalipun akan hancur.
Semuanya pasti akan berlalu....

Dari hal ini, saya menarik kesimpulan bahwa kualitas


kehidupan seseorang, bukanlah dinilai dari apa yang ia dapat
dari alam. Akan tetapi, kualitas kehidupan seseorang dinilai
dari bagaimana ia mensyukuri hidup saat ini, dan apa yang ia
berikan untuk alam.

Inilah guru pertama yang kita kenal, yang akan selalu memberi
kita pelajaran tentang perubahan. Perubahan yang dapat
terjadi seketika, kapan pun dan di mana pun kita berada.

Selanjutnya, siapakah yang menjadi guru kedua kita?

Guru kedua adalah guru terbijaksana yang kita kenal. Guru


kedua adalah ia yang selalu belajar dari kesalahan, kemudian
memperbaikinya. Guru kedua ini selalu mau belajar dari alam
dan bagian-bagiannya. Guru kedua ini yang kita kenal dengan
sebutan “Peng-ALAM-an”. Ya, pengalaman.
122 Dua Guru Sejati

Sebuah pepatah bijak mengatakan: “Pengalaman adalah


guru terbaik.” Saya setuju dengan kalimat bijak ini. Ketika kita
pernah melakukan kesalahan, maka pengalaman menjadi
guru terbaik agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama.
Karena sesungguhnya tidak ada kata salah, yang ada kita
belum belajar.

Tidak cuma belajar dari pengalaman pribadi, sesungguhnya


kita pun dapat belajar dari pengalaman hidup orang lain.
Untuk itu, kita seharusnya menjadi pribadi yang rendah hati,
dan mau belajar dari orang lain. Dengan banyak bertanya dan
mendengarkan, biasanya kita akan mendapat “pencerahan-
pencerahan kecil” dari pengalaman hidup orang lain.

Inilah “Dua Guru Sejati”, ALAM dan PENGALAMAN, yang akan


selalu mengajarkan kita banyak hal dalam hidup ini. Dua guru
sejati mengajarkan pesan yang sangat penting bahwa, “Segala
yang terkondisi pasti akan hancur, untuk itu kita harus terus
berjuang dengan penuh semangat dan kesadaran!”

Gate Gate Pāragate Pārasagate Bodhi Svāhā (Laju, Laju,


Lajulah Menyeberang, Lajulah Menyeberang Bersama, Menuju
Pencerahan)—Sutra Hati
Delapan Angin Dunia
20
Delapan Angin Dunia

Sebelum meninggal, seorang ayah mengatakan pesan


terakhir kepada putra-putrinya. Pesan itu berbunyi, “Tetaplah
tenang-seimbang menghadapi Delapan Angin Dunia!” Setelah
mengatakan pesan terakhirnya itu, si ayah meninggal dengan
tenang.

Sepasang kakak-adik ini tidak mengerti apa maksud dari pesan


terakhir yang disampaikan oleh ayah mereka. Bertahun-tahun
lamanya mereka tidak menemukan jawaban atas apa yang
disebut Delapan Angin Dunia. Sampai suatu hari, ada seorang
biksu datang ke kota mereka untuk mengajarkan kepada
mereka ajaran kebijaksanaan.

Kedua kakak-adik ini menyambut penuh sukacita mendengar


kedatangan biksu ini dan segera menemui biksu bijak ini dan
menanyakan arti dari “Delapan Angin Dunia.”

Dengan tenang biksu bijak ini menjelaskan, “Delapan Angin


Dunia adalah empat pasang perubahan, yaitu: untung-
rugi, suka-duka, terkenal-tersisih, dipuji-dicaci. Inilah
empat pasang perubahan yang akan selalu kita temui dalam
menjalani hidup ini.”
125 Delapan Angin Dunia

”Lantas bagaimana cara kita menyikapi Delapan Angin Dunia


ini dalam kehidupan sehari-hari?” tanya si kakak.

Biksu ini kembali menjelaskan, “Ketika Anda mendapat


keuntungan, bertanyalah, ‘Hal-hal apa saja yang
menyebabkan aku mendapat keuntungan?’ Sebaliknya
apabila Anda mengalami kerugian, bertanyalah, ‘Hal-hal apa
saja yang menyebabkan aku mengalami kerugian?’ Teruslah
mengembangkan hal-hal baik yang menyebabkan Anda
mendapat keuntungan, dan kurangilah hal-hal buruk yang
menyebabkan Anda mengalami kerugian.”

“Yang kedua, ketika Anda sedang merasa suka, nikmatilah rasa


suka itu, bahagialah! Akan tetapi ketika Anda merasa duka,
carilah solusi dari masalah yang Anda hadapi, jadilah lebih baik
dengan masalah-masalah kehidupan yang Anda alami!”

“Yang ketiga, ketika Anda terkenal dan memiliki popularitas,


janganlah takabur, manfaatkanlah popularitas yang Anda miliki
untuk menginspirasi orang banyak agar hidup mereka menjadi
lebih baik. Ketika Anda tersisih, janganlah terpuruk, bertanyalah
kepada diri sendiri, ‘Mengapa aku disisihkan dari lingkungan?
Apa yang telah kulakukan sehingga aku tersisih? Hal apa yang
harus aku perbaiki sehingga aku tidak disisihkan lagi?’”

“Yang keempat, ketika Anda dipuji, bertanyalah kepada diri


sendiri, ‘Hal-hal baik apa yang telah kulakukan sehingga
aku mendapatkan pujian ini?’ Apabila Anda dicaci, tetaplah
126 Delapan Angin Dunia

sabar menghadapi cacian itu, jadikanlah cacian orang lain


sebagai ‘vitamin’ yang membuat Anda lebih kuat, selain terus
memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik!”

“Inilah penjelasan tentang Delapan Angin Dunia yang akan


selalu menemani langkah kita di mana pun kakimu berpijak,”
kata si biksu. Kemudian kedua kakak-adik itu berseru,
“Menakjubkan Biksu, menakjubkan!”

Pelajaran terbaik tentang Delapan Angin Dunia ini adalah


mengenai perubahan. Ketika perubahan datang seketika,
keuntungan yang kita alami bisa berubah menjadi kerugian
besar-besaran. Ketika kita merasa sangat bahagia, hal itu pun
bisa berubah dengan seketika menjadi tangis kesedihan.
Ketika kita terkenal dan memiliki popularitas di mana-mana,
hal ini pun bisa berubah seketika menjadi banyak orang yang
menyisihkan kita. Ketika kita mendapat banyak pujian atas
perbuatan yang telah kita lakukan, hal ini pun juga dapat
berubah seketika menjadi caci maki hinaan dari orang lain.

Ya, perubahan selalu datang begitu saja, dan sering terjadi


seketika!

Inti dari cerita Delapan Angin Dunia ini adalah untung atau
rugi, suka atau duka, terkenal atau tersisih, dipuji atau dicaci,
semuanya pasti akan berlalu. Yang terpenting adalah
bagaimana kita menyikapi Delapan Angin Dunia ini secara
bijaksana dan tenang-seimbang.
127 Delapan Angin Dunia

”Jangan menjadi pohon kaku yang


mudah patah. Jadilah bambu yang
mampu bertahan melengkung
melawan terpaan angin.”—Bruce Lee
(legenda kungfu)
128

Siluman Kehidupan
21
Siluman Kehidupan

Selama kita hidup, kita harus terus belajar. Apabila kita tidak
belajar, maka alam yang akan memberi kita pelajaran. Kita
masih tidak belajar, alam akan terus memberi kita pelajaran.
Hidup itu tidak sempurna, maka kita harus keras terhadap diri
sendiri!

Beberapa abad dari sekarang, manusia di Bumi akan kedatangan


sesosok siluman. Siluman ini berwajah sangat mengerikan
dan sangat kuat sekali. Tidak satu pun senjata api yang dapat
melukai tubuhnya. Siluman ini memiliki kesaktian yang tiada
tandingannya oleh siapa pun di Bumi ini. Untouchable! Yang
lebih mengerikan lagi, siluman ini dapat memperbanyak diri
setiap harinya!

Siluman ini akan memukul dan mengikat mereka yang malas,


rendah diri, putus asa, angkuh, egois, dan tamak. Sebaliknya,
siluman ini bersikap baik kepada mereka yang rajin, semangat,
selalu mau belajar, tangguh, rendah hati, dan pantang menyerah.

Tali pengikat siluman ini dapat melemah apabila orang-orang


yang diikat telah menyadari kekeliruannya dan mereka mau
mengubah diri menjadi lebih baik. Tali pengikat mereka akan
lepas begitu saja. Tetapi apabila orang tersebut kembali malas,
130 Siluman Kehidupan

rendah diri, putus asa, angkuh, egois, atau pun tamak, tali
pengikat akan kembali mengikat.

Kita namakan monster ini sebagai “Siluman Kehidupan”!

Siluman Kehidupan di sini adalah suatu perubahan


kondisi yang dapat muncul seketika (baca Delapan Angin
Dunia). Siluman Kehidupan dapat muncul kapan saja, dan
dalam bentuk apa saja. Siluman Kehidupan siap memberi
pelajaran kepada kita yang malas, rendah diri, putus asa,
angkuh, egois, atau pun tamak. Ia akan memberi pelajaran
setimpal atas kekeliruan yang telah kita lakukan! Tali pengikat
itu sendiri dapat berarti ketidaknyamanan yang kita rasakan
saat perubahan datang.

Bagi saya sendiri, hidup itu keras. Saya seringkali melihat


kerasnya hidup ketika melihat orang-orang di sekitar saya
yang tidak mempunyai rumah, tidak dapat mengonsumsi
cukup makanan, dan menderita sakit parah. Saya tidak dapat
berkeras hati dengan tidak memedulikan mereka.

Saya merasa beruntung masih dapat tinggal di rumah beratap,


masih dapat mengonsumsi cukup makanan, dan masih sehat.
Akan tetapi, saya harus keras terhadap diri sendiri untuk
memanfaatkan “keberuntungan” saya ini dengan terus belajar,
semangat, giat, dan pantang menyerah agar saya dapat
membantu sedikit “melunakkan” hidup mereka yang dalam
kesukaran.
131 Siluman Kehidupan

Dengan keras terhadap diri sendiri, Siluman Kehidupan dapat


berubah menjadi sahabat baik hati, yang selalu memotivasi
kita menjadi lebih baik setiap harinya.

Akan tetapi..., apabila kita malas, rendah diri, putus asa, angkuh,
egois, atau pun tamak, Siluman Kehidupan mungkin saja akan
benar-benar datang untuk menghukum kita! Untuk itu, mari
kita bersama-sama melatih diri untuk keras terhadap diri
sendiri dalam hal rajin, semangat, selalu mau belajar, tangguh,
rendah hati, dan pantang menyerah!

“Jika kita keras terhadap diri sendiri, maka


kehidupan akan lunak terhadap Anda. Jika Anda
lunak terhadap diri sendiri, maka kehidupan
akan keras terhadap Anda.”—Andrie Wongso
(Motivator No.1 Indonesia)
Monyet
22
Monyet

Di suatu hutan hiduplah sekelompok monyet. Pada suatu


hari, tatkala mereka tengah bermain, tampak oleh mereka
sebuah toples kaca berleher panjang dan sempit yang bagian
bawahnya tertanam di tanah. Di dasar toples itu ada kacang
yang sudah dibubuhi dengan aroma yang disukai monyet.
Rupanya toples itu adalah perangkap yang ditaruh di sana
oleh seorang pemburu.

Salah seekor monyet muda mendekat dan memasukkan


tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang-kacang
tersebut. Akan tetapi tangannya yang terkepal menggenggam
kacang tidak dapat dikeluarkan dari sana karena kepalan
tangannya lebih besar daripada ukuran leher toples itu. Monyet
ini meronta-ronta untuk mengeluarkan tangannya itu, namun
tetap saja gagal.

Seekor monyet tua menasihati monyet muda itu, “Lepaskanlah


kepalanmu! Engkau akan bebas dengan mudah!” Namun
monyet muda itu tidak mengindahkan anjuran tersebut, tetap
saja ia bersikeras menggenggam kacang itu.

Segera sang pemburu datang dari kejauhan. Sang monyet tua


kembali meneriakkan nasihatnya, “Lepaskanlah kepalanmu
134 Monyet

sekarang juga agar kamu bebas!” Monyet muda itu ketakutan,


namun tetap saja ia bersikeras untuk mengambil kacang itu.
Akan tetapi, pada akhirnya ia melepaskan kepalan itu. Ya, ia
melepaskannya setelah ia disembelih oleh pemburu itu.

Tahu kenapa ia baru melepaskan kepalannya ketika disembelih?


Jawabnya, “Karena... ia monyet!” HaHaHa....

Cerita ini saya ambil dari Buku Pelajaran Agama Buddha SD


Kelas 5, yang diterbitkan Ehipassiko Foundation. Cerita yang
sangat mencerahkan dan menginspirasi!

Dari cerita ini kita dapat belajar beberapa hal tentang


perubahan dalam hidup. Seberapa sering kita menjadi seperti
monyet ini? Kita bersikeras tidak mau melepaskan kepalan kita
sebelum disembelih oleh pemburu.

Monyet di sini melambangkan kita semua yang membaca


cerita ini. Dengan ego yang kita miliki, seringkali kita bersikeras
tidak mau melepaskannya. Kita sering mencari-cari alasan agar
kita tidak berubah, menggenggam kuat ego sampai suatu
saat para ”pemburu” datang. Mungkin saja para ”pemburu” ini
datang dalam bentuk “Siluman Kehidupan”, yang datang dan
menghukum kita dengan pelajaran setimpal akibat kita tidak
mau berubah.

Saya rasa semua orang pernah menjadi monyet yang


tersembelih, saya pun pernah demikian. Saya pernah menjadi
135 Monyet

monyet dungu yang disembelih oleh pemburu bernama


Siluman Kehidupan. Setelah saya merasakan sakit akibat
disembelih, barulah saya berubah. Kata orang, sebelum tahu
kalau api itu panas, anak-anak akan terus bermain api.

Pelajaran terpenting dari cerita ini bukanlah mengingatkan kita


pernah menjadi monyet dungu yang tidak mau melepaskan
kepalannya walaupun tahu bahwa pemburu sudah datang
mendekat.

Akan tetapi....

Pelajaran yang bisa kita petik dari cerita ini adalah bahwa kita
masih memiliki kesempatan untuk menjadi monyet bijaksana
yang mau melepaskan kepalan sebelum pemburu datang
untuk menyembelih kita. Saat ini kita masih memiliki
kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengurangi
ego, sebelum pemburu datang dan akan benar-benar
“menyembelih” kita.

”Benar-benar tahu berarti diubah oleh apa yang


diketahuinya.”—Anthony de Mello (pastur
penulis buku Kicauan Burung)
136

Tamparan Sejuta Makna


23
Tamparan Sejuta Makna

Seorang guru bijak melakukan sebuah ujian kepada empat


muridnya, untuk menentukan layak tidaknya mereka
memberikan pelayanan dan ceramah yang mencerahkan
kepada masyarakat luas. Keempat murid ini ditempatkan di
ruangan terpisah. Lalu mata mereka ditutup dengan sehelai
kain hitam, sehingga mereka tidak dapat melihat apa pun.

Sang guru masuk ke ruangan di mana murid pertama berada.


Kemudian, sang guru menampar wajah murid pertama.

Lalu apa yang terjadi kemudian, pastilah Anda sudah dapat


menerka. Murid pertama ini sontak menjadi sangat marah, ia
membuka penutup matanya, lalu berbalik memukul wajah si
guru. Kemudian setelah itu ia pergi meninggalkan gurunya
untuk selama-lamanya dengan membawa luka hati dan
dendam kepada sang guru.

Melihat kejadian itu, sang guru hanya tersenyum dan tidak


ada kemarahan sedikit pun kepada murid pertamanya ini.
Dengan begitu, murid pertama dipastikan tidak lulus ujian
yang diberikan sang guru.
138 Tamparan Sejuta Makna

Kemudian sang guru masuk ke ruangan murid kedua. Kemudian


ia melakukan hal yang sama—menampar wajah murid kedua.

Murid kedua segera membuka penutup matanya, lalu


menatap wajah sang guru dengan penuh kemarahan, tetapi
ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Lalu ia pun pergi
meninggalkan sang guru untuk selama-lamanya dengan
penuh kemarahan.

Melihat kejadian itu, sang guru juga tersenyum dan tetap


tenang-seimbang. Murid kedua juga dipastikan tidak lulus
ujian yang diberikan sang guru.

Selanjutnya, sang guru masuk ke ruangan murid ketiga.


Kemudian sang guru melakukan hal yang sama—menampar
wajah murid ketiga.

Murid ketiga segera membuka penutup matanya, lalu dengan


wajah kebingungan, murid ketiga ini bertanya kepada gurunya,
“Mengapa Guru menamparku?” Sang guru pun memberikan
penjelasan kepada murid ketiga, setelah mendengar penjelasan
dari sang guru, murid ketiga tercerahkan, dan meninggalkan
kediaman sang guru untuk memberikan pelayanan.

Melihat kejadian itu, sang guru tertawa dan puas melihat apa
yang dilakukan murid ketiga. Murid ketiga dipastikan lulus
ujian yang diberikan sang guru.
139 Tamparan Sejuta Makna

Selanjutnya, guru bijak ini masuk ke ruangan murid keempat.


Kemudian sang guru melakukan hal yang sama—menampar
wajah murid keempat.

Murid keempat ini segera membuka penutup matanya, lalu


ia balik menampar wajah sang guru. Kemudian ia tertawa
terbahak-bahak. Melihat muridnya tertawa terbahak-bahak,
sang guru juga ikutan tertawa. Kemudian pemandangan yang
menyenangkan berikutnya adalah guru dan murid ini pun
tertawa bersama dalam kegembiraan penuh sukacita.

Selanjutnya sang guru berkata kepada murid keempat, “Engkau


sudah lulus ujian yang kuberikan, bagikanlah apa yang telah
kita pelajari bersama kepada mereka yang membutuhkan,
Sahabatku!”

Mengapa empat orang yang ditampar di bagian yang sama


dan dengan tingkat kekerasan tamparan yang sama, tapi
bereaksi berbeda?

Murid pertama terlalu cepat menghakimi sang guru, ketika


rasa ketidaknyamanannya terusik, murid pertama melupakan
semua ajaran kebaikan yang telah dipelajarinya. Tidak hanya
menghakimi sang guru, tetapi ia juga menyerang sang
guru untuk membalas tamparan yang dilakukan sang guru
kepadanya. Setelah puas, ia meninggalkan sang guru dengan
kemarahan dan kebencian yang akan melukai dirinya sendiri
sepanjang hidupnya.
Tamparan Sejuta Makna

Murid kedua juga terlalu cepat menghakimi sang guru. Ia


tidak menanyakan maksud sang guru menamparnya, tetapi
langsung menghakimi secara sepihak bahwa tindakan yang
dilakukan sang guru adalah kesalahan besar. Rasa kagum
dan segan terhadap gurunya menjadi hilang seketika, karena
sang guru melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan apa
yang ia inginkan. Dengan penuh kekecewaan, murid kedua
meninggalkan sang guru. Ia meninggalkan sang guru karena
hanya berfokus terhadap sedikit anggapannya terhadap
keburukan sang guru, dan melupakan banyak kebaikan yang
telah diberikan sang guru kepadanya.

Sedangkan murid ketiga, ia tidak terburu-buru menghakimi


sang guru. Ia mau bersikap adil dengan mempertanyakan
maksud dari sang guru menamparnya. Setelah mendengar
penjelasan sang guru, ia mendapat pencerahan seketika dan
menjadi paham maksud sang guru. Dan ia bahagia atas apa
yang dipelajarinya, murid ketiga meninggalkan sang guru
untuk memberikan pelayanan dan membagikan banyak
pelajaran tak ternilai yang telah didapatnya dari sang guru.

Tahukah Anda, apa penjelasan dari sang guru sehingga murid


ketiga mendapat pencerahan seketika? Berikut ini adalah
beberapa penjelasan sang guru kepada murid ketiga tentang
tamparan yang ia lakukan:
141 Tamparan Sejuta Makna

Pertama, hidup selalu berbuah dan seringkali perubahan


terjadi seketika, begitu saja. Apabila perubahan kecil dalam
bentuk tamparan saja sudah membuat batinmu goyah, apalagi
perubahan besar yang akan kamu hadapi di dunia nyata? Hidup
ini keras dengan berbagai macam masalah yang akan kamu
temui, ingatlah selalu bahwa setiap “ tamparan kehidupan”
akan membuatmu menjadi lebih kuat, lebih tangguh, dan
lebih bijaksana.

Kedua, mengapa kita terlalu cepat menghakimi? Belajarlah


untuk hening, dan engkau akan mengetahui, dirimu terlalu
banyak bicara. Jadilah bajik, dan engkau akan menyadari,
dirimu telah terlalu keras menghakimi orang lain. Setiap
penghakiman yang kamu lakukan akan menghasilkan buah
pembelajaran, yaitu: kamu menodai batinmu sendiri dan kamu
tidak menjadi lebih bijaksana.

Ketiga, tentu saja, kamu selalu menginginkan rasa nyaman kan?


Tapi pada kenyataannya seringkali kenyataan hidup tidak
sejalan dengan apa yang kamu inginkan. Kenyamanan dan
keamananmu dapat berubah seketika. Sama seperti rasa sakit
yang muncul seketika di wajahmu, ketika aku menamparmu
tadi. Untuk itu, kamu harus belajar untuk “bersahabat” dengan
ketidaknyamanan. Apabila kamu mampu melakukannya, maka
batinmu akan selalu tenang-seimbang tak tergoyahkan oleh
segala perubahan yang akan kamu temui. Kamu akan selalu
bahagia kapan pun dan di mana pun.
142 Tamparan Sejuta Makna

Keempat, aku tahu, ada kemarahan yang muncul pada saat


aku menampar wajahmu. Namun kamu bisa menghilangkan
kemarahanmu dengan sangat cepat, seperti hilangnya tulisan
di atas pasir yang hilang disapu ombak dalam beberapa
menit saja. Kedua sahabatmu yang mendapat tamparan yang
sama dariku, pergi meninggalkanku dengan amarah. Mereka
memendam kemarahan seperti menulis di batu karang, yang
akan sangat sulit dihilangkan. Kemarahan dan kebencian itu
seperti engkau memimum racun tapi mengharapkan orang
lain yang celaka. Semakin bijaksananya seseorang bisa
dilihat dari seberapa cepat ia memaafkan orang lain.

Demikianlah penjelasan sang guru kepada murid ketiga yang


menyebabkan si murid mendapat pencerahan seketika dan
memahami sepenuhnya sifat sejati kehidupan.

Lantas, apa yang terjadi dengan murid keempat? Mengapa ia


menampar balik sang guru lalu mereka terbahak bersama?

Pertama, murid keempat sudah memahami sepenuhnya,


kalau hidup selalu berubah, dan ia juga paham bahwa
perubahan seringkali datang seketika. Batinnya sudah tidak
tergoyahkan oleh perubahan yang datang, baik itu perubahan
kecil maupun perubahan besar. Selain itu, murid keempat sudah
sering mendapat “tamparan-tamparan” keras kehidupan, ia
selalu belajar dari ”tamparan-tamparan” kehidupan dan dapat
menyikapinya dengan bijaksana.
143 Tamparan Sejuta Makna

Kedua, murid keempat ini sudah mampu bersahabat dengan


ketidaknyamanan, sehingga ia selalu merasa nyaman kapan
pun dan di mana pun ia berada. Sehingga tamparan sang guru
tidak menggoyahkan batinnya.

Ketiga, murid keempat merasakan sakit yang sama di


wajahnya akibat tamparan dari sang guru, tetapi hal itu tidak
memunculkan sedikit pun kemarahan dalam batinnya. Ia
seperti menulis di udara, yang mana goresan tulisannya
dapat dirasakan, namun tidak menimbulkan bekas apa pun.

Karena telah memahami maksud dari sang guru, maka ia


menampar balik sang guru untuk mengajaknya bersama-
sama menikmati sifat sejati kehidupan ini. Dan mereka berdua
pun menikmati sifat sejati kehidupan dengan tawa penuh
sukacita.

Tamparan kehidupan dapat membuat kita marah tetapi


juga dapat membuat membuat kita menjadi lebih bijaksana.
Manakah yang Anda pilih?

Tidak ada yang salah dengan dunia ini, namun


asumsi kita sendirilah yang membuatnya
menjadi baik atau buruk—MoM Handaka
(penulis Komik Bodhi)
Aku Akan ...
24
Aku Akan ...

Saya memiliki seorang nenek yang berusia lebih dari 80


tahun. Suatu ketika, nenek mengeluhkan kepada saya bahwa
perutnya sering sakit, demikian pula dengan pinggangnya,
pendengarannya terganggu, dan nafasnya sering sesak.

Saya merasa iba dengan nenek saya ini, tapi tidak banyak yang
bisa saya perbuat lagi selain merawat, memberikan perhatian
dan kasih sayang kepada nenek saya.

Kata-kata dari nenek memberikan penyadaran penting untuk


saya, bahwa suatu saat nanti, ketika saya sudah tua, mungkin
saya juga akan mengalami nasib yang sama, saya merasakan
sakit karena usia tua. Hmm.... Ketika itu, mungkin mata saya
menjadi tidak awas lagi, saya berjalan dengan sangat pelan
karena kaki saya tidak sekuat ketika saya muda. Saat itu,
mungkin pikiran saya menjadi pikun, tidak seperti sekarang
yang masih bisa menulis cerita-cerita seperti di buku ini. Saya
merenung dan menemukan satu kalimat penyadaran.

Aku akan... menjadi tua.

Mata tidak awas, berjalan lamban, pikiran pikun adalah ramalan


pertama saya ketika saya sudah tua. Bagaimana kalau lebih
146 Aku Akan ...

parah dari itu?

Mungkin saja nanti, sepanjang hari saya menghabiskan hari


demi hari di ranjang. Hanya bisa makan dari suapan orang-orang
yang mengasihani saya. Sepanjang hari saya menghabiskan
waktu di ranjang karena sakit parah! Mungkin saya akan sangat
merepotkan orang-orang di sekitar saya, yang harus merawat
saya setiap harinya. Saya merenung kembali dan menemukan
satu kalimat penyadaran.

Aku akan... mengalami sakit.

Kabar “baiknya”, kedua ramalan saya di atas, bisa saja tidak


terjadi. Syukurlah kalau begitu.... Tapi kemungkinannya masih
ada, yaitu saya mengalami kematian sebelum saya menjadi
tua. Ya, saya tidak akan menjadi tua, apabila saya terlebih
dahulu mati! Saya merenung kembali dan menemukan satu
lagi kalimat penyadaran.

Aku akan... mati.

Apakah tidak wajar saya yang masih muda ini merenungi


tentang kematian? Hmm.... Tidak juga. Belum tentu Anda yang
lebih tua daripada saya akan mati duluan kan? Dan untuk Anda
yang masih muda, belum tentu juga lho Anda mati belakangan
dibanding orang yang sudah tua. Siapa tahu Anda yang mati
duluan? Siapa tahu....
147 Aku Akan ...

Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi begitulah kenyataan


hidup. Ketika perubahan datang, tidak satu orang pun yang
dapat menolaknya.

Salah satu cerita yang memberikan pencerahan kepada saya


tentang kematian adalah cerita yang berjudul “Dedaunan
yang Berguguran”, (lagi-lagi) dari buku “Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya” karya Ajahn Brahm. Ringkasan ceritanya
adalah sebagai berikut:

Seorang biksu hutan yang sederhana tengah bermeditasi


sendirian di sebuah pondok jerami di tengah hutan. Pada
suatu larut malam, terjadilah badai musim hujan yang garang.
Angin menderu-deru bagaikan suara mesin jet dan hujan
lebat menerpa pondoknya. Makin malam beranjak pekat,
badai makin bertambah liar. Mula-mula, dahan-dahan pohon
terdengar tercerabut dari batangnya. Lalu seluruh bagian
pohon terenggut oleh angin ribut dan dihempaskan ke tanah
dengan suara sekeras guntur.

Sang biksu segera sadar bahwa pondok jeraminya tak akan


sanggup melindunginya. Jika sebuah pohon tumbang
menimpa pondoknya, atau meskipun cuma sebuah dahan
besar, pondoknya akan rata dengan tanah dan meremukkannya
sampai mati. Dia tidak tidur sepanjang malam. Seringkali
sepanjang malam itu, dia seolah mendengar para raksasa hutan
mendobrak permukaan tanah dan hatinya berdegup untuk
sesaat.
148 Aku Akan ...

Beberapa jam sebelum fajar menyingsing, secepat datangnya,


begitu pula badai itu berlalu. Pada dini hari, sang biksu keluar
dari pondoknya untuk memeriksa kerusakan yang terjadi.
Banyak dahan besar dan dua pohon berukuran lumayan yang
luput mengenai pondoknya. Dia merasa beruntung masih
hidup. Apa yang tiba-tiba menarik perhatiannya, bukanlah
pohon-pohon yang tercerabut dan dahan-dahan patah yang
berserakan di mana-mana, tetapi dedaunan yang sekarang
tersebar menyelimuti lantai hutan.

Seperti dugaannya, kebanyakan dedaunan yang berguguran


adalah daun-daun yang berwarna cokelat tua, yang telah
memenuhi umur kehidupannya. Di antara dedaunan yang
berwarna cokelat terdapat banyak daun yang kuning. Bahkan
terdapat pula beberapa daun yang hijau. Dan daun-daun
yang berwarna hijau itu masih segar dan cerah, sehingga sang
biksu tahu bahwa dedaunan itu baru saja jatuh dari pucuknya.
Pada saat itulah hati sang biksu memahami sifat kematian
sebagaimana adanya.

Dia ingin menguji kebenaran dari pengetahuan yang baru saja


dipahaminya, lalu dia mendongak ke arah dahan-dahan pohon
itu. Cukup meyakinkan, hampir sebagian besar dedaunan yang
tertinggal di pohonnya adalah dedaunan hijau yang sehat
segar, pada kehidupan dininya. Namun, meskipun banyak
dedaunan muda yang gugur di atas tanah, ada sebagian daun
berwarna cokelat tua peot dan keriting yang tetap bertahan
di dahannya. Sang biksu tersenyum, mulai hari itu, kematian
149 Aku Akan ...

seorang anak tak akan pernah lagi membingungkannya.

Ketika badai kematian datang menghempas keluarga kita,


badai itu biasanya mengambil orang-orang yang sudah tua,
“dedaunan yang cokelat burik”. Badai itu juga mengambil
orang-orang yang paruh baya, seperti daun-daun kuning di
pohon. Kadang, anak-anak belia pun meninggal juga, pada
usia dini mereka, seperti halnya dedaunan yang berwarna
hijau. Dan suatu kali kematian juga merenggut kehidupan dari
anak-anak yang kita kasihi, seperti badai merenggut tunas yang
masih hijau. Inilah sifat hakiki dari kematian dalam kehidupan
kita, sebagaimana hakikat badai di sebuah hutan.

Hmm.... Cerita di atas sangat masuk akal, sekali lagi, ketika


perubahan datang seketika, badai kematian datang, kita tidak
dapat menolaknya. Mati ya mati, no kompromi!

Sebagian besar dari kita menolak untuk membicarakan


tentang kematian. Kenapa? Karena kita terlalu sulit untuk
melepas orang-orang, atau hal-hal yang kita cintai. Selain sulit
melepas hal-hal yang kita senangi, hal lain yang menyebabkan
kita menolak membicarakan tentang kematian adalah terlalu
banyak keinginan dalam hidup yang belum kita raih.

Ya, seperti itulah kenyataan hidup!

Suka atau tidak suka, selama hidup ini kita akan terus bertemu
dengan ketidakpuasan, seperti: berkumpul dengan yang dibenci,
150 Aku Akan ...

berpisah dengan yang dicintai, mendapatkan apa yang tidak


diinginkan, dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Solusinya
tergantung bagaimana kita sendiri yang menyikapinya.

Salah satu alasan mengapa saya mau menulis buku adalah


karena: saya tidak tahu berapa lama lagi saya akan hidup! Saya
dapat terkena perubahan seketika kapan pun dan di mana pun,
yang mungkin saja pada waktu itu saya tidak dapat berkarya lagi.
Karena alasan inilah, saya ingin meninggalkan ”warisan” berupa
buku-buku yang saya tulis. Dan semoga cerita-cerita yang saya
tulis bisa berumur lebih lama daripada umur saya sendiri.

Cerita-cerita dalam buku-buku yang saya tulis, belumlah dapat


saya praktikkan semuanya dengan sempurna, namun saya
selalu memotivasi diri saya sendiri untuk mempraktikkan apa
yang saya tulis.

Setelah buku pertama saya yang berjudul ”Nasi Basi” terbit,


saya mendapat berbagai pujian untuk buku ini. Hidup saya
menjadi berubah, bukan karena pujian-pujian yang saya
terima, melainkan karena saya merasa diikuti. Ya, saya merasa
diikuti oleh ”Si Mangkuk”, ”Si Nasi Basi”, ”Si Kecoak”, ”Si Lalat”,
dan ”Si Cacing” yang tampil di sampul depan buku ”Nasi Basi”).
Lima ”makhluk suci” ini seakan mengawasi saya dari atas
sono. Mereka mengawasi kegiatan saya 24 jam penuh tiap
hari. Apabila ada tindakan saya yang menyimpang dari apa
yang saya tulis, mereka seakan menertawakan saya sambil
mengatakan, ”Woi, praktik woi!”
151 Aku Akan ...

Melalui cerita-cerita dalam buku ini, saya ingin mengajak Anda


para pembaca agar kita sama-sama melakukan sesuatu yang
bermanfaat selagi kita masih memiliki kesempatan. Sebelum
kita menjadi tua, sebelum kita sakit, dan sebelum kita mati.
Ingat sekali lagi, perubahan datang seketika! Perubahan
datang seketika! Perubahan datang seketika!

Jadilah pahlawan kehidupan bagi banyak orang, selagi kita


masih sehat dan hidup. Teruslah melayani orang-orang di
sekeliling kita, demi kebaikan dan demi kebahagiaan banyak
makhluk.

Aku bertekad menjadi obat bagi yang sakit.


Aku bertekad menjadi makanan bagi yang kelaparan.
Aku bertekad menjadi pelindung bagi yang takut.
Aku bertekad menjadi suaka bagi yang dalam bahaya.
Aku bertekad menjadi embun bagi yang murka.
Aku bertekad menjadi pemandu bagi yang tersesat.
Aku bertekad menjadi bahtera bagi yang menyeberang.
Aku bertekad menjadi pelita bagi yang dalam gulita.
Aku bertekad sepanjang masa, saat ini dan selamanya,
Melayani untuk menjadi sempurna,
Menjadi sempurna, untuk melayani.

—Etos Pelayanan Ehipassiko Foundation


EPILOG
Ibu Segala Guru

Pada sebuah sesi ceramah di sebuah gereja, seorang pendeta


memberikan ceramah dengan topik ”Love You”. Semua yang hadir
mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta ini.

Minggu berikutnya, pendeta ini mendapat kesempatan lagi untuk


berceramah. Dan untuk kedua kalinya ia menyampaikan ceramah
yang sama dengan minggu sebelumnya, tentang ”Love You”.

Minggu ketiga, pendeta ini mendapat kesempatan ketiga


kalinya ceramah di gereja yang sama. Dan untuk ketiga kalinya
juga, pendeta ini menyampaikan ceramah yang sama dengan
minggu-minggu sebelumnya, yaitu ”Love You”.

Karena sudah tidak tahan dan bosan dengan ceramah si pendeta,


begitu ceramah itu selesai, seorang pemuda menghampiri
pendeta itu, dan berkata, ”Pak Pendeta, Bapak sadar gak kalau
Bapak sudah ngomong hal yang sama, itu-itu-itu terus, selama
tiga minggu berturut-turut?”

Dengan tenang pendeta ini menjawab, ”Iya, saya tahu, saya


sudah berceramah tentang ‘Love You’ ini sebanyak tiga kali, akan
tetapi saya akan terus mengulang ceramah ini sampai kamu
benar-benar mempraktikkannya!”
153 Ibu Segala Guru

Ahaa.... Ada sebuah pepatah bijak dalam bahasa Inggris yang


berbunyi, ”Repetition is mother of skill”, pengulangan adalah ibu
segala guru. Untuk itu, kita harus terus menerus melakukan
pengulangan dalam belajar dan pengulangan dalam praktik,
sehingga kita dapat menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih
bijaksana dalam hidup ini.

Love You,
Vidi Yulius Sunandar
Pulau Dewata, 8 - 5 - 10
Profil Penulis

Vidi Yulius Sunandar lahir di Jakarta, 3 Desember 1986. Ia


menyelesaikan studi S1-nya di Universitas Pelita Harapan,
Tangerang, jurusan Desain Komunikasi Visual pada Juni 2009.
Saat ini ia berkarya di Ehipassiko Foundation sebagai Desainer
Grafis dan Dharmaduta.

Pemuda satu ini memiliki hobi membaca, main bola, main


games, menyanyi, dan menonton sepak bola. Semasa kuliah
di Universitas Pelita Harapan, ia pernah menjabat sebagai
Koordinator Rohani di Keluarga Mahasiswa Vidya Buddhis.

Ia menulis buku pertamanya yang berjudul “Nasi Basi”. Buku


“Love You” ini adalah buku kedua yang ditulisnya.

Saat ini Vidi tinggal bersama mama dan papanya di Pondok


Kopi, Jakarta Timur. Vidi bisa dihubungi melalui e-mail:
berpijak@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai