Perencanaan Matang
Usahapun Berkembang
Modul Pendampingan Rencana Pengembangan Usaha
Penanggung Jawab
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Penulis
Ir. Ryke Liliek S Siswari
Ir. Rita Marsi
Ernita Mery Theresia, S.Hut
Nden Rissa Hadikusumah, S.Si
Tata Letak
Nden Rissa Hadikusumah
Kontributor foto
Ryke Liliek, Rita Marsi, Ernita Mery, Nden Rissa, Siwi,
Anton A. Sumadri, Wahyu Karyono, Syahril Wianto, Sahabat Bambu
Indonesia, Konsorsim Kota Agung Utara
ii
PENGANTAR
Tujuan dari modul ini adalah memberi panduan bagi pendamping untuk
membantu kelompok dalam menyusun Rencana Pengembangan Usaha,
memberi gambaran tentang jenis-jenis usaha produktif dan memandu
pendamping untuk membantu kelompok dalam mengakses permodalan.
Diharapkan dengan adanya modul ini masyarakat mampu melaksanakan
ketiga hal tersebut.
iii
DAFTAR ISI
iv
1
2
b. Pembagian blok atau zonasi
Pembagian blok atau zonasi terdiri dari blok atau zona konservasi atau
lindung dengan memperhatikan sepandan sungai, pantai, danau dan
mata air. Pembagian blok atau zonasi menggunakan drone atau citra
satelit resolusi tinggi dan difasilitasi oleh UPT atau KPH atau Pokja
PPS.
3. Analisis data
Pendamping bersama kelompok melakukan analisis data SDA dan SDM
yang dituangkan dalam tabel sebagai berikut :
4
Langkah 2. Pemilihan Kegiatan
Penyuluh bersama dengan kelompok menginventarisasi kegiatan berdasarkan
analisis potensi yang telah dilakukan. Pemilihan kegiatan disesuaikan dengan
izin yang telah didapatkan olek kelompok masyarakat. Kegiatan kelompok telah
tersirat secara garis besar dalam permohonan izin. Langkah-langkah dalam
pemilihan kegiatan dilakukan agar kegiatan kelompok lebih detail dan terarah.
Langkah tersebut adalah :
1. Pemilihan prioritas kegiatan
Pendamping membagikan lembar daftar isian kepada anggota kelompok
untuk diisi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kelompok. Rencana
kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
bagaimana caranya, siapa yang melakukan, dimana, kapan, berapa biayanya
dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dan merespon peluang yang ada.
5
2. Penentuan Kegiatan
Setelah di evaluasi, selanjutnya penyuluh pendamping menentukan rencana
kegiatan yang akan dilakukan. Target rencana kegiatan 10 tahunan harus
terdefinisi secara jelas. Kegiatan harus disesuaikan dengan skema
Perhutanan Sosialnya (Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, dan Hutan
Tanaman Rakyat).
6
c. Keadaan sosial ekonomi meliputi demografi kependudukan, sarana dan
prasarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, infrastruktur
wilayah, dll.
d. Keseluruhan data dan informasi diatas dianalisis potensi kawasannya.
7
Penangkaran kupu-kupu
sebagai upaya konservasi
keanekaragaman hayati
(dokumentasi Wahyu Karyono)
8
c. Pemanfaatan kawasan hutan
No. Kegiatan Tahun 1-10 Keterangan
a. Budidaya jenis, jumlah dan lokasi Difasilitasi
tanaman obat UPT terkait,
pokja PPS
b. Tanaman hias jenis, jumlah dan lokasi Difasilitasi
setelah bibit tersedia dan UPT terkait,
siap tanam pokja PPS
c. Jamur jumlah dan lokasi Difasilitasi
disesuaikan dengan yang UPT terkait,
ditanam pokja PPS
d. Lebah madu volume, jumlah dan lokasi Difasilitasi
disesuaikan dengan yang UPT terkait,
dibudidayakan pokja PPS
e. penangkaran jumlah, jenis dan lokasi Difasilitasi
satwa liar disesuaikan dengan satwa UPT terkait,
liar yang dilindungi pokja PPS
f. budidaya jumlah, jenis dan lokasi Difasilitasi
hijauan disesuaikan dengan pakan UPT terkait,
makanan ternak yang dibudidayakan pokja PPS
ternak
g. Agroforestry jumlah, jenis dan lokasi Difasilitasi
disesuaikan dengan jenis UPT terkait,
yang dibudidayakan pokja PPS
h. Silvopasture jumlah, jenis dan lokasi Difasilitasi
disesuaikan dengan jenis UPT terkait,
yang dibudidayakan pokja PPS
i. Silvofishery jumlah, jenis dan lokasi Difasilitasi
disesuaikan dengan jenis UPT terkait,
yang dibudidayakan pokja PPS
10
Langkah 4. RKU-IUPHTR dan RKT-IUPHTR
Penyuluh mendampingi dalam penyusunan RKU-IUPHTR dan RKT- IUPHTR
dengan format RKU-IUPHTR sebagai berikut:
1) Gambaran umum diambil dari data dan informasi hasil verifikasi teknis
permohonan IUPHHK-HTR meliputi :
a. Letak lokasi terdiri dari luas wilayah dan letak wilayah secara
administrasi dan fungsi kawasannya.
b. Keadaan fisik wilayah meliputi kondisi tutupan lahan, tofografi,
kelerengan, ketinggian, dan jenis pohon dominannya.
c. Keadaan sosial ekonomimeliputi demografi kependudukan, sarana dan
prasarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, infrastruktur
wilayah, dll.
d. Potensi kawasan
Keseluruhan data dan informasi diatas dianalisis potensi kawasannya.
11
Pembibitan berbagai jenis kayu-kayuan sebagai bagian
dari rencana kegiatan (dokumentasi Ryke Liliek)
12
Contoh peta Areal HKm Gapoktan Mulya Agung di Tanggamus, Lampung
(dokumentasi Konsorsium Kota Agung Utara, Lampung)
13
JENIS-JENIS USAHA PRODUKTIF
14
B. Jenis bambu apa yang bisa dipilih ?
Secara umum bambu dapat tumbuh dengan baik di seluruh Indonesia
Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu dipilih jenis bambu
yang sesuai dengan tempat tumbuhnya
Sebagai bahan pertimbangan, jenis dan tempat tumbuh bambu
adalah sebagai berikut :
Jawa: Gigantochloa, Bambusa, Arundinaria, Dendrocalamus
Kalimantan : Bambusa, Dendrocalamusjen
Sulawesi : Bambusa, Dendrocalamus
Bali : Dendrocalamus, Gigntochloa
NTB : Bambusa
NTT : Bambusa
Maluku : Bambusa
15
D. Apa Langkah-langkah Kunci Pengusahaan Bambu
Pembuatan bibit
Pembuatan bibit bambu dapat dilakukan melalui stek cabang, stek
ranting dan stek rizhoma. Pada umumnya, pembibitan dengan cara
ini yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Dalam skala industri,
pembuatan dapat juga dilakukan melalui kultur jaringan. Pembuatan
bibit dengan cara ini memerlukan teknologi yang lebih rumit dan
biaya besar.
Pembibitan bambu
(dokumentasi Ryke Liliek)
Penanaman
Sebelum penanaman perlu dilakukan penyiapan lahan. Lahan
dibersihkan dari semak belukar, bebatuan dan kotoran lainnya agar
memudahkan pengolahan tanah. Setelah itu dibuat lubang tanam
berukuran 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm dengan jarak tanam
4m x 4m atau 5 m x 5m. Bibit ditanam pada lubang-lubang tersebut
16
dengan ditambahkan pupuk urea, TSP dan KCl dalamperbandingan
3 : 2 : 1 sebanyak 600 kg/ha yang ditaburkan di sekitar bibit bambu.
Pemeliharaan
Bambu tidak memerlukan pemeliharaan secara intensif. Namun
demikian perlu dilakuan pemeliharaan berupa pemangkasan,
penyiangan, pembumbunan dan pemupukan.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan terhadap batang bambu yang telah cukup tua/
memasuki usia tebang. Pemanenan pertama sudah bisa dilakkan
pada saat bambu berumur 5 tahun, tetapi usia optimal unatuk
pemanenan adalah 7 tahun. Panen bambu dilakukan secara terus
menerus setahun sekali. Untuk mendapatkan kualitas bambu yang
baik, pemanenan sebaiknya pada musim kemarau.
17
Contoh bambu untuk bahan bangunan
(dokumentasi Ryke Liliek)
Pengolahan
Bambu dapat diolah menjadi barang kerajianan dan perkakas dapur
seperti kurungan unggas, hiasan dinding, keranjang, nyiru, besek,
kukusan, tusuk sate dan lain-lain. Untuk skala industri, bambu
digunakan sebagai bahan baku mebel, gazebo, perangkat makan dan
lain-lain.
Pemasaran
Secara umum bambu tidak sulit dipasarkan. Kebutuhan bambu
dalam bentuk bibit, batangan maupun hasil olahan bahkan belum
cukup terpenuhi oleh produksi yang ada. Untuk mendapatkan posisi
tawar yang baik, sebaiknya bambu dijual melalui kelompok sehingga
tidak terjadi peraingan haga yang tidak sehat.
18
Keberhasilan Pengusahaan Bambu Oleh Masyarakat
Usaha bambu oleh masyarakat ini meliputi usaha pembibitan, pengembangan hutan
bambu, pemasaran bambu batangan maupun hasil olahan berupa barang-barang
kerajinan. Salah satu kelompok tani hutan binaan penyuluh kehutanan yang
mengusahakan bambu adalah KTH Ngudi Makmur yang terletak di Desa
Purwobinangun, Pakem. Pengolahan bamb dalam skala yang lebih besar dilakukan oleh
industri kecil yang mencapai jumlah sekitar 1700 unit di Kabupaten Sleman. Produk
yang dihasilkan adalah barang-barang anyaman, mebel dan komponen bangunan
bambu.
19
II. Bercengkerama Dengan Alam
A. Apa yang dimaksud dengan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan
Wisata Alam
Keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan saran dan jasa
yang diperlukan oleh wisatawan dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam.
Usaha tersebut meliputi usaha obyek dan daya tarik, penyediaan jasa,
usaha, sarana serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam.
20
C. Dimana Bisa dibangun Usaha Jasa Lingkungan dan Wisata Alam dan
siapa pelakunya
Usaha wisata alam dapat dikembangkan di dalam maupun di luar
kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, dan kawasan hutan
produksi
Pengelolaan wisata alam di kawasan konservasi dilakukan oleh
Pemerintah Pusat. Bersama pengelola, masyarakat dapat berperan
dalam penyediaan jasa seperti pemandu wisata, pengelolaan area
parkir di sekitarnya, penjualan suvenir, makanan dll
Pengelolaan wisata alam di luar kawasan konservasi dilakukan oleh
pihak lain seperti swasta maupun kelompok masyarakat dengan
persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.
D. Bagaimana perijinannya
Ijin usaha dapat diajukan oleh perorangan, kelompok tani/koperasi
dan badan ussaha kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Untuk wisata alam di luar kawasan ijin diajukan kepada Gubernur
atau walikota/bupati.
Ijin diberikan atas kawasan yang belum dibebani hak maupun ijin
pengelolaan.
21
facebook, instagram, twiter dan lain-lain. Pada masa sekarang,
promosi melalui media sosial biasanya lebih efektif
Pengelolaan administrasi : pengelolaan administrasi diperlukan agar
memonitor dan mengevaluasi perkembangan obyek wisata alam
yang dikelola. Pengelolaan administrasi meliputi penenuan harga
tiket, pembagian retribusi, pendataan sarana dan pengunjung,
pembukuan keuangan dan lain-lain.
22
Wisata Alam Kali biru dan The Great Bukit Catu
Wisata alam Kalibiru merupakan
contoh sukses pengelolaan wisata alam
yang dilakukan oleh Kelompok Tani
Hutan. Terletak di Desa Hargowilis,
Kokap, Kulon Progo, Wisata Alam
Kalibiru dikembangkan oleh KTH
Mandiri sebagai pemegang Ijin Usaha
HKm di kawasan lindung pada daerah
tersebut. Kawasan wisata seluas 29 ha
ini mulai dikembangkan pada tahun
2010.
Spot foto wisata alam Kalibiru, Jogjakarta
(dokumentasi Ryke LIliek) Kegiatan wisata alam yang ditawarkan
di Kalibiru antara lain highrope game,
canopy trail, biking, hiking, spot-spot foto selfie dan lain-lain. Kalibiru telah menyerap
tenaga kerja mencapai 238 orang yang berasal dari sekitar lokasi, juga membuka
peluang usaha bagi masyarakat untuk membuka kios-kios makanan dan suvenir. Rata-
rata jumlah pengunjung per tahun mencapai lebih dari 250.000. Dengan penghasilan
bruto rata–rata mencapai Rp 600 juta dan biaya operasional Rp 300 juta per bulan,
maka usaha wisata alam ini memberikan peghasilan bersih sekitar Rp 300 juta per
bulan.
23
III. Mengulik Pupuk Organik
A. Apa itu pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia, contohnya
adalah pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar
haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, hijauan daun,
pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas
tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
24
Proses pengolahan pupuk organik
(dokumentasi Konsorsium Kota Agung Utara, Lampung)
25
D. Jenis-jenis pupuk organik
1. Berdasarkan bentuknya
a. Pupuk organik padat: Pupuk yang dibuat dari bahan-bahan
organik yang berbentuk padat dan tidak mudah menguap, seperti
dari dedaunan, kotoran hewan dan bahan lapukan Bokashi, dan
pupuk kandang
b. Pupuk Organik Cair: pupuk organik yang dibuat dari bahan padat
yang terlebih dahulu dilakukan perendaman atau difermentasi
dengan menggunakan cairan, sehingga unsur hara yang ada di
dalam bahan padat tadi dapat menyatu dengan air dan airnya bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan bahan padat tadi
dibuang. Contoh pupuk organik cair adalah MOL atau mikro
organisme lokal.
Pupuk organik berupa pestisida organik, herbisida organik, bio stater, dan PPC
(dokumentasi Konsorsium Kota Agung Utara, Lampung)
27
E. Analisa Usaha Pupuk Organik
Analisa usaha kompos berskala rumahan dengan menggunakan bahan
baku daun kering yang berasal dari lingkungan sekitar.
28
IV. Menggauli Mangrove
A. Apa itu Hutan Mangrove?
Hutan mangrove atau disebut juga hutan bakau adalah hutan yang
tumbuh di air payau (antara laut dan daratan) dan dipengaruhi oleh pasang
surut air laut.
Ekosistem mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang
dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung dari
gempuran ombak.
B. Manfaat mangrove
Dari segi ekonomi, hutan mangrove menghasilkan beberapa jenis
kayu yang berkualitas baik, dan juga hasil-hasil non-kayu atau yang
biasa disebut dengan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), berupa
arang kayu; tanin, bahan pewarna dan kosmetik; bahan obat serta
bahan pangan dan minuman.
Termasuk pula diantaranya adalah hewan-hewan yang biasa
ditangkapi seperti biawak air (Varanus salvator), kepiting bakau
(Scylla serrata), udang lumpur (Thalassina anomala), siput bakau
(Telescopium telescopium), serta berbagai jenis ikan belodok.
29
Manfaat yang lebih penting dari hutan bakau adalah fungsi
ekologisnya sebagai pelindung pantai, habitat berbagai jenis satwa,
dan tempat pembesaran (nursery ground) banyak jenis ikan laut.
C. Analisa Usaha
Analisa Usaha Mangrove jenis tanaman kayu api-api dan bako-bako
dipadukan dengan budidaya udang dan bandeng untuk luasan 1 ha/ 1
kali panen.
Tabel analisa usaha budidaya mangrove
No Kegiatan Biaya (Rp)
1 Pembuatan/penataan empang 1.000.000
2 Bibit
a. Bandeng (@ 100/ekor) 200.000
b. Udang (@ 20/ekor) 200.000
3 Pupuk 62.500
a. Urea (@ 1.250/kg) 90.000
b. TSP (@ 1.800/kg)
a. Urea (@ 1.250/kg)
4 Pemanenan
a. Sewa mesin desel 110.000
b. Tenaga kerja (@ 175.000
25.000/org/hari)
JUMLAH (A) 1.837.500
Hasil
Waktu panen 3 bulan
1 Panen harian (± 2 bulan) 3.600.000
- 2 kg/ hari @ 30.000/kg
2 Panen akhir
a. bandeng (8.500/kg) 1.700.000
b. Udang (50.000/kg) 1.000.000
HASIL (JUMLAH B) 6.300.000
KEUNTUNGAN (B-A) 4.462.500
30
V. Mengintip Energi Alternatif
A. Mengenal Biogas
Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab
kebutuhan energi alternatif dan menghasilkan pupuk organik yang
bermutu siap pakai sebagai hasil samping. Biogas adalah gas yang
dihasilkan dari proses penguraian bahanbahan organik oleh
mikroorganisme dalam keadaan anaerob.
Untuk memproduksi biogas diperlukan Reaktor Biogas yang merupakan
suatu instalasi yang kedap udara, sehingga proses dekomposisi bahan
organik (kotoran tenak) dapat berjalan secara optimum. Reaktor biogas
dapat mengurangi emisi gas metana (CH4) yang merupakan salah satu
GRK (Gas Rumah Kaca).
Gas metana termasuk gas yang menimbulkan efek gas rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasa global. Gas metana
memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas
karbondioksida (CO2). Biogas merupakan campuran dari berbagai gas
seperti:
CH4 (metana): 50 – 60 %
CO2 (karbon dioksida): 30 – 40 %
H2S, N2, O2 & H2: 1 – 2 %.
Sumber bahan baku biogas yang utama berasal dari: kotoran sapi, kerbau
dan babi. Biogas juga dapat diperoleh dari limbah pertanian, limbah
perairan, sampah dan limbah industri. Kesetaraan Biogas dengan sumber
energi lain, 1 m3 biogas setara dengan:
- Elpiji : 0,46 kg
- Minyak tanah : 0,62 liter
- Minyak solar : 0,52 liter
- Bensin : 0,80 liter
- Kayu bakar : 3,50 kg
Potensi biogas yang cukup strategis perlu didorong dan dikembangkan
terutama di masyarakat pedesaaan.
B. Manfaat Biogas
1. Penyediaan energi alternatif terbarukan
2. Penyediaan pupuk organik yang bermutu dan siap pakai
3. Menjadi stimulus bagi peternak dalam upaya peningkatan populasi
ternak
4. Membantu dalam memperlambat laju pemanasan global
31
5. Sangat membantu dalam pengelolaan limbah dan sampah terpadu
untuk mewujudkan lingkungan yang bersih.
32
Tabel analisa usaha biogas
No. Kegiatan Biaya
A Investasi
1. Paket Digester Biogas dengan kapasitas Rp. 13.500.000
5 m3
2. Persiapan lahan untuk digester 18 m2 x Rp. 4.500.000
250.000/m2
3. Tenaga kerja pembuatan lubang Rp. 200.000
penempatan
4. Biaya akomodasi dan transportasi Rp. 300.000
teknisi
Total Biaya Investasi Rp.18.500.000
B. Biaya opersional per periode.
Penyusutan digester 1/15 x 13,500.000 Rp. 900.000
Total biaya operasional Rp. 900.000
C. Pendapatan
1. Biogas
Pendapatan = jumlah biogas x harga gas Rp. 5.400.000
x 1 periode
2 Pupuk organik Padat
Pendapatan=jumlah pupuk organik Rp. 3.600.000
padat x harga pupuk/kg x 30 hari
3 Biourine (Pupuk organik cair)
Pendapatan=jumlah pupuk cair yang Rp.12.348.000
dihasilkanxharga/liter x 30 hari
Pendapatan total per periode Rp.21.348.000
(C1+C2+C3)
33
Proses Pembuatan Biogas
Proses Pembuatan Biogas dari limbah Peternakan Bahan baku berupa limbah
kotoran ternak termasuk limbah yang harus digunakan dalam keadaan yang masih
segar. Jika terlalu lama, maka limbah tersebut berpotensi menimbulkan zat beracun
yang akan mematikan mikroorganisme dan menurunkan produksi gas. Langkah-
langkah pembuatan biogas dari bahan limbah kotoran ternak:
1. Siapkan kotoran ternak yang masih baru (2-3 hari)
2. Aduk dan campur air dengan perbandingan 1:2 (1 kotoran : 2 air), lalu
masukkan/alirkan ke dalam reaktor biogas
3. Pengisian dilakukan melalui saluran pemasukan (inlet) secara terus menerus
hingga reaktor biogas penuh atau terisi +/- 60 % dari kapasitas volume
biodigister, sehingga bila diisi kotoran akan mengalir ke saluran pengeluaran
(outlet).
4. Setelah penuh, diamkan selama 13-20 hari, dengan posisi kran gas kontrol dan
kran gas pengeluaran yang tersalur ke kompor dalam keadaan tertutup, dengan
tujuan agar terjadi fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi
anaerob.
5. Hasil dari proses fermentasi akan terlihat pada hari ke 14-21 dan biasanya
biogas (gas methan/CH4) sudah terkumpul pada bagian atas kubah reaktor
biogas dan siap digunakan untuk memasak (kompor) atau lampu penerangan dan
juga sebagai bahan bakar generator listrik.
6. Dengan pemakaian kompor yang baik, bisa dihasilkan bahan bakar yang bersih,
tidak berasap dan nyala api biru.
7. Selama biogas digunakan setiap hari, jumlah biogas dalam reaktor biogas akan
berkurang, maka pengisian kotoran sapi segar yang dicampur air ke dalam
reaktor biogas dilakukan setiap hari untuk menstabilkan jumlah prduksi gas.
8. Hindari adanya pemasukan air deterjen atau sabun ke dalam reaktor biogas
34
PENGEMBANGAN PERMODALAN
Dalam bab ini akan diuraikan contoh permodalan/ dana yang dapat diakses dari
Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan dan Kredit Usaha Rakyat dari BNI:
I. Fasilitas Dana Bergulir (FDB) dari Badan Layanan Umum Pusat
Pembiayaan Pembangunan Hutan.
A. Fasilitas Dana Bergulir
Merupakan bagian dari keuangan negara (APBN) dan bukan
merupakan hibah atau proyek
Disalurkan, ditagih dan dikembalikan serta digulirkan kembali
kepada penerima FDB lainnya
Merupakan pelengkap/penguatan modal usaha kehutanan atau
investasi lingkungan dan hanya diberikan atas permintaan calon
penerima FDB dengan penajuan proposal
35
Hanya diberikan kepada calon penerima yang layak dibiayai dalam
artian memiliki usaha prospektif dan layak secara finansial
36
Badan Usaha yang terikat perjanjian kemitraan dengan
KPH
BUMN yang terikat perjanjian kemitraan dengan KPH
b.3. Di Areal Kerja BUMN :
Pelaku usaha kehutana perorangan yang tergabung dalam
KTH atau koperasi yang terikat perjanjian kemitraan dengan
BUMN
b.4. Di Lahan Milik
Perorangan pemilik dan/atau penggarap lahan pemegang
kuasa atau izin dari pemilik lahan maupun atas dasar
penguasaan yang sah berdasarkan ketentuan perturan
perundang-undangan, yang tergabung dalam KTH atau
koperasi
Badan Ussaha yang memiliki lahan atau hak mengelola
lahan yang dipeoleh dari pemilik lahan atau penguasaan
lahan secara sah berdasarkan ketentuan perturan
perundang-undangan
D. Jaminan / Agunan
Jaminan /Agunan diperlukan bagi FDB Skema Pinjaman untuk pelaku
usaha kehutanan yang mengajukan pembiayaan di atas Rp 500 juta dan
Skema Bagi Hasil.
Jaminan dapat berupa :
1. Jaminan Utama : Aset usaha kehutanan yang dibiayai (nilai aset usaha
paling tinggi 100 % dari nilai penyaluran pembiayaan)
2. Jaminan Tambahan : Paling sedikit 25% dri nilai pembiayaan yang
diusulkan. Jaminan tambahan dapat berupa:
a. aset bergerak/dan atau idak bergerak; dan atau:
b. jaminan perusahaan (corporate guarantee) yang dikeluarkan oleh
dan bagi BUMN
38
E. Mekanisme Penyaluran FDB (Fasilitas Dana Bergulir)
1. Pola Penyaluran FDB Tanpa Lembaga Perantara:
POLA PENYALURAN FDB TANPA LEMBAGA PERANTARA
1 Permohonan + Proposal
3 Hasil Penilaian
BLU-PUSAT Penilaian:
• Verifikasi MASYARAKAT
P2H 2 • Klarifikasi
Keterangan:
(1) Pemohon FDB mengajukan permohonan kepada Kepala Pusat P2H
(BLU) dilampiri proposal
(2) BLU menilai proposal dengan verifikasi dan klarifikasi lapangan;
BLU dapat menggunakan jasa pihak ketiga
(3) Hasil penilaian disampaikan kepada BLU
(4) a. Bila memenuhi kriteria penilaian, BLU menerbitkan persetujuan
prinsip yang memuat:
Identitas penerima FDB, Jenis layanan dan skema, Lokasi kegiatan
HL yang dibiayai dari FDB, FDB Maksimal yang disetujui dan
Informasi tentang ketentuan FDB
b. Bila tidak memenuhi kriteria penilaian, BLU menerbitkan surat
penolakan.
(5) BLU kemudian menerbitkan penawaran FDB yang disampaikan kepada
pemohon
(6) Pemohon menandatangani penawaran dan menyampaikan kembali ke
BLU
(7) BLU menerbitkan keputusan pemberian FDB yang memuat: Identitas
penerima FDB, Jenis layanan dan atau skema FDB, Lokasi kegiatan,
Jumlah FDB dan Ketentuan FDB
39
(8) Keputusan ini ditindaklanjuti dengan pembuatan perjanjian antara
pemohon FDB dengan BLU secara notaril.
(9) Penyaluran oleh BLU secara bertahap ke rekening penerima pada Bank
yang ditunjuk oleh BLU. Selanjutnya Penerima FDB wajib melunasi
kewajibannya dengan pemindahbukuan dari rekening penerima ke
rekening pelaksana pengguliran FDB. Bila penerima FDB tidak
memenuhi kewajibannya, BLU melakukan sita jaminan atau agunan.
Pelunasan 6
Proposal 1
3 3
BLU-PUSAT Hasil Penilaian LEMBAGA
MASYARAKAT
Hasil Penilaian
P2H PERANTARA
Penilaian 2
Penyaluran FDB 4
Penyaluran FDB
5
secara bertahap
Keterangan:
(1) Pemohon FDB mengajukan permohonan kepada Kepala lembaga
perantara FDB Pinjaman dilampiri dokumen yag disyaratkan
(2) Kepala lembaga perantara FDB pinjaman memproses permohonan
FDB sesuai prosedur
(3) Hasil penilaian disampaikan kepada BLU
(4) Kepala BLU menyalurkan FDB pinjaman secara bertahap kepada
lembaga perantara FDB pinjaman sesuai ketentuan dalam perjanjian
kerjasama
(5) Kepala lembaga perantara memproses penyaluran FDB pinjaman
dengan cara pemindahbukuan dari rekening Kepala lembaga
perantara ke rekening penerima yang dilakukan secara bertahap
sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian pinjaman
(6) Penerima FDB wajib melunasi kewajibannya dengan
pemindahbukuan dari rekening penerima ke rekening pelaksana
pengguliran FDB. Bila penerima tidak memenuhi kewajibannya,
Kepala lembaga perantara melakukan sita jaminan atau agunan.
yang pelaksanaannya dapat menggunakan jasa pihak ketiga
(7) Kepala lembaga perantara FDB pinjaman menetapkan prosedur baku
pengendalian FDB
40
II. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) ditawarkan oleh berbgai Bank untuk
pembiayaan usaha-usaha yang dikelola oleh masyarakat. Usaha yang
dapat dibiayai adalah usaha yang dinilai layak setelah melalui verifikasi
data dan verifikasi usaha oleh petugas bank. Dalam hal ini, komunitas
atau kelompok tani yang mengajukan kredit telah mendapatkan
rekomendasi oleh perusahaan yang bersedia membeli seluruh hasil
panen atau off taker dengan perjanajian kerjasama. Perjanjian kerjasama
tersebut menyebutkan bahwa debitur bersedia menjual seluruh hasil
panen kepada off taker dan off taker wajib membeli seluruh hasil panen
debitur. Off taker menylurkan hasil penjualan ke rekening debitur di
bank tersebut untuk membayar kewajibab debitur kepada bank.
1. Pengertian KUR
Kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur
usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan
tambahan atau agunan tambahan belum cukup
2. Penerima KUR
Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan hukum
yang melakukan usaha produktif.
Sektor ekonomi yang dapat dibiayai dengan KUR adalah sektor
pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa-
jasa.
3. Persyaratan KUR
1. Warga Negara Indonesia dan melmiliki e-KTP
2. Usaha telah berjalan minimal 6 bulan
3. Tidak sedang menerima kredit produktif dari perbankan
4. Boleh memiliki kredit pemilikan rumah dan kendaraan dan
dalam kondisi lancar
4. Ketentuan KUR
Bedasarkan jumlah kredit, KUR di kelompokkan ke dalam KUR
Mikro dan KUR Ritel, yang dapat dilihat dalam tabel berikut :
41
Tabel jumlah kredit KUR
KUR Mikro KUR Ritel
Plafon b. Sampai dengan Rp d. Rp 25 juta – Rp
25 Juta 500 juta
c. Maksimal plafon e. Maksimal plafon
Rp 75 juta per Rp 500 juta per
debitur debitur
Jangka KMK maksimum KMK maksimum
waktu 3 tahun 4 tahun
KI maksimm 5 KI maksimm 5
tahun tahun
Suku bunga 9 % efffektif per 9 % efffektif per
tahun tahun
Jaminan Tidak diwajibkan dan Disesuaikan dengan
tanpa perikatan ketentuan bank
pelaksana
Lama Usaha Minimal 6 bulan Minimal 6 bulan
10
Mekanisme Proses KUR
3
Permohonan
PKS
2
Petani KUR
tergabung 1
dalam OFF TAKER: 4
PKS Petani Melangkapi
Komunitas/ I Proses Petugas BANK
kredit Dokumen : Melakukan Survey :
Kelp. Tani Rekomendasi Pengajuan Kredit • E-KTP dan KK • Verifikasi Data
Petani • Sertifikat Kelompok • Verifikasi Usaha
Kolektif
Penjualan
9 • RDKK
8 Hasil Panen • Rekomendasi Off
Pembayaran Taker/Agen Perantara
Hasil Panen
melalui
• Dll.
7 rekening BNI
Panen
5
Proses Analisa
Persetujuan Kredit oleh BANK
Penandatangan
Perjanjian Kredit
Budidaya Pertanian
Pencairan
Kredit kepada Fasilitas KUR dicairkan dalam bentuk
Petani
Kartu Tani yang terkoneksi dengan
6 sistem database RDKK yang sudah
Perusahaan teregistrasi
Gagal Asuransi Klaim Asuransi Untuk
Panen Budidaya
Sebagai Pendamping/
Collection Agent
42
Keterangan :
1. Petani yang tegabung dalam kelompok tani mebuat kerjasama
dengan off taker
2. Off taker membuat perjanjian kerjasama dengan bank penyedia
kredit
3. Permohonan KUR oleh petani
4. Proses kredit {pengajuan kredit, kelengkapan dokumen, verifikasi,
proses analisi oleh bank, persetujuan/penolakan
5. Pencairaan kredit kepada petani
6. Pemanfaatan kredit untu pembiayaan usaha
7. Pemanenan hasil oleh petani
8. Penjualan hasil kepada off taker
9. Pembayaran hasil panen melalui bank termaksud
10. Petani membayarkan kewajibannya kepad bank
Penyuluh/pendamping
43
44
Lampiran 1
Contoh RKT Hutan Desa LPHN Paru, Nagari Paru, Sijunjung, Sijunjung,
Sumatera Barat
LEMBAGA PENGELOLA HUTAN NAGARI PARU
DESA PARU, KECAMATAN SIJUNJUNG, KABUPATEN SIJUNJUNG
SUMATERA BARAT
Lokasi
Desa : Nagari Paru
Kecamatan : Sijunjung
Kabupaten : Sijunjung
Provinsi : Sumatera Barat
Luas : 4500 hektar
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL
DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN
LEMBAR PENGESAHAN
Lokasi
Desa : Nagari Paru
Kecamatan : Sijunjung
Kabupaten : Sijunjung
Provinsi : Sumatera Barat
Luas : 4500 hektar
(Penyuluh)
Mengetahui
45
Rencana Kerja Juni 2017 – Mei 2018
46
dan banjir
- Beringin; 100 100 100 10 100
bt 0
- Bambu; 100 100 100 10 100
rmpn 0
- Manggis; 100
bt 0
- Durian; bt 3000
- Jengkol; 1000
bt
- Kemiri; bt 50 50 100 Hulu
S.Tab
un S.
Kaca
ng
47
- Pemberanta
san gulma
2bl 1x
4 Pemanenan dari tanaman yang sudah menghasilkan
- Karet 48 ton/th untuk seluruh jorong
- Getah 60 ton/th untuk seluruh jorong
jelutung
- Rotan lokal 60ton/th untuk seluruh jorong
- Manggis 45 kg/KK/th a’ 10 rb/kg
- Petai 9 karung/KK/th a’240 rb/karung
- Durian 150 butir/KK a’ 20 rb/butir
- Jengkol 9 karung/KK a’ 800 rb/karung
- Karet 150kg/kg/KK a’5000/kg panen/minggu selama 4 bulan
- Jernang 150kg/kg/KK a’5000/kg
- Tempayang 90kg/KK a’ 25 rb/kg
- Gaharu 1000 ph (Batu Ranjau)
- Kulit manis 1000 ph (Batu Ranjau)
- Bambu 500 rmpn (Batu Ranjau)
- Tumbuhan Akan dipanen pada tahun pertama namun belum bisa diprediksi berapa besarnya
obat
(kunyit,
lengkuas,
jahe, cabe
rawit)
5 Pengolahan
- Durian; 210 bungkus tempoyak
bks
6 Pemasaran Pemasaran produk dilakukan dengan cara sendiri-sendiri; perkiraan harga bervariasi
C. RencanaPemanfaatanKawasanHutan
Tabel. 3: Kegiatan pemanfaatan kawasan hutan
No Kegiatan Juni 2017 = Mei 2018 Ket
Budidaya 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1. Penanaman 100
pinang di pinggir
sawah; bt/1 ha
sawah
2. Pembibitan 100
anggrek hutan;
pohon
3. Budidaya tanaman Obat
- Lengkuas; Ha 0,25 0,25 0,25 0,25
- Jahe; Ha 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
- Kunyit; Ha 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1a
- Garda munggu; 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
Ha
4. Pemanenan 40 40 40 40
Lebah Madu; Lt
48
D. Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Tabel 4: Kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
No Kegiatan Juni 2017 = Mei 2018 Ket
Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan Febr Mar Apr Mei
1 Pengembangan Air
bersih di mata air
Sungai Batang
Mangan
2 Pengembangan Air
bersih di mata air
dari Sungai Tayek
dan Sungai
Lingkitang
3 Pengembangan air
bersih di
Geringging Talang
4 Pengembangan Air 1
Irigasi (Perbaikan dam
dam)
5 Sosialisasi dan
pengenalan potensi
ekowisata Goa
Sungai Salak; Goa
Sikumbu; Goa
Jenjang; air terjun
Sirak
E. Pengembangan Kelembagaan
- Pelatihan pengolahan rotan menjadi mebel untuk miningkatkan Sept – Nov 2017
nilai ekonomi; masing2 1 kel dari setiap jorong
50
51
PENUTUP
Diharapkan dengan adanya modul ini Kelompok Tani Hutan dapat membuat
perencanaan yang tepat dalam pengembangan usahanya
Keberhasilan usaha Kelompok Tani Hutan
sangat ditentukan oleh perencanaan yang matang
52
DAFTAR PUSTAKA
Nur Berlian V.A, 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
53