Anda di halaman 1dari 43

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN
KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 3/PER-BRSDM/2020

TENTANG

PEDOMAN KERJA
PENYULUH PERIKANAN TAHUN 2020

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran tugas dan fungsi


Penyuluh Perikanan dalam melaksanakan
pendampingan kepada pelaku utama dan pelaku
usaha kelautan dan perikanan pada Tahun 2020;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan
Peraturan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya
Manusia Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan Tahun 2020;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118), sebagaimana
diubah Undang-Undang 45 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 92);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 5870);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan,
dan Penyuluhan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5564);
6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 5);
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
220), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7 Tahun
2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 317);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER


DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG PEDOMAN KERJA PENYULUH PERIKANAN
TAHUN 2020.

Pasal 1
Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan Tahun 2020, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 2
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Tahun
2020 merupakan petunjuk dan acuan bagi Penyuluh Perikanan dan Unit
Pelaksana Teknis Lingkup Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan
dan Perikanan yang menangani Penyuluhan Perikanan dalam rangka
pendampingan kepada pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan.
Pasal 3
Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 24 Maret 2020
KEPALA BADAN RISET DAN
SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SJARIEF WIDJAJA
Lampiran
Peraturan Kepala Badan Riset
dan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan perikanan
Nomor 3/PER-BRSDM/2020
Tentang Pedoman Kerja Penyuluh
Perikanan Tahun 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Juncto Undang-Undang Nomor
45 Tahun 2009 tentang Perikanan mengamanatkan pengembangan SDM KP
dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perikanan.
BRSDMKP memberikanan peran fungsi penyuluhan pada 3 hal yaitu: a.
Enlightening: yaitu kemampuan Penyuluh memberikanan pencerahan kepada
masyarakat. b. Enrichment: setiap Penyuluh harus dapat memperkaya pelaku
utama/usaha dengan inovasi ilmu dan teknlogi kelautan dan perikanan dan c.
Empowerment: kemampuan Penyuluh dalam memberdayakan masyarakat
kelautan dan perikanan.
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menjadi dasar bagi Penyuluh Perikanan
sebagai subyek kegiatan penyuluhan kepada para pelaku utama dan pelaku
usaha dilokasinya. Sementara itu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan
Petambak Garam juga berkorelasi dengan peran Penyuluh Perikanan dalam
melakukan pendampingan dan penyuluhan untuk pemberdayaan pelaku
utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Penyuluhan berorientasi kepada peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih
tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang
tidak mampu menjadi mampu dalam usahanya. Sikap dikatakan meningkat,
bila terjadi perubahandari yang tidak mau menjadi mau dalam memanfaatkan
kesempatan-kesempatan dan peluang usaha yang diciptakan. Pergeseran
orientasi penyuluhan zaman sekarang saat ini sudah mengarah kepada
peningkatan produksi usaha berbasis bisnis perikanan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai instansi pembina
Penyuluh Perikanan berupaya mengembangkan sistem penyuluhan yang
bersinergi dan harmoni antara kepentingan pelaku utama, pelaku usaha dan
stakeholder sektor kelautan dan perikanan dengan kebijakan Kementerian
Kelautan dan Perikanan untuk kesejahteraan masyarakat.
B. Maksud dan Tujuan
Pedoman ini disusun agar Penyuluh Perikanan memiliki pemahaman
yang utuh dan komprehensif tentang tugas dan fungsinya dalam
melaksanakan pendampingan kepada pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan.
Tujuan pedoman pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan adalah:
1. Bagi Pusat Pelatihan dan Penyuluhan dan UPT BRSDM KP yang
menangani Penyuluhan Perikanan
Sebagai acuan dan arah kebijakan dalam mengukur kinerja Penyuluh
Perikanan.
2. Bagi Penyuluh Perikanan
a) Sebagai acuan dalam pelaksanaan pendampingan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha perikanan; dan
b) Sebagai acuan pelaksanaan penyelenggaraan penyuluhan perikanan di
kabupaten/kota.
3. Bagi Dinas yang menangani urusan Perikanan
Sebagai acuan dalam membangun sinergi kegiatan pendampingan dan
pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan.
4. Bagi pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan
Sebagai acuan dalam pengembangan usaha di bidang kelautan dan
perikanan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman ini meliputi:
1. Tugas Penyuluh Perikanan;
2. Penyusunan Rencana kerja penyuluhan perikanan;
3. Pendampingan kelompok;
4. Penumbuhan kelompok perikanan;
5. Penilaian kelas kelompk;
6. Peningkatan kelas kelompok perikanan;
7. Pembinaan Usaha Mikro dan Kecil Sektor Kelautan dan Perikanan;
8. Pembinaan Koperasi Sektor Kelautan dan Perikanan;
9. Fasilitasi akses permodalan/pembiayaan KP;
10. Fasilitasi akses pasar;
11. Pendampingan akses informasi dan teknologi;
12. Sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait kelautan dan
perikanan;
13. Pendampingan bantuan pemerintah;
14. Pengumpulan/Updating data; dan
15. Membuat laporan.
D. Pengertian
1. Penyuluhan Perikanan, yang selanjutnya disebut Penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Penyuluh Perikanan adalah perorangan warga negara Indonesia yang
melakukan kegiatan penyuluhan perikanan baik penyuluh Pegawai Negeri
Sipil, Penyuluh Perikanan Bantu, swadaya, maupun swasta.
3. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan
organisasi lingkup perikanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
4. Penyuluh Perikanan Bantu, yang selanjutnya disebut sebagai PPB adalah
tenaga teknis yang diberi tugas dan kewenangan oleh pejabat yang
berwenang di pusat untuk melaksanakan tugas Penyuluhan Perikanan
dalam suatu ikatan ke{a selama jangka waktu tertentu.
5. Pelaku Utama Perikanan adalah nelayan, pembudidaya ikan, pengolah
ikan, pemasar hasil perikanan, dan masyarakat yang melakukan usaha
dibidang kelautan dan perikanan beserta keluarga intinya.
6. Pelaku Usaha Perikanan adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.
7. Kelompok Perikanan adalah kumpulan para pelaku utama yang terdiri dari
nelayan, pembudi daya ikan, dan pengolah ikan yang terikat secara
informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam
lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua kelompok pelaku utama
perikanan.
8. Penumbuhan Kelompok adalah proses inisiasi dan fasilitasi tumbuhnya
suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran pelaku utama dengan
cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya
dengan prinsif kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi,
keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antara pelaku
utama, sehingga dapat merupakan faktor pengikat untuk kelestarian
kehidupan berkelompok, dimana setiap anggota kelompok dapat merasa
memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya dari apa yang ada
dalam kelompok.
9. Peningkatan Kelas Kelompok adalah adalah upaya mewujudkan kelompok
pelaku utama yang dinamis, dimana para pelaku utama mempunyai
disiplin, tanggungjawab dan terampil dalam kerjasama mengelola kegiatan
usahanya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan
usaha kearah yang lebih besar dan bersifat komersial, kelompok pelaku
utama dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok dengan
membentuk gabungan kelompok perikanan (Gapokkan), Asosiasi dan
Korporasi.
10. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan.
11. Pembudidaya Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
pembudidayaan ikan.
12. Pengolah Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha
pengolahan ikan.
13. Pemasar Hasil Perikanan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan kegiatan pemasaran ikan dan produk ikan.
14. Petambak Garam adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
kegiatan usaha produksi garam.
BAB II
TUGAS PENYULUH PERIKANAN

Dalam melaksanakan pendampingan dan pembinaan pelaku utama dan


pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan, Penyuluh Perikanan memiliki
tugas sebagai berikut:
1. menyusun rencana kerja penyuluhan perikanan;
2. mendampingi kelompok sektor kelautan dan perikanan di wilayah binaan
yang ditetapkan;
3. menumbuhkan kelompok kelautan dan perikanan di wilayah binaan yang
ditetapkan;
4. menilai kelas kelompok kelautan dan perikanan di wilayah binaan yang
ditetapkan;
5. meningkatkan kelas kelompok kelautan dan perikanan;
6. melakukan pembinaan kepada pelaku usaha mikro dan kecil (UMK)
sektor kelautan dan perikanan;
7. melakukan pembinaan koperasi dan korporasi sektor kelautan dan
perikanan;
8. memfasilitasi akses permodalan/pembiayaan usaha pelaku utama dan
pelaku usaha kelautan dan perikanan dari perbankan atau non
perbankan;
9. memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan
dalam akses pasar hasil perikanan;
10. memfasilitasi akses informasi dan teknologi pelaku utama dan pelaku
usaha kelautan dan perikanan;
11. mensosialisasikan peraturan terkait kelautan dan perikanan kepada
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan;
12. mendampingi program prioritas kkp termasuk bantuan pemerintah
kementerian kelautan dan perikanan tahun 2020 dan tahun sebelumnya;
13. melakukan pendataan dan/atau updating data obyek kelautan dan
perikanan (kusuka dan produksi);
14. membuat laporan.

Selain itu setiap jenjang jabatan Penyuluh Perikanan PNS melakukan


butir kegiatan sebagaimana tercantum dalam peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2008 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya sebagaimana mana
Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2020 pada Tabel 1.
Tabel 1. Tugas Penyuluh Perikanan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2020

TARGET MINIMAL
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA PP PP PP PP PP PP
Lanjutan Penyelia Pertama PPB
Pelaksana Muda Madya
Wil. I Wil. II Wil. III
Menyusun rencana kerja penyuluhan 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
perikanan (dokumen)
Mendampingi kelompok
2 perikanan di wilayah binaan 9 8
10 10 10 10 11 12 10
yang ditetapkan (kelompok)
Menumbuhkan kelompok perikanan di
3
wilayah binaan yang ditetapkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(kelompok)
Menilai Kelas Kelompok kelautan dan
4 perikanan di wilayah binaan yang 9 8
10 10 10 10 10 10 10
ditetapkan (kelompok)
5 Meningkatkan kelas kelompok perikanan
(kelompok) 1 1
1 1 1 1 1 1 1
6 Melakukan pembinaan kepada pelaku
2 2 2 2 3 4 2 2 2
usaha Mikro Kecil Sektor KP (unit)
7 Melakukan pembinaan koperasi sektor
1 1 1 1 1 1 1 1 1
KP (unit)
Memfasilitasi akses permodalan
usaha pelaku utama dan pelaku
8 usaha kelautan dan perikanan dari 1 1 1 1 1 1 1 1 1
perbankan atau non perbankan
(kelompok)
Fasilitasi pelaku utama/pelaku usaha
kelautan dan perikanan dalam
9 1 1
mendapatkan bantuan akses pasar hasil 1 1 1 1 1 1 1
perikanan (kelompok)
Memfasilitasi akses informasi dan
teknologi pelaku utama dan
10 9 9 9 10 10 12 10 9 8
pelaku usaha kelautan dan
perikanan (kelompok)
Mensosialisaskan peraturan terkait
kelautan dan perikanan kepada pelaku
11 1 1
utama dan pelaku usaha kelautan dan 1 1 1 1 1 1 1
perikanan (kelompok)
Mendampingi program prioritas kkp
termasuk bantuan Pemerintah
12 kementerian kelautan dan perikanan 1 1
1 1 1 1 1 1 1
tahun 2020 dan tahun sebelumnya
Melakukan pendataan dan atau
13 Updating data Objek KP 9 9 9 10 11 12 10 9 8

14 Membuat laporan (dokumen) 1 1 1 1 1 1 1 1 1


BAB III
PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYULUHAN PERIKANAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor PER/19/M.PAN/10/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Perikanan dan Angka Kreditnya dan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP.54/MEN/2011 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya, rencana kerja Penyuluh
Perikanan adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh para Penyuluh Perikanan
Terampil dan Penyuluh Perikanan Ahli berdasarkan programa penyuluhan
perikanan setempat, yang mencantumkan hal-ha1 yang perlu disiapkan dalam
berinteraksi dengan pelaku utama dan pelaku usaha.
Rencana kerja penyuluhan terdiri atas Rencana Kerja Penyuluhan
Tahunan yang dibuat pada awal tahun masa kerja dan Rencana Kerja
Penyuluhan bulanan yang dibuat setiap bulan. Menyusun rencana kerja
Penyuluh Perikanan merupakan kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha berdasarkan
programa dan berbasis kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha
sebagaimana Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Perikanan
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Perikanan
Tahun ...........
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Volume Lokasi Waktu Biaya Sumber Pelaksanaan Penanggung Pihak
Biaya jawab terkait

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tabel 3. Rencana Kerja Bulanan Penyuluh Perikanan


Rencana Kerja Bulanan Penyuluh Perikanan
Nama Penyuluh : .....................
Instansi : .....................
Bulan, Tahun : .....................
No Masalah Metode Tujuan Kegiatan Sasaran Lokasi Waktu

1 2 3 4 5 6 7

Rencana Kerja bulanan di masukan dan diuplod dalam laporan bulanan


penyuluh perikanan berbasis online (e-Penyuluh)
BAB IV
PENDAMPINGAN KELOMPOK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Penyuluhan dan pendampingan memiliki peran yang sangat penting


dikarenakan penyuluhan bukan saja berperan dalam kegiatan prakondisi
masyarakat agar tahu, mau dan mampu berperan serta dalam pembangunan
kelautan dan perikanan, akan tetapi juga berintegrasi dengan fungsi
pendampingan yang secara terus menerus sehingga tumbuh kemandirian
dalam usaha kelautan dan perikanan yang akhirnya meningkatkan
produktivitas usahanya.
Sasaran Pendampingan oleh Penyuluh Perikanan adalah kelompok
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan Perikanan (Pokdakan, KUB,
Poklahsar, Kugar dan Pokwaswas) dan pelaku utama perikanan perorangan.
Wilayah Pendampingan kelompok oleh penyuluh perikanan adalah kawasan
yang memiliki potensi kelautan dan perikanan. Pendampingan kelompok
dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas kemampuan anggota
kelompok agar dapat berorganisasi dan dapat mengembangkan usahanya
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya dan keluarganya
dengan tetap memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Selanjutnya penyuluh perikanan memiliki peran penting untuk terus
mendampingi dan mengevaluasi kelembagaan kelompok agar visi misi, tujuan,
dan fungsi kelompok sebagai wadah pembelajaran dan kerjasama dapat
berjalan sebagaimana mestinya sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang
maju dan sejahtera.
Tujuan pendampingan kelompok pelaku utama adalah tewujudnya
kemandirian dibidang material, intelektual, organisasi dan manajemen, maka
fokus pendampingan harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut, yakni
melalui :
1. Penyadaran berfikir kritis dan analitis
Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi dengan meneliti hubungan sebab-akibat yang
ditimbulkan dari masalah tersebut.
2. Penggunaan atas hak dan kewajiban individu dan kolektif
Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa bertindak atas dasar hak dan
kewajuban yang dimiliki (= tidak mengatas namakan secara tidak tepat).
3. Tertib administrasi dan keterbukaan organisasi
Yaitu mengajak anggota kelompok terbiasa bahwa tertib administrasi dan
keterbukaan didalam oragnisasi bukan didasari kecurigaan tetapi justru
merupakan cermin pertanggungjawaban diantara mereka.
4. Pengembangan sumber daya produktif
Yaitu mengajak anggota kelompok sadar agar dalam mengembangkan
usaha bukan sekali “beruntung”, tetapi usaha yang untung secara
berkelanjutan. Hal ini berarti dalam berusaha bukan hanya
mengambil/memanfaatkan tetapi juga harus mampu melestarikan dan
mengembangkan sumberdaya produktif yang ada.
5. Kaderisasi
Yaitu mengajak anggota kelompok sadar bahwa dalam suatu proses
pendampingan dimana adanya intervensi dari luar yakni pendamping pada
saatnya akan berakhir dan harus digantikan oleh pendamping yang datang
dari dalam kelompok itu sendiri.

Strategi dan optimalisasi pendampingan yang dilakukan oleh pendamping


maka perlu kiranya dilakukan beberapa perbaikan yaitu:
1. Pelibatan tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun
informal.
2. Setiap pengambilan keputusan yang nantinya berdampak kepada mitra
komunitas maka hendaknya pendamping mengikut sertakan mitra
komunitas.
3. Pendamping meningkatkan hubungan dengan mitra komunitasnya.
4. Pendamping sebaiknya lebih memperdalam keilmuan atau pun
keterampilan baik dilakukan secara otodidak atau dengan cara lainnya.
BAB V
PENUMBUHAN KELOMPOK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Penumbuhan Kelompok pelaku utama sektor kelautan dan perikanan


merupakan salah satu tugas Penyuluh Perikanan dalam melaksanakan
pendampingan. Tujuan dari kegiatan Penumbuhan Kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai indikator kinerja bagi Penyuluh Perikanan dalam melaksanakan
pendampingan kelompok perikanan; dan
2. Sebagai acuan dalam rangka pembinaan kelembagaan Pelaku Utama
Perikanan.
Dalam melakukan kegiatan penumbuhan kelompok, Penyuluh perikanan
melakukan identifikasi Pelaku Utama yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai tujuan, minat dan kepentingan yang sama terutama dalam
bidang usaha sektor kelautan dan perikanan.
2. Memiliki usaha sektor kelautan dan perikanan.
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi kebiasaan, domisili, lokasi usaha,
status ekonomi, atau bahasa.
4. Mandiri dan partisipatif.
5. Merupakan binaan dari penyuluh perikanan.
Penumbuhan kelompok pelaku utama dilaksanakan melalui tahapan:
1. Tahap Identifikasi Potensi Wilayah
Identifikasi potensi wilayah dilakukan oleh tokoh masyarakat yang
didampingi penyuluh perikanan dengan dasar:
a. potensi perikanan di wilayah setempat dengan melakukan kegiatan
yang untuk mengetahui topografi dan informasi mengenai gambaran
umum kondisi desa (kehidupan, kebiasaan, kecenderungan,
kebutuhan aspirasi, potensi dan masalah yang ada dimasyarakat)
yang dilakukan secara partisipatif. Tujuan dari identifikasi wilayah
ini adalah untuk mengetahui permasalahan dan potensi-potensi yang
dimiliki oleh wilayah setempat sehingga akan diperoleh data dan
informasi yang memberikan gambaran akurat mengenai potensi
perikanan wilayah tersebut;
b. keadaan ekonomi budaya masyarakat setempat dilakukan untuk
mengukur kondisi sosial budaya dan ekonomi baik dalam hal
kelembagaan, aturan, persepsi, partisipasi, sumber penghidupan
masyarakat baik pendapatan dan pengeluaran masyarakat setempat;
c. dinamika masyarakat perikanan setempat dapat terjadi interaksi
sosial, kelompok sosial dan kelas sosial sebagai berikut :
1. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa
tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan
diterapkan di dalam masyarakat.
2. kelompok sosial adalah masyarakat yang memiliki kesadaran
bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok
diciptakan oleh anggota masyarakat perikanan. Kelompok juga dapat
memengaruhi perilaku para anggotanya.
3. kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan
hierarkis (atau stratifikasi) antara individu atau kelompok manusia
dalam masyarakat atau budaya.
2. Tahap Pelaksanaan Penumbuhan
Penyuluh Perikanan melakukan pendampingan kepada pelaku utama
dalam membentuk kelompok dengan cara:
a. melakukan sosialisasi penumbuhan kelompok kepada pemerintah
setempat, tokoh masyarakat, pelaku utama, pelaku usaha
k e l a u t a n d a n perikanan tentang hasil identifikasi potensi
wilayah.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan tatap muka dengan pelaku utama
dengan melampirkan daftar hadir dan notulen hasil sosialisasi.
b. Melakukan pertemuan lanjutan dengan pemerintah setempat, tokoh
masyarakat, pelaku utama, pelaku usaha perikanan untuk
membentuk kelompok, menyusun struktur organisasi, memilih
p e n g u r u s k e l o m p o k , menyusun anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga, dan membuat Berita Acara pengukuhan kelompok.
c. kelompok yang sudah terbentuk dilakukan pengukuhan dengan
menerbitkan sertifikat pengukuhan yang ditandatangani oleh pejabat
wilayah setempat (lurah, kepala desa atau sejenisnya) dan
dilaporkan kepada Dinas yang menangani penyuluhan perikanan
kabupaten/kota.
BAB VI
PENILAIAN KELAS KELOMPOK KELAUTAN DAN PERIKANAN

A. Tingkatan Kelas Kelompok Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


14/KEPMENKP/2 012 tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan
Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan, maka kelompok
perikanan dibagi dalam 3 (tiga) kelas yaitu:
1. Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah dari segi
kemampuannya, dengan batas nilai skoring penilaian 0 s.d. 350.
2. Kelas Madya, merupakan kelas menengah dimana kelembagaan
pada kelas madya sudah melakukan kegiatan perencanaan
meskipun masih terbatas, dengan batas nilai skoring 351 s.d. 650.
3. Kelas Utama, merupakan kelas yang tertinggi dimana
kelembagaan pada kelas utama sudah melakukan kegiatan dalam
perencanaan sampai pelaksanaan meskipun masih terbatas,
dengan batas nilai skoring 651 s.d. 1.000.

B. Prinsip penilaian

Prinsip penilaian harus mempertimbangkan beberapa persyaratan,


sebagai berikut :

1. Sahih (valid), yaitu kemampuan yang akan diukur harus sesuai dengan
pelaksanaan fungsi kelompok .
2. Objektif, yaitu diukur secara transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
3. Keterandalan (reliable), yaitu siapapun, kapanpun, dimanapun
dilakukan penilaian akan memberikan hasil yang sama.
4. Efisien, yaitu dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur sesuai
waktu yang ditetapkan.

C. Tahapan penilaian

Aspek penilaian kelas kelompok diukur berdasarkan 5 (lima) jenis


kemampuan yakni:
1. Perencanaan:
2. Kemampuan berorganisasi;
3. Akses kelembagaan;
4. Kemampuan wirausaha; dan
5. Kemandirian.

D. Indikator penilaian

Indikator penilaian kelas kelompok merupakan rincian kegiatan dalam


menjalankan fungsinya dengan rincian sebagai berikut:
1. Aspek Perencanaan terdiri atas :
a) Kemampuan mengidentifikasi potensi wilayah dan sumberdaya
perikanan yang ada di lingkungannya (nilai maksimum 60).
b) Kemampuan memilih teknologi yang dibutuhkan (nilai maksimum 50).
c) Kemampuan dalam Menyusun RUK (nilai maksimum 40).
d) Kemampuan dalam penyusunan rencana kegiatan di bidang produksi,
pengolahan, dan pemasaran (nilai maksimum 30).
e) Kemampuan dalam Pembinaan Kader (nilai maksimum 20)

2. Kemampuan berorganisasi terdiri atas :


a) Kemampuan mengidentifikasi perjanjian dengan pihak lain dalam
meningkatkan usaha perikanan
b) Kemampuan dalam mengembangkan kelompok
c) Kemampuan dalam menjalin kemitraan secara eksternal maupun
intrnal
d) Kemampuan dalam mentaati peraturan
e) Kemampuan dalam monitoring dan evaluasi serta mengaudit
kelompok
f) Kemampuan dalam mentaati setiap perjanjian

3. Akses Kelembagaan terdiri atas :


a) Kemampuan dalam mengembangkan simpul jaringan kelembagaan
b) Kemampuan dalam mengembangkan akses jaringan elektronik
c) Kemampuan dalam meningkatkan intensitas komunikasi dan
interaksi
d) Kemampuan dalam menumbuhkan solidaritas social
e) Kemampuan dalam mengakses dan mengembangkan teknologi

4. Kemampuan Wirausaha terdiri atas :


a) Kemampuan dalam memupuk modal usaha
b) Kemampuan dalam mengembangkan usaha
c) Kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan pemasaran
d) Kemampuan dalam kredibilitas usaha/bankable
e) Kemampuan dalam menganalisis peluang pasar
f) Kemampuan dalam menciptakan peluang kerja
g) Kemampuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan asset usaha

5. Kemandirian terdiri atas :


a) Kemampuan merespon inovasi
b) Kemampuan dalam mengelola resiko usaha
c) Kemampuan menganalisis dan memecahkan Masalah
d) Kemampuan dalam merespon usaha
E. Metode Penilaian

Pelaksanaan penilaian melalui tahapan pada kegiatan pengumpulan


data, verifikasi data, pengolahan dan analisis data penilaian, sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
a) Data diperoleh dari anggota dan pengurus kelompok;
b) Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui pengamatan
(observasi), wawancara, angket (kuesioner), dan surat menyurat
tercetak dan elektronik.
2. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan melalui pemeriksaan kembali data dari hasil
data yang telah dikumpulkan.
3. Pengolahan Data
Sebelum dilakukan pengolahan data terlebih dahulu dilakukan verifikasi
data hasil penilaian kelompok berdasarkan klasifikasi.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan hasil penilaian kemampuan
kelompok untuk selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam
penetapan klasifikasi berdasarkan kelas madya dan utama.
F. Tahapan penilaian

1. Penyuluh perikanan melakukan penilaian kelas kelompok dengan


menggunakan instrument atau blanko penilaian
2. Penilaian dilaksanakan pada pertemuan rutin kelompok
3. Penilaian dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
4. Klasifikasi hasil penilaian ditentukan berdasarkan jumlah perolehan
nilai dari setiap aspek, dengan klasifikasi kelas pemula, madya ataupun
utama
BAB VII
PENINGKATAN KELAS KELOMPOK KELAUTAN DAN PERIKANAN

Peningkatan kelas Kelompok merupakan indikasi bahwa keberfungsian


kelompok telah mampu memfasilitasi anggotanya dalam meningkatkan
produktivitas usaha dan kesejahteraannya. Kelas kemampuan kelompok
adalah indikator bukan tujuan, untuk itu strategi peningkatan kelas kelompok
haruslah strategi yang mampu mengantarkan pelaku utama perikanan
memiliki keberdayaan untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera.
Strategi yang diperlukan dalam upaya meningkatkan kelas kelompok
adalah:
1. Peningkatan Kinerja Penyuluhan Perikanan yang dilakukan melalui:
a. Perbaikan internal organisasi yang menyangkut Pemberian motivasi
terhadap penyuluh baik menyangkut karier, penghargaan, termasuk
melakukan supervisi dan monitoring; dan
b. Fasilitasi pembiayaan untuk operasional penyuluhan.

2. Peningkatan Pembinaan Kelompok melalui progam pemberdayaan yaitu:


a. Pengembangan Sumber Daya Manusia;
b. Pengembangan Modal;
c. Pengembangan Usaha; dan
d. Pengembangan Kelembagaan Usaha.
Peningkatan kelas kelompok merupakan alat untuk mengukur
keberhasilan penyuluh dalam melakukan pemberdayaan pelaku utama sektor
kelautan dan perikanan dalam kelompoknya. Indikatornya adalah
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama. Oleh sebab itu
peningkatan Kelas Kelompok haruslah sejalan dengan peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani.
A. Kriteria Kelompok
Kriteria kelompok yang akan dinilai harus mencakup 3 (tiga) aspek,
yaitu:
1. Aspek teknis dan manajemen terdiri dari:
a. Adanya pertemuan/rapat anggota dan pengurus yang
diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan minimal 2
kali dalam 1 bulan.
b. Memiliki rencana kerja kelompok sesuai dengan kesepakatan
bersama.
c. Melakukan evaluasi perencanaan secara partisipatif, minimal 1 kali
pada akhir tahun.
d. Memiliki AD/ART yang disepakati dan ditaati bersama.
e. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang lengkap
(idealnya kelompok memiliki 13 buku administrasi sebagaimana
terlampir, buku yang wajib ada : 1) buku data anggota kelompok, 2)
buku tamu kelompok, 3) buku rencana kegiatan kelompok, 4) buku
inventaris/barang kelompok, 5) buku daftar hadir pertemuan
kelompok, 6) buku notulen rapat/pertemuan kelompok, 7) buku kas
kelompok 8) buku pinjaman kelompok).
f. Memiliki papan nama, profil kelompok dan struktur organisasi
kelompok.
g. Pengembangan jejaring kerja kelompok dalam bisnis perikanan.
h. Memiliki kegiatan usaha penunjang atau diversifikasi atau
pengolahan atau pemasaran dll.
i. Adanya keberlanjutan pemasaran produksi kelompok dalam satu
tahun.
j. Memiliki fasilitas dan aset (≤ 100 jt untuk madya, > 100 jt untuk
Utama) guna mendukung keberlangsungan usaha.
k. Rata-rata kenaikan tabungan/kas kelompok untuk usaha dalam 1
(satu) tahun sebesar 5-10% (madya) dan ≥ 10 % (utama).
l. Kelancaran perputaran/cashflow kas kelompok untuk
keberlangsungan usaha anggota/kelompok
m. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk
pengembangan usaha pelaku utama perikanan umumnya, dan
anggota kelompok khususnya.
n. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau
penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok.
o. Meningkatnya rata-rata produksi kelompok per tahun sebesar 5-10
% (madya) dan ≥ 10 % (utama).
p. Meningkatnya rata-rata pendapatan anggota kelompok per tahun
sebesar ≥ 10 %.
2. Aspek keuangan terdiri dari:
a. Memiliki kemampuan mengakses permodalan ke Perbankan dan
lembaga keuangan lainnya.
b. Mampu mengembalikan pinjaman modal ke perbankan dan lembaga
keuangan lainnya.
c. Mampu mengelola simpan pinjam bagi anggota kelompok.
3. Aspek sosial-ekonomi terdiri dari:
Berperan serta menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan (budaya,
sosial, ekonomi)
Kriteria Kelompok Pemula yang ditingkatkan
a. Kelompok yang telah berdiri minimal 2 tahun;

b. Kelompok yang telah mempunyai sertifikat kelas pemula;


c. Kelompok yang dibina oleh penyuluh perikanan;
d. Kelompok yang telah mampu merencanakan menyusun Rencana
Usaha Kelompok (RUK), Rencana Usaha Bersama (RUB), Rencana
Kegiatan kelompok lainnya, dan analisa kelayakan usaha;
e. Kelompok yang memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
kelompok, memiliki papan struktur organisasi, memiliki papan nama
identitas kelompok, memiliki stempel dan kop surat kelompok,
memiliki sekretariat kelompok dan menaati peraturan kelompok;
f. Kelompok yang selalu melaksanakan pertemuan kelompok,
melaksanakan Standar Operasional Prosedur teknologi sesuai
dengan bidang usaha, menyusun dan mengisi buku administrasi
kelompok, menyusun dan mengisi buku keuangan kelompok,
melaksanakan Pengelolaan Usaha, melaksanakan pengembangan
usaha, melaksanakan pengembangan jejaring dan kemitraan,
melaksanakan kerjasama dengan pihak lain dan melaksanakan
pelayanan jasa informasi, permagangan dan pelatihan;
g. Kelompok yang telah mampu melakukan evaluasi kinerja keuangan
organisasi/kelembagaan, menyusun laporan hasil evaluasi dan
rekomendasi perbaikan, melakukan penyesuaian sesuai hasil
rekomendasi, melaksanakan monitoring dan pengawasan oleh
auditor/pengawas; dan
h. Kelompok yang telah mampu melaksanakan pembinaan sumber
daya manusia pengelola/pengurus dan kelompok dan
mengembangkan kader-kader pemimpin.
i. Memiliki fasilitas dan aset ( ≤ 100 jt untuk madya, > 100 jt untuk
Utama) guna mendukung keberlangsungan usaha.
j. Rata-rata kenaikan tabungan/kas kelompok untuk usaha dalam 1
(satu) tahun sebesar 5-10% (madya) dan ≥ 10 % (utama).
k. Meningkatnya rata-rata produksi kelompok per tahun sebesar 5-10
% (madya) dan ≥ 10 % (utama).
l. Meningkatnya rata-rata pendapatan anggota kelompok per tahun
sebesar ≥ 10 %.
Kelembagaan pelaku utama perikanan adalah kumpulan para pelaku
utama yang terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar
ikan yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua
kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan.
Kelompok Perikanan Mandiri dicirikan dengan ikatan yang terbentuk
pada kelompok tumbuh berkembang menuju kemampuan kelompok untuk
mengatur dan mengarahkan diri sendiri dengan memanfaatkan, mengolah dan
mengelola optimalisasi potensi sumberdaya untuk kesejahteraan anggotanya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 14
Tahun 2012 bahwa penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku
utama perikanan merujuk kepada lima tolok ukur, yaitu
1. perencanaan,
2. kemampuan berorganisasi,
3. akses kelembagaan,
4. kemampuan wirausaha, dan
5. kemandirian.
Kelompok Perikanan Mandiri terklasifikasi menjadi 2 kelas, yaitu :
1. Kelompok Madya, dengan batas nilai skoring 351 s.d 650, dan
2. Kelompok Utama, dengan batas nilai skoring 651 s.d 1.000.

B. Ciri-ciri Kelompok Perikanan Mandiri


Kelompok perikanan mandiri secara umum memiliki ciri sebagai berikut:
1. Adanya aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama dalam
bentuk Anggan Dasar/Anggaran Rumah Tangga;
2. Adanya pertemuan/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala
dan berkesinambungan. Pertemuan yang diadakan secara berkala dan
berkesinambungan akan berdampak pada terjadinya keakraban
anggota, terjadinya forum diskusi untuk memecahkan masalah-masalah
dalam berusaha dan langkah-langkah pemecahan secara bergotong
royong;
3. Tersusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan
oleh pelaksana sesuai kesepakatan bersama, dan setiap akhir
pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, Rencana kerja
kelompok ini dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK)/Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK);
4. Memiliki pencatatan/pengadministrasian yang rapih, baik administrasi
umum/ kesekretariatan, mapun administrasi keuangan sampai ke
tingkat seksi;
5. Memiliki kegiatan kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir,
KPUP memberi kemudahan bagi anggota untuk
memperoleh sarana produksi, pengolahan, dan pemasaran;
6. Memiliki usaha secara komersial dan berorientasi pasar, dalam hal ini
kelompok memberi informasi akan komoditas yang dibutuhkan pasar
dan mengupayakan kemudahan agar anggota dapat mengusahakan
komoditi tersebut;
7. Tersedianya pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para pelaku
utama perikanan pada umumnya dan anggota kelompok pada
khususnya, Dalam hal ini kelompok dapat melaksanakan kegiatan
pengembangan usaha perikana bekerjasama dengan sumber
teknologi seperti lembaga penelitian, penyuluh, swasta, dan lain-
lain;
8. Terjalinnya kerjasama antara kelompok dengan pihak lain. Kerjasama
dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan seperti pengembangan
teknologi, penyediaan sarana produksi dan pemasaran; dan
9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau
penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. Kegiatan usaha kelompok
dapat berupa pelayanan jasa saprokan, jasa pemasaran, jasa penjualan
saprokan, jasa simpan pinjam, jasa keahlian dari anggota kelompok
seperti membuat pakan ikan.
C. Tahapan Peningkatan Kelas Kelompok
Tahapan peningkatan kelas kelompok adalah sebagai berikut:
1. Penyuluh perikanan Kab/Kota menyiapkan instrumen, menyusun dan
menetapkan jadwal penilaian dan pelaporan hasil secara berjenjang;
2. Penyuluh Perikanan menetapkan metodologi penilaian;
3. Penyuluh Perikanan melakukan sosialisasi instrumen, metodologi,
jadwal dan pelaksana penilaian kepada Tim Penilaian;
4. Penyuluh bersama Tim Penilai melaksanakan penilaian Peningkatan
Kelas kelompok;
5. Penyuluh dan Tim Penilai melakukan verifikasi data hasil penilaian;
6. Penyuluh Perikanan melakukan klasifikasi penilaian sebagai berikut :
a. 0-350 Kelas Pemula;
b. 351-650 Kelas Madya; dan
c. 651-1000 Kelas Utama.
7. Penyuluh Perikanan mengusulkan kenaikan kelas kelompok
a. Pemula ke Madya (Camat); dan
b. Madya ke Utama (Bupati/Walikota).
8. Penyuluh Perikanan mendampingi proses penerbitan sertifikat
pengukuhan; dan
9. Sertifikat pengukuhan diserahkan kepada kelompok perikanan dan
salinannya kepada Satminkal Penyuluhan
BAB VIII
PEMBINAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH SEKTOR
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Usaha Mikro, Kecil, merupakan kegiatan usaha yang mampu


memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas
kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional khususnya di sektor kelautan
dan perikanan.
UMKM adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan
seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok
usaha perikanan, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha
Milik Negara. Meskipun UMKM telah menunjukkan peranannya dalam
perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan
kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal produksi
dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi,
permodalan, serta iklim usaha.
Kebijakan pemberdayaan UMKM di Indonesia secara umum diarahkan
untuk mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan
kesenjangan, penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, serta
revitalisasi kelautan dan perikanan yang menjadi prioritas pembangunan
nasional. Pengembangan usaha skala mikro dan kecil diarahkan untuk
memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
berpendapatan rendah, khususnya di sektor kelautan dan perikanan.
Dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam empat kelompok,
yaitu:
1. UMKM sektor informal, contohnya pedagang kaki lima;
2. UMKM Mikro adalah para UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin,
namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan
usahanya;
3. Usaha Kecil Dinamis adalah kelompok UMKM yang mampu berwirausaha
dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan ekspor;
dan
4. Fast Moving Enterprise adalah UMKM yang mempunyai kewirausahaan
yang cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar.

Sehubungan dengan itu UMKM perlu diberdayakan dengan cara:


1. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah; dan
2. Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta
kelembagaan UMK sektor kelautan dan perikanan dan meningkatkan
efektivitasi pendampingan dalam rangka pemberdayaan UMK, maka Puslatluh
KP sebagai instansi Pembina jabatan fungsional Penyuluh Perikanan
berkomitmen bahwa penumbuhan UMK menjadi prioritas penting dan sebagai
target capaian kinerja penyuluhan perikanan, sehingga dalam proses
pencapaiannya dibutuhkan peta panduan dalam pendampingan pelaku utama
perikanan calon UMK dengan tujuan:
1. sebagai acuan dalam pelaksanaan legalisasi penumbuhan UMK kelautan
dan perikanan;
2. sebagai pedoman bagi Penyuluh Perikanan dan stakeholder dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya di dalam pemberdayaan dan
pembinaan UMK; dan
3. sebagai acuan bagi Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP dalam mendukung
optimalisasi legalisasi penumbuhan UMK kelautan dan perikanan.
Tujuan dari legalisasi izin UMK kelautan dan perikanan adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha dilokasi yang
telah ditetapkan;
2. Mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha;
3. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan
bank dan non-bank; dan
4. Mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau lembaga lainnya.

Pelaksanaan Penumbuhan UMKM Kelautan dan Perikanan adalah


sebagai berikut:
1. Kriteria calon Usaha Mikro dan Kecil :
a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Perorangan dan/atau kelompok perikanan binaan Penyuluh
Perikanan;
2) Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
3) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; dan
4) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) Perorangan dan/atau kelompok perikanan binaan Penyuluh
Perikanan;
2) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang;
3) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
4) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
2. Aspek legal Izin Usaha Mikro dan Kecil
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online
Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada
Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang
mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi
secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses
pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional.

Manfaat OSS untuk Perizinan UMK :


1) Mempermudah pengurusan berbagai perizinan berusaha baik prasyarat
untuk melakukan usaha (izin terkait lokasi, lingkungan, dan bangunan),
izin usaha, maupun izin operasional untuk kegiatan operasional usaha
di tingkat pusat ataupun daerah dengan mekanisme pemenuhan
komitmen persyaratan izin
2) Memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stakeholder
dan memperoleh izin secara aman, cepat dan real time
3) Memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan pemecahan
masalah perizinan dalam satu tempat
4) Memfasilitasi pelaku usaha untuk menyimpan data perizinan dalam
satu identitas berusaha (NIB)

Syarat Pengajuan Izin Usaha Mikro melalui OSS :


1) Memiliki aset atau kekayaan bersih hingga Rp 50 juta, tidak
termasuk tanah atau bangunan tempat usaha.
2) Omzet penjualan tahunan hingga Rp 300 juta.
KTP
3) E-mail aktif
Kegiatan pembinaan UMKM kelautan dan perikanan dilakukan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi dan menetapkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang
menjadi target pelaksanaan pembinaan izin Usaha Mikro dan Kecil;
2) Melakukan bimbingan, konsultasi, bantuan teknis dan advokasi;
3) Melaksanakan tugas pendampingan teknis dan kelembagaan usaha mikro
dan kecil.
BAB IX
PEMBINAAN KOPERASI SEKTOR
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Kinerja penyuluhan perikanan salah satunya diukur melalui


kemandirian kelompok perikanan, sementara kemandirian kelompok
perikanan diukur melalui meningkatnya kemampuan kelas kelompok dari
kelas pemula ke madya, dan dari kelompok madya ke utama.
Pergerakan kelembagaan ekonomi pelaku utama perikanan mandiri
sebagai kelembagaan kedaulatan ekonomi berbasis kerakyatan perlu
ditumbuhkembangkan menjadi lembaga koperasi sektor kelautan dan
perikanan. Penyuluh Perikanan memiliki peran yang sangat strategis dalam
pendampingan inisiasi penumbuhan koperasi sektor kelautan dan perikanan,
antara lain melalui inventarisasi dan pemetaan potensi kelompok perikanan
yang akan dijadikan koperasi sektor kelautan dan perikanan, melakukan
pendampingan pra-koperasi menjadi koperasi sektor kelautan dan perikanan
serta menjadi fasilitator jejaring kerja koperasi sektor kelautan dan perikanan
dengan stakeholder.
Pendirian koperasi merujuk kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian. Menurut Undang-Undang No.25 tahun 1992
tentang Perkoperasian, maka Koperasi adalah Badan Usaha yang
beranggotakan orang-perorangan yang ber-Badan Hukum dengan kegiatan
yang berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan azas kekeluargaan. Pendirian koperasi sebagai fondasi
kelembagaan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan dikelola sepenuhnya
secara mandiri oleh pengurus dan anggotanya. Koperasi sektor kelautan dan
perikanan sebagai upaya pemberdayaan dan perlindungan bagi pelaku utama
sektor kelautan dan perikanan yang diarahkan menjadi kelembagaan ekonomi
yang berperan mensejahterakan dan penentu pertumbuhan ekonomi dengan
prinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.
Pemberian status Badan Hukum Koperasi, pengesahan perubahan
Anggaran Dasar Koperasi dan pembubaran koperasi merupakan wewenang
dan tanggungjawab pemerintah. Kementerian Kelautan dan Perikanan
bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
merintis kerjasama dalam insiasi tumbuhnya calon koperasi di sektor
kelautan dan perikanan. Tujuan dari kegiatan pemberkasan calon koperasi ini
adalah untuk meningkatkan status kelembagaan pelaku utama dan usaha
perikanan mandiri menjadi kelembagaan ekonomi berbentuk koperasi sektor
kelautan dan perikanan.
Prosedur Pendirian Koperasi
1. Pembuatan Akta Pendirian Koperasi di Notaris
Pendirian” yang dibuat tersebut terdapat “Anggaran Dasar” yang
didalamnya sekurang-kurangnya memuat:
a. Daftar nama pendiri;
Koperasi didirikan dengan “Akta Pendirian” yang dibuat di Notaris. Di
dalam “Akta Nama dan tempat kedudukan;
b. Maksud dan tujuan serta bidang usaha;
c. Ketentuan mengenai keanggotaan;
d. Ketentuan mengenai Rapat Anggota;
e. Ketentuan mengenai pengelolaan;
f. Ketentuan mengenai permodalan;
g. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
h. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
i. Ketentuan mengenai sanksi.

2. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi di Kementerian Hukum dan HAM


Akta Pendirian yang telah dibuat, selanjutnya diminta pengesahannya
melalui Kementerian Hukum dan HAM.

Berdasarkan Permen Hukum dan HAM No. 14 Tahun 2019 tentang


Pengesahan Koperasi serta dengan dibeberlakukannya sistem Online Singe
Submission (OSS), maka saat ini Pengesahan Akta Pendirian “Koperasi” di
Kementerian Hukum dan HAM. Untuk mendapatkan Pengesahan di
Kementerian Hukum dan HAM, maka langkah yang dilakukan adalah:
1. Pengajuan Nama Koperasi
Pengajuan nama Koperasi dilakukan oleh Pendiri atau Notaris yang telah
diberikan kuasa dilakukan dengan mengisi format pengajuan nama
Koperasi. Format pengajuan nama Koperasi paling sedikit memuat:
a. Nama Koperasi yang dipesan; dan
b. Jenis Koperasi.
Jenis Koperasi terdiri atas:
a. Koperasi Produsen;
b. Koperasi Konsumen;
c. Koperasi Pemasaran;
d. Koperasi Jasa; dan
e. Koperasi Simpan Pinjam.
Selain mengisi format pengajuan nama Koperasi, Pendiri atau Kuasanya
(Notaris) harus mengisi formulir pernyataan yang menyatakan nama
Koperasi yang diajukan telah sesuai dengan persyaratan dan Pemohon
bertanggung jawab penuh terhadap nama Koperasi yang diajukan.
Untuk pemilihan “Nama Koperasi”, maka terhadap hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a. Terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) kata setelah frasa Koperasi dan jenis
koperasi;
b. Ditulis dengan huruf latin;
c. Belum dipakai secara sah oleh Koperasi lain;
d. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
e. Tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, lembaga
pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari
lembaga yang bersangkutan; dan
f. Tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian
huruf yang tidak membentuk kata.

2. Pengesahan Akta Pendirian


a. Pemohon Akta Pendirian Koperasi harus mengajukan permohonan
pengesahan akta pendirian Koperasi kepada Menteri Hukum & HAM.
Melalui Dirjen AHU melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH).
b. Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi dimuat atau
dinyatakan dalam akta notaris dalam Bahasa Indonesia.
c. Permohonan pengesahan Akta Pendirian Koperasi harus diajukan
dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung sejak
tanggal akta pendirian telah ditandatangani.
d. Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi dilakukan dengan
cara mengisi format pengesahan akta pendirian Koperasi.
e. Apabila jenis koperasinya adalah Simpan Pinjam yang memiliki unit
usaha simpan pinjam, maka terdapat penambahan persyaratan yaitu
: (a) kerja paling singkat 3 (tiga) tahun; (b) administrasi dan
pembukuan; (c) nama dan riwayat hidup calon pengelola; dan d. daftar
sarana kerja.
f. Selain itu, Pemohon wajib mengisi pernyataan secara elektronik yang
menyatakan : (a) format pengesahan akta pendirian Koperasi dan
keterangan mengenai dokumen pendukung sebagaimana telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (b)
bertanggung jawab penuh terhadap format pendirian Koperasi, dan
dokumen pendukung.
Kegiatan pembinaan Koperasi sektor kelautan dan perikanan dilakukan
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi dan menetapkan Koperasi sektor kelautan dan
perikanan yang menjadi target pelaksanaan pembinaan Koperasi Sektor
Kelautan dan Perikanan;
2) Melakukan bimbingan, konsultas, bantuan teknis dan advokasii;
3) Melaksanakan tugas pendampingan teknis dan kelembagaan Koperasi
sektor Kelautan dan Perikanan.
BAB X
FASILITASI AKSES PERMODALAN/PEMBIAYAAN KP

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro,


Kecil dan Menengah (UMKM) sektor kelautan dan perikanan, perlu dilakukan
kegiatan pendampingan/pembinaan terhadap pelaku utama/pelaku usaha
kelautan dan perikanan oleh Penyuluh Perikanan. Penyuluh Perikanan
melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran kepada pelaku utama
/pelaku usaha melalui media kelompok, dan pendampingan usaha. Selama
ini, pendampingan usaha lebih banyak ditekankan pada pendampingan
teknis, sedangkan pendampingan manajemen usaha yang dilakukan belum
optimal. Agar pendampingan manajemen usaha terhadap pelaku
utama/pelaku usaha berjalan optimal maka perlu didampingi Penyuluh
Perikanan.
Sumber permodalan yang dapat di akses oleh UMK dan kelompok
perikanan, serta difasilitasi oleh Penyuluh Perikanan meliputi :

1. Program Kredit dari Lembaga Keuangan BANK contoh KUR;


2. Program Dana bergulir dari LPUM KP;
3. Program kredit ultra mikro, seperti Penggadaian kreasi ultra mikro (UMI).

Tujuan kegiatan ini adalah sebagai bentuk pendampingan Penyuluh


Perikanan dalam meningkatkan produktivitas kelompok perikanan melalui
pendampingan manajemen usaha memfasilitasi akses permodalan ke lembaga
perbankan dan non perbankan.
Sasaran pendampingan manajemen usaha oleh Penyuluh Perikanan
adalah pelaku usaha/kelompok usaha sektor kelautan dan perikanan yang
feasible namun belum bankable, dengan target sasaran yaitu: nelayan,
pembudidaya ikan, pengolah ikan, pemasar hasil perikanan, petambak garam,
serta usaha yang terkait dengan kelautan dan perikanan.
Tahapan pendampingan yang dilakukan oleh Penyuluh Perikanan dalam
rangka memfasilitasi kemudahan akses pembiayaan melalui pendampinhan
manajemen usaha kelompok pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan manajemen usaha dan kewirausahaan kepada
anggota kelompok perikanan;
2. Melakukan pendampingan dan memberikan advokasi KUR dan
pembiayaan usaha perikanan lainnya serta membantu membuat laporan
keuangan yang baik;
3. Mengidentifikasi dan mendata pelaku utama dan pelaku usaha perikanan
yang produktif, feasible dan potensial untuk menjadi calon
nasabah/debitur lembaga pembiayaan perbankan dan non perbankan;
4. Memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha perikanan yang potensial
dan layak dibiayai oleh Bank/lembaga pembiayaan lainnya dalam
pengisian formulir/menyusun proposal pengajuan kredit pada
Bank/Lembaga Keuangan;
5. Melakukan sosialisasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha perikanan
untuk akses program KUR dan pembiayaan lainnya melalui kegiatan
pertemuan fasilitasi pembiayaan usaha perikanan bersama pelaku utama
dan pelaku usaha dan stakeholder terkait.
6. Memonitor perkembangan usaha kelompok pelaku utama dan pelaku
usaha perikanan; dan
7. Membuat pelaporan kinerja pendampingan dalam rangka memfasilitasi
akses pembiayaan kepada pelaku utama dan pelaku usaha perikanan.
BAB XI
FASILITASI AKSES PASAR

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pelaku utama/pelaku usaha


perikanan, maka diperlukan kerjasama antar berbagai pihak, termasuk
pemerintah, perguruan tinggi/lembaga penelitian, lembaga penyuluhan,
lembaga pelatihan, dan pengusaha/swasta untuk memberikan pelayanan
langsung kepada pelaku usaha perikanan yang masih lemah. Kerjasama ini
berupa peningkatan keterampilan dan pengetahuan pelaku usaha, layanan
informasi, akses pasar, dan mediasi. Fasilitasi pemasaran merupakan tahapan
akhir dari kegiatan branding produk perikanan.
Penyuluh Perikanan memfasilitasi akses pasar produk perikanan
dengan beberapa tujuan pasar, antara lain:
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para
penjual dan pembeli produk hasil perikanan dapat mengadakan tawar
menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah
barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
2. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang
diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat
berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern
lainnya. Pasar modern merupakan pengembangan dari ritel tradisional.
Nama retailer di Indonesia yang saat ini terus berkembang antara lain :
a) Hypermarket : Carrefour, Giant, Hypermart, dan Lotte Mart;
b) Supermarket : Hero, Giant, Superindo, Yogya, Robinson, Food Mart,
Food Hall, Carrefour Express, Ranch Market (Farmers Market), Grand
lucky, dan Kemchicks;
c) Health & Beauty Stores (Specialty Stores) : Guardian, Century, All
Fresh, Total Buah, Toko Diskon, K24, dan Carrefour Market;
d) Convenience Stores / Minimart : Indomaret, Alfamart, Seven Eleven-
711, Circle K (Perumahan), Yomart, Bright (Pom Bensin), dan
Starmart (Apartment-Gedung Perkantoran); dan
e) Wholesale : Lotte Mart (dulu Makro); dan
f) Department Stores : Metro, Sogo, Sarinah.
3. E-commerce
Tidak dapat dipungkiri bahwa iklim usaha dan konsumsi
masyarakat saat ini mulai beralih ke sistem eletronik (online system).
Dengan bermodalkan akses internet, pelaku usaha perikanan sudah dapat
memasarkan produknya tanpa harus mengeluarkan modal yang besar
seperti pasar tradisional. E-commerce mendorong percepatan dan
pengembangan sistem perdagangan usaha pemula (start-up),
pengembangan usaha, dan percepatan logistic pelaku usaha sektor
kelautan dan perikanan.
Berdasarkan data KUKM, 2017, kontribusi produsen UMKM yang
bergabung dengan platform e-commerce di Indonesia masih di bawah 8%
dari total pasar e-commerce. Sisanya adalah pengepul atau trader yang
menjual barang dari produsen besar di luar negeri
Berangkat dari potensi peran penyuluh perikanan dalam memfasilitasi
akses pasar, maka Puslatluh KP menyusun Pedoman Teknis Akses Pasar
sebagai acuan bagi Penyuluh Perikanan sebagai bentuk pendampingan dan
penyuluhan bagi pelaku Utama/pelaku usaha agar mampu melakukan
berbagai strategi supaya meningkat produktivitas, efesiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya.
Dalam rangka mengakses pasar bagi pelaku utama dan pelaku usaha
sector kelautan dan perikanan, maka Puslatluh KP menyusun tahapan dan
langkah-langkah yang dilakukan Penyuluh Perikanan dalam memfasilitasi
akses pasar sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi calon pembeli dan penjual;
2. Mengidentifikasi target pasar, lokasi pasar, dan internet marketing;
3. Mengembangkan branding produk perikanan yang hendak
diperjualbelikan;
4. Melakukan promosi secara konsisten, kontinyu, dan kreatif.sebagai sarana
untuk memperkenalkan produk perikanan kepada konsumen;
5. memfasilitasi permintaan serta penawaran oleh kedua pihak;
6. Memfasilitasi interaksi diantara pembeli dan penjual (pelaku usaha) baik
itu secara langsung ataupun tidak langsung; dan
7. Mengembangkan jaringan pemasaran.
BAB XII
PENDAMPINGAN AKSES INFORMASI DAN TEKNOLOGI

Kegiatan penyuluhan perikanan diharapkan mampu menjadi salah satu


katalisator dalam upaya mengerakkan sumberdaya manusia yang handal dan
profesional sebagai modal dasar bagi pembangunan kelautan dan perikanan.
Penyuluhan perikanan diselenggarakan oleh berbagai pihak dan dalam
perkembangannya telah mengalami proses transformasi, dari penyuluhan
yang berorientasi pengetahuan, sikap dan keterampilan telah berkembang
pada kegiatan penyuluhan yang berorientasi peningkatan produksi dan bisnis
perikanan dengan pendekatan partisipatif.
Permasalahan mendasar dalam kegiatan usaha dalam peningkatan
produksi dan bisnis pelaku utama/usaha perikanan, masih rendahnya
kompetensi sumber daya manusia dalam mengakses informasi teknologi
(IPTEK), untuk mengatasi kondisi yang demikian, maka diperlukan fasilitasi
pendampingan agar pelaku utama/usaha perikanan mampu mendapatkan
akses informasi teknologi secara mandiri cepat dan tepat.
Tujuan fasilitasi pendampingan akses informasi teknologi bagi pelaku
utama perikanan adalah;
a. agar pelaku utama/pelaku usaha mau dan mampu mengakses informasi
teknologi dari sumber iptek yang tepat dan cepat; dan
b. agar pelaku utama/usaha perikanan mau dan mampu membiasakan diri
secara mandiri mengakses iptek baik dari media cetak, media elektronik
maupun mengakses langsung kepada lembaga IPTEK.

Dalam percepatan untuk mendapatkan akses informasi teknologi dapat


difasilitasi pendampingan melalui akses
1. media cetak (surat kabar, majalah brosur, tabloid, leaflet, d an
lain-lain);
Tahapan pendampingan akses informasi teknologi dari media cetak
a) mengidentifikasi materi sesuai kebutuhan;
b) pencarian media dapat diperpustakaan lembaga negara, pustaka
lembaga yang menangani IPTEK atau di toko buku;
c) memilih media yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya dengan
memeriksa penerbit, penulis, dan sumber teknologi, hasil teknologi
(tradisional, baru/hasil penelitian);
d) membaca/mempelajari isi iptek dan diskusikan (pelaku utama/usaha
dengan kelompok, atau penyuluh); dan
e) Sebelum teknologi diterapkan pada skala usaha yang besar sebaiknya
diujicoba untuk mendapatkan informasi kesesuaian hasil.

2. media elektronik/IT (cyber extension/internet, televisi, radio, film,


dan lain-lain);
Tahapan mengakses informasi teknologi dari media elektronik (cyber
extension/internet, televisi, radio, film, dan lain-lain)
a) Mengidentifikasi materi sesuai kebutuhan;
b) Memilih media elektronik sesuai dengan kebutuhan sasaran
penyuluhan;
c) Mendiskusikan materi dengan kelompok; dan
d) Sebelum menerapkan teknologi pada skala usaha yang besar sebaiknya
diuji coba terlebih dahulu untuk mendapat informasi kesesuaian hasil.

3. mengakses langsung ke instansi/lembaga penghasil informasi


teknologi (perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga pelatihan
dan penyuluhan, dan lain-lain), meliputi :
a) mengidentifikasi dan menetapkan materi sesuai kebutuhan;
b) menelusuri dan menetapkan lembaga/instansi penghasil teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan pelaku utama/usaha perikanan;
c) menghubungi dan menjelaskan kepada kontak person terkait
kebutuhan informasi teknologi sesuai materi yang telah ditetapkan;
d) mengkomunikasikan jadwal siapa dan kapan saja yang mewakili
lembaga/instansi bisa dihubungi baik melalui telepon, whats app,
internet atau dikunjungi ke kantornya;
e) menghubungi/berkomunikasi menyampaikan informasi kebutuhan
informasi teknologi kepada lembaga/instansi yang dihubungi dan
menghimpun semua informasi yang diberikan;
f) informasi teknologi yang telah dihimpun dibahas dan didiskusikan
dengan kelompok dan penyuluh; dan
g) sebelum menerapkan teknologi pada skala usaha yang besar sebaiknya
diuji coba terlebih dahulu untuk mendapat informasi kesesuaian hasil.
BAB XIII
SOSIALISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang


melimpah harus dikelola secara berkelanjutan untuk meningkatkan
kesejahteraan umum khususnya masyarakat kelautan dan perikanan.
Wilayah laut sebagai bagian terbesar dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang memiliki posisi dan nilai strategis dari berbagai aspek
kehidupan yang mencakup politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, dan
keamanan merupakan modal dasar pembangunan nasional. Pengelolaan
sumber daya kelautan dilakukan melalui sebuah kerangka hukum untuk
memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Diantara produk hukum yang perlu disosialisasikan diantaranya terkait
penangkapan ikan ilegal (Illegal Fishing) yang melanggar hukum yang
ditetapkan di perairan suatu negara. Kegiatan Illegal Fishing yang umum
terjadi di perairan Indonesia diantaranya; penangkapan ikan tanpa izin,
mengunakan izin palsu, menggunakan alat tangkap yang dilarang dan
penangkapan jenis ikan (spesies) yang tidak sesuai dengan ijin yang
diberikan.
Dengan melibatkan penyuluh perikanan dalam mensosialisasikan
produk hukum terkait perikanan diharapkan dapat melakukan perubahan
sikap dan perilaku negatif masyarakat nelayan serta menumbuhkan
kesadaran dan perilaku konservatif untuk kelestarian dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan dan bertanggungjawab.
Selain itu, ada beberapa peraturan lain terkait pengelolaan sumber daya
ikan agar berkelanjutan dan produk hokum lain. Agar produk hukum tersebut
dapat terpublikasikan, dapat dipahami dan dapat diterima oleh pelaku
utama/pelaku usaha perikanan dilapangan, maka perlu sosialisasi produk
hukum terkait perikanan dengan melibatkan penyuluh perikanan.
Dengan melibatkan penyuluh perikanan dalam mensosialisasikan
produk hukum terkait perikanan diharapkan dapat melakukan perubahan
sikap dan perilaku negatif masyarakat nelayan serta menumbuhkan
kesadaran dan perilaku konservatif untuk kelestarian dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan dan bertanggungjawab.
Tujuan dari kegiatan ini adalah Sebagai bentuk penyadaran kepada
masyarakat melalui penyerbarluasan produk peraturan perundang-undangan
kepada masyarakat sehingga memudahkan masyarakat mengetahui dan
memahami informasi dari produk hukum terbaru terkait perikanan.

Dalam rangka mensosialisasikan regulasi dan peraturan terkait sektor


kelautan dan perikanan, beberapa hal ini dapat dilakukan oleh Penyuluh
Perikanan:
1. mencari sumber informasi pada http://infohukum.kkp.go.id/index.php/
hukum/
Beberapa peraturan yang perlu disosialisasikan :
a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
1/Permen-KP/2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.),
Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.);
b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
2/Permen-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan
Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia; dan
c. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
56/Permen-KP/2014 Tentang Penghentian Sementara (Moratorium)
Perizinan Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia.
2. Mengidentifikasi kebutuhan sasaran yang sesuai kepada regulasi atau
peraturan yang telah ditetapkan;
3. Memberikan pemahaman dan penyadaran kepada pelaku utama dan
pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan secara langsung dan melalui
media sosial.
BAB XIV
PENDAMPINGAN BANTUAN PEMERINTAH

Sesuai Permen KP Nomor 70 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum


Dalam Rangka Penyaluran Bantuan Pemerintah di Kementerian Kelautan Dan
Perikanan yang didefinisikan sebagai bantuan pemerintah adalah bantuan
yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah
kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah atau
non pemerintah.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan bentuk Bantuan
Pemerintah bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut :
1. pemberian penghargaan;
2. pemberian beasiswa;
3. bantuan operasional;
4. bantuan sarana/prasarana;
5. bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/ bangunan;
6. bantuan pembayaran premi asuransi jiwa, asuransi perikanan, dan
7. asuransi pergaraman; dan
8. bantuan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dan
konservasi.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2016 tentang perlindungan dan
pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam
mengamanahkan bahwa bantuan pemerintah merupakan salah satu bentuk
pemberdayaan kepada para pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan
dan perikanan. Sementara itu pendampingan dan penyuluhan merupakan
salah satu strategi pemberdayaan. Sehingga peran Penyuluh Perikanan dalam
melakukan pendampingan Bantuan Pemerintah merupakan kepentingan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan pemberdayaan kepada
para pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Pemberian Bantuan Pemerintah dapat diserahkan kepada perorangan
dan/atau kelompok yang memenuhi kriteria sesuai peraturan yang ditetapkan
Pemerintah. Dalam rangka pendampingan Bantuan Pemerinah Sektor
Kelautan dan Perikanan, Penyuluh Perikanan memiliki peran penting
diantaranya meliputi identifikasi, verifikasi dan pendampingan pasca
pemberian bantuan. Peran Penyuluh Perikanan dalam Bantuan Pemerintah
mengacu kepada Perdirjen Unit Eselon 1 terkait.
Tujuan Pendampingan Bantuan pemerintah adalah melakukan
pendampingan dan penyuluhan atas Bantuan Pemerintah yang diberikan
kepada pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan; dan
Tahapan pelaksanaan pendampingan Bantuan Pemerintah oleh Penyuluh
Perikanan sebagai berikut:
1. Membantu melakukan Identifikasi calon penerima Bantuan Pemerintah
a) Mengumpulkan data primer dan data sekunder terkait calon penerima
Bantuan Pemerintah;
b) Mendampingi penguatan kelompok penerima bantuan menjadi koperasi
sektor kelautan dan perikanan dan/atau kelompok berbadan hukum.
2. Membantu melakukan verifikasi calon penerima Bantuan Pemerintah
a) Melakukan survei dan kroscek lapangan terhadap calon penerima
bantuan yang ditetapkan Pemerintah;
b) Mendampingi kelengkapan berkas usulan calon penerima Bantuan
Pemerintah; dan
c) Melakukan koordinasi dengan Dinas yang membidangi urusan
perikanan dalam hal penyaluran bantuan pemerintah;
3. Membantu melakukan pendampingan dan penyuluhan pasca pemberian
Bantuan Pemerintah
a) Mendampingi dan melakukan penyuluhan kepada penerima Bantuan
Pemerintah;
b) Melaporkan pemanfaatan Bantuan Pemerintah kepada Kementerian
Kelautan dan Perikanan Cq. Puslatluh KP dan Eselon I terkait lingkup
KKP; dan
c) Membantu evaluasi pemanfaatan bantuan pemerintah.
4. Membantu dalam penyelesaian berita acara penerimaan bantuan (BAST)
a) Mendampingi kelengkapan berkas;
b) Melakukan koordinasi dengan dinas; dan
c) Mendampingi proses pengesahan berita acara.
BAB XV
PENGUMPULAN/UPDATING DATA

Sesuai intruksi Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 389/2016


tanggal 30 Mei 2016, tentang Sistem Informasi di lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan Program Satu Data (one data) Kelautan dan
Perikanan, maka hal tersebut memberikan pemahaman bahwa data memiliki
peran penting yang signifikan dalam pembangunan bangsa, sinergi antara
pemerintah sebagai penyedia data dan masyarakat sebagai pengguna yang
akan terbangun ketika data pemerintah dapat diakses dengan mudah dan
dapat digunakan untuk inovasi dan kolaborasi. Karena itu perlu adanya
enumerasi atau petugas yang dapat mengumpulkan dan mengolah data untuk
mendukung program satu data kementerian kelautan dan perikanan.
Data yang dikumpulkan dan diolah digunakan untuk perumusan
kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, kebijakan teknis, penyusunan
peraturan, penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan.
Tujuan dari kegiatan pengumpulan/updating data adalah :
1. Penyuluh Perikanan dapat melakukan pengumpulan dan pengolahan data
(listing kusuka dan produksi); dan
2. Penyuluh Perikanan mampu menginput data kedalam aplikasi.
BAB XVI
MEMBUAT LAPORAN

Penyuluh Perikanan memiliki tugas untuk melaporkan kegiatan


penyuluhan kelutan dan perikanan yang telah dilaksanakan. Hal ini sesuai
dengan butir kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan yang dijelaskan
dalam PermenPAN Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya serta Peraturan Bersama Menteri
Kelautan dan Perikanan dan Kepala BKN Nomor: PB.01/MEN/2009 dan
Nomor: 14 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya.
Laporan kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan menjadi salah
satu dasar pertimbangan dalam perumusan kebijakan Kementerian Kelautan
dan Perikanan, oleh karenannya laporan yang disusun haruslah mampu
memberikan informasi yang akurat, jelas, dan sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan serta tersedia secara terus menerus dan berkelanjutan.
Kegiatan penyuluhan perikanan yang dilaporkan, mencakup tiga unsur
utama kegiatan penyuluhan yang terdiri atas :
1. Persiapan Penyuluhan
Persiapan penyuluhan perikanan terdiri atas Rencana Kerja Tahunan
Penyuluh Perikanan yang dibuat satu kali dalam satu tahun dan Rencana
Kerja Bulanan Penyuluh Perikanan yang disusun setiap bulan.
2. Pelaksanaan Penyuluhan
Laporan pelaksanaan penyuluhan perikanan terdiri atas : Laporan
berbasis online (e-Penyuluh), Laporan Kegiatan Bulanan (laporan capaian
kinerja Penyuluhan Perikanan yang berdasarkan indikator kinerja
penyuluh perikanan), yang disusun setiap akhir bulan.
3. Evaluasi Penyuluhan
Laporan evaluasi penyuluhan merupakan Laporan Tahunan yang disusun
pada akhir tahun tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan
pada tahun berjalan, sesuai format laporan sebagai berikut :
Cover
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
I. PENDAHULUAN
II. KONDISI WILAYAH KERJA/MONOGRAFI
III. HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN
IV. EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN
V. KENDALA, SOLUSI, DAN SARAN
VI. PENUTUP
LAMPIRAN (SK Wilayah Kerja, Rencana Kerja Tahunan, Profil Kelompok,
Data Dukung Capaian, Dokumentasi)
PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perikanan Tahun 2020


menjadi acuan bagi Penyuluh Perikanan PNS, Penyuluh Perikanan Bantu dan
Penyuluh Perikanan Swadaya dalam rangka penguatan peran dan fungsi
penyuluhan di lapangan. Pedoman ini menjadi standar operasional terhadap
indikator Sasaran Kinerja Pegawai bagi Penyuluh Perikanan PNS. Selain itu,
pelaksanaan kegiatan penyuluhan juga harus mempedomani Programa
Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2020.
Besar harapan pedoman ini bermanfaat bagi Penyuluh Perikanan dan
stakeholder terkait.

KEPALA BADAN RISET


DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SJARIEF WIDJAJA

Anda mungkin juga menyukai