PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mendukung kebijakan pembangunan nasional
Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan empat arah
kebijakan yaitu pro job, pro poor, pro growth, dan pro sustainability.
Sejalan dengan hal tersebut, visi dan misi Kementerian Kelautan dan
Perikanan adalah menjadikan “Indonesia sebagai Penghasil Produk
Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015” dengan misi
“Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”.
Keberhasilan visi tersebut yang mencantumkan angka
peningkatan produksi budidaya sebesar 353% sangat ditentukan
oleh sumber daya yang ada termasuk didalamnya sumber daya
manusia kelautan dan perikanan dengan indikator semua kawasan
potensi perikanan memiliki kelompok yang mandiri dan bankable.
Pendekatan yang ditetapkan untuk mewujudkan
pengembangan kawasan minapolitan salah satunya adalah melalui
kegiatan penyuluhan secara terarah dengan melaksanakan sistem
penyuluhan yang terdiri atas kelembagaan, ketenagaan,
penyelenggaraan, pengembangan sarana dan prasarana, serta
monitoring dan evaluasi.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, penyuluh perikanan
memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dalam menyusun
materi penyuluhan dan menyebarkannya kepada pelaku utama dan
pelaku usaha sebagai sasaran penyuluhan. Oleh karena itu buku
Buku Pintar Kompetensi Dasar Bagi Penyuluh Perikanan ini disusun
sebagai salah satu upaya memfasilitasi bahan bacaan/referensi bagi
Penyuluh Perikanan.
1
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diajukan dalam kajian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kapan proses penyuluh perikanan dapat dikatakan berhasil?
2. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme dan peran penyuluh
perikanan?
3. Apa saja kompetensi dasar yang harus dimiliki penyuluh?
4. Apa saja dasar-dasar penyuluhan perikanan yang harus
diketahui seorang penyuluh perikanan?
5. Bagaimana teknik pengumpulan, pengolahan dan analisa data
dalam penyuluhan perikanan?
6. Apakah dibutuhkan komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
penyuluhan?
7. Apa yang dimaksud dengan metode dan teknik penyuluhan
perikanan?
8. Bagaimana teknik penyusunan programa dan rencana kerja
penyuluhan perikanan?
9. Bagaimana penumbuhan dan pengembangan kelembagaan
pelaku utama perikanan sebagai sasaran penyuluhan?
C. Tujuan Penelitian/Pengkajian
Berdasarkan permasalahan pada bagian rumusan masalah,
tujuan penelitian/pengkajian yang akan dicapai adalah:
1. Menjelaskan kapan proses penyuluh perikanan dapat dikatakan
berhasil
2. Menjelaskan tentang profesionalisme dan peran penyuluh
perikanan
3. Menjelaskan tentang kompetensi dasar yang harus dimiliki
penyuluh
4. Menjelaskan tentang dasar-dasar penyuluhan perikanan
2
5. Menjelaskan tentang teknik pengumpulan, pengolahan dan
analisa data dalam penyuluhan perikanan
6. Menjelaskan tentang komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
penyuluhan
7. Menjelaskan tentang metode dan teknik penyuluhan perikanan
8. Menjelaskan tentang teknik penyusunan programa dan rencana
kerja penyuluhan perikanan
9. Menjelaskan tentang penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan pelaku utama perikanan sebagai sasaran
penyuluhan.
D. Kerangka Teori
3
E. Sumber Data Penelitian
Data-data yang disajikan dalam tulisan ini terdiri dari data
sekunder diperoleh dari buku-buku dan internet yang berhubungan
dengan topik yang diangkat.
4
ANDAI SEMUA
PENYULUH PERIKANAN BISA?
5
PROFESIONALISME DAN PERAN
PENYULUH PERIKANAN
DALAM PEMBANGUNAN
PELAKU UTAMA YANG BERDAYA
6
c) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan
sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan
pertanian, perikanan dan kehutanan.
Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi
aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan
(masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan penyuluhan
ke depan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia,
dimana peran penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai
relasi yang berorientasi pada masyarakat sasaran. Dalam
pelaksanaannya sebuah proses penyuluhan harus dimulai dari
pemahaman masyarakat terhadap potensi dan masalah yang
dihadapinya, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan
masalah melalui pengembangan semua potensi yang dimilikinya.
Pada tahap inilah dimulai peran seorang penyuluh “untuk membantu
peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran dari kegiatan
usahanya”, dengan pola pikir yang coba dibangun adalah
pengembangan komoditas yang dimilikinya melalui pemanfatan
semua potensi sumberdaya yang ada, jadi peran seorang penyuluh
adalah berupa fasilitasi, pengawalan, mobilisasi, pembentukan
jaringan kerja dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha di
bidang perikanan.
Sejalan dengan implementasi amanah UU No. 16/2006
tentang SP3K, maka guna memanfaatkan potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan Indonesia yang sangat besar bagi
kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan bangsa dan negara
secara berkelanjutan diperlukan adanya SDM yang handal dan
profesional. Penyuluh Perikanan memegang peranan penting dalam
upaya pencapaian peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
pelaku utama/ pelaku usaha sebagai mediator, motifator dan
fasilitator. Dalam mewujudkan peran tersebut penyuluh harus
memiliki kapasitas dan kompetensi yang tinggi dalam
melaksanakan fungsi pembinaan dan pendampingan dalam
menjalankan tugasnya.
Dalam perjalanan mengemban tugas tersebut para penyuluh
perlu memiliki dan meningkatkan berbagai pengalaman dalam
membawa pesan dan mendiseminasikan teknologi kepada para
pelaku utama, dengan filosofi menjadikan “Yang Tidak Tahu
7
menjadi Tahu, Yang Tidak Mau menjadi Mau, dan Yang Tidak
Mampu menjadi Mampu”.
Dengan terbitnya PermenPAN Nomor: PER/19/M.PAN/10/2008
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka
Kreditnya, maka status dan posisi Penyuluh Perikanan sudah
memiliki kejelasan karier dan keberadaannya, yang dapat
berdampak pada kinerja seorang penyuluh. Penyuluh Perikanan
bukan lagi menjadi bagian dari Penyuluh Pertanian, sehingga
diharapkan tidak ada lagi penyuluh yang menjalankan fungsi
generalisasi keilmuan (polivalen) daripada spesialisasi keilmuan.
Untuk menangani penyuluhan di bidang kelautan dan perikanan
memiliki perbedaan dengan bidang pertanian, antara lain: (1)
Secara geografis, negara Indonesia merupakan negara kepulauan
dan negara bahari yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari perairan;
(2) Secara alamiah, sifat, karakteristik, dan bentuk kegiatannya
sangat spesifik dengan ketergantungan tinggi terhadap musim dan
iklim, sehingga usahanya menjadi sangat beresiko; (3) Secara sosial
dan ekonomi, sifat, karakteristik, dan pola hidup para pelaku utama
berbeda dengan pola hidup petani/pekebun; (4) Penanganan aspek
perikanan tidak dapat dipisahkan dari aspek kelautan; (5) Secara
keilmuan, eksistensi ilmu kelautan dan perikanan merupakan
kecabangan ilmu yang mandiri, termasuk penyuluhan perikanan; (6)
Secara kelembagaan, selama 2 periode kabinet dan rencana UU
kementerian/departemen ke depan, terdapat departemen yang
khusus mengemban tugas dan fungsi menangani kelautan dan
perikanan, termasuk penyuluhannya, yaitu Departemen Kelautan
dan Perikanan; (7) Secara legislasi, didukung keberadaan UU
No.31/2004 tentang Perikanan. Kondisi tersebut secara intern
merupakan sebuah justifikasi bahwa penyuluhan kelautan dan
perikanan harus ditangani secara khusus, tersendiri, dan mandiri.
Peningkatan kapasitas para penyuluh perikanan harus dilakukan
secara terus menerus dan sistematis agar dapat menjadi konsultan
dan mitra sejati para pelaku utama dan pelaku usaha di bidang
perikanan.
Profesional mempunyai makna berhubungan dengan profesi
dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
sedangkan profesionalisme bermakna mutu, kualitas, dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
8
profesional. Sehingga seorang Penyuluh Perikanan profesional
haruslah menjadi AHLI PENYULUHAN dan SPESIALISASI DIBIDANG
PERIKANAN. Hal ini mempunyai arti bahwa setiap Penyuluh
Perikanan harus sadar dengan tugas dan fungsinya sebagai
penyuluh dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, serta
selalu meningkatkan keterampilannya dalam bekerja dan dalam
menghadapi persaingan.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, secara tegas mengemukakan bahwa pembangunan
perikanan diarahkan untuk sembilan aspek berikut: 1)meningkatkan
taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil;
2)meningkatkan penerimaan dan devisa negara; 3)mendorong
perluasan dan kesempatan kerja; 4)meningkatkan ketersediaan dan
konsumsi sumber protein hewani; 5)mengoptimalkan pengelolaan
sumberdaya ikan; 6)meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah
dan daya saing; 7)meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk
industri pengolahan ikan; 8)mencapai pemanfaatan sumber daya
ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya ikan
secara optimal; dan 9)menjamin kelestarian sumber daya ikan,
lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang. Dengan demikian
orientasi penyuluhan perikanan seyogyanya dapat meramu ke-9 hal
tersebut.
Kompetensi penyuluh menjadi sangat penting untuk selalu
disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan tantangan zaman. Hal
ini tidak berarti penyuluh harus serba bisa (polivalen), tetapi
penyuluh yang diharapkan adalah penyuluh yang dapat berperan
sebagai fasilitator bagi transformasi yang diharapkan masyarakat
dan pelaku utama. Pelaku utama sangat berharap figur penyuluh
yang berani, jujur, terbuka dan kreatif. Berani dalam mengambil
langkah yang tepat dan cepat, jujur akan kelebihan dan kekurangan
diri, terbuka dalam arti dapat bekerja sama dengan berbagai pihak,
dan kreatif dalam arti mampu berinovasi dan mengembangkan
berbagai modifikasi atas teknologi yang sudah ada. Sejalan dengan
itu, penyuluh harus dapat mengembangkan suasana pembelajaran
yang kondusif dan harus mampu memberi contoh (kewirausahaan),
memberi semangat, dan memandirikan pelaku utama. Penyuluh
juga harus mampu mengembangkan jaringan kerja sama dengan
berbagai kalangan, baik swasta maupun pemerintah, baik untuk
9
keperluan konsultasi maupun distribusi hasil perikanan, dan lain
sebagainya.
Kompleksitas masalah di bidang kelautan dan perikanan
memerlukan koordinasi dan sinkronisasi lintas sektoral. Penyuluh
yang kompeten dengan keahlian yang handal sebagai penggerak
pembaharuan dan mitra sejajar bagi pelaku utama sangat
diperlukan. Peran penyuluh hendaknya tidak semata untuk
mengejar pertumbuhan (produksi), namun yang lebih diprioritaskan
adalah aspek penyadaran pelaku utama, pengembangan kapasitas
dan motivasi pelaku utama untuk mewujudkan tata kehidupan yang
lebih bermartabat melalui penerapan usaha perikanan yang
berkelanjutan. Pemahaman keberlanjutan pengelolaan usaha
perikanan meliputi dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, dan
pengembangan teknologi yang tepat secara berkelanjutan.
10
KOMPETENSI DASAR
YANG HARUS DIMILIKI
PENYULUH PERIKANAN
11
Pasal 4
Tugas pokok Penyuluh Perikanan adalah melakukan kegiatan
penyuluhan perikanan yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan perikanan.
Pasal 8
(1) Rincian kegiatan Penyuluh Perikanan Terampil, sebagai berikut :
a. Penyuluh Perikanan Pelaksana Pemula, yaitu :
1. Mengumpulkan data/informasi primer tingkat kesulitan
rendah tentang potensi wilayah, ekosistem perairan,
atau permasalahan individu, kelompok, maupun
masyarakat perikanan;
2. Mengumpulkan data/informasi sekunder tingkat
kesulitan rendah tentang potensi wilayah, ekosistem
perairan, atau permasalahan individu, kelompok,
maupun masyarakat perikanan;
3. Membuat peta kegiatan usaha perikanan tingkat
kesulitan rendah di wilayah kerja penyuluhan;
4. Membuat data monografi wilayah binaan;
5. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama perikanan;
6. Menyusun konsep programa penyuluhan perikanan di
tingkat desa/unit kerja lapangan;
7. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
8. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa folder;
9. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa flipchart/peta singkap;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa kartu kilat/flier;
11. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran perseorangan/anjangsana;
12. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran kelompok;
12
13. Melaksanakan kegiatan temu lapang bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
14. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
15. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
16. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
17. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama andalan dan pelaku usaha di tingkat
desa/unit kerja lapangan;
18. Menjadi intermedier pada kegiatan temu lapang bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
19. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
20. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat
desa/unit kerja lapangan;
21. Melaksanakan dan mendampingi kegiatan
widyakarya/widyawisata bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
22. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
23. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
24. Menjadi pramuwicara dalam pameran pembangunan
perikanan;
25. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan
pengolah ikan dan menjaga/memelihara sarana
prasarana perikanan dan umum (kelestarian dan
kebersihan lingkungan);
26. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
27. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
28. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
13
29. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
30. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/ Kota;
31. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
14
12. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat sederhana yang
direkomendasi;
13. Melaksanakan kegiatan temu lapang bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
14. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
15. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
16. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
17. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
18. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kecamatan;
19. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
20. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
21. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
22. Melaksanakan dan mendampingi kegiatan
widyakarya/widyawisata bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
23. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
24. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
25. Melaksanakan kegiatan gelar teknologi perikanan;
26. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
27. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
15
28. Menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok pelaku
utama dan atau pelaku usaha;
29. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
30. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
31. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan di Tingkat
Kecamatan;
32. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
33. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
34. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
35. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
16
7. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
8. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
9. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa leaflet;
11. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa poster;
12. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa booklet;
13. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran perseorangan/anjangsana;
14. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran kelompok;
15. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat sedang yang
direkomendasikan;
16. Menjadi anggota tim dalam melaksanakan uji coba
lapang paket teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat
tinggi;
17. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
18. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
19. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
20. Menjadi intermedier pada kegiatan temu lapang bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
21. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
22. Melaksanakan dan mendampingi kegiatan
widyakarya/widyawisata bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
23. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
24. Menyelenggarakan kursus bagi pelaku utama;
17
25. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
26. Melaksanakan pendampingan magang usaha bagi pelaku
utama;
27. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
28. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
29. Menumbuhkembangkan asosiasi kelembagaan pelaku
utama dan/atau pelaku usaha;
30. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pelaku utama
dan/atau pelaku usaha;
31. Menilai peningkatan kelas kemampuan kelompok pelaku
utama perikanan;
32. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
33. Menyusun proposal kewirausahaan dalam
pengembangan wirausaha penyuluh perikanan;
34. Melaksanakan pendampingan wirausaha dalam
pengembangan wirausaha penyuluh perikanan;
35. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan
perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
36. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
37. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
38. Mengumpulkan dan mengolah data hasil evaluasi
penyuluhan spesifik lokasi, yang terkait dengan
kebijakan pembangunan perikanan.
18
permasalahan individu, kelompok, maupun masyarakat
perikanan;
2. Membuat data monografi wilayah binaan;
3. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama perikanan;
4. Menjadi anggota dalam penyusunan konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
5. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
6. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
7. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
8. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
9. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
11. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran perseorangan/anjangsana;
12. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran kelompok;
13. Menjadi anggota tim dalam mendisain uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi;
14. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat tinggi yang direkomendasi;
15. Melaksanakan secara perorangan uji coba lapang paket
teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat sederhana;
16. Menjadi ketua tim dalam uji coba paket teknologi
perikanan spesifik lokasi tingkat tinggi;
17. Melaksanakan kegiatan temu usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
18. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan di
Tingkat Kabupaten/Kota;
19. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
20. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
19
21. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
22. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
23. Menumbuhkan koperasi/kelembagaan kelompok usaha
pelaku utama;
24. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
25. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan;
26. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
27. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
28. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
29. Menjadi penyaji dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
30. Merumuskan laporan hasil evaluasi penyuluhan spesifik
lokasi, yang terkait dengan kebijakan pembangunan
perikanan.
20
permasalahan individu, kelompok, maupun masyarakat
perikanan;
3. Membuat data monografi wilayah binaan;
4. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama;
5. Menjadi peserta dalam membahas programa penyuluhan
perikanan di tingkat Kabupaten/Kota;
6. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
7. Menjadi pembahas dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
8. Menjadi narasumber dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
9. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
10. Menyusun rencana kerja penyuluhan berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
11. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa brosur;
12. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa poster;
13. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa booklet;
14. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
15. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa sound slide;
16. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
17. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
18. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
19. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kapada
sasaran perseorangan/anjangsana;
20. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kapada
sasaran kelompok;
21
21. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat sedang yang direkomendasi;
22. Menjadi intermedier pada kegiatan temu lapang bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
23. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
24. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
25. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
26. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
27. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kecamatan;
28. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
29. Melaksanakan kegiatan gelar teknologi perikanan;
30. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
31. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
32. Menumbuhkembangkan asosiasi kelembagaan pelaku
utama dan/atau pelaku usaha;
33. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pelaku utama
dan/atau pelaku usaha;
34. Menilai peningkatan kelas kemampuan kelompok pelaku
utama perikanan;
35. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
36. Mengembangkan wirausaha penyuluh perikanan melalui
pendampingan wirausaha;
37. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Kecamatan;
38. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
22
39. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
40. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
41. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
42. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
43. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
44. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
45. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
46. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
23
6. Menjadi anggota dalam kegiatan menyusun konsep
programa penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
7. Menjadi ketua dalam kegiatan menyusun konsep
programa penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
8. Menjadi peserta dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
9. Menjadi penyaji dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
10. Menjadi pembahas dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
11. Menjadi narasumber dalam kegiatan membahas
programa penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
12. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
13. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa leaflet;
14. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa folder;
15. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa baliho;
16. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
17. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa klips/serial photo;
18. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
19. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
20. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa jingle/iklan layanan masyarakat;
21. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa blogger;
22. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
23. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa jingle/iklan layanan masyarakat;
24
24. Menjadi anggota tim dalam mendesain uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi;
25. Mengkaji/menguji teknologi perikanan tingkat sederhana
yang direkomendasi;
26. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat tinggi yang direkomendasi;
27. Melaksanakan uji coba lapang paket teknologi
perikanan spesifik lokasi tingkat sedang (perorangan);
28. Menjadi anggota tim dalam melaksanakan uji coba
lapang paket teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat
tinggi;
29. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil
pengkajian/pengujian teknologi ;
30. Mengevaluasi penerapan teknologi perikanan tingkat
sederhana yang direkomendasi;
31. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
32. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
33. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
34. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
35. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha Tingkat
Kabupaten/Kota;
36. Melaksanakan kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
37. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
38. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha Tingkat
Kabupaten/Kota;
39. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
25
40. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
41. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
42. Menjadi intermedier pada kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
43. Mendisain dan membuat display pameran pembangunan
perikanan;
44. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
45. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui televisi;
46. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
47. Menumbuhkan koperasi/kelembagaan kelompok usaha
pelaku utama;
48. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
49. Membangun jejaring kerja antar kelompok/asosiasi di
Tingkat Kabupaten/Kota;
50. Melakukan penilaian perlombaan usaha perikanan antar
kelembagaan kelompok/asosiasi di Tingkat
Kabupaten/Kota;
51. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan;
52. Mengembangkan wirausaha Penyuluh Perikanan melalui
penyusunan proposal kewirausahaan;
53. Mengembangkan wirausaha Penyuluh Perikanan melalui
pengevaluasian hasil dan manfaat wirausaha;
54. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Kabupaten/Kota;
55. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
56. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
26
57. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
58. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
59. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
60. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
61. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
62. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
63. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
64. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
65. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
66. Mengumpulkan dan mengolah data hasil evaluasi
penyuluhan spesifik lokasi, yang tekait dengan kebijakan
pembangunan perikanan;
67. Menyiapkan dan mengolah bahan/data informasi
tentang arah kebijakan pengembangan penyuluhan
perikanan yang bersifat penyempurnaan;
68. Menyiapkan dan mengolah bahan/data informasi
tentang arah kebijakan pengembangan penyuluhan
perikanan yang bersifat pembaharuan.
27
c. Penyuluh Perikanan Madya, yaitu :
1. Mengolah data/informasi tingkat kesulitan tinggi tentang
potensi wilayah, ekosistem perairan, atau permasalahan
individu, kelompok, maupun masyarakat perikanan;
2. Membuat peta kegiatan usaha perikanan tingkat
kesulitan tinggi di wilayah kerja penyuluhan;
3. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama;
4. Merumuskan kebutuhan teknologi perikanan;
5. Menjadi anggota dalam menyusun konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
6. Menjadi ketua dalam menyusun konsep programa
penyuluh perikanan di Tingkat Provinsi;
7. Menjadi ketua dalam menyusun konsep programa
penyuluh perikanan di Tingkat Kabupaten/ Kota;
8. Menjadi peserta dalam membahas programa penyuluhan
perikanan di Tingkat Nasional;
9. Menjadi penyaji dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
10. Menjadi pembahas dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
11. Menjadi narasumber dalam kegiatan membahas
programa penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
12. Menyusun rencana kerja penyuluhan berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
13. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
14. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
15. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
16. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa blogger;
17. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
18. Mendisain uji coba lapang paket teknologi perikanan
spesifik lokasi (perorangan);
19. Menjadi ketua tim dalam mendisain uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi;
28
20. Mengkaji/menguji teknologi perikanan tingkat sedang
yang direkomendasi;
21. Menjadi ketua tim dalam melaksanakan uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat tinggi;
22. Menjadi penyaji dalam kegiatan diskusi hasil
pengkajian/pengujian teknologi;
23. Mengevaluasi penerapan teknologi perikanan tingkat
sedang yang direkomendasi;
24. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
25. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
26. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
27. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
28. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
29. Melaksanakan kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat Provinsi;
30. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
31. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
32. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
33. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
34. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Provinsi;
35. Menjadi intermedier pada kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat Provinsi;
36. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
37. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui televisi;
38. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
29
39. Membangun jejaring kerja antar kelompok/asosiasi di
Tingkat Provinsi;
40. Melakukan penilaian perlombaan usaha perikanan antar
kelembagaan kelompok/asosiasi Tingkat Provinsi;
41. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan
42. Mendisain laboratorium/klinik penyuluhan perikanan;
43. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
pelaporan hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan;
44. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Provinsi;
45. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
46. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
47. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
48. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
49. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
50. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
51. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
52. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
53. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
54. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
55. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
30
56. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
57. Menyusun instrumen evaluasi penyuluhan spesifik lokasi
yang terkait dengan kebijakan pembangunan perikanan.
31
16. Mengevaluasi penerapan teknologi perikanan tingkat
tinggi yang direkomendasi;
17. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
18. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
19. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
20. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
21. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
22. Melaksanakan kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat
Nasional;
23. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
24. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
25. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
26. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
27. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Nasional;
28. Menjadi intermedier pada kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat
Nasional;
29. Menjadi narasumber temu pakar penyuluhan;
30. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
31. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui televisi;
32. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
33. Membangun jejaring kerja antar kelompok/asosiasi di
Tingkat Nasional;
32
34. Melakukan penilaian perlombaan usaha perikanan antar
kelembagaan kelompok/asosiasi di Tingkat Nasional;
35. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan;
36. Mengevaluasi umpan balik manfaat laboratorium/klinik
penyuluhan perikanan;
37. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Nasional;
38. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
39. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
40. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
41. Menyusun instrumen evaluasi dampak pelaksanaan
penyuluhan perikanan;
42. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
43. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
44. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
45. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
46. Merumuskan hasil evaluasi penyuluhan spesifik lokasi
yang terkait dengan kebijakan pembangunan perikanan;
47. Menyusun pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis penyuluhan perikanan;
48. Mengevaluasi pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis penyuluhan perikanan;
49. Menyusun rencana/desain kajian arah kebijakan
pengembangan penyuluhan perikanan yang bersifat
penyempurnaan;
33
50. Menganalisis data informasi dan merumuskan hasil
kajian arah kebijakan pengembangan penyuluhan
perikanan yang bersifat penyempurnaan;
51. Menyusun rencana/desain kajian arah kebijakan
pengembangan penyuluhan perikanan yang bersifat
pembaharuan;
52. Menganalisis data informasi dan merumuskan hasil arah
kebijakan pengembangan penyuluhan perikanan yang
bersifat pembaharuan;
53. Pengkajian metode dan sistem penyuluhan perikanan;
54. Perumusan metode/sistem baru penyuluhan perikanan.
34
KOMPETENSI YANG HARUS NAMA
NO TUPOKSI
DIMILIKI KOMPETENSI
1 2 3 4
2 Identifikasi Pengetahuan, keterampilan dan sikap Teknik
potensi wilayah, (PKS) tentang: Pengumpulan,
ekosistem - Pengertian Participatori Rural Pengolahan
perairan, Appraisal dan Analisis
kebutuhan - Teknik dan alat PRA Data
teknologi, pelaku - Teknik pemetaan
utama, dan - Teknik Kalender musim
pelaku usaha - Teknik Transek (penelusuran desa)
bidang perikanan - Teknik Diagram Venn
- Teknik Bagan perubahan dan
kecenderungan
- Teknik ranking kesejahteraan
- Teknik diagram alur
- Analisa Pohon Masalah
- Analisa Pohon Tujuan
- Analisa penentuan skala prioritas
kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
3 Penyebaran PKS tentang: Komunikasi
informasi dan - Ruang lingkup komunikasi yang efektif
teknologi - Komponen, proses dan tahapan
komunikasi
- Komunikasi yang efektif
- Komunikasi dalam penyuluhan
4 Perencanaan PKS tentang: Penyusunan
penyuluhan - Pengertian Programa dan Rencana Programa dan
perikanan Kerja Penyuluhan Rencana Kerja
- Penyusunan Programa Penyuluhan Penyuluhan
Perikanan Perikanan
- Penyusunan Rencana Kerja
Penyuluhan
5 Pemilihan dan PKS tentang: Metode dan
penerapan - Pengertian Metode penyuluhan Teknik
metode dan - Jenis-Jenis Metode penyuluhan Penyuluhan
teknik perikanan Perikanan
penyuluhan - Pemilihan
perikanan - Metode penyuluhan perikanan
Pengertian Teknik Penyuluhan
- Jenis-jenis Teknik Penyuluhan
35
KOMPETENSI YANG HARUS NAMA
NO TUPOKSI
DIMILIKI KOMPETENSI
1 2 3 4
6 Pengembangan PKS tentang: Penumbuhan
swadaya dan - Pengertian Kelompok dan
swakarya pelaku - Jenis-jenis kelompok Pengembangan
utama dan - Penumbuhan kelompok Kelompok
pelaku usaha - Pengelolaan keuangan kelompok Pelaku Utama
bidang perikanan - Administrasi kelompok Perikanan
- Pembinaan kelompok
- Pengembangan kelompok
- Jejaring usaha kelompok
36
DASAR-DASAR
PENYULUHAN PERIKANAN
37
Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan
sebagai pemberian saran atau Beratung yang berarti seseorang
pakar dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tetapi
seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya.
Dalam bahasa Austria dikenal istilah ”Forderung” yang berarti
menggiring seseorang ke arah yang diinginkan, kata mana mirip
dengan istilah di Korea yakni bimbingan pedesaan.
Bahasa Spanyol dikenal istilah ”Capacitacion” menunjukan
adanya keinginan untuk meningkatkan kemampuan manusia
yang dapat diartikan dengan pelatihan.
Asas Penyuluhan
1. Eksplanasi Asas Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Sesuai dengan Pasal 2, penyuluhan perikanan diselenggarakan
berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan,
38
keseimbangan, keterbuakaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan,
berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat.
2. Eksplanasi Definitif
a. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan demokrasi”
yaitu penyuluhan yang diselenggarakan dengan saling
menghormati pendapat antara Pemerintah, pemerintah
daerah, dan pelaku utama dan pelaku usaha lainnya.
b. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan manfaat”
yaitu penyuluhan yang harus memberikan nilai manfaat bagi
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
perilaku untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
c. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan kesetaraan”
yaitu hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan pelaku
usaha yang harus merupakan mitra sejajar.
d. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan keterpaduan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan secara
terpadu antara kepentingan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat.
e. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan
keseimbangan” yaitu setiap penyelenggaraan penyuluhan
harus memperhatikan keseimbangan antara kebijakan, inovasi
teknologi dengan kearifan masyarakat setempat,
pengarusutamaan gender, keseimbangan pemanfaatan
sumberdaya dan kelestarian lingkungan, dan keseimbangan
antar kawasan yang maju dengan kawasan yang relatif masih
tertinggal.
f. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan keterbukaan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka
antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha.
g. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan kerjasama”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus diselenggarakan
secara sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian,
perikanan, dan kehutanan serta sektor lain yang merupakan
tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
h. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan partisipatif”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang melibatkan secara
aktif pelaku utama dan pelaku usaha dan penyuluh sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
39
i. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan kemitraan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip saling menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling
membutuhkan antara pelku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh.
j. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan
keberlanjutan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan dengan
upaya secara terus menerus dan berkesinambungan agar
pengetahuan, keterampilan, serta perilaku pelaku utama dan
pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan perkembangan
sehingga dapat terwujud kemandirian.
k. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan berkeadilan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang memosisikan pelaku
utama dan pelaku usaha berhak mendapatkan pelayanan
secara proporsional sesuai denagn kemampuan, kondisi, serta
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
l. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan pemerataan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus dapat
diselenggarakan secara merata bagi seluruh Wilayah Republik
Indonesia dan segeap lapisan pelaku utama dan pelaku usaha.
m. Yang dimksud dengan ”penyuluhan berasaskan bertanggung
gugat” yaitu bahwa evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan
dengan membandingkan pelaksanan yang telah dilakukan
dengan perencanaan yang telah dibuat dengan sederhana,
terukur, dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya dapat
dijadwalkan.
Falsafah Penyuluhan
Pengertian falsafah adalah sebagai suatu pandangan hidup,
yang merupakan landasan pemikiran yang bersumber pada
kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus
diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada
pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan
masayarakat itu sendiri. Ada empat hal penting yang harus
diperhatikan oleh penyuluh sehubungan dengan falsafah
penyuluhan tersebut, yaitu :
40
a. Penyuluh harus bekerja sama dengan masayarakat, dan bukan
bekerja untuk masayarakat;
b. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru
harus mampu mendorong kemandirian;
c. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya
kesejahteraan hidup masyarakat;
d. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan
martabat manusia sebagai individu, kelompok, dan masyarakat
umumnya.
TRUTH TRUST
(Kebenaran/keyakinan) (Kepercayaan)
41
Tujuan Penyuluhan Perikanan
1. Eksplanasi Tujuan Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 3, Tujuan pengaturan
sistem penyuluhan perikanan meliputi pengembangan
sumberdaya manusia dan peningkatan modal sosial, yaitu
a. memperkuat pengembangan perikanan yang maju dan
modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan
b. memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam
peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,
pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan
pendampingan serta fasilitasi.
c. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya
penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi,
partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan
gender, berwawasan luas kedepan, berwawasan lingkungan
dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya
pembangunan perikanan.
d. Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum
bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan
pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam
melaksanakan penyuluhan.
e. Mengembangkan sumberdaya manusia, yang maju dan
sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan
perikanan.
2. Eksplanasi Definitif
a. Yang dimaksud dengan ”pengembangan sumberdaya
manusia” antara lain peningkatan semangat, wawasan,
kecerdasan, keterampilan, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk membentuk kepribadian yang mandiri.
b. Yang dimaksud dengan ”peningkatan modal sosial” antara lain
pembentukan kelompok, gabungan kelompok, manajemen,
kepemimpinan, akses modal, dan akses informasi.
c. Yang dimaksud ”terdesentralisasi” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan merupakan urusan rumah
tangga desa atau unit kerja lapangan, kabupaten/kota,dan
provinsi
42
d. Yang dimaksud ”partisipatif” yaitu bahwa penyelenggaraan
penyuluhan melibatkan pelaku utama mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi.
e. Yang dimaksud dengan ”keterbukaan” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan dengan prinsip
transparansi sehingga dapat diketahui oleh semua unsur yang
terlibat.
f. Yang dimaksud dengan ”keswadayaan” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan dengan
mengutamakan kemampuan penyuluhan sendiri.
g. Yang dimaksud dengan ”kemitrasejajaran” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan berdasarkan asas
kesetaraan kedudukan antara penyuluh, pelaku utama, dan
pelaku usaha.
h. Yang dimaksud dengan ”bertanggung gugat” yaitu bahwa
evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan dengan
membandingkan pelaksanaan yang telah dilakukan dengan
perencanaan yang telah dibuat dengan sederhana, terukur,
dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya dapat dijadwalkan.
Karena tujuan penyuluhan jangka panjang adalah terjadi
peningkatan taraf hidup masayarakat, maka hal ini hanya dapat
dicapai apabila masyarakat telah melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Better Farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha
dengan cara-cara yang lebih baik
b. Better Business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan
mampu menjauhi para pengijon, lintah darat, dan melakukan
teknis pemasaran yang benar.
c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak
berfoya-foya dan setelah berlangsungnya masa panenan, bisa
menabung, bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan, dan
mampu mencari alternatif lain dalam hal usaha, misal mendirikan
industri rumah tangga yang lain dengan mengikutsertakan
keluarganya guna mengisi kekosongan waktu selama menunggu
panenan berikutnya
43
Fungsi Penyuluhan Perikanan
Eksplanasi Fungsi Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Fungsi sistem penyuluhan meliputi termaktub dalam Pasal 4, yaitu:
a. memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dasn pelaku
usaha;
b. mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya
agar mereka dapat mengembangkan usahanya.
c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.
d. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata
kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan.
e. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta
merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama
dan pelaku usaha dalam mengelola usaha.
f. Menumbuhkembangkan kesadaran pelaku utama dan pelaku
usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan
g. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan yang
maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
44
Sasaran Penyuluhan Perikanan
Berdasarkan UU No 16 tahun 2006, Pihak yang paling berhak
memperoleh manfaat penyuluhan meliputi:
- Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku
usaha.
o Pelaku utama kegiatan perikanan adalah nelayan,
pembudidaya ikan, dan pengolah ikan.
o Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau
badan hukum yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang
mengelola sebagian atau seluruh kegiatan usaha perikanan
dari hulu sampai hilir.
- Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya
yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian,
perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh
masyarakat.
Pada dasarnya sasaran penyuluhan adalah manusia biasa
dengan segala keterbatasan dan kelebihan masing-masing, di mana
secara umum kondisi yang demikian sangat mempengaruhi
efektivitas penyuluhan.
Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan
adalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam
melakukan suatu perubahan. Menurut Samsudin (1992), sasaran
penyuluhan sebenarnya tidak hanya individunya saja, tetapi meliputi
juga keluarganya, kelompok masyarakat yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam usahanya.
45
a. Penyuluh PNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang dalam jabatan fungsional penyuluh.
b. Penyuluh Swasta adalah seseorang yang diberi tugas oleh
perusahaan yang terkait dengan usaha perikanan, baik secara
langsung atau tidak langsung melaksanakan tugas penyuluhan
perikanan
c. Penyuluh Swadaya
46
Hal Utama Dalam Penyelenggaraan Penyuluhan
Beberapa hal utama yang dilakukan dalam penyelenggaraan
penyuluhan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan sistem penyuluhan perikanan yang menjamin
terselenggaranya penyuluhan perikanan secara produktif, efektif
dan efisien, dinamis dan profesional
2. Mengembangkan model model penyuluhan perikanan partisipatif
untuk membangun kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha
yang mandiri dan mampu menolong dirinya sendiri.
3. Menjadikan penyuluh perikanan sebagai konsultan serta mitra
sejati pelaku utama dan pelaku usaha dalam pendampingan
pengembangan kemampuan berusaha bisnis perikanan dalam
rangka peningkatan ketahanan pangan, peningkatan nilai
tambah, peningkatan daya saing yang akhirnya akan mampu
meningkatkan pendapatan keluarga.
4. Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
5. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya
agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
6. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;
7. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata
kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
47
TEKNIK PENGUMPULAN,
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
48
permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan pendekatan 'top-
down' . Dalam pendekatan ini, lembaga menentukan apa yang akan
dikerjakan dalam suatu wilayah. Masyarakat diikutkan tanpa
diberikan pilihan. Dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru
masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil kajian mereka sendiri
untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan
mandiri.
49
sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang
terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan
mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan.
50
C. Melakukan kajian keadaan kegiatan PRA:
51
masalah tersebut. Sering kali, dibentuk kelompok yang
memudahkan pencapaian tujuan bersama. Kelompok juga berfungsi
sebagai kelompok belajar.Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif atau
PRA sering memanfaatkan teknik-teknik visualisasi (pembuatan
gambar) untuk mendukung analisa masyarakat terhadap keadaan
mereka. Diharapkan bahwa Tim Fasilitator menyesuaikan pilihan
teknik yang akan digunakan dengan keadaan dan dinamika
setempat. Kalau ada pengalaman tentang teknik-teknik lain yang
berguna, silahkan memanfaatkannya.
52
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah tahap pertama
dalam siklus pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Setelah kajian, masyarakat akan masuk tahap perencanaan
kemudian pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Setelah itu,
mereka lanjutkan dengan mengkaji ulang sebagai dasar untuk
rencana baru.
53
Konsep Dasar PRA
1. Pemetaan desa
2. Kalender musim
3. Transek (penelusuran desa)
4. Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan)
5. Bagan perubahan dan kecenderungan
6. Diagram alur
7. Diagram kegiatan harian (daily routine)
54
Triangulasi
55
kepentingan pribadi. Karena itu sangat perlu mengkaji silang
informasi dari sumber informasi yang berbeda. Dalam
melaksanakan PRA perlu diperhatikan bahwa tidak didominasi
oleh beberapa orang atau elit desa saja tetapi melibatkan
semua pihak, termasuk yang termiskin dan wanita. Sumber
Informasi lain juga dapat dimanfaatkan seperti sumber
sekunder yang berada di desa.
56
Prinsip-prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
5. Prinsip santai dan informal
6. Prinsip triangulasi
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
8. Prinsip orientasi praktis
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
10. Prinsip belajar dari kesalahan
11. Prinsip terbuka
Peran orang atau tim luar, yang berasal dari lembaga atau
instansi, terbatas sebagai fasilitator proses PRA. Hal ini tidak mudah
untuk dilakukan karena masih sering ada anggapan bahwa
masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu perlu sikap
rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan
menempatkan warga masyarakat sebagai pelaksana dan nara
sumber utama dalam memahami keadaannya.
57
Tahapan dalam proses kajian keadaan pedesaan partisipatif
meliputi:
1. Menentukan tempat;
2. Menentukan waktu;
3. Mengumumkan kepada masyarakat;
4. Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang
diperlu;
58
B. Persiapan dalam tim:
59
Teknik dan Alat PRA
60
1. Pemetaan Desa
61
5. melengkapi peta dengan detail-detail sesuai topik peta
(umum atau topikal)
6. diskusilah lebih lanjut tentang keadaan, masalah-masalah,
sebabnya serta akibatnya
7. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan peta dan diskusi sudah selesai, peta digambar
kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai peta
masyarakat).
62
2. Kalender Musim
63
Tahapan dalam pelaksanaan meliputi:
1. gambarlah (masyarakat) sebuah kalender dengan 12 bulan
(atau 18 bulan) sesuai kebutuhan. Tidak perlu mengikuti
kalender tahunan, bisa mulai pada bulan lain, misalnya sesuai
musim tanam.
2. diskusi umum tentang jenis-jenis kegiatan serta keadaan apa
yang paling sering terjadi pada bulan-bulan tertentu dan
apakah kegiatan itu selalu terulang dari tahun ke tahun.
3. gambarlah kegiatan-kegiatan utama serta keadaan-keadaan
kritis yang berakibat besar bagi masyarakat dalam kalender
(menyepakati tentang simbol-simbol dulu).
4. mendiskusikan lebih lanjut tentang keadaan, masalah-
masalah, sebabnya serta akibatnya.
5. menyesuaikan gambaran dengan hasil diskusi.
6. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.
7. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan kalender dan diskusi sudah selesai, kalender
digambar kembali di atas kertas (secara lengkap dan sesuai
gambar masyarakat).
64
3. Transek (Penelusuran Desa)
65
Bagaimana melakukan Transek
66
Perjalanan
67
5. mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-masing
lokasi.
6. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.
7. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi.
68
Tahapan dalam pelaksanaan Diagram Venn meliputi:
1. bahaslah dengan masyarakat lembaga-lembaga yang terdapat
di desa (lembaga-lembaga yang terkait dengan topik yang
akan dibahas)
2. catatlah daftar lembaga-lembaga pada flipchart
3. guntinglah sebuah lingkaran kertas yang menunjukkan
masyarakat
4. sepakatilah mengenai simbol-simbol yang dipergunakan,
misalnya:
a. besarnya lingkaran: menunjukkan pentingnya lembaga-
lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat.
Semakin penting suatu lembaga maka semakin besar
lingkaran
b. jarak dari tingkatan masyarakat: menunjukkan manfaat
lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat.
Semakin dekat dengan lingkaran masyarakat maka
lembaga tersebut semakin
5. tulislah kesepakatan simbol-simbol tersebut pada flipchart
agar mudah diingat oleh masyarakat
6. bahaslah apakah lembaga-lembaga tersebut 'penting' menurut
pemahaman masyarakat dan menyepakati besarnya lingkaran
yang mewakili lembaga tersebut
7. guntinglah kertas-kertas yang berbentuk lingkaran yang
besarnya sesuai dengan kesepakatan, tulislah nama lembaga
tersebut pada lingkaran itu
8. letakkanlah lingkaran masyarakat di atas lantai
69
9. bahaslah bagaimana manfaat lembaga tersebut terhadap
masyarakat yang ditunjukkan oleh jaraknya dari lingkaran
masyarakat
70
4. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
5. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan diagram venn dan diskusi sudah selesai, diagram
digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai hasil
masyarakat).
71
Bagaimana membuat Bagan Perubahan dan Kecenderungan
72
5. buatlah bagan di kertas, papan tulis atau tanah
6. mendiskusikan perubahan-perubahan, sebab-sebab, akibat-
akibatnya, apakah perubahan akan berlanjut pada masa
depan (kecenderungan)
7. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan bagan dan diskusi sudah selesai, bagan digambar
kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai hasil
masyarakat).
6. Ranking Kesejahteraan
73
Bagaimana membuat Ranking Kesejahteraan
74
10. mendiskusikan perbedaan-perbedaan secara pleno dengan
masyarakat
11. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi
7. Diagram Alur
75
Bagaimana membuat diagram alur pemasaran
76
3. Membahas harga pemasaran dan perbedaan harga yang
dibayar oleh masing-masing pembeli
4. Membahas ke mana pembeli jual komoditi dan gambar
5. Membahas prioritas masyarakat untuk membeli apa
6. Menyimpulkan dan menggambar kembali atas kertas
77
Hasil visualisasi dalam 'Diagram Pie':
Langkah-langkah meliputi:
78
4. menentukan berapa besarnya masing-masing bagian dalam
seluruhnya
5. membagi bundaran sesuai besarnya bagian masing-masing
6. kalau semua peserta sudah selesai, diskusikan hasil dan
kebenaran informasi tersebut
7. buatlah perubahan kalau memang diperlukan
8. mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-masing
yang muncul
9. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
10. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan diagram
pie
11. melanjutkan dengan topik berikutnya
79
9. Penentuan Angka dan Ranking
80
masyarakat dalam pengambilan keputusan yang terbaik atau
membuat pilihan yang paling penting atau mendesak.
RANKING PREFERENSI
81
3. mintalah kepada para masyarakat (per orang) untuk memilih
item yang paling penting atau mendesak bagi mereka
berdasarkan skala prioritas, kemudian yang kedua dan ketiga
dan memberi nilai sesuai kesepakatan.
4. jika banyak peserta yang terlibat, pastikan bahwa setiap
peserta mengemukakan pilihannya dengan menaruh batu atau
kacang, atau memberi nomor ke dalam diagram. Mereka tidak
sekedar ikut-ikutan pada kelompok peserta yang sedang
menetapkan ranking pilihannya.
5. tuliskanlah semua tanggapan- tanggapan peserta tersebut.
RANGKING BERPASANGAN
82
4. letakkan dua item di depan masyarakat dan tanyakan
masyarakat mendiskusikan dan menentukan yang mana
paling prioritas/mendesak (atas kesepakatan/musyawarah)
5. catatlah jawaban dalam kotak yang tepat dalam bagan
6. letakkan dua kartu lain di depan masyarakat dan ulang
proses sampai semua dibahas
7. jika semua pasangan telah dibahas dan bagan diisi secara
lengkap hitung jumlah masing-masing item dipilih
8. item yang dipilih paling sering merupakan item yang
terpenting bagi masyarakat
9. kalau sudah selesai, diskusikan hasil dan kebenaran
informasi tersebut
10. buatlah perubahan kalau memang diperlukan
11. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan diagram
pie
83
Tahap- tahap matriks langsung meliputi:
1. Mintalah para peserta untuk memilih seperangkat obyek
penting bagi mereka (misalnya jenis-jenis ikan).
2. Buat daftar kriteria yang berkaitan dengan obyek-obyek
tersebut, misalnya kemudahan pemasaran, ketersediaan
pakan buatan, daya tahan terhadap penyakit, kemudahan
pengelolaan, dan sebagainya.
3. Buat gambar sebuah matriks dan letakkan obyek pada jajaran
vertikal dan kriteria pada jajaran horizontal.
4. Tanyakan obyek yang paling baik atas setiap kriteria, dengan
menggunakan nilai sebanyak obyek yang ada. Misalnya, jika
ada empat obyek, 4 = Terbaik dan 1 = Terburuk.
Memprioritaskan obyek-obyek terhadap satu kriteria, lalu
kriteria kedua dan seterusnya.
5. jika semua telah dibahas dan bagan diisi secara lengkap
hitung nilai total masing-masing item
6. item yang dipilih paling sering merupakan item yang
terpenting bagi masyarakat
7. kalau sudah selesai, diskusikan hasil dan kebenaran informasi
tersebut
8. buatlah perubahan kalau memang diperlukan pencatat
mendokumentasi semua hasil diskusi dan diagram pie.
84
ANALISA POHON MASALAH
85
Pendapatan rendah
86
ANALISA POHON TUJUAN
87
Peningkatan pendapatan
88
ANALISA PENENTUAN SKALA PRIORITAS
KEGIATAN PENYULUHAN PERIKANAN
89
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Pengertian Komunikasi
Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kapasitas kemampuan para pelaku utama dan
pelaku usaha perikanan untuk mengorganisasikan dirinya dalam
mengembangkan bisnis perikanan, untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraannya, dengan tetap memperhatikan pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Untuk keberhasilan proses penyuluhan
perikanan maka diperlukan komunikasi antara penyuluh dan sasaran
penyuluhan.
Mengapa manusia melakukan komunikasi?
1. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya dan dilakukan melalui komunikasi
2. Hasrat dan upaya manusia untuk mengontrol dan beradaptasi
dengan lingkungan.
3. Upaya manusia untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang
lain.
4. Upaya manusia untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam
menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
Pengertian komunikasi:
a. Pengiriman atau tukar menukar informasi, ide (Oxford Dictionary)
b. Proses lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada
orang lain (Keith Davis)
c. Proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti
(Phil Astrid Susanto)
d. Proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam (Rogers
& Kincaid, 1981).
90
e. Proses dimana suatu ide dialirkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka (Rogers, 1986).
f. Proses penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan dengan mengggunakan media dan cara penyampaian
informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta saling memiliki
kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolis (Marpaung
dan Renaldi, 2001)
g. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tak langsung melalui media (Onong Uchjana
Effendy)
h. Komunikasi sebagai kombinasi skill, science dan art (Severin dan
Tankard, 1992)
Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi berupa:
a. Informative
Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran: gagasan,
informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya).
b. Persuasive
Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian dan lain-lain).
c. Entertainment/menghibur
Menghibur komunikan, membuat mereka senang, tidak
bersikap apatis maupun pesimis.
d. Mengubah sikap/perilaku (to change the behavior)
e. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
f. Mengubah masyarakat (to change the society)
91
Unsur-Unsur Komunikasi
Secara umum unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan
sebagai berikut:
M (s)
S Ps Pn
A
S = Sumber, Komunikator
Komponen Tersebut Harus Ada Apabila Tidak Lengkap
Ps = Pesan, Message, Isi
dan Tidak Jelas -> Komunikasi Tidak Berhasil
Pernyataan
M = Media, Saluran
Pn = Penerima, Komunikan
A = Akibat, Motif
A. Komunikator/sumber informasi
Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan
atau informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau
agen pembaharu.
B. Pesan atau esensi komunikasi (content/message)
Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada
penerima. Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat berupa
materi penyuluhan. Pesan yang digunakan dalam penyuluhan
pertanian didasarkan pada kebutuhan sasaran.
C. Saluran/Media
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan
sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda
dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan,
sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak
indera yang distimuli melalui berbagai media semakin efektif
proses komunikasi dalam penyuluhan. Penggunaan metoda,
teknik dan media penyuluhan perikanan selain untuk
meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang
92
disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran
serta tumbuhnya rasa percaya diri.
D. Komunikan/penerima informasi
Penerima adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau
informasi, yaitu pihak yang diharapkan akan berubah baik
perilaku maupun kepribadiannya. Dalam penyuluhan perikanan
penerima atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan beserta keluarganya.
E. Dampak/Efek/Feedback
Efek komunikasi merupakan respon penerima terhadap
pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik
(feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang
disampaikan. Efek komunikasi berupa perubahan-perubahan
yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses
komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut
perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap),
serta perubahan kepribadian sasaran ( kemandirian,
ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri,
kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan
lain sebagainya). Efek komunikasi ada yang langsung bisa
diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan keterampilan,
tetapi adapula yang tidak langsung artinya perlu waktu yang
lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada komunikasi
dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa
memperoleh umpan balik secara langsung dibanding komunikasi
yang searah.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi
karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi
kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan
juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-
pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau
non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan,
tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada
komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk
mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan
afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah
perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku
93
(behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian
(personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta
kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya
(bargaining position).
Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung
berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media)
a. Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap
atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan atau
menyampaikan hasil suatu kegiatan
b. Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf
dalam konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian
suatu kegiatan
c. Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu
instansi atau unit kerja memberikan pengarahan, bimbingan
dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak
dan patut diketahui oleh bawahan
d. Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan
dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
e. Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf
dalam satu lingkup instansi atau organisasi.
f. Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi
antara individu atau instansi dengan instansi lainnya.
2. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak
bertemu (bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll)
(bahan tertayang: film)
a. Tidak ada tanya jawab
b. Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
c. Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah
dipahami oleh sasaran penyuluhan
94
3. Sasaran komunikan/penerima melalui Panca Indra dalam
Komunikasi
a. Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide
tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran
penyuluhan yang dapat melihat.
b. Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran
tape recorder, obrolan sore; dapat digunakan jika
sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
c. Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil,
pemutaran film, tv; merupakan kombinasi antara indra (AVA
= Audio Visual Aids).
95
karena kebanyakan orang Madura beragama Islam. Oleh
karena itu dalam berkomunikasi harus memperhatikan
keadaan masyarakat sekitar harus dengan memahami
keadaan masyarakat tersebut, seperti kebisaan, aliran
agama dan kepercayaan dan sebagainya. Dengan
memahami hal-hal tersebut komunikasi akan menjadi lancar.
b. Saluran Komunikasi
Komunikasi dipengaruhi oleh saluran atau alat tubuh
dari komunikator, terutama dalam komunikasi lisan. Suara
yang besar dan jelas, ucapan yang jelas, tingkah laku yang
baik akan menyebabkan pembicaraanya menarik. Juga
tangan yang sehat dengan gerak-gerik yang baik dapat
mendukung pembicaraan, oleh karena itu bila ingin berhasil
dalam komunikasi alat-alat tubuh kita harus baik terutama
alat-alat indera dan alat bicara.
2. Dilihat dari segi reseptor (penerima)
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak
komunikator (sumber), tetapi juga tergantung dari reseptor.
Walaupun pihak komunikator telah memenuhi persyaratan,
akan tetapi bila pihak reseptor kurang memenuhi maka hasil
komunikasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Pengaruh-pengaruh dari pihak reseptor tersebut adalah:
a. Kecakapan komunikator reseptor.
Hasil komunikasi ditentukan oleh kecakapan
berkomunikasi reseptor. Kecakapan ini terutama kecakapan
mendengarkan dan membaca. Walaupun komunikator cakap
berbicara atau menulis, akan tetapi bila reseptor kurang
cakap mendengarkan dan membaca, maka hasil komunikasi
kurang memenuhi harapan, oleh karena itu agar hasil
komunikasi baik maka reseptor harus menguasai teknik
mendengarkan dan teknik membaca. Dalam mendengarkan
reseptor harus cakap memusatkan perhatian, mengambil inti
sari dari suatu pembicaraan, dan harus dapat membedakan
mana pokok permasalahan dan mana yang hanya
merupakan penjelasan-penjelasannya saja, harus bersifat
kritis, dan sebagainya. Dalam membaca ia harus dapat
96
menangkap banyak kata-kata secara sekaligus dan
menafsirkannya secara tepat.
b. Sikap Reseptor.
Hasil komunikasi dipengaruhi pula oleh sikap reseptor
(penerima). Kadang-kadang reseptor selalu menaruh curiga
terhadap pembicara (prejudice), atau kadang-kadang
bersikap apriori artinya telah menentukan kesimpulan
sebelum ada data-data yang lengkap. Sebagai contoh
seorang reseptor (pendengar suatu penceramah) telah
menganggap rendah kepada seseorang penceramah atau
terlalu memandang tinggi kepada seorang penceramah atau
pembicara. Sikap yang demikian menyebabkan hasil
komunikasi kurang murni. Adapun sebab-sebabnya timbul
sikap yang demikian itu banyak sekali. Sebagai contoh
seorang reseptor (pendengar) adalah lulusan SekolahTinggi
(Sarjana) dan penceramah ternyata hanya lulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA), maka sarjana tadi cenderung
merendahkan si penceramah yang hanya lulusan Sekolah
Menengah Atas tersebut. Sikap sarjana tadi salah, sebab
belum tentu penceramah hanya lulusan SMA, ternyata
sudah banyak mengikuti kursus-kursus. Sehingga mengenai
bahan yang diceramahkan betul-betul telah ia kuasai. Contoh
lain ada seorang pendengar ceramah (reseptor), mengikuti
suatu kursus, ternyata salah seorang fasilitator dalam kursus
tersebut adalah rivalnya (saingan) dalam memperebutkan
seorang gadis dan dalam perebutan tersebut, pengikut
kursus telah kalah akibatnya ia sangat benci kepada
fasilitator tersebut, sehingga bersikap acuh tak acuh
terhadap penceramah tersebut. Sikap yang demikian adalah
kurang objektif dan kurang rasional sehingga pikirannya
menjadi tertutup alias buntu. Oleh karena itu sebagai
reseptor (pendengar/pembaca) seseorang bila ingin berhasil
dalam komunikasi harus bersikap wajar, apa adanya. dan
siapapun yang menjadi penceramah/pembicara harus
diterima sebagai apa adanya tanpa sikap curiga atau apriori.
c. Pengetahuan reseptor (pendengar/pembaca)
Hasil komunikasi di pengaruhi pula oleh kekayaan
pengetahuan si reseptor, dengan pengetahuan yang banyak
97
seorang pendengar dapat dengan cepat menangkap isi dari
suatu pesan atau suatu bacaan dan mudah menafsirkan
maksud dari pembicara/penulis tersebut. Sebaliknya
pendengar/pembaca yang pengetahuannya sangat terbatas
akan sulit menangkap pembicaraan atau bacaan. Contoh
yang jelas adalah ketika kita mendengarkan suatu ceramah
Bahasa Inggris atau mambaca bacaan Bahasa Inggris,
karena pengetahuan dalam Bahasa Inggris tersebut terbatas,
maka sulit mencernanya.
d. Komunikasi dipengaruhi pula oleh sistem sosial.
Artinya si pendengar/pembaca harus memahami
kedudukan pembicara. Sebagai contoh bila kita menghadiri
suatu ceramah tertentu dan si penceramah kebetulan
seorang yang berasal dai luar negeri dan tindak tanduknya
seenaknya sendiri, maka kita tidak boleh bersikap negatif
atau acuh tak acuh. Sebab tiap penceramah memiliki
kebiasaan-kebiasaan tersendiri. Demikian pula bila kita ada
di suatu kantor tertentu atau masyarakat tertentu kita
sebagai reseptor (pendengar) harus dapat menyesuaikan
diri, artinya memahami tata tertib dan tata pergaulan
masyarakat tersebut. Dengan cara itu maka kita dapat
menjadi pendengar yang baik, dan jika tidak dapat
menyesuaikan terhadap kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-
tradisi pembicara/penulis, maka komunikasi menjadi
terhambat, oleh karena itu sebagai pendengar atau
pembaca harus dapat menyesuikan diri terhadap sistem
sosial dari pihak pembaca/penulis.
e. Saluran Komunikasi
Komunikasi dipengaruhi pula oleh saluran komunikasi,
(pendengaran/penglihatan) dari pihak reseptor. Bila
pendengaran, penglihatan, atau indera lainnya kurang
sempurna maka komunikasi juga tidak akan sempurna,
karena dengan kurang sempurnanya alat-alat penyalur
tersebut (indera) maka tangkapan dapat kurang jelas. Oleh
karena itu agar komunikasi dapat lancar dan berhasil, maka
indera kita harus baik.
98
Karakteristik Saluran Komunikasi
KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI
Saluran komunikasi personal Saluran komunikasi nonpersonal
(media massa)
LEBIH PERSUASIF dibanding Kelebihan : daya jangkaunya luas,
saluran komunikasi media kemampuan penyampaian
massa sebab: pesan cepat.
• Pesan dapat secara langsung Contoh: surat kabar, majalah, TV,
disampaikan kepada khalayak radio film, leaflet dl.
yang dituju, bersifat pribadi.
• Penyampaan dapat lebih rinci
dan fleksibel, sesuai dengan
kondisi nyata khalayak.
• Keterlibatan khalayak dalam
komunikasi cukup tinggi.
• Komunikator langsung
mengetahui reaksi, umpan balik
dan tanggapan khalayak.
Komunikator
Kelemahan : Dayadapat segera
jangkau dan
memberikan penjelasan
penyampaian yang
pesan
diperlukan.
terbatas.
Karakteristik Media
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media:
1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan (TV, radio).
2. Kebutuhan pemilihan memori/pesan yang disampaikan tetap
diinga (billboard, majalah).
3. Jangkauan khalayak yang selektif (surat kabar,majalah).
4. Jangkauan khalayak lokal (radio lokal, bioskop).
5. Frekwensi penyampaian tinggi (radio).
99
Karakteristik Kreatif
1. Kebutuhan gerak (TV, film, iklan).
2. Kebutuhan warna (TV, film, majalah).
3. Kebutuhan suasana (radio, TV, fim).
4. Kebutuhan demonstrasi ( TV, film).
5. Kebutuhan deskripsi, bila pesan perlu uraian yang
komprehensif, sistematis, rinci (surat kabar, majalah, brosur
leaflet).
100%
85%
72% 70%
75% 65%
50%
25%
20%
10%
0%
P ENDENGAR AN DAN HANYA P ENGLIHATAN HANYA P ENDENGAR AN
P ENGLIHATAN
100
Tahapan komunikasi
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa:
1. Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap
superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim)
2. Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim
membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap
orang
3. Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area) :
individu berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri,
hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada situasi
tersebut
4. Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola
komunikasi mencakup pengembangan kepribadian umum
(publik) dan mulai membuka aspek kepribadian khusus, mulai
akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
5. Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction):
pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab,
hubungan mengarah romantis, bebas, banyak menggunakan
kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman.
Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
6. Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola
komunikasi mengarah kepada keterbukaan umum pribadi
dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan pribadi.
Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini berorientasi
lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif
terhadap lawan bicara.
101
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator
dan komunikan
4. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan
perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang
diterima
5. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan
dan menantang)
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan
media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
Adopsi Inovasi
1. Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui
sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar
(awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba
(trial) dan adopsi ( adoption).
a. Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi
informasi tersebut dirasa kurang.
b. Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih
lanjut mengenai informasi tersebut.
c. Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara
value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat
itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah
petani sasaran mencoba inovasi atau tidak.
d. Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam
skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi
atau tidak.
e. Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini
kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat
baginya. Pada tahap ini petani sasaran menerapkan dalam
jumlah/skala yang lebih besar.
102
TINGKAT ADOPSI DAN INDIKATOR TAHAP ADOPSI
MENYATAKAN KEINGINAN
MENILAI MENYATAKAN PERSETUJUAN/MENOLAK
MENGHITUNG KEUNTUNGAN
MULAI MELAKSANAKAN
MENCOBA
MENCOBA SKALA KECIL
Pendekatan massal -> tujuan penyuluhan hanyalah sekedar bersifat memberi informasi awal, tanpa
memperhatikan pihak-pihak strategis. Tujuannya hanyalah membangkitkan rasa ingin tahu seseorang
atau sekelompok orang mengenai sesuatu hal yang baru.
Pendekatan kelompok -> lebih cepat dan praktis dibanding pendekatan perseorangan.
Persoalannya hanyalah bagaimana menentukan kelompok strategis yang akan dijadikan sasaran
penyuluhan.
Pendekatan Perorangan -> untuk mencapai sasaran penyuluhan potensial dan strategis yang
diperkirakan akan mendorong atau bahkan menghambat berlangsungnya kegiatan penyuluhan.
103
ADOPSI
MEDIA TEKNOLOGI
PENELITI/ INOVASI
KOMUNIKASI
PENGKAJI/ PERIKANAN
PENYUSUN DAN
PENGGUNA
TEKNOLOGI
indikator
KELAUTAN
104
b. Tahap Persuasi : petani sasaran sudah membentuk sikap
terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap
sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
c. Tahap Keputusan : petani sasaran sudah terlibat dalam
pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak
inovasi.
d. Tahap Konfirmasi:petani sasaran mencari penguat bagi
keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap
ini petani sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi
yang telah di adopsi sebelumnya.
waktu
105
a. Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan
mendiagnosis situasi pelaku utama. Pada umumnya
wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik
agroklimate yang relatif homogen. Penyuluh perikanan
dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik
dibandingkan peneliti.
b. Tahap kedua, merencanakan dan merekayasa teknologi
adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh
pada tahap pertama. Berdasarkan informasi ini, dapat
dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai
dengan kondisi lapangan.
c. Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha.
Hasil penelitian yang diperoleh dari eksperimen sebelumnya
dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usaha. Sasaran akan
bersedia mengadopsi teknologi/Introduksi teknologi apabila
teknologi tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan
teknologi sebelumnya, juga hasilnya dilihat sendiri oleh
pelaku utama sebagai sasaran.
d. Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di
tingkat usaha pasti terjadi percobaan di lahan usaha yang
dilakukan pelaku utama perikanan. Hal ini mengindikasikan
bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan pelaku utama dan
diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang
signifikan. Hubungan antara tahap dalam proses
komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan
tertera pada Tabel dibawah ini.
Tabel Hubungan antara metode penyuluhan, tahap
komunikasi dan tahap adopsi
Meyakinkan Percobaan
Metode Kelompok
Membangkitkan
Penilaian
Keinginan
Menggugah Hati Minat
Metode Massal
Menaruh Perhatian Kesadaran
106
Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan
pada Tabel diatas dan membandingkan satu dengan lainnya,
diketahui bahwa model adopsi Bahlen memilki kelemahan
dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri dengan tahap
adopsi. Adakalanya petani menolak inovasi yang yang
diintroduksikan.
Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk
mengatasi keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers
dan Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi
dipengaruhi oleh lima (5) faktor yaitu :
a. Tipe keputusan adopsi inovasi
b. Atribut yang terkandung dalam inovasi
c. Karakteristik system sosial pelaku utama dan/pelaku usaha
sebagai sasaran
d. Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e. Usaha yang dilakukan penyuluh untuk meyakinkan pelaku
utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran.
Difusi Inovasi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan perikanan
adalah terciptanya masyarakat (sasaran penyuluhan) yang berdaya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang
ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar
tahu, mau, dan mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya dan keluarganya.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan
sangat rumit yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
tahap yaitu : invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi
merupakan kegiatan penciptaan atau pengembangan inovasi baru.
107
Nilai dan kekayaan Tradisional
Kelengkapan SDA, tingkat Teknologi
rendah , Tingkat Pendidikan rendah
Factor Penghambat
Perilaku Sasaran
108
lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu
Model Top Down, Model Feed Back dan Model Farmer Back
Farmer.
1. Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian
di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan
sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan. A.H. Bunting
(1979) mengatakan bahwa model top down difusion sebagai
model penyuluhan pertanian konvensional. Pada model ini
peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun
penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan
pada seluruh petani. Model difusi top down dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini.
2. Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini
dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di
sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku). Model ini
selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension
The Training and Visit System”. Model feed back dianggap
sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan
mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti
dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan
berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan
penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian. Secara
sederhana, gambaran model feedback seperti tertera pada
Gambar dibawah ini.
109
3. Model Farmer Back To Farmer
Model difusi farmer back to farmer dikemukakan oleh Rhoades
dan Booth (1982). Model ini mengasumsikan bahwa
penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran. Hal ini
berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara
aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan.
Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman jangka
panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial,
ekonomi, teknis, keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model difusi farmer back to farmer mengandung beberapa
siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini berusaha
mencapai tujuan tertentu. Model difusi farmer back to farmer
secara sederhana tertera pada Gambar dibawah ini.
Sosial
Adaptasi atau Potensial Mencari solusi
penyajian tingkat dgn melakukan
usahatani atau penelitian
sasaran penelitian Interdisiplin
(3) (2)
110
utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain
adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk
mengindentifikasikan sumber daya yang dimilikinya.
Penggolongan Adopter
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka
dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu:
1. Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat.
Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi
dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi
aktif dalam penyebarluasan inovasi.
2. Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar
membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi
non lahan yang relative komplit.
3. Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-
rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi
selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4. Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat
pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan
lambat menerapkan inovasi.
5. Laggard (golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya
sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan
buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka
terhadap perubahan-perubahan.
111
METODE DAN TEKNIK
PENYULUHAN PERIKANAN
112
2. Tidak langsung, yaitu melalui perantaraan media penyuluhan,
misalnya lewat radio (siaran pedesaan), bahan cetakan
(majalah, koran, poster, leaflet).
B. Menurut Indra Penerima Sasaran Penyuluhan
Menurut kemampuan sasaran penyuluhan menerima informasi
atau berkomunikasi maka pendekatan penyuluhan yang dapat
digunakan adalah:
1. Metode penyuluhan terlihat, misalnya TV, Film dan bahan
cetakan; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran
penyuluhan yang dapat melihat, khususnya dapat membaca.
2. Metode penyuluhan terdengar, misalnya Radio, TV, dan Film,
yang hanya dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak
mengalami gangguan pendengaran, yaitu dapat mendengar,
dan kombinasi antara metoda terlihat dan terdengar (AVA =
Audio Visual Aids). Penggunaan AVA saat ini, dianggap paling
sesuai dan paling tepat untuk digunakan menyampaikan
informasi pembangunan secara cepat kepada masyarakat luas.
C. Menurut Jumlah Sasaran Penyuluhan
Menurut jumlah sasaran penyuluhan yang akan dicapai,
kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan tiga cara
pendekatan yaitu: perorangan, kelompok, dan massal:
1. Pendekatan Perorangan dilakukan hususnya untuk mencapai
sasaran penyuluhan potensial dan strategis yang diperkirakan
akan mendorong atau bahkan menghambat berlangsungnya
kegiatan penyuluhan. Pendekatan terhadap pihak-pihak
strategis bertujuan untuk mencari pengakuan tentang
pentingnya inovasi yang akan disampaikan lewat program
yang diintroduksikan oleh penyuluh. Biasanya, jika pihak-pihak
strategis ini dapat diyakinkan tentang kemanfaatan inovasi
tersebut maka penduduk lainnya juga akan cepat
terpengaruh.
Keunggulan pendekatan perorangan adalah pada relatif
mantapnya perubahan perilaku sasaran penyuluhan setelah
menerapkan inovasi. Alasannya karena individu strategis
biasanya akan menerima suatu inovasi jika dia benar-benar
sudah yakin pada inovasi itu dan terutama pada pembawa
inovasi tersebut, yaitu penyuluh.
113
Kelemahan pendekatan perorangan yaitu memerlukan banyak
tenaga dan waktu dari penyuluh untuk mendatangi satu
persatu individu strategis tersebut. Karena itu, penentuan
individu selaku "sasaran strategis" harus selektif. Selektifitas
ini akan dapat dilakukan dengan baik jika penyuluh dapat
mengidentifikasi dengan cermat dan tepat individu-individu
strategis yang ada dimasyarakat.
2. Pendekatan kelompok lebih cepat dan praktis dibanding
pendekatan perserorangan. Persoalannya hanyalah bagaimana
menentukan kelompok strategis yang akan dijadikan sasaran
penyuluhan. Kelompok bidang perikanan (Pokdakan, LEEP,
Pokmaswas, kelompok usaha bersama (KUB)) adalah satu dari
sekian banyak kelompok sosial di masyarakat yang dapat
dijadikan kelompok sasaran strategis. namun kelompok-
kelompok lainnya pun tetap harus didekati, hususnya dalam
upaya mempersamakan pengertian dan pandangan tentang
arti, hakekat, dan program serta fungsi program sebagai
sarana untuk menebarkan inovasi (informasi baru) ke
masyarakat.
3. Pendekatan massal dalam penyuluhan adalah cara yang
biasanya dilakukan jika tujuan penyuluhan hanyalah sekedar
bersifat memberi informasi awal, tanpa memperhatikan pihak-
pihak strategis. Tujuannya hanyalah membangkitkan rasa
ingin tahu seseorang atau sekelompok orang mengenai
sesuatu hal yang baru. Tetapi jika sudah menyangkut upaya
membujuk, dan mendorong seseorang atau sekelompok orang
untuk berbuat sesuatu maka pendekatan perseorangan dan
pendekatan kelompoklah yang harus digunakan.
Setiap pendekatan penyuluhan ini mempunyai keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Karena itu penentuan metode
mana yang akan digunakan akan tergantung pada berapa
banyak sasaran penyuluhan yang ingin dicapai dalam satuan
waktu yang sama, materi penyuluhan yang akan disampaikan,
dan dampak yang ingin dicapai.
114
D. Menurut Sifat Metode Pendekatan pada Sasaran
Menurut sifat metode pendekatan pada sasaran, kegiatan
penyuluhan dapat dibagi kedalam:
1. Persuasif artinya bahwa penyuluh perikanan dalam
melaksanakan tugasnya harus mampu meyakinkan khalayak
yang disuluh, sehingga mereka merasa tertarik terhadap hal-
hal yang disampaikan.
2. Edukatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus bersikap
dan berperilaku sebagai pendidik yang dengan penuh
kesabaran dan ketekunan membimbing masyarakat.
3. Komunikatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus mampu
berkomunikasi dan menciptakan iklim serta suasana
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu pembicaraan atau
komunikasi yang bersifat akrab, terbuka, dan timbal balik.
4. Akomodatif artinya bahwa dengan diajukannya permasalahan-
permasalahan di bidang perikanan oleh masyarakat, penyuluh
perikanan harus mampu mengakomodasikan, menampung,
dan memberikan jalan pemecahannya dengan sikap dan
bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh khalayak
yang disuluh.
5. Fasilitatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus mampu
memanfaatkan jejaring kerja penyuluhan perikanan untuk
menghubungkan antara khalayak yang disuluh dengan pihak
lain seperti sumber teknologi, sumber permodalan, sumber
informasi, akses pasar, dan lain-lain.
6. Demonstratif
7. Mediatif
115
PENGERTIAN TEKNIK PENYULUHAN
Teknik penyuluhan adalah cara mempertemukan sasaran
penyuluhan dengan materi penyuluhan. Teknik penyuluhan ini
akan memungkinkan sasaran penyuluhan mengalami proses
belajar, yaitu proses interaksi antara orang yang belajar dengan
materi yang dipelajarinya, sehingga dia memperoleh pemahaman
terhadap materi yang dipelajarinya tersebut yang pada gilirannya
materi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mensolusi
masalah yang dihadapinya.
116
Teknik pelaksanaan:
1. Kegiatan kunjungan dilakukan secara berencana, sehingga
setiap orang dapat dikunjungi secara berkala dan dengan
pembicaraan yang terencana.
2. Usahakanlah agar waktu kunjungan tidak mengganggu
kesibukan pelaku utama/pelaku usaha.
3. Siapkanlah (bila mungkin) brosur-brosur, selebaran atau
terbitan lain sebagai bahan informasi.
4. Bersikap ramah, bersahabat dan kekeluargaan. Jangan
bersikap terlalu resmi atau menggurui, dan tidak berdebat.
5. Materi kunjungan berkaitan dengan materi lain.
6. Dibicarakan lebih dahulu hal-hal yang menarik perhatian.
7. Beri kesempatan pelaku utama/pelaku usaha berbicara.
8. Pergunakan gaya yang menarik dan bahasa yang mudah
dimengerti.
9. Tumbuhkan rasa seolah-olah pelaku utama/pelaku usaha
sebagai pembawa ide.
10. Catatlah hasil kunjungan, masalah-masalah yang sudah
dibicarakan, masalah-masalah yang belum terpecahkan, janji-
janji atau pesan-pesan pelaku utama/pelaku usaha.
b. Surat-menyurat (Korespondensi)
Pengertian:
Surat menyurat antara sasaran penyuluhan dan penyuluh
(instansi terkait). Dalam kasus penyuluhan perikanan, misalnya,
surat dari pelaku utama/pelaku usaha anggota kelompok Sipedes
117
(kelompok pendengar siaran pedesaan) kepada penyelenggara
siaran pedesaan.
c. Telepon
Untuk pelaksanaan penyuluhan perikanan cara ini belum umum
digunakan oleh kebanyakan pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan karena keterbatasan informasi maupun fasilitasnya
belum ada. Tetapi untuk penyuluhan KB atau AIDS, misalnya
cara ini sudah digunakan yaitu dengan adanya "hot line" yang
dapat dihubungi setiap saat untuk berkonsultasi.
e. Demonstrasi Cara
Pengertian:
Demonstrasi cara adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara
penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti
menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan.
Tujuan:
Demonstrasi cara bertujuan untuk menyakinkan orang bahwa
suatu cara kerja tertentu yang dianjurkan itu bermanfaat dan
mudah (praktis) dilakukan.
118
Teknik Pelaksanaan:
1. Materi yang dapat didemonstrasi-carakan dalam penyuluhan
perikanan antara lain demonstrasi pembuatan kolam dan
tambak, demonstrasi cara kawin suntik, demonstrasi cara
pemupukan, pemberian air, penebaran, benih, dan
penangkapan benih alam untuk tambak dan lain-lain. Lokasi
demonstrasi hendaknya ditempatkan pada daerah yang
mudah dikunjungi pelaku utama/pelaku usaha.
2. Tempat, alat, dan bahan untuk demonstrasi dipersiapkan
sebelumnya dan diperiksa agar supaya tidak gagal pada
waktunya.
3. Beritakan mengenai tempat, waktu, dan maksud demonstrasi
seluas mungkin, melalui ketua kelompok, papan pengumuman
(Balai Desa, Pasar, dan lain-lain), bila mungkin melalui surat
kabar dan radio.
4. Tempat diatur sebaik mungkin sehingga semua hadirin dapat
melihat, bertanya, dan berdiskusi.
5. Berikan kesempatan pada hadirin untuk mencoba sendiri.
6. Berikan bahan-bahan penunjang yang bersangkutan dengan
demonstrasi.
7. Setelah selesai demonstrasi mintakan komentar dari para
ketua kelompok berkenaan dengan penerapan cara baru
seperti yang didemonstrasikan.
119
f. Demonstrasi Hasil
Pengertian:
Demonstrasi hasil adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang hasil
penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti
menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan atau teknologi lainnya yang sudah spesifik lokasi.
Tujuan:
Demonstrasi hasil bertujuan untuk menunjukkan nilai cara baru
yang dianjurkan dan untuk memperlihatkan bahwa anjuran-
anjuran itu cocok bagi tempat tersebut serta menguntungkan.
Teknik pelaksanaan:
1. Materi yang dapat didemonstrasi-hasilkan dalam program
perikanan ialah demonstrasi di bidang perikanan tentang
manfaat penggunaan alat perikanan modern dan demonstrasi
usaha di bidang perikanan
2. Demonstrasi hasil dilakukan oleh seorang pelaku
utama/pelaku usaha demons-trator dengan bimbingan
penyuluh perikanan
3. Letak tempat demonstrasi dipilih pada daerah yang mudah
dikunjungi dan dilihat.
4. Buatlah tanda-tanda yang jelas, mengenai apa yang
didemonstrasikan dan batas-batas daerah demonstrasi.
5. Batasi ruang lingkup demonstrasi hanya untuk menyakinkan
kebenaran dan kemantapan hasil cara baru tersebut, jadi
tidak untuk menemukan hal-hal yang baru.Susun kalender
kerja demonstrasi.
6. Bantu demonstrasi dengan pencatatan peristiwa-peristiwa
seperlunya.
7. Kunjungi demonstrasi secara teratur, untuk bimbingan dan
pengawasan.
8. Buatlah petak dasar (check plot) untuk perbandingan, jika
mungkin.
120
9. Susunlah catatan, bukti dan kesimpulan tentang demons-
trasi tersebut.
10. Umumkan secara meluas hasil demonstrasi tersebut.
11. Bicarakan hasil demonstrasi ini dalam pertemuan-pertemuan.
12. Bila demonstrasi gagal, supaya dianalisa sebab-sebabnya.
h. Wisata
Pengertian:
Wisata terdiri dari Widyawisata dan Karyawisata.
1. Widyakarya/karyawisata adalah teknik penyuluhan perikanan
berupa kegiatan perjalanan bersama yang dilakukan oleh
pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan untuk
mempraktekkan hasil suatu pengajaran atau melakukan suatu
karya yang bermanfaat di tempat yang dituju.
2. Widyawisata adalah teknik penyuluhan perikanan berupa
kegiatan perajalanan bersama yang dilakukan olek kelompok
pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan untuk belajar
dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan
121
yang sesungguhnya dengan prinsip adalah belajar dengan
melihat.
Tujuan
1. Meyakinkan para pelaku utama/pelaku usaha dengan memberi
kesempatan kepada mereka untuk melihat sendiri hasil suatu
teknologi baru, demonstrasi suatu keterampilan, alat baru,
dan sebagainya.
2. Membantu pelaku utama/pelaku usaha mengenal masalah,
menimbulkan perhatian, minat, dan memotivasi untuk
melakukan suatu kegiatan.
Teknik pelaksanaan
1. Penentuan tempat yang akan dikunjungi serta apa yang
akan dilihat dan dipelajari. Untuk kegiatan usaha perikanan
dapat dipilih obyek-obyek seperti berikut: balai benih ikan,
P4S, dan proyek-proyek perikanan dan sebagainya.
2. Hubungi pejabat/petugas dari tempat yang akan dikunjungi
dan beritahukan rencana kunjungan.
3. Tentukan susunan peserta dan pemimpinnya.
4. Rundingkan dengan para peserta hal-ikhwal yang
bersangkutan dengan perjalanan.
5. Berikan sedikit gambaran tentang tempat-tempat/obyek
yang akan dikunjungi.
6. Selalu mengusahakan kepentingan kelompok.
7. Berikan kesempatan kepada peserta untuk melihat,
mendengar, dan bertukar pikiran.
8. Bantu mereka dalam membuat catatan-catatan yang
diperlukan.
9. Atur agar acara kunjungan tidak terlalu padat atau
membosankan.
10. Perhatikan dan usahakan agar ada rekreasi, kesenangan
perjalanan dan kegembiraan kelompok.
11. Pilih kelompok yang serba sama (homogen) untuk kunjungan
yang bersifat khusus dan kelompok yang mewakili segala
golongan untuk kunjungan yang bersifat umum.
122
12. Kepada setiap tempat kunjungan, para peserta diberikan
kesempatan untuk juga menguraikan hasil usaha mereka
sendiri.
13. Kelompok supaya tidak terlalu besar.
14. Ongkos untuk makan, rekreasi dan kepentingan umum
ditanggung oleh semua peserta.
i. Kursus
Pengertian:
Kursus adalah teknik penyuluhan perikanan berupa kegiatan
proses belajar mengajar terstruktur yang khusus diperuntukkan
bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan, yang
diselenggarakan secara sistematis dan teratur dan dalam jangka
waktu tertentu. Kursus dapat dilaksanakan diruangan tertutup
(kelas) atau dilapangan dalam satuan periode waktu tertentu
tergantung materi yang diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan
1. Menambah pengetahuan.
2. Meningkatkan keterampilan.
3. Menumbuhkan sikap positif.
4. Mengembangkan kepemimpinan.
123
Teknik Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Meneliti keadaan pelaku utama/pelaku usaha, seperti
tradisi, kebiasaan, norma, pendidikan, pengalaman, dan
lain-lain.
b. Menganalisa masalah, usaha di bidang perikanan yang
dihadapi pelaku utama/pelaku usaha, sikap
terhadap kegiatan perikanan, pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan, dan sebagainya.
c. Menyiapkan rencana kursus, pencakupan waktu, tempat,
bahan pelajaran, alat-alat pembantu pengajaran,
pengajaran, biaya.
d. Konsultasi dengan pemimpin lokal (ketua kelompok) dan
pejabat daerah.
2. Pelaksanaan
a. Mengorganisir peserta melalui ketua kelompok dan atas
persetujuan pejabat pemerintah setempat.
b. Jumlah peserta sebaiknya antara 20 sampai 30 orang.
c. Lamanya kursus tergantung dari volume materi yang
diajarkan. Yang umum adalah antara 2 minggu sampai 3
bulan. Kegiatan belajar sebaiknya tidak dilakukan setiap
hari, karena akan mengganggu kesibukan pelaku
utama/pelaku usaha; sekali sampai tiga kali seminggu,
masing-masing 1-2 jam sudah cukup.
d. Materi pelajaran hendaknya praktis dan langsung dapat
mensolusi masalah yang sedang dihadapi. Menggali
pengetahuan sebanyak-banyaknya dari pengalaman
pelaku utama/pelaku usaha sendiri.
e. Gunakan sebanyak-banyaknya alat peraga dan contoh
nyata.
f. Sebaiknya metoda itu digabung dengan metoda-metoda
lain seperti demonstrasi, karyawisata, diskusi, dan
sebagainya.
g. Berikan tanda tamat kursus (sertifikat), bila mungkin
dengan pas foto dari pelaku utama/pelaku usaha yang
bersangkutan.
h. Berikan penghargaan bagi yang berprestasi tinggi.
124
i. Evaluasi dan bimbingan lapangan
j. Evaluasi dapat dilakukan selama atau di akhir kursus dan
dapat juga dilakukan setelah peserta kembali ke tempat
bekerjanya (evaluasi lapangan).
k. Evaluasi kursus terutama bertujuan untuk menilai
efektivitas dari kursus itu ssendiri yang dapat dipakai
untuk memperbaiki pelaksanaan kursus di masa yang
akan datang. Jadi evaluasi kursus tidak terutama untuk
menilai tingkat prestasi masing-masing peserta kursus.
l. Indikator-indikator yang dapat dipakai untuk melakukan
evaluasi antara lain kemampuan mengingat, kemampuan
menganalisa, kemampuan mensolusi masalah,
keterampilan fisik, sikap terhadap masalah kegiatan usaha
di bidang perikanan dan kehidupan.
m. Bimbingan lanjutan diberikan oleh para petugas/penyuluh
lapangan setelah kursus berakhir. Bimbingan lanjutan
dapat dilakukan dengan cara kunjungan, mengirimi bahan
bacaan, mengorganisasi pertemuan, karyawisata dan lain
lain.
125
j. Magang Usaha
Magang usaha bagi pelaku utama adalah melakukan kerja
praktek pada suatu perusahaan atau tempat usaha di bidang
perikanan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mencari
pengalaman kerja.
k. Pameran
Pengertian:
Pameran diselenggarakan untuk memperagakan secara
sistematis tentang sesuatu hal. Bentuk yang dipamerkan
bermacam-macam, misalnya dalam bentuk barang, poster, benda
hidup, grafik, kumpulan foto, dan sebagainya. Hal terpenting
yang harus diperhatikan dalam mengadakan pameran adalah
bagaimana membuat suatu pameran menarik, dan
membangkitkan keinginan orang untuk melihatnya.
Pameran pembangunan perikanan adalah teknik penyuluhan
perikanan berupa kegiatan untuk mempelihatkan atau
mempertunjukkan model, contoh, barang, peta, grafik, gambar,
poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematis pada suatu
tempat tertentu dalam rangka promosi usaha dan memberikan
informasi yang terbuka dan seluas-luasnya kepada publik tentang
kemajuan pembangunan sektor perikanan.
Tujuan:
1. Membiasakan pengunjung dengan norma-norma yang lebih
baik.
2. Mempengaruhi pengunjung untuk menerima cara-cara baru.
3. Menarik perhatian banyak orang.
4. Meningkatkan pengertian dan menumbuhkan kesukaan
kepada kegiatan penyuluhan.
Teknik Pelaksanaan:
1. Sebaiknya diselenggarakan bersamaan dengan peristiwa-
peristiwa khusus, misalnya 17 Agustus, dan sebagainya.
2. Mempunyai tema dan pusat perhatian (fokus).
126
3. Dalam skala kecil, harus menyajikan secara lengkap hal-hal
yang tercakup dalam suatu kegiatan.
4. Materi/barang disajikan harus jelas, sederhana, dan sudah
dipahami.
5. Harus ada susunan yang sistematis dan berkelanjutan.
6. Pergunakan jumlah obyek secukupnya, tidak berkelebihan.
7. Pengaturan tata ruang sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan urutan kegiatan secara sistematis dengan
memperhatikan arah aliran pengunjung.
8. Gunakanlah dekorasi dari bahan-bahan yang erat
hubung-annya dengan yang dipamerkan. Disusun dalam
urutan dan kombinasi warna yang serasi.
9. Obyek-obyek yang akan menarik perhatian atau akan
ditonjolkan ditaruh di tempat yang strategis serta diberi
ruang cukup untuk pengunjung yang berhenti dan
memperhatikan.
10. Para penjaga pameran harus dibekali dengan informasi yang
cukup mengenai obyek yang dipamerkan dan harus
bersungguh-sungguh serta tepat dan ramah dalam
memberikan jawaban.
11. Dianjurkan untuk menyelenggarakan juga sayembara atau
perlombaan.
12. Buat penilaian kegiatan pameran dengan jalan menganalisa
jumlah pengunjung, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
serta saran – saran yang terdapat dalam buku saran.
127
7. Memerlukan petugas penerang (info-guide) yang benar-
benar menguasai masalah.
l. Media massa
Media massa mencakup radio, TV, majalah, suratkabar, film
(layar tancap), selebaran, poster, leaflet, liptan, dsb.
Tujuan
1. Membangkitkan kesadaran dan perhatian.
2. Menumbuhkan minat dan keingintahuan.
3. Menyebarkan informasi secara cepat dan meluas.
Teknik Pelaksanaan
1. Lakukan kerjasama dengan media massa.
2. Mintakan jam tayang/siaran/edar/tampil yang sesuai dengan
kebiasaan dan waktu senggang dari pendengar.
3. Waktu siaran tidak terlalu panjang, seluruh acara siaran
biasanya 30 menit.
4. Bahan-bahan yang akan disiarkan hendaknya memenuhi
persyaratan:
a. mudah dimengerti
b. melingkupi satu masalah saja,
c. bahasanya sederhana,
d. singkat tetapi lengkap,
e. tidak
menayangkan/menyiarkan/mengedarkan/menampilkan
terlalu banyak masalah keterampilan melainkan lebih
banyak pengetahuan umum,
f. gunakan bahasa yang dapat dimengerti,
g. hangat (aktual),
h. bersifat memecahkan masalah, dan
i. terjamin kebenarannya.
128
Manfaat dan Hambatan
1. Metoda ini relatif murah.
2. Sangat cepat dan meluas dalam menyebarkan informasi.
3. Efektif untuk mendorong adopsi dalam tahap sadar dan minat.
4. Tidak langsung, tidak bisa spesifik dan tidak dapat diajarkan
keterampilan.
m.Perlombaan
Perlombaan adalah cara untuk membangkitkan semangat orang
untuk saling bersaing, misalnya perlombaan merangkai bunga,
bayi sehat, tanaman pekarangan terbaik dan sebagainya.
n. Kampanye
Kampanye adalah kegiatan penyuluhan yang intensif dan luas
dengan menggunakan berbagai metoda dan teknik penyuluhan
secara serentak dalam waktu yang relatif singkat.
o. Pertemuan umum
Pengertian:
Adalah suatu rapat dengan peserta campuran. Pada pertemuan
ini disampaikan beberapa informasi tertentu dipertimbangkan
dan untuk dilaksanakan di kemudian hari.
Tujuan
1. Mencapai dan melayani jumlah orang yang banyak
secara efektif dan murah
2. Mempersiapkan orang-orang untuk kegiatan tertentu.
3. Mengetahui tanggapan/reaksi orang mengenai kegiatan.
Teknik pelaksanaan
1. Rundingkan dengan atasan mengenai maksud pertemuan
umum.
2. Buatlah rencana acara, tujuan, dan isi pembicaraan.
129
3. Konsultasi dengan ketua kelompok perikanan setempat,
pemuka masyarakat, serta pimpinan daerah. Ikutkan
mereka dalam penyelenggaraan.
4. Hubungi para pembicara dan berikan penjelasan kepada
mereka maksud dan tujuan pertemuan umum yang akan
diadakan.
5. Umumkan secara meluas akan adanya pertemuan ini.
6. Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat tersebut.
7. Selenggarakan di tempat yang letaknya strategis, dapat
duduk dengan baik, penerangan cukup, dan udara segar.
8. Adakan pada musim-musim kurang kegiatan usaha di bidang
perikanan.
9. Bila tempat tinggal orang-orang berjauhan, adakan pada
malam hari.
10. Perhatian ditujukan kepada maksud rapat, dengan
memberi kesempatan untuk berdiskusi, hindari
pertentangan pendapat.
11. Berikan penghargaan untuk jasa-jasa yang diberikan.
12. Buat laporan rapat dan pengumuman.
13. Bila mungkin bagikan bahan bacaan atau pemutaran film
yang berhubungan dengan materi pertemuan.
130
p. Temu Wicara
Temu Wicara adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan antara pelaku utama dan/atau pelaku usaha
dengan pemerintah untuk bertukar informasi mengenai
kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan perikanan, serta
antisipasi dan peran serta pelaku utama dan/atau pelaku usaha
dalam pembangunan perikanan.
q. Temu Teknis
Temu Teknis adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan berkala antara penyuluh perikanan dengan
penyuluh perikanan atau antara penyuluh perikanan dengan
peneliti, perekayasa, profesional, aparat pemerintah untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelaku utama dan/atau pelaku
usaha dalam mengembangkan usahanya.
r. Temu Karya
Temu Karya adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan antar pelaku utama dan/atau pelaku untuk
bertukar pikiran dan pengalaman, saling belajar, saling
mengajarkan keterampilan dan pengetahuan untuk diterapkan
oleh pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan.
s. Temu Usaha
Pengertian:
Temu Usaha adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan antar pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan dengan pengusaha di bidang perikanan dalam rangka
informasi usaha promosi usaha transaksi usaha, perluasan pasar
dan kemitraan usaha.
Temu usaha adalah satu pertemuan antara pelaku utama, pelaku
usaha dan pengusaha perikanan untuk membangun kesepakatan
didalam menetapkan persyaratan-persyaratan produk perikanan
yang diperjualbelikan, sehingga tercapai sebuah transaksi jual
beli. Sebagai metode penyuluhan temu usaha berguna untuk
menumbuhkan kegiatan usaha perikanan yang berorientasi
pasar.
131
Tujuan:
1. Memfasilitasi adanya pertemuan bagi pemangku kepentingan
usaha perikanan untuk bertukar informasi sebagai dasar
menjalin kerja sama dalam pengembangan usaha perikanan;
2. Menjalin kerja sama antar pemangku kepentingan dengan
mengoptimalkan peran masing-masing untuk meningkatkan
kinerja usahanya;
3. Mendorong terjadinya transaksi jual beli dalam ikatan
perjanjian yang saling menguntungkan
Pelaksanaan:
1. Perencanaan
a. Penetapan Materi
Materi temu usaha difokuskan kepada deskripsi produk
perikanan yang akan ditawarkan oleh pelaku utama dan
yang dibutuhkan oleh pelaku usaha/pengusaha. Materi
tersebut mencakup :
1) Jenis produk perikanan (komoditas perikanan)
2) Bentuk produk perikanan (segar/hidup/olahan)
3) Ukuran produk perikanan (size, berat/ekor,
berat/kemasan)
4) Jumlah produk perikanan
5) Perlakuan produk perikanan
6) Harga produk perikanan (per satuan berat/per satuan
kemasan)
Informasi lain yang dipaparkan pelaku utama adalah lokasi
penyebaran produk perikanan yang ditawarkan.
Keberadaan sebaran lokasi produk perikanan ini juga akan
membantu memperhitungkan resiko transportasi produk
perikanan dan penetapan penawaran harga.
Materi yang ditawarkan maksimal 4 produk perikanan
dalam setiap kali penyelenggaraan temu usaha.
b. Penetapan Peserta
Peserta temu usaha terdiri dari peserta utama, peserta
pendamping, fasilitator dan pemerintah. Peserta utama
adalah pelaku utama, pelaku usaha dan pengusaha. Jumlah
132
peserta utama maksimal 40 orang. Peserta pelaku utama
terdiri dari :
1) Pelaku utama yang bertindak sebagai wakil dalam
menawarkan produk perikanan maksimal 4 orang,
2) Pelaku utama yang yang bertindak sebagai wakil
kelompok yang menghasilkan produk perikanan
maksimal 10 orang,
3) Pelaku utama yang menjadi utusan kelompok/asosiasi
maksimal 10 orang.
Jumlah pelaku usaha/pengusaha sebagai peserta maksimal
10 orang yang merupakan calon pembeli produk perikanan
yang ditawarkan pelaku utama dan sudah dihubungi oleh
penyelenggara.
c. Penetapan Lokasi dan Waktu
Lokasi dan waktu temu usaha ditetapkan oleh tim
pelaksana atas dasar kesepakan peserta utama. Lokasi
temu usaha dapat dilaksanakan diruang tertutup atau
terbuka.
d. Fasilitator
Tim pelaksana mempersiapkan fasilitator temu usaha
dengan mempertimbangkan kemampuan berkomunikasi.
e. Perumusan Rencana Evaluasi
Tim pelaksanaan dan fasilitator merumuskan rencana
evaluasi yang difokuskan pada kesiapan pelaksanaan,
proses transaksi dan penyelesaian transaksi.
f. Pembiayaan
Pemerintah/pemerintah daerah menyiapkan secara matang
penyelenggaraan temu usaha termasuk pembiayaannya.
2. Pelaksanaan
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Penetapan Tim Pelaksana
a) Tim Pelaksana berjumlah 5 orang terdiri dari ketua,
sekretaris dan 3 orang anggota
b) Ketua dan sekretaris adalah pejabat struktural yang
berasal dari instansi pemerintah, sedangkan anggota
adalah pejabat fungsional dan atau tokoh pelaku
133
utama, antara lain penyuluh perikanan (PNS atau
swadaya) dan kontak pelaku utama. Kontak pelaku
utama yang ditunjuk sebagai tim pelaksana bukan
sebagai peserta utama,
c) Tugas tim pelaksana yaitu merencakan,
melaksanakan, mengevaluasi dan membuat laporan
pelaksanaan. Laporan pelaksanaan disusun dengan
bahasa yang jelas, logis, dan sistematis serta
menggambarkan pelaksanaan temu usaha (Outline
Laporan pada Lampiran 1). Laporan di buat oleh tim
pelaksana dan disampaikan kepada pejabat yang
berwenang memberikan tugas untuk melaksanakan
temu usaha paling lambat dua (2) minggu setelah
pelaksanaan. Untuk mendukung isi dan materi
laporan perlu dilengkapi dengan dokumentasi.
2) Penetapan fasilitator
Fasilitator adalah orang yang ditugaskan sebagai
pemandu dalam pelaksanaan kegiatan. Fasilitator harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sebagai
fasilitator dapat ditunjuk pejabat struktural, pejabat
fungsional ataupun pakar komunikasi. Kemampuan
fasilitator sangat menentukan keberhasilan proses temu
usaha.
3) Penyiapan Penyelenggaraan
Kesiapan peserta utama menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan temu usaha terutama dalam proses
transaksi, demikian juga kesiapan tim pelaksana dan
fasilitator. Karena itu perlu disiapkan penyelenggaraan
sebaik-baiknya dengan cara :
a) Tim Pelaksana menginventarisasi dan
mengidentifikasi pelaku utama yang mempunyai
produk perikanan untuk dipasarkan serta pelaku
usaha/pengusaha yang membutuhkan produk
perikanan yang dipasarkan
b) Tim Pelaksana melakukan penjajakan awal dengan
menghubungkan antara pelaku utama dengan pelaku
usaha/pengusaha terhadap kesepakatan produk
perikanan yang akan dipasarkan dan dibutuhkan.
134
Penjajakan ini terus dilakukan sampai didapat
kesimpulan adanya kesediaan dari kedua belah pihak
untuk berpartisipasi dan bersedia untuk
melanjutkannya dalam temu usaha sampai pada
tahapan transaksi.
c) Tim pelaksana melakukan komunikasi baik secara
langsung maupun surat menyurat kepada peserta
utama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan temu
usaha.
d) Adanya pernyataan tertulis tentang kesediaan peserta
utama dan fasilitator untuk berpartisipasi dalam temu
usaha setelah menerima surat undangan.
e) Peserta pelaku utama menyiapkan contoh produk
perikanan yang akan dipasarkan dalam jumlah yang
cukup dengan informasi produk perikanan secara
tertulis. Tim pelaksana memperbanyak informasi
produk perikanan tertulis tersebut.
f) Tim pelaksana menyiapkan tempat penyelenggaraan
temu usaha berikut fasilitas pendukungnya secara
baik.
g) Tim pelaksana menyiapkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan proses penyelenggaraan temu
usaha (panduan kegiatan, perjanjian, surat transaksi
dan berita acara). Contoh surat perjanjian, berita
acara, dan surat transaksi terlampir dalam petunjuk
pelaksanaan ini.
b. Tahapan Pelaksanaan
1) Pendaftaran peserta untuk mengetahui tingkat
kehadiran peserta utama dan peserta lainnya yang
diundang,
2) Setelah dilakukan seremonial/pembukaan kegiatan temu
usaha diawali dengan penjelasan tim pelaksana yang
ditunjuk tentang maksud dan tujuan penyelenggaraan
serta menginformasikan produk perikanan yang akan
dipasarkan dan peserta utama yang hadir,
3) Fasilitator yang bertindak sebagai moderator
mempersilahkan peserta pelaku utama untuk
menjelaskan produk perikanan yang akan dipasarkan
135
serta pelaku usaha/pengusaha untuk menjelaskan
produk perikanan yang dibutuhkan,
4) Fasilitator selanjutnya secara satu persatu
mempertemukan peserta pelaku utama dan pelaku
usaha/pengusaha untuk melihat contoh produk
perikanan, melakukan negoisasi harga dan mendorong
terjadinya transaksi. Bila telah terjadi transaksi fasilitator
menginformasikan hasil transaksi kepada peserta temu
usaha.
5) Bila terdapat lebih dari satu pelaku usaha/pengusaha
yang berminat terhadap satu jenis produk perikanan
yang dipasarkan, fasilitator berkewajiban melakukan
proses pelelangan secara terbuka. Penetapan pemenang
lelang ditentukan melalui penilaian harga penawaran
yang tertinggi.
6) Tim pelaksana ditugaskan menyiapkan dokumen-
dokumen untuk pengesahan transaksi.
7) Pada akhir temu usaha ditandatangani masing-masing
dokumen transaksi yang telah disepakati.
8) Untuk kelengkapan dan keabsahan temu usaha tim
pelaksana membuat berita acara pelaksanaan temu
usaha sebagai bukti kelengkapan telah terjadinya
transaksi.
9) Tim pelaksana bersama peserta utama membuat jadual
penyelesaian transaksi.
c. Rencana Tindak Lanjut
1) Tim pelaksana memonitoring perkembangan kegiatan
transaksi,
2) Tim pelaksana menginisiasi terbangunnya kerjasama
antara pihak yang terlibat dalam temu usaha khususnya
antara peserta utama.
3. Evaluasi dan Bimbingan Lanjutan
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap perencanaan, penyelenggaraan
temu usaha dan rencana tindak lanjut. Evaluasi difokuskan
kepada kesiapan pelaksanaan, proses transaksi dan
penyelesaian transaksi.
136
b. Bimbingan Lanjutan
Bimbingan lanjutan diperlukan dalam rangka meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk perikanan yang dilakukan
pelaku utama serta menghasilkan kualitas dan kontinuitas
produk perikanan yang dibutuhkan pelaku usaha/
pengusaha.
Manfaat:
1. Diketahuinya persyaratan kualitas produk perikanan yang
mempunyai nilai tawar yang layak;
2. Bertambah luasnya wawasan dan jaringan pemasaran produk
perikanan oleh pelaku utama;
3. Diketahuinya sumber-sumber produk perikanan yang
dibutuhkan pelaku usaha/ pengusaha;
4. Menyederhanakan rantai pemasaran.
t. Mimbar Sarasehan
Mimbar Sarasehan adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan sebagai forum konsultasi antara gabungan
kelompok perikanan atau asosiasi kelompok perikanan dengan
pihak pemerintah yang diselenggarakan secara priodik dan
berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawrakan dan
menyepakati pemecahan berbagai permasalahan pembagunan
perikanan.
u. Temu Pakar
Temu Pakar adalah metode penyuluhan perikanan berupa
pertemuan antar pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan
dengan pakar atau profesional di bidang perikanan dalam rangka
memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh pelaku utama
dan/atau pelaku usaha perikanan dalam usahanya.
137
perekayasa, widiyaswara, instruktur, guru dan dosen), pemangku
kepentingan dengan kelompok pelaku utama dan pelaku usaha
yang didampingi oleh penyuluh perikanan untuk mengidentifikasi,
merumuskan dan memecahkan masalah penerapan teknologi
perikanan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha untuk
meningkatkan produksi yang dilakukan secara partisipasif melalui
praktek langsung di lahan usaha.
Tujuan:
1. Meningkatkan pemahaman pengguna dalam penerapan
teknologi,
2. Mempercepat proses penetrasi teknologi kepada pengguna,
3. Memenuhi kebutuhan teknologi yang sesuai dengan masalah
yang sedang dihadapi pengguna
Teknik pelaksanaan:
1. Perencanaan
a. Tim Pelaksana
1) Penetapan Tim Pelaksana
Penetapan Tim Pelaksana dilakukan oleh pimpinan
instansi yang membidangi kelautan dan perikanan. Tim
pelaksana terdiri dari unsur dinas kabupaten/kota yang
membidangi kelautan dan perikanan dan penyuluh
perikanan.
2) Tugas Pelaksana adalah:
a) Menetapkan Tim Identifikasi untuk menggali
permasalahan teknologi perikanan di pelaku utama
(metode identifikasi masalah yang digunakan dalam
kegiatan temu KIPRAH adalah metode PRA
sederhana). Tim Identifikasi terdiri dari : unsur dinas,
penyuluh perikanan dan pelaku utama (Jumlah tim
identifikasi maksimal 5 orang). Tim membuat laporan
hasil identifikasi.
b) Menetapkan komoditas;
c) Menetapkan calon lokasi;
d) Menetapkan lokasi definitif;
e) Menetapkan peserta;
f) Menetapkan masalah komponen teknologi;
138
g) Menetapkan Tim Ahli
b. Penetapan Peserta
1) Kepesertaan
Kepesertaan merupakan kunci keberhasilan dalam Temu
KIPRAH. Peserta temu KIPRAH adalah pelaku utama
yang ditetapkan pada saat identifikasi.
2) Syarat Peserta :
a) Kontak pelaku utama menghadapi masalah usaha dan
atau mengembangkan cabang usaha komoditas yang
dijadikan topik utama Temu KIPRAH dan tokoh
masyarakat di wilayahnya;
b) Mempunyai kemampuan dan bersedia
mendiseminasikan teknologi di wilayahnya,
3) Jumlah Peserta
a) Jumlah peserta maksimum 30 orang
b) Peserta merupakan perwakilan kelompok
c) Pada saat pemanggilan peserta, lampirkan buku
panduan pelaksanaan temu KIPRAH agar peserta
dapat menyiapkan diri sebaik-baiknya.
c. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi dan topik/komoditas
1) Agar lebih mudah dan terarah, tetapkan komoditas yang
akan dijadikan sebagai topik pertemuan
2) Konsultasikan kepada dinas KP tingkat propinsi untuk
mendapatkan informasi wilayah/kabupaten yang
memang diprogramkan untuk pengembangan komoditas
dimaksud. Minimal 2 wilayah/kabupaten pengembangan.
3) Konsultasikan kepada dinas KP tingkat kabupaten yang
ditetapkan di tingkat propinsi itu untuk mendapatkan
wilayah/ kecamatan/desa yang dijadikan program
pengembangan komoditas tersebut dimasing-masing
kabupaten terpilih itu minimal 2 kecamatan setiap 2
desa.
d. Penetapan Materi dan Tim Ahli
Penyiapan materi dan tim ahli
139
1) Berdasarkan hasil identifikasi masalah, telusuri dan
tetapkan komponen-komponen teknologi. Teknologi
yang ditetapkan harus sudah matang dan secara teknis
lebih baik dari teknologi yang sudah diterapkan pelaku
utama serta secara ekonomis lebih efisien.
2) Penetapan materi akan lebih baik bila teknologi
dimaksud merupakan hasil rakitan yang sudah di uji
adaptasi, dan hasil penelitian yang sudah
direkomendasikan. Tidak menutup kemungkinan
teknologi dari sumber institusi lain.
3) Tim ahli ditetapkan berdasarkan komponen teknologi
yang telah ditetapkan. 1 komponen teknologi 1 ahlinya,
4) Sebagai tim ahli adalah pejabat fungsional UPT DKP
(peneliti/litkayasa, perekayasa, widyaiswara, guru,
instruktur, dosen),
5) Bila bekerjasama dengan Balai Riset NON DKP atau
institusi lain, maka libatkan sejak merumuskan teknologi
yang akan didiseminasikan,
6) Output kegiatan ini adalah :
- Paket teknologi yang akan didiseminasikan
- Tim ahli yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
kegiatan di lapangan
e. Perumusan Rencana Evaluasi
Tim pelaksana dan fasilitator merumuskan rencana evaluasi
yang difokuskan pada kesiapan pelaksanaan, proses
transaksi dan penyelesaian transaksi.
f. Pembiayaan
Pemerintah/pemerintah daerah menyiapkan secara matang
penyelenggaraan temu KIPRAH termasuk pembiayaannya.
2. Pelaksanaan
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Persiapan Pelaksanaan
Tim pelaksana melakukan koordinasi dengan
dinas/instransi kabupaten/kota yang membidangi
140
kelautan dan perikanan untuk penyiapan administrasi
pelaksanaan kegiatan, penyiapan dimaksud meliputi :
a) Pemanggilan peserta dilakukan oleh dinas tingkat
kabupaten. Pemanggilan peserta dilakukan 14 (empat
belas hari) sebelum pelaksanaan, untuk menjamin
kesiapan peserta.
b) Tim pelaksana menyiapkan tempat utama pertemuan
(bisa balai desa, ruang lain dengan kapasitas yang
memadai) dan sarana lainya secara baik. Tempat
pertemuan harus berada pada lokasi usaha praktek
pelaku utama untuk memudahkan mobilisasi peserta,
c) Kegiatan Temu KIPRAH dilaksanakan 3-5 hari,
d) Tim Pelaksana memperbanyakan modul diseminasi
sesuai dengan jumlah peserta.
e) Output kegiatan ini adalah kesiapan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan hari yang telah ditetapkan.
2) Penetapan fasilitator
Fasilitator adalah orang yang ditugaskan sebagai
pemandu dalam pelaksanaan kegiatan. Fasilitator harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sebagai
fasilitator dapat ditunjuk pejabat struktural, pejabat
fungsional ataupun pakar komunikasi. Kemampuan
fasilitator sangat menentukan keberhasilan proses temu
usaha.
3) Penyiapan Penyelenggaraan
Kesiapan semua komponen akan menentukan
keberhasilan temu KIPRAH terutama dalam proses
praktek pemecahan masalah, demikian juga kesiapan
tim pelaksana dan fasilitator. Karena itu perlu disiapkan
penyelenggaraan sebaik-baiknya dengan cara :
a) Tim Pelaksana menginventarisasi kesiapan hadir baik
peserta maupun narasumber/fasilitator,
b) Tim pelaksana melakukan koordinasi dengan pihak
terkait untuk menjamin kesiapan pelaksanaan
kegiatan
141
c) Adanya pernyataan tertulis tentang kesediaan peserta
dan fasilitator untuk berpartisipasi dalam temu
KIPRAH setelah menerima surat undangan.
d) Narasumber menyiapkan modul diseminasi tekonologi
maksimal 10 lembar dengan outline seperti pada
Lampiran 1.
e) Tim pelaksana menyiapkan tempat penyelenggaraan
temu KIPRAH berikut fasilitas pendukungnya secara
baik.
f) Tim pelaksana menyiapkan bahan praktek sesuai
dengan kebutuhan.
b. Tahapan Pelaksanaan
1) Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui 2 tahapan
kegiatan sesuai dengan materi yang telah disiapkan.
Tahap pertama yaitu mengkomunikasikan dan
menginformasikan substansi/ materi teknologi dan tahap
kedua mempraktekkan penerapan teknologi.
2) Fasilitator menciptakan suasana kondusif, dinamis
melalui kegiatan dinamika kelompok untuk mempererat
hubungan antar peserta dan antar peserta dengan
fasilitator.
3) Tim pelaksana melakukan pree test untuk mengetahui
wawasan/pengetahuan peserta terhadap substansi yang
akan dibicarakan.
4) Penyampaian substansi materi teknologi dilakukan
berdasarkan sesi (satu sesi satu materi) yang
disampaikan secara sistematis.
5) Pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan yang
telah disiapkan dalam modul diseminasi.
6) Libatkan secara aktif peserta pada setiap tahapan
pembelajaran
7) Fasilitator menyampaikan pengulangan - pengulangan
hal-hal penting dalam pembelajaran untuk penajaman
pemahaman peserta.
8) Fasilitator dapat menggunakan benda-benda
sesungguhnya untuk lebih meningkatkan pemahaman
peserta,
142
9) Pembelajaran praktek dilakukan sesuai dengan
tahapannya untuk setiap substansi komponen
teknologi. Upayakan seluruh peserta atau paling tidak
2 peserta setiap perwakilan wilayah melakukan praktek
secara langsung.
10) Tim pelaksana melakukan post test untuk mengetahui
untuk tingkat perubahan wawasan/pengetahuan
peserta setelah pembelajaran.
11) Pelaksanaan kegiatan diakhiri dengan penyusunan
rencana tindak lanjut oleh pelaku utama yang
didampingi oleh penyuluh perikanan dan peneliti.
c. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut temu KIPRAH dibuat secara tetulis
yang meliputi :
1) Perencanaan penerapan teknologi perikanan di unit
produksi yang didampingi oleh penyuluh perikanan
sesuai dengan rumusan hasil temu KIPRAH,
2) Menyusun rencana kebutuhan biaya rencana
penerapan teknologi. Seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk rencana tindak lanjut dibebankan kepada
pemerintah daerah,
3) Melaksanakan demonstrasi cara/hasil di unit produksi
didampingi oleh penyuluh perikanan,
4) Melaporkan hasil demonstrasi cara/hasil penerapan
teknologi perikanan. Laporan disusun dengan bahasa
yang jelas, logis, dan sistematis serta menggambarkan
pelaksanaan Temu KIPRAH (Outline Laporan pada
Lampiran 3). Laporan di buat oleh tim pelaksana dan
disampaikan kepada pejabat yang berwenang
memberikan tugas untuk melaksanakan Temu KIPRAH
paling lambat dua (2) minggu setelah pelaksanaan.
Untuk mendukung isi dan materi laporan perlu
dilengkapi dengan dokumentasi.
3. Evaluasi dan Bimbingan Lanjutan
a. Evaluasi
1) Evaluasi pelaksanaan difokuskan pada kesiapan
pelaksanaan, pelaksanaan dan rencana teindak lanjut,
143
2) Evaluasi perkembangan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana substansi Temu KIPRAH bermanfaat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi saat identifikasi
dilakukan serta mengetahui penetrasi teknologi kepada
pelaku utama yang dilakukan oleh peserta serta
menggali umpan balik terhadap kinerja teknologi yang
telah didiseminasikan,
3) Evaluasi perkembangan dilaksanakan secara periodik
dan berkesinambungan. Tahap pertama, evaluasi
dilakukan minimal 3 bulan setelah kegiatan Temu
KIPRAH dan tahap berikutnya setiap 6 bulan sekali.
Evaluasi perkembangan cukup dilakukan 3 kali.
b. Bimbingan Lanjutan
Bimbingan lanjutan diperlukan dalam rangka penerapan
rumusan teknologi hasil temu KIPRAH yang dilakukan oleh
penyuluh perikanan.
Manfaat:
1. Diketahuinya inovasi teknologi (hasil penelitian dan hasil
percontohan yang telah direkomendasi),
2. Adanya informasi untuk penyempurnaan teknologi yang
direkomendasikan,
3. Kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi dan
umpan balik,
4. Kinerja kegiatan penyuluhan perikanan efektif.
w.Temu Lapang
Pengertian:
Temu Lapang adalah suatu teknik penyuluhan perikanan untuk
memfasilitasi terselenggaranya desiminasi teknologi dari balai
riset/balai pengembangan teknologi perikanan kepada pelaku
utama dan pelaku lapang perikanan yang dilaksanakan di tempat
usaha perikanan.
Temu lapang adalah kegiatan lanjutan dari demonstrasi, karena
pada prinsipnya temu lapang dilaksanakan untuk
mengumumkan/menginformasikan hasil dari demonstrasi.
144
Tujuan:
1. Menginformasikan inovasi teknologi kelautan dan perikanan
hasil penelitian yang telah direkomendasi;
2. Menginformasikan teknologi spesifik lokasi hasil percontohan
yang telah direkomendasi;
3. Mendapatkan umpan balik mengenai penerapan inovasi
teknologi yang dihasilkan sebagai bahan penyempurnaan
teknologi yang diterapkan;
4. Menjalin hubungan kerja yang sinergis dan harmonis antara
peneliti, penyuluh dan pelaku utama perikanan;
5. Meningkatkan peran penyuluh dan peneliti sebagai mediator
dan fasilitator.
Pelaksanaan:
1. Perencanaan
a. Penetapan Materi
1) Materi temu lapang difokuskan kepada teknologi
perikanan yang terekomendasi, dapat meningkatkan
kinerja usaha perikanan, memecahkan masalah dan
sesuai kebutuhan pelaku utama. Materi tersebut
mencakup :
a) Teknologi Budidaya;
b) Teknologi Pengolahan Hasil;
c) Teknologi Penangkapan;
d) Teknologi Konservasi;
e) Teknologi Penggunaan Alat dan Mesin Perikanan;
f) Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perikanan.
2) Apabila dilakukan di lokasi pelaku utama, materi temu
lapang disajikan dalam bentuk percontohan nyata yang
dikelola oleh penyuluh perikanan yang didampingi oleh
peneliti dengan melibatkan pelaku utama sesuai dengan
tahapan secara menyeluruh.
b. Penetapan Peserta
Peserta temu lapang ditetapkan oleh tim pelaksana
berdasarkan permasalahan dan kebutuhan teknologi.
Sebelum penetapan peserta perlu adanya langkah
145
inventarisasi dan identifikasi pelaku utama dan kebutuhan
teknologinya.
c. Penetapan Lokasi dan Waktu
Lokasi dan waktu ditetapkan oleh tim pelaksana
berdasarkan kebutuhan teknologi peserta dan kesepakatan
dengan sumber teknologi. Tempat kegiatan temu lapang
bisa berada di lokasi pelaku utama ataupun di instansi yang
membidangi pengembangan teknologi perikanan.
d. Penetapan Fasilitator
Fasilitator ditetapkan oleh tim pelaksana dengan
mempertimbangkan kemampuan fasilitator dalam
berkomunikasi. Fasilitator pada kegiatan temu lapang
dapat berasal dari BRKP, Perguruna Tinggi mapun Instasi
lainnya.
e. Perumusan Rencana Evaluasi
Perumusan rencana evaluasi dilakukan untuk memudahkan
dalam kegiatan evaluasi. Hal-hal yang perlu dirumuskan
dalam evaluasi mencakup alat dan bahan yang digunakan
untuk melakukan evaluasi, tahapan kegiatan yang akan
dievaluasi dan siapa yang akan melakukan evaluasi.
f. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan temu lapang disesuaikan dengan
besar-kecilnya skala kegiatan dan jenis teknologi yang akan
didiseminasikan.
Komponen biaya Temu lapang terdiri dari :
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
3) Monitoring dan Evaluasi
2. Pelaksanaan
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Penetapan Tim Pelaksana
Penetapan tim pelaksana Temu Lapang dilakukan oleh
dinas kabupaten/kota yang membidangi kelautan dan
perikanan untuk memudahkan dalam pelaksanaan
kegiatan. Tim pelaksana terdiri dari unsur dinas
kabupaten/kota yang membidangi kelautan dan
146
perikanan, penyuluh perikanan dan atau sumber
teknologi.
Adapun tugas dari tim pelaksana adalah:
a) Menyiapkan peserta yaitu pelaku utama dan pelaku
lapang;
b) Menyiapkan teknologi yang akan didiseminasikan;
c) Menyiapkan dan menetapkan waktu dan tempat
pelaksanaan Temu Lapang;
d) Menyiapkan berita acara pelaksanaan kegiatan
(terlampir).
2) Penetapan fasilitator
Fasilitator adalah orang yang ditugaskan sebagai
pemandu dalam pelaksanaan kegiatan. Fasilitator harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sebagai
fasilitator dapat ditunjuk pejabat struktural, pejabat
fungsional ataupun pakar komunikasi. Kemampuan
fasilitator sangat menentukan keberhasilan proses temu
lapang.
3) Penetapan Materi
Penetapan materi didasarkan pada :
a) Adanya kebutuhan pelaku utama dan pelaku lapang
terhadap inovasi teknologi;
b) Adanya sumber teknologi yang akan melakukan kaji
terap.
b. Persiapan Penyelenggaraan
Kesiapan materi teknologi yang terekomendasi dan sumber
teknologi (peneliti) menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan temu lapang terutama dalam proses
diseminasi, demikian juga kesiapan tim pelaksana dan
fasilitator. Karena itu perlu disiapkan penyelenggaraan
sebaik-baiknya dengan cara :
1) Tim Pelaksana menginventarisasi dan mengidentifikasii
permasalahan serta kebutuhan teknologi pelaku utama
2) Tim Pelaksana melakukan penjajakan awal dengan
peneliti mengenai kesediaan dan materi teknologi yang
akan didiseminasikan sesuai kebutuhan pelaku utama
147
3) Tim pelaksana menyiapkan fasilitas dan sarana serta
hasil kerja teknologi yang akan didiseminasikan kepada
pelaku utama dan hal-hal yang berkaitan dengan temu
lapang.
4) Tim Pelaksana menyiapkan tempat penyelenggaraan
temu lapangan berikut fasilitas pendukungnya secara
baik.
c. Tahapan Pelaksanaan
1) Pendaftaran peserta untuk mengetahui tingkat
kehadiran peserta utama dan peserta lainnya yang
diundang,
2) Setelah dilakukan seremonial/pembukaan kegiatan temu
usaha diawali dengan penjelasan tim pelaksana yang
ditunjuk tentang maksud dan tujuan penyelenggaraan
serta menginformasikan permasalahan dan teknologi
yang akan disiseminasikan sesuai dengan kebutuhan
pelaku utama,
3) Fasilitator yang bertindak sebagai moderator
mempersilahkan peneliti atau sumber teknologi untuk
menjelaskan dan mempraktekkan paket teknologi yang
akan diseminasikan kepada pelaku utama,
4) Untuk kelancaran proses diseminasi teknologi, tim
pelaksana dan sumber teknologi menyiapkan hasil kerja
teknologi,
5) Selanjutnya diadakan diskusi bersama antara peneliti
dan pelaku utama serta penyuluh mengenai teknologi
yang didiseminasikan,
6) Bila terdapat hal-hal yang kurang jelas, peneliti bisa
langsung mempraktekkan dan memberikan hasil kerja
dari teknologi tersebut.
d. Rencana Tindak Lanjut
5) Tim pelaksana memonitoring kegiatan diseminasi,
6) Tim pelaksana melakukan pembinaan lanjutan bersama
fasilitator dalam membantu kelancaran penerapan
teknologi di tingkat pelaku utama.
148
3. Monitoring Evaluasi dan Bimbingan Lanjutan
a. Monitoring
Untuk melihat tingkat penerapan teknologi kelautan dan
perikanan yang diintroduksikan dan dampak dari kegiatan
Temu Lapang perlu dilakukan monitoring. Monitoring
dilakukan secara berkala, untuk tahap pertama dilakukan
minimal 3 bulan setelah kegiatan Temu Lapang dan tahap
kedua dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kegiatan monitoring
cukup dilakukan 3 kali untuk melihat tingkat penetrasi
teknologi yang diintroduksikan pada saat Temu Lapang baik
oleh peserta maupun peserta kepada pelaku utama lainnya.
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tahapan perencanaan,
penyelenggaraan temu lapang dan rencana tindak lanjut.
Evaluasi difokuskan kepada kesiapan pelaksanaan, proses
diseminasi dan penerapan teknologi oleh pelaku utama.
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana substansi dari Temu Lapang dapat
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan,
memberikan informasi dan tukar menukar pengalaman
tentang teknologi kelautan dan perikanan yang
didiseminasikan.
Evaluasi penyelenggaraan pada seluruh komponen kegiatan
yang dilakukan untuk melihat efektivitas, efisiensi, dampak
dan umpan balik dari Temu Lapang.
c. Bimbingan Lanjutan
Bimbingan lanjutan diperlukan dalam rangka memperlancar
penerapan teknologi baru yang dilakukan pelaku utama.
Manfaat:
1. Diketahuinya inovasi teknologi (hasil penelitian dan hasil
percontohan yang telah direkomendasi)
2. Adanya informasi untuk penyempurnaan teknologi yang
direkomendasikan
3. Kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi dan
umpan balik
4. Kinerja kegiatan penyuluhan perikanan efektif
149
x. Gelar Teknologi Perikanan
Gelar teknologi perikanan adalah suatu kegiatan untuk
memperagakan teknologi perikanan unggul hasil penelitian dan
pengkajian yang sudah matang (good will inovasi) di lahan usaha
pelaku utama dan/atau pelaku utama dan dilaksanakan oleh
kelompok perikanan atau anggotanya, dengan bimbingan teknis
oleh Penyuluh Perikanan. Gelar teknologi perikanan dapat pula
diartikan sebagai kegiatan mengaplikasikan teknologi informasi di
bidang perikanan yang berguna bagi pelaku utama dan/atau
pelaku usaha dan/atau masyarakat perikanan.
150
diinginkan, kemampuan sasaran penyuluhan dan petugas penyuluh,
materi penyuluhan, situasi belajar (sosial dan fisik) serta sarana dan
fasilitas yang tersedia. Sehingga suatu kegiatan penyuluhan dapat
menyumbang dan menjadikan kegiatan penyuluhan menjadi efektif
dan efisien. Sehubungan dengan hal ini, terdapat pedoman umum
yang diikuti dalam memilih metode dan teknik penyuluhan.
Pedoman-pedoman tersebut mencakup:
1. Semakin kecil atau sedikit jumlah sasaran penyuluhan dalam
suatu acara penyuluhan, semakin efektif komunikasi yang
berlangsung antar penyuluh dan sasaran dalam acara tersebut.
2. Semakin banyak sasaran penyuluhan yang dapat dijangkau
dengan sesuatu metode dan teknik pada suatu acara
penyuluhan, semakin efisien acara tersebut. Tak ada satupun
metode dan teknik penyuluhan yang terbaik ataupun terunggul.
3. Semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh sasaran untuk
menangkap stimuli dalam suatu acara penyuluhan, semakin
efektif komunikasi yang berlangsung dalam acara tersebut.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
metode dan teknik penyuluhan, yaitu (1) aspek perubahan perilaku
yang ingin diubah (tujuan belajar), (2) materi pelajaran, (3) jumlah
dan karakteristik penyuluh, (4) ruang, fasilitas, dan bahan-
bahan/alat-alat. Materi pelajaran yang paling konkrit akan
memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dibanding
dengan pengalaman yang abstrak. Contoh pengalaman belajar
yang konkrit adalah penerapan suatu teknologi di bidang
perikanan yang melibatkan pelaku utama/pelaku usaha secara
langsung.
Jumlah dan karakteristik penyuluh harus dipertimbangkan
dalam menentukan pilihan metode dan atau teknik penyuluhan.
Jika jumlah penyuluh terbatas, maka metode perseorangan
tampaknya kurang efisien. Demikian pula halnya jika kemampuan
penyuluh dalam mengoperasikan teknik penyuluhan yang
canggih, misalnya penggunaan slide tergolong kurang maka
sebaiknya hindarkan teknik yang rumit. Sebaliknya, jika sarana dan
fasilitas penyuluhan cukup tersedia dan khalayak sasaran serta
penyuluh mampu menyerap atau menggunakan berbagai teknik
maka prinsip kombinasi dan variasi bisa diterapkan, sebaliknya jika
terbatas maka penyuluh dituntut kreatif dalam mengkombinasikan
151
dan memvariasikan metode/teknik penyuluhan dengan
menggunakan sarana/fasilitas yang terbatas.
Kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu berbeda-
beda, demikian juga tahap perkembangan mental, keadaan
lingkungan dan kesempatannya berbeda-beda, sehingga perlu
ditetapkan suatu metode penyuluhan perikanan yang berdaya guna
dan berhasil guna. Tahap perkembangan mental seseorang dapat
digolongkan dalam tahap penumbuhan perhatian, tahap
penumbuhan minat, tahap menilai, tahap mencoba dantahap
menerapkan. Pemilihan metode dan teknik penyuluhan perikanan
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas penyuluhan perikanan
dengan pemilihan metode yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi sasarannya.
Dasar-dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik
penyuluhan perikanan:
1. Keadaan sasaran
a. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap
Tahap penerapan dari pelaku utama/pelaku usaha di suatu
daerah bermacam-macam, demikian juga kecepatan,
keterampilan dan sikap yang telah mereka miliki. Penyuluh
harus mengetahui dalam tahap mana sebagian besar dari
sasaran itu berada. Setelah itu harus menghubungkannya
dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini penting untuk dapat
menentukan metode mana yang paling tepat.
b. Sosial Budaya
Penyuluh harus mengetahui adat kebiasaan sasaran, norma-
norma yang berlaku dan status kepemimpinan yang ada. Hal
ini penting bukan saja dalam pemilihan metode penyuluhan
tetapi juga dalam menentukan teknik-teknik penyuluhannya.
Contoh: ada suatu daerah yang melarang melakukan
pemutaran film pada malam Jumat.
c. Jumlah Sasaran
Banyaknya sasaran yang hendak dicapai oleh seorang
penyuluh pada suatu waktu tertentu akan menentukan
metode penyuluhan perikanan yang akan dicapai.
152
2. Sumber daya Penyuluh
a. Kemampuan Penyuluh
1) Pengalaman
2) kemampuan penyuluh yang meliputi penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan serta sikap yang dimilikinya.
b. Materi Penyuluhan
Dalam menerapkan suatu metode penyuluhan perlu
diperhatikan materi yang akan disampaikan. Untuk yang
bersifat teknis biasanya dipilih metode yang memungkinkan
adanya praktek di lapangan dan untuk materi yang bersifat
non teknis, misalnya agar pelaku utama/pelaku usaha mau
berkelompok dan mau memasarkan hasil usahanya, biasanya
dipilih metode diskusi kelompok.
b. Sarana dan Biaya
Keadaan peralatan alat-alat bantu pengajaran yang dipunyai,
fasilitas yang ada serta biaya yang tersedia akan menentukan
dalam pemilihan metode penyuluhan.
3. Keadaan Daerah
a. Keadaan musim
Apabila pada suatu keadaan tertentu tidak memungkinkan
untuk dilaksanakannya suatu proses produksi maka tentu
tidak akan diadakan penyuluhan di tempat usaha perikanan
sepertidemonstrasi, sehingga dalam hal ini akan lebih
memungkinkan untuk diadakan pertemuan di rumah pelaku
utama/pelaku usaha.
b. Keadaan usaha perikanan
Musim sangat erat hubungannya dengan kedaan usaha di
bidang perikanan, maka keadaan usaha di bidang perikanan
suatu daerah turut mempengaruhi pemilihan metode
penyuluhan. Misalnya untuk mengintensifkan budidaya udang
vaname disuatu daerah maka dipilih metode demonstrasi,
sedangkan untuk tujuan introduksi diterapkan metode karya
wisata ke tempat lain.
c. Kondisi lapangan
Keadaan lapangan seperti topografi, jenis tanah, sistem
pengairan serta sarana perlu juga dipertimbangkan. Contoh:
untuk perkampungan yang letaknya terpisah-pisah maka
153
kegiatan penyuluhannya akan lebih efektif dilakukan di tempat
tinggal pelaku utama/pelaku usaha atau di lahan usahanya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Kebijaksanaan pemerintah yang berasal dari pusat atau daerah
kadang-kadang menentukan dalam pemilihan metode
penyuluhan. Pendekatan intensifikasi secara massal dan crash
program memerlukan waktu yanmg relatif cepat daripada
pendekatan perorangan yang pada dasarnya akan membutuhkan
waktu relatif lebih lama.
154
2. Menetapkan alternatif metode penyuluhan perikanan
155
Bagi penyuluh perikanan yang sudah lama atau sudah
berpengalaman di daerah itu, tentu tahapan ini akan mudah
baginya dan langsung dapat memilih metode yang cocok. Dalam
melaksanakan demonstrasi misalnya ia harus menentukan lokasi
demonstrasi dan siapa diantara sasaran yang bersedia
menjadi demonstratornya.
156
TEKNIK PENYUSUNAN
PROGRAMA DAN RENCANA KERJA
PENYULUHAN PERIKANAN
157
penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan, untuk
memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan perlu disusun programa penyuluhan.
Pengertian Programa
Programa penyuluhan kelautan dan perikanan adalah pernyataan
tertulis yang disusun secara sistematis tentang rencana kegiatan
penyuluhan kelautan dan perikanan setiap tahunan.
158
Tujuan dan Maksud
Unsur Programa
Keadaan
Keadaan adalah gambaran mengenai potensi, dan lingkungan
usaha kelautan dan perikanan, serta perilaku dan kebutuhan pelaku
utama dalam menjalankan usahanya yang berorientasi bisnis
kelautan dan perikanan disuatu wilayah. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
a. Potensi usaha kelautan dan perikanan adalah peluang usaha
pelaku utama, baik usaha hulu maupun sampai usaha hilir yang
prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar,
kondisi biofisik dan ekosistem kelautan dan perikanan setempat.
Sumberdaya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama beserta
keluarganya.
b. Produktivitas usaha kelautan dan perikanan adalah gambaran
kemampuan hasil usaha per satuan unit usaha perikanan yang
telah dicapai maupun potensi hasil usaha yang dapat
159
dikembangkan oleh pelaku utama untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama beserta
keluarganya.
c. Lingkungan usaha kelautan dan perikanan adalah kondisi
ketersediaannya sarana dan prasarana usaha budidaya
perikanan, penangkapan, pengolahan, distribusi, dan pemasaran
serta kebijakan yang mempengaruhi usaha pelaku utama.
d. Perilaku dan kebutuhan pelaku utama dalam menjalankan
usahanya adalah keadaan sosial, kultur, ekonomi mencangkup
tingkat pendidikan, usia rata-rata, penyerapan tenaga kerja
kelautan dan perikanan, status usaha, dan kepemilikan.
Masalah
a. Faktor penyebab yang bersifat perilaku yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b. Faktor penyebab yang bersifat non perilaku menyangkut
sarana dan prasarana.
Tujuan Programa
a. Memberi arah dan pedoman bagi penyelenggaraan
penyuluhan kelautan dan perikanan dalam kurun waktu 1
(satu) tahun diwilayah kerja masing-masing.
b. Terselenggaranya kegiatan penyuluhan kelautan dan
perikanan oleh kontak/pelaku utama, penyuluh kelautan dan
perikanan (pemerintah, swasta, swadaya, LSM, dan pelaku
bisnis) di bidang kelautan dan perikanan berdasarkan prinsip
kerjasama kemitraan-kesejajaran.
c. Terfasilitasinya penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan
perikanan secara partisifatif
Luaran
a. Tersusunnya rencana kegiatan penyuluhan kelautan dan
perikanan tingkat desa/pelaku utama ditingkat lapangan.
b. Tersusunya programa penyuluhan dari tingkat kecamatan
sampai pusat berdasarkan mitra sejajar.
Sasaran
Sasaran programa penyuluhan kelautan dan perikanan adalah
pelaku utama dan pelaku usaha beserta keluarganya.
160
Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah pusat adalah kebijakan yang
dikeluarkan oleh departemen kelautan dan perikanan
b. Kebijakan pemerintah daerah adalah kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah propinsi dan kabupaten/kota
Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk
mencapai tujuan, cara memecahkan masalah untuk mencapai
tujuan dan mengantisipasi masalah yang dalam mungkin timbul.
Rencana kegiatan disajikan dalam betuk tabulasi/matriks yang berisi
masalah, kegiatan, tujuan, sasaran, metode, volume, lokasi, waktu,
biaya, sumber biaya, pelaksana, penanggung jawab, dan pihak
terkait.
161
Tahap 2. Penetapan Masalah
Penetapan masalah dilakukan asecara partisipatif dengan
merujuk pada hasil identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
tidak tercapainya tujuan, dengan menggunakan teknik analisis
pohon masalah/PRA/SWOT dan teknik analisis lainnya.
Proses penetapan masalah dilakukan dengan tahapan sbb :
a. mengidentifikasi permasalahan pokok baik teknis maupun non
teknis
b. menetapkan kriteria untuk menentukan prioritas dengan
memperhatikan ;
mayoritas pelaku utama
peningkatan kesejahteraan
kelestarian lingkungan
keadaan mendesak atau tidak mendesak
efisiensi penggunaan biaya
c. menetapkan permasalahan pokok secara partisipatif
162
Tahap 5. Koordinasi Dengan Instansi Terkait
Koordinasi dengan intansi terkait dilakukan secara vertikal
maupun horizontal baik dipusat maupun di daerah secara sinergis
dalam rangka penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang memberikan gambaran tentang ;
1. Kondisi dan potensi SDA, SDM usaha kelautan dan perikanan
(disebutkan secara spesifik)
163
2. Perilaku pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan adalah gambaran kemampuan (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan) pelaku utama beserta keluarganya
dalam pengelolaan dan penerapan teknologi usaha
(teknologi usaha hulu dan teknologi usaha hilir)
3. Gambaran masalah secara umum
B. Tujuan
Tujuan adalah peryataan tentang perubahan perilaku dan
kondisi pelaku utama beserta keluarganya yang hendak dicapai
dengan cara mengali dan mengembangkan potensi yang tersedia
pada dirinya, keluarga dan lingkungannya.
Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan adalah
SMART :
Specific (khas)
Measurable (dapat diukur)
Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan)
Realistic (realistis)
Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah
ABCD ;
Audience (khalayak sasaran)
Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki)
Condition (kondisi yang akan dicapai) dan
Degree (derajat kondisi yang akan dicapai)
164
c. jenis kelamin
d. tingkat pendidikan/keterampilan/keahlian
e. dan lain-lain
C. Kebijakan pemerintah
1. Undang – undang nomor 22 tahun 2000
2. Undang – undang nomor 31 tahun 2004
3. Undang – undang nomor 16 tahun 2006
4. Peraturan pemerintah R.I nomor 38 tahun 2007
5. Peraturan pemerintah R.I nomor 41 tahun 2007
165
penyuluhan, sasaran (target group), volume/frekuensi, lokasi,
waktu, biaya, sumber biaya, penanggung jawab, pelaksana, pihak
terkait dan keterangan pada lampiran 1.
166
- tingkat nasional adalah pusat pengembangan penyuluhan
BPSDMKP
- tingkat provinsi adalah badan koordinasi penyuluhan
- tingkat kabupaten/kota adalah badan atau institusi yang
menangani penyuluhan kelautan dan perikanan
- tingkat kecamatan adalah kepala balai penyuluhan kelautan
dan perikanan
- tingkat desa adalah kepala desa/kelurahan/penyuluh
kelautan dan perikanan
d. Koordinasi dalam pelaksanaaan penyusunan
- tingkat nasional oleh tim kerja pusat pengembangan
penyuluhan perikanan BPSDMKP dengan penyuluh kelautan
dan perikanan pusat
- tingkat provinsi oleh badan koordinasi penyuluhan atau dinas
yang membidangi penyuluhan kelautan dengan perikanan dan
penyuluh kelautan dan perikanan provinsi
- tingkat kabupaten/kota oleh dinas/badan pelaksana
penyuluhan/institusi yang membidangi penyuluhan kelautan
dan perikanan dengan penyuluhan kelautan dan perikanan
kabupaten/kota
- tingkat kecamatan oleh penyuluh kelautan dan perikanan
dengan penyuluh swasta dan penyuluh swadaya
- tingkat desa oleh pelaku utama difasilitasi penyuluh kelautan
dan perikanan
e. Tim penyuluhan yang disebut dalam butir (d) bertugas
menyiapkan, mengolah, dan menyusun konsep
programa/rencana kerja penyuluhan kelautan dan perikanan
f. Penyusunan konsep programa secara umum dimulai dengan
mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data/informasi
tentang ;
- kebijaksanaan dalam pembangunan perikanan antara lain
menyangkut sasaran-sasaran produksi, perkreditan, harga,
rekomendasi teknologi, penyaluran sarana produksi kelautan
dan perikanan
- potensi kelautan dan perikanan antara lain yang menyangkut
lahan, iklim, manusia, kelembagaan baik pemerintah maupun
masyarakat
- usaha perikanan antara lain yang menyangkut rencana usaha
kelautan dan perikanan, keinginan pelaku utama dalam upaya
167
mengembangkan usaha kelautan dan perikanan, kebutuhan
teknologi oleh nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan,
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
- selanjutnya setelah diproses gambaran tersebut disusun
konsep programa penyuluhan kelautan dan perikanan
g. konsep yang telah disusun selanjutnya dibicarakan dalam
rapat tim kerja untuk dikoreksi dan disempurnakan, setelah
konsep tersebut disetujui, kemudian disahkan oleh kepala
dinas kelautan dan perikanan atau institusi yang membidangi
penyuluhan kelautan dan perikanan
h. dalam setiap pertemuan pembahasan konsep dan rapat
pengesahan programa tersebut selalu mengundang kontak
nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan, kelompok
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil untuk berperan
serta secara aktif
2. Penjadwalan
a. Programa penyuluhan kelautan dan perikanan sudah dapat
disahkan bersamaan dengan awal tahun anggaran, baik APBN
maupun APBD yaitu antara bulan januari-februari.
b. Persiapan untuk penyusunan programa meliputi pengumpulan
data, pengolahan data, analisa data dan pertemuan
penyusunan:
1) Tingkat nasional/selambat-lambatnya sudah selesai pada awal
desember bersamaan dengan masuknya usulan-usulan
kegiatan dari daerah.
2) Tingkat propinsi selambat-lambatnya sudah selesai pada
pertengahan bulan november bersamaan dengan
pembahasan-pembahasan DUP daerah.
3) Tingkat kabupatem/kota selambat-lambatnya sudah selesai
pada awal bulan oktober bersamaan dengan pembahasan-
pembahasan DUP daerah
4) Tingkat kecamatan/desa selambat-lambatnya sudah selesai
pada awal bulan September bersamaan dengan turunnya
rencana-rencana definitif dari kabupaten/kota
168
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA DAN
PELAKU USAHA PERIKANAN
Pengertian Kelompok
Pengertian kelompok sangatlah beragam, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005) disebutkan antara lain bahwa
yang dimaksud dengan ”Kelompok: adalah:
a. Golongan (profesi, aliran, lapisan masyarakat, dsb);
b. Kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas
dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-
pola interaksi antara manusia itu;
c. Kumpulan orang yang memiliki beberapa atribut sama atau
hubungan dengan pihak yang sama.
H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu,
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Kelompok adalah suatu unit yang merupakan
sekelompok/sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama
lain berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu
(Pranoto dan Suprapti, 2006).
Apabila kita berbicara tentang kelompok dibidang kelautan
dan perikanan, maka harus kita batasi pembahasannya pada
kelembagaan pelaku utama yang bergerak/berusaha dibidang
kelautan dan perikanan. Menurut UU No. 16 tahun 2006,
Kelembagaan pelaku utama, yang beranggotakan :
pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan/atau nelayan.
Kelembagaan ini dapat bersifat formal maupun non formal.
Fungsi dari kelembagaan pelaku utama ini adalah sebagai
wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia
sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan
dan pemasaran, serta unit jasa penunjang.
169
Karakteristik Kelembagaan kelompok
Karakteristik kelembagaan kelompok pelaku utama dapat
dilihat dari kondisi masyarakat serta pengelolaan sumberdaya
alam yang meliputi ;
1. Penerapan tekonologi perikanan dikembangkan dengan
memperhatikan kondisi spesifik lokasi.
2. Kelembagaan pelaku utama lebih bersifat pendekatan
partisipatif dan kekeluargaan.
3. Penanganan bidang perikanan dipengaruhi oleh sumberdaya
perikanan yang dinamis, kompleksitas fisik perairan.
4. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada
digunakan pendekatan kawasan dan pendekatan wilayah.
5. Pelaku utama perikanan mayoritas pada usaha skala kecil
sehingga kurang mendapat akses pembangunan dan model
kelembagaan lebih ditujukan kepada peran aktif masyarakat
sebagai subyek pembangunan diwilayahnya.
Kelompok pelaku utama yang efektif dan baik harus
memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Merupakan wadah yang efektif untuk bekerja sama, berupa:
Penerapan teknologi, manajemen usahatani, dan
sebagainya.
Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaannya.
Berproduksi dan memelihara kelestarian sumber daya
alam.
Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Mempunyai minat dan kepentingan yang sama terutama
dalam bidang kelautan dan perikanan.
3. Para anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam
tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usahatani, status ekonomi,
bahasa, pendidikan dan usia.
4. Bersifat informal, artinya :
Kelompok terbentuk atas keinginan dan permufakatan
mereka sendiri.
Memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, baik
tertulis maupun tidak tertulis.
170
Ada pembagian kerja atau tugas.
Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling
mempercayai dan terdapat solidaritas.
Dengan kata lain, sebuah kelompok pelaku utama adalah
merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dibidang
perikanan dalam upaya untuk mencapai pelaku utama yang
tangguh, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan
tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya
sendiri, menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang
ada.
171
a) Kelompok Pembudidaya menurut jenis usahanya :
1) Kelompok Pembenihan Ikan
2) Kelompok Pembesaran Ikan
3) Kelompok
b) Kelompok Pembudidaya menurut komoditasnya :
1) Kelompok Pembudidaya Ikan Konsumsi
2) Kelompok Pembudidaya Ikan Hias
3) Kelompok Pembudidaya Udang
4) Kelompok Pembudidaya Kerang-kerangan
5) Kelompok Pembudidaya Rumput Laut
c) Kelompok Pembudidaya menurut lahan/hamparan
usahanya :
1) Kelompok Pembudidaya perairan air tawar
2) Kelompok Pembudidaya perairan air payau
3) Kelompok Pembudidaya perairan laut
d) Kelompok Pembudidaya menurut jenis pelakunya :
1) Kelompok Pembudidaya dewasa
2) Kelompok Pembudidaya wanita
3) Kelompok Pembudidaya pemuda
3. Kelembagaan Pengolah Ikan
a) Kelompok Pengolah Ikan menurut jenis olahan :
1) Kelompok Pengolah ikan asin/kering
2) Kelompok Pengolah ikan pindang
3) Kelompok Pengolah terasi, petis.
4) Kelompok Pengolah tepung ikan, silase.
5) Kelompok Pengolah ikan kombinasi/lebih dari 1 jenis
olahan
b) Kelompok Pengolah ikan menurut komoditasnya :
1) Kelompok Pengolah Ikan Lemuru
2) Kelompok Pengolah Ikan Tenggiri
3) Kelompok Pengolah Udang
4) Kelompok Pengolah Rumput Laut
c) Kelompok Pengolah menurut jenis pelakunya :
1) Kelompok Pembudidaya dewasa
172
2) Kelompok Pembudidaya wanita
3) Kelompok Pembudidaya pemuda
173
keterlibatan secara aktif seluruh pelaku utama sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pada
kegiatan kelompok pelaku utama tersebut
174
Kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan yang
efektif dan baik harus memiliki 5 buah ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan kelompok kecil yang efektif (kira-kira 20 orang)
untuk bekerja sama dengan :
- Belajar teknologi, manajemen usaha perikanan dan
sebagainya
- Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaannya
- Berproduksi dan memelihara kelestarian sumberdaya alam
- Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama
2. Anggotanya adalah pelaku utama yang berada di dalam
lingkungan pengaruh seorang kontak pelaku utama
3. Mempunyai minat dan kepentingan yang sama terutama
dalam bidang usaha perikanan
4. Para anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam
tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usaha, status ekonomi,
bahasa, pendidikan dan usia
5. Bersifat informal, artinya :
- Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan
mereka sendiri.
- Memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, meskipun
tidak tertulis.
- Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling
mempercayai dan terdapat solidaritas
Terbentuknya sebuah kelompok pelaku utama kelautan dan
perikanan di suatu wilayah tertentu diharapkan akan
merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dalam
upaya untuk menuju ke arah terciptanya pelaku utama yang
tangguh, yaitu mampu mengambil keputusan dan tindakan
secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri,
menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada.
Dasar Pengelompokan
Kelembagaan Pelaku Utama
1. Kelembagaan Pelaku Utama berdasarkan
175
a) Segmen (pembenihan, pendederan, pembesaran,
saprokan, pemasaran, pengolah, penangkapan dll)
b) Usaha pada komoditas utama yang sama
2. Kelembagaan pelaku utama diarahkan menjadi asosiasi
perikanan (ASOKAN)
Pengelompokan dapat didasarkan pula kepada:
1. Jenis alat /usaha atau RTP (Rumah Tangga Perikanan) atau
RTBP ( Rumah Tangga Buruh Perikanan)
2. Peranan anggota kelembagaan didalam RTP (apakah
sebagai juragan, penggarap, buruh) yang pada prinsipnya
berperan sebagai decision maker (penentu).
3. Lokasi atau sosiometri (anggota kelembagaan bebas memilih
kontak nelayan/pembudidaya ikan/pengolah, atau
berdararkan hubungan sejarah/famili)
4. Status anggota kelembagaan di dalam lingkungan
keluarganya (Bapak, Ibu, anak, Pemuda, wanita)
176
a) Keberhasilan kegiatan usahanya dalam beberapa musim
atau tahun.
b) Sering atau berani mencoba sesuatu teknologi baru.
c) Hubungan dengan aparat desa, Instansi/Dinas, lembaga
lain, tokoh masyarakat, Penyuluh atau pembina lainnya,
cukup baik untuk berkonsultasi atau dalam rangka
mencari sesuatu informasi yang berhubungan dengan
pembangunan perikanan.
d) Mau dan mampu melaksanakan serta mengembangkan
program Pemerintah.
2. Pelaksanaan penumbuhan:
a) Koordinasi dengan pemerintah setempat, tokoh
masyarakat dan kontak pelaku utama yang ada wilayah
kerja penyuluhan untuk terlaksananya pertemuan para
pelaku utama.
b) Musyawarah penumbuhan kelembagaan kelompok pelaku
utama
c) Pengukuhan kelembagaan kelompok pelaku utama
Penumbuhan kelembagaan pelaku utama sebagai
wahana kerjasama antara anggota kelompok dan antara
kelompok dengan pihak lain:
a) menciptakan suasana saling kenal, saling percaya
mempercayai dan selalu berkeinginan untuk berkejasama
dalam bisnis perikanan.
b) menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan
pendapat dan pandangan-pandangan di antara anggota
untuk mencapai tujuan bersama dalam kegiatan bisnis
perikanan.
c) mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja
diantara sesama anggota sesuai dengan kesepakatan
bersama.
d) mengembangkan kedisiplinan dan rasa/tanggung jawab
diantara sesama anggota kelompok dalam mencapai
keberhasilan bisnis perikanan.
e) merencanakan dan melaksanakan musyawarah dan
pertemuan-pertemuan lainnya agar tercapai kesepakatan
177
yang bermanfaat bagi kelompoknya dalam menunjang
bisnis perikanan.
f) mentatati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan
bersama dalam kelompok
g) melaksanakan tukar menukar pikiran.
h) bekerjasama dengan pihak-pihak penyedia kemudahan
sarana produksi perikanan, pengolahan, dan pemasaran
hasil.
i) mengembangkan kader kepemimpinan di kalangan para
anggota kelompok dengan jalan memberikan kesempatan
kepada setiap anggota untuk megembangkan
keterampilan dibidang tertentu sehingga berperan sebagai
agen teknologi.
j) mengadakan akses ke lembaga keuangan untuk
keperluan pengembangan usaha para anggota kelompok
k) melaksanakan hubungan melembaga dengan kios
penyedia sarana produksi perikanan dalam pelaksanakan
RUK, pengolahan, pemasaran hasil dan permodalan.
Bila semua pelaku utama bekerja secara sendiri-sendiri
tentu saja tidak akan mampu mengembangkan usaha
dengan baik. Namun setelah digabung dalam kelompok dan
masuk dalam wadah kelembagaan kelompok maka berbagai
keunggulan dan keuntungan pasti akan diperoeh, misalnya
mudah mendapatkan modal usaha, dapat bermitra dengan
lembaga keuangan serta mempermudah dalam akses
pemasarannya. Dengan manfaat berlembaga cukup besar
dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku
utama dan masyarakat bidang kelautan dan perikanan.
Dalam rangka penumbuhan kelompok pelaku utama
bidang kelautan dan perikanan melalui pengelompokan yang
antara lain dapat dibagi kedalam;
1) Kelembagaan Pelaku Utama berdasarkan JENIS USAHA
2) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan SKALA USAHA
3) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan STATUS USAHA
4) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan KOMODITAS
UTAMA
178
5) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan TEMPAT
TINGGAL/ DOMISILI.
179
Peran Kelompok
Sebuah kelembagaan kelompok pelaku utama/pelaku
utama bidang kelautan dan perikanan dapat memiliki peranan
antara lain sebagai berikut :
1) Sebagai media komunikasi dan pergaulan sosial yang
wajar, lestari dan dinamis.
2) Sebagai basis untuk mencapai pembaharuan secara merata.
3) Sebagai pemersatu aspirasi yang murni dan sehat.
4) Sebagai wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta
bekerja sama.
5) Sebagai teladan bagi masyarakat lainnya.
Fungsi Kelompok
Untuk dapat mewujudkan peranan tersebut maka kelompok
seharusnya dapat berfungsi antara lain sebagai: (1) Kelas
belajar; (2) Wadah kerja sama; (3) Unit produksi; (4)
Organisasi kegiatan bersama; dan (5) Kesatuan swadaya dan
swadana.
1. Kelompok Sebagai Kelas Belajar
Sebagai kelas belajar, kelompok merupakan media
interaksi belajar antar pelaku utama. Mereka dapat
melakukan proses interaksi edukatif dalam rangka
mengadopsi inovasi. Mereka dapat saling Asah, Asih dan
Asuh dalam menyerap suatu informasi dari fasilitator,
mediator, pemandu, pendamping, penyuluh dan pihak lain.
Mereka akan dapat mengambil kesepakatan tindakan
bersama apa yang akan diambil dari hasil belajar tersebut.
Dengan demikian proses kemandirian kelompok akan dapat
dicapai. Di dalam kelompok sebagai kelas belajar para pelaku
utama akan dapat melakukan komunikasi multi dimensional.
Mereka dapat mempertukarkan pengalaman masing-masing,
sehingga akan membuat pelaku utama semakin dewasa
untuk dapat keluar dari masalahnya sendiri, tanpa adanya
ketergantungan pada petugas (pendamping, penyuluh dan
lain-lain).
180
2. Kelompok Sebagai Wadah Kerja Sama
Sebagai wadah kerja sama, kelompok pelaku utama
merupakan cerminan dari keberadaan suatu wadah
kerjasama.
3. Kelompok Sebagai Unit Produksi
Kelompok pelaku utama sebagai unit produksi, erat
hubungan dengan wadah kerja sama misalnya kelompok
pembudidaya ikan. Dengan melaksanakan kegiatan budidaya
secara bersama–sama dapat dicapai efisiensi yang lebih
tinggi misalnya, dalam pengadaan sarana produksi,
perkreditan, dan pemasaran hasil.
Oleh karena itu dengan fungsi kelompok sebagai unit
produksi akan dapat dicapai skala ekonomis usaha yang
dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para
pelaku utama.
4. Kelompok Sebagai Organisasi Kegiatan Bersama
Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar
mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi
pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti
tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar
membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka
belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu
setiap anggota merasa memiliki commitment terhadap
kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu
mengembangkan "ke-kitaan bukan ke-kamian". Dengan
demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang
terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-
sendiri.
5. Kelompok Sebagai Kasatuan Swadaya dan Swadana
Kelompok pelaku utama adalah kumpulan pelaku utama
yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata,
mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi
bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak akan dapat
terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut.
Pelaku utama diharapkan dapat mandiri dalam arti
mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan,
merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi
181
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian
tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok.
182
Pelaksanaan bimbingan/pembinaan, antara lain dapat
dilakukan dengan:
1. Pembinaan Teknis Bidang Usaha Kelompok
Pembinaan bidang usaha kelompok dapat dilakukan
melalui bimbingan mengenai:
a) penguatan modal usaha;
b) penangkapan ikan;
c) budidaya ikan;
d) Jasa dan industri perikanan;
e) Peningkatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan
aparat
f) Pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan
g) Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
pendukung kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan
h) Pengolahan dan pemasaran hasil
i) Penguatan kelembagaan usaha
j) Kontribusi pelaku utama kelautan dan perikanan
k) Identifikasi potensi wilayah dan sumberdaya perikanan
yang ada di lingkungannya
l) Pemilihan teknologi yang dibutuhkan
m)Peningkatan kapasitas produksi dan mutu hasil
183
RUK yang telah disusun kemudian ditandatangani
oleh Ketua Kelompok, tenaga pendamping dan diketahui
oleh Kepala Desa dan Kepala Dinas yang membidangi
Kelautan dan Perikanan sebagai Pembina.
RUK dibuat dengan materi/informasi sebagai berikut:
(1) Gambaran umum kelompok, berisi antara lain:
(i) Nama kelompok dan tahun berdirinya.
(ii) Alamat kelompok
(iii) Susunan pengurus dan perkembangan jumlah
anggotanya (saat berdiri sampai sekarang).
(iv) Pengakuan keberadaan kelompok oleh
masyarakat/instansi terkait
(v) Maksud dan tujuan pendirian kelompok (harus
tercantum dalam AD/ART)
(vi) Jenis kegiatan usaha yang sedang berjalan,
produksi saat ini dan pemasarannya.
(vii) Perkembangan sarana yang dimiliki dari saat ini
serta asal modal tersebut.
(viii) Administrasi kelompok (buku pendukung)
(ix) Nama Tenaga pendamping (domisili dan prestasi
pendamping)
(x) Mitra usaha (pemerintah/swasta)
(xi) Prestasi kelompok
(2) Rencana kegiatan dan pembiayaan, berisi antara lain:
(i) Investasi
(ii) Modal kerja (pembelian sarana produksi yang
akan digunakan)
(iii) Pengembangan kelembagaan (pelatihan,
administrasi kelompok, pengembangan
pemasaran, dan lain-lain)
(3) Rencana produksi dan pemasaran
(i) Rencana produksi
(ii) Rencana pemasaran (harga, tujuan pasar, dsb)
(iii) Analisa usaha
(4) Rencana pendampingan
184
(i) Pendampingan teknis
(ii) Pendanpingan manajerial
(5) Keberhasilan yang ingin dicapai
(i) Peningkatan kemampuan kelompok:
- Administrasi kelompok (adanya kelengkapan
administrasi)
- Produksi dan pemasaran (terjadinya
peningkatan)
(ii) Dampak kegiatan kelompok
- Dampak terhadap kelompok
- Dampak terhadap masyarakat sekitar
kelompok
- Dampak terhadap lingkungan/ekologi yang
dapat dirasakan oleh anggota kelompok
maupun masyarakat
b) Pemupukan Modal dan Keberlanjutan Usaha
Kelompok
Dana yang disalurkan kepada kelompok pelaku
utama/masyarakat merupakan penguatan modal untuk
terus dipupuk menjadi ”dana penguatan modal kelompok”
untuk pengembangan usaha kelompok secara
berkelanjutan.
Pengadaan dan penyaluran sarana produksi
perikanan dengan jenis dan jumlah sarana yang dilakukan
secara transparan dan diputuskan oleh kelompok, yang
dibuktikan dengan berita acara serah terima barang.
Pemanfaatan dana kelompok untuk modal kerja
direncanakan bersama-sama secara transparan oleh
kelompok. Penarikan, pembelanjaan, dan pembukuan
mengikuti prosedur yang sama dengan dana pengadaan
sarana/prasarana.
Untuk pengadministrasian dana kolompok, terlebih
dahulu harus disepakati mekanisme yang diterapkan
untuk menghinpun dana pengembalian dari pelaku utama
perikanan. Selanjutnya ditentukan pengurus atau
pengelola dana tersebut. Dalam hal ini perlu dicari
185
alternatif mekanisme yang sederhana tetapi transparan,
sehingga mudah dikontrol oleh semua pihak yang terkait.
Keuntungan dari modal kelompok disimpan dalam
rekening kelompok yang bersangkutan, yang dapat ditarik
sesuai kebutuhan dan prosedur yang disepakati.
c) Pengembangan Usaha kelompok
Berbagai bidang usaha yang dapat dikelola oleh
kelompok masyarkat antara lain bidang usaha kios sarana
produksi, usaha jasa, konservasi berorientasi ekonomi,
budidaya, pengolahan, penangkapan dan pemasaran hasil
perikanan.
d) Pengembangan Pemasaran Hasil
e) Bimbingan Manajerial Lainnya
186
Stratifikasi Kemampuan dan Klasifikasi
Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama
Kelompok Pelaku utama kelautan dan perikanan tidak
terbentuk dengan sendirinya. Agar para pelaku utama dapat
membentuk kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan,
perlu dirangsang dan dimotivasi antara lain dengan cara-cara
berikut :
1. Memberikan penerangan mengenai keuntungan dan cara-
cara kerja kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan,
melalui ceramah, diskusi, anjangsana, pemutaran film/slide
siaran pedesaan, penyebaran brosur, leaflet dan lain-lain.
2. Mengajak para pelaku utama berkaryawisata mengunjungi
kelompok-kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan
lain yang sudah maju.
Apabila para anggota telah sepakat, dan telah membentuk
kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan maka penyuluh
perikanan mencatatnya dan memberitahukan kepada Desa
bersangkutan. Disamping itu pembentukan kelompok pelaku
utama kelautan dan perikanan juga dapat dilakukan melelui
metode penyuluhan perikanan yatitu metode demontrasi,
kursus dan widiawisata.
Dengan metode dempond diharapkan pelaku utama
demonstrator akan menjadi kontak pelaku utama setelah
dempond selesai. Untuk memperkuat calon kontak pelaku
utama ini, selama dempond berlangsung dilaksanakan field day,
kursus dan widiawisata.
Field day dilakukan berkali-kali sesuai dengan
pertumbuhan ikan. Dalam field day ini pelaku utama
demonstratorlah yang merencanakan dan melaksanakan.
Penyuluh perikanan hanya membimbing. Dengan demikian
pelaku utama demonstrator akan meningkat kemampuannya
dalam hal teknis usaha perikanannya dan mengorganisasi
kegiatan. Disamping itu akan dilihat kebolehan pelaku utama
yang hadir dalam field day, sehingga dari sini akan mulai
tumbuh rasa percaya atau atau kredibilitasnya. Hal ini
merupakan benih tumbuhnya kepemimpinan pada diri pelaku
utama demonstrator, sebagai calon pelaku utama pemimpin.
187
Kemudian dengan metode kursus dan widiwisata,
kemampuan teknis berusaha perikanan pelaku utama
demonstrator ditingkatkan. Kursusnya adalah kursus kontak
pelaku utama. Widiwisatanya adalah melihat keberhasilan usaha
perikanan lain sebagai studi banding.
Jadi dengan metode penyuluhan perikanan yang
direncanakan, seorang pelaku utama dapat ditumbuhkan
menjadi kontak pelaku utama atau pelaku utama pemimpin.
Tentunya yang dipilih adalah pelaku utama maju yaitu pelaku
utama yang sudah memiliki sikap positif terhadap pembaharuan
dan selalu berusaha menerapkan teknologi yang lebih baik dan
sesuai dalam usaha perikanannya.
Kemudian melalui dempond dengan adanya kontak pelaku
utama ditumbuhkan adanya kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan. Dempond sebagai media kerjasama antara
pelaku utama di bawah kepemimpinan kontak pelaku utama
akan dapat menghasilkan sebuah kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan.
Dengan berlangsungnya fungsi kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan dengan baik, maka kelompok pelaku
utama kelautan dan perikanan akan memiliki berbagai
kemapuan dalam usaha peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan anggotanya.
Kemampuan-kemampuan kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan ini dalam kegiatan penyuluhan dikenal
dengan 5 jurus kemampuan berkelompok, dan berdasarkan
penilaian terhadap 5 jurus kemampuan inilah kelompok-
kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan diklasifikasikan
sebagai :
1. Kelas Pemula, memiliki skor 0 - 350
2. Kelas Madya, memiliki skor 351 - 650
3. Kelas Utama, memiliki skor 651-1000
Ciri-ciri umum untuk setiap kelas kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut :
1. Kelas Pemula
- kontak pelaku utama masih belum aktif
- taraf pembentukan kelompok inti
188
- pemimpin formal aktif
- kegiatan kelompok bersifat informatif
- belum melakukan kegiatan perencanaan sampai
pelaksanaan
2. Kelas Madya
- kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan
menyelenggarakan kerjasama usaha perikanan
- pemimpin formal kurang menonjol
- kontak pelaku utama dan kelompok inti bertindak sebagai
pimpinan kerja sama usaha perikanan
- berlatih mengembangkan program sendiri
- sudah melakkan kegiatan perencanaan meskipun masih
terbatas
3. Kelas Utama
- hubungan melembaga dengan koperasi unit desa
- perencanaan program tahunan untuk meningkatkan
produktivitas dan pendapatan
- program usaha perikanan terpadu
- program diusahakan dengan koperasi
- pemupukan modal dan pemilikan/penggunaan benda
modal
- sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan sampai
pelaksanaan
Ke 5 jurus kemampuan kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan tersebut adalah perwujudan dari 8 unsur
dinamika kelompok secara umum yang diuraikan oleh
Cartwright dan Zender (1961) serta Beal GM dan N.
Randabaugh (1963), yaitu :
a) Tujuan Kelompok
Yaitu bagaimanakah keadaan tujuan yang mempengaruhi
dinamika kelompoknya. Apakah tujuan kelompok jelas/tidak,
relevan dengan tujuan setiap anggota/tidak dan
formal/informal.
189
b) Struktur Kelompok
Yaitu bagaimanakah kelompok itu mengatur dirinya dan
diatur dalam mencapai tujuan kelompok, yang akan
mempengaruhi dinamika kelompoknya.
Struktur kelompok ini akan menyangkut :
(1) otoritas, kekuasaan dan pengaruh di dalam kelompok itu
(2) komunikasi di dalam kelompok itu
c) Tugas kelompok
Adalah tugas yang berorientasi kepada tujuan kelompok
(goal oriented) yaitu mempertahankan diri sebagai suatu
kebulatan untuk mencapai tujuan.
Tugas kelompok ini akan meliputi :
(1) satisifaction, yaitu memberikan kepuasan kepada para
anggota sehingga mereka masih memeiliki motivasi yang
kuat untuk mencapai tujuan, walaupun tujuan itu tidak
tercapai.
(2) Information, yaitu mencari dan memberikan
keterangan sebanyak mungkin kepada para anggota
tentang apa yang sedang dan ingin dilakukan bdalam
rangka mencapai tujuan kelompok.
(3) Coordination, yaitu adanya pengaturan tugas dan
koordinasi tugas yang jelas dalam mencapai tujuan.
(4) Initation, yaitu dapat timbulnya inisiatip di dalam
kelompok itu baik inisiatip yang berasal dari para
pemimpin (pimpinan) formal, informal atau anggota,
untuk mencapai tujuan kelompok.
(5) Deseminasi, yaitu penyebaran ide/gagasan yang
merupakan usaha untuk mencapai tujuan kelompok, yang
disebarkan kepada seluruh anggota.
(6) Klarifikasi, yaitu kemampuan menjelaskan semua
hal/persoalan yang timbul sehubungan dengan usaha
untuk mencapai tujuan kepada seluruh anggota
kelompok, sehingga hal/persoalan tersebut menjadi jelas.
d) Mengembangkan dan membina kelompok
Adalah pengembangan dan pembinaan yang berorientasi
kepada kehidupan kelompok (survival oriented) yang
meliputi :
190
(1) Partisipasi, yaitu usaha agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi dengan baik, mereka mempunyai peranan
tertentu dan merasa bahwa kelompok itu milik mereka
bersama yang harus dibina dan dikembangkan bersama.
(2) Fasilitas, yaitu kemampuan memberikan fasiltas yang
baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki agar
kelompok dapat hidup dan berkembang dengan baik.
(3) Aktivitas, yaitu kemampuan mengadakan aktivitas
sebanyak-banyaknya dalam usaha untuk
mengembangkan diri dan membina kehidupannya.
(4) Koordinasi, yaitu adanya koordinasi yang baik dari
usaha dan mengembangkan kelompok itu.
(5) Komunikasi, yaitu kemampuan menyelenggarakan
komunikasi yang baik diantara para anggota dalam
rangka mengembangkan dan membina kehidupan
kelompok.
(6) Norma/standard, yaitu kemampuan mencipatakan
adanya norma standard yang diperlukan untuk mengatur
kehidupan kelompok.
(7) Sosialisasi, yaitu kemampuan melaksanakan proses
sosialisasi dengan lancar agar para anggota yang baru
dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan
kehidupan kelompok dapat berkembang dan terbina
dengan baik.
(8) Mendapatkan anggota baru, yaitu adanya usaha
yang dilakukan untuk mendapatkan anggota baru dalam
rangka mengembangkan dan mempertahankan
kehidupannya.
e) Kesatuan Kelompok
Adalah kekompakan kelompok yang dipengaruhi oleh
besarnya commitment para anggotanya. Besarnya
commitment anggota ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor:
(1) Kepemimpinan, yaitu apakah pemimpin kelompok
tersebut memahami tujuan kelompok dengan baik,
apakah menjalankan kewajiban dengan baik, apakah
memberikan penjelasan tentang tujuan kelompok kepada
para anggota.
191
(2) Keanggotaan, yaitu sikap para anggota terhadap
kelompok, apakah merasa merupakan satu bagian dengan
kelompok atau acuh tak acuh
(3) Nilai tujuan, yaitu penilaian tujuan kelompok oleh para
anggota, apakah mereka bangga dengan tujuan itu atau
tidak.
(4) Homogenitas, yaitu keadaan kelompok itu apakah
anggota yang homogen atau heterogen, baik pandangan,
pendidikan, pekerjaan, umur dan lain-lain
(5) Integrasi, yaitu bagaimana tingkat integrasi para
anggota kelompok, apakah mereka masing-masing
bertindak secara kelompok atau individu. Kelompok yang
emiliki tingkat integrasi tinggi akan mempunyai kesatuan
kelompok yang tinggi pula dan tentunya dinamika
kelompoknya pun tinggi pula.
(6) Kerja sama atau koperasi, yaitu apakah para anggota
kelompok memiliki sifat untuk saling bekerja sama, saling
menolong atau tidak.
(7) Besarnya kelompok, yaitu ukuran kelompok itu terlalu
besar atau terlalu kecil. Kelompok yang terlalu besar
solidaritasnya lebih sukar tercapai. Solidaritas merupakan
gabungan dari faktor-faktor kepemimpinan, keanggotaan,
nilai tujuan, homogenitas, integrasi dan koperasi
kelompok yang beranggotakan 15 orang merupakan
kelompok yang ideal.
f) Iklim Kelompok
Adalah suasana kelompok yang akan menyangkut sikap
anggota kelompok terhadap kelompok, terhadap tujuan
kelompok dan terhadap anggota-anggota lainnya. Apakah
suasana kelompok itu penuh keakraban, tegang, senang,
selalu serius, para anggotanya bersemangat (antusias),
apatis dan lain-lain.
Iklim kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
(1) Tegangan atau tension, yaitu apakah kelompok itu
dalam keadaan yang terlalu santai (tegangan rendah)
atau dalam keadaan yang terlalu serius (tegangan tinggi),
kelompok yang tegangannya tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan memiliki dinamika yang tinggi
192
(2) Keramahtamahan anggota, yaitu apakah diantara
anggota itu terjadi suasana yang ramah tamah sehingga
terjalin persahabatan, atau sebaliknya sehingga
menimbulkan pertentangan,
(3) Kelonggaran atau permisiveness, yaitu apakah
kelompok tersebut dalam keadaan terlalu longgar
(permisive) atau terlalu dikontrol ketat (controlled).
Kelompok akan memiliki dinamika yang tinggi, kalu tidak
terlalu longgar atau tidak terlalu ketat.
(4) Keadaan lingkungan fisisk atau physical
environment, yaitu keadaan lingkungan fisik kelompok
itu dalam keadaan baik atau tidak. Lingkungan fisik ini
meliputi fasilitas, sarana biaya, keadaan ruangan,
keadaan cuaca dan lain-lain.
g) Tekanan atau group pressure
Adalah tekanan yang bersifat tekanan mental terhadap
kelompok yang sangat penting untuk meningkatkan motivasi
dalam melakukan aktivitas sehingga aktivitasnya naik dan
dinamika kelompok akan naik pula.
Namun demikian tekanan ini jangan sampai diebrikan terlalu
besar, karena tekanan yang teralalu besar akan dapat
mematahkan semangat dan akan mengurangi dinamika
kelompok. Tekanan yang dapat menaikkan motivasi ini dapat
berasal dari dalam kelompok itu sendiri atau berasal dari luar
kelompok.
193
untuk mencapai tujuan, di samping dapat pula diukur dari
macam-macam cara yang digunakannya. Semakin besar
usaha yang dilakukan atau semakin banyak cara tepat yang
digunakan maka kelompok itu dikatakan semakin efektif dan
sekaligus akan semakin dinamis.
Dari 8 unsur dinamika kelompok tersebut kemudian
disusunlah 5 jurus yang menggambarkan tingkat
kemampuan kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan
dan dipergunakan intuk menyususn kelas-kelas kelompok
pelaku utama kelautan dan perikanan, sebagai gambaran
jenjang kemampuan dari kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan tersebut.
Lima jurus kemampuan berkelompok tersebut adalah:
1) Perencanaan, yaitu kemampuan kelompok untuk
merencanakan kegiatan-kegiatan kelompok dalam
berbagai aspek yang berhubungan dengan usaha
peningkatan produksi dan pendapatan anggota-anggota
kelompok.
2) Kemampuan berorganisasi, yaitu kemampuan dari seluruh
anggota kelompok dalam melaksanakan fungsi-fungsi
organisasi dalam penumbuhan dan pengembangan
kelompok pelaku utama.
3) Akses Kelembagaan , yaitu kemampuan kelompok
mengakses pada lembaga permodalan, lembaga sosial
maupun lembaga lain yang menunjang penumbuhan dan
pengembagan kelmbagaan pelaku utama kelautan dan
perikanan. Akses pada lembaga permodalan ditujukan
dalam upaya pemupukan modal kelompok untuk dapat
dipergunakan bagi kepentingan kelompok dan anggota-
anggota kelompok. Modal kelompok ini dikumpulkan dan
dipergunakan berdasarkan musyawarah kelompok yang
merupakan dasar pembinaan sifat berkoperasi bagi
anggota-anggota kelompok.
4) Kemampuan berwirausaha, yaitu kemampuan para pelaku
utama sebagai anggota kelompok dalam kegiatan
pemupukan modal, pengembangan usaha, penumbuh
kembangan asset usaha mapun kemampuan menganalisis
peluang. Salah contoh konkret Kelompok yang sudah
194
mantap seharusnya anggota-anggotanya menjadi anggota
koperasi dan kontak pelaku utama/pengurus kelompok
turut aktif sebagai pengurus koperasi
5) Kemandirian, yaitu kemampuan kelompok dan
anggotanya dalam merespo0n inovasi, kemampuan
mengelola resiko, kemampuan menganalisis dan
memecahkan masalah.
Selanjutnya untuk mengukur tingkat kemampuan kelompok
pelaku utama kelautan dan perikanan, ke 5 jurus
kemampuan kelompok tersebut diberi skor seperti pada tabel
dibawah ini.
195
5. Kemandirian: 200
- Kemampuan merespon inovasi 50
- Kemampuan mengelola resiko usaha 50
- Kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah 50
- Kemampuan merespon peluang usaha 50
Total 1.000
196
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Falsafah penyuluhan yang penting dalam penyelenggaraan
penyuluhan perikanan antara lain: (1) Penyuluh harus bekerja
sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat;
(2) Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi
justru harus mampu mendorong kemandirian; (3) Penyuluhan
harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup
masyarakat; dan (4) Penyuluhan harus mengacu pada
peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai individu,
kelompok, dan masyarakat umumnya.
2. Asas menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Perikanan, Perikanan dan Kehutanan, sesuai dengan
Pasal 2, penyuluhan perikanan diselenggarakan berasaskan
demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan,
keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan,
berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat.
3. Berdasarkan pada pemahaman penyuluhan sebagai salah satu
sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip: (a)
Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak
mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/
menerapkan sesuatu; (b) Akibat, artinya kegiatan penyuluhan
harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau
bermanfaat; dan (c) Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan
harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya.
4. Tujuan penyuluhan jangka panjang adalah: (a) Better Fisheries,
ada dengan kata lain better aquaculture atau better
catching/capturing; (b) Better Business; dan (c) Better Living.
5. Pengumpulan dan pengolahan data menjadi sangat penting di
dalam kajian desa secara partisipatif, karena pada
pelaksanaannya pemberdayaan masyarakat harus dimulai oleh
peran serta aktif dari masyarakat sebagai sasaran
pemberdayaan.
197
6. Kajian Keadaan Pedesaan biasanya dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, baik potensi
maupun permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan
pendekatan 'top-down', dimana lembaga atau institusi terkait
menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah
tersebut dan masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan.
Sebaliknya, dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru
masyarakat diberikan keleluasaan dan kesempatan untuk
memanfaatkan informasi dan hasil kajian mereka sendiri untuk
mengembangkan suatu rencana kerja agar wilayahnya lebih
maju dan kehidupannya mandiri serta sejahtera atau sering juga
kita kenal pendekatan ini diistilahkan dengan bottom-up.
7. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tak langsung melalui media. Tujuan komunikasi
berupa: (a) informative; (b) persuasive; (c) entertainment/
menghibur; (d) mengubah sikap/perilaku; (e) mengubah
opini/pendapat/pandangan; dan (f) mengubah masyarakat.
8. Metode penyuluhan dapat digolongkan berdasarkan berbagai
faktor sesuai dengan pendekatannya yaitu menurut jarak
sasaran (according to target distance), menurut indra penerima
sasaran penyuluhan, menurut jumlah sasaran penyuluhan, dan
menurut sifat metode pendekatan pada sasaran.
9. Menurut jumlah sasaran penyuluhan yang akan dicapai, kegiatan
penyuluhan dapat dilakukan dengan tiga cara pendekatan yaitu
Metode berdasarkan Pendekatan Perorangan/Individual
termasuk kunjungan, Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok
diantaranya Demontrasi cara dan demontrasi hasil, Widya
Wisata, Kursus, Temu wicara, Temu Karya, Temu Usaha, Mimbar
Saresehan, Temu Kiprah, Temu Lapang, Perlombaan dan Gelar
Teknologi Perikanan, Metode Berdasarkan Pendekatan Massal
diantaranya Pameran, Kampanye, Pertemuan umum, dan
Menurut Sifat Metode Pendekatan pada Sasaran yakni; Persuasif,
Edukatif, Komunikatif, Akomodatif dan Fasilitatif.
10. Programa adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan,
masalah, tujuan dan cara mencapai tujauan yang disusun dalam
bentuk dan sistimatik yang teratur setiap tahun. Tujuan
198
penyusunan pedoman umum programa penyuluhan kelautan
dan perikanan adalah untuk memberikan arah, pedoman dan
alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan
serta terfasilitasinya penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan
perikanan disetiap tingkatan secara partisipatif
11. Kelompok pelaku utama adalah merupakan wadah kebersamaan
para pelaku utama dibidang perikanan dalam upaya untuk
mencapai pelaku utama yang tangguh, yaitu yang mampu
mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya
memecahkan masalahnya sendiri, menghadapi tantangan dan
mengatasi kendala yang ada.
B. Saran
Sebagai seorang penyuluh perikanan kita harus dapat
mewujudkan fungsi penyuluhan perikanan seseuai dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, sebagaimana termaktub dalam
Pasal 4, yaitu:
1. memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku
usaha;
2. mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya
agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
3. meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;
4. membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata
kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
5. membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta
merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama
dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;
6. menumbuhkembangkan kesadaran pelaku utama dan pelaku
usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan
7. melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan yang
maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
199
DAFTAR PUSTAKA
200
Djuarsa Sendjaja, Sasa, dkk. 1999, Pengantar Komunikasi.
Universitas Terbuka, Jakarta.
http://www.deptan.go.id/
http://www.dkp.go.id/
201
Setiana L., 2005. Teknik Penyuluhan dan pemberdayaan
Masyarakat. Penerbit Graha Indonesia. Ciawi. Bogor.
202
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
203
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................. ii
PENDAHULUAN....................................................................... 1
ANDAI SEMUA PENYULUH PERIKANAN BISA ............................ 5
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN ......... 8
KOMPETENSI DASAR YANG HARUS DIMILIKI PENYULUH ......... 11
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERIKANAN................................ 37
TEKNIK PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA..... 48
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ................................................... 90
METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERIKANAN..................... 112
TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAMA DAN RENCANA KERJA ........ 157
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
PELAKU UTAMA DAN PELAKU USAHA PERIKANAN .................... 169
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 197
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 200
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................... 203
204
i
KATA PENGANTAR
ii
205