Anda di halaman 1dari 206

0

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya mendukung kebijakan pembangunan nasional
Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan empat arah
kebijakan yaitu pro job, pro poor, pro growth, dan pro sustainability.
Sejalan dengan hal tersebut, visi dan misi Kementerian Kelautan dan
Perikanan adalah menjadikan “Indonesia sebagai Penghasil Produk
Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015” dengan misi
“Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”.
Keberhasilan visi tersebut yang mencantumkan angka
peningkatan produksi budidaya sebesar 353% sangat ditentukan
oleh sumber daya yang ada termasuk didalamnya sumber daya
manusia kelautan dan perikanan dengan indikator semua kawasan
potensi perikanan memiliki kelompok yang mandiri dan bankable.
Pendekatan yang ditetapkan untuk mewujudkan
pengembangan kawasan minapolitan salah satunya adalah melalui
kegiatan penyuluhan secara terarah dengan melaksanakan sistem
penyuluhan yang terdiri atas kelembagaan, ketenagaan,
penyelenggaraan, pengembangan sarana dan prasarana, serta
monitoring dan evaluasi.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, penyuluh perikanan
memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dalam menyusun
materi penyuluhan dan menyebarkannya kepada pelaku utama dan
pelaku usaha sebagai sasaran penyuluhan. Oleh karena itu buku
Buku Pintar Kompetensi Dasar Bagi Penyuluh Perikanan ini disusun
sebagai salah satu upaya memfasilitasi bahan bacaan/referensi bagi
Penyuluh Perikanan.

1
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diajukan dalam kajian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kapan proses penyuluh perikanan dapat dikatakan berhasil?
2. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme dan peran penyuluh
perikanan?
3. Apa saja kompetensi dasar yang harus dimiliki penyuluh?
4. Apa saja dasar-dasar penyuluhan perikanan yang harus
diketahui seorang penyuluh perikanan?
5. Bagaimana teknik pengumpulan, pengolahan dan analisa data
dalam penyuluhan perikanan?
6. Apakah dibutuhkan komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
penyuluhan?
7. Apa yang dimaksud dengan metode dan teknik penyuluhan
perikanan?
8. Bagaimana teknik penyusunan programa dan rencana kerja
penyuluhan perikanan?
9. Bagaimana penumbuhan dan pengembangan kelembagaan
pelaku utama perikanan sebagai sasaran penyuluhan?

C. Tujuan Penelitian/Pengkajian
Berdasarkan permasalahan pada bagian rumusan masalah,
tujuan penelitian/pengkajian yang akan dicapai adalah:
1. Menjelaskan kapan proses penyuluh perikanan dapat dikatakan
berhasil
2. Menjelaskan tentang profesionalisme dan peran penyuluh
perikanan
3. Menjelaskan tentang kompetensi dasar yang harus dimiliki
penyuluh
4. Menjelaskan tentang dasar-dasar penyuluhan perikanan

2
5. Menjelaskan tentang teknik pengumpulan, pengolahan dan
analisa data dalam penyuluhan perikanan
6. Menjelaskan tentang komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
penyuluhan
7. Menjelaskan tentang metode dan teknik penyuluhan perikanan
8. Menjelaskan tentang teknik penyusunan programa dan rencana
kerja penyuluhan perikanan
9. Menjelaskan tentang penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan pelaku utama perikanan sebagai sasaran
penyuluhan.

D. Kerangka Teori

Dalam PER/19/M.PAN/10/2008 (Pasal 3) disebutkan:


(1) Penyuluh Perikanan adalah pejabat fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang
penyuluhan perikanan kepada unit organisasi atau masyarakat
pelaku utama dan pelaku usaha dibidang perikanan pada
instansi pemerintah tingkat pusat dan daerah.
(2) Jabatan fungsional Penyuluh Perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan jabatan karier yang hanya dapat
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
Tugas pokok Penyuluh Perikanan adalah melakukan kegiatan
penyuluhan perikanan yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan perikananl
(Pasal 4 PER/19/M.PAN/10/2008).
Penyuluh perikanan memiliki peran yang sangat strategis
dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia
khususnya dibidang kelautan dan perikanan (http: //www. goblue.
or. id/ reformasi – penyuluh – perikanan – di - indonesia)

3
E. Sumber Data Penelitian
Data-data yang disajikan dalam tulisan ini terdiri dari data
sekunder diperoleh dari buku-buku dan internet yang berhubungan
dengan topik yang diangkat.

F. Metode Dan Teknik Penelitian/Pengkajian


Metode yang digunakan dalam penelitian/pengkajian ”Buku
Pintar Kompetensi Dasar Bagi Penyuluh Perikanan” ini adalah
penelitian/pengkajian deskriptif kualitatif, dengan teknik yang
digunakan:
1) Pengumpulan data
Data sekunder diperoleh dari buku-buku dan internet.
2) Pengolahan data dan penyusunan kajian
a. Perumusan masalah yang akan diajukan dalam kajian, dengan
penjabaran dan penggalian ide/gagasan utama dan ide
pendukung dengan menggunakan 5 W (What, Who, When,
Where, Why), dan 1 H (How).
b. Dalam rangka menjawab pertanyaan di atas, kami melakukan
pengolahan data dan penelusuran pustaka yang akan
dituangkan dalam beberapa sub bahasan.

4
ANDAI SEMUA
PENYULUH PERIKANAN BISA?

Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi


aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan
(masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan penyuluhan
ke depan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia,
dimana peran penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai
relasi yang berorientasi pada masyarakat sasaran.
Dalam pelaksanaannya sebuah proses penyuluhan harus
dimulai dari pemahaman masyarakat terhadap potensi dan masalah
yang dihadapinya, sehingga terdorong untuk mengupayakan
pemecahan masalah melalui pengembangan semua potensi yang
dimilikinya. Pada tahap inilah dimulai peran seorang penyuluh
“untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran
dari kegiatan usahanya”, dengan pola pikir yang coba dibangun
adalah pengembangan komoditas yang dia dimiliki melalui
pemanfatan semua potensi sumberdaya yang ada, jadi peran
seorang penyuluh adalah berupa fasilitasi, pengawalan, mobilisasi,
pembentukan jaringan kerja dan kelembagaan pelaku utama dan
pelaku usaha di bidang perikanan.

5
PROFESIONALISME DAN PERAN
PENYULUH PERIKANAN
DALAM PEMBANGUNAN
PELAKU UTAMA YANG BERDAYA

Penyuluhan perikanan merupakan bagian penting dalam


peningkatan kualitas sumberdaya manusia kelautan dan perikanan,
yaitu berperan dalam memberikan bimbingan dan pembinaan
kepada pelaku utama, pelaku usaha dan masyarakat perikanan,
sehingga meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam bidang kelautan dan perikanan, baik teknis maupun non
teknis untuk pengembangan usaha di bidang kelautan dan
perikanan. Pembangunan kelautan dan perikanan akan berhasil
apabila adanya partisipasi dan sinergi antara segenap stakeholder di
bidang kelautan dan perikanan.
Fokus kegiatan penyuluhan adalah pada pengembangan
sumber daya manusia, sedangkan fokus sasarannya adalah pada
pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha serta sumber daya
manusia lain yang mendukungnya. Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 3, Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan, bahwa tujuan pengaturan sistem
penyuluhan meliputi :
a) Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal
sosial guna memperkuat pengembangan pertanian, perikanan
dan kehutanan yang maju dan modern dalam sistem
pembangunan yang berkelanjutan;
b) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam
peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,
pemberian peluang, peningkatan kesadaran dan pendampingan
serta fasilitasi.

6
c) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan
sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan
pertanian, perikanan dan kehutanan.
Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi
aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan
(masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan penyuluhan
ke depan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia,
dimana peran penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai
relasi yang berorientasi pada masyarakat sasaran. Dalam
pelaksanaannya sebuah proses penyuluhan harus dimulai dari
pemahaman masyarakat terhadap potensi dan masalah yang
dihadapinya, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan
masalah melalui pengembangan semua potensi yang dimilikinya.
Pada tahap inilah dimulai peran seorang penyuluh “untuk membantu
peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran dari kegiatan
usahanya”, dengan pola pikir yang coba dibangun adalah
pengembangan komoditas yang dimilikinya melalui pemanfatan
semua potensi sumberdaya yang ada, jadi peran seorang penyuluh
adalah berupa fasilitasi, pengawalan, mobilisasi, pembentukan
jaringan kerja dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha di
bidang perikanan.
Sejalan dengan implementasi amanah UU No. 16/2006
tentang SP3K, maka guna memanfaatkan potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan Indonesia yang sangat besar bagi
kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan bangsa dan negara
secara berkelanjutan diperlukan adanya SDM yang handal dan
profesional. Penyuluh Perikanan memegang peranan penting dalam
upaya pencapaian peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
pelaku utama/ pelaku usaha sebagai mediator, motifator dan
fasilitator. Dalam mewujudkan peran tersebut penyuluh harus
memiliki kapasitas dan kompetensi yang tinggi dalam
melaksanakan fungsi pembinaan dan pendampingan dalam
menjalankan tugasnya.
Dalam perjalanan mengemban tugas tersebut para penyuluh
perlu memiliki dan meningkatkan berbagai pengalaman dalam
membawa pesan dan mendiseminasikan teknologi kepada para
pelaku utama, dengan filosofi menjadikan “Yang Tidak Tahu

7
menjadi Tahu, Yang Tidak Mau menjadi Mau, dan Yang Tidak
Mampu menjadi Mampu”.
Dengan terbitnya PermenPAN Nomor: PER/19/M.PAN/10/2008
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka
Kreditnya, maka status dan posisi Penyuluh Perikanan sudah
memiliki kejelasan karier dan keberadaannya, yang dapat
berdampak pada kinerja seorang penyuluh. Penyuluh Perikanan
bukan lagi menjadi bagian dari Penyuluh Pertanian, sehingga
diharapkan tidak ada lagi penyuluh yang menjalankan fungsi
generalisasi keilmuan (polivalen) daripada spesialisasi keilmuan.
Untuk menangani penyuluhan di bidang kelautan dan perikanan
memiliki perbedaan dengan bidang pertanian, antara lain: (1)
Secara geografis, negara Indonesia merupakan negara kepulauan
dan negara bahari yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari perairan;
(2) Secara alamiah, sifat, karakteristik, dan bentuk kegiatannya
sangat spesifik dengan ketergantungan tinggi terhadap musim dan
iklim, sehingga usahanya menjadi sangat beresiko; (3) Secara sosial
dan ekonomi, sifat, karakteristik, dan pola hidup para pelaku utama
berbeda dengan pola hidup petani/pekebun; (4) Penanganan aspek
perikanan tidak dapat dipisahkan dari aspek kelautan; (5) Secara
keilmuan, eksistensi ilmu kelautan dan perikanan merupakan
kecabangan ilmu yang mandiri, termasuk penyuluhan perikanan; (6)
Secara kelembagaan, selama 2 periode kabinet dan rencana UU
kementerian/departemen ke depan, terdapat departemen yang
khusus mengemban tugas dan fungsi menangani kelautan dan
perikanan, termasuk penyuluhannya, yaitu Departemen Kelautan
dan Perikanan; (7) Secara legislasi, didukung keberadaan UU
No.31/2004 tentang Perikanan. Kondisi tersebut secara intern
merupakan sebuah justifikasi bahwa penyuluhan kelautan dan
perikanan harus ditangani secara khusus, tersendiri, dan mandiri.
Peningkatan kapasitas para penyuluh perikanan harus dilakukan
secara terus menerus dan sistematis agar dapat menjadi konsultan
dan mitra sejati para pelaku utama dan pelaku usaha di bidang
perikanan.
Profesional mempunyai makna berhubungan dengan profesi
dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
sedangkan profesionalisme bermakna mutu, kualitas, dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang

8
profesional. Sehingga seorang Penyuluh Perikanan profesional
haruslah menjadi AHLI PENYULUHAN dan SPESIALISASI DIBIDANG
PERIKANAN. Hal ini mempunyai arti bahwa setiap Penyuluh
Perikanan harus sadar dengan tugas dan fungsinya sebagai
penyuluh dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, serta
selalu meningkatkan keterampilannya dalam bekerja dan dalam
menghadapi persaingan.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, secara tegas mengemukakan bahwa pembangunan
perikanan diarahkan untuk sembilan aspek berikut: 1)meningkatkan
taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil;
2)meningkatkan penerimaan dan devisa negara; 3)mendorong
perluasan dan kesempatan kerja; 4)meningkatkan ketersediaan dan
konsumsi sumber protein hewani; 5)mengoptimalkan pengelolaan
sumberdaya ikan; 6)meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah
dan daya saing; 7)meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk
industri pengolahan ikan; 8)mencapai pemanfaatan sumber daya
ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya ikan
secara optimal; dan 9)menjamin kelestarian sumber daya ikan,
lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang. Dengan demikian
orientasi penyuluhan perikanan seyogyanya dapat meramu ke-9 hal
tersebut.
Kompetensi penyuluh menjadi sangat penting untuk selalu
disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan tantangan zaman. Hal
ini tidak berarti penyuluh harus serba bisa (polivalen), tetapi
penyuluh yang diharapkan adalah penyuluh yang dapat berperan
sebagai fasilitator bagi transformasi yang diharapkan masyarakat
dan pelaku utama. Pelaku utama sangat berharap figur penyuluh
yang berani, jujur, terbuka dan kreatif. Berani dalam mengambil
langkah yang tepat dan cepat, jujur akan kelebihan dan kekurangan
diri, terbuka dalam arti dapat bekerja sama dengan berbagai pihak,
dan kreatif dalam arti mampu berinovasi dan mengembangkan
berbagai modifikasi atas teknologi yang sudah ada. Sejalan dengan
itu, penyuluh harus dapat mengembangkan suasana pembelajaran
yang kondusif dan harus mampu memberi contoh (kewirausahaan),
memberi semangat, dan memandirikan pelaku utama. Penyuluh
juga harus mampu mengembangkan jaringan kerja sama dengan
berbagai kalangan, baik swasta maupun pemerintah, baik untuk

9
keperluan konsultasi maupun distribusi hasil perikanan, dan lain
sebagainya.
Kompleksitas masalah di bidang kelautan dan perikanan
memerlukan koordinasi dan sinkronisasi lintas sektoral. Penyuluh
yang kompeten dengan keahlian yang handal sebagai penggerak
pembaharuan dan mitra sejajar bagi pelaku utama sangat
diperlukan. Peran penyuluh hendaknya tidak semata untuk
mengejar pertumbuhan (produksi), namun yang lebih diprioritaskan
adalah aspek penyadaran pelaku utama, pengembangan kapasitas
dan motivasi pelaku utama untuk mewujudkan tata kehidupan yang
lebih bermartabat melalui penerapan usaha perikanan yang
berkelanjutan. Pemahaman keberlanjutan pengelolaan usaha
perikanan meliputi dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, dan
pengembangan teknologi yang tepat secara berkelanjutan.

10
KOMPETENSI DASAR
YANG HARUS DIMILIKI
PENYULUH PERIKANAN

Sebagai implementasi peningkatan mutu profesionalisme dan


pembinaan karir PNS yang bertugas di bidang penyuluhan
perikanan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/19/M.PAN/10/2008
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka
Kreditnya. Selanjutnya Kementerian Kelautan dan Perikanan
bersama dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) menerbitkan
Peraturan Bersama Nomor: PB. 01/MEN/2009 dan Nomor: 14 Tahun
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh
Perikanan dan Angka Kreditnya.
PNS yang menduduki jabatan fungsional Penyuluh Perikanan
dapat memiliki karir dengan pangkat atau golongan ruang mulai dari
II/a sampai dengan golongan tertinggi IV/e sesuai dengan angka
kredit yang dimilikinya.
Dalam PER/19/M.PAN/10/2008 disebutkan:
Pasal 3
(3) Penyuluh Perikanan adalah pejabat fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang
penyuluhan perikanan kepada unit organisasi atau masyarakat
pelaku utama dan pelaku usaha dibidang perikanan pada
instansi pemerintah tingkat pusat dan daerah.
(4) Jabatan fungsional Penyuluh Perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan jabatan karier yang hanya dapat
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.

11
Pasal 4
Tugas pokok Penyuluh Perikanan adalah melakukan kegiatan
penyuluhan perikanan yang meliputi persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan perikanan.
Pasal 8
(1) Rincian kegiatan Penyuluh Perikanan Terampil, sebagai berikut :
a. Penyuluh Perikanan Pelaksana Pemula, yaitu :
1. Mengumpulkan data/informasi primer tingkat kesulitan
rendah tentang potensi wilayah, ekosistem perairan,
atau permasalahan individu, kelompok, maupun
masyarakat perikanan;
2. Mengumpulkan data/informasi sekunder tingkat
kesulitan rendah tentang potensi wilayah, ekosistem
perairan, atau permasalahan individu, kelompok,
maupun masyarakat perikanan;
3. Membuat peta kegiatan usaha perikanan tingkat
kesulitan rendah di wilayah kerja penyuluhan;
4. Membuat data monografi wilayah binaan;
5. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama perikanan;
6. Menyusun konsep programa penyuluhan perikanan di
tingkat desa/unit kerja lapangan;
7. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
8. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa folder;
9. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa flipchart/peta singkap;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa kartu kilat/flier;
11. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran perseorangan/anjangsana;
12. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran kelompok;

12
13. Melaksanakan kegiatan temu lapang bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
14. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
15. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
16. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
17. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama andalan dan pelaku usaha di tingkat
desa/unit kerja lapangan;
18. Menjadi intermedier pada kegiatan temu lapang bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
19. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
20. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat
desa/unit kerja lapangan;
21. Melaksanakan dan mendampingi kegiatan
widyakarya/widyawisata bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
22. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
23. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
24. Menjadi pramuwicara dalam pameran pembangunan
perikanan;
25. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan
pengolah ikan dan menjaga/memelihara sarana
prasarana perikanan dan umum (kelestarian dan
kebersihan lingkungan);
26. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
27. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
28. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;

13
29. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
30. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/ Kota;
31. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.

b. Penyuluh Perikanan Pelaksana, yaitu :


1. Mengumpulkan data/informasi primer tingkat kesulitan
sedang tentang potensi wilayah, ekosistem perairan,
atau permasalahan individu, kelompok, maupun
masyarakat perikanan;
2. Mengumpulkan data/informasi sekunder tingkat
kesulitan sedang tentang potensi wilayah, ekosistem
perairan, atau permasalahan individu, kelompok,
maupun masyarakat perikanan;
3. Membuat peta kegiatan usaha perikanan tingkat
kesulitan sedang di wilayah kerja penyuluhan;
4. Membuat data monografi wilayah binaan;
5. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama perikanan;
6. Menjadi anggota dalam menyusun konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
7. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
8. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
9. Menyusun materi penyuluhan perikanan dalam bentuk
media tertayang berupa klips/serial photo;
10. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh pada sasaran
perseorangan/anjangsana;
11. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh pada sasaran
kelompok;

14
12. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat sederhana yang
direkomendasi;
13. Melaksanakan kegiatan temu lapang bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
14. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
15. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di tingkat desa/unit kerja lapangan;
16. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
17. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
18. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kecamatan;
19. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
20. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
21. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di tingkat desa/unit
kerja lapangan;
22. Melaksanakan dan mendampingi kegiatan
widyakarya/widyawisata bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
23. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
24. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
25. Melaksanakan kegiatan gelar teknologi perikanan;
26. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
27. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;

15
28. Menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok pelaku
utama dan atau pelaku usaha;
29. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
30. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
31. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan di Tingkat
Kecamatan;
32. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
33. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
34. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
35. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.

c. Penyuluh Perikanan Pelaksana Lanjutan, yaitu :


1. Mengumpulkan data/informasi primer tingkat kesulitan
tinggi tentang potensi wilayah, ekosistem perairan, atau
permasalahan individu, kelompok, maupun masyarakat
perikanan;
2. Mengolah data/informasi tentang potensi wilayah,
ekosistem perairan, atau permasalahan individu,
kelompok, maupun masyarakat perikanan tingkat
kesulitan rendah;
3. Membuat data monografi wilayah binaan;
4. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama perikanan;
5. Menjadi ketua dalam penyusunan konsep programa
penyuluhan perikanan Tingkat Kecamatan;
6. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;

16
7. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
8. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
9. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa leaflet;
11. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa poster;
12. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa booklet;
13. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran perseorangan/anjangsana;
14. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran kelompok;
15. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat sedang yang
direkomendasikan;
16. Menjadi anggota tim dalam melaksanakan uji coba
lapang paket teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat
tinggi;
17. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
18. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
19. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
20. Menjadi intermedier pada kegiatan temu lapang bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
21. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
22. Melaksanakan dan mendampingi kegiatan
widyakarya/widyawisata bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
23. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
24. Menyelenggarakan kursus bagi pelaku utama;

17
25. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;
26. Melaksanakan pendampingan magang usaha bagi pelaku
utama;
27. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
28. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
29. Menumbuhkembangkan asosiasi kelembagaan pelaku
utama dan/atau pelaku usaha;
30. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pelaku utama
dan/atau pelaku usaha;
31. Menilai peningkatan kelas kemampuan kelompok pelaku
utama perikanan;
32. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
33. Menyusun proposal kewirausahaan dalam
pengembangan wirausaha penyuluh perikanan;
34. Melaksanakan pendampingan wirausaha dalam
pengembangan wirausaha penyuluh perikanan;
35. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan
perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
36. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
37. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
38. Mengumpulkan dan mengolah data hasil evaluasi
penyuluhan spesifik lokasi, yang terkait dengan
kebijakan pembangunan perikanan.

d. Penyuluh Perikanan Penyelia, yaitu :


1. Mengolah data/informasi tingkat kesulitan sedang
tentang potensi wilayah, ekosistem perairan, atau

18
permasalahan individu, kelompok, maupun masyarakat
perikanan;
2. Membuat data monografi wilayah binaan;
3. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama perikanan;
4. Menjadi anggota dalam penyusunan konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
5. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
6. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
7. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
8. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
9. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
11. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran perseorangan/anjangsana;
12. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kepada
sasaran kelompok;
13. Menjadi anggota tim dalam mendisain uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi;
14. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat tinggi yang direkomendasi;
15. Melaksanakan secara perorangan uji coba lapang paket
teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat sederhana;
16. Menjadi ketua tim dalam uji coba paket teknologi
perikanan spesifik lokasi tingkat tinggi;
17. Melaksanakan kegiatan temu usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
18. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan di
Tingkat Kabupaten/Kota;
19. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
20. Menjadi fasilitator kursus bagi pelaku utama;

19
21. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
22. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
23. Menumbuhkan koperasi/kelembagaan kelompok usaha
pelaku utama;
24. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
25. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan;
26. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penyuluhan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
27. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
28. Menjadi peserta dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
29. Menjadi penyaji dalam kegiatan mendiskusikan konsep
hasil evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
30. Merumuskan laporan hasil evaluasi penyuluhan spesifik
lokasi, yang terkait dengan kebijakan pembangunan
perikanan.

(2) Rincian kegiatan Penyuluh Perikanan Ahli, sebagai berikut :


a. Penyuluh Perikanan Pertama, yaitu :
1. Mengumpulkan data/informasi sekunder tingkat
kesulitan tinggi tentang potensi wilayah, ekosistem
perairan, atau permasalahan individu, kelompok,
maupun masyarakat perikanan;
2. Mengolah data/informasi tingkat kesulitan rendah
tentang potensi wilayah, ekosistem perairan, atau

20
permasalahan individu, kelompok, maupun masyarakat
perikanan;
3. Membuat data monografi wilayah binaan;
4. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama;
5. Menjadi peserta dalam membahas programa penyuluhan
perikanan di tingkat Kabupaten/Kota;
6. Menjadi penyaji dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
7. Menjadi pembahas dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
8. Menjadi narasumber dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
9. Menjadi peserta dalam membahas konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
10. Menyusun rencana kerja penyuluhan berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
11. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa brosur;
12. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa poster;
13. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa booklet;
14. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
15. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa sound slide;
16. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
17. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
18. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
19. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kapada
sasaran perseorangan/anjangsana;
20. Melakukan kunjungan pembinaan kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dilakukan oleh penyuluh kapada
sasaran kelompok;

21
21. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat sedang yang direkomendasi;
22. Menjadi intermedier pada kegiatan temu lapang bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
23. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
24. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
25. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
26. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Kecamatan;
27. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kecamatan;
28. Menyusun materi/modul kursus bagi pelaku utama;
29. Melaksanakan kegiatan gelar teknologi perikanan;
30. Melaksanakan penyuluhan massal pada pertemuan
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah
ikan dan menjaga/memelihara sarana prasarana
perikanan dan umum (kelestarian dan kebersihan
lingkungan);
31. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
32. Menumbuhkembangkan asosiasi kelembagaan pelaku
utama dan/atau pelaku usaha;
33. Meningkatkan kemampuan kelembagaan pelaku utama
dan/atau pelaku usaha;
34. Menilai peningkatan kelas kemampuan kelompok pelaku
utama perikanan;
35. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
36. Mengembangkan wirausaha penyuluh perikanan melalui
pendampingan wirausaha;
37. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Kecamatan;
38. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;

22
39. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
40. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
41. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
42. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
43. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
44. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
45. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.
46. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan.

b. Penyuluh Perikanan Muda, yaitu :


1. Mengolah data/informasi tingkat kesulitan sedang
tentang potensi wilayah, ekosistem perairan, atau
permasalahan individu, kelompok, maupun masyarakat
perikanan;
2. Menganalisis data/informasi tentang potensi wilayah,
ekosistem perairan dan permasalahan perikanan
individu, kelompok, maupun masyarakat;
3. Membuat peta kegiatan usaha perikanan tingkat
kesulitan sedang di wilayah kerja penyuluhan;
4. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama;
5. Menjadi anggota dalam kegiatan menyusun konsep
programa penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;

23
6. Menjadi anggota dalam kegiatan menyusun konsep
programa penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
7. Menjadi ketua dalam kegiatan menyusun konsep
programa penyuluhan perikanan di Tingkat Kecamatan;
8. Menjadi peserta dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
9. Menjadi penyaji dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
10. Menjadi pembahas dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Kabupaten/Kota;
11. Menjadi narasumber dalam kegiatan membahas
programa penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
12. Menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
13. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa leaflet;
14. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa folder;
15. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media cetak
berupa baliho;
16. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
17. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa klips/serial photo;
18. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
19. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
20. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa jingle/iklan layanan masyarakat;
21. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa blogger;
22. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
23. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa jingle/iklan layanan masyarakat;

24
24. Menjadi anggota tim dalam mendesain uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi;
25. Mengkaji/menguji teknologi perikanan tingkat sederhana
yang direkomendasi;
26. Melaksanakan/melakukan demonstrasi cara/hasil
teknologi perikanan tingkat tinggi yang direkomendasi;
27. Melaksanakan uji coba lapang paket teknologi
perikanan spesifik lokasi tingkat sedang (perorangan);
28. Menjadi anggota tim dalam melaksanakan uji coba
lapang paket teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat
tinggi;
29. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil
pengkajian/pengujian teknologi ;
30. Mengevaluasi penerapan teknologi perikanan tingkat
sederhana yang direkomendasi;
31. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
32. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
33. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
34. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
35. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha Tingkat
Kabupaten/Kota;
36. Melaksanakan kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
37. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
38. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha Tingkat
Kabupaten/Kota;
39. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;

25
40. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
41. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Kabupaten/Kota;
42. Menjadi intermedier pada kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha di Tingkat Kabupaten/Kota;
43. Mendisain dan membuat display pameran pembangunan
perikanan;
44. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
45. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui televisi;
46. Melakukan bimbingan dalam pemecahan masalah pelaku
utama yang berkonsultasi di bidang perikanan;
47. Menumbuhkan koperasi/kelembagaan kelompok usaha
pelaku utama;
48. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
49. Membangun jejaring kerja antar kelompok/asosiasi di
Tingkat Kabupaten/Kota;
50. Melakukan penilaian perlombaan usaha perikanan antar
kelembagaan kelompok/asosiasi di Tingkat
Kabupaten/Kota;
51. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan;
52. Mengembangkan wirausaha Penyuluh Perikanan melalui
penyusunan proposal kewirausahaan;
53. Mengembangkan wirausaha Penyuluh Perikanan melalui
pengevaluasian hasil dan manfaat wirausaha;
54. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Kabupaten/Kota;
55. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
56. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;

26
57. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
58. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
59. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
60. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
61. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
62. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
63. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
64. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
65. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kecamatan;
66. Mengumpulkan dan mengolah data hasil evaluasi
penyuluhan spesifik lokasi, yang tekait dengan kebijakan
pembangunan perikanan;
67. Menyiapkan dan mengolah bahan/data informasi
tentang arah kebijakan pengembangan penyuluhan
perikanan yang bersifat penyempurnaan;
68. Menyiapkan dan mengolah bahan/data informasi
tentang arah kebijakan pengembangan penyuluhan
perikanan yang bersifat pembaharuan.

27
c. Penyuluh Perikanan Madya, yaitu :
1. Mengolah data/informasi tingkat kesulitan tinggi tentang
potensi wilayah, ekosistem perairan, atau permasalahan
individu, kelompok, maupun masyarakat perikanan;
2. Membuat peta kegiatan usaha perikanan tingkat
kesulitan tinggi di wilayah kerja penyuluhan;
3. Merekapitulasi rencana kegiatan usaha kelompok pelaku
utama;
4. Merumuskan kebutuhan teknologi perikanan;
5. Menjadi anggota dalam menyusun konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
6. Menjadi ketua dalam menyusun konsep programa
penyuluh perikanan di Tingkat Provinsi;
7. Menjadi ketua dalam menyusun konsep programa
penyuluh perikanan di Tingkat Kabupaten/ Kota;
8. Menjadi peserta dalam membahas programa penyuluhan
perikanan di Tingkat Nasional;
9. Menjadi penyaji dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
10. Menjadi pembahas dalam kegiatan membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
11. Menjadi narasumber dalam kegiatan membahas
programa penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
12. Menyusun rencana kerja penyuluhan berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
13. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
14. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
15. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
16. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa blogger;
17. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
terdengar berupa naskah radio;
18. Mendisain uji coba lapang paket teknologi perikanan
spesifik lokasi (perorangan);
19. Menjadi ketua tim dalam mendisain uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi;

28
20. Mengkaji/menguji teknologi perikanan tingkat sedang
yang direkomendasi;
21. Menjadi ketua tim dalam melaksanakan uji coba lapang
paket teknologi perikanan spesifik lokasi tingkat tinggi;
22. Menjadi penyaji dalam kegiatan diskusi hasil
pengkajian/pengujian teknologi;
23. Mengevaluasi penerapan teknologi perikanan tingkat
sedang yang direkomendasi;
24. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
25. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
26. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
27. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
28. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
29. Melaksanakan kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat Provinsi;
30. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
31. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
32. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
33. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Provinsi;
34. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Provinsi;
35. Menjadi intermedier pada kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat Provinsi;
36. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
37. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui televisi;
38. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;

29
39. Membangun jejaring kerja antar kelompok/asosiasi di
Tingkat Provinsi;
40. Melakukan penilaian perlombaan usaha perikanan antar
kelembagaan kelompok/asosiasi Tingkat Provinsi;
41. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan
42. Mendisain laboratorium/klinik penyuluhan perikanan;
43. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
pelaporan hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan;
44. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Provinsi;
45. Menjadi peserta dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
46. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
47. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
48. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Provinsi;
49. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
50. Mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi
dampak penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
51. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
52. Menjadi peserta dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
53. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
54. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;
55. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Provinsi;

30
56. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Kabupaten/Kota;
57. Menyusun instrumen evaluasi penyuluhan spesifik lokasi
yang terkait dengan kebijakan pembangunan perikanan.

d. Penyuluh Perikanan Utama , yaitu :


1. Menyusun rancang bangun/rekayasa bisnis berbasis
perikanan;
2. Menyusun konsep instrumen pengukuran kelas
kelompok pelaku utama dan atau pelaku usaha di bidang
perikanan;
3. Menjadi ketua tim dalam penyusunan konsep programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
4. Menjadi penyaji dalam membahas programa penyuluhan
perikanan di Tingkat Nasional;
5. Menjadi pembahas dalam membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
6. Menjadi narasumber dalam membahas programa
penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
7. Menyusun rencana kerja penyuluhan berbasis kebutuhan
pelaku utama dan pelaku usaha;
8. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa bahan tayang;
9. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa film/video;
10. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa naskah TV;
11. Menyusun materi penyuluhan dalam bentuk media
tertayang berupa blogger;
12. Menyusun materi penyuluhan dalam media terdengar
berupa naskah radio;
13. Mengkaji/menguji teknologi perikanan tingkat tinggi
yang direkomendasi;
14. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil
pengkajian/pengujian teknologi;
15. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil
pengkajian/pengujian teknologi;

31
16. Mengevaluasi penerapan teknologi perikanan tingkat
tinggi yang direkomendasi;
17. Melaksanakan kegiatan temu wicara bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
18. Melaksanakan kegiatan temu teknis bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
19. Melaksanakan kegiatan temu karya bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
20. Melaksanakan kegiatan temu usaha bagi pelaku utama
dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
21. Melaksanakan kegiatan mimbar sarasehan bagi kontak
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
22. Melaksanakan kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat
Nasional;
23. Menjadi intermedier pada kegiatan temu wicara bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
24. Menjadi intermedier pada kegiatan temu teknis bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
25. Menjadi intermedier pada kegiatan temu karya bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
26. Menjadi intermedier pada kegiatan temu usaha bagi
pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat Nasional;
27. Menjadi intermedier pada kegiatan mimbar sarasehan
bagi kontak pelaku utama dan pelaku usaha di Tingkat
Nasional;
28. Menjadi intermedier pada kegiatan temu pakar dalam
pengembangan metode/materi penyuluhan bagi pelaku
utama dan pelaku usaha penyuluhan di Tingkat
Nasional;
29. Menjadi narasumber temu pakar penyuluhan;
30. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui radio;
31. Melakukan/melaksanakan penyuluhan melalui televisi;
32. Menumbuhkan dan menggalang kemitraan usaha
kelompok dengan swasta;
33. Membangun jejaring kerja antar kelompok/asosiasi di
Tingkat Nasional;

32
34. Melakukan penilaian perlombaan usaha perikanan antar
kelembagaan kelompok/asosiasi di Tingkat Nasional;
35. Mengelola media komunikasi dan informasi penyuluhan
perikanan;
36. Mengevaluasi umpan balik manfaat laboratorium/klinik
penyuluhan perikanan;
37. Mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan perikanan di
Tingkat Nasional;
38. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
39. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
40. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan hasil evaluasi
pelaksanaan penyuluhan perikanan di Tingkat Nasional;
41. Menyusun instrumen evaluasi dampak pelaksanaan
penyuluhan perikanan;
42. Menganalisis data dan merumuskan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
43. Menjadi penyaji dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
44. Menjadi pembahas dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
45. Menjadi narasumber dalam mendiskusikan konsep hasil
evaluasi dampak penyuluhan perikanan di Tingkat
Nasional;
46. Merumuskan hasil evaluasi penyuluhan spesifik lokasi
yang terkait dengan kebijakan pembangunan perikanan;
47. Menyusun pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis penyuluhan perikanan;
48. Mengevaluasi pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis penyuluhan perikanan;
49. Menyusun rencana/desain kajian arah kebijakan
pengembangan penyuluhan perikanan yang bersifat
penyempurnaan;

33
50. Menganalisis data informasi dan merumuskan hasil
kajian arah kebijakan pengembangan penyuluhan
perikanan yang bersifat penyempurnaan;
51. Menyusun rencana/desain kajian arah kebijakan
pengembangan penyuluhan perikanan yang bersifat
pembaharuan;
52. Menganalisis data informasi dan merumuskan hasil arah
kebijakan pengembangan penyuluhan perikanan yang
bersifat pembaharuan;
53. Pengkajian metode dan sistem penyuluhan perikanan;
54. Perumusan metode/sistem baru penyuluhan perikanan.

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, tenaga penyuluh


perikanan dituntut untuk mampu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap pelaku utama dan atau pelaku usaha di
bidang perikanan, agar mereka tahu, mampu dan mau
menerapkan teknologi/ inovasi untuk peningkatan produksi,
produktifitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Sejalan dengan
tugas pokok dan fungsi seperti tersebut diatas, dipandang perlu
adanya kompetensi dasar bagi tenaga penyuluh perikanan, sehingga
diperoleh penyuluh yang handal dan profesional di bidangnya.
Kompetensi dasar yang harus dimiliki tenaga Penyuluh
Perikanan antara lain seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kompetensi dasar yang harus dimiliki Penyuluh Perikanan
KOMPETENSI YANG HARUS NAMA
NO TUPOKSI
DIMILIKI KOMPETENSI
1 2 3 4
1 Kesadaran akan Pengetahuan dan sikap tentang Dasar - Dasar
tugas pokok, - Pengertian penyuluhan perikanan Penyuluhan
fungsi dan peran - Asas, falsafah, tujuan dan fungsi Perikanan
Penyuluh penyuluhan perikanan
Perikanan - Sasaran dan pelaku penyuluhan
perikanan
- Etika penyuluh perikanan

34
KOMPETENSI YANG HARUS NAMA
NO TUPOKSI
DIMILIKI KOMPETENSI
1 2 3 4
2 Identifikasi Pengetahuan, keterampilan dan sikap Teknik
potensi wilayah, (PKS) tentang: Pengumpulan,
ekosistem - Pengertian Participatori Rural Pengolahan
perairan, Appraisal dan Analisis
kebutuhan - Teknik dan alat PRA Data
teknologi, pelaku - Teknik pemetaan
utama, dan - Teknik Kalender musim
pelaku usaha - Teknik Transek (penelusuran desa)
bidang perikanan - Teknik Diagram Venn
- Teknik Bagan perubahan dan
kecenderungan
- Teknik ranking kesejahteraan
- Teknik diagram alur
- Analisa Pohon Masalah
- Analisa Pohon Tujuan
- Analisa penentuan skala prioritas
kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
3 Penyebaran PKS tentang: Komunikasi
informasi dan - Ruang lingkup komunikasi yang efektif
teknologi - Komponen, proses dan tahapan
komunikasi
- Komunikasi yang efektif
- Komunikasi dalam penyuluhan
4 Perencanaan PKS tentang: Penyusunan
penyuluhan - Pengertian Programa dan Rencana Programa dan
perikanan Kerja Penyuluhan Rencana Kerja
- Penyusunan Programa Penyuluhan Penyuluhan
Perikanan Perikanan
- Penyusunan Rencana Kerja
Penyuluhan
5 Pemilihan dan PKS tentang: Metode dan
penerapan - Pengertian Metode penyuluhan Teknik
metode dan - Jenis-Jenis Metode penyuluhan Penyuluhan
teknik perikanan Perikanan
penyuluhan - Pemilihan
perikanan - Metode penyuluhan perikanan
Pengertian Teknik Penyuluhan
- Jenis-jenis Teknik Penyuluhan

35
KOMPETENSI YANG HARUS NAMA
NO TUPOKSI
DIMILIKI KOMPETENSI
1 2 3 4
6 Pengembangan PKS tentang: Penumbuhan
swadaya dan - Pengertian Kelompok dan
swakarya pelaku - Jenis-jenis kelompok Pengembangan
utama dan - Penumbuhan kelompok Kelompok
pelaku usaha - Pengelolaan keuangan kelompok Pelaku Utama
bidang perikanan - Administrasi kelompok Perikanan
- Pembinaan kelompok
- Pengembangan kelompok
- Jejaring usaha kelompok

36
DASAR-DASAR
PENYULUHAN PERIKANAN

Pengertian Penyuluhan Secara Umum


Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang
mempelajarai sistem dan proses perubahan pada individu serta
masayarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai
dengan yang diharapkan. Penyuluhan, dengan demikian dapat
diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal
di luar sistem sekolah yang biasa. Pendidikan bagi masyarakat
sendiri, menurut Carter V (1995), adalah merupakan proses
perkembangan pribadi, proses sosial, proses pengembangan
keterampilan sesuai profesi serta kegiatan bersama dalam
memahami ilmu pengetahuan yang tersusun dan dikembangkan dari
masa ke masa oleh setiap generasi bangsa.
Pendidikan masayarakat juga mengandung pengertian usaha
manusia untuk meningkatkan kepribadian, keterampilan, dan
pengetahuan agar dapat diserap atau dipraktekkan oleh
masayarakat. Dengan mengacu pada pengertian diatas, penyuluhan
adalah usaha mengubah perilaku seseorang dan keluarganya atau
kelompoknya agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai
kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab untuk
memecahkan masalahnya sendiri dalam rangka kegiatan usahanya
dan kehidupannya.
Agar dapat memperoleh wawasan yang lebih luas perlu
dikemukakan beberapa istilah yang berkenaan dengan penyuluhan.
Pengertian penyuluhan dapat bermacam-macam, tergantung dari
sudut pandang seseorang. Istilah-istilah yang berkenaan dengan
penyuluhan diantaranya adalah :
 Dalam bahasa Belanda digunakan istilah Voorlichting yang berarti
memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan
jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi Negara-
negara jajahan Belanda

37
 Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan
sebagai pemberian saran atau Beratung yang berarti seseorang
pakar dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tetapi
seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya.
 Dalam bahasa Austria dikenal istilah ”Forderung” yang berarti
menggiring seseorang ke arah yang diinginkan, kata mana mirip
dengan istilah di Korea yakni bimbingan pedesaan.
 Bahasa Spanyol dikenal istilah ”Capacitacion” menunjukan
adanya keinginan untuk meningkatkan kemampuan manusia
yang dapat diartikan dengan pelatihan.

Penyuluhan Menurut Peraturan Perundang-undangan


Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor : PER/19/M.PAN/10/2008, tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya disebutkan
bahwa Penyuluhan Perikanan adalah proses pembelajaran bagi
pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan (Pertanian, Perikanan, Kehutanan) menurut UU
No. 16 tahun 2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.

Asas Penyuluhan
1. Eksplanasi Asas Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Sesuai dengan Pasal 2, penyuluhan perikanan diselenggarakan
berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan,

38
keseimbangan, keterbuakaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan,
berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat.
2. Eksplanasi Definitif
a. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan demokrasi”
yaitu penyuluhan yang diselenggarakan dengan saling
menghormati pendapat antara Pemerintah, pemerintah
daerah, dan pelaku utama dan pelaku usaha lainnya.
b. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan manfaat”
yaitu penyuluhan yang harus memberikan nilai manfaat bagi
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
perilaku untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
c. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan kesetaraan”
yaitu hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan pelaku
usaha yang harus merupakan mitra sejajar.
d. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan keterpaduan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan secara
terpadu antara kepentingan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat.
e. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan
keseimbangan” yaitu setiap penyelenggaraan penyuluhan
harus memperhatikan keseimbangan antara kebijakan, inovasi
teknologi dengan kearifan masyarakat setempat,
pengarusutamaan gender, keseimbangan pemanfaatan
sumberdaya dan kelestarian lingkungan, dan keseimbangan
antar kawasan yang maju dengan kawasan yang relatif masih
tertinggal.
f. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan keterbukaan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka
antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha.
g. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan kerjasama”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus diselenggarakan
secara sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian,
perikanan, dan kehutanan serta sektor lain yang merupakan
tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
h. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan partisipatif”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang melibatkan secara
aktif pelaku utama dan pelaku usaha dan penyuluh sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

39
i. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan kemitraan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip saling menghargai, saling
menguntungkan, saling memperkuat, dan saling
membutuhkan antara pelku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh.
j. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan
keberlanjutan” yaitu penyelenggaraan penyuluhan dengan
upaya secara terus menerus dan berkesinambungan agar
pengetahuan, keterampilan, serta perilaku pelaku utama dan
pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan perkembangan
sehingga dapat terwujud kemandirian.
k. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan berkeadilan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang memosisikan pelaku
utama dan pelaku usaha berhak mendapatkan pelayanan
secara proporsional sesuai denagn kemampuan, kondisi, serta
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
l. Yang dimaksud dengan ”penyuluhan berasaskan pemerataan”
yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus dapat
diselenggarakan secara merata bagi seluruh Wilayah Republik
Indonesia dan segeap lapisan pelaku utama dan pelaku usaha.
m. Yang dimksud dengan ”penyuluhan berasaskan bertanggung
gugat” yaitu bahwa evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan
dengan membandingkan pelaksanan yang telah dilakukan
dengan perencanaan yang telah dibuat dengan sederhana,
terukur, dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya dapat
dijadwalkan.

Falsafah Penyuluhan
Pengertian falsafah adalah sebagai suatu pandangan hidup,
yang merupakan landasan pemikiran yang bersumber pada
kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus
diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada
pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan
masayarakat itu sendiri. Ada empat hal penting yang harus
diperhatikan oleh penyuluh sehubungan dengan falsafah
penyuluhan tersebut, yaitu :

40
a. Penyuluh harus bekerja sama dengan masayarakat, dan bukan
bekerja untuk masayarakat;
b. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru
harus mampu mendorong kemandirian;
c. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya
kesejahteraan hidup masyarakat;
d. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan
martabat manusia sebagai individu, kelompok, dan masyarakat
umumnya.

Di Amerika Serikat, dikembangkan falsafah penyuluhan yang


kenal dengan istilah 3T, yaitu seperti berikut.
TEACH
(Pendidikan)

TRUTH TRUST
(Kebenaran/keyakinan) (Kepercayaan)

Artinya, bahwa dalam penyuluhan harus mengandung unsur-unsur


Keterangan:
a. Pendidikan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
b. Membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri,
oleh karenanya harus ada kepercayaan dari masyrakat sasaran.
c. Belajar sambil melakukan sesuatu, sehingga ada keyakinan atas
kebenaran terhadap apa yang diajarkan.

41
Tujuan Penyuluhan Perikanan
1. Eksplanasi Tujuan Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 3, Tujuan pengaturan
sistem penyuluhan perikanan meliputi pengembangan
sumberdaya manusia dan peningkatan modal sosial, yaitu
a. memperkuat pengembangan perikanan yang maju dan
modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan
b. memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam
peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,
pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan
pendampingan serta fasilitasi.
c. Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya
penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi,
partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan
gender, berwawasan luas kedepan, berwawasan lingkungan
dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya
pembangunan perikanan.
d. Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum
bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan
pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam
melaksanakan penyuluhan.
e. Mengembangkan sumberdaya manusia, yang maju dan
sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan
perikanan.
2. Eksplanasi Definitif
a. Yang dimaksud dengan ”pengembangan sumberdaya
manusia” antara lain peningkatan semangat, wawasan,
kecerdasan, keterampilan, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk membentuk kepribadian yang mandiri.
b. Yang dimaksud dengan ”peningkatan modal sosial” antara lain
pembentukan kelompok, gabungan kelompok, manajemen,
kepemimpinan, akses modal, dan akses informasi.
c. Yang dimaksud ”terdesentralisasi” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan merupakan urusan rumah
tangga desa atau unit kerja lapangan, kabupaten/kota,dan
provinsi

42
d. Yang dimaksud ”partisipatif” yaitu bahwa penyelenggaraan
penyuluhan melibatkan pelaku utama mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi.
e. Yang dimaksud dengan ”keterbukaan” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan dengan prinsip
transparansi sehingga dapat diketahui oleh semua unsur yang
terlibat.
f. Yang dimaksud dengan ”keswadayaan” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan dengan
mengutamakan kemampuan penyuluhan sendiri.
g. Yang dimaksud dengan ”kemitrasejajaran” yaitu bahwa
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan berdasarkan asas
kesetaraan kedudukan antara penyuluh, pelaku utama, dan
pelaku usaha.
h. Yang dimaksud dengan ”bertanggung gugat” yaitu bahwa
evaluasi kinerja penyuluhan dikerjakan dengan
membandingkan pelaksanaan yang telah dilakukan dengan
perencanaan yang telah dibuat dengan sederhana, terukur,
dapat dicapai, rasional, dan kegiatannya dapat dijadwalkan.
Karena tujuan penyuluhan jangka panjang adalah terjadi
peningkatan taraf hidup masayarakat, maka hal ini hanya dapat
dicapai apabila masyarakat telah melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Better Farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha
dengan cara-cara yang lebih baik
b. Better Business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan
mampu menjauhi para pengijon, lintah darat, dan melakukan
teknis pemasaran yang benar.
c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak
berfoya-foya dan setelah berlangsungnya masa panenan, bisa
menabung, bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan, dan
mampu mencari alternatif lain dalam hal usaha, misal mendirikan
industri rumah tangga yang lain dengan mengikutsertakan
keluarganya guna mengisi kekosongan waktu selama menunggu
panenan berikutnya

43
Fungsi Penyuluhan Perikanan
Eksplanasi Fungsi Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Fungsi sistem penyuluhan meliputi termaktub dalam Pasal 4, yaitu:
a. memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dasn pelaku
usaha;
b. mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya
agar mereka dapat mengembangkan usahanya.
c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.
d. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata
kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan.
e. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta
merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama
dan pelaku usaha dalam mengelola usaha.
f. Menumbuhkembangkan kesadaran pelaku utama dan pelaku
usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan
g. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan yang
maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Fungsi penyuluhan adalah menjembatani kesenjangan antara


praktik yang biasa dijalankan oleh sasaran dengan pengetahun dan
teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sasaran
tersebut. Dengan demikian, penyuluhan dengan para penyuluhnya
merupakan penghubung yang bersifat dua arah (two way traffic)
antara :
a. pengetahuan yang dibutuhkan sasaran dengan pengalaman yang
biasa dilakukan oleh sasaran;
b. pengalaman baru yang terjadi pada pihak para ahli dengan
kondisi yang nyata dialami oleh sasaran.
Karena itu, fungsi penyuluhan dapat dianggap sebagai
penyampai dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat
diikuti dan dilaksanakan oleh masayarakat, sehingga program-
program masayarakat yang disusun dengan itikad baik akan berhasil
dan mendapat partisipasi masyarakat.

44
Sasaran Penyuluhan Perikanan
Berdasarkan UU No 16 tahun 2006, Pihak yang paling berhak
memperoleh manfaat penyuluhan meliputi:
- Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku
usaha.
o Pelaku utama kegiatan perikanan adalah nelayan,
pembudidaya ikan, dan pengolah ikan.
o Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau
badan hukum yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang
mengelola sebagian atau seluruh kegiatan usaha perikanan
dari hulu sampai hilir.
- Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya
yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian,
perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh
masyarakat.
Pada dasarnya sasaran penyuluhan adalah manusia biasa
dengan segala keterbatasan dan kelebihan masing-masing, di mana
secara umum kondisi yang demikian sangat mempengaruhi
efektivitas penyuluhan.
Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan
adalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam
melakukan suatu perubahan. Menurut Samsudin (1992), sasaran
penyuluhan sebenarnya tidak hanya individunya saja, tetapi meliputi
juga keluarganya, kelompok masyarakat yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam usahanya.

Tenaga Pelaku Penyuluhan Perikanan


Berdasarkan UU No. 16 tahun 2006, yang dimaksud dengan
tenaga penyuluh perikanan meliputi Penyuluh PNS, penyuluh swasta
dan/atau penyuluh swadaya.
Pada hakekatnya setiap orang yang mempunyai pengetahuan
tentang perikanan dan mampu berkomunikasi dapat menjadi
penyuluh perikanan.
Pelaku penyuluhan perikanan meliputi :

45
a. Penyuluh PNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang dalam jabatan fungsional penyuluh.
b. Penyuluh Swasta adalah seseorang yang diberi tugas oleh
perusahaan yang terkait dengan usaha perikanan, baik secara
langsung atau tidak langsung melaksanakan tugas penyuluhan
perikanan
c. Penyuluh Swadaya

Materi Penyuluhan Perikanan


Dalam UU Nomor 16 tahun 2006, disebutkan bahwa:
1. Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan
kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan
memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya
pertanian, perikanan, dan kehutanan.
2. Materi penyuluhan sebagaimana dimaksud diatas berisi unsur
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal
sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi,
ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan.
3. Materi penyuluhan dalam bentuk teknologi tertentu yang akan
disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus
mendapat rekomendasi dari lembaga pemerintah, kecuali
teknologi yang bersumber dari pengetahuan tradisional.
4. Lembaga pemerintah pemberi rekomendasi wajib mengeluarkan
rekomendasi segera setelah proses pengujian dan administrasi
selesai.
5. Teknologi tertentu sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan oleh
Menteri.
6. Ketentuan mengenai pemberian rekomendasi pada materi
penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

46
Hal Utama Dalam Penyelenggaraan Penyuluhan
Beberapa hal utama yang dilakukan dalam penyelenggaraan
penyuluhan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan sistem penyuluhan perikanan yang menjamin
terselenggaranya penyuluhan perikanan secara produktif, efektif
dan efisien, dinamis dan profesional
2. Mengembangkan model model penyuluhan perikanan partisipatif
untuk membangun kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha
yang mandiri dan mampu menolong dirinya sendiri.
3. Menjadikan penyuluh perikanan sebagai konsultan serta mitra
sejati pelaku utama dan pelaku usaha dalam pendampingan
pengembangan kemampuan berusaha bisnis perikanan dalam
rangka peningkatan ketahanan pangan, peningkatan nilai
tambah, peningkatan daya saing yang akhirnya akan mampu
meningkatkan pendapatan keluarga.
4. Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku
usaha;
5. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya
agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
6. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;
7. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata
kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;

47
TEKNIK PENGUMPULAN,
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL


(Kajian Keadaan Pedesaan Secara Partisipatif)

Kajian Keadaan Pedesaan secara Partisipatif adalah salah satu


tahap dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian atau
Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari beberapa tahapan yaitu,
Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat, Pengembangan
Kelompok, Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan dan Monitoring
dan Evaluasi.

Kajian Keadaan Pedesaan dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi
serta menganalisa situasinya, baik potensi maupun

48
permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan pendekatan 'top-
down' . Dalam pendekatan ini, lembaga menentukan apa yang akan
dikerjakan dalam suatu wilayah. Masyarakat diikutkan tanpa
diberikan pilihan. Dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru
masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil kajian mereka sendiri
untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan
mandiri.

Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah


gambaran tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat,
potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini merupakan dasar
untuk tahapan proses Pemberdayaan Masyarakat berikut, yaitu
pembentukan dan pengembangan kelompok serta penyusunan dan
pelaksanaan rencana kegiatan oleh masyarakat. Hasil Kajian
Keadaan Pedesaan Partisipatif juga dapat digunakan oleh instansi
yang berkepentingan untuk mengembangkan pelayanan serta
program yang lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan oleh


masyarakat dan difasilitasi atau didampingi oleh Tim Pemberdayaan
Masyarakat. Dalam Kajian Partisipatif diberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan
pengetahuannya.

Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan


sacara partisipatif, adalah 'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'.
PRA ini adalah 'sekumpulan teknik dan alat yang mendorong
masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka

49
sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang
terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan
mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan.

Teknik dan alat PRA berupa visual (gambar, tabel, bentuk)


yang dibuat oleh masyarakat sendiri dan dipergunakan sebagai
media diskusi masyarakat tentang keadaan mereka sendiri serta
lingkungannya. Kualitas informasi yang digali dengan PRA biasanya
tinggi, namun kuantitatif kadang-kadang kurang tepat. Walaupun
kita tidak tahu apakah informasi seratus persen benar, yang penting
bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran.

Tahapan-tahapan dalam proses kajian keadaan pedesaan


partisipatif meliputi:

A. Persiapan desa bersama wakil masyarakat

1. Menentukan tempat dan waktu;


2. Koordinasi dengan pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat
3. Mengumumkan kepada mayarakat;
4. Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang
diperlukan;

B. Persiapan dalam tim

5. Menentukan bahan pendukung dan media;


6. Menentukan informasi yang akan dikaji;
7. Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai;
8. Membagi peran dalam Tim PM;

50
C. Melakukan kajian keadaan kegiatan PRA:

9. Berbagi pengalaman dan pengetahuan


10. Analisa pengalaman dan pengetahuan
11. Menyimpulkan

D. Pengumpulan dan perumusan hasil PRA (pelaporan)


Lokakarya/Musyawarah Masyarakat:

12. Mempresentasi semua hasil PRA;


13. Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk
mempertajam temuan;
14. Penyusunan hasil akhir analisa kajian potensi, kesempatan,
masalah dan kemungkinan pengembangan program oleh
masyarakat.

Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan keadaan setempat


dan keinginan masyarakat. PRA dapat dilaksanakan dalam bentuk
'Lokakarya' (misalnya selama 5 hari terus menerus) atau dalam
beberapa tahap (misalnya satu hari seminggu selama 2 bulan).

PRA tidak mudah untuk dilakukan karena masih sering ada


anggapan bahwa masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk
itu fasilitator perlu sikap hati rendah serta kesediaan untuk belajar
dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai
pelaksana dan nara sumber utama dalam memahami keadaannya.

Kegiatan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah dasar


untuk Pembentukan Kelompok serta Penyusunan Rencana Kegiatan
Kelompok. Berdasarkan masalah dan kebutuhan yang dihadapi oleh
masyarakat, dapat dikembangkan kegiatan untuk memecahkan

51
masalah tersebut. Sering kali, dibentuk kelompok yang
memudahkan pencapaian tujuan bersama. Kelompok juga berfungsi
sebagai kelompok belajar.Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif atau
PRA sering memanfaatkan teknik-teknik visualisasi (pembuatan
gambar) untuk mendukung analisa masyarakat terhadap keadaan
mereka. Diharapkan bahwa Tim Fasilitator menyesuaikan pilihan
teknik yang akan digunakan dengan keadaan dan dinamika
setempat. Kalau ada pengalaman tentang teknik-teknik lain yang
berguna, silahkan memanfaatkannya.

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan untuk


meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam
mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, baik potensi maupun
permasalahannya. Masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil
analisa sendiri untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar
lebih maju dan mandiri. Dalam hal ini juga diharapkan masyarakat
mampu menyampaikan hasil perencanaannya kepada instansi
terkait yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

52
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah tahap pertama
dalam siklus pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Setelah kajian, masyarakat akan masuk tahap perencanaan
kemudian pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Setelah itu,
mereka lanjutkan dengan mengkaji ulang sebagai dasar untuk
rencana baru.

Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan adalah gambaran tentang:

1. potensi sumber daya alam yang dimiliki masyarakat, termasuk


sistem usaha;
2. potensi sosial masyarakat;
3. potensi perekonomian masyarakat;
4. potensi lembaga atau kelompok kegiatan yang ada, latar
belakangnya, strukturnya, kegiatannya dan lain-lain (termasuk
lembaga pelayanan, baik pemerintah maupun non-
pemerintah);
5. masalah-masalah masyarakat;
6. prioritas dan penyebab masalah;
7. peluang-peluang pengembangan.

Hasil ini merupakan dasar untuk tahapan proses


Pemberdayaan Masyarakat berikut yaitu pembentukan dan
pengembangan kelompok dan penyusunan dan pelaksanaan
rencana kegiatan oleh masyarakat.

53
Konsep Dasar PRA

PRA terdiri dari sekumpulan teknik atau alat yang dapat


dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan. Teknik ini berupa visual
(gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh masyarakat sendiri dan
dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan
mereka sendiri serta lingkungannya. Beberapa teknik yang terkenal
meliputi:

1. Pemetaan desa
2. Kalender musim
3. Transek (penelusuran desa)
4. Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan)
5. Bagan perubahan dan kecenderungan
6. Diagram alur
7. Diagram kegiatan harian (daily routine)

54
Triangulasi

Dalam kajian informasi tidak semua sumber informasi


senantiasa bisa dipercaya ketepatannya. Untuk mendapatkan
informasi yang benar bisa diandalkan dengan menggunakan prinsip
'triangulasi' informasi, yaitu pemeriksaan dan periksa ulang, melalui:

A. Keragaman Teknik PRA

Setiap teknik PRA punya kelebihan dan kekurangan. Tidak


semua informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam satu teknik
PRA dapat dipercaya. Melalui teknik-teknik lain, informasi
tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan
tepat.

Karenanya kita perlu melihat bagaimana teknik-teknik PRA


dapat saling melengkapi, sesuai proses belajar yang diinginkan
dan cakupan informasi yang dibutuhkan.

B. Keragaman Sumber Informasi

Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang


kompleks dan memiliki berbagai kepentingan yang sering
berbeda bahkan bertentangan. Informasi yang berasal dari
sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh

55
kepentingan pribadi. Karena itu sangat perlu mengkaji silang
informasi dari sumber informasi yang berbeda. Dalam
melaksanakan PRA perlu diperhatikan bahwa tidak didominasi
oleh beberapa orang atau elit desa saja tetapi melibatkan
semua pihak, termasuk yang termiskin dan wanita. Sumber
Informasi lain juga dapat dimanfaatkan seperti sumber
sekunder yang berada di desa.

C. Keragaman Latar belakang Tim Fasilitator

Fasilitator PRA biasanya punya latar belakang atau


keahlian khusus. Selalu ada resiko bahwa dia mengutamakan
'keahlian' dia sendiri (bias), walaupun sering kali kami tidak
sadar. Untuk menghindari bahwa kepentingan fasilitator akan
menentukan temuan PRA, lebih baik membentuk Tim 'multi-
disiplin' atau 'Polivalen', yaitu suatu tim yang terdiri dari orang
dengan latar belakang, keahlian, jenis kelamin yang berbeda.

56
Prinsip-prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
5. Prinsip santai dan informal
6. Prinsip triangulasi
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
8. Prinsip orientasi praktis
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
10. Prinsip belajar dari kesalahan
11. Prinsip terbuka

Peran orang atau tim luar, yang berasal dari lembaga atau
instansi, terbatas sebagai fasilitator proses PRA. Hal ini tidak mudah
untuk dilakukan karena masih sering ada anggapan bahwa
masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu perlu sikap
rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan
menempatkan warga masyarakat sebagai pelaksana dan nara
sumber utama dalam memahami keadaannya.

57
Tahapan dalam proses kajian keadaan pedesaan partisipatif
meliputi:

A. Persiapan desa bersama wakil masyarakat (pimpinan, tokoh-


tokoh dan / atau koordinator setempat):

1. Menentukan tempat;
2. Menentukan waktu;
3. Mengumumkan kepada masyarakat;
4. Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang
diperlu;

58
B. Persiapan dalam tim:

5. Menentukan informasi yang akan dikaji;


6. Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai;
7. Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan
media;
8. Membagi peran dalam Tim PM;

C. Melakukan kajian keadaan kegiatan PRA:

9. Ulang menjelaskan maksud dan tujuan PRA


10. Menyepakati waktu dan kegiatan / teknik yang akan
dilakukan
11. Membina suasana
12. Menjelaskan teknik PRA dalam sub kelompok
13. Melalukan teknik PRA
a. Diskusi umum (pembahasan keadaan)
b. Pembuatan gambar (visualisasi)
c. Diskusi lebih lanjut (analisa masalah dan potensi)
14. Presentasi dan diskusi

D. Perumusan hasil PRA melalui Lokakarya / Musyawarah


Masyarakat:

15. Mempresentasi semua hasil PRA;


16. Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk
mempertajam temuan;
17. Penyusunan hasil akhir analisa kajian potensi,
kesempatan, masalah dan kemungkinan pengembangan
program oleh masyarakat

59
Teknik dan Alat PRA

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif atau PRA sering


memanfaatkan teknik-teknik visualisasi (pembuatan gambar) untuk
mendukung analisa masyarakat terhadap keadaan mereka. Pada
umumnya, ada beberapa metode visualisasi, yaitu gambaran, tabel
dan bagan. Berdasarkan metode-metode ini, banyak teknik telah
dikembangkan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik yang
dapat dipilih dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif. Dalam bab
ini teknik-teknik tersebut dijelaskan baik pengertian, tujuan serta
bagaimana pelaksanaannya.

Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:


1. Pemetaan desa
2. Kalender musim
3. Transek (penelusuran desa)
4. Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan)
5. Bagan perubahan dan kecenderungan
6. Ranking kesejahteraan
7. Diagram alur
8. Analisa Kehidupan
9. Penentuan angka dan ranking

Diharapkan bahwa Tim Fasilitator menyesuaikan pilihan teknik


dengan keadaan dan dinamika setempat.

60
1. Pemetaan Desa

Pengertian dan tujuan

Pemetaan desa adalah teknik PRA untuk memfasilitasi


masyarakat untuk mengungkapkan keadaan wilayah desa tersebut
beserta lingkungannya sendiri. Hasilnya adalah peta atau sketsa
keadaan sumberdaya umum desa atau peta dengan topik tertentu
(peta topikal), sesuai kesepakatan dan tujuannya, misalnya 'peta
Kolam air tawar, peta pengolah ikan, dan peta penyebaran
penduduk. Teknik ini banyak digunakan dan mengarah kepada
teknik-teknik lain.

Bagaimana melakukan pemetaan

Pemetaan dapat dilakukan di atas tanah atau di atas kertas.


Sering kali dipakai simbol-simbol dan peralatan yang sederhana
seperti tongkat, batu-batuan dan biji-bijian. Kalau dibuat di tanah,
luasnya peta tidak terbatas, supaya banyak orang dapat berperan
aktif dalam pelaksanaannya. Kalau digambar di tanah, hasilnya
harus digambar kembali di atas kertas agar hasilnya tidak hilang.

Tahapan dalam pelaksanaan meliputi:


1. sepakatilah tentang topik peta (umum atau topikal) serta
wilayah yang akan digambar;
2. sepakatilah tentang simbol-simbol yang akan digunakan
3. menyiapkan bahan yang dibutuhkan
4. gambarlah (masyarakat!!) batas-batasan wilayah dan
beberapa titik tertentu (misalnya jalan, sungai, rumah
ibadah, sekolah, pasar, kantor desa)

61
5. melengkapi peta dengan detail-detail sesuai topik peta
(umum atau topikal)
6. diskusilah lebih lanjut tentang keadaan, masalah-masalah,
sebabnya serta akibatnya
7. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan peta dan diskusi sudah selesai, peta digambar
kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai peta
masyarakat).

62
2. Kalender Musim

Pengertian dan tujuan


Kegiatan-kegiatan dalam daur kehidupan masyarakat desa
sangat dipengaruhi siklus musim. Kalender musim menunjukkan
perubahan dan perulangan keadaan-keadaan seperti cuaca, musim
ikan, pembagian tenaga kerja, keberadaan hama dan penyakit dan
lain-lain, dalam satu kurun waktu tertentu (musiman). Hasilnya,
yang digambar dalam suatu 'kalender' dengan bentuk matriks,
merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan rencana
program
Kalender musim dapat dibuat di atas kertas atau di tanah.
Sering kali dipakai simbol-simbol. Untuk simbol tersebut dapat
dimanfaatkan biji-bijian, daun-daunan, batu-batuan dan lain-lain.
Kalau digambar di tanah, hasilnya harus digambar kembali di atas
kertas.

63
Tahapan dalam pelaksanaan meliputi:
1. gambarlah (masyarakat) sebuah kalender dengan 12 bulan
(atau 18 bulan) sesuai kebutuhan. Tidak perlu mengikuti
kalender tahunan, bisa mulai pada bulan lain, misalnya sesuai
musim tanam.
2. diskusi umum tentang jenis-jenis kegiatan serta keadaan apa
yang paling sering terjadi pada bulan-bulan tertentu dan
apakah kegiatan itu selalu terulang dari tahun ke tahun.
3. gambarlah kegiatan-kegiatan utama serta keadaan-keadaan
kritis yang berakibat besar bagi masyarakat dalam kalender
(menyepakati tentang simbol-simbol dulu).
4. mendiskusikan lebih lanjut tentang keadaan, masalah-
masalah, sebabnya serta akibatnya.
5. menyesuaikan gambaran dengan hasil diskusi.
6. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.
7. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan kalender dan diskusi sudah selesai, kalender
digambar kembali di atas kertas (secara lengkap dan sesuai
gambar masyarakat).

64
3. Transek (Penelusuran Desa)

Pengertian dan Tujuan

Transek (Penelusuran Desa) merupakan teknik untuk


memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan
dan keadaan sumber-sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri
wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.
Dengan teknik transek, diperoleh gambaran keadaan sumber daya
alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-perubahan
keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar dalam
diagram transek atau 'gambaran irisan muka bumi.

Jenis-jenis transek meliputi 'Transek sumber daya desa umum,


Transek sumber daya alam, Transek Topik Tertentu, misalnya
'transek mengamati sumber pakan ternak' atau transek pengelolaan
tanah.

65
Bagaimana melakukan Transek

Transek biasanya terdiri dari dua tahapan utama yaitu:

1. perjalanan dan observasi


2. pembuatan gambar transek

Hasilnya biasanya langsung digambar atas flipchart (kertas


lebar). Sebelum melakukan Transek perlu disiapkan bahan dan alat
seperti kertas flipchart, kartu warna-warni, spidol, makanan dan
minuman. Kegiatan transek biasanya makan waktu yang cukup
lama.

66
Perjalanan

1. sepakatilah tentang lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi


serta topik-topik kajian yang akan dilakukan (misalnya
penggunaan lahan, jenis tanah, pengairan, ketersediaan
pakan ikan, masalah, potensi dan lain-lain)
2. sepakatilah lintasan penelusuran serta titik awal dan titik akhir
(bisa memanfaatkan hasil Pemetaan Desa)
3. lakukan perjalanan dan mengamati keadaan, sesuai topik-
topik yang disepakati
4. buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas
pencatat)

Pembuatan gambaran transek

1. sepakatilah simbol yang akan dipergunakan dan mencatat


simbol dan artinya
2. gambarlah bagan transek berdasarkan hasil lintasan (buatlah
dengan bahan yang mudah diperbaiki/dihapus agar masih
dapat dibuat perbaikan)
3. untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat diarahkan
untuk menganalisa mengenai:
a. perkiraan ketinggian.
b. perkiraan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain.
c. mengisi hasil diskusi tentang topik-topik dalam bentuk
bagan/matriks (lihat contoh).
4. kalau gambar sudah selesai, mendiskusikan kembali hasil dan
buat perbaikan jika diperlukan.

67
5. mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-masing
lokasi.
6. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.
7. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi.

4. Diagram Venn (Bagan Hubungan Kelembagaan)

Pengertian dan tujuan

Diagram Venn merupakan teknik yang bermanfaat untuk


melihat hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang
terdapat di desa (dan lingkungannya). Diagram venn memfasilitasi
diskusi masyarakat untuk mengidentifikasi pihak-pihak apa berada
di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya
untuk masyarakat dan manfaat untuk masyarakat. Lembaga yang
dikaji meliputi lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga swasta (termasuk Lembaga
Swadaya Masyarakat). Diagram Venn bisa sangat umum atau
topikal; mengenai lembaga-lembaga tertentu saja, misalnya yang
kegiatannya berhubungan dengan penyuluhan perikanan saja,
kesehatan saja atau pengairan saja.

Bagaimana membuat Diagram Venn

Diagram Venn dapat dibuat di kertas atau di tanah. Sering


kali dipakai kertas (yang digunting dalam bentuk lingkaran) dan
spidol.

68
Tahapan dalam pelaksanaan Diagram Venn meliputi:
1. bahaslah dengan masyarakat lembaga-lembaga yang terdapat
di desa (lembaga-lembaga yang terkait dengan topik yang
akan dibahas)
2. catatlah daftar lembaga-lembaga pada flipchart
3. guntinglah sebuah lingkaran kertas yang menunjukkan
masyarakat
4. sepakatilah mengenai simbol-simbol yang dipergunakan,
misalnya:
a. besarnya lingkaran: menunjukkan pentingnya lembaga-
lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat.
Semakin penting suatu lembaga maka semakin besar
lingkaran
b. jarak dari tingkatan masyarakat: menunjukkan manfaat
lembaga tersebut menurut pemahaman masyarakat.
Semakin dekat dengan lingkaran masyarakat maka
lembaga tersebut semakin
5. tulislah kesepakatan simbol-simbol tersebut pada flipchart
agar mudah diingat oleh masyarakat
6. bahaslah apakah lembaga-lembaga tersebut 'penting' menurut
pemahaman masyarakat dan menyepakati besarnya lingkaran
yang mewakili lembaga tersebut
7. guntinglah kertas-kertas yang berbentuk lingkaran yang
besarnya sesuai dengan kesepakatan, tulislah nama lembaga
tersebut pada lingkaran itu
8. letakkanlah lingkaran masyarakat di atas lantai

69
9. bahaslah bagaimana manfaat lembaga tersebut terhadap
masyarakat yang ditunjukkan oleh jaraknya dari lingkaran
masyarakat

Yang perlu diperhatikan pentingnya suatu lembaga terhadap


masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya lingkaran) belum tentu
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (yang ditunjukkan oleh jarak
dari lingkaran masyarakat).
1. kalau semua lembaga telah ditempatkan, periksalah kembali dan
diskusikan kebenaran informasi tersebut
2. buatlah perubahan kalau memang diperlukan
3. mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-masing
lembaga

70
4. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
5. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan diagram venn dan diskusi sudah selesai, diagram
digambar kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai hasil
masyarakat).

5. Bagan Perubahan dan Kecenderungan

Pengertian dan tujuan

Bagan Perubahan dan Kecenderungan merupakan teknik PRA


yang memfasilitasi masyarakat dalam mengenali perubahan dan
kecenderungan berbagai keadaan, kejadiaan serta kegiatan
masyarakat dari waktu ke waktu. Hasilnya digambar dalam suatu
matriks. Dari besarnya perubahan hal-hal yang diamati dapat
diperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang
akan berlanjut di masa depan. Demikian Bagan Perubahan
memfasilitasi masyarakat untuk memperkirakan arah
kecenderungan umum dalam jangka panjang serta mengantisipasi
kecenderungan tersebut. Hasilnya adalah bagan/matriks perubahan
dan kecenderungan yang umum desa atau yang berkaitan dengan
topik tertentu, misalnya hasil panen, jumlah penebaran ikan, cuaca
dan lain-lain.

71
Bagaimana membuat Bagan Perubahan dan Kecenderungan

Hasilnya Bagan Perubahan dan Kecenderungan digambar atas


kertas, papan tulis atau di tanah.

Tahapan pembuatan Bagan Perubahan meliputi:

1. mendiskusikan perubahan-perubahan penting yang terjadi di


desa serta sebab-sebabnya
2. sepakatilah topik-topik utama yang akan dicantumkan ke
dalam bagan
3. sepakatilah simbol-simbol yang akan dipakai, baik untuk topik
(gambar-gambar sederhana) maupun untuk nilai (biji-bijian,
kerikil dan lain-lain)
4. selang waktu yang akan dicantumkan

72
5. buatlah bagan di kertas, papan tulis atau tanah
6. mendiskusikan perubahan-perubahan, sebab-sebab, akibat-
akibatnya, apakah perubahan akan berlanjut pada masa
depan (kecenderungan)
7. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan bagan dan diskusi sudah selesai, bagan digambar
kembali atas kertas (secara lengkap dan sesuai hasil
masyarakat).

6. Ranking Kesejahteraan

Pengertian dan tujuan

Ranking Kesejahteraan merupakan suatu teknik PRA yang


sangat berguna dalam mengidentifikasi tingkatan kesejahteraan
dalam satu wilayah (dusun/ desa). Ranking Kesejahteraan
memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan kriteria-kriteria
terhadap kesejahteraan masyarakat serta menilai perbedaan-
perbedaan dalam kesejahteraan di wilayah mereka. Melalui metode
ini dapat diperoleh suatu gambaran tentang perbedaan-perbedaan
kesejahteraan masyarakat dan dapat membantu lembaga untuk
mengidentifikasi kelompok sasaran suatu program.

73
Bagaimana membuat Ranking Kesejahteraan

Untuk melakukan Ranking Kesejahteraan diperlukan daftar


semua Kepala Keluarga (KK) dalam suatu wilayah yang akan dikaji.
Setiap nama ditulis atas satu kartu kecil (dengan jelas). Sebaiknya
jumlah KK yang termasuk proses ranking tidak lebih dari pada 100.
Ranking kesejahteraan dapat dilakukan dengan kelompok kecil
(misalnya 5 - 8 orang) dan diulangi beberapa kali untuk periksa
ulang.

Langkah-langkah penerapan meliputi:

1. mintalah masyarakat untuk membagi semua kartu dalam


sejumlah kelompok menurut tingkat kesejahteraan masing-
masing KK
2. jumlah kelompok tergantung masyarakat
3. setelah selesai, mintalah masyarakat untuk periksa kembali
apakah hasil sudah benar
4. buatlah perubahan kalau memang diperlukan
5. kalau masih ada kelompok besar (misalnya dengan 20 KK),
mintalah masyarakat untuk membagi kelompok tersebut
menurut tingkat kesejahteraan lagi, bila mungkin
6. tanyakan masyarakat mengapa KK dibagi dalam kelompok
tersebut dan apa kriteria mereka
7. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
8. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi
9. ulang proses di atas dengan beberapa kelompok dan lihat di
mana ada perbedaan dalam ranking dan kriteria-kriteria yang
dipakai

74
10. mendiskusikan perbedaan-perbedaan secara pleno dengan
masyarakat
11. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi

7. Diagram Alur

Pengertian dan tujuan

Diagram Alur menggambarkan arus dan hubungan di antara


semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu sistem.
Diagram ini dapat digunakan untuk menganalisa pemasaran ternak,
alur hasil pertanian, atau komoditas lain. Pembuatan diagram alur
memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa dan mengkaji suatu
sistem, fungsi masing-masing pihak dalam sistem serta bagaimana
hubungan antara pihak-pihak dalam sistem itu, termasuk
ketergantungan.

75
Bagaimana membuat diagram alur pemasaran

Diagram alur pemasaran dapat dibuat atas kertas atau di


tanah / lantai. Setelah sudah disepakati alur pemasaran untuk
komoditi apa akan dibuat, tahap-tahapan pembuatan meliputi:

1. Diskusi umum tentang semua pembeli komoditi tersebut di


desa dan dari luar desa
2. Menggambar alur: mulai dengan produsen
(petani/masyarakat) di tengah dan buat garis ke setiap pihak
pembeli

76
3. Membahas harga pemasaran dan perbedaan harga yang
dibayar oleh masing-masing pembeli
4. Membahas ke mana pembeli jual komoditi dan gambar
5. Membahas prioritas masyarakat untuk membeli apa
6. Menyimpulkan dan menggambar kembali atas kertas

8. Analisa Kehidupan dan Mata Pencaharian

Analisis mata pencaharian memfasilitasi masyarakat dalam


analisa tingkah- laku, keputusan- keputusan dan strategi- strategi
pemenuhan kebutuhan rumah tangga pada karakteristik sosial-
ekonomi yang berbeda- beda.
Yang termasuk variabel-variabel analisis mata pencaharian
meliputi :
1. komposisi dan ukuran rumah tangga
2. kepemilikan kolam/lahan
3. kepemilikan alat/sarana pengolahan
4. Kepemilikan alat tangkap/perahu
5. sumber pendapatan
6. pengeluaran- pengeluaran
7. penggunaan waktu

77
Hasil visualisasi dalam 'Diagram Pie':

Bagaimana melakukan Analisa Kehidupan dan Mata


Pencaharian

Analisa mata pencaharian dilakukan atas kertas, pada lantai


dengan kapur tulis atau ditanah. Analisa mata pencaharian dapat
dilakukan per kelompok (satu diagram yang memberikan gambaran
umum pada desa) atau per individu (satu diagram per orang atau
per keluarga).

Langkah-langkah meliputi:

1. identifikasi topik-topik yang termasuk 'mata pencaharian'


2. menggambarkan satu buah bundaran per orang (atau satu
yang umum)
3. menganalisa topik dan mengidentifikasi bagian-bagiannya

78
4. menentukan berapa besarnya masing-masing bagian dalam
seluruhnya
5. membagi bundaran sesuai besarnya bagian masing-masing
6. kalau semua peserta sudah selesai, diskusikan hasil dan
kebenaran informasi tersebut
7. buatlah perubahan kalau memang diperlukan
8. mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-masing
yang muncul
9. menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
10. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan diagram
pie
11. melanjutkan dengan topik berikutnya

Untuk Analisa Penggunaan Waktu:

1. membagi bundaran dalam 24 bagian (sesuai jumlah jam per


hari)
2. untuk anggota keluarga masing-masing (bapak, ibu, anak laki-
laki, anak perempuan) membahas kegiatannya pada setiap
jam per hari (mulai pada jam bangun, kemudian melakukan
apa, selama berapa waktu dan seterusnya)
3. menggambarkan dalam hasil diskusi dalam lingkaran (lihat
contoh).

79
9. Penentuan Angka dan Ranking

Pengertian dan tujuan

'Penentuan angka dan ranking' memberikan kesempatan


kepada masyarakat setempat untuk membanding-bandingkan
berbagai aspek dari sejumlah topik serta menyusun peringkatnya,
misalnya dalam pembagian kerja, kebutuhan pelatihan, prioritas
penggunaan pakan alami atau masalah yang dihadapi. Teknik ini
memfasilitasi masyarakat dalam kajian sejumlah topik dengan
memberi nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan
sejumlah kriteria perbandingan. Demikian, teknik ini membantu

80
masyarakat dalam pengambilan keputusan yang terbaik atau
membuat pilihan yang paling penting atau mendesak.

Ranking sering dipakai pada akhir PRA. Dasar perankingan


adalah data yang dikumpul dalam kegiatan PRA lain, misalnya
masalah-masalah, jenis pakan alami, potensi-potensi usaha di
bidang kelautan dan perikanan dan lain-lain.

Bagaimana melakukan ranking

Metode ranking meliputi ranking preferensi, ranking bandingan


dan ranking matriks.

RANKING PREFERENSI

Ranking preferensi memungkinkan para masyarakat untuk


segera menetapkan permasalahan utama atau pilihan perorangan
dan memudahkan pembandingan prioritas dari masing- masing
individu.

Pengambilan suara juga merupakan salah satu bentuk ranking


preferensi.
1. pilih seperangkat masalah-masalah atau topik-topik yang akan
diprioritaskan, misalnya masalah pengolahan ikan.
2. disepakati mana yang paling penting nilainya dan mana yang
kurang penting, misalnya; yang paling penting diberi nilai tiga,
yang kedua penting diberikan nilai 2 dan yang ketiga penting
diberikan nilai 1

81
3. mintalah kepada para masyarakat (per orang) untuk memilih
item yang paling penting atau mendesak bagi mereka
berdasarkan skala prioritas, kemudian yang kedua dan ketiga
dan memberi nilai sesuai kesepakatan.
4. jika banyak peserta yang terlibat, pastikan bahwa setiap
peserta mengemukakan pilihannya dengan menaruh batu atau
kacang, atau memberi nomor ke dalam diagram. Mereka tidak
sekedar ikut-ikutan pada kelompok peserta yang sedang
menetapkan ranking pilihannya.
5. tuliskanlah semua tanggapan- tanggapan peserta tersebut.

RANGKING BERPASANGAN

Rangking berpasangan memungkinkan untuk menetapkan


masalah- masalah utama atau prioritas setiap individu dalam
masyarakat, mengidentifikasi kriteria penetapan ranking dan
membandingkan skala prioritas dari individu yang berbeda- beda,
secara lebih mudah.
Langkah- langkah ranking berpasangan:
1. pilih seperangkat masalah-masalah atau topik-topik yang akan
diprioritaskan, misalnya masalah budidaya ikan (kurang lebih
enam item)
2. tuliskan masing-masing item tersebut pada kartu metaplan
3. menggambar bagan ranking berpasangan (lihat contoh)

82
4. letakkan dua item di depan masyarakat dan tanyakan
masyarakat mendiskusikan dan menentukan yang mana
paling prioritas/mendesak (atas kesepakatan/musyawarah)
5. catatlah jawaban dalam kotak yang tepat dalam bagan
6. letakkan dua kartu lain di depan masyarakat dan ulang
proses sampai semua dibahas
7. jika semua pasangan telah dibahas dan bagan diisi secara
lengkap hitung jumlah masing-masing item dipilih
8. item yang dipilih paling sering merupakan item yang
terpenting bagi masyarakat
9. kalau sudah selesai, diskusikan hasil dan kebenaran
informasi tersebut
10. buatlah perubahan kalau memang diperlukan
11. pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi dan diagram
pie

RANGKING MATRIKS LANGSUNG

Rangking matriks langsung memungkinkan para peserta untuk


mengidentifikasi suatu daftar kriteria atas obyek tertentu. Ini juga
memungkinkan mereka untuk memahami alasan untuk lebih
menyukai hal-hal tertentu, seperti spesies ikan tertentu, produk
tertentu atau jenis ikan tangkapan tertentu. Kriteria tersebut bisa
berubah- ubah dari suatu kelompok ke kelompok lain. Dan biasanya,
wanita memiliki kriteria yang berbeda untuk memilih spesies ikan
tertentu, jika dibanding laki- laki.

83
Tahap- tahap matriks langsung meliputi:
1. Mintalah para peserta untuk memilih seperangkat obyek
penting bagi mereka (misalnya jenis-jenis ikan).
2. Buat daftar kriteria yang berkaitan dengan obyek-obyek
tersebut, misalnya kemudahan pemasaran, ketersediaan
pakan buatan, daya tahan terhadap penyakit, kemudahan
pengelolaan, dan sebagainya.
3. Buat gambar sebuah matriks dan letakkan obyek pada jajaran
vertikal dan kriteria pada jajaran horizontal.
4. Tanyakan obyek yang paling baik atas setiap kriteria, dengan
menggunakan nilai sebanyak obyek yang ada. Misalnya, jika
ada empat obyek, 4 = Terbaik dan 1 = Terburuk.
Memprioritaskan obyek-obyek terhadap satu kriteria, lalu
kriteria kedua dan seterusnya.
5. jika semua telah dibahas dan bagan diisi secara lengkap
hitung nilai total masing-masing item
6. item yang dipilih paling sering merupakan item yang
terpenting bagi masyarakat
7. kalau sudah selesai, diskusikan hasil dan kebenaran informasi
tersebut
8. buatlah perubahan kalau memang diperlukan pencatat
mendokumentasi semua hasil diskusi dan diagram pie.

84
ANALISA POHON MASALAH

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menganalisis dan


menemukan inti dan akar permasalahan yang dihadapi oleh pelaku
utama perikanan sehingga focus intervensi (kegiatan) tepat sasaran.
Analisa dilakukan dengan pendekatan sebab akibat (causal effect).
Bahan : Kertas panel/Koran dan alat tulis (spidol), kartu
tick.
Persiapan lain : Sebelum pertemuan, kumpulkan informasi dan
data-data pembanding dari instansi terkait seperti
desa, kecamatan, dinas, dan penyuluh perikanan.
Metode : Diskusi kelompok, penyampaian gagasan,
dan wawancara
Data sekunder : Data hasil PRA, penyuluh perikanan, dinas, dll
Narasumber : Penyuluh perikanan, aparat desa
Materi : Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku utama
pada umumnya sering tidak disadari serta tidak
terstruktur. Ada kalanya munculnya satu
permasalahan diakibatkan oleh adanya
permasalahan lain. Umumnya akar utama
permasalahan usaha perikanan antara lain :
permodalan, pemasaran, keterbatasan prasarana
dan teknologi.
Proses:
Mintalah kepada pelaku utama untuk menuliskan pada kartu tick
permasalahan yang mereka hadapi, satu kartu satu masalah.
Selanjutnya lakukan pengelompokan permasalahan. Masalah yang
sama bisa disebut sekali saja. Lakukan analisa sebab akibat untuk
mengetahui struktur permasalahan secara hierarkis.

85
Pendapatan rendah

Produktivitas rendah Harga jual


rendah

Luas lahan/ Penggunaan Irigasi tidak Waktu penjualan


sarana terbatas saprokan rendah berfungsi kurang tepat
optimal

Keterlambatan peralatan Tidak ada modal Kerusakan monopoli pasar


penebaran terbatas prasarana irigasi

Benih tidak Modal rendah Banyak Kurang Tidak ada modal


tersedia kebutuhan perawatan
sehari-sehari Prasarana

86
ANALISA POHON TUJUAN

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menganalisis sistematika


kegiatan yang tepat sehubungan dengan masalah yang ditemui oleh
kelompok pelaku utama. Analisa pohon masalah menggunakan
pendekatan “alat untuk penyelesaian/means to end”. Yang pada
intinya adalah kebalikan dari sistematika sebab akibat. Dari pohon
tujuan akan dapat dipertajam intervensi apa yang paling tepat untuk
diimplementasikan.
Bahan: Kertas panel/Koran dan alat tulis (spidol), kartu tick.
Persiapan lain: Sebelum pertemuan, kumpulkan informasi dan data-
data pembanding dari instansi terkait seperti desa,
kecamatan, dinas, dan penyuluh perikanan .
Metode: Diskusi kelompok, penyampaian gagasan, dan
dialog terbimbing.
Data sekunder: Data hasil PRA, penyuluh perikanan, dinas, dll
Narasumber: Penyuluh perikanan, aparat desa, aparat Dinas
terkait
Materi: Untuk merumuskan tindakan yang tepat dan effektif
dalam menyelesaikan permasalahan pelaku utama,
maka perlu solusi yang tepat untuk akar masalah
yang tepat. Diharapkan dengan penyelesaian akar
masalah maka permasalahan “turunan”nya akan
terselesaikan.
Proses:
Pada setiap kartu pada pohon masalah, mintalah kepada pelaku
utama untuk ambil satu kartu dan tuliskan kondisi kebalikan dari
masalah tersebut. Awali dari lapisan (layer) yang paling bawah.
Selanjutnya lakukan pengelompokan tujuan. Masalah yang sama
bisa disebut sekali saja. Lakukan analisa pohon tujuan untuk
menenetukan struktur tujuan secara hirarkis.

87
Peningkatan pendapatan

Produktivitas tinggi Harga jual tinggi

Area kolam luas Aplikasi Irrigasi baik Penjualan tepat


Saproksn waktu
memadai

penebaran tepat Peralatan Tersedia modal prasarana irigasi Transparansi


waktu tersedia usaha tani terawat baik pasar

Tersedianya Tersedia modal Tidak banyak Perawatan Modal tersedia


benih beban biaya secara intensif cukup
dapt dilakukan

88
ANALISA PENENTUAN SKALA PRIORITAS
KEGIATAN PENYULUHAN PERIKANAN

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menganalisis prioritas setiap


tahapan kegiatan penyuluhan perikanan yang akan diselesaikan
terlebih dahulu. Ada 3 tiga aspek dalam menentukan skala prioritas
yaitu tingkat kegawatan (urgency), mendesak (growth) dan
pertumbuhan (development) dari setiap tahapan kegiatan.
Bahan : Kertas panel/Koran dan alat tulis (spidol), kartu
tick.
Persiapan lain : Sebelum pertemuan, kumpulkan informasi dan
data-data kebutuhan gawat, mendesak dan
menjadi prioritas serta pembanding dari
masyarakat dan instansi terkait seperti desa,
kecamatan, dinas, dan penyuluh perikanan .
Metode : Diskusi kelompok, penyampaian gagasan,
dan dialog terbuka.
Data sekunder : Data hasil PRA, penyuluh perikanan, dinas, dll.
Narasumber : Penyuluh perikanan, aparat desa, aparat dinas
terkait
Materi : Identifikasi kebutuhan (need assement) dari setiap
tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat
sehingga dapat dirumuskan tindakan yang tepat
dan effektif sesuai dengan kebutuhan dalam
menyelesaikan permasalahan pelaku utama.
Proses:
Pada Setiap kartu penentuan skala prioritas tahapan
penyuluhan perikanan mintalah pada pelaku utama untuk
menuliskan predikat tinggi, sedang, atau rendah terhadap tingkat
kegawatan, mendesak dan pertumbuhan dari setiap tahapan
kegiatan tersebut. Setelah itu dilakukan perbandingan perolehan
predikat tinggi,sedang,dan rendah dari masing-masing tahapan.

89
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Pengertian Komunikasi
Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kapasitas kemampuan para pelaku utama dan
pelaku usaha perikanan untuk mengorganisasikan dirinya dalam
mengembangkan bisnis perikanan, untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraannya, dengan tetap memperhatikan pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Untuk keberhasilan proses penyuluhan
perikanan maka diperlukan komunikasi antara penyuluh dan sasaran
penyuluhan.
Mengapa manusia melakukan komunikasi?
1. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya dan dilakukan melalui komunikasi
2. Hasrat dan upaya manusia untuk mengontrol dan beradaptasi
dengan lingkungan.
3. Upaya manusia untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang
lain.
4. Upaya manusia untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam
menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
Pengertian komunikasi:
a. Pengiriman atau tukar menukar informasi, ide (Oxford Dictionary)
b. Proses lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada
orang lain (Keith Davis)
c. Proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti
(Phil Astrid Susanto)
d. Proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang dalam (Rogers
& Kincaid, 1981).

90
e. Proses dimana suatu ide dialirkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka (Rogers, 1986).
f. Proses penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan dengan mengggunakan media dan cara penyampaian
informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta saling memiliki
kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolis (Marpaung
dan Renaldi, 2001)
g. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tak langsung melalui media (Onong Uchjana
Effendy)
h. Komunikasi sebagai kombinasi skill, science dan art (Severin dan
Tankard, 1992)

Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi berupa:
a. Informative
Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran: gagasan,
informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya).
b. Persuasive
Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,
keberanian dan lain-lain).
c. Entertainment/menghibur
Menghibur komunikan, membuat mereka senang, tidak
bersikap apatis maupun pesimis.
d. Mengubah sikap/perilaku (to change the behavior)
e. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
f. Mengubah masyarakat (to change the society)

91
Unsur-Unsur Komunikasi
Secara umum unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan
sebagai berikut:

M (s)
S Ps Pn
A

S = Sumber, Komunikator
Komponen Tersebut Harus Ada Apabila Tidak Lengkap
Ps = Pesan, Message, Isi
dan Tidak Jelas -> Komunikasi Tidak Berhasil
Pernyataan
M = Media, Saluran
Pn = Penerima, Komunikan
A = Akibat, Motif

Gambar 1. Unsur-unsur komunikasi

A. Komunikator/sumber informasi
Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan
atau informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau
agen pembaharu.
B. Pesan atau esensi komunikasi (content/message)
Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada
penerima. Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat berupa
materi penyuluhan. Pesan yang digunakan dalam penyuluhan
pertanian didasarkan pada kebutuhan sasaran.
C. Saluran/Media
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan yang disampaikan
sumber kepada penerima. Saluran meliputi penggunaan metoda
dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan,
sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak
indera yang distimuli melalui berbagai media semakin efektif
proses komunikasi dalam penyuluhan. Penggunaan metoda,
teknik dan media penyuluhan perikanan selain untuk
meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang

92
disampaikan, untuk mendorong aktivitas dan kreativitas sasaran
serta tumbuhnya rasa percaya diri.
D. Komunikan/penerima informasi
Penerima adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau
informasi, yaitu pihak yang diharapkan akan berubah baik
perilaku maupun kepribadiannya. Dalam penyuluhan perikanan
penerima atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan beserta keluarganya.
E. Dampak/Efek/Feedback
Efek komunikasi merupakan respon penerima terhadap
pesan-pesan yang diterima dan merupakan umpan balik
(feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang
disampaikan. Efek komunikasi berupa perubahan-perubahan
yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses
komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut
perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap),
serta perubahan kepribadian sasaran ( kemandirian,
ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri,
kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan
lain sebagainya). Efek komunikasi ada yang langsung bisa
diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan keterampilan,
tetapi adapula yang tidak langsung artinya perlu waktu yang
lama seperti perubahan sikap dan kepribadian. Pada komunikasi
dua arah (two way trafficts communication) komunikator bisa
memperoleh umpan balik secara langsung dibanding komunikasi
yang searah.
Di dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi
karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi
kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan
juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-
pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau
non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan,
tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada
komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk
mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan
afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah
perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku

93
(behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian
(personality) meliputi kemandirian, ketangguhan serta
kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi tawarnya
(bargaining position).

Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung
berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media)
a. Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap
atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan atau
menyampaikan hasil suatu kegiatan
b. Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf
dalam konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian
suatu kegiatan
c. Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu
instansi atau unit kerja memberikan pengarahan, bimbingan
dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak
dan patut diketahui oleh bawahan
d. Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan
dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
e. Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf
dalam satu lingkup instansi atau organisasi.
f. Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi
antara individu atau instansi dengan instansi lainnya.
2. Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak
bertemu (bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll)
(bahan tertayang: film)
a. Tidak ada tanya jawab
b. Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
c. Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah
dipahami oleh sasaran penyuluhan

94
3. Sasaran komunikan/penerima melalui Panca Indra dalam
Komunikasi
a. Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide
tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran
penyuluhan yang dapat melihat.
b. Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran
tape recorder, obrolan sore; dapat digunakan jika
sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
c. Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil,
pemutaran film, tv; merupakan kombinasi antara indra (AVA
= Audio Visual Aids).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas dan Efisiensi


dari Komunikasi
1. Dilihat dari komunikator atau sumber komunikasi
a. Kecakapan Komunikator
Komunikator yang baik adalah menguasai cara-cara
penyampaian buah pikiran baik secara lisan maupun secara
tertulis. Dengan kata lain komunikator harus menguasai
teknik berbicara dan teknik membuat surat (naskah). Ia
harus cakap memilih simbol/lambang yang tepat untuk
mengungkapkan buah pikiranya dan harus cakap
membangkitkan minat para pendengar atau pembaca. Di
samping itu harus pandai pula menarik perhatian dan
menyajikannya. Keterangan-keterangannya harus sistematis
dan jelas. Sebagai contoh pembicaraan seorang bawahan
kepada atasan atau teman yang setingkat, jelas akan
berbeda.
Demikian pula pembicara yang berbicara di depan
masyarakat tertentu, akan menyesuaikan pada sifat-sifat
masyarakat tersebut, tanpa mengadakan penyesuaian
sebelumnya maka komunikasi menjadi tidak lancar atau
bahkan macet sama sekali. Sebagai contoh, bila kita
berbicara di depan masyarakat Madura, akan lebih berhasil
bila kita banyak menggunakan kata-kata Arab seperti insya
Allah, Atas Ridho Allah, Masya Allah, dan sebagainya.,

95
karena kebanyakan orang Madura beragama Islam. Oleh
karena itu dalam berkomunikasi harus memperhatikan
keadaan masyarakat sekitar harus dengan memahami
keadaan masyarakat tersebut, seperti kebisaan, aliran
agama dan kepercayaan dan sebagainya. Dengan
memahami hal-hal tersebut komunikasi akan menjadi lancar.
b. Saluran Komunikasi
Komunikasi dipengaruhi oleh saluran atau alat tubuh
dari komunikator, terutama dalam komunikasi lisan. Suara
yang besar dan jelas, ucapan yang jelas, tingkah laku yang
baik akan menyebabkan pembicaraanya menarik. Juga
tangan yang sehat dengan gerak-gerik yang baik dapat
mendukung pembicaraan, oleh karena itu bila ingin berhasil
dalam komunikasi alat-alat tubuh kita harus baik terutama
alat-alat indera dan alat bicara.
2. Dilihat dari segi reseptor (penerima)
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak
komunikator (sumber), tetapi juga tergantung dari reseptor.
Walaupun pihak komunikator telah memenuhi persyaratan,
akan tetapi bila pihak reseptor kurang memenuhi maka hasil
komunikasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Pengaruh-pengaruh dari pihak reseptor tersebut adalah:
a. Kecakapan komunikator reseptor.
Hasil komunikasi ditentukan oleh kecakapan
berkomunikasi reseptor. Kecakapan ini terutama kecakapan
mendengarkan dan membaca. Walaupun komunikator cakap
berbicara atau menulis, akan tetapi bila reseptor kurang
cakap mendengarkan dan membaca, maka hasil komunikasi
kurang memenuhi harapan, oleh karena itu agar hasil
komunikasi baik maka reseptor harus menguasai teknik
mendengarkan dan teknik membaca. Dalam mendengarkan
reseptor harus cakap memusatkan perhatian, mengambil inti
sari dari suatu pembicaraan, dan harus dapat membedakan
mana pokok permasalahan dan mana yang hanya
merupakan penjelasan-penjelasannya saja, harus bersifat
kritis, dan sebagainya. Dalam membaca ia harus dapat

96
menangkap banyak kata-kata secara sekaligus dan
menafsirkannya secara tepat.
b. Sikap Reseptor.
Hasil komunikasi dipengaruhi pula oleh sikap reseptor
(penerima). Kadang-kadang reseptor selalu menaruh curiga
terhadap pembicara (prejudice), atau kadang-kadang
bersikap apriori artinya telah menentukan kesimpulan
sebelum ada data-data yang lengkap. Sebagai contoh
seorang reseptor (pendengar suatu penceramah) telah
menganggap rendah kepada seseorang penceramah atau
terlalu memandang tinggi kepada seorang penceramah atau
pembicara. Sikap yang demikian menyebabkan hasil
komunikasi kurang murni. Adapun sebab-sebabnya timbul
sikap yang demikian itu banyak sekali. Sebagai contoh
seorang reseptor (pendengar) adalah lulusan SekolahTinggi
(Sarjana) dan penceramah ternyata hanya lulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA), maka sarjana tadi cenderung
merendahkan si penceramah yang hanya lulusan Sekolah
Menengah Atas tersebut. Sikap sarjana tadi salah, sebab
belum tentu penceramah hanya lulusan SMA, ternyata
sudah banyak mengikuti kursus-kursus. Sehingga mengenai
bahan yang diceramahkan betul-betul telah ia kuasai. Contoh
lain ada seorang pendengar ceramah (reseptor), mengikuti
suatu kursus, ternyata salah seorang fasilitator dalam kursus
tersebut adalah rivalnya (saingan) dalam memperebutkan
seorang gadis dan dalam perebutan tersebut, pengikut
kursus telah kalah akibatnya ia sangat benci kepada
fasilitator tersebut, sehingga bersikap acuh tak acuh
terhadap penceramah tersebut. Sikap yang demikian adalah
kurang objektif dan kurang rasional sehingga pikirannya
menjadi tertutup alias buntu. Oleh karena itu sebagai
reseptor (pendengar/pembaca) seseorang bila ingin berhasil
dalam komunikasi harus bersikap wajar, apa adanya. dan
siapapun yang menjadi penceramah/pembicara harus
diterima sebagai apa adanya tanpa sikap curiga atau apriori.
c. Pengetahuan reseptor (pendengar/pembaca)
Hasil komunikasi di pengaruhi pula oleh kekayaan
pengetahuan si reseptor, dengan pengetahuan yang banyak

97
seorang pendengar dapat dengan cepat menangkap isi dari
suatu pesan atau suatu bacaan dan mudah menafsirkan
maksud dari pembicara/penulis tersebut. Sebaliknya
pendengar/pembaca yang pengetahuannya sangat terbatas
akan sulit menangkap pembicaraan atau bacaan. Contoh
yang jelas adalah ketika kita mendengarkan suatu ceramah
Bahasa Inggris atau mambaca bacaan Bahasa Inggris,
karena pengetahuan dalam Bahasa Inggris tersebut terbatas,
maka sulit mencernanya.
d. Komunikasi dipengaruhi pula oleh sistem sosial.
Artinya si pendengar/pembaca harus memahami
kedudukan pembicara. Sebagai contoh bila kita menghadiri
suatu ceramah tertentu dan si penceramah kebetulan
seorang yang berasal dai luar negeri dan tindak tanduknya
seenaknya sendiri, maka kita tidak boleh bersikap negatif
atau acuh tak acuh. Sebab tiap penceramah memiliki
kebiasaan-kebiasaan tersendiri. Demikian pula bila kita ada
di suatu kantor tertentu atau masyarakat tertentu kita
sebagai reseptor (pendengar) harus dapat menyesuaikan
diri, artinya memahami tata tertib dan tata pergaulan
masyarakat tersebut. Dengan cara itu maka kita dapat
menjadi pendengar yang baik, dan jika tidak dapat
menyesuaikan terhadap kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-
tradisi pembicara/penulis, maka komunikasi menjadi
terhambat, oleh karena itu sebagai pendengar atau
pembaca harus dapat menyesuikan diri terhadap sistem
sosial dari pihak pembaca/penulis.
e. Saluran Komunikasi
Komunikasi dipengaruhi pula oleh saluran komunikasi,
(pendengaran/penglihatan) dari pihak reseptor. Bila
pendengaran, penglihatan, atau indera lainnya kurang
sempurna maka komunikasi juga tidak akan sempurna,
karena dengan kurang sempurnanya alat-alat penyalur
tersebut (indera) maka tangkapan dapat kurang jelas. Oleh
karena itu agar komunikasi dapat lancar dan berhasil, maka
indera kita harus baik.

98
Karakteristik Saluran Komunikasi
KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI
Saluran komunikasi personal Saluran komunikasi nonpersonal
(media massa)
LEBIH PERSUASIF dibanding Kelebihan : daya jangkaunya luas,
saluran komunikasi media kemampuan penyampaian
massa sebab: pesan cepat.
• Pesan dapat secara langsung Contoh: surat kabar, majalah, TV,
disampaikan kepada khalayak radio film, leaflet dl.
yang dituju, bersifat pribadi.
• Penyampaan dapat lebih rinci
dan fleksibel, sesuai dengan
kondisi nyata khalayak.
• Keterlibatan khalayak dalam
komunikasi cukup tinggi.
• Komunikator langsung
mengetahui reaksi, umpan balik
dan tanggapan khalayak.
 Komunikator
Kelemahan : Dayadapat segera
jangkau dan
memberikan penjelasan
penyampaian yang
pesan
diperlukan.
terbatas.

Karakteristik Media
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media:
1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan (TV, radio).
2. Kebutuhan pemilihan memori/pesan yang disampaikan tetap
diinga (billboard, majalah).
3. Jangkauan khalayak yang selektif (surat kabar,majalah).
4. Jangkauan khalayak lokal (radio lokal, bioskop).
5. Frekwensi penyampaian tinggi (radio).

99
Karakteristik Kreatif
1. Kebutuhan gerak (TV, film, iklan).
2. Kebutuhan warna (TV, film, majalah).
3. Kebutuhan suasana (radio, TV, fim).
4. Kebutuhan demonstrasi ( TV, film).
5. Kebutuhan deskripsi, bila pesan perlu uraian yang
komprehensif, sistematis, rinci (surat kabar, majalah, brosur
leaflet).

Tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra


1. Pengecap 1%,
2. Peraba 1,5%,
3. Penciuman 3%,
4. Pendengaran 11%,
PERBANDINGAN
5. Penglihatan 83% DAYA SERAP PENGETAHUAN DARI BERBAGAI
SITUASI BELAJAR

100%
85%
72% 70%
75% 65%

50%

25%
20%
10%

0%
P ENDENGAR AN DAN HANYA P ENGLIHATAN HANYA P ENDENGAR AN
P ENGLIHATAN

TIGA JAM KEMUDIAN TIGA HARI KEMUDIAN

Gambar Perbandingan daya serap pengetahuan dari berbagai situasi belajar

100
Tahapan komunikasi
Tahapan dalam komunikasi adalah berupa:
1. Pola komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap
superfisial (dasar) sampai tahap akrab (intim)
2. Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim
membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap
orang
3. Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area) :
individu berusaha menghindari konflik, sedikit evaluasi diri,
hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada situasi
tersebut
4. Tahap pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola
komunikasi mencakup pengembangan kepribadian umum
(publik) dan mulai membuka aspek kepribadian khusus, mulai
akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
5. Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction):
pola komunikasi mengarah kepada persahabatan akrab,
hubungan mengarah romantis, bebas, banyak menggunakan
kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman.
Komunikasi terfokus pada saling belajar dari satu sama lain.
6. Tahap hubungan stabil (stable exchange stage): pola
komunikasi mengarah kepada keterbukaan umum pribadi
dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan pribadi.
Komunikasi verbal dan non-verbal dalam tahap ini berorientasi
lingkungan dan mulai memiliki tahap emosi yang efektif
terhadap lawan bicara.

Kriteria keberhasilan komunikasi


1. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap
komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi
(menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
2. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan
komunikan.

101
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator
dan komunikan
4. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan
perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang
diterima
5. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan
dan menantang)
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan
media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).

Adopsi Inovasi
1. Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui
sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar
(awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba
(trial) dan adopsi ( adoption).
a. Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi
informasi tersebut dirasa kurang.
b. Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih
lanjut mengenai informasi tersebut.
c. Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara
value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat
itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah
petani sasaran mencoba inovasi atau tidak.
d. Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam
skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi
atau tidak.
e. Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini
kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat
baginya. Pada tahap ini petani sasaran menerapkan dalam
jumlah/skala yang lebih besar.

102
TINGKAT ADOPSI DAN INDIKATOR TAHAP ADOPSI

Tingkat Adopsi Indikator Tahap Adopsi


MENDENGAR PENUH PERHATIAN
SADAR TERTARIK
MENGETAHUI

MENCARI INFORMASI SECARA AKTIF


MINAT MENGERTI

MENYATAKAN KEINGINAN
MENILAI MENYATAKAN PERSETUJUAN/MENOLAK
MENGHITUNG KEUNTUNGAN

MULAI MELAKSANAKAN
MENCOBA
MENCOBA SKALA KECIL

MENERAPKAN SELALU MELAKSANAKAN


SELALU MENCARI PENYEMPURNAAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI, PENDEKATAN DAN


METODE DAN MEDIA KOMUNIKASI

TINGKAT ADOPSI PENDEKATAN METODE DAN MEDIA


Rapat umum, siaran radio, tv,
SADAR MASSAL pemutaran film, penyebaran
brosur, folder, leaflet
MINAT KELOMPOK Pertemuan (diskusi)
kelompok, kursus, kampanye,
demonstrasi, slide
MENILAI
INDIVIDUAL Kunjungan rumah, kunjungan
MENCOBA usahai, kunjungan kantor,
surat, telepon
MENERAPKAN

 Pendekatan massal -> tujuan penyuluhan hanyalah sekedar bersifat memberi informasi awal, tanpa
memperhatikan pihak-pihak strategis. Tujuannya hanyalah membangkitkan rasa ingin tahu seseorang
atau sekelompok orang mengenai sesuatu hal yang baru.

 Pendekatan kelompok -> lebih cepat dan praktis dibanding pendekatan perseorangan.
Persoalannya hanyalah bagaimana menentukan kelompok strategis yang akan dijadikan sasaran
penyuluhan.

 Pendekatan Perorangan -> untuk mencapai sasaran penyuluhan potensial dan strategis yang
diperkirakan akan mendorong atau bahkan menghambat berlangsungnya kegiatan penyuluhan.

Gambar Hubungan antara Tingkat Adopsi, Pendekatan dan Metode


dan Media penyuluhan

103
ADOPSI
MEDIA TEKNOLOGI

PENELITI/ INOVASI
KOMUNIKASI
PENGKAJI/ PERIKANAN
PENYUSUN DAN
PENGGUNA
TEKNOLOGI
indikator
KELAUTAN

FEED BACK/ UMPAN BALIK


BETTER :
• FARMING
FUNGSI KOMUNIKASI : MENCIPTAKAN PERUBAHAN SIKAP /ADOPSI
TINGKAT ADOPSI : SADAR • BUSINESS
MINAT • EARNING
MENILAI
MENCOBA • LIVING
MENERAPKAN • COMMUNITY

Gambar Fungsi komunikasi dalam adopsi teknologi

Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan


penyuluh. Meskipun demikian model adopsi mempunyai
beberapa kelemahan antara lain :
a. Tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap
adopsi, adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi.
b. Kelima tahap di atas terjadi tidak selalu berurutan.
c. Suatu proses adopsi pada tahap akhir akan diikuti dengan
konfirmasi yaitu dengan cara mencari lebih lanjut untuk
memperkokoh keputusannya (terus mengadopsi ) atau
menerapkan inovasi lainnya (menolak)

2. Konsep Adopsi Rogers dan Schoemaker


Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses
adopsi dapat terjadi melalui 4 (empat) tahapan yaitu : tahap
mengetahui (knowledge), persuasif (persuasive), mengambil
keputusan (decision) dan konfirmasi (confirmation) yang
selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap mengetahui : petani sasaran sudah mengetahui adanya
inovasi dan mengerti bagaimana inovasi itu berfungsi.

104
b. Tahap Persuasi : petani sasaran sudah membentuk sikap
terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap
sesuai ataukah tidak sesuai bagi dirinya.
c. Tahap Keputusan : petani sasaran sudah terlibat dalam
pembuatan keputusan yaitu apakah menerima atau menolak
inovasi.
d. Tahap Konfirmasi:petani sasaran mencari penguat bagi
keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Mungkin pada tahap
ini petani sasaran mengubah keputusan untuk menolak inovasi
yang telah di adopsi sebelumnya.

3. Konsep Proses Adopsi Kellogg.


Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi
khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa
langkah agar pelaku utama bersedia menerima/mengadopsi
teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu
diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif,
pengujian dan verifikasi di tingkat usaha dan percobaan antar
lokasi dan diseminasi. Model adopsi Kellogg dapat digambarkan
sebagaimana tertera pada Gambar dibawah ini.

Pemilihan wilayah sasaran


Tahap 1 dan diagnosis situasi petani

Tahap 2 Perencanaan dan rekayasa


teknologi adaptif

Tahap 3 Pengujian dan verifikasi di


tingkat usaha

Tahap 4 Percobaan antar lokasi dan


diseminasi teknologi

waktu

105
a. Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan
mendiagnosis situasi pelaku utama. Pada umumnya
wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik
agroklimate yang relatif homogen. Penyuluh perikanan
dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik
dibandingkan peneliti.
b. Tahap kedua, merencanakan dan merekayasa teknologi
adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh
pada tahap pertama. Berdasarkan informasi ini, dapat
dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai
dengan kondisi lapangan.
c. Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha.
Hasil penelitian yang diperoleh dari eksperimen sebelumnya
dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usaha. Sasaran akan
bersedia mengadopsi teknologi/Introduksi teknologi apabila
teknologi tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan
teknologi sebelumnya, juga hasilnya dilihat sendiri oleh
pelaku utama sebagai sasaran.
d. Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di
tingkat usaha pasti terjadi percobaan di lahan usaha yang
dilakukan pelaku utama perikanan. Hal ini mengindikasikan
bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan pelaku utama dan
diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang
signifikan. Hubungan antara tahap dalam proses
komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan
tertera pada Tabel dibawah ini.
Tabel Hubungan antara metode penyuluhan, tahap
komunikasi dan tahap adopsi

Metode Penyuluhan Tahap-tahap Komunikasi Tahap-tahap


Adopsi
Metode Perorangan Menggerakkan Usaha Adopsi

Meyakinkan Percobaan
Metode Kelompok
Membangkitkan
Penilaian
Keinginan
Menggugah Hati Minat
Metode Massal
Menaruh Perhatian Kesadaran

106
Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan
pada Tabel diatas dan membandingkan satu dengan lainnya,
diketahui bahwa model adopsi Bahlen memilki kelemahan
dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri dengan tahap
adopsi. Adakalanya petani menolak inovasi yang yang
diintroduksikan.
Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk
mengatasi keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers
dan Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi
dipengaruhi oleh lima (5) faktor yaitu :
a. Tipe keputusan adopsi inovasi
b. Atribut yang terkandung dalam inovasi
c. Karakteristik system sosial pelaku utama dan/pelaku usaha
sebagai sasaran
d. Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e. Usaha yang dilakukan penyuluh untuk meyakinkan pelaku
utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran.

Difusi Inovasi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan perikanan
adalah terciptanya masyarakat (sasaran penyuluhan) yang berdaya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang
ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar
tahu, mau, dan mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya dan keluarganya.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan
sangat rumit yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
tahap yaitu : invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi
merupakan kegiatan penciptaan atau pengembangan inovasi baru.

107
Nilai dan kekayaan Tradisional
Kelengkapan SDA, tingkat Teknologi
rendah , Tingkat Pendidikan rendah

Factor Penghambat

Perilaku Sasaran

Faktor Pendorong Perubahan

Harapan Perbaikan ekonomi, ketersediaan Teknologi


Modern Harapan Perbaikan Sosial Penyuluhan
Pertanian Perluasan Kesempatan Usaha

Gambar Model difusi inovasi Leagans (1971)

Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang


yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam
masyarakat. Konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi
dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi atau
penolakan terhadap suatu inovasi.
Penyuluhan perikanan menitikberatkan perubahan sosial
jangka pendek yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
difusi inovasi dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat.
Wayne Romable (1984) menyatakan bahwa difusi inovasi dapat
dipandang sebagai proses komunikasi khusus. Pada difusi
inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu, penyuluh
perikanan dan stakeholder. Perubahan secara praktis yang
diharapkan adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang
mendorong dan menghambat perubahan.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran
inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem
sosial. Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya dari

108
lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu
Model Top Down, Model Feed Back dan Model Farmer Back
Farmer.
1. Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian
di India, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan
sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan. A.H. Bunting
(1979) mengatakan bahwa model top down difusion sebagai
model penyuluhan pertanian konvensional. Pada model ini
peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun
penelitian dan menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan
pada seluruh petani. Model difusi top down dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini.

Peneliti Penyuluh Sasaran

Gambar Proses difusi inovasi model difusi top down

2. Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan Horison . Model ini
dikenal sebagai trainning and visit system atau di Indonesia di
sebut sistem latihan dan kunjungan (sistem laku). Model ini
selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension
The Training and Visit System”. Model feed back dianggap
sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan
mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara peneliti
dan penyuluh. Model feed-back menjadi popular dan
berkembangnya Farming System Research yang mengaitkan
penelitian ditingkat usaha kedalam metode penelitian. Secara
sederhana, gambaran model feedback seperti tertera pada
Gambar dibawah ini.

Peneliti Penyuluh Sasaran

109
3. Model Farmer Back To Farmer
Model difusi farmer back to farmer dikemukakan oleh Rhoades
dan Booth (1982). Model ini mengasumsikan bahwa
penelitian harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran. Hal ini
berarti bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara
aktif sebagai anggota tim pemecahan masalah di lapangan.
Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman jangka
panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial,
ekonomi, teknis, keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model difusi farmer back to farmer mengandung beberapa
siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini berusaha
mencapai tujuan tertentu. Model difusi farmer back to farmer
secara sederhana tertera pada Gambar dibawah ini.

Evaluasi dan Diagnosisi


Pengetahuan Ilmuan dan
Adaptasi Sasaran dan
Sasaran Sasaran
Masalah yang (1)
(4) dihadapi

Solusi terbaik Defenisi


berdasarkan Masalah
visi usaha Umum

Sosial
Adaptasi atau Potensial Mencari solusi
penyajian tingkat dgn melakukan
usahatani atau penelitian
sasaran penelitian Interdisiplin
(3) (2)

Gambar Proses difusi inovasi model farmer back to farmer.

Model difusi farmer back to farmer ini dapat diawali dengan


eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat pelaku

110
utama. Kunci perbedaannya dengan model difusi yang lain
adalah fleksibilitas dan penelitian di tingkat pelaku utama untuk
mengindentifikasikan sumber daya yang dimilikinya.

Penggolongan Adopter
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka
dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu:
1. Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat.
Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi
dan rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi
aktif dalam penyebarluasan inovasi.
2. Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar
membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi
non lahan yang relative komplit.
3. Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rata-
rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi
selama inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4. Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki tingkat
pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan
lambat menerapkan inovasi.
5. Laggard (golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya
sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan
buta huruf, status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka
terhadap perubahan-perubahan.

111
METODE DAN TEKNIK
PENYULUHAN PERIKANAN

Pengertian Metode Penyuluhan


Metode Penyuluhan Perikanan, dapat diartikan sebagai:
- Cara yang digunakan untuk mendekatkan penyuluh dengan
sasaran penyuluhannya.
- Suatu teknik atau cara agar komunikasi dalam kegiatan
penyuluhan perikanan dapat efektif.
- Cara-cara penyampaian materi penyuluhan perikanan melalui
media komunikasi oleh penyuluh kepada pelaku utama dan
pelaku usaha perikanan beserta keluarganya.
Metode penyuluhan dengan demikian sangat penting,
mengingat fungsi utama penyuluh adalah menciptakan situasi yang
memungkinkan sasaran penyuluhan berkembang melalui kegiatan
penyuluhan perikanan. Dengan mendekatkan penyuluh dan sasaran
penyuluhan, berarti penyuluh mempunyai kesempatan untuk: (1)
menstimulasi aktivitas mental dan fisikal sasaran penyuluhan
sehingga memunculkan kebutuhan mereka untuk belajar, dan (2)
memberi kesempatan belajar bagi sasaran penyuluhan yang sesuai
dengan masalah dan kebutuhan mereka.

Klasifikasi Metode Penyuluhan Perikanan


Metode penyuluhan dapat diklasifikasikan berdasar berbagai
faktor sesuai dengan pendekatannya, antara lain:
A. Menurut Jarak Sasaran (according to target distance)
Menurut jarak sasaran penyuluhan yang akan dicapai maka
pendekatan penyuluhan yang dapat dilakukan adalah dengan
cara:
1. Langsung, misalnya dengan melakukan kunjungan lapangan
(hamparan) dan kunjungan rumah.

112
2. Tidak langsung, yaitu melalui perantaraan media penyuluhan,
misalnya lewat radio (siaran pedesaan), bahan cetakan
(majalah, koran, poster, leaflet).
B. Menurut Indra Penerima Sasaran Penyuluhan
Menurut kemampuan sasaran penyuluhan menerima informasi
atau berkomunikasi maka pendekatan penyuluhan yang dapat
digunakan adalah:
1. Metode penyuluhan terlihat, misalnya TV, Film dan bahan
cetakan; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran
penyuluhan yang dapat melihat, khususnya dapat membaca.
2. Metode penyuluhan terdengar, misalnya Radio, TV, dan Film,
yang hanya dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak
mengalami gangguan pendengaran, yaitu dapat mendengar,
dan kombinasi antara metoda terlihat dan terdengar (AVA =
Audio Visual Aids). Penggunaan AVA saat ini, dianggap paling
sesuai dan paling tepat untuk digunakan menyampaikan
informasi pembangunan secara cepat kepada masyarakat luas.
C. Menurut Jumlah Sasaran Penyuluhan
Menurut jumlah sasaran penyuluhan yang akan dicapai,
kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan tiga cara
pendekatan yaitu: perorangan, kelompok, dan massal:
1. Pendekatan Perorangan dilakukan hususnya untuk mencapai
sasaran penyuluhan potensial dan strategis yang diperkirakan
akan mendorong atau bahkan menghambat berlangsungnya
kegiatan penyuluhan. Pendekatan terhadap pihak-pihak
strategis bertujuan untuk mencari pengakuan tentang
pentingnya inovasi yang akan disampaikan lewat program
yang diintroduksikan oleh penyuluh. Biasanya, jika pihak-pihak
strategis ini dapat diyakinkan tentang kemanfaatan inovasi
tersebut maka penduduk lainnya juga akan cepat
terpengaruh.
Keunggulan pendekatan perorangan adalah pada relatif
mantapnya perubahan perilaku sasaran penyuluhan setelah
menerapkan inovasi. Alasannya karena individu strategis
biasanya akan menerima suatu inovasi jika dia benar-benar
sudah yakin pada inovasi itu dan terutama pada pembawa
inovasi tersebut, yaitu penyuluh.

113
Kelemahan pendekatan perorangan yaitu memerlukan banyak
tenaga dan waktu dari penyuluh untuk mendatangi satu
persatu individu strategis tersebut. Karena itu, penentuan
individu selaku "sasaran strategis" harus selektif. Selektifitas
ini akan dapat dilakukan dengan baik jika penyuluh dapat
mengidentifikasi dengan cermat dan tepat individu-individu
strategis yang ada dimasyarakat.
2. Pendekatan kelompok lebih cepat dan praktis dibanding
pendekatan perserorangan. Persoalannya hanyalah bagaimana
menentukan kelompok strategis yang akan dijadikan sasaran
penyuluhan. Kelompok bidang perikanan (Pokdakan, LEEP,
Pokmaswas, kelompok usaha bersama (KUB)) adalah satu dari
sekian banyak kelompok sosial di masyarakat yang dapat
dijadikan kelompok sasaran strategis. namun kelompok-
kelompok lainnya pun tetap harus didekati, hususnya dalam
upaya mempersamakan pengertian dan pandangan tentang
arti, hakekat, dan program serta fungsi program sebagai
sarana untuk menebarkan inovasi (informasi baru) ke
masyarakat.
3. Pendekatan massal dalam penyuluhan adalah cara yang
biasanya dilakukan jika tujuan penyuluhan hanyalah sekedar
bersifat memberi informasi awal, tanpa memperhatikan pihak-
pihak strategis. Tujuannya hanyalah membangkitkan rasa
ingin tahu seseorang atau sekelompok orang mengenai
sesuatu hal yang baru. Tetapi jika sudah menyangkut upaya
membujuk, dan mendorong seseorang atau sekelompok orang
untuk berbuat sesuatu maka pendekatan perseorangan dan
pendekatan kelompoklah yang harus digunakan.
Setiap pendekatan penyuluhan ini mempunyai keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Karena itu penentuan metode
mana yang akan digunakan akan tergantung pada berapa
banyak sasaran penyuluhan yang ingin dicapai dalam satuan
waktu yang sama, materi penyuluhan yang akan disampaikan,
dan dampak yang ingin dicapai.

114
D. Menurut Sifat Metode Pendekatan pada Sasaran
Menurut sifat metode pendekatan pada sasaran, kegiatan
penyuluhan dapat dibagi kedalam:
1. Persuasif artinya bahwa penyuluh perikanan dalam
melaksanakan tugasnya harus mampu meyakinkan khalayak
yang disuluh, sehingga mereka merasa tertarik terhadap hal-
hal yang disampaikan.
2. Edukatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus bersikap
dan berperilaku sebagai pendidik yang dengan penuh
kesabaran dan ketekunan membimbing masyarakat.
3. Komunikatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus mampu
berkomunikasi dan menciptakan iklim serta suasana
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu pembicaraan atau
komunikasi yang bersifat akrab, terbuka, dan timbal balik.
4. Akomodatif artinya bahwa dengan diajukannya permasalahan-
permasalahan di bidang perikanan oleh masyarakat, penyuluh
perikanan harus mampu mengakomodasikan, menampung,
dan memberikan jalan pemecahannya dengan sikap dan
bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh khalayak
yang disuluh.
5. Fasilitatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus mampu
memanfaatkan jejaring kerja penyuluhan perikanan untuk
menghubungkan antara khalayak yang disuluh dengan pihak
lain seperti sumber teknologi, sumber permodalan, sumber
informasi, akses pasar, dan lain-lain.
6. Demonstratif
7. Mediatif

115
PENGERTIAN TEKNIK PENYULUHAN
Teknik penyuluhan adalah cara mempertemukan sasaran
penyuluhan dengan materi penyuluhan. Teknik penyuluhan ini
akan memungkinkan sasaran penyuluhan mengalami proses
belajar, yaitu proses interaksi antara orang yang belajar dengan
materi yang dipelajarinya, sehingga dia memperoleh pemahaman
terhadap materi yang dipelajarinya tersebut yang pada gilirannya
materi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mensolusi
masalah yang dihadapinya.

MACAM-MACAM TEKNIK PENYULUHAN PERIKANAN


Terdapat berbagai macam teknik penyuluhan yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan, antara lain
berupa:
a. Kunjungan (rumah, tempat usaha/lapangan dan kantor)
Pengertian:
1. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah adalah kunjungan yang dilakukan oleh
penyuluh dengan tujuan menjalin hubungan baik sehingga
tercipta rasa percaya dan keakraban antara penyuluh dan
sasaran penyuluh.
2. Kunjungan tempat usaha/lapangan
Kunjungan tempat usaha/lapangan adalah kunjungan yang
dilakukan penyuluh ke tempat usaha/kerja sasaran
penyuluhan.
3. Kunjungan kantor
Kunjungan kantor adalah pertemuan antara sasaran
penyuluhan dengan instansi-instansi tertentu. Tujuannnya
adalah untuk berkonsultasi tentang sesuatu hal.
Tujuan:
1. Berkenalan dengan sasaran penyuluhan,
2. Menumbuhkan kepercayaan,
3. Membicarakan masalah pribadi dan masyarakat,
4. Menemukan problem yang belum disadari unfelt0need),
5. Mengajarkan keterampilan,
6. Memberi dan menerima informasi.

116
Teknik pelaksanaan:
1. Kegiatan kunjungan dilakukan secara berencana, sehingga
setiap orang dapat dikunjungi secara berkala dan dengan
pembicaraan yang terencana.
2. Usahakanlah agar waktu kunjungan tidak mengganggu
kesibukan pelaku utama/pelaku usaha.
3. Siapkanlah (bila mungkin) brosur-brosur, selebaran atau
terbitan lain sebagai bahan informasi.
4. Bersikap ramah, bersahabat dan kekeluargaan. Jangan
bersikap terlalu resmi atau menggurui, dan tidak berdebat.
5. Materi kunjungan berkaitan dengan materi lain.
6. Dibicarakan lebih dahulu hal-hal yang menarik perhatian.
7. Beri kesempatan pelaku utama/pelaku usaha berbicara.
8. Pergunakan gaya yang menarik dan bahasa yang mudah
dimengerti.
9. Tumbuhkan rasa seolah-olah pelaku utama/pelaku usaha
sebagai pembawa ide.
10. Catatlah hasil kunjungan, masalah-masalah yang sudah
dibicarakan, masalah-masalah yang belum terpecahkan, janji-
janji atau pesan-pesan pelaku utama/pelaku usaha.

Manfaat dan hambatan:


1. Metoda ini baik karena masalah-masalah dapat dipecahkan
secara langsung.
2. Hubungan persahabatan dan kepercayaan mudah dibina.
3. Mempercepat proses adopsi.
4. Metoda ini relatif mahal dan memakan banyak waktu dan
tenaga.
5. Jumlah sasaran penyuluhan yang dapat dikunjungi terbatas.

b. Surat-menyurat (Korespondensi)
Pengertian:
Surat menyurat antara sasaran penyuluhan dan penyuluh
(instansi terkait). Dalam kasus penyuluhan perikanan, misalnya,
surat dari pelaku utama/pelaku usaha anggota kelompok Sipedes

117
(kelompok pendengar siaran pedesaan) kepada penyelenggara
siaran pedesaan.

c. Telepon
Untuk pelaksanaan penyuluhan perikanan cara ini belum umum
digunakan oleh kebanyakan pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan karena keterbatasan informasi maupun fasilitasnya
belum ada. Tetapi untuk penyuluhan KB atau AIDS, misalnya
cara ini sudah digunakan yaitu dengan adanya "hot line" yang
dapat dihubungi setiap saat untuk berkonsultasi.

d. Uji coba lapang paket teknologi perikanan spesifik


lokasi
Uji coba lapang paket teknologi perikanan spesifik lokasi disebut
juga kaji terap adalah teknik penyuluhan perikanan untuk
mencoba suatu teknologi perikanan yang dilaksanakan oleh
pelaku utama dan/atau pelaku usaha sebagai tindak lanjut dari
pengakajian/pengujian teknologi anjuran, teknologi hasil kajian
sendiri pelaku utama dan/atau pelaku usaha atau berbagai
sumber lainnya, untuk mendapatkan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan/lokasi. Kegiatan ini dilakukan sebelum
didemonstrasikan.

e. Demonstrasi Cara
Pengertian:
Demonstrasi cara adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara
penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti
menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan.

Tujuan:
Demonstrasi cara bertujuan untuk menyakinkan orang bahwa
suatu cara kerja tertentu yang dianjurkan itu bermanfaat dan
mudah (praktis) dilakukan.

118
Teknik Pelaksanaan:
1. Materi yang dapat didemonstrasi-carakan dalam penyuluhan
perikanan antara lain demonstrasi pembuatan kolam dan
tambak, demonstrasi cara kawin suntik, demonstrasi cara
pemupukan, pemberian air, penebaran, benih, dan
penangkapan benih alam untuk tambak dan lain-lain. Lokasi
demonstrasi hendaknya ditempatkan pada daerah yang
mudah dikunjungi pelaku utama/pelaku usaha.
2. Tempat, alat, dan bahan untuk demonstrasi dipersiapkan
sebelumnya dan diperiksa agar supaya tidak gagal pada
waktunya.
3. Beritakan mengenai tempat, waktu, dan maksud demonstrasi
seluas mungkin, melalui ketua kelompok, papan pengumuman
(Balai Desa, Pasar, dan lain-lain), bila mungkin melalui surat
kabar dan radio.
4. Tempat diatur sebaik mungkin sehingga semua hadirin dapat
melihat, bertanya, dan berdiskusi.
5. Berikan kesempatan pada hadirin untuk mencoba sendiri.
6. Berikan bahan-bahan penunjang yang bersangkutan dengan
demonstrasi.
7. Setelah selesai demonstrasi mintakan komentar dari para
ketua kelompok berkenaan dengan penerapan cara baru
seperti yang didemonstrasikan.

Manfaat dan hambatan:


1. Efektif untuk mengajarkan keterampilan.
2. Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.
3. Merangsang kegiatan.
4. Mempunyai efek publisitas.
5. Tidak semua materi dapat didemonstrasi-carakan.
6. Memerlukan banyak persiapan dan perlengkapan disamping
membutuhkan penyuluh yang benar-benar terampil dan
menguasai masalah.
7. Bila demonstrasi berjalan buruk, akan merugikan
programa penyuluhan secara keseluruhan.

119
f. Demonstrasi Hasil
Pengertian:
Demonstrasi hasil adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang hasil
penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti
menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan atau teknologi lainnya yang sudah spesifik lokasi.

Tujuan:
Demonstrasi hasil bertujuan untuk menunjukkan nilai cara baru
yang dianjurkan dan untuk memperlihatkan bahwa anjuran-
anjuran itu cocok bagi tempat tersebut serta menguntungkan.

Teknik pelaksanaan:
1. Materi yang dapat didemonstrasi-hasilkan dalam program
perikanan ialah demonstrasi di bidang perikanan tentang
manfaat penggunaan alat perikanan modern dan demonstrasi
usaha di bidang perikanan
2. Demonstrasi hasil dilakukan oleh seorang pelaku
utama/pelaku usaha demons-trator dengan bimbingan
penyuluh perikanan
3. Letak tempat demonstrasi dipilih pada daerah yang mudah
dikunjungi dan dilihat.
4. Buatlah tanda-tanda yang jelas, mengenai apa yang
didemonstrasikan dan batas-batas daerah demonstrasi.
5. Batasi ruang lingkup demonstrasi hanya untuk menyakinkan
kebenaran dan kemantapan hasil cara baru tersebut, jadi
tidak untuk menemukan hal-hal yang baru.Susun kalender
kerja demonstrasi.
6. Bantu demonstrasi dengan pencatatan peristiwa-peristiwa
seperlunya.
7. Kunjungi demonstrasi secara teratur, untuk bimbingan dan
pengawasan.
8. Buatlah petak dasar (check plot) untuk perbandingan, jika
mungkin.

120
9. Susunlah catatan, bukti dan kesimpulan tentang demons-
trasi tersebut.
10. Umumkan secara meluas hasil demonstrasi tersebut.
11. Bicarakan hasil demonstrasi ini dalam pertemuan-pertemuan.
12. Bila demonstrasi gagal, supaya dianalisa sebab-sebabnya.

Manfaat dan hambatan:


1. Mempercepat proses adopsi di kalangan pelaku utama/pelaku
usaha.
2. Memperoleh keterangan dan data yang nyata.
3. Memberi pengalaman kepada petugas/penyuluh lapangan,
mengenai kebenaran cara-cara yang dianjurkannya, sehingga
memperbesar keyakinan akan tugasnya.
4. Memerlukan persiapan, pelaksanaan dan pengawasan yang
teliti, disamping relatif memerlukan biaya besar.
5. Memerlukan ketelitian dalam memilih demonstrator,
disamping bimbingan yang terus menerus.

g. Demonstrasi Pond (Dempond)


Demonstrasi Pond (Dempond) adalah demonstrasi usaha di
bidang perikanan dengan penerapan teknologi baru atau
pengembangan teknologi spesifik lokasi pada komoditas tertentu.

h. Wisata
Pengertian:
Wisata terdiri dari Widyawisata dan Karyawisata.
1. Widyakarya/karyawisata adalah teknik penyuluhan perikanan
berupa kegiatan perjalanan bersama yang dilakukan oleh
pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan untuk
mempraktekkan hasil suatu pengajaran atau melakukan suatu
karya yang bermanfaat di tempat yang dituju.
2. Widyawisata adalah teknik penyuluhan perikanan berupa
kegiatan perajalanan bersama yang dilakukan olek kelompok
pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan untuk belajar
dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan

121
yang sesungguhnya dengan prinsip adalah belajar dengan
melihat.

Tujuan
1. Meyakinkan para pelaku utama/pelaku usaha dengan memberi
kesempatan kepada mereka untuk melihat sendiri hasil suatu
teknologi baru, demonstrasi suatu keterampilan, alat baru,
dan sebagainya.
2. Membantu pelaku utama/pelaku usaha mengenal masalah,
menimbulkan perhatian, minat, dan memotivasi untuk
melakukan suatu kegiatan.

Teknik pelaksanaan
1. Penentuan tempat yang akan dikunjungi serta apa yang
akan dilihat dan dipelajari. Untuk kegiatan usaha perikanan
dapat dipilih obyek-obyek seperti berikut: balai benih ikan,
P4S, dan proyek-proyek perikanan dan sebagainya.
2. Hubungi pejabat/petugas dari tempat yang akan dikunjungi
dan beritahukan rencana kunjungan.
3. Tentukan susunan peserta dan pemimpinnya.
4. Rundingkan dengan para peserta hal-ikhwal yang
bersangkutan dengan perjalanan.
5. Berikan sedikit gambaran tentang tempat-tempat/obyek
yang akan dikunjungi.
6. Selalu mengusahakan kepentingan kelompok.
7. Berikan kesempatan kepada peserta untuk melihat,
mendengar, dan bertukar pikiran.
8. Bantu mereka dalam membuat catatan-catatan yang
diperlukan.
9. Atur agar acara kunjungan tidak terlalu padat atau
membosankan.
10. Perhatikan dan usahakan agar ada rekreasi, kesenangan
perjalanan dan kegembiraan kelompok.
11. Pilih kelompok yang serba sama (homogen) untuk kunjungan
yang bersifat khusus dan kelompok yang mewakili segala
golongan untuk kunjungan yang bersifat umum.

122
12. Kepada setiap tempat kunjungan, para peserta diberikan
kesempatan untuk juga menguraikan hasil usaha mereka
sendiri.
13. Kelompok supaya tidak terlalu besar.
14. Ongkos untuk makan, rekreasi dan kepentingan umum
ditanggung oleh semua peserta.

Manfaat dan Hambatan


1. Memberi ilham dan merangsang pelaku utama/pelaku usaha
untuk melakukan suatu kegiatan.
2. Menumbuhkan keakraban di antara sesama pelaku
utama/pelaku usaha.
3. Memperluas pandangan pelaku utama/pelaku usaha.
4. Menumbuhkan sikap kepemimpinan.
5. Metoda ini relatif mahal.
6. Seringkali sulit untuk memenuhi keinginan semua peserta.
7. Bila acara terlalu padat atau salah memilih obyek, akan
menimbulkan frustasi.
8. Seringkali menghadapi hambatan prasarana dan akomodasi.

i. Kursus
Pengertian:
Kursus adalah teknik penyuluhan perikanan berupa kegiatan
proses belajar mengajar terstruktur yang khusus diperuntukkan
bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan, yang
diselenggarakan secara sistematis dan teratur dan dalam jangka
waktu tertentu. Kursus dapat dilaksanakan diruangan tertutup
(kelas) atau dilapangan dalam satuan periode waktu tertentu
tergantung materi yang diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan
1. Menambah pengetahuan.
2. Meningkatkan keterampilan.
3. Menumbuhkan sikap positif.
4. Mengembangkan kepemimpinan.

123
Teknik Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Meneliti keadaan pelaku utama/pelaku usaha, seperti
tradisi, kebiasaan, norma, pendidikan, pengalaman, dan
lain-lain.
b. Menganalisa masalah, usaha di bidang perikanan yang
dihadapi pelaku utama/pelaku usaha, sikap
terhadap kegiatan perikanan, pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan, dan sebagainya.
c. Menyiapkan rencana kursus, pencakupan waktu, tempat,
bahan pelajaran, alat-alat pembantu pengajaran,
pengajaran, biaya.
d. Konsultasi dengan pemimpin lokal (ketua kelompok) dan
pejabat daerah.
2. Pelaksanaan
a. Mengorganisir peserta melalui ketua kelompok dan atas
persetujuan pejabat pemerintah setempat.
b. Jumlah peserta sebaiknya antara 20 sampai 30 orang.
c. Lamanya kursus tergantung dari volume materi yang
diajarkan. Yang umum adalah antara 2 minggu sampai 3
bulan. Kegiatan belajar sebaiknya tidak dilakukan setiap
hari, karena akan mengganggu kesibukan pelaku
utama/pelaku usaha; sekali sampai tiga kali seminggu,
masing-masing 1-2 jam sudah cukup.
d. Materi pelajaran hendaknya praktis dan langsung dapat
mensolusi masalah yang sedang dihadapi. Menggali
pengetahuan sebanyak-banyaknya dari pengalaman
pelaku utama/pelaku usaha sendiri.
e. Gunakan sebanyak-banyaknya alat peraga dan contoh
nyata.
f. Sebaiknya metoda itu digabung dengan metoda-metoda
lain seperti demonstrasi, karyawisata, diskusi, dan
sebagainya.
g. Berikan tanda tamat kursus (sertifikat), bila mungkin
dengan pas foto dari pelaku utama/pelaku usaha yang
bersangkutan.
h. Berikan penghargaan bagi yang berprestasi tinggi.

124
i. Evaluasi dan bimbingan lapangan
j. Evaluasi dapat dilakukan selama atau di akhir kursus dan
dapat juga dilakukan setelah peserta kembali ke tempat
bekerjanya (evaluasi lapangan).
k. Evaluasi kursus terutama bertujuan untuk menilai
efektivitas dari kursus itu ssendiri yang dapat dipakai
untuk memperbaiki pelaksanaan kursus di masa yang
akan datang. Jadi evaluasi kursus tidak terutama untuk
menilai tingkat prestasi masing-masing peserta kursus.
l. Indikator-indikator yang dapat dipakai untuk melakukan
evaluasi antara lain kemampuan mengingat, kemampuan
menganalisa, kemampuan mensolusi masalah,
keterampilan fisik, sikap terhadap masalah kegiatan usaha
di bidang perikanan dan kehidupan.
m. Bimbingan lanjutan diberikan oleh para petugas/penyuluh
lapangan setelah kursus berakhir. Bimbingan lanjutan
dapat dilakukan dengan cara kunjungan, mengirimi bahan
bacaan, mengorganisasi pertemuan, karyawisata dan lain
lain.

Manfaat dan hambatan:


1. Sangat efektif untuk mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan praktis secara mendalam dan sistematis.
2. Mendorong tumbuhnya kepemimpinan perikanan.
3. Mempercepat proses adopsi teknologi.
4. Lulusan dapat dimanfaatkan sebagai kader untuk
mendorong pelaksanaan kelompok perikanan.
5. Metode ini relatif mahal dan memerlukan persiapan serta
pelaksanaan yang cermat.
6. Kurangnya sarana dan alat pembantu pengajaran sering
mengganggu tercapainya tujuan.
7. Menjangkau relatif sedikit pelaku utama/pelaku usaha.

125
j. Magang Usaha
Magang usaha bagi pelaku utama adalah melakukan kerja
praktek pada suatu perusahaan atau tempat usaha di bidang
perikanan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mencari
pengalaman kerja.

k. Pameran
Pengertian:
Pameran diselenggarakan untuk memperagakan secara
sistematis tentang sesuatu hal. Bentuk yang dipamerkan
bermacam-macam, misalnya dalam bentuk barang, poster, benda
hidup, grafik, kumpulan foto, dan sebagainya. Hal terpenting
yang harus diperhatikan dalam mengadakan pameran adalah
bagaimana membuat suatu pameran menarik, dan
membangkitkan keinginan orang untuk melihatnya.
Pameran pembangunan perikanan adalah teknik penyuluhan
perikanan berupa kegiatan untuk mempelihatkan atau
mempertunjukkan model, contoh, barang, peta, grafik, gambar,
poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematis pada suatu
tempat tertentu dalam rangka promosi usaha dan memberikan
informasi yang terbuka dan seluas-luasnya kepada publik tentang
kemajuan pembangunan sektor perikanan.

Tujuan:
1. Membiasakan pengunjung dengan norma-norma yang lebih
baik.
2. Mempengaruhi pengunjung untuk menerima cara-cara baru.
3. Menarik perhatian banyak orang.
4. Meningkatkan pengertian dan menumbuhkan kesukaan
kepada kegiatan penyuluhan.

Teknik Pelaksanaan:
1. Sebaiknya diselenggarakan bersamaan dengan peristiwa-
peristiwa khusus, misalnya 17 Agustus, dan sebagainya.
2. Mempunyai tema dan pusat perhatian (fokus).

126
3. Dalam skala kecil, harus menyajikan secara lengkap hal-hal
yang tercakup dalam suatu kegiatan.
4. Materi/barang disajikan harus jelas, sederhana, dan sudah
dipahami.
5. Harus ada susunan yang sistematis dan berkelanjutan.
6. Pergunakan jumlah obyek secukupnya, tidak berkelebihan.
7. Pengaturan tata ruang sedemikian rupa sehingga
memperlihatkan urutan kegiatan secara sistematis dengan
memperhatikan arah aliran pengunjung.
8. Gunakanlah dekorasi dari bahan-bahan yang erat
hubung-annya dengan yang dipamerkan. Disusun dalam
urutan dan kombinasi warna yang serasi.
9. Obyek-obyek yang akan menarik perhatian atau akan
ditonjolkan ditaruh di tempat yang strategis serta diberi
ruang cukup untuk pengunjung yang berhenti dan
memperhatikan.
10. Para penjaga pameran harus dibekali dengan informasi yang
cukup mengenai obyek yang dipamerkan dan harus
bersungguh-sungguh serta tepat dan ramah dalam
memberikan jawaban.
11. Dianjurkan untuk menyelenggarakan juga sayembara atau
perlombaan.
12. Buat penilaian kegiatan pameran dengan jalan menganalisa
jumlah pengunjung, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
serta saran – saran yang terdapat dalam buku saran.

Manfaat dan Hambatan:


1. Metoda yang baik untuk menjangkau sasaran yang buta huruf.
2. Mempunyai efek publisitas.
3. Menarik perhatian macam-macam golongan masyarakat.
4. Memerlukan banyak persiapan dan biaya.
5. Tidak dapat dilaksanakan di tempat yang sama terus menerus
tanpa perubahan.
6. Tidak dapat digunakan untuk segala macam topik atau segala
macam tahap kegiatan.

127
7. Memerlukan petugas penerang (info-guide) yang benar-
benar menguasai masalah.

l. Media massa
Media massa mencakup radio, TV, majalah, suratkabar, film
(layar tancap), selebaran, poster, leaflet, liptan, dsb.

Tujuan
1. Membangkitkan kesadaran dan perhatian.
2. Menumbuhkan minat dan keingintahuan.
3. Menyebarkan informasi secara cepat dan meluas.

Teknik Pelaksanaan
1. Lakukan kerjasama dengan media massa.
2. Mintakan jam tayang/siaran/edar/tampil yang sesuai dengan
kebiasaan dan waktu senggang dari pendengar.
3. Waktu siaran tidak terlalu panjang, seluruh acara siaran
biasanya 30 menit.
4. Bahan-bahan yang akan disiarkan hendaknya memenuhi
persyaratan:
a. mudah dimengerti
b. melingkupi satu masalah saja,
c. bahasanya sederhana,
d. singkat tetapi lengkap,
e. tidak
menayangkan/menyiarkan/mengedarkan/menampilkan
terlalu banyak masalah keterampilan melainkan lebih
banyak pengetahuan umum,
f. gunakan bahasa yang dapat dimengerti,
g. hangat (aktual),
h. bersifat memecahkan masalah, dan
i. terjamin kebenarannya.

128
Manfaat dan Hambatan
1. Metoda ini relatif murah.
2. Sangat cepat dan meluas dalam menyebarkan informasi.
3. Efektif untuk mendorong adopsi dalam tahap sadar dan minat.
4. Tidak langsung, tidak bisa spesifik dan tidak dapat diajarkan
keterampilan.

m.Perlombaan
Perlombaan adalah cara untuk membangkitkan semangat orang
untuk saling bersaing, misalnya perlombaan merangkai bunga,
bayi sehat, tanaman pekarangan terbaik dan sebagainya.

n. Kampanye
Kampanye adalah kegiatan penyuluhan yang intensif dan luas
dengan menggunakan berbagai metoda dan teknik penyuluhan
secara serentak dalam waktu yang relatif singkat.

o. Pertemuan umum
Pengertian:
Adalah suatu rapat dengan peserta campuran. Pada pertemuan
ini disampaikan beberapa informasi tertentu dipertimbangkan
dan untuk dilaksanakan di kemudian hari.

Tujuan
1. Mencapai dan melayani jumlah orang yang banyak
secara efektif dan murah
2. Mempersiapkan orang-orang untuk kegiatan tertentu.
3. Mengetahui tanggapan/reaksi orang mengenai kegiatan.

Teknik pelaksanaan
1. Rundingkan dengan atasan mengenai maksud pertemuan
umum.
2. Buatlah rencana acara, tujuan, dan isi pembicaraan.

129
3. Konsultasi dengan ketua kelompok perikanan setempat,
pemuka masyarakat, serta pimpinan daerah. Ikutkan
mereka dalam penyelenggaraan.
4. Hubungi para pembicara dan berikan penjelasan kepada
mereka maksud dan tujuan pertemuan umum yang akan
diadakan.
5. Umumkan secara meluas akan adanya pertemuan ini.
6. Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat tersebut.
7. Selenggarakan di tempat yang letaknya strategis, dapat
duduk dengan baik, penerangan cukup, dan udara segar.
8. Adakan pada musim-musim kurang kegiatan usaha di bidang
perikanan.
9. Bila tempat tinggal orang-orang berjauhan, adakan pada
malam hari.
10. Perhatian ditujukan kepada maksud rapat, dengan
memberi kesempatan untuk berdiskusi, hindari
pertentangan pendapat.
11. Berikan penghargaan untuk jasa-jasa yang diberikan.
12. Buat laporan rapat dan pengumuman.
13. Bila mungkin bagikan bahan bacaan atau pemutaran film
yang berhubungan dengan materi pertemuan.

Manfaat dan Hambatan


1. Banyak orang yang dapat dicapai.
2. Merupakan tahap persiapan untuk metoda lainnya.
3. Segala macam topik dapat dipakai.
4. Menjajagi reaksi dan pendapat masyarakat terhadap suatu
gagasan.
5. Mempercepat proses adopsi (kesadaran dan minat) secara
murah dan cepat.
6. Tidak dapat dipakai untuk membahas masalah secara
mendalam.
7. Waktu bertukar pikiran terbatas.
8. Bila hadirin kurang, dapat mengubah tujuan acara.

130
p. Temu Wicara
Temu Wicara adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan antara pelaku utama dan/atau pelaku usaha
dengan pemerintah untuk bertukar informasi mengenai
kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan perikanan, serta
antisipasi dan peran serta pelaku utama dan/atau pelaku usaha
dalam pembangunan perikanan.

q. Temu Teknis
Temu Teknis adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan berkala antara penyuluh perikanan dengan
penyuluh perikanan atau antara penyuluh perikanan dengan
peneliti, perekayasa, profesional, aparat pemerintah untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelaku utama dan/atau pelaku
usaha dalam mengembangkan usahanya.

r. Temu Karya
Temu Karya adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan antar pelaku utama dan/atau pelaku untuk
bertukar pikiran dan pengalaman, saling belajar, saling
mengajarkan keterampilan dan pengetahuan untuk diterapkan
oleh pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan.

s. Temu Usaha
Pengertian:
Temu Usaha adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan antar pelaku utama dan/atau pelaku usaha
perikanan dengan pengusaha di bidang perikanan dalam rangka
informasi usaha promosi usaha transaksi usaha, perluasan pasar
dan kemitraan usaha.
Temu usaha adalah satu pertemuan antara pelaku utama, pelaku
usaha dan pengusaha perikanan untuk membangun kesepakatan
didalam menetapkan persyaratan-persyaratan produk perikanan
yang diperjualbelikan, sehingga tercapai sebuah transaksi jual
beli. Sebagai metode penyuluhan temu usaha berguna untuk
menumbuhkan kegiatan usaha perikanan yang berorientasi
pasar.

131
Tujuan:
1. Memfasilitasi adanya pertemuan bagi pemangku kepentingan
usaha perikanan untuk bertukar informasi sebagai dasar
menjalin kerja sama dalam pengembangan usaha perikanan;
2. Menjalin kerja sama antar pemangku kepentingan dengan
mengoptimalkan peran masing-masing untuk meningkatkan
kinerja usahanya;
3. Mendorong terjadinya transaksi jual beli dalam ikatan
perjanjian yang saling menguntungkan
Pelaksanaan:
1. Perencanaan
a. Penetapan Materi
Materi temu usaha difokuskan kepada deskripsi produk
perikanan yang akan ditawarkan oleh pelaku utama dan
yang dibutuhkan oleh pelaku usaha/pengusaha. Materi
tersebut mencakup :
1) Jenis produk perikanan (komoditas perikanan)
2) Bentuk produk perikanan (segar/hidup/olahan)
3) Ukuran produk perikanan (size, berat/ekor,
berat/kemasan)
4) Jumlah produk perikanan
5) Perlakuan produk perikanan
6) Harga produk perikanan (per satuan berat/per satuan
kemasan)
Informasi lain yang dipaparkan pelaku utama adalah lokasi
penyebaran produk perikanan yang ditawarkan.
Keberadaan sebaran lokasi produk perikanan ini juga akan
membantu memperhitungkan resiko transportasi produk
perikanan dan penetapan penawaran harga.
Materi yang ditawarkan maksimal 4 produk perikanan
dalam setiap kali penyelenggaraan temu usaha.
b. Penetapan Peserta
Peserta temu usaha terdiri dari peserta utama, peserta
pendamping, fasilitator dan pemerintah. Peserta utama
adalah pelaku utama, pelaku usaha dan pengusaha. Jumlah

132
peserta utama maksimal 40 orang. Peserta pelaku utama
terdiri dari :
1) Pelaku utama yang bertindak sebagai wakil dalam
menawarkan produk perikanan maksimal 4 orang,
2) Pelaku utama yang yang bertindak sebagai wakil
kelompok yang menghasilkan produk perikanan
maksimal 10 orang,
3) Pelaku utama yang menjadi utusan kelompok/asosiasi
maksimal 10 orang.
Jumlah pelaku usaha/pengusaha sebagai peserta maksimal
10 orang yang merupakan calon pembeli produk perikanan
yang ditawarkan pelaku utama dan sudah dihubungi oleh
penyelenggara.
c. Penetapan Lokasi dan Waktu
Lokasi dan waktu temu usaha ditetapkan oleh tim
pelaksana atas dasar kesepakan peserta utama. Lokasi
temu usaha dapat dilaksanakan diruang tertutup atau
terbuka.
d. Fasilitator
Tim pelaksana mempersiapkan fasilitator temu usaha
dengan mempertimbangkan kemampuan berkomunikasi.
e. Perumusan Rencana Evaluasi
Tim pelaksanaan dan fasilitator merumuskan rencana
evaluasi yang difokuskan pada kesiapan pelaksanaan,
proses transaksi dan penyelesaian transaksi.
f. Pembiayaan
Pemerintah/pemerintah daerah menyiapkan secara matang
penyelenggaraan temu usaha termasuk pembiayaannya.
2. Pelaksanaan
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Penetapan Tim Pelaksana
a) Tim Pelaksana berjumlah 5 orang terdiri dari ketua,
sekretaris dan 3 orang anggota
b) Ketua dan sekretaris adalah pejabat struktural yang
berasal dari instansi pemerintah, sedangkan anggota
adalah pejabat fungsional dan atau tokoh pelaku

133
utama, antara lain penyuluh perikanan (PNS atau
swadaya) dan kontak pelaku utama. Kontak pelaku
utama yang ditunjuk sebagai tim pelaksana bukan
sebagai peserta utama,
c) Tugas tim pelaksana yaitu merencakan,
melaksanakan, mengevaluasi dan membuat laporan
pelaksanaan. Laporan pelaksanaan disusun dengan
bahasa yang jelas, logis, dan sistematis serta
menggambarkan pelaksanaan temu usaha (Outline
Laporan pada Lampiran 1). Laporan di buat oleh tim
pelaksana dan disampaikan kepada pejabat yang
berwenang memberikan tugas untuk melaksanakan
temu usaha paling lambat dua (2) minggu setelah
pelaksanaan. Untuk mendukung isi dan materi
laporan perlu dilengkapi dengan dokumentasi.
2) Penetapan fasilitator
Fasilitator adalah orang yang ditugaskan sebagai
pemandu dalam pelaksanaan kegiatan. Fasilitator harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sebagai
fasilitator dapat ditunjuk pejabat struktural, pejabat
fungsional ataupun pakar komunikasi. Kemampuan
fasilitator sangat menentukan keberhasilan proses temu
usaha.
3) Penyiapan Penyelenggaraan
Kesiapan peserta utama menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan temu usaha terutama dalam proses
transaksi, demikian juga kesiapan tim pelaksana dan
fasilitator. Karena itu perlu disiapkan penyelenggaraan
sebaik-baiknya dengan cara :
a) Tim Pelaksana menginventarisasi dan
mengidentifikasi pelaku utama yang mempunyai
produk perikanan untuk dipasarkan serta pelaku
usaha/pengusaha yang membutuhkan produk
perikanan yang dipasarkan
b) Tim Pelaksana melakukan penjajakan awal dengan
menghubungkan antara pelaku utama dengan pelaku
usaha/pengusaha terhadap kesepakatan produk
perikanan yang akan dipasarkan dan dibutuhkan.

134
Penjajakan ini terus dilakukan sampai didapat
kesimpulan adanya kesediaan dari kedua belah pihak
untuk berpartisipasi dan bersedia untuk
melanjutkannya dalam temu usaha sampai pada
tahapan transaksi.
c) Tim pelaksana melakukan komunikasi baik secara
langsung maupun surat menyurat kepada peserta
utama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan temu
usaha.
d) Adanya pernyataan tertulis tentang kesediaan peserta
utama dan fasilitator untuk berpartisipasi dalam temu
usaha setelah menerima surat undangan.
e) Peserta pelaku utama menyiapkan contoh produk
perikanan yang akan dipasarkan dalam jumlah yang
cukup dengan informasi produk perikanan secara
tertulis. Tim pelaksana memperbanyak informasi
produk perikanan tertulis tersebut.
f) Tim pelaksana menyiapkan tempat penyelenggaraan
temu usaha berikut fasilitas pendukungnya secara
baik.
g) Tim pelaksana menyiapkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan proses penyelenggaraan temu
usaha (panduan kegiatan, perjanjian, surat transaksi
dan berita acara). Contoh surat perjanjian, berita
acara, dan surat transaksi terlampir dalam petunjuk
pelaksanaan ini.
b. Tahapan Pelaksanaan
1) Pendaftaran peserta untuk mengetahui tingkat
kehadiran peserta utama dan peserta lainnya yang
diundang,
2) Setelah dilakukan seremonial/pembukaan kegiatan temu
usaha diawali dengan penjelasan tim pelaksana yang
ditunjuk tentang maksud dan tujuan penyelenggaraan
serta menginformasikan produk perikanan yang akan
dipasarkan dan peserta utama yang hadir,
3) Fasilitator yang bertindak sebagai moderator
mempersilahkan peserta pelaku utama untuk
menjelaskan produk perikanan yang akan dipasarkan

135
serta pelaku usaha/pengusaha untuk menjelaskan
produk perikanan yang dibutuhkan,
4) Fasilitator selanjutnya secara satu persatu
mempertemukan peserta pelaku utama dan pelaku
usaha/pengusaha untuk melihat contoh produk
perikanan, melakukan negoisasi harga dan mendorong
terjadinya transaksi. Bila telah terjadi transaksi fasilitator
menginformasikan hasil transaksi kepada peserta temu
usaha.
5) Bila terdapat lebih dari satu pelaku usaha/pengusaha
yang berminat terhadap satu jenis produk perikanan
yang dipasarkan, fasilitator berkewajiban melakukan
proses pelelangan secara terbuka. Penetapan pemenang
lelang ditentukan melalui penilaian harga penawaran
yang tertinggi.
6) Tim pelaksana ditugaskan menyiapkan dokumen-
dokumen untuk pengesahan transaksi.
7) Pada akhir temu usaha ditandatangani masing-masing
dokumen transaksi yang telah disepakati.
8) Untuk kelengkapan dan keabsahan temu usaha tim
pelaksana membuat berita acara pelaksanaan temu
usaha sebagai bukti kelengkapan telah terjadinya
transaksi.
9) Tim pelaksana bersama peserta utama membuat jadual
penyelesaian transaksi.
c. Rencana Tindak Lanjut
1) Tim pelaksana memonitoring perkembangan kegiatan
transaksi,
2) Tim pelaksana menginisiasi terbangunnya kerjasama
antara pihak yang terlibat dalam temu usaha khususnya
antara peserta utama.
3. Evaluasi dan Bimbingan Lanjutan
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap perencanaan, penyelenggaraan
temu usaha dan rencana tindak lanjut. Evaluasi difokuskan
kepada kesiapan pelaksanaan, proses transaksi dan
penyelesaian transaksi.

136
b. Bimbingan Lanjutan
Bimbingan lanjutan diperlukan dalam rangka meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk perikanan yang dilakukan
pelaku utama serta menghasilkan kualitas dan kontinuitas
produk perikanan yang dibutuhkan pelaku usaha/
pengusaha.
Manfaat:
1. Diketahuinya persyaratan kualitas produk perikanan yang
mempunyai nilai tawar yang layak;
2. Bertambah luasnya wawasan dan jaringan pemasaran produk
perikanan oleh pelaku utama;
3. Diketahuinya sumber-sumber produk perikanan yang
dibutuhkan pelaku usaha/ pengusaha;
4. Menyederhanakan rantai pemasaran.

t. Mimbar Sarasehan
Mimbar Sarasehan adalah metode penyuluhan perikanan berupa
kegiatan pertemuan sebagai forum konsultasi antara gabungan
kelompok perikanan atau asosiasi kelompok perikanan dengan
pihak pemerintah yang diselenggarakan secara priodik dan
berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawrakan dan
menyepakati pemecahan berbagai permasalahan pembagunan
perikanan.

u. Temu Pakar
Temu Pakar adalah metode penyuluhan perikanan berupa
pertemuan antar pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan
dengan pakar atau profesional di bidang perikanan dalam rangka
memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh pelaku utama
dan/atau pelaku usaha perikanan dalam usahanya.

v. Temu Komunikasi, Informasi dan Praktek Pemecahan


Masalah (Temu KIPRAH)
Pengertian:
Temu KIPRAH adalah suatu pertemuan pejabat fungsional
Departemen Kelautan dan Perikanan (peneliti/litkayasa,

137
perekayasa, widiyaswara, instruktur, guru dan dosen), pemangku
kepentingan dengan kelompok pelaku utama dan pelaku usaha
yang didampingi oleh penyuluh perikanan untuk mengidentifikasi,
merumuskan dan memecahkan masalah penerapan teknologi
perikanan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha untuk
meningkatkan produksi yang dilakukan secara partisipasif melalui
praktek langsung di lahan usaha.
Tujuan:
1. Meningkatkan pemahaman pengguna dalam penerapan
teknologi,
2. Mempercepat proses penetrasi teknologi kepada pengguna,
3. Memenuhi kebutuhan teknologi yang sesuai dengan masalah
yang sedang dihadapi pengguna
Teknik pelaksanaan:
1. Perencanaan
a. Tim Pelaksana
1) Penetapan Tim Pelaksana
Penetapan Tim Pelaksana dilakukan oleh pimpinan
instansi yang membidangi kelautan dan perikanan. Tim
pelaksana terdiri dari unsur dinas kabupaten/kota yang
membidangi kelautan dan perikanan dan penyuluh
perikanan.
2) Tugas Pelaksana adalah:
a) Menetapkan Tim Identifikasi untuk menggali
permasalahan teknologi perikanan di pelaku utama
(metode identifikasi masalah yang digunakan dalam
kegiatan temu KIPRAH adalah metode PRA
sederhana). Tim Identifikasi terdiri dari : unsur dinas,
penyuluh perikanan dan pelaku utama (Jumlah tim
identifikasi maksimal 5 orang). Tim membuat laporan
hasil identifikasi.
b) Menetapkan komoditas;
c) Menetapkan calon lokasi;
d) Menetapkan lokasi definitif;
e) Menetapkan peserta;
f) Menetapkan masalah komponen teknologi;

138
g) Menetapkan Tim Ahli
b. Penetapan Peserta
1) Kepesertaan
Kepesertaan merupakan kunci keberhasilan dalam Temu
KIPRAH. Peserta temu KIPRAH adalah pelaku utama
yang ditetapkan pada saat identifikasi.
2) Syarat Peserta :
a) Kontak pelaku utama menghadapi masalah usaha dan
atau mengembangkan cabang usaha komoditas yang
dijadikan topik utama Temu KIPRAH dan tokoh
masyarakat di wilayahnya;
b) Mempunyai kemampuan dan bersedia
mendiseminasikan teknologi di wilayahnya,
3) Jumlah Peserta
a) Jumlah peserta maksimum 30 orang
b) Peserta merupakan perwakilan kelompok
c) Pada saat pemanggilan peserta, lampirkan buku
panduan pelaksanaan temu KIPRAH agar peserta
dapat menyiapkan diri sebaik-baiknya.
c. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi dan topik/komoditas
1) Agar lebih mudah dan terarah, tetapkan komoditas yang
akan dijadikan sebagai topik pertemuan
2) Konsultasikan kepada dinas KP tingkat propinsi untuk
mendapatkan informasi wilayah/kabupaten yang
memang diprogramkan untuk pengembangan komoditas
dimaksud. Minimal 2 wilayah/kabupaten pengembangan.
3) Konsultasikan kepada dinas KP tingkat kabupaten yang
ditetapkan di tingkat propinsi itu untuk mendapatkan
wilayah/ kecamatan/desa yang dijadikan program
pengembangan komoditas tersebut dimasing-masing
kabupaten terpilih itu minimal 2 kecamatan setiap 2
desa.
d. Penetapan Materi dan Tim Ahli
Penyiapan materi dan tim ahli

139
1) Berdasarkan hasil identifikasi masalah, telusuri dan
tetapkan komponen-komponen teknologi. Teknologi
yang ditetapkan harus sudah matang dan secara teknis
lebih baik dari teknologi yang sudah diterapkan pelaku
utama serta secara ekonomis lebih efisien.
2) Penetapan materi akan lebih baik bila teknologi
dimaksud merupakan hasil rakitan yang sudah di uji
adaptasi, dan hasil penelitian yang sudah
direkomendasikan. Tidak menutup kemungkinan
teknologi dari sumber institusi lain.
3) Tim ahli ditetapkan berdasarkan komponen teknologi
yang telah ditetapkan. 1 komponen teknologi 1 ahlinya,
4) Sebagai tim ahli adalah pejabat fungsional UPT DKP
(peneliti/litkayasa, perekayasa, widyaiswara, guru,
instruktur, dosen),
5) Bila bekerjasama dengan Balai Riset NON DKP atau
institusi lain, maka libatkan sejak merumuskan teknologi
yang akan didiseminasikan,
6) Output kegiatan ini adalah :
- Paket teknologi yang akan didiseminasikan
- Tim ahli yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
kegiatan di lapangan
e. Perumusan Rencana Evaluasi
Tim pelaksana dan fasilitator merumuskan rencana evaluasi
yang difokuskan pada kesiapan pelaksanaan, proses
transaksi dan penyelesaian transaksi.
f. Pembiayaan
Pemerintah/pemerintah daerah menyiapkan secara matang
penyelenggaraan temu KIPRAH termasuk pembiayaannya.

2. Pelaksanaan
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Persiapan Pelaksanaan
Tim pelaksana melakukan koordinasi dengan
dinas/instransi kabupaten/kota yang membidangi

140
kelautan dan perikanan untuk penyiapan administrasi
pelaksanaan kegiatan, penyiapan dimaksud meliputi :
a) Pemanggilan peserta dilakukan oleh dinas tingkat
kabupaten. Pemanggilan peserta dilakukan 14 (empat
belas hari) sebelum pelaksanaan, untuk menjamin
kesiapan peserta.
b) Tim pelaksana menyiapkan tempat utama pertemuan
(bisa balai desa, ruang lain dengan kapasitas yang
memadai) dan sarana lainya secara baik. Tempat
pertemuan harus berada pada lokasi usaha praktek
pelaku utama untuk memudahkan mobilisasi peserta,
c) Kegiatan Temu KIPRAH dilaksanakan 3-5 hari,
d) Tim Pelaksana memperbanyakan modul diseminasi
sesuai dengan jumlah peserta.
e) Output kegiatan ini adalah kesiapan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan hari yang telah ditetapkan.
2) Penetapan fasilitator
Fasilitator adalah orang yang ditugaskan sebagai
pemandu dalam pelaksanaan kegiatan. Fasilitator harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sebagai
fasilitator dapat ditunjuk pejabat struktural, pejabat
fungsional ataupun pakar komunikasi. Kemampuan
fasilitator sangat menentukan keberhasilan proses temu
usaha.
3) Penyiapan Penyelenggaraan
Kesiapan semua komponen akan menentukan
keberhasilan temu KIPRAH terutama dalam proses
praktek pemecahan masalah, demikian juga kesiapan
tim pelaksana dan fasilitator. Karena itu perlu disiapkan
penyelenggaraan sebaik-baiknya dengan cara :
a) Tim Pelaksana menginventarisasi kesiapan hadir baik
peserta maupun narasumber/fasilitator,
b) Tim pelaksana melakukan koordinasi dengan pihak
terkait untuk menjamin kesiapan pelaksanaan
kegiatan

141
c) Adanya pernyataan tertulis tentang kesediaan peserta
dan fasilitator untuk berpartisipasi dalam temu
KIPRAH setelah menerima surat undangan.
d) Narasumber menyiapkan modul diseminasi tekonologi
maksimal 10 lembar dengan outline seperti pada
Lampiran 1.
e) Tim pelaksana menyiapkan tempat penyelenggaraan
temu KIPRAH berikut fasilitas pendukungnya secara
baik.
f) Tim pelaksana menyiapkan bahan praktek sesuai
dengan kebutuhan.
b. Tahapan Pelaksanaan
1) Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui 2 tahapan
kegiatan sesuai dengan materi yang telah disiapkan.
Tahap pertama yaitu mengkomunikasikan dan
menginformasikan substansi/ materi teknologi dan tahap
kedua mempraktekkan penerapan teknologi.
2) Fasilitator menciptakan suasana kondusif, dinamis
melalui kegiatan dinamika kelompok untuk mempererat
hubungan antar peserta dan antar peserta dengan
fasilitator.
3) Tim pelaksana melakukan pree test untuk mengetahui
wawasan/pengetahuan peserta terhadap substansi yang
akan dibicarakan.
4) Penyampaian substansi materi teknologi dilakukan
berdasarkan sesi (satu sesi satu materi) yang
disampaikan secara sistematis.
5) Pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan yang
telah disiapkan dalam modul diseminasi.
6) Libatkan secara aktif peserta pada setiap tahapan
pembelajaran
7) Fasilitator menyampaikan pengulangan - pengulangan
hal-hal penting dalam pembelajaran untuk penajaman
pemahaman peserta.
8) Fasilitator dapat menggunakan benda-benda
sesungguhnya untuk lebih meningkatkan pemahaman
peserta,

142
9) Pembelajaran praktek dilakukan sesuai dengan
tahapannya untuk setiap substansi komponen
teknologi. Upayakan seluruh peserta atau paling tidak
2 peserta setiap perwakilan wilayah melakukan praktek
secara langsung.
10) Tim pelaksana melakukan post test untuk mengetahui
untuk tingkat perubahan wawasan/pengetahuan
peserta setelah pembelajaran.
11) Pelaksanaan kegiatan diakhiri dengan penyusunan
rencana tindak lanjut oleh pelaku utama yang
didampingi oleh penyuluh perikanan dan peneliti.
c. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut temu KIPRAH dibuat secara tetulis
yang meliputi :
1) Perencanaan penerapan teknologi perikanan di unit
produksi yang didampingi oleh penyuluh perikanan
sesuai dengan rumusan hasil temu KIPRAH,
2) Menyusun rencana kebutuhan biaya rencana
penerapan teknologi. Seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk rencana tindak lanjut dibebankan kepada
pemerintah daerah,
3) Melaksanakan demonstrasi cara/hasil di unit produksi
didampingi oleh penyuluh perikanan,
4) Melaporkan hasil demonstrasi cara/hasil penerapan
teknologi perikanan. Laporan disusun dengan bahasa
yang jelas, logis, dan sistematis serta menggambarkan
pelaksanaan Temu KIPRAH (Outline Laporan pada
Lampiran 3). Laporan di buat oleh tim pelaksana dan
disampaikan kepada pejabat yang berwenang
memberikan tugas untuk melaksanakan Temu KIPRAH
paling lambat dua (2) minggu setelah pelaksanaan.
Untuk mendukung isi dan materi laporan perlu
dilengkapi dengan dokumentasi.
3. Evaluasi dan Bimbingan Lanjutan
a. Evaluasi
1) Evaluasi pelaksanaan difokuskan pada kesiapan
pelaksanaan, pelaksanaan dan rencana teindak lanjut,

143
2) Evaluasi perkembangan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana substansi Temu KIPRAH bermanfaat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi saat identifikasi
dilakukan serta mengetahui penetrasi teknologi kepada
pelaku utama yang dilakukan oleh peserta serta
menggali umpan balik terhadap kinerja teknologi yang
telah didiseminasikan,
3) Evaluasi perkembangan dilaksanakan secara periodik
dan berkesinambungan. Tahap pertama, evaluasi
dilakukan minimal 3 bulan setelah kegiatan Temu
KIPRAH dan tahap berikutnya setiap 6 bulan sekali.
Evaluasi perkembangan cukup dilakukan 3 kali.
b. Bimbingan Lanjutan
Bimbingan lanjutan diperlukan dalam rangka penerapan
rumusan teknologi hasil temu KIPRAH yang dilakukan oleh
penyuluh perikanan.
Manfaat:
1. Diketahuinya inovasi teknologi (hasil penelitian dan hasil
percontohan yang telah direkomendasi),
2. Adanya informasi untuk penyempurnaan teknologi yang
direkomendasikan,
3. Kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi dan
umpan balik,
4. Kinerja kegiatan penyuluhan perikanan efektif.

w.Temu Lapang
Pengertian:
Temu Lapang adalah suatu teknik penyuluhan perikanan untuk
memfasilitasi terselenggaranya desiminasi teknologi dari balai
riset/balai pengembangan teknologi perikanan kepada pelaku
utama dan pelaku lapang perikanan yang dilaksanakan di tempat
usaha perikanan.
Temu lapang adalah kegiatan lanjutan dari demonstrasi, karena
pada prinsipnya temu lapang dilaksanakan untuk
mengumumkan/menginformasikan hasil dari demonstrasi.

144
Tujuan:
1. Menginformasikan inovasi teknologi kelautan dan perikanan
hasil penelitian yang telah direkomendasi;
2. Menginformasikan teknologi spesifik lokasi hasil percontohan
yang telah direkomendasi;
3. Mendapatkan umpan balik mengenai penerapan inovasi
teknologi yang dihasilkan sebagai bahan penyempurnaan
teknologi yang diterapkan;
4. Menjalin hubungan kerja yang sinergis dan harmonis antara
peneliti, penyuluh dan pelaku utama perikanan;
5. Meningkatkan peran penyuluh dan peneliti sebagai mediator
dan fasilitator.
Pelaksanaan:
1. Perencanaan
a. Penetapan Materi
1) Materi temu lapang difokuskan kepada teknologi
perikanan yang terekomendasi, dapat meningkatkan
kinerja usaha perikanan, memecahkan masalah dan
sesuai kebutuhan pelaku utama. Materi tersebut
mencakup :
a) Teknologi Budidaya;
b) Teknologi Pengolahan Hasil;
c) Teknologi Penangkapan;
d) Teknologi Konservasi;
e) Teknologi Penggunaan Alat dan Mesin Perikanan;
f) Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perikanan.
2) Apabila dilakukan di lokasi pelaku utama, materi temu
lapang disajikan dalam bentuk percontohan nyata yang
dikelola oleh penyuluh perikanan yang didampingi oleh
peneliti dengan melibatkan pelaku utama sesuai dengan
tahapan secara menyeluruh.
b. Penetapan Peserta
Peserta temu lapang ditetapkan oleh tim pelaksana
berdasarkan permasalahan dan kebutuhan teknologi.
Sebelum penetapan peserta perlu adanya langkah

145
inventarisasi dan identifikasi pelaku utama dan kebutuhan
teknologinya.
c. Penetapan Lokasi dan Waktu
Lokasi dan waktu ditetapkan oleh tim pelaksana
berdasarkan kebutuhan teknologi peserta dan kesepakatan
dengan sumber teknologi. Tempat kegiatan temu lapang
bisa berada di lokasi pelaku utama ataupun di instansi yang
membidangi pengembangan teknologi perikanan.
d. Penetapan Fasilitator
Fasilitator ditetapkan oleh tim pelaksana dengan
mempertimbangkan kemampuan fasilitator dalam
berkomunikasi. Fasilitator pada kegiatan temu lapang
dapat berasal dari BRKP, Perguruna Tinggi mapun Instasi
lainnya.
e. Perumusan Rencana Evaluasi
Perumusan rencana evaluasi dilakukan untuk memudahkan
dalam kegiatan evaluasi. Hal-hal yang perlu dirumuskan
dalam evaluasi mencakup alat dan bahan yang digunakan
untuk melakukan evaluasi, tahapan kegiatan yang akan
dievaluasi dan siapa yang akan melakukan evaluasi.
f. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan temu lapang disesuaikan dengan
besar-kecilnya skala kegiatan dan jenis teknologi yang akan
didiseminasikan.
Komponen biaya Temu lapang terdiri dari :
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
3) Monitoring dan Evaluasi
2. Pelaksanaan
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Penetapan Tim Pelaksana
Penetapan tim pelaksana Temu Lapang dilakukan oleh
dinas kabupaten/kota yang membidangi kelautan dan
perikanan untuk memudahkan dalam pelaksanaan
kegiatan. Tim pelaksana terdiri dari unsur dinas
kabupaten/kota yang membidangi kelautan dan

146
perikanan, penyuluh perikanan dan atau sumber
teknologi.
Adapun tugas dari tim pelaksana adalah:
a) Menyiapkan peserta yaitu pelaku utama dan pelaku
lapang;
b) Menyiapkan teknologi yang akan didiseminasikan;
c) Menyiapkan dan menetapkan waktu dan tempat
pelaksanaan Temu Lapang;
d) Menyiapkan berita acara pelaksanaan kegiatan
(terlampir).
2) Penetapan fasilitator
Fasilitator adalah orang yang ditugaskan sebagai
pemandu dalam pelaksanaan kegiatan. Fasilitator harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Sebagai
fasilitator dapat ditunjuk pejabat struktural, pejabat
fungsional ataupun pakar komunikasi. Kemampuan
fasilitator sangat menentukan keberhasilan proses temu
lapang.
3) Penetapan Materi
Penetapan materi didasarkan pada :
a) Adanya kebutuhan pelaku utama dan pelaku lapang
terhadap inovasi teknologi;
b) Adanya sumber teknologi yang akan melakukan kaji
terap.
b. Persiapan Penyelenggaraan
Kesiapan materi teknologi yang terekomendasi dan sumber
teknologi (peneliti) menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan temu lapang terutama dalam proses
diseminasi, demikian juga kesiapan tim pelaksana dan
fasilitator. Karena itu perlu disiapkan penyelenggaraan
sebaik-baiknya dengan cara :
1) Tim Pelaksana menginventarisasi dan mengidentifikasii
permasalahan serta kebutuhan teknologi pelaku utama
2) Tim Pelaksana melakukan penjajakan awal dengan
peneliti mengenai kesediaan dan materi teknologi yang
akan didiseminasikan sesuai kebutuhan pelaku utama

147
3) Tim pelaksana menyiapkan fasilitas dan sarana serta
hasil kerja teknologi yang akan didiseminasikan kepada
pelaku utama dan hal-hal yang berkaitan dengan temu
lapang.
4) Tim Pelaksana menyiapkan tempat penyelenggaraan
temu lapangan berikut fasilitas pendukungnya secara
baik.
c. Tahapan Pelaksanaan
1) Pendaftaran peserta untuk mengetahui tingkat
kehadiran peserta utama dan peserta lainnya yang
diundang,
2) Setelah dilakukan seremonial/pembukaan kegiatan temu
usaha diawali dengan penjelasan tim pelaksana yang
ditunjuk tentang maksud dan tujuan penyelenggaraan
serta menginformasikan permasalahan dan teknologi
yang akan disiseminasikan sesuai dengan kebutuhan
pelaku utama,
3) Fasilitator yang bertindak sebagai moderator
mempersilahkan peneliti atau sumber teknologi untuk
menjelaskan dan mempraktekkan paket teknologi yang
akan diseminasikan kepada pelaku utama,
4) Untuk kelancaran proses diseminasi teknologi, tim
pelaksana dan sumber teknologi menyiapkan hasil kerja
teknologi,
5) Selanjutnya diadakan diskusi bersama antara peneliti
dan pelaku utama serta penyuluh mengenai teknologi
yang didiseminasikan,
6) Bila terdapat hal-hal yang kurang jelas, peneliti bisa
langsung mempraktekkan dan memberikan hasil kerja
dari teknologi tersebut.
d. Rencana Tindak Lanjut
5) Tim pelaksana memonitoring kegiatan diseminasi,
6) Tim pelaksana melakukan pembinaan lanjutan bersama
fasilitator dalam membantu kelancaran penerapan
teknologi di tingkat pelaku utama.

148
3. Monitoring Evaluasi dan Bimbingan Lanjutan
a. Monitoring
Untuk melihat tingkat penerapan teknologi kelautan dan
perikanan yang diintroduksikan dan dampak dari kegiatan
Temu Lapang perlu dilakukan monitoring. Monitoring
dilakukan secara berkala, untuk tahap pertama dilakukan
minimal 3 bulan setelah kegiatan Temu Lapang dan tahap
kedua dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kegiatan monitoring
cukup dilakukan 3 kali untuk melihat tingkat penetrasi
teknologi yang diintroduksikan pada saat Temu Lapang baik
oleh peserta maupun peserta kepada pelaku utama lainnya.
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tahapan perencanaan,
penyelenggaraan temu lapang dan rencana tindak lanjut.
Evaluasi difokuskan kepada kesiapan pelaksanaan, proses
diseminasi dan penerapan teknologi oleh pelaku utama.
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana substansi dari Temu Lapang dapat
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan,
memberikan informasi dan tukar menukar pengalaman
tentang teknologi kelautan dan perikanan yang
didiseminasikan.
Evaluasi penyelenggaraan pada seluruh komponen kegiatan
yang dilakukan untuk melihat efektivitas, efisiensi, dampak
dan umpan balik dari Temu Lapang.
c. Bimbingan Lanjutan
Bimbingan lanjutan diperlukan dalam rangka memperlancar
penerapan teknologi baru yang dilakukan pelaku utama.
Manfaat:
1. Diketahuinya inovasi teknologi (hasil penelitian dan hasil
percontohan yang telah direkomendasi)
2. Adanya informasi untuk penyempurnaan teknologi yang
direkomendasikan
3. Kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi dan
umpan balik
4. Kinerja kegiatan penyuluhan perikanan efektif

149
x. Gelar Teknologi Perikanan
Gelar teknologi perikanan adalah suatu kegiatan untuk
memperagakan teknologi perikanan unggul hasil penelitian dan
pengkajian yang sudah matang (good will inovasi) di lahan usaha
pelaku utama dan/atau pelaku utama dan dilaksanakan oleh
kelompok perikanan atau anggotanya, dengan bimbingan teknis
oleh Penyuluh Perikanan. Gelar teknologi perikanan dapat pula
diartikan sebagai kegiatan mengaplikasikan teknologi informasi di
bidang perikanan yang berguna bagi pelaku utama dan/atau
pelaku usaha dan/atau masyarakat perikanan.

y. Wirausaha Penyuluh Perikanan


Wirausaha penyuluh perikanan adalah jenis usaha mandiri di
bidang perikanan yang dilaksanakan oleh Penyuluh Perikanan
baik secara individu atau tim, yang menciptakan lapangan kerja
baru dan pengembangan cara-cara atau teknik yang lebih baik
dalam pemanfaatan sumber daya, efektifitas penggunaan biaya,
serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya
pemenuhan kebutuhan orang lain.
Wirausaha penyuluh perikanan dapat juga diartikan sebagai
kegiatan usaha di bidang perikanan yang dilakukan oleh
penyuluh dalam rangka melaksanakan tugas peningkatan kualitas
sumber daya manusia pelaku utama/pelaku usaha perikanan baik
berfungsi sebagai mediator, motivator maupun fasilitator
disamping untuk menambah pendapatan, juga diharapkan dapat
dicontoh oleh pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah
kerjanya dalam peningkatan pendapatannya, pada era bisnis
perikanan yang semakin kompetitif.

Dasar-Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Dan Teknik


Penyuluhan Perikanan
Seperti telah dikemukakan sebelumnya terdapat beragam
metode dan teknik penyuluhan yang dapat digunakan dalam
merubah perilaku sasaran penyuluhan. Namun bagaimanapun
beragamnya metode dan teknik tersebut petugas penyuluh
dihadapkan pada situasi dimana dia harus memilih metode dan
teknik yang tepat, sesuai dengan tujuan perubahan perilaku yang

150
diinginkan, kemampuan sasaran penyuluhan dan petugas penyuluh,
materi penyuluhan, situasi belajar (sosial dan fisik) serta sarana dan
fasilitas yang tersedia. Sehingga suatu kegiatan penyuluhan dapat
menyumbang dan menjadikan kegiatan penyuluhan menjadi efektif
dan efisien. Sehubungan dengan hal ini, terdapat pedoman umum
yang diikuti dalam memilih metode dan teknik penyuluhan.
Pedoman-pedoman tersebut mencakup:
1. Semakin kecil atau sedikit jumlah sasaran penyuluhan dalam
suatu acara penyuluhan, semakin efektif komunikasi yang
berlangsung antar penyuluh dan sasaran dalam acara tersebut.
2. Semakin banyak sasaran penyuluhan yang dapat dijangkau
dengan sesuatu metode dan teknik pada suatu acara
penyuluhan, semakin efisien acara tersebut. Tak ada satupun
metode dan teknik penyuluhan yang terbaik ataupun terunggul.
3. Semakin banyak indera yang dimanfaatkan oleh sasaran untuk
menangkap stimuli dalam suatu acara penyuluhan, semakin
efektif komunikasi yang berlangsung dalam acara tersebut.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
metode dan teknik penyuluhan, yaitu (1) aspek perubahan perilaku
yang ingin diubah (tujuan belajar), (2) materi pelajaran, (3) jumlah
dan karakteristik penyuluh, (4) ruang, fasilitas, dan bahan-
bahan/alat-alat. Materi pelajaran yang paling konkrit akan
memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dibanding
dengan pengalaman yang abstrak. Contoh pengalaman belajar
yang konkrit adalah penerapan suatu teknologi di bidang
perikanan yang melibatkan pelaku utama/pelaku usaha secara
langsung.
Jumlah dan karakteristik penyuluh harus dipertimbangkan
dalam menentukan pilihan metode dan atau teknik penyuluhan.
Jika jumlah penyuluh terbatas, maka metode perseorangan
tampaknya kurang efisien. Demikian pula halnya jika kemampuan
penyuluh dalam mengoperasikan teknik penyuluhan yang
canggih, misalnya penggunaan slide tergolong kurang maka
sebaiknya hindarkan teknik yang rumit. Sebaliknya, jika sarana dan
fasilitas penyuluhan cukup tersedia dan khalayak sasaran serta
penyuluh mampu menyerap atau menggunakan berbagai teknik
maka prinsip kombinasi dan variasi bisa diterapkan, sebaliknya jika
terbatas maka penyuluh dituntut kreatif dalam mengkombinasikan

151
dan memvariasikan metode/teknik penyuluhan dengan
menggunakan sarana/fasilitas yang terbatas.
Kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu berbeda-
beda, demikian juga tahap perkembangan mental, keadaan
lingkungan dan kesempatannya berbeda-beda, sehingga perlu
ditetapkan suatu metode penyuluhan perikanan yang berdaya guna
dan berhasil guna. Tahap perkembangan mental seseorang dapat
digolongkan dalam tahap penumbuhan perhatian, tahap
penumbuhan minat, tahap menilai, tahap mencoba dantahap
menerapkan. Pemilihan metode dan teknik penyuluhan perikanan
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas penyuluhan perikanan
dengan pemilihan metode yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi sasarannya.
Dasar-dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik
penyuluhan perikanan:
1. Keadaan sasaran
a. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap
Tahap penerapan dari pelaku utama/pelaku usaha di suatu
daerah bermacam-macam, demikian juga kecepatan,
keterampilan dan sikap yang telah mereka miliki. Penyuluh
harus mengetahui dalam tahap mana sebagian besar dari
sasaran itu berada. Setelah itu harus menghubungkannya
dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini penting untuk dapat
menentukan metode mana yang paling tepat.
b. Sosial Budaya
Penyuluh harus mengetahui adat kebiasaan sasaran, norma-
norma yang berlaku dan status kepemimpinan yang ada. Hal
ini penting bukan saja dalam pemilihan metode penyuluhan
tetapi juga dalam menentukan teknik-teknik penyuluhannya.
Contoh: ada suatu daerah yang melarang melakukan
pemutaran film pada malam Jumat.
c. Jumlah Sasaran
Banyaknya sasaran yang hendak dicapai oleh seorang
penyuluh pada suatu waktu tertentu akan menentukan
metode penyuluhan perikanan yang akan dicapai.

152
2. Sumber daya Penyuluh
a. Kemampuan Penyuluh
1) Pengalaman
2) kemampuan penyuluh yang meliputi penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan serta sikap yang dimilikinya.
b. Materi Penyuluhan
Dalam menerapkan suatu metode penyuluhan perlu
diperhatikan materi yang akan disampaikan. Untuk yang
bersifat teknis biasanya dipilih metode yang memungkinkan
adanya praktek di lapangan dan untuk materi yang bersifat
non teknis, misalnya agar pelaku utama/pelaku usaha mau
berkelompok dan mau memasarkan hasil usahanya, biasanya
dipilih metode diskusi kelompok.
b. Sarana dan Biaya
Keadaan peralatan alat-alat bantu pengajaran yang dipunyai,
fasilitas yang ada serta biaya yang tersedia akan menentukan
dalam pemilihan metode penyuluhan.
3. Keadaan Daerah
a. Keadaan musim
Apabila pada suatu keadaan tertentu tidak memungkinkan
untuk dilaksanakannya suatu proses produksi maka tentu
tidak akan diadakan penyuluhan di tempat usaha perikanan
sepertidemonstrasi, sehingga dalam hal ini akan lebih
memungkinkan untuk diadakan pertemuan di rumah pelaku
utama/pelaku usaha.
b. Keadaan usaha perikanan
Musim sangat erat hubungannya dengan kedaan usaha di
bidang perikanan, maka keadaan usaha di bidang perikanan
suatu daerah turut mempengaruhi pemilihan metode
penyuluhan. Misalnya untuk mengintensifkan budidaya udang
vaname disuatu daerah maka dipilih metode demonstrasi,
sedangkan untuk tujuan introduksi diterapkan metode karya
wisata ke tempat lain.
c. Kondisi lapangan
Keadaan lapangan seperti topografi, jenis tanah, sistem
pengairan serta sarana perlu juga dipertimbangkan. Contoh:
untuk perkampungan yang letaknya terpisah-pisah maka

153
kegiatan penyuluhannya akan lebih efektif dilakukan di tempat
tinggal pelaku utama/pelaku usaha atau di lahan usahanya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Kebijaksanaan pemerintah yang berasal dari pusat atau daerah
kadang-kadang menentukan dalam pemilihan metode
penyuluhan. Pendekatan intensifikasi secara massal dan crash
program memerlukan waktu yanmg relatif cepat daripada
pendekatan perorangan yang pada dasarnya akan membutuhkan
waktu relatif lebih lama.

Langkah-Langkah Pemilihan Metode dan


Teknik Penyuluhan Perikanan

1. Menghimpun dan menganalisa data/informasi


a. Sasaran
1) Golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah
masing-masing golongan dan keseluruhan.
2) Adat kebiasaan, norma-norma dan pola kepemimpinan.
3) Bentuk-bentuk usaha di bidang perikanan oleh sasaran.
4) Kesediaan mereka sebagai demonstrator dan jumlah
pelaku utama.

b. Penyuluh dan kelengkapannya


1) Kemampuan penyuluh, jumlah penyuluh, pengetahuan dan
keterampilan penyuluh.
2) Materi penyuluhan/pesan.
3) Sarana dan prasarana penyuluhan.
4) Biaya yang ada.

c. Keadaan daerah dan kebijaksanaan pemerintah


1) Musim/iklim.
2) Keadaan lapangan (topografi), jenis tanah, sistem
pengairan dan pertanaman
3) Perhubungan jalan, listrik dan telepon
4) Kebijaksanaan pemerintah pusat, daerah dan setempat.

154
2. Menetapkan alternatif metode penyuluhan perikanan

Pemilihan metode penyuluhan perikanan secara umum adalah


sebagai berikut:

a. Metode–metode dengan pendekatan massal dipergunakan


untuk menarik perhatian, menumbuhkan minat dan keinginan
serta memberikan informasi selanjutnya.
b. Metode-metode dengan pendekatan kelompok biasanya
dipergunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih
rinci tentang suatu teknologi. Metode tersebut ditujukan untuk
dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan ke tahap
mencoba atau bahkan sampai tahap menerapkan.
c. Metode-metode dengan pendekatan perorangan, biasanya
sangat berguna dalam tahap mencoba hingga menerapkan,
karena adanya hubungan tatap muka antara penyuluh dan
sasaran yang lebih akrab. Di sini perlu diperhatikan oleh
penyuluh, bahwa metode pendekatan perorangan itu
dilakukan apabila sasaran sudah hampir sampai ke tahap
mencoba dan bersedia mencoba yang tentunya memerlukan
bimbingan untuk memantapkan keputusannya.
d. Faktor lain yang memegang peranan dalam pemilihan metode
adalah masa kerja penyuluh di suatu tempat. Penyuluh yang
belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi
dan kondisi daerah kerjanya.
e. Dalam taraf permulaan ini metode penyuluhan yang terbaik
adaah pendekatan
perorangan. Apabila kemampuannya dalam pengenalan
sasaran dan keadaan sudah ia miliki, maka metode
penyuluhan yang efektif dalam menjangkau sasaran yang
lebih besar adalah pendekatan kelompok atau massal.
3. Menetapkan metode penyuluhan perikanan

Setelah penyuluh perikanan menetapkan alternatif metode


penyuluhan, barulah ia pikirkan dengan matang-matang apakah
metode-metode itu dapat dilaksanakan dan cocok dengan
lapangan dan sasaran

155
Bagi penyuluh perikanan yang sudah lama atau sudah
berpengalaman di daerah itu, tentu tahapan ini akan mudah
baginya dan langsung dapat memilih metode yang cocok. Dalam
melaksanakan demonstrasi misalnya ia harus menentukan lokasi
demonstrasi dan siapa diantara sasaran yang bersedia
menjadi demonstratornya.

Dalam mencapai suatu tujuan perlu dilaksanakan pemecahannya


dengan kombinasi metode tertentu. Pertimbangan-pertimbangan
tentang musim, keadaan usaha di bidang perikanan,
permasalahan di lapangan, fasilitas, sasaran penyuluhan yang
telah dikemukakan terdahulu, sangat diperlukan dalam
menetapkan kombinasi metode penyuluhan perikanan.
Pertimbangan-pertimbangan ini akan menghasilkan pemilihan
satu atau lebih metode penyuluhan. Apabila lebih dari satu
metode penyuluhan yang tepilih, maka pelaksanaannya dapat
dilakukan sebagai berikut: a. Pengulangan; b. Urutan;
c. Kombinasi
4. Memantapkan keputusan metode yang akan dipilih
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metode
penyuluhan adalah :
a. Metode penyuluhan terpilih harus dapat mengembangkan
swakarsa dan swadaya pelaku utama/pelaku usaha;
b. Metode penyuluhan terpilih harus dapat memungkinkan
disampaikannya materi yang sesuai, cukup dalam jumlah dan
mutu, tepat sasaran dan waktu, mudah diterima dan
dimengerti, penggunaan fasilitas dan media secara berhasil
guna.
c. Metode yang digunakan lebih efesien dan efektif bagi
penyuluh
d. Harus dapat memungkinkan kelanjutan pelaksanaannya
e. Harus memungkinkan turut sertanya orang lain secara aktif
f. Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan metode penyuluhan
terpilih relatif lebih kecil.

156
TEKNIK PENYUSUNAN
PROGRAMA DAN RENCANA KERJA
PENYULUHAN PERIKANAN

Pembangunan perikanan pada hakekatnya adalah peningkatan


produktivitas usaha, peningkatan pendapatan, peningkatan taraf
hidup, dan kesejahteraaan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah
ikan dan keluarganya. Penyuluhan perikanan yang kandungan
materinya berisikan informasi teknologi (teknis, ekonomis, dan
sosial) kelautan dan perikanan sangat diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia kelautan dan
perikanan. Untuk itu, teknologi yang digunakan harus merupakan
teknologi kelautan dan perikanan tepat guna yang bersifat dinamis,
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, tidak
merusak lingkungan, dan dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam
meningkatkan nilai tambah komoditas perikanan.
Guna melibatkan berbagai unsur dimasyarakat, BPSDMKP
menampilkan pradigma baru, yaitu pelaksanaan penyuluhan
kelautan dan perikanan yang dilakukan oleh penyuluh swasta dan
penyuluh swadaya. Pengertian penyuluh kelautan dan perikanan
swasta adalah pegawai swasta/perusahaan yang bergerak dibidang
kelautan dan perikanan yang secara langsung atau tidak langsung
melaksaankan tugas penyuluhan kelautan dan perikanan,
sedangkan penyuluh swadaya adalah seseorang yang atas kemauan
sendiri melaksanakan kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan.
Keberadaan penyuluh swasta dan swadaya juga dimaksudkan untuk
mendukung pelaksanaan penyuluhan yang selama ini dilaksanakan
oleh penyuluh fungsional (PNS) dan penyuluh tenaga kontrak.
Penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan disemua
tingkat administrasi pemerintahan harus diselenggarakan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan lokalita. Untuk itu, diperlukan
informasi mengenai keadaan, tujuan, masalah dan pemecahannya
sesuai dengan kebutuhan pelaku utama. Hal ini sejalan dengan
amanat undang-undang No. 16 tahun 2006 tentang system

157
penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan, untuk
memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan perlu disusun programa penyuluhan.

Pengertian Programa
Programa penyuluhan kelautan dan perikanan adalah pernyataan
tertulis yang disusun secara sistematis tentang rencana kegiatan
penyuluhan kelautan dan perikanan setiap tahunan.

a. Programa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah,


pedoman, dan alat pengenendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan.
b. Programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan unit
kerja lapangan/desa, programa penyuluhan kecamatan,
programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan
provinsi, dan programa penyuluhan nasional.
c. Programa penyuluhan disusun dengan memperhatikan
keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan pada
setiap tingkatan.
d. Programa penyuluhan disahkan kepala badan atau institusi
pelaksana penyuluhan kelautan dan perikanan atau ketua
badan koordinasi penyuluhan provinsi, atau kepala BPSDMKP
sesuai dengan tingkat administrasi pemerintahan.
e. Programa penyuluhan desa/kelurahan sebagaimana dimaksud
dalam amar (b) di atas diketahui oleh kepala desa/kelurahan
dan atau setingkat.
f. Program penyuluhan disusun setiap tahun yang memuat
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan
siklus anggaran masing-masing tingkat yang mencangkup
pengorganisasian dan pengolahan sumberdaya sebagai dasar
pelaksanaan penyuluhan.
g. Programa penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus terukur, realistis, manfaat, dan dapat dilaksanakan serta
dilakukan secara partisipatif, terpadu, transparan, demokratis,
dan bertanggung jawab.

158
Tujuan dan Maksud

a. Tujuan penyusunan pedoman umum programa penyuluhan


kelautan dan perikanan :
1) Untuk memberikan arah, pedoman dan alat pengendali
pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan.
2) Terfasilitasinya penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan
perikanan disetiap tingkatan secara partisipatif
b. Manfaat penyusunan pedoman umum programa penyuluhan
kelautan dan perikanan:
1) Memberikan pemahaman kepada penyuluh, pelaku utama dan
pelaku usaha, lembaga/instansi terkait yang menangani
penyuluhan untuk mengetahui kondisi, tujan dan masalah
yang mereka hadapi dan cara pemecahan masalah tersebut.
2) Tersedianya acuan untuk menyusun rencana kerja penyuluhan
kelautan dan perikanan.
3) Terselenggaranya penyuluhan kelautan dan perikanan secara
partisipatif, efektif dan tepat sasaran.

Unsur Programa

Keadaan
Keadaan adalah gambaran mengenai potensi, dan lingkungan
usaha kelautan dan perikanan, serta perilaku dan kebutuhan pelaku
utama dalam menjalankan usahanya yang berorientasi bisnis
kelautan dan perikanan disuatu wilayah. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
a. Potensi usaha kelautan dan perikanan adalah peluang usaha
pelaku utama, baik usaha hulu maupun sampai usaha hilir yang
prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar,
kondisi biofisik dan ekosistem kelautan dan perikanan setempat.
Sumberdaya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama beserta
keluarganya.
b. Produktivitas usaha kelautan dan perikanan adalah gambaran
kemampuan hasil usaha per satuan unit usaha perikanan yang
telah dicapai maupun potensi hasil usaha yang dapat

159
dikembangkan oleh pelaku utama untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama beserta
keluarganya.
c. Lingkungan usaha kelautan dan perikanan adalah kondisi
ketersediaannya sarana dan prasarana usaha budidaya
perikanan, penangkapan, pengolahan, distribusi, dan pemasaran
serta kebijakan yang mempengaruhi usaha pelaku utama.
d. Perilaku dan kebutuhan pelaku utama dalam menjalankan
usahanya adalah keadaan sosial, kultur, ekonomi mencangkup
tingkat pendidikan, usia rata-rata, penyerapan tenaga kerja
kelautan dan perikanan, status usaha, dan kepemilikan.

Masalah
a. Faktor penyebab yang bersifat perilaku yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b. Faktor penyebab yang bersifat non perilaku menyangkut
sarana dan prasarana.

Tujuan Programa
a. Memberi arah dan pedoman bagi penyelenggaraan
penyuluhan kelautan dan perikanan dalam kurun waktu 1
(satu) tahun diwilayah kerja masing-masing.
b. Terselenggaranya kegiatan penyuluhan kelautan dan
perikanan oleh kontak/pelaku utama, penyuluh kelautan dan
perikanan (pemerintah, swasta, swadaya, LSM, dan pelaku
bisnis) di bidang kelautan dan perikanan berdasarkan prinsip
kerjasama kemitraan-kesejajaran.
c. Terfasilitasinya penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan
perikanan secara partisifatif

Luaran
a. Tersusunnya rencana kegiatan penyuluhan kelautan dan
perikanan tingkat desa/pelaku utama ditingkat lapangan.
b. Tersusunya programa penyuluhan dari tingkat kecamatan
sampai pusat berdasarkan mitra sejajar.

Sasaran
Sasaran programa penyuluhan kelautan dan perikanan adalah
pelaku utama dan pelaku usaha beserta keluarganya.

160
Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan pemerintah pusat adalah kebijakan yang
dikeluarkan oleh departemen kelautan dan perikanan
b. Kebijakan pemerintah daerah adalah kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah propinsi dan kabupaten/kota

Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk
mencapai tujuan, cara memecahkan masalah untuk mencapai
tujuan dan mengantisipasi masalah yang dalam mungkin timbul.
Rencana kegiatan disajikan dalam betuk tabulasi/matriks yang berisi
masalah, kegiatan, tujuan, sasaran, metode, volume, lokasi, waktu,
biaya, sumber biaya, pelaksana, penanggung jawab, dan pihak
terkait.

Monitoring Dan Evaluasi


a. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan untuk memantau dan
menilai tingkat pencapaian programa yang telah disusun.
b. Monitoring dan evaluasi direncanakan dan dilaksanakan oleh
lembaga yang membidangi penyuluhan.

Tahapan Penyusunan Programa

Penyusunan programa penyuluhan kelautan dan perikanan


dilakukan bertahap oleh penyuluh kelautan dan perikanan bersama-
sama para kontak pelaku utama secara partisipatif.

Tahap 1. Perumusan Keadaan


Untuk merumuskan keadaan dilakukan : (a) pengumpulan,
pengolahan dan analisis data tentang potensi, produktifitas dan
lingkungan usaha pelaku utama; serta perilaku dan kebutuhan
pelaku utama dalam usaha yang berorientasi bisnis kelautan dan
perikanan, melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya PRA
(Participatory Rural Apprasial), dan/atau rencana kegiatan
penyuluhan yang telah disusun setiap tingkatan administrasi
pemerintahan. Dari hasil analisis ini akan diperoleh gambaran
menenai potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
usaha pelaku utama.

161
Tahap 2. Penetapan Masalah
Penetapan masalah dilakukan asecara partisipatif dengan
merujuk pada hasil identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
tidak tercapainya tujuan, dengan menggunakan teknik analisis
pohon masalah/PRA/SWOT dan teknik analisis lainnya.
Proses penetapan masalah dilakukan dengan tahapan sbb :
a. mengidentifikasi permasalahan pokok baik teknis maupun non
teknis
b. menetapkan kriteria untuk menentukan prioritas dengan
memperhatikan ;
 mayoritas pelaku utama
 peningkatan kesejahteraan
 kelestarian lingkungan
 keadaan mendesak atau tidak mendesak
 efisiensi penggunaan biaya
c. menetapkan permasalahan pokok secara partisipatif

Tahap 3. Penetapan Tujuan


Penetapan tujuan adalah merumuskan rencana kegiatan
penyuluhan kelautan dan perikanan yang hendak dicapai dalam
jangka waktu 1 tahun dan menggambarkan perubahan perilaku
pelaku utama serta keluarganya kearah yang lebih baik. Tujuan
ditetapkan melalui kesepakatan berdasarkan potensi yang dapat
dikembangkan oleh pelaku utama dan keluarganya.

Tahap 4. Penetapan Rencana Kegiatan


Penetapan rencana kegiatan dilakukan dengan cara ;
a. Inventarisasi kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang
hendak dicapai dalam jangka waktu 1 tahun secara
partisipatif.
b. Memilih prioritas kegiatan dapat dilakukan dengan cara seperti
pada tahap penetapan prioritas masalah diatas dengan
memperhitungkan kondisi sosial, ekonomi, dan keamanan
yang kondusif.

162
Tahap 5. Koordinasi Dengan Instansi Terkait
Koordinasi dengan intansi terkait dilakukan secara vertikal
maupun horizontal baik dipusat maupun di daerah secara sinergis
dalam rangka penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan.

Tahap 6. Penyusunan Rencana Monitoring dan Evaluasi


Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh
lembaga/institusi yang membidangi penyuluhan kelautan dan
perikanan.
Rencana monitoring dan evaluasi meliputi :
a. Penetapan Indikator dan Ukuran Keberhasilan Programa
 berdasarkan tujuan kegiatan yang telah tercantum dalam
programa penyuluhan kelautan dan perikanan
 ukuran keberhasilan fisik ditetapkan berdasarkan indikator
yang dapat diukur secara kuantitatif.
 Ukuran keberhasilan non fisik (pengetahuan, keterampilan dan
sikap)
b. Penyusunan Instrumen Monitoring dan Evaluasi
 instrumen monitoring disusun dalam bentuk tabel berdasarkan
rencana dan realisasi kegiatan-kegiatan yang tercantum
didalam programa penyuluhan kelautan dan perikanan
 instrumen evaluasi disusun dalam bentuk tabel atau daftar
pertanyaan/daftar isian berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan.
c. Penetapan Jadwal Manitoring dan Evaluasi
 monitoring dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali, sedangkan evaluasi dilakukan menjelang akan
disusunnya programa penyuluhan kelautan dan perikanan
tahun berikutnya.

Format Programa Penyuluhan Kelautan Dan


Perikanan

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang memberikan gambaran tentang ;
1. Kondisi dan potensi SDA, SDM usaha kelautan dan perikanan
(disebutkan secara spesifik)

163
2. Perilaku pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan adalah gambaran kemampuan (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan) pelaku utama beserta keluarganya
dalam pengelolaan dan penerapan teknologi usaha
(teknologi usaha hulu dan teknologi usaha hilir)
3. Gambaran masalah secara umum
B. Tujuan
Tujuan adalah peryataan tentang perubahan perilaku dan
kondisi pelaku utama beserta keluarganya yang hendak dicapai
dengan cara mengali dan mengembangkan potensi yang tersedia
pada dirinya, keluarga dan lingkungannya.
Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan adalah
SMART :
 Specific (khas)
 Measurable (dapat diukur)
 Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan)
 Realistic (realistis)
 Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah
ABCD ;
 Audience (khalayak sasaran)
 Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki)
 Condition (kondisi yang akan dicapai) dan
 Degree (derajat kondisi yang akan dicapai)

BAB II. DESKRIPSI WILAYAH


Deskripsi umum tentang pembangunan wilayah kerja sesuai
tingkatan pemerintahan dan keadaan disuatu wilayah tersebut
meliputi;
A. Gambaran Keadaan Umum Wilayah Kerja
1. Letak geografis
2. Pembagian wilayah addministratif
3. Pembagian wilayah kerja penyuluhan perikanan
4. Keadaan infrastruktur
5. Keaddaan lembaga dan
6. Demografi/kependudukan dikaitkan dengan kebutuhan sektor
perikanan seperti :
a. usia kerja produktif
b. mata pencarian

164
c. jenis kelamin
d. tingkat pendidikan/keterampilan/keahlian
e. dan lain-lain

B. Gambaran keadaan umum potensi wilayah kerja


1. Luas (lahan pertanian, kehutanan, tanah kosong, kolam,
tambak, dan perairan umum)
2. Iklim (suhu, curah hujan, kelembaban dan lain-lain)
3. Jenis tanah
4. Penggunaan lahan (luas/skala usaha, pola usaha perikanan,
data produksi perikanan yang telah dicapai pertahun)
5. Wilayah/area kelautan perikanan, kegiatan administrasi dan
lain-lain
6. Keadaan irigasi dan atau sumber air

C. Kebijakan pemerintah
1. Undang – undang nomor 22 tahun 2000
2. Undang – undang nomor 31 tahun 2004
3. Undang – undang nomor 16 tahun 2006
4. Peraturan pemerintah R.I nomor 38 tahun 2007
5. Peraturan pemerintah R.I nomor 41 tahun 2007

BAB III. MASALAH


Masalah yang ddikemukakan merupakan hasil identifikasi
masalah pelaku utama dari berbagai aspek yaitu ; aspek teknis,
sosial, dan ekonomi.

BAB IV. PEMECAHAN MASALAH


Upaya pemecahan masalah yaitu menjelaskan tentang
kegiatan terukur yang mengambarkan peningkatan perbaikan dari
akar permasalahan.

BAB V. RENCANA KEGIATAN


Merupakan kegiatan yang akan dilakukan melalui
penyelenggaraan berbagai metode penyuluhan yang dipandang
tepat untuk mencapai tujuan pemecahan masalah, secara lengkap
terlampir matriks yang berisi kegiatan, masalah, out put, metode

165
penyuluhan, sasaran (target group), volume/frekuensi, lokasi,
waktu, biaya, sumber biaya, penanggung jawab, pelaksana, pihak
terkait dan keterangan pada lampiran 1.

BAB IV. PENUTUP


Keberadaan programa penyuluhan kelautan dan perikanan
akan : (a) memberikan arah, pedoman dan alat pengendali
pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan ; dan (b) membuat
penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan menjadi
efektif dan efisien.
Programa tersebut disusun berdasarkan perencanaan secara
terpadu sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan perubahan
lingkungan stategis di wilayah, serta melibatkan mereka dalam
setiap tahapan proses, akan bermanfaat pada perubahan
pegetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku positif para pelaku
utama, yang pada gilirannya berimplikasi terhadap peningkatan
produktivitas. Namun, dalam implementasinya masih harus terus
menerus disempurnakan sesuai dinamika proses yang terjadi di
masyarakat, khususnya para pelaku utama.

Daftar lampiran programa penyuluhan KP ;


1. Peta wilayah
2. Matrik rencana kegiatan penyuluhan KP

Mekanisme Penyusunan Programa Penyuluhan


Kelautan dan Perikanan
1. Penyusunan
a. Programa penyuluhan kelautan dan perikanan disusun
diberbagai tingkatan, yaitu tingkat nasional, provinsi,
kabupaten, kecamatan, desa/unit kerja lapangan.
b. Koordinator penyuluh pusat, provinsi kabupaten/kota
merupakan fasilitator untuk menyerasikan dan menyelaraskan
penyuluhan kelautan dan perikanan serta memadukan antara
kepentingan nasional, daerah dan kepentingan masyarakat
kelutan dan perikanan
c. Penanggung jawab penyusunan programa penyuluhan
kelautan dan perikanan untuk:

166
- tingkat nasional adalah pusat pengembangan penyuluhan
BPSDMKP
- tingkat provinsi adalah badan koordinasi penyuluhan
- tingkat kabupaten/kota adalah badan atau institusi yang
menangani penyuluhan kelautan dan perikanan
- tingkat kecamatan adalah kepala balai penyuluhan kelautan
dan perikanan
- tingkat desa adalah kepala desa/kelurahan/penyuluh
kelautan dan perikanan
d. Koordinasi dalam pelaksanaaan penyusunan
- tingkat nasional oleh tim kerja pusat pengembangan
penyuluhan perikanan BPSDMKP dengan penyuluh kelautan
dan perikanan pusat
- tingkat provinsi oleh badan koordinasi penyuluhan atau dinas
yang membidangi penyuluhan kelautan dengan perikanan dan
penyuluh kelautan dan perikanan provinsi
- tingkat kabupaten/kota oleh dinas/badan pelaksana
penyuluhan/institusi yang membidangi penyuluhan kelautan
dan perikanan dengan penyuluhan kelautan dan perikanan
kabupaten/kota
- tingkat kecamatan oleh penyuluh kelautan dan perikanan
dengan penyuluh swasta dan penyuluh swadaya
- tingkat desa oleh pelaku utama difasilitasi penyuluh kelautan
dan perikanan
e. Tim penyuluhan yang disebut dalam butir (d) bertugas
menyiapkan, mengolah, dan menyusun konsep
programa/rencana kerja penyuluhan kelautan dan perikanan
f. Penyusunan konsep programa secara umum dimulai dengan
mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data/informasi
tentang ;
- kebijaksanaan dalam pembangunan perikanan antara lain
menyangkut sasaran-sasaran produksi, perkreditan, harga,
rekomendasi teknologi, penyaluran sarana produksi kelautan
dan perikanan
- potensi kelautan dan perikanan antara lain yang menyangkut
lahan, iklim, manusia, kelembagaan baik pemerintah maupun
masyarakat
- usaha perikanan antara lain yang menyangkut rencana usaha
kelautan dan perikanan, keinginan pelaku utama dalam upaya

167
mengembangkan usaha kelautan dan perikanan, kebutuhan
teknologi oleh nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan,
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
- selanjutnya setelah diproses gambaran tersebut disusun
konsep programa penyuluhan kelautan dan perikanan
g. konsep yang telah disusun selanjutnya dibicarakan dalam
rapat tim kerja untuk dikoreksi dan disempurnakan, setelah
konsep tersebut disetujui, kemudian disahkan oleh kepala
dinas kelautan dan perikanan atau institusi yang membidangi
penyuluhan kelautan dan perikanan
h. dalam setiap pertemuan pembahasan konsep dan rapat
pengesahan programa tersebut selalu mengundang kontak
nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan, kelompok
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil untuk berperan
serta secara aktif
2. Penjadwalan
a. Programa penyuluhan kelautan dan perikanan sudah dapat
disahkan bersamaan dengan awal tahun anggaran, baik APBN
maupun APBD yaitu antara bulan januari-februari.
b. Persiapan untuk penyusunan programa meliputi pengumpulan
data, pengolahan data, analisa data dan pertemuan
penyusunan:
1) Tingkat nasional/selambat-lambatnya sudah selesai pada awal
desember bersamaan dengan masuknya usulan-usulan
kegiatan dari daerah.
2) Tingkat propinsi selambat-lambatnya sudah selesai pada
pertengahan bulan november bersamaan dengan
pembahasan-pembahasan DUP daerah.
3) Tingkat kabupatem/kota selambat-lambatnya sudah selesai
pada awal bulan oktober bersamaan dengan pembahasan-
pembahasan DUP daerah
4) Tingkat kecamatan/desa selambat-lambatnya sudah selesai
pada awal bulan September bersamaan dengan turunnya
rencana-rencana definitif dari kabupaten/kota

168
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA DAN
PELAKU USAHA PERIKANAN

Pengertian Kelompok
Pengertian kelompok sangatlah beragam, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005) disebutkan antara lain bahwa
yang dimaksud dengan ”Kelompok: adalah:
a. Golongan (profesi, aliran, lapisan masyarakat, dsb);
b. Kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas
dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-
pola interaksi antara manusia itu;
c. Kumpulan orang yang memiliki beberapa atribut sama atau
hubungan dengan pihak yang sama.
H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu,
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Kelompok adalah suatu unit yang merupakan
sekelompok/sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama
lain berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu
(Pranoto dan Suprapti, 2006).
Apabila kita berbicara tentang kelompok dibidang kelautan
dan perikanan, maka harus kita batasi pembahasannya pada
kelembagaan pelaku utama yang bergerak/berusaha dibidang
kelautan dan perikanan. Menurut UU No. 16 tahun 2006,
Kelembagaan pelaku utama, yang beranggotakan :
pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan/atau nelayan.
Kelembagaan ini dapat bersifat formal maupun non formal.
Fungsi dari kelembagaan pelaku utama ini adalah sebagai
wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia
sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan
dan pemasaran, serta unit jasa penunjang.

169
Karakteristik Kelembagaan kelompok
Karakteristik kelembagaan kelompok pelaku utama dapat
dilihat dari kondisi masyarakat serta pengelolaan sumberdaya
alam yang meliputi ;
1. Penerapan tekonologi perikanan dikembangkan dengan
memperhatikan kondisi spesifik lokasi.
2. Kelembagaan pelaku utama lebih bersifat pendekatan
partisipatif dan kekeluargaan.
3. Penanganan bidang perikanan dipengaruhi oleh sumberdaya
perikanan yang dinamis, kompleksitas fisik perairan.
4. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada
digunakan pendekatan kawasan dan pendekatan wilayah.
5. Pelaku utama perikanan mayoritas pada usaha skala kecil
sehingga kurang mendapat akses pembangunan dan model
kelembagaan lebih ditujukan kepada peran aktif masyarakat
sebagai subyek pembangunan diwilayahnya.
Kelompok pelaku utama yang efektif dan baik harus
memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Merupakan wadah yang efektif untuk bekerja sama, berupa:
 Penerapan teknologi, manajemen usahatani, dan
sebagainya.
 Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaannya.
 Berproduksi dan memelihara kelestarian sumber daya
alam.
 Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Mempunyai minat dan kepentingan yang sama terutama
dalam bidang kelautan dan perikanan.
3. Para anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam
tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usahatani, status ekonomi,
bahasa, pendidikan dan usia.
4. Bersifat informal, artinya :
 Kelompok terbentuk atas keinginan dan permufakatan
mereka sendiri.
 Memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, baik
tertulis maupun tidak tertulis.

170
 Ada pembagian kerja atau tugas.
 Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling
mempercayai dan terdapat solidaritas.
Dengan kata lain, sebuah kelompok pelaku utama adalah
merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dibidang
perikanan dalam upaya untuk mencapai pelaku utama yang
tangguh, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan
tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya
sendiri, menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang
ada.

Jenis Kelembagaan Kelompok


Kelembagaan kelompok pelaku utama dibidang perikanan
sangatlah beragam, dapat berdasarkan jenis usahanya,
lingkungan tempat tinggalnya, ataupun karakteristik pelaku
utama itu sendiri, dibawah ini beberapa contoh kelembagaan
kelompok pelaku utama perikanan:
1. Kelembagaan Nelayan
a) Kelompok Nelayan menurut alat tangkap :
1) Kelompok nelayan trawl
2) Kelompok nelayan purse seine
3) Kelompok nelayan lampara
4) Kelompok nelayan paying
5) Kelompok nelayan pancing
6) Kelompok nelayan alat tangkap lain/kombinasi alat .
b) Kelompok nelayan menurut daerah operasi:
1) Kelompok nelayan daerah operasi 0 – 3 mil;
2) Kelompok nelayan daerah operasi 3 – 12 mil;
3) Kelompok nelayan daerah operasi > 12 mil;
c) Kelompok Usaha Bersama (KUB)
Merupakan kelembagaan perikanan yang bergerak dalam
bidang usaha penangkapan ikan, penanganan dan
pengolahan produk perikanan, pemasaran hasil perikanan
maupun usaha pendukung kegiatan perikanan tangkap.
2. Kelembagaan Pembudidaya

171
a) Kelompok Pembudidaya menurut jenis usahanya :
1) Kelompok Pembenihan Ikan
2) Kelompok Pembesaran Ikan
3) Kelompok
b) Kelompok Pembudidaya menurut komoditasnya :
1) Kelompok Pembudidaya Ikan Konsumsi
2) Kelompok Pembudidaya Ikan Hias
3) Kelompok Pembudidaya Udang
4) Kelompok Pembudidaya Kerang-kerangan
5) Kelompok Pembudidaya Rumput Laut
c) Kelompok Pembudidaya menurut lahan/hamparan
usahanya :
1) Kelompok Pembudidaya perairan air tawar
2) Kelompok Pembudidaya perairan air payau
3) Kelompok Pembudidaya perairan laut
d) Kelompok Pembudidaya menurut jenis pelakunya :
1) Kelompok Pembudidaya dewasa
2) Kelompok Pembudidaya wanita
3) Kelompok Pembudidaya pemuda
3. Kelembagaan Pengolah Ikan
a) Kelompok Pengolah Ikan menurut jenis olahan :
1) Kelompok Pengolah ikan asin/kering
2) Kelompok Pengolah ikan pindang
3) Kelompok Pengolah terasi, petis.
4) Kelompok Pengolah tepung ikan, silase.
5) Kelompok Pengolah ikan kombinasi/lebih dari 1 jenis
olahan
b) Kelompok Pengolah ikan menurut komoditasnya :
1) Kelompok Pengolah Ikan Lemuru
2) Kelompok Pengolah Ikan Tenggiri
3) Kelompok Pengolah Udang
4) Kelompok Pengolah Rumput Laut
c) Kelompok Pengolah menurut jenis pelakunya :
1) Kelompok Pembudidaya dewasa

172
2) Kelompok Pembudidaya wanita
3) Kelompok Pembudidaya pemuda

Prinsip Penumbuhan Kelembagan Pelaku Utama


Kelautan dan Perikanan
Prinsip penumbuhan kelembagaan pelaku utama kelautan dan
perikanan antara lain:
1. Prinsip Kerakyatan dan keberpihakan.
Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku
utama kelautan dan perikanan dilakukan sesuai kebutuhan
dan potensi wilayahnya, dengan selalu mengutamakan
kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha bidang kelautan
dan perikanan
2. Prinsip kemandirian.
Tumbuh dan berkembangnya kelembagaan pelaku
utama kelautan dan perikanan didasarkan pada
kemampuannya, baik kemampuan fisik (sarana penyuluhan)
maupun kemampuan non fisik (materi dan metoda
penyuluhan) dan tidak tergantung kepada Pemerintah atau
pihak lain.
3. Prinsip kemitraan dan kerjasama
Dalam kegiatan penyuluhan, pelaku utama adalah mitra
sejajar Pemerintah (Penyuluh PNS), sehingga harus dapat
bekerja sama saling membantu dan saling memperkuat
(sinergi).
4. Prinsip bertahap dan berkelanjutan
Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku
utama kelautan dan perikanan dilaksanakan secara bertahap
sesuai kebutuhan pelaku utama kelautan dan perikanan,
kemampuan fasilitasi Pemerintah, kondisi/kemampuan
penyuluh, serta keperluan/kebutuhan masyarakat yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang
berkesinambungan.
5. Prinsip Partisifatif
Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku
utama kelautan dan perikanan dilaksanakan adanya

173
keterlibatan secara aktif seluruh pelaku utama sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pada
kegiatan kelompok pelaku utama tersebut

Unsur-Unsur Yang Perlu Diperhatikan dalam


Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan
kelompok
1. Adanya saling mengenal dengan baik antara sesama
anggotanya, akrab, dan saling percaya mempercayai.
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusaha
3. Memiliki kesamaan dalam hal: tradisi/kebiasaan, pemukiman,
jenis usaha, hamaparan, jenis alat tangkap/kapal,
4. Keanggotaan setiap kelompok berkisar 10-25 orang.
5. Memiliki motivasi untuk berkembang

Karakteristik Kelembagaan pelaku utama


kelautan dan perikanan
Karakteristik kelembagaan kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan dapat dilihat dari kondisi masyarakat
serta pengelolaan sumberdaya alam yang meliputi:
1. Penerapan tekonologi perikanan dikembangkan dengan
memperhatikan kondisi spesifik lokasi.
2. Kelembagaan pelaku utama perikanan lebih bekerja dan
berusaha dengan pendekatan partisipatif dan kekeluargaan.
3. Penanganan bidang perikanan dipengaruhi oleh
sumberdaya perikanan yang dinamis, kompleksitas fisik
perairan.
4. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada
digunakan pendekatan kawasan dan pendekatan wilayah.
5. Pelaku utama kelautan dan perikanan mayoritas pada usaha
skala kecil sehingga kurang mendapat akses pembangunan
dan model kelembagaan lebih ditujukan kepada peran aktif
masyarakat sebagai subyek pembangunan diwilayahnya.

174
Kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan yang
efektif dan baik harus memiliki 5 buah ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan kelompok kecil yang efektif (kira-kira 20 orang)
untuk bekerja sama dengan :
- Belajar teknologi, manajemen usaha perikanan dan
sebagainya
- Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaannya
- Berproduksi dan memelihara kelestarian sumberdaya alam
- Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama
2. Anggotanya adalah pelaku utama yang berada di dalam
lingkungan pengaruh seorang kontak pelaku utama
3. Mempunyai minat dan kepentingan yang sama terutama
dalam bidang usaha perikanan
4. Para anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam
tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usaha, status ekonomi,
bahasa, pendidikan dan usia
5. Bersifat informal, artinya :
- Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan
mereka sendiri.
- Memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, meskipun
tidak tertulis.
- Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling
mempercayai dan terdapat solidaritas
Terbentuknya sebuah kelompok pelaku utama kelautan dan
perikanan di suatu wilayah tertentu diharapkan akan
merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dalam
upaya untuk menuju ke arah terciptanya pelaku utama yang
tangguh, yaitu mampu mengambil keputusan dan tindakan
secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri,
menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada.

Dasar Pengelompokan
Kelembagaan Pelaku Utama
1. Kelembagaan Pelaku Utama berdasarkan

175
a) Segmen (pembenihan, pendederan, pembesaran,
saprokan, pemasaran, pengolah, penangkapan dll)
b) Usaha pada komoditas utama yang sama
2. Kelembagaan pelaku utama diarahkan menjadi asosiasi
perikanan (ASOKAN)
Pengelompokan dapat didasarkan pula kepada:
1. Jenis alat /usaha atau RTP (Rumah Tangga Perikanan) atau
RTBP ( Rumah Tangga Buruh Perikanan)
2. Peranan anggota kelembagaan didalam RTP (apakah
sebagai juragan, penggarap, buruh) yang pada prinsipnya
berperan sebagai decision maker (penentu).
3. Lokasi atau sosiometri (anggota kelembagaan bebas memilih
kontak nelayan/pembudidaya ikan/pengolah, atau
berdararkan hubungan sejarah/famili)
4. Status anggota kelembagaan di dalam lingkungan
keluarganya (Bapak, Ibu, anak, Pemuda, wanita)

Langkah-langkah Penumbuhan Kelompok


Kelompok dapat terbentuk dengan sendirinya (tanpa
bantuan pihak luar) dan dapat pula terbentuk dengan bantuan
pihak luar, sehingga agar pelaku utama dapat membentuk
kelompok, perlu adanya rangsang dan motivasi, antara lain
dengan cara-cara berikut :
1. Memberikan penerangan mengenai keuntungan membentuk
kelompok, melalui ceramah, diskusi, tanya-jawab, pemutaran
film/slide, siaran televisi, penyebaran brosur/leaflet dan lain-
lain.
2. Mengajak para pelaku utama untuk mengunjungi kelompok-
kelompok lain yang sudah berhasil.
Dalam pelaksanaan penumbuhan kelompok, dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi potensi.
Petugas/tenaga pendamping mengamati dan meneliti
apakah ada pelaku utama dan pelaku usaha bidang
perikanan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
suatu kelembagaan kelompok pelaku utama antara lain:

176
a) Keberhasilan kegiatan usahanya dalam beberapa musim
atau tahun.
b) Sering atau berani mencoba sesuatu teknologi baru.
c) Hubungan dengan aparat desa, Instansi/Dinas, lembaga
lain, tokoh masyarakat, Penyuluh atau pembina lainnya,
cukup baik untuk berkonsultasi atau dalam rangka
mencari sesuatu informasi yang berhubungan dengan
pembangunan perikanan.
d) Mau dan mampu melaksanakan serta mengembangkan
program Pemerintah.
2. Pelaksanaan penumbuhan:
a) Koordinasi dengan pemerintah setempat, tokoh
masyarakat dan kontak pelaku utama yang ada wilayah
kerja penyuluhan untuk terlaksananya pertemuan para
pelaku utama.
b) Musyawarah penumbuhan kelembagaan kelompok pelaku
utama
c) Pengukuhan kelembagaan kelompok pelaku utama
Penumbuhan kelembagaan pelaku utama sebagai
wahana kerjasama antara anggota kelompok dan antara
kelompok dengan pihak lain:
a) menciptakan suasana saling kenal, saling percaya
mempercayai dan selalu berkeinginan untuk berkejasama
dalam bisnis perikanan.
b) menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan
pendapat dan pandangan-pandangan di antara anggota
untuk mencapai tujuan bersama dalam kegiatan bisnis
perikanan.
c) mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja
diantara sesama anggota sesuai dengan kesepakatan
bersama.
d) mengembangkan kedisiplinan dan rasa/tanggung jawab
diantara sesama anggota kelompok dalam mencapai
keberhasilan bisnis perikanan.
e) merencanakan dan melaksanakan musyawarah dan
pertemuan-pertemuan lainnya agar tercapai kesepakatan

177
yang bermanfaat bagi kelompoknya dalam menunjang
bisnis perikanan.
f) mentatati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan
bersama dalam kelompok
g) melaksanakan tukar menukar pikiran.
h) bekerjasama dengan pihak-pihak penyedia kemudahan
sarana produksi perikanan, pengolahan, dan pemasaran
hasil.
i) mengembangkan kader kepemimpinan di kalangan para
anggota kelompok dengan jalan memberikan kesempatan
kepada setiap anggota untuk megembangkan
keterampilan dibidang tertentu sehingga berperan sebagai
agen teknologi.
j) mengadakan akses ke lembaga keuangan untuk
keperluan pengembangan usaha para anggota kelompok
k) melaksanakan hubungan melembaga dengan kios
penyedia sarana produksi perikanan dalam pelaksanakan
RUK, pengolahan, pemasaran hasil dan permodalan.
Bila semua pelaku utama bekerja secara sendiri-sendiri
tentu saja tidak akan mampu mengembangkan usaha
dengan baik. Namun setelah digabung dalam kelompok dan
masuk dalam wadah kelembagaan kelompok maka berbagai
keunggulan dan keuntungan pasti akan diperoeh, misalnya
mudah mendapatkan modal usaha, dapat bermitra dengan
lembaga keuangan serta mempermudah dalam akses
pemasarannya. Dengan manfaat berlembaga cukup besar
dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku
utama dan masyarakat bidang kelautan dan perikanan.
Dalam rangka penumbuhan kelompok pelaku utama
bidang kelautan dan perikanan melalui pengelompokan yang
antara lain dapat dibagi kedalam;
1) Kelembagaan Pelaku Utama berdasarkan JENIS USAHA
2) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan SKALA USAHA
3) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan STATUS USAHA
4) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan KOMODITAS
UTAMA

178
5) Kelembagaan Pelaku Utama Berdasarkan TEMPAT
TINGGAL/ DOMISILI.

Pengukuhan Kelembagaan Pelaku Utama


Pengukuhan adalah suatu proses peningkatan kemampuan
melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan
motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang,
peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi.
Dengan pemberdayaan tersebut bertujuan sumber daya
manusia yang berkualitas, andal, serta berkemampuan
manajerial, kewirausahaan, dan kelembagaan bisnis perikanan
sehingga pembangunan perikanan mampu membangun usaha
dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan
mampu berperan serta dalam melestarikan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu upaya dalam
pemberdayaan kelembagaan kelompok pelaku utama adalah
melalui kegiatan fasilitasi dalam pengukuhan dan pengakuan
terhadap kelembagaan kelompok.
Pengukuhan dan atau pengakuan terhadap kelembagaan
kelompok pelaku utama merupakan salah satu bentuk
penghargaan atas karya dan prestasi kelompok yang telah
dicapai dan merupakan kebanggaan bagi para anggota
kelompok. Kegiatan ini diharapkan akan tumbuh motivasi yang
lebih besar dari para anggota kelompok untuk belajar lebih giat,
bekerja lebih erat dan berusaha lebih efektif dalam usaha
menigkatkan produksi dan pendapatannya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan pengukuhan kelompok
antara lain:
1. Tumbuh dan berkembangnya rasa bangga kelompok sebagai
prinsip belajar dan kerjasama untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan.
2. Tumbuh dan berkembangnya dinamika kelembagaan dalam
berorganisasi untuk memanfaatkan peluang ekonomi.
3. Terciptanya metode pemberdayaan, bimbingan, dan
pelayanan yang sesuai dengan tingkat kemampuan
kelompok pelaku utama.

179
Peran Kelompok
Sebuah kelembagaan kelompok pelaku utama/pelaku
utama bidang kelautan dan perikanan dapat memiliki peranan
antara lain sebagai berikut :
1) Sebagai media komunikasi dan pergaulan sosial yang
wajar, lestari dan dinamis.
2) Sebagai basis untuk mencapai pembaharuan secara merata.
3) Sebagai pemersatu aspirasi yang murni dan sehat.
4) Sebagai wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta
bekerja sama.
5) Sebagai teladan bagi masyarakat lainnya.

Fungsi Kelompok
Untuk dapat mewujudkan peranan tersebut maka kelompok
seharusnya dapat berfungsi antara lain sebagai: (1) Kelas
belajar; (2) Wadah kerja sama; (3) Unit produksi; (4)
Organisasi kegiatan bersama; dan (5) Kesatuan swadaya dan
swadana.
1. Kelompok Sebagai Kelas Belajar
Sebagai kelas belajar, kelompok merupakan media
interaksi belajar antar pelaku utama. Mereka dapat
melakukan proses interaksi edukatif dalam rangka
mengadopsi inovasi. Mereka dapat saling Asah, Asih dan
Asuh dalam menyerap suatu informasi dari fasilitator,
mediator, pemandu, pendamping, penyuluh dan pihak lain.
Mereka akan dapat mengambil kesepakatan tindakan
bersama apa yang akan diambil dari hasil belajar tersebut.
Dengan demikian proses kemandirian kelompok akan dapat
dicapai. Di dalam kelompok sebagai kelas belajar para pelaku
utama akan dapat melakukan komunikasi multi dimensional.
Mereka dapat mempertukarkan pengalaman masing-masing,
sehingga akan membuat pelaku utama semakin dewasa
untuk dapat keluar dari masalahnya sendiri, tanpa adanya
ketergantungan pada petugas (pendamping, penyuluh dan
lain-lain).

180
2. Kelompok Sebagai Wadah Kerja Sama
Sebagai wadah kerja sama, kelompok pelaku utama
merupakan cerminan dari keberadaan suatu wadah
kerjasama.
3. Kelompok Sebagai Unit Produksi
Kelompok pelaku utama sebagai unit produksi, erat
hubungan dengan wadah kerja sama misalnya kelompok
pembudidaya ikan. Dengan melaksanakan kegiatan budidaya
secara bersama–sama dapat dicapai efisiensi yang lebih
tinggi misalnya, dalam pengadaan sarana produksi,
perkreditan, dan pemasaran hasil.
Oleh karena itu dengan fungsi kelompok sebagai unit
produksi akan dapat dicapai skala ekonomis usaha yang
dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para
pelaku utama.
4. Kelompok Sebagai Organisasi Kegiatan Bersama
Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar
mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi
pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti
tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar
membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka
belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu
setiap anggota merasa memiliki commitment terhadap
kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu
mengembangkan "ke-kitaan bukan ke-kamian". Dengan
demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang
terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-
sendiri.
5. Kelompok Sebagai Kasatuan Swadaya dan Swadana
Kelompok pelaku utama adalah kumpulan pelaku utama
yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata,
mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi
bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak akan dapat
terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut.
Pelaku utama diharapkan dapat mandiri dalam arti
mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan,
merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi

181
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian
tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok.

Arah/tujuan Pengembangan Kelompok


Arah/tujuan pengembangan kelompok adalah agar
kelembagaan kelompok dapat menjalankan peran dan
fungsinya dengan efisien dan efektif. Kelompok untuk bisa maju
dan kuat memerlukan proses pengembangan yang terus
menerus agar tumbah dan berkembang menjadi lembaga yang
lebih maju. Kelembagaan yang telah terbentuk dan tumbuh
perlu ditingkatkan melalui kegiatan pengembangan kelompok
antara lain :
a. Peningkatan peran lembaga dalam memajukan usaha
anggotanya;
b. Peningkatan kemampuan keterampilan berproduksi bagi
pelaku utama yang bergabung sebagai anggota;
c. Peningkatan kemampuan administrasi usaha, yaitu mencatat
semua transaksi bisnisnya;
d. Peningkatan kemampuan bernegosiasi dan berinteraksi
dalam bisnis bidang kelautan dan perikanan;
e. Peningkatan kemampuan berorganisasi dan bekerja sama
antar lembaga.

Kegiatan Pengembangan Kelompok


Bila semua anggota kelompok masyarakat secara sadar
sepakat untuk mengikuti anjuran dan merasakan manfaat dari
kegiatan berkelompok, maka langkah selanjutnya adalah
berupa bimbingan-bimbingan. Bimbingan tersebut terus
dilakukan secara berkala melalui upaya pembinaan yang terus
menerus. Pembinaan kepada para sasaran/pelaku utama
dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama.
Tentu saja pembinaan ini semata-mata tidak hanya
dilakukan oleh pendamping saja, melainkan harus ada
dukungan yang kuat dari instansi terkait lainnya. Karena dalam
proses pembinaan sering ditemui permasalahan yang dihadapi
di lapangan dan harus melibatkan institusi lain.

182
Pelaksanaan bimbingan/pembinaan, antara lain dapat
dilakukan dengan:
1. Pembinaan Teknis Bidang Usaha Kelompok
Pembinaan bidang usaha kelompok dapat dilakukan
melalui bimbingan mengenai:
a) penguatan modal usaha;
b) penangkapan ikan;
c) budidaya ikan;
d) Jasa dan industri perikanan;
e) Peningkatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan
aparat
f) Pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan
g) Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
pendukung kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan
h) Pengolahan dan pemasaran hasil
i) Penguatan kelembagaan usaha
j) Kontribusi pelaku utama kelautan dan perikanan
k) Identifikasi potensi wilayah dan sumberdaya perikanan
yang ada di lingkungannya
l) Pemilihan teknologi yang dibutuhkan
m)Peningkatan kapasitas produksi dan mutu hasil

2. Pembinaan Manajerial Kelompok


Pembinaan manajerial kelompok dapat dilakukan
melalui bimbingan mengenai:
a) Penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Rencana Usaha Kelompok disusun bersama
berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat anggota.
Musyawarah anggota dipimpin oleh ketua kelompok
dengan didampingi oleh penyuluh perikanan.
Rencana Usaha Kelompok (RUK) minimal memuat
tentang: biodata kelompok, rencana kerja, kebutuhan
nyata kelompok, analisa usaha serta prospek usaha di
bidang kelautan dan perikanan.

183
RUK yang telah disusun kemudian ditandatangani
oleh Ketua Kelompok, tenaga pendamping dan diketahui
oleh Kepala Desa dan Kepala Dinas yang membidangi
Kelautan dan Perikanan sebagai Pembina.
RUK dibuat dengan materi/informasi sebagai berikut:
(1) Gambaran umum kelompok, berisi antara lain:
(i) Nama kelompok dan tahun berdirinya.
(ii) Alamat kelompok
(iii) Susunan pengurus dan perkembangan jumlah
anggotanya (saat berdiri sampai sekarang).
(iv) Pengakuan keberadaan kelompok oleh
masyarakat/instansi terkait
(v) Maksud dan tujuan pendirian kelompok (harus
tercantum dalam AD/ART)
(vi) Jenis kegiatan usaha yang sedang berjalan,
produksi saat ini dan pemasarannya.
(vii) Perkembangan sarana yang dimiliki dari saat ini
serta asal modal tersebut.
(viii) Administrasi kelompok (buku pendukung)
(ix) Nama Tenaga pendamping (domisili dan prestasi
pendamping)
(x) Mitra usaha (pemerintah/swasta)
(xi) Prestasi kelompok
(2) Rencana kegiatan dan pembiayaan, berisi antara lain:
(i) Investasi
(ii) Modal kerja (pembelian sarana produksi yang
akan digunakan)
(iii) Pengembangan kelembagaan (pelatihan,
administrasi kelompok, pengembangan
pemasaran, dan lain-lain)
(3) Rencana produksi dan pemasaran
(i) Rencana produksi
(ii) Rencana pemasaran (harga, tujuan pasar, dsb)
(iii) Analisa usaha
(4) Rencana pendampingan

184
(i) Pendampingan teknis
(ii) Pendanpingan manajerial
(5) Keberhasilan yang ingin dicapai
(i) Peningkatan kemampuan kelompok:
- Administrasi kelompok (adanya kelengkapan
administrasi)
- Produksi dan pemasaran (terjadinya
peningkatan)
(ii) Dampak kegiatan kelompok
- Dampak terhadap kelompok
- Dampak terhadap masyarakat sekitar
kelompok
- Dampak terhadap lingkungan/ekologi yang
dapat dirasakan oleh anggota kelompok
maupun masyarakat
b) Pemupukan Modal dan Keberlanjutan Usaha
Kelompok
Dana yang disalurkan kepada kelompok pelaku
utama/masyarakat merupakan penguatan modal untuk
terus dipupuk menjadi ”dana penguatan modal kelompok”
untuk pengembangan usaha kelompok secara
berkelanjutan.
Pengadaan dan penyaluran sarana produksi
perikanan dengan jenis dan jumlah sarana yang dilakukan
secara transparan dan diputuskan oleh kelompok, yang
dibuktikan dengan berita acara serah terima barang.
Pemanfaatan dana kelompok untuk modal kerja
direncanakan bersama-sama secara transparan oleh
kelompok. Penarikan, pembelanjaan, dan pembukuan
mengikuti prosedur yang sama dengan dana pengadaan
sarana/prasarana.
Untuk pengadministrasian dana kolompok, terlebih
dahulu harus disepakati mekanisme yang diterapkan
untuk menghinpun dana pengembalian dari pelaku utama
perikanan. Selanjutnya ditentukan pengurus atau
pengelola dana tersebut. Dalam hal ini perlu dicari

185
alternatif mekanisme yang sederhana tetapi transparan,
sehingga mudah dikontrol oleh semua pihak yang terkait.
Keuntungan dari modal kelompok disimpan dalam
rekening kelompok yang bersangkutan, yang dapat ditarik
sesuai kebutuhan dan prosedur yang disepakati.
c) Pengembangan Usaha kelompok
Berbagai bidang usaha yang dapat dikelola oleh
kelompok masyarkat antara lain bidang usaha kios sarana
produksi, usaha jasa, konservasi berorientasi ekonomi,
budidaya, pengolahan, penangkapan dan pemasaran hasil
perikanan.
d) Pengembangan Pemasaran Hasil
e) Bimbingan Manajerial Lainnya

3. Pembinaan aspek sosial;


Pembinaan aspek sosial dapat dilakukan antara lain
melalui bimbingan mengenai:
a) Kesadaran hukum
b) Pembinaan kader
c) Taat perjanjian
d) Pembinaan hubungan dengan kelembagaan lain
e) Administrasi kelompok
Kesan pertama yang terlihat pada suatu kelompok
pelaku utama yang baik, adalah pengelolaan admnistrasi
yang baik. Sehingga kemampuan melaksanakan
administrasi dengan baik perlu dibina terus sampai
mereka terbiasa melakukannya.
Untuk dapat mengetahui keberadaan kelompok dan
tingkat maju mundurnya kelompok, dokumentasi
kelompok yang berupa pembukuan atau administrasi
kelompok perlu disusun. Beberapa buku yang harus
dibuat adalah: (1) Buku Data Anggota; (2) Buku Kas; (3)
Buku Inventaris Barang; (4) Buku Notulen; (5) Buku
Kehadiran Peserta Rapat; (6) Buku Agenda Surat; (7)
Buku Tamu; (8) Buku Rencana Kegiatan; (9) Buku
Kegiatan Usaha; (10) Buku Pola Tanam/Tebar.

186
Stratifikasi Kemampuan dan Klasifikasi
Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama
Kelompok Pelaku utama kelautan dan perikanan tidak
terbentuk dengan sendirinya. Agar para pelaku utama dapat
membentuk kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan,
perlu dirangsang dan dimotivasi antara lain dengan cara-cara
berikut :
1. Memberikan penerangan mengenai keuntungan dan cara-
cara kerja kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan,
melalui ceramah, diskusi, anjangsana, pemutaran film/slide
siaran pedesaan, penyebaran brosur, leaflet dan lain-lain.
2. Mengajak para pelaku utama berkaryawisata mengunjungi
kelompok-kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan
lain yang sudah maju.
Apabila para anggota telah sepakat, dan telah membentuk
kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan maka penyuluh
perikanan mencatatnya dan memberitahukan kepada Desa
bersangkutan. Disamping itu pembentukan kelompok pelaku
utama kelautan dan perikanan juga dapat dilakukan melelui
metode penyuluhan perikanan yatitu metode demontrasi,
kursus dan widiawisata.
Dengan metode dempond diharapkan pelaku utama
demonstrator akan menjadi kontak pelaku utama setelah
dempond selesai. Untuk memperkuat calon kontak pelaku
utama ini, selama dempond berlangsung dilaksanakan field day,
kursus dan widiawisata.
Field day dilakukan berkali-kali sesuai dengan
pertumbuhan ikan. Dalam field day ini pelaku utama
demonstratorlah yang merencanakan dan melaksanakan.
Penyuluh perikanan hanya membimbing. Dengan demikian
pelaku utama demonstrator akan meningkat kemampuannya
dalam hal teknis usaha perikanannya dan mengorganisasi
kegiatan. Disamping itu akan dilihat kebolehan pelaku utama
yang hadir dalam field day, sehingga dari sini akan mulai
tumbuh rasa percaya atau atau kredibilitasnya. Hal ini
merupakan benih tumbuhnya kepemimpinan pada diri pelaku
utama demonstrator, sebagai calon pelaku utama pemimpin.

187
Kemudian dengan metode kursus dan widiwisata,
kemampuan teknis berusaha perikanan pelaku utama
demonstrator ditingkatkan. Kursusnya adalah kursus kontak
pelaku utama. Widiwisatanya adalah melihat keberhasilan usaha
perikanan lain sebagai studi banding.
Jadi dengan metode penyuluhan perikanan yang
direncanakan, seorang pelaku utama dapat ditumbuhkan
menjadi kontak pelaku utama atau pelaku utama pemimpin.
Tentunya yang dipilih adalah pelaku utama maju yaitu pelaku
utama yang sudah memiliki sikap positif terhadap pembaharuan
dan selalu berusaha menerapkan teknologi yang lebih baik dan
sesuai dalam usaha perikanannya.
Kemudian melalui dempond dengan adanya kontak pelaku
utama ditumbuhkan adanya kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan. Dempond sebagai media kerjasama antara
pelaku utama di bawah kepemimpinan kontak pelaku utama
akan dapat menghasilkan sebuah kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan.
Dengan berlangsungnya fungsi kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan dengan baik, maka kelompok pelaku
utama kelautan dan perikanan akan memiliki berbagai
kemapuan dalam usaha peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan anggotanya.
Kemampuan-kemampuan kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan ini dalam kegiatan penyuluhan dikenal
dengan 5 jurus kemampuan berkelompok, dan berdasarkan
penilaian terhadap 5 jurus kemampuan inilah kelompok-
kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan diklasifikasikan
sebagai :
1. Kelas Pemula, memiliki skor 0 - 350
2. Kelas Madya, memiliki skor 351 - 650
3. Kelas Utama, memiliki skor 651-1000
Ciri-ciri umum untuk setiap kelas kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut :
1. Kelas Pemula
- kontak pelaku utama masih belum aktif
- taraf pembentukan kelompok inti

188
- pemimpin formal aktif
- kegiatan kelompok bersifat informatif
- belum melakukan kegiatan perencanaan sampai
pelaksanaan
2. Kelas Madya
- kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan
menyelenggarakan kerjasama usaha perikanan
- pemimpin formal kurang menonjol
- kontak pelaku utama dan kelompok inti bertindak sebagai
pimpinan kerja sama usaha perikanan
- berlatih mengembangkan program sendiri
- sudah melakkan kegiatan perencanaan meskipun masih
terbatas
3. Kelas Utama
- hubungan melembaga dengan koperasi unit desa
- perencanaan program tahunan untuk meningkatkan
produktivitas dan pendapatan
- program usaha perikanan terpadu
- program diusahakan dengan koperasi
- pemupukan modal dan pemilikan/penggunaan benda
modal
- sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan sampai
pelaksanaan
Ke 5 jurus kemampuan kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan tersebut adalah perwujudan dari 8 unsur
dinamika kelompok secara umum yang diuraikan oleh
Cartwright dan Zender (1961) serta Beal GM dan N.
Randabaugh (1963), yaitu :
a) Tujuan Kelompok
Yaitu bagaimanakah keadaan tujuan yang mempengaruhi
dinamika kelompoknya. Apakah tujuan kelompok jelas/tidak,
relevan dengan tujuan setiap anggota/tidak dan
formal/informal.

189
b) Struktur Kelompok
Yaitu bagaimanakah kelompok itu mengatur dirinya dan
diatur dalam mencapai tujuan kelompok, yang akan
mempengaruhi dinamika kelompoknya.
Struktur kelompok ini akan menyangkut :
(1) otoritas, kekuasaan dan pengaruh di dalam kelompok itu
(2) komunikasi di dalam kelompok itu
c) Tugas kelompok
Adalah tugas yang berorientasi kepada tujuan kelompok
(goal oriented) yaitu mempertahankan diri sebagai suatu
kebulatan untuk mencapai tujuan.
Tugas kelompok ini akan meliputi :
(1) satisifaction, yaitu memberikan kepuasan kepada para
anggota sehingga mereka masih memeiliki motivasi yang
kuat untuk mencapai tujuan, walaupun tujuan itu tidak
tercapai.
(2) Information, yaitu mencari dan memberikan
keterangan sebanyak mungkin kepada para anggota
tentang apa yang sedang dan ingin dilakukan bdalam
rangka mencapai tujuan kelompok.
(3) Coordination, yaitu adanya pengaturan tugas dan
koordinasi tugas yang jelas dalam mencapai tujuan.
(4) Initation, yaitu dapat timbulnya inisiatip di dalam
kelompok itu baik inisiatip yang berasal dari para
pemimpin (pimpinan) formal, informal atau anggota,
untuk mencapai tujuan kelompok.
(5) Deseminasi, yaitu penyebaran ide/gagasan yang
merupakan usaha untuk mencapai tujuan kelompok, yang
disebarkan kepada seluruh anggota.
(6) Klarifikasi, yaitu kemampuan menjelaskan semua
hal/persoalan yang timbul sehubungan dengan usaha
untuk mencapai tujuan kepada seluruh anggota
kelompok, sehingga hal/persoalan tersebut menjadi jelas.
d) Mengembangkan dan membina kelompok
Adalah pengembangan dan pembinaan yang berorientasi
kepada kehidupan kelompok (survival oriented) yang
meliputi :

190
(1) Partisipasi, yaitu usaha agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi dengan baik, mereka mempunyai peranan
tertentu dan merasa bahwa kelompok itu milik mereka
bersama yang harus dibina dan dikembangkan bersama.
(2) Fasilitas, yaitu kemampuan memberikan fasiltas yang
baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki agar
kelompok dapat hidup dan berkembang dengan baik.
(3) Aktivitas, yaitu kemampuan mengadakan aktivitas
sebanyak-banyaknya dalam usaha untuk
mengembangkan diri dan membina kehidupannya.
(4) Koordinasi, yaitu adanya koordinasi yang baik dari
usaha dan mengembangkan kelompok itu.
(5) Komunikasi, yaitu kemampuan menyelenggarakan
komunikasi yang baik diantara para anggota dalam
rangka mengembangkan dan membina kehidupan
kelompok.
(6) Norma/standard, yaitu kemampuan mencipatakan
adanya norma standard yang diperlukan untuk mengatur
kehidupan kelompok.
(7) Sosialisasi, yaitu kemampuan melaksanakan proses
sosialisasi dengan lancar agar para anggota yang baru
dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan
kehidupan kelompok dapat berkembang dan terbina
dengan baik.
(8) Mendapatkan anggota baru, yaitu adanya usaha
yang dilakukan untuk mendapatkan anggota baru dalam
rangka mengembangkan dan mempertahankan
kehidupannya.
e) Kesatuan Kelompok
Adalah kekompakan kelompok yang dipengaruhi oleh
besarnya commitment para anggotanya. Besarnya
commitment anggota ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor:
(1) Kepemimpinan, yaitu apakah pemimpin kelompok
tersebut memahami tujuan kelompok dengan baik,
apakah menjalankan kewajiban dengan baik, apakah
memberikan penjelasan tentang tujuan kelompok kepada
para anggota.

191
(2) Keanggotaan, yaitu sikap para anggota terhadap
kelompok, apakah merasa merupakan satu bagian dengan
kelompok atau acuh tak acuh
(3) Nilai tujuan, yaitu penilaian tujuan kelompok oleh para
anggota, apakah mereka bangga dengan tujuan itu atau
tidak.
(4) Homogenitas, yaitu keadaan kelompok itu apakah
anggota yang homogen atau heterogen, baik pandangan,
pendidikan, pekerjaan, umur dan lain-lain
(5) Integrasi, yaitu bagaimana tingkat integrasi para
anggota kelompok, apakah mereka masing-masing
bertindak secara kelompok atau individu. Kelompok yang
emiliki tingkat integrasi tinggi akan mempunyai kesatuan
kelompok yang tinggi pula dan tentunya dinamika
kelompoknya pun tinggi pula.
(6) Kerja sama atau koperasi, yaitu apakah para anggota
kelompok memiliki sifat untuk saling bekerja sama, saling
menolong atau tidak.
(7) Besarnya kelompok, yaitu ukuran kelompok itu terlalu
besar atau terlalu kecil. Kelompok yang terlalu besar
solidaritasnya lebih sukar tercapai. Solidaritas merupakan
gabungan dari faktor-faktor kepemimpinan, keanggotaan,
nilai tujuan, homogenitas, integrasi dan koperasi
kelompok yang beranggotakan 15 orang merupakan
kelompok yang ideal.
f) Iklim Kelompok
Adalah suasana kelompok yang akan menyangkut sikap
anggota kelompok terhadap kelompok, terhadap tujuan
kelompok dan terhadap anggota-anggota lainnya. Apakah
suasana kelompok itu penuh keakraban, tegang, senang,
selalu serius, para anggotanya bersemangat (antusias),
apatis dan lain-lain.
Iklim kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
(1) Tegangan atau tension, yaitu apakah kelompok itu
dalam keadaan yang terlalu santai (tegangan rendah)
atau dalam keadaan yang terlalu serius (tegangan tinggi),
kelompok yang tegangannya tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan memiliki dinamika yang tinggi

192
(2) Keramahtamahan anggota, yaitu apakah diantara
anggota itu terjadi suasana yang ramah tamah sehingga
terjalin persahabatan, atau sebaliknya sehingga
menimbulkan pertentangan,
(3) Kelonggaran atau permisiveness, yaitu apakah
kelompok tersebut dalam keadaan terlalu longgar
(permisive) atau terlalu dikontrol ketat (controlled).
Kelompok akan memiliki dinamika yang tinggi, kalu tidak
terlalu longgar atau tidak terlalu ketat.
(4) Keadaan lingkungan fisisk atau physical
environment, yaitu keadaan lingkungan fisik kelompok
itu dalam keadaan baik atau tidak. Lingkungan fisik ini
meliputi fasilitas, sarana biaya, keadaan ruangan,
keadaan cuaca dan lain-lain.
g) Tekanan atau group pressure
Adalah tekanan yang bersifat tekanan mental terhadap
kelompok yang sangat penting untuk meningkatkan motivasi
dalam melakukan aktivitas sehingga aktivitasnya naik dan
dinamika kelompok akan naik pula.
Namun demikian tekanan ini jangan sampai diebrikan terlalu
besar, karena tekanan yang teralalu besar akan dapat
mematahkan semangat dan akan mengurangi dinamika
kelompok. Tekanan yang dapat menaikkan motivasi ini dapat
berasal dari dalam kelompok itu sendiri atau berasal dari luar
kelompok.

h) Keefektifan kelompok atau group effectiveness


Adalah efektifitas yang dapat diukur :
(1) tercapainya tujuan kelompok itu
(2) besarnya kepuasan para anggota setelah tujuan itu
semakin tercapai.
Semakin sempurna tujuan kelompok itu tercapai atau
semakin puas para anggota setelah tujuan itu tercapai dapat
dikatakan kelompok itu semakin efektif dan dinamikanya
semakin tinggi.
Bagi kelompok yang tujuannya belum tercapai,
efektifitas kelompok ini dapat diukur dari usaha kelompok itu

193
untuk mencapai tujuan, di samping dapat pula diukur dari
macam-macam cara yang digunakannya. Semakin besar
usaha yang dilakukan atau semakin banyak cara tepat yang
digunakan maka kelompok itu dikatakan semakin efektif dan
sekaligus akan semakin dinamis.
Dari 8 unsur dinamika kelompok tersebut kemudian
disusunlah 5 jurus yang menggambarkan tingkat
kemampuan kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan
dan dipergunakan intuk menyususn kelas-kelas kelompok
pelaku utama kelautan dan perikanan, sebagai gambaran
jenjang kemampuan dari kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan tersebut.
Lima jurus kemampuan berkelompok tersebut adalah:
1) Perencanaan, yaitu kemampuan kelompok untuk
merencanakan kegiatan-kegiatan kelompok dalam
berbagai aspek yang berhubungan dengan usaha
peningkatan produksi dan pendapatan anggota-anggota
kelompok.
2) Kemampuan berorganisasi, yaitu kemampuan dari seluruh
anggota kelompok dalam melaksanakan fungsi-fungsi
organisasi dalam penumbuhan dan pengembangan
kelompok pelaku utama.
3) Akses Kelembagaan , yaitu kemampuan kelompok
mengakses pada lembaga permodalan, lembaga sosial
maupun lembaga lain yang menunjang penumbuhan dan
pengembagan kelmbagaan pelaku utama kelautan dan
perikanan. Akses pada lembaga permodalan ditujukan
dalam upaya pemupukan modal kelompok untuk dapat
dipergunakan bagi kepentingan kelompok dan anggota-
anggota kelompok. Modal kelompok ini dikumpulkan dan
dipergunakan berdasarkan musyawarah kelompok yang
merupakan dasar pembinaan sifat berkoperasi bagi
anggota-anggota kelompok.
4) Kemampuan berwirausaha, yaitu kemampuan para pelaku
utama sebagai anggota kelompok dalam kegiatan
pemupukan modal, pengembangan usaha, penumbuh
kembangan asset usaha mapun kemampuan menganalisis
peluang. Salah contoh konkret Kelompok yang sudah

194
mantap seharusnya anggota-anggotanya menjadi anggota
koperasi dan kontak pelaku utama/pengurus kelompok
turut aktif sebagai pengurus koperasi
5) Kemandirian, yaitu kemampuan kelompok dan
anggotanya dalam merespo0n inovasi, kemampuan
mengelola resiko, kemampuan menganalisis dan
memecahkan masalah.
Selanjutnya untuk mengukur tingkat kemampuan kelompok
pelaku utama kelautan dan perikanan, ke 5 jurus
kemampuan kelompok tersebut diberi skor seperti pada tabel
dibawah ini.

Tabel 1. Skor penilaian jurus kelompok


NO JURUS SKOR
1. Perencanaan 200
- Kemampuan Identifikasi Potensi Wilayah 40
- Kemampuan memilih teknologi yang dibutuhkan 40
- Kemampuan Menyusun RUK 40
- Kemampuan Menyusun RK Produksi 40
- Kemampuan Pembinaan Kader 40

2. Kemampuan Berorganisasi: 200


- Dinamika Kepemimpinan 40
- Pengembangan kelompok 40
- Kemitraan ekternal dan internal 30
- Pentaatan Peraturan 30
- Kemampuan Monev dan audit keuangan 30
- Pentaatan Perjanjian 30

3. Akses Kelembagaan: 150


- Pengembangan simpul jaringan kelembagaan 30
- Pengembangan akses jaringan elektronik 30
- Intensitas komunikasi dan interaksi 30
- Penumbuhan solidaritas sosial 30
- Akses dan pengembangan teknologi 30

4. Kemampuan Wirausaha: 250


- Pemupukan modal 40
- Pengembangan usaha 30
- Pengelolaan dan pengembangan Pemasaran 30
- Kredibilitas usaha/bankable 30
- Analisis Peluang Pasar 40
- Penciptaan peluang kerja 40
- Penumbuh-kembangan asset usaha 40

195
5. Kemandirian: 200
- Kemampuan merespon inovasi 50
- Kemampuan mengelola resiko usaha 50
- Kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah 50
- Kemampuan merespon peluang usaha 50
Total 1.000

Dengan mengukur tingkat kemampuan kelompok pelaku


utama kelautan dan perikanan tersebut, maka akan dapat
ditentukan kelas kelompoknya, yaitu kelas pemula, kelas
madya dan kelas utama. Kemudian akan dapat ditentukan
strategi untuk membina kelompok pelaku utama kelautan
dan perikanan tersebut yaitu jurus-jurus yang sudah kuat
kita pertahankan, sedangkan jurus-jurus yang masih lemah
kita pacu untuk meningkatkannya sehingga tingkat
kemampuan kelompok tersebut senantiasa akan diperbaiki.
Kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan yang
berada di suatu wilayah kerja penyuluhan perikanan perlu
dicacah dan dicatat secara berkala (minimal setahun sekali).
Untuk ini perlu adanya Kartu Data Kelompok pelaku utama
kelautan dan perikanan (KDKP) yang mencatat antara lain :
a) Nama kelompok dan jumlah anggota kelompok
b) Tanggal berdiri kelompok
c) Susunan pengurus kelompok (bila ada)
d) Nama, umur, pendidikan dan pekerjaab setiap anggota
kelompok.
e) Kegiatan kelompok, baik di dalam maupin di luar usaha
perikanan
f) Kelas kelompok
g) Tingkat kemampuan, dan lain-lain

196
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Falsafah penyuluhan yang penting dalam penyelenggaraan
penyuluhan perikanan antara lain: (1) Penyuluh harus bekerja
sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat;
(2) Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi
justru harus mampu mendorong kemandirian; (3) Penyuluhan
harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup
masyarakat; dan (4) Penyuluhan harus mengacu pada
peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai individu,
kelompok, dan masyarakat umumnya.
2. Asas menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Perikanan, Perikanan dan Kehutanan, sesuai dengan
Pasal 2, penyuluhan perikanan diselenggarakan berasaskan
demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan,
keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan,
berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat.
3. Berdasarkan pada pemahaman penyuluhan sebagai salah satu
sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip: (a)
Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak
mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/
menerapkan sesuatu; (b) Akibat, artinya kegiatan penyuluhan
harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau
bermanfaat; dan (c) Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan
harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya.
4. Tujuan penyuluhan jangka panjang adalah: (a) Better Fisheries,
ada dengan kata lain better aquaculture atau better
catching/capturing; (b) Better Business; dan (c) Better Living.
5. Pengumpulan dan pengolahan data menjadi sangat penting di
dalam kajian desa secara partisipatif, karena pada
pelaksanaannya pemberdayaan masyarakat harus dimulai oleh
peran serta aktif dari masyarakat sebagai sasaran
pemberdayaan.

197
6. Kajian Keadaan Pedesaan biasanya dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, baik potensi
maupun permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan
pendekatan 'top-down', dimana lembaga atau institusi terkait
menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah
tersebut dan masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan.
Sebaliknya, dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru
masyarakat diberikan keleluasaan dan kesempatan untuk
memanfaatkan informasi dan hasil kajian mereka sendiri untuk
mengembangkan suatu rencana kerja agar wilayahnya lebih
maju dan kehidupannya mandiri serta sejahtera atau sering juga
kita kenal pendekatan ini diistilahkan dengan bottom-up.
7. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tak langsung melalui media. Tujuan komunikasi
berupa: (a) informative; (b) persuasive; (c) entertainment/
menghibur; (d) mengubah sikap/perilaku; (e) mengubah
opini/pendapat/pandangan; dan (f) mengubah masyarakat.
8. Metode penyuluhan dapat digolongkan berdasarkan berbagai
faktor sesuai dengan pendekatannya yaitu menurut jarak
sasaran (according to target distance), menurut indra penerima
sasaran penyuluhan, menurut jumlah sasaran penyuluhan, dan
menurut sifat metode pendekatan pada sasaran.
9. Menurut jumlah sasaran penyuluhan yang akan dicapai, kegiatan
penyuluhan dapat dilakukan dengan tiga cara pendekatan yaitu
Metode berdasarkan Pendekatan Perorangan/Individual
termasuk kunjungan, Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok
diantaranya Demontrasi cara dan demontrasi hasil, Widya
Wisata, Kursus, Temu wicara, Temu Karya, Temu Usaha, Mimbar
Saresehan, Temu Kiprah, Temu Lapang, Perlombaan dan Gelar
Teknologi Perikanan, Metode Berdasarkan Pendekatan Massal
diantaranya Pameran, Kampanye, Pertemuan umum, dan
Menurut Sifat Metode Pendekatan pada Sasaran yakni; Persuasif,
Edukatif, Komunikatif, Akomodatif dan Fasilitatif.
10. Programa adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan,
masalah, tujuan dan cara mencapai tujauan yang disusun dalam
bentuk dan sistimatik yang teratur setiap tahun. Tujuan

198
penyusunan pedoman umum programa penyuluhan kelautan
dan perikanan adalah untuk memberikan arah, pedoman dan
alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan
serta terfasilitasinya penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan
perikanan disetiap tingkatan secara partisipatif
11. Kelompok pelaku utama adalah merupakan wadah kebersamaan
para pelaku utama dibidang perikanan dalam upaya untuk
mencapai pelaku utama yang tangguh, yaitu yang mampu
mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya
memecahkan masalahnya sendiri, menghadapi tantangan dan
mengatasi kendala yang ada.

B. Saran
Sebagai seorang penyuluh perikanan kita harus dapat
mewujudkan fungsi penyuluhan perikanan seseuai dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, sebagaimana termaktub dalam
Pasal 4, yaitu:
1. memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku
usaha;
2. mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya
agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
3. meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;
4. membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata
kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
5. membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta
merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama
dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;
6. menumbuhkembangkan kesadaran pelaku utama dan pelaku
usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan
7. melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan yang
maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

199
DAFTAR PUSTAKA

.........., 1996. Pedoman Penyusunan Program Penyuluhan


Pertanian. Departemen Pertanian

.........., 2000. Perumusan Programa Penyuluhan Pertanian,


Departemen Pertanian.

.........., 2002. Metode Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian

.........., 2003. Proses Penyuluhan Kemitraan, Departemen Pertanian

.........., 2006. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang


Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

.........., 2008. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor: PER/19/M.PAN/10/2008 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya;

.........., 2009. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009

.........., 2009. Peraturan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan


dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: PB.
01/MEN/2009, Nomor: 14 Tahun 2009, tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan
Angka Kreditnya

Anwar, S. 2000. Kontribusi Penyuluhan Pembangunan Dalam


Mendukung Otonomi Daerah. Disajikan Seminar Pemberdayaan
Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani
di Bogor, 25-26 September 2004.

Ban, van den, A.W. dan Hawkins, A.S.1986. Penyuluhan Pertanian,


Kanisius, Yogyakarta.

Berlo, David K., 1980. The Process of Communication. An


Introduction of Theory and Practice. Michigan State University.
USA.

200
Djuarsa Sendjaja, Sasa, dkk. 1999, Pengantar Komunikasi.
Universitas Terbuka, Jakarta.

http://www.deptan.go.id/

http://www.dkp.go.id/

Ibrahim, JT, dkk. 2003 Komunikasi dan Penyuluhan. UMM Press


Malang.

Juni Pranoto dan Wahyu Suprapti, 2006. Membangun Kerjasama


Tim (Team Building). Lembaga Administrasi Negara – Republik
Indonesia, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa, Departemen


Pendidikan Nasional, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi


Aksara, Jakarta

Margono Slamet, 1989. “Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian”..


Institut Pertanian Bogor.

Mardikanto. T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas


Maret University Press, Surakarta.

Mardikanto, T., 1999. Penyuluhan Pembangunan Pertanian,


Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik Komunikasi dan Presentasi


yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik
Indonesia, Jakarta.

Mosher .T, 1966, Menggerakkan dan Membangun Pertanian,


Jakarta: CV .Yasaguna

Padmowihardjo, S., 2000. Metode Penyuluhan Pertanian, Universitas


Terbuka, Jakarta.

Samsudin, U. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi


Pertanian,Bina Cipta, Bandung.

201
Setiana L., 2005. Teknik Penyuluhan dan pemberdayaan
Masyarakat. Penerbit Graha Indonesia. Ciawi. Bogor.

Setiana L., 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan


Masyarakat. Ghalia Indonesia.

Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era


Agribisnis, Departemen Pertanian, Jakarta.

Suprapto L., dan Fahrianoor, 2004. Komunikasi Penyuluhan dalam


Teori dan Praktek. Arti Bumi In. Yogyakarta.

Suhardiono, 1992. Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian.


PT Erlangga.

Tim Pusbangluh, 2008. Modul Pembinaan dan Pengembangan


Kelembagaan Penyuluhan Perikanan. Pusat Pengembangan
Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.

Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat


Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.

Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang Efektif. Program


Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan
Perikanan (PNPM Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.

Zakaria, 2006. Modul Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Pusat


Manajemen Pelatihan Sumberdaya Manusia Pertanan, Ciawi.
Bogor

202
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Fahrur Razi, SST dilahirkan di Pematang


Panjang (Banjarmasin) 26 Januari 1982, lulus
dari Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP)
Banjarbaru pada Jurusan Budidaya Ikan Air
Tawar tahun 1999 dan menamatkan
pendidikan D4 Penyuluhan Perikanan di STPP
Bogor tahun 2004, serta telah mengikuti berbagai pelatihan antara
lain: Pengelolaan budidaya ikan air tawar (Banjarnegara, 2003);
HACCP (Bogor, 2004); Pembekalan Penyuluh Perikanan Tenaga
Kontrak (Jakarta, 2004); Budidaya udang vaname di tambak (Bali,
2005); Intensifikasi Budidaya Udang di Tambak (Jepara, 2005);
Diseminasi Budidaya Kerapu dan Perikanan di Laut (Gondol, 2006);
Konsultan Keuangan Mitra Bank (Denpasar, 2007); Pelatihan Dasar
bagi Penyuluh Perikanan Tingkat Ahli (Banjarbaru, 2008). Memulai
karier sebagai Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak dengan
penempatan pada Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan
Kabupaten Jembrana tahun 2004 s/d 2007, sejak Januari 2008
mengemban amanah sebagai PNS dalam Jabatan Fungsional
Penyuluh Perikanan pada Pusat Pengembangan Penyuluhan
BPSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

203
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................. ii
PENDAHULUAN....................................................................... 1
ANDAI SEMUA PENYULUH PERIKANAN BISA ............................ 5
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN ......... 8
KOMPETENSI DASAR YANG HARUS DIMILIKI PENYULUH ......... 11
DASAR-DASAR PENYULUHAN PERIKANAN................................ 37
TEKNIK PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA..... 48
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ................................................... 90
METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERIKANAN..................... 112
TEKNIK PENYUSUNAN PROGRAMA DAN RENCANA KERJA ........ 157
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
PELAKU UTAMA DAN PELAKU USAHA PERIKANAN .................... 169
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 197
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 200
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................... 203

204
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


dengan berkat dan rahmat-Nya penyusunan materi penyuluhan
dalam bentuk buku ”BUKU PINTAR KOMPETENSI DASAR BAGI
PENYULUH PERIKANAN sebuah referensi bagi Penyuluh Perikanan”
dapat diselesaikan. Buku ini disusun dengan tujuan untuk dijadikan
sebagai bahan kajian/masukan dalam penyusunan materi
penyuluhan atau bahan referensi bagi Penyuluh Perikanan dalam
pelaksanaan tugasnya di lapangan.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan,


khususnya para pelaku pendampingan dalam upaya meningkatkan
efektifitas proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
penyuluhan perikanan.

Jakarta, Januari 2010


Penyusun
Ttd,
Fahrur Razi, SST

ii
205

Anda mungkin juga menyukai