Anda di halaman 1dari 27

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN
KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 22/PER-BRSDM/2019

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN
PENYULUH PERIKANAN BANTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA


KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Penyuluh


Perikanan Bantu, dibutuhkan pedoman pengelolaan
Penyuluh Perikanan Bantu;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
tentang Pedoman Pengelolaan Penyuluh Perikanan Bantu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118), sebagaimana diubah
Undang-Undang 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 92);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2014 tentang
Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
5564);
5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor

1
63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 5);
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 7 Tahun 2018 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 317);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN RISET DAN SUMBER DAYA


MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN PENYULUH PERIKANAN BANTU.

Pasal 1

Menetapkan Pedoman Pengelolaan Penyuluh Perikanan Bantu, sebagaimana


tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 2

Pedoman Pengelolaan Penyuluh Perikanan Bantu merupakan petunjuk dan


acuan bagi Penyuluh Perikanan Bantu, Pusat Pelatihan dan Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan, Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Riset dan
Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan yang menangani penyuluhan,
Koordinator Penyuluh Perikanan, dan Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi urusan perikanan.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku, Target Kinerja Penyuluh
Perikanan Bantu dan Indikator Evauasi Kinerja Penyuluh Perikanan Bantu
dari Peraturan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan Nomor 6/PER-BRSDM/2019 tentang Pedoman Pengelolaan
Penyuluhan Perikanan Bantu Tahun 2019, dinyatakan masih tetap berlaku
untuk evaluasi Penyuluh Perikanan Bantu pada tahun 2019.

Pasal 4

Dengan ditetapkannya Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku


(1) Peraturan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan Nomor 6/PER-BRSDM/2019 tentang Pedoman Pengelolaan
Penyuluhan Perikanan Bantu Tahun 2019; dan
(2) Peraturan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan Nomor 8/PER-BRSDM/2019 tentang Pedoman Pengangkatan
Penyuluh Perikanan Bantu,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2
Pasal 5

Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 November 2019
KEPALA BADAN RISET
DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SJARIEF WIDJAJA

3
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA BADAN RISET DAN
SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN
PERIKANAN
NOMOR 22/PER-BRSDM/2019
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
PENYULUH PERIKANAN BANTU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 45 Tahun 2009
mengamanatkan pengembangan sumber daya manusia kelautan dan
perikanan yang antara lain dilakukan melalui penyuluhan perikanan.
Sesuai Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, penyuluhan adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan dan
perikanan yang dimaksud adalah nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan
pemasar hasil perikanan, dan petambak garam.
Penyuluhan perikanan memiliki fungsi:
1) Enlightening, yaitu kemampuan Penyuluh Perikanan dalam memberikan
pencerahan kepada masyarakat. Enlightening diartikan sebagai upaya
penyuluh merubah perilaku dan sikap pelaku utama dari tidak mau
menjadi mau;
2) Enrichment, yaitu setiap Penyuluh Perikanan harus dapat memperkaya
pelaku utama/usaha dengan informasi dan teknologi, sehingga penyuluh
sebagai sumber pengetahuan. Enrichment diartikan sebagai upaya
Penyuluh Perikanan merubah perilaku dan sikap pelaku utama dari tidak
tahu menjadi tahu; dan
3) Empowerment, yaitu kemampuan Penyuluh Perikanan dalam
memberdayakan masyarakat dan menginisiasi untuk menciptakan
sesuatu dalam rangka mengubah hidup pelaku utama dan pelaku usaha.
Empowerment diartikan sebagai upaya Penyuluh untuk meningkatkan
kapasitas dan keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha.

Penyuluhan berorientasi kepada peningkatan pengetahuan,


keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih
tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang
tidak mampu menjadi mampu dalam usahanya. Sikap dikatakan meningkat,
bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau dalam memanfaatkan
kesempatan-kesempatan dan peluang usaha yang diciptakan. Pergeseran
orientasi penyuluhan perikanan saat ini mengarah kepada peningkatan
produksi usaha berbasis bisnis kelautan dan perikanan sebagai salah satu
kontribusi kegiatan penyuluhan perikanan, disamping dukungan sarana
produksi dan lain sebagainya dari unit kerja teknis.
4
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menjadi dasar bahwa Penyuluh
Perikanan sebagai subjek kegiatan penyuluhan kepada para pelaku utama dan
pelaku usaha di lokasinya. Sementara itu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan
dan Petambak Garam juga berkorelasi dengan peran Penyuluh Perikanan
dalam melakukan pendampingan dan penyuluhan untuk pemberdayaan
pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Perikanan Pasal 42 ayat (2)
menyebutkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tenaga penyuluh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dapat mengangkat penyuluh perikanan kehormatan dan/atau Penyuluh
Perikanan Bantu.

B. Tujuan

Pedoman Pengelolaan bagi Penyuluh Perikanan Bantu ini bertujuan


sebagai acuan atau panduan bagi Penyuluh Perikanan Bantu di lapangan
dalam memperlancar tugas dan fungsinya melakukan penyuluhan dan
pendampingan kepada kelompok pelaku utama dan pelaku usaha sektor
kelautan dan perikanan.

C. Pengertian
Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan:
1. Penyuluh Perikanan Bantu, yang selanjutnya disebut sebagai PPB adalah
tenaga teknis yang diberi tugas dan kewenangan oleh pejabat yang
berwenang di pusat untuk melaksanakan tugas Penyuluhan Perikanan
dalam suatu ikatan kerja selama jangka waktu tertentu.
2. Programa Penyuluhan Perikanan Nasional adalah rencana tertulis yang
disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai
alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan perikanan.
3. Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan adalah suatu rencana tertulis yang
dibuat oleh penyuluh perikanan untuk suatu wilayah kerja tertentu dalam
bentuk kegiatan penyuluhan perikanan.
4. Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Riset dan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan Yang Menangani Penyuluhan Perikanan, yang
selanjutnya disebut sebagai UPT BRSDM adalah 9 (Sembilan) satuan
administrasi pangkal Penyuluh Perikanan yaitu:
a. Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol;
b. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan
Bogor;
c. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Maros;
d. Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan
Palembang;
e. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Belawan;
f. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Tegal;
g. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi;
h. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Bitung; dan
i. Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Ambon.

5
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Pengelolaan PPB terdiri atas:
1. Tugas dan Fungsi Penyuluh Perikanan Bantu;
2. Target Kinerja dan Mekanisme Kerja;
3. Pembinaan dan Pengawasan;
4. Pelaporan dan Evaluasi;
5. Pembayaran Honorarium dan Biaya Operasional Penyuluh; dan
6. Pengangkatan.

6
BAB II
TUGAS DAN FUNGSI PENYULUH PERIKANAN BANTU

A. Tugas
Tugas PPB adalah melaksanakan kegiatan penyuluhan perikanan yang
antara lain meliputi:
1. Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan;
2. Melakukan pembinaan/penyuluhan kepada pelaku utama dan/atau
pelaku usaha kelautan dan perikanan;
3. Menumbuhkan kelompok pelaku utama dan/atau pelaku usaha kelautan
dan perikanan;
4. Melakukan penilaian kelas kemampuan kelompok pelaku utama dan/atau
pelaku usaha kelautan dan perikanan;
5. Meningkatkan kelas kelompok pelaku utama dan/atau pelaku usaha
kelautan dan perikanan;
6. Fasilitasi legalisasi Izin Usaha Mikro dan Kecil sektor kelautan dan
perikanan (IUMK KP);
7. Melakukan pemberkasan pendirian koperasi sektor kelautan dan
perikanan;
8. Fasilitasi pelaku utama dan/atau pelaku usaha kelautan dan perikanan
dalam akses permodalan/pembiayaan usaha kelautan dan perikanan;
9. Fasilitasi pelaku utama dan/atau pelaku usaha kelautan dan perikanan
dalam akses pasar hasil perikanan;
10. Fasilitasi pelaku utama dan/atau pelaku usaha kelautan dan perikanan
dalam akses informasi dan teknologi kelautan dan perikanan yang
dibutuhkan;
11. Mensosialisasikan peraturan terkait kelautan dan perikanan kepada
pelaku utama dan/atau pelaku usaha kelautan dan perikanan;
12. Melakukan pendampingan kelompok dalam proses dan setelah
mendapatkan Bantuan Pemerintah;
13. Melakukan pendataan dan/atau updating Kartu Pelaku Usaha Kelautan
dan Perikanan; dan
14. Membuat Laporan Kinerja.

B. Fungsi
PPB memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pendamping pelaku utama dan pelaku usaha perikanan dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan di sektor kelautan dan
perikanan;
2. Sebagai agen perubahan pelaku utama dan usaha perikanan dalam
pembangunan sektor kelautan dan perikanan; dan
3. Sebagai motivator, fasilitator, dan mediator dalam proses pemberdayaan
pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan.

C. Wilayah Kerja
Wilayah kerja PPB meliputi kawasan sentra dan/atau potensi kelautan
dan perikanan atau kecamatan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi urusan perikanan.

7
BAB III
TARGET KINERJA DAN MEKANISME KERJA

A. Target Kinerja PBB


Target Kinerja PBB dituangkan dalam Perjanjian Kinerja yang tiap
tahunnya ditetapkan oleh Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan.

B. Perjanjian Kerja Penyuluh Perikanan Bantu


Sebagai ikatan kerja antara PBB mengisi, menandatangani dan
menyampaikan perjanjian kerja kepada UPT BRSDM. Forat Perjanjian Kerja
PPB sebaimana pada Form 1.

8
Form1.
Perjanjian Kerja PBB

PERJANJIAN KERJA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : ................................
Tempat Tanggal/Lahir : ................................
NIK : .................................
Jabatan : Penyuluh Perikanan Bantu
Kabupaten/Kota Penempatan : .................................

Menyatakan bahwa saya akan melaksanakan ketentuan sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugas sesuai target Kinerja;


2. Membuat dan menyampaikan laporan secara benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Apabila tidak menyampaikan laporan
selama 2 bulan berturut-turut dianggap mengundurkan diri;
3. Tidak ikut terlibat dalam politik praktis;
4. Bersedia menyelesaikan kontrak kerja selama tahun berjalan.
Apabila mengundurkan diri sebelum masa kontrak selesai tidak
akan direkrut menjadi Penyuluh Perikanan Bantu tahun
berikutnya;
5. Tidak terlibat dalam Korupsi Kolusi dan Nepotisme serta
Gratifikasi; dan
6. Bersedia melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kepala
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

Demikian pernyataan ini saya buat, apabila dikemudian hari saya


tidak mengindahkan dan/atau melaksanakan kontrak kinerja ini, saya
bersedia menerima sanksi baik berupa teguran lisan, teguran tertulis
dan atau pemberhentian sebagai Penyuluh Perikanan Bantu.

(Kab/Kota) … , (tanggal) ...

Mengetahui,
Kepala UPT BRSDM… Pembuat Perjanjian Kerja,

(materai 6.000)

............................. .............................

9
B. Mekanisme Pengelolaan Penyuluh Perikanan Bantu
Mekanisme kerja PPB sesuai pada Gambar 1.

Gambar 1.
Mekanisme Kerja PBB

PUSLATLUH KP
BRSDM KP

10 1

2 8
DINAS YANG KOORDINATOR
8
UPT BRSDM KP MEMBIDANGI PENYULUH
URUSAN PERIKANAN PERIKANAN
6 6 PNS

11 8 3 4
4
6
10
PENYULUH PELAPORAN
PERIKANAN BANTU
7
9
5

KELOMPOK PELAKU
UTAMA PERIKANAN

Keterangan:
1. BRSDM menetapkan SK PPB dan menyampaikan ke Unit Pelaksana
Teknis BRSDM dan Dinas Kabupaten/Kota yang menangani perikanan;
2. UPT BRSDM berkoordinasi dengan Dinas yang menangani Perikanan
kabupaten/Kota;
3. Berdasarkan SK BRSDM, Dinas Kabupaten/Kota yang menangani
Perikanan menetapkan wilayah kerja PPB di kecamatan sentra dan/atau
potensi perikanan dan membuat Surat Perintah Melaksanakan Tugas
(SPMT) serta menyampaikan ke UPT BRSDM;
4. PPB melakukan koordinasi kepada Kepala Dinas Perikanan dan
Koordinator Penyuluh Perikanan PNS Kabupaten/Kota di wilayah
kerjanya;
5. PPB melakukan penyuluhan dan pendampingan sesuai tugas yang telah
ditetapkan di wilayah kerjanya;
6. UPT BRSDM, Dinas Kabupaten/Kota yang menangani Perikanan dan
Koordinator Penyuluh Perikanan melakukan pembinaan kepada PPB;
7. PPB membuat laporan kegiatan penyuluhan dan pendampingan;
8. Laporan divalidasi oleh Koorluhkan dan disahkan oleh Kepala Dinas yang
membidangi urusan Perikanan;
9. PPB menyampaikan laporan kegiatan penyuluhan dan pendampingan ke
UPT BRSDM;
10. UPT BRSDM melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring, dan
evaluasi kepada PPB dan menyampaikannya ke Pusat Pelatihan dan
Penyuluhan daKelautan dan Perikanan per triwulan; dan
11. Dinas Kabupaten/Kota yang menangani perikanan melakukan
pengawasan dan monitoring kepada PPB dan berkoordinasi dengan UPT
BRSDM.

10
BAB I V
KEWAJIBAN DAN HAK

A. Kewajiban

PBB memiliki kewajiban:


1. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PBB dengan
penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab;
3. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat PBB;
4. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang dan/atau golongan;
5. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
6. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil;
7. Mentaati ketentuan jam kerja;
8. Mencapai target kerja PBB yang telah ditetapkan; dan
9. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelaku utama dan/atau
pelaku usaha kelautan dan perikanan.

B. Larangan
PBB dilarang:
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3. Bekerja di tempat lain saat masih terikat perjanjian kerja sebagai PBB;
4. Mencalonkan diri menjadi Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
5. Menjadi Kepala Desa;
6. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara:
a. Ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan artibut partai atau
artibut PBB;
c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan, atau pemberian barang kepada PNS, Penyuluh Perikanan
Bantu lain dan masyarakat.

C. Kode Etik
PBB dalam melaksanakan tugas penyuluhan perikanan wajib mematuhi
kode etik sebagai berikut:
1. Menghargai norma-norma agama, sosial dan budaya di wilayah kerja;
2. Menjaga sikap, ucapan dan tindakan;
3. Mengikuti ketentuan-ketentuan tugas sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
4. Melaksanakan tugasnya secara adil dan tidak memihak;

11
5. Lugas, tulus, ikhlas dan jujur dalam mendampingi pelaku utama dan
pelaku usaha beserta keluarganya;
6. Memelihara dan menjaga kesetiakawanan serta jiwa korsa seprofesi;
7. Menjunjung tinggi martabat korps dengan patuh dan taat terhadap
peraturan yang berlaku;
8. Menjunjung tinggi profesionalisme;
9. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap sesuai dengan tugas
dan fungsi;
10. Melaksanakan tugas penyuluhan sesuai target;
11. Membuat dan menyampaikan pelaporan realisasi capaian kinerja secara
benar dan dapat dipertanggungjawabkan;
12. Berperan secara proaktif dalam mencegah dan pemberantasan korupsi,
kolusi dan nepotisme serta tidak melibatkan diri dalam perbuatan tercela;
13. Tidak meminta atau menerima pemberian (gratifikasi) secara langsung
atau tidak langsung terkait dengan jabatan atau pekerjaan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
14. Menghindari pertentangan kepentingan dalam melaksanakan tugas;
15. Bersedia melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh BRSDM; dan
16. Bersedia menjaga rahasia Negara.

D. Hak
Selama masa kerja, PBB memiliki hak untuk mendapatkan:
1. Honorarium;
2. Biaya Operasional Penyuluh; dan
3. Cuti.

12
BAB V
PELAPORAN DAN EVALUASI

PBB wajib menyusun rencana kerja dan laporan kerja. Laporan yang
disusun terdiri dari laporan bulanan dan laporan akhir tahun.

A. Rencana Kerja Penyuluhan


Rencana kerja penyuluhan terdiri dari Rencana Kerja Penyuluhan
Tahunan yang dibuat pada awal tahun masa kerja dan Rencana Kerja
Penyuluhan bulanan yang dibuat setiap bulan. Rencana Kerja Penyuluhan
dimaksud dengan memperhatikan programa Penyuluhan Perikanan. Format
Rencana Kerja Penyuluhan sebagaimana pada Tabel 1.

13
Tabel 1
Format Rencana Kerja Penyuluhan

Nama :
Kabupaten/Kota :
Kecamatan :

NO MASALAH TUJUAN KEGIATAN SASARAN METODE MATERI VOLUME LOKASI WAKTU


1
2
3
4
5

Mengetahui (Kab/Kota) … , (tanggal) ...

(Koorluhkan PNS) (Nama PPB)


NIP........................
Mengesahkan

(Kepala Dinas)
NIP......................

14
B. Laporan
1. Laporan bulanan
Laporan kegiatan penyuluhan disampaikan setiap bulan kepada
Kepala UPT BRSDM yang menangani penyuluhan perikanan paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya dalam bentuk softcopy yang sudah disahkan
oleh Kepala Dinas yang membidangi urusan perikanan dan Koordinator
Penyuluh Perikanan melalui surat elektronik masing-masing UPT BRSDM.
Laporan bulanan ini berupa Format Rekapitulasi sebagaimana Tabel 2 dan
Format Kunjungan Lapangan sebagaimana Tabel 3.

Tabel 2
Format Rekapitulasi Kegiatan
Nama :
Kabupaten/Kota :
Kecamatan :

No KEGIATAN JUMLAH KETERANGAN

1 …

2 …

3 ….

dst …

Mengetahui (Kab/Kota) … , (tanggal) ...

(Koorluhkan PNS) (Nama PPB)


NIP........................
Mengesahkan

(Kepala Dinas)
NIP......................

15
Tabel 3
Format Kunjungan Lapangan

PELAKU TTD PELAKU


NO HARI/TANGGAL UTAMA/KELOMPOK LOKASI KEGIATAN UTAMA/KELOMPOK YANG
YANG DIDAMPINGI DIDAMPINGI
Contoh: Mina Bhakti Desa.. Penyuluhan TTD dan Cap Kelompok
1 Senin, 01 Maret (kelompok) Kec ...... terkait izin
2018 UMK
2 Selasa, 02 Maret
2018 Sartono (individu) Desa.. Pendampingan TTD
Kec... penyusunan
proposal
usaha
3 Dan seterusnya

Mengetahui (Kab/Kota) … , (tanggal) ...

(Koorluhkan PNS) (Nama PPB)


NIP........................
Mengesahkan

(Kepala Dinas)
NIP......................

16
2. Laporan Akhir Tahun
Berupa hardcopy yang sudah disahkan oleh Kepala Dinas yang
membidangi urusan perikanan dan Koordinator Penyuluh Perikanan
sesuai dengan format terlampir, disampaikan paling lambat minggu ke-3
bulan Desember 2019 kepada Kepala UPT BRSDM yang menangani
penyuluhan perikanan .
Laporan Tahunan berisi tentang:
a. Monografi wilayah kerja;
b. Profil Kelompok Binaan;
c. Rekap capaian kinerja; dan
d. Data Dukung capaian kinerja.

C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kinerja PBB. Evaluasi kinerja PBB
dilaksanakan dengan melaksanakan penilaian kinerja PBB berdasar Perjanjian
Kinerja yang telah dibuat pada awal tahun oleh PBB masing-masing. PPB
berkinerja “kurang” dapat dipindahkan lokasi penugasannya pada wilayah
kerja sentra dan potensi kelautan dan perikanan yang kekurangan Penyuluh
Perikanan.

D. Predikat Penilaian Penyuluh Perikanan Bantu


Penilaian Evaluasi PBB berdasarkan kriteria yang telah diatur sebagai
berikut

No Kriteria Nilai
1. Baik 76-100
2. Cukup 60-75
3. Kurang 0-59

17
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A. Pembinaan
1. Kehadiran (Presensi)
a. PBB wajib mematuhi hari dan jam kerja yang telah ditetapkan oleh
Kepala Dinas di wilayah tugas masing-masing;
b. PBB wajib membuat daftar kehadiran/presensi yang di tandatangani
oleh kepala Dinas/Camat/Lurah/Kepala Desa sesuai dengan Form 2.

Form 2.
Daftar Kehadiran/Presensi PBB

Nama :
Wilayah Kerja :
Bulan :

No. Tanggal Jam Datang Paraf Jam Pulang Paraf

Mengetahui (Kab/Kota) … , (tanggal) ...

(Koorluhkan PNS) (Nama PPB)


NIP........................

Mengesahkan

(Kepala Dinas/Camat/Kades)
NIP......................

2. Cuti
Setiap Penyuluh Perikanan Bantu berhak mendapatkan cuti.
a. Jenis-jenis cuti:
1) Cuti Sakit
a) PBB yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit dengan melampirkan surat
keterangan dokter;
b) PBB yang sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti
sakit dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah;
c) Surat keterangan dokter paling sedikit memuat pernyataan
tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain
yang diperlukan;
d) PBB yang sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti
sakit paling lama 1 (satu) bulan; dan

18
e) PBB yang mengalami kecelakaan kerja sehingga yang
bersangkutan perlu mendapatkan perawatan berhak atas cuti
sakit sampai dengan berakhirnya masa hubungan perjanjian
kerja.

2) Cuti Melahirkan
a) PBB berhak atas cuti melahirkan untuk kelahiran anak pertama
sampai dengan kelahiran anak ke dua; dan
b) Cuti melahirkan dapat diberikan paling lama 2 (dua) bulan.

3) Cuti Bersama
Cuti Bersama bagi PBB mengikuti ketentuan Cuti Bersama bagi PNS.

b. Mekanisme Pemberian Cuti


1) Untuk menggunakan hak atas cuti, PBB mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Kepala UPT BRSDM, sebagaimana pada Form
3;
2) Hak atas cuti diberikan secara tertulis oleh Kepala UPT BRSDM,
sebagaimana pada Form 4;
3) PBB yang sedang menggunakan hak atas Cuti Bersama dapat
dipanggil kembali apabila kepentingan dinas mendesak;
4) PBB yang sedang menggunakan hak atas Cuti Sakit dan Cuti
Melahirkan berhak mendapatkan honorarium.

19
Form 3
Format surat permohonan cuti

(Kab/Kota) … , (tanggal) ...


Kepada Yth.
Kepala UPT ………………………
di ………………….

FORMULIR PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI

I. DATA PEGAWAI
Nama ………………….
Jabatan Penyuluh Perikanan
Bantu
Unit Kerja Dinas ……………………….

II. JENIS CUTI YANG DIAMBIL **


1. Cuti Sakit V
2. Cuti Melahirkan

III. ALASAN CUTI

IV. LAMANYA CUTI


Selama …. mulai ………………… s/d ……………………..
hari tanggal

V. ALAMAT SELAMA MENJALANKAN CUTI


TELP
Hormat saya,

……………………

VI. PERTIMBANGAN ATASAN LANGSUNG **


DISETUJUI PERUBAHAN**** DITANGGUHKAN TIDAK DISETUJUI ****
****

Koordinator Penyuluh
Perikanan

………………………
NIP. ……………………….

VII. KEPUTUSAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN CUTI**


DISETUJUI PERUBAHAN**** DITANGGUHKAN TIDAK DISETUJUI ****
****

Kepala Dinas……………

20
………………………….
NIP.
…………………………..
Catatan:
*C Coret yang tidak perlu
** Pilih salah satu dengan memberi tanda centang (Ѵ)
*** diisi oleh pejabat yang menangani bidang kepegawaian sebelum PPB
mengajukan cuti
**** diberi tanda centang dan alasannya

Form 4
Surat Izin Cuti

(Kab/Kota) … ,(tanggal) ...

SURAT IZIN CUTI (masukkan jenis cuti……………………)


NOMOR : ……………../………………/………../2019

1. Diberikan cuti ……………………. untuk tahun 2019 kepada Penyuluh


Perikanan Bantu:

Nama :
Jabatan : Penyuluh Perikanan Bantu
Wilayah :
Kab/Kota :

Selama ……………….. hari kerja, terhitung mulai tanggal …….s.d…………


…. 2019 sampai dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sebelum menjalankan cuti ……….. wajib menyerahkan pekerjaannya


kepada Koordinator Penyuluh Perikanan atau pejabat lain yang
ditentukan.
b. Setelah selesai menjalankan cuti ………..wajib melaporkan diri kepada
Koordinator Penyuluh Perikanan dan Kepala Dinas ……… serta bekerja
kembali sebagaimana biasa.

2. Demikian surat izin cuti ………….. ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya

Kepala UPT BRSDM ….

……………………….

21
3. Sanksi
PBB dapat diberikan sanksi sebagaimana pada tabel 4.

Tabel 4
Sanksi

NO JENIS SANKSI PENYEBAB


1 Teguran Lisan 1. Pengaduan dari Kepala Dinas; dan
2. Dalam waktu 6 (enam) bulan capaian
kinerja masih dibawah 50%.
2 Teguran Tertulis 1. Dalam 1 (satu) bulan tidak melakukan
perbaikan atas Teguran Lisan;
2. dalam waktu 9 (sembilan) bulan capaian
kinerja masih dibawah 60%.
3. Tidak masuk kerja tanpa keterangan
selama 5 (lima) hari.
3 Pemindahan Wilayah Hasil evaluasi kinerja selama 11 bulan
Kerja “kurang”
4 Pemutusan 1. sakit lebih dari 1 (satu) bulan;
Perjanjian Kerja 2. melakukan tindakan yang dilarang;
3. menjadi anggota partai;
4. membuat laporan palsu;
5. adanya pengaduan dari masyarakat dan
dinyatakan terbukti;
6. ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus pidana.

B. Pengawasan
Pengawasan di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh UPT BRSDM
dengan melibatkan Dinas Perikanan Tingkat Kabupaten/Kota. Pengawasan di
tingkat Kabupaten/Kota mencakup penetapan wilayah kerja, tingkat
kehadiran, pencapaian kinerja, dan pelaporan.

22
BAB VII
PEMBAYARAN HONORARIUM
DAN BIAYA OPERASIONAL PENYULUH

A. Honorarium
1. Besaran Biaya Honorarium
PBB menerima Honorarium sesuai dengan standar biaya yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.
2. Mekanisme pembayaran honorarium
Tahapan dalam pengajuan honorarium PBB:
a. PBB menyampaikan Fotocopy buku rekening sesuai dengan Bank yang
digunakan oleh Satminkal;
b. Satminkal menginput data PBB ke Aplikasi PPNPN;
c. PBB membuat dan menyampaikan:
1) Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan yang disahkan oleh Kepala
Satminkal dan diketahui oleh kepala dinas/instansi yang menangani
perikanan;
2) Membuat laporan bulanan;
3) Membuat laporan tahunan penyuluhan perikanan yang diketahui
oleh koordinator Penyuluh Perikanan PNS dan kepala dinas yang
menangani perikanan.

Mekanisme pembayaran honorarium PBB seperti ditunjukkan pada


Gambar 2.
Gambar 2.
Mekanisme pembayaran honorarium PBB

1 2 3 4

Penyuluh Verifikasi dan Penginputan Pengajuan


Perikanan Rekapitulasi Data ke pencairan
membuat laporan Laporan Aplikasi Honorarium
PPNPN ke KPPN

Rekening Verifikasi oleh


6 Penyuluh KPPN
Perikanan

Keterangan Gambar 2:
1. Penyuluh Perikanan Bantu membuat laporan dan diverifikasi oleh Tim
Pembayaran Honorarium masing-masing Satminkal;
2. Tim Pembayaran Honorarium Satminkal memverifikasi dan
merekapitulasi Penyuluh Perikanan Bantu yang telah membuat laporan,
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya;
3. Tim Pembayaran Honorarium Satminkal menginput data Penyuluh
Perikanan Bantu yang akan dibayarkan ke aplikasi PPNPN;
4. Tim Pembayaran Honorarium Satminkal mengajukan usulan
pembayaran honorarium ke KPPN;
5. KPPN memverifikasi nama, nomor rekening, bank tujuan atas usulan
Satminkal;

23
6. KPPN akan mentransfer Honorarium ke rekening masing - masing
Penyuluh Perikanan Bantu.

B. Biaya Operasional Penyuluh


1. Besaran Biaya Operasional PBB
PBB menerima Honorarium sesuai dengan standar biaya yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan.

2. Peruntukan Biaya Operasional Penyuluh


Biaya Operasional Penyuluh diperuntukan untuk:
a. Mefasilitasi pelaksanaan kunjungan, pendampingan, dan bimbingan
kepada pelaku utama dan pelaku usaha; dan
b. Mefasilitasi penyusunan dan distribusi materi penyuluhan perikanan,
rencana kerja dan pelaporan kegiatan penyuluhan dan pendampingan
kelompok.

3. Mekanisme pembayaran BOP


Berkaitan dengan pembayaran BOP Perikanan Bantu, beberapa berkas
administrasi yang harus dibuat dan disampaikan kepada Satminkal yaitu:
a. Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan Bantu yang disahkan oleh
Kepala Satminkal dan diketahui oleh kepala dinas/instansi yang
menangani perikanan;
b. Membuat laporan bulanan penyuluhan perikanan secara online dan
atau email sesuai ketetapan Kepala Satminkal Penyuluhan Perikanan;
dan
c. Membuat laporan tahunan penyuluhan perikanan yang diketahui oleh
kepala dinas/instansi yang menangani perikanan.

Mekanisme pembayaran BOP Perikanan Bantu seperti ditunjukkan


pada Gambar 2.

Gambar 3.
Mekanisme pembayaran BOP PBB

1 2 3 4

Penyuluh Verifikasi dan Pengajuan Verifikasi dan


Perikanan Rekapitulasi BOP ke KPPN pengiriman oleh
membuat laporan Laporan KPPN

5
8 7 6

Rekening Tim BOP Bendahara BOP masuk


Penyuluh mentransfer BOP menyerahkan Rekening
Perikanan ke Penyuluh BOP ke Tim BOP Bendahara
Bantu Perikanan Bantu

Keterangan Gambar 3:
1. Penyuluh Perikanan Bantu membuat laporan yang diketahui oleh
Koordinator Penyuluh Perikanan dan Kepala Dinas Perikanan;
2. Penyuluh Perikanan Bantu mengirimkan laporan paling lambat tanggal 5
setiap bulan berikutnya;
3. Tim pengelola administrasi BOP Satminkal memverifikasi dan
merekapitulasi Penyuluh Perikanan Bantu yang telah membuat laporan,
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya;

24
4. Tim pengelola administrasi BOP Satminkal mengajukan usulan
pembayaran BOP ke KPPN;
5. KPPN mentransfer BOP ke rekening Bendahara;
6. Bendahara menyerahkan BOP kepada Tim pengelola administrasi BOP
Satminkal;
7. Tim pengelola administrasi BOP Satminkal mentrasfer BOP ke rekening
Penyuluh Perikanan Bantu.

25
BAB VIII
PENGANGKATAN PBB

A. Persyaratan

PPB yang diangkat harus memenuhi persyaratan:


1. Merupakan PPB tahun sebelumnya yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan tentang Penyuluh Perikanan Bantu;
2. Menyelesaikan masa tugas selama 11 (sebelas) bulan dalam 1 (satu) tahun
masa kontrak kerja; dan
3. Bersedia bekerja dengan status pegawai tidak tetap dengan system kontrak.
PPB yang akan diangkat kembali pada tahun berikutnya harus melamar
ke Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan dengan
melampirkan:
1. Fotokopi ijazah dan transkrip Nilai Akademik terakhir yang telah dilegalisir;
2. Daftar riwayat hidup;
3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP/Surat Keterangan Domisili yang
masih berlaku;
4. Fotokopi Kartu Keluarga;
5. Fotokopi Surat Keputusan sebagai PPB tahun 2019; dan
6. Surat pernyataan bersedia ditempatkan di seluruh Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (belum dibuat)

B. Mekanisme
Mekanisme pengangkatan PPB sebagai berikut:
1. Kepala UPT BRSDM KP yang menangani penyuluhan perikanan membentuk
Tim evaluasi kinerja PPB;
2. Tim melaksanakan evaluasi kinerja PPB ;
3. Tim melaporkan hasil evaluasi kinerja PPB kepada Kepala UPT BRSDM KP
yang menangani penyuluhan perikanan untuk kemudian disampaikan
kepada Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan;
4. Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP mengusulkan Tim rekrutmen
PPB kepada Kepala BRSDM KP untuk ditetapkan.
5. Tim rekrutmen PPB melakukan verifikasi terhadap hasil evaluasi kinerja
PPB dan melakukan pemetaan kebutuhan Penyuluh Perikanan, serta
melaksanakan seleksi peserta yang memenuhi syarat.
6. Tim rekrutmen PPB menyerahkan hasil seleksi kepada Kepala BRSDM
untuk ditetapkan menjadi PBB.

C. Biaya
Peserta Seleksi dalam proses seleksi PBB tidak dikenakan biaya

26
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pengelolaan Penyuluh Perikanan Bantu ini wajib dipedomani


oleh PPB dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta dijadikan
acuan pembinaan oleh Unit Eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP, UPT BRSDM, Dinas yang menangani
Perikanan Kabupaten/Kota, dan Koordinator Penyuluh Perikanan PNS, serta
pihak/instansi terkait.

KEPALA BADAN RISET


DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SJARIEF WIDJAJA

27

Anda mungkin juga menyukai