PKL 1 GELOMBANG 4
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ketua : Zulfikri Basri M021201001
Anggiota : Agnes Meilani M021201019
Ragga Ada’rannuan M011191111
Wiwiek Dwi Pratiwi M011201204
Muhammad Akbar S. M011201124
Irma Oktavianingsih M011201259
Muh. Idris M011201041
Sagiman Sadjidin M011201162
Rani Fasira M011201068
Dwyna Mulyani Sadri M011201152
Putri Nadya Salsabila M021201038
Pendamping : Aldin Al-Rasyid Laora
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
Adapun tujuan dan kegunaan dari Praktek Kerja Lapang ini yaitu untuk :
1. Merencanakan dan merekonstruksi tata batas
2. Memperoleh informasi terkait potensi pinus dan hasil hutan bukan kayu
berupa aren, informasi karakteristik bentang alam berupa flora & fauna,
serta sosial ekonomi masyarakat sekitar Hutan Pendidikan Unhas.
3. Memperoleh informasi mengenai simpanan karbon pada hutan alam dan
hutan tanaman, serta pembuatan rancangan rehabilitasi.
4. Menganalisis laju erosi, membuat delinasi Daerah Tangkapan Air,
mengetahui cara pengukuran dimensi sungai menggunakan metode paralon
PCC dan membuat bangunan KTA.
5. Mengetahui teknik penyadapan pinus.
6. Melakukan penanaman untuk memperbaiki fungsi hutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau
volume tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di
atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering
per satuan luas. Biomassa hutan (Forest biomass) adalah keseluruhan volume
makhluk hidup dari semua species pada suatu waktu tertentu dan dapat dibagi ke
dalam 3 kelompok utama yaitu pohon, semak dan vegetasi yang lain (Sutaryo,
2009).
Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomasa hutan
berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari
keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya terseimpan dalam vegetasi
hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan
di sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer (Sutaryo, 2009).
Karbon merupakan unsur utama pembentuk bahan organik yang tersimpan
pada makhluk hidup khususnya tanaman. Hampir setengah dari biomassa
organisme hidup merupakan karbon karenanya secara alami karbon banyak
tersimpan di permukaan bumi di darat maupun lautan dibandingkan dengan
jumlah karbon di atmosfer. Jumlah karbon yang diserap oleh tanaman dapat
diketahui melalui biomassa tanaman tersebut (Bhaskara dkk., 2018).
Dinamika karbon di alam dapat dijelaskan secara sederhana dengan siklus
karbon. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran
/perpindahan karbon diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer
bumi. Siklus karbon sesungguhnya merupakan suatu proses yang rumit dan setiap
proses saling mempengaruhi proses lainnya (Sutaryo, 2009).
Simpanan karbon lain yang penting adalah deposit bahan bakar fosil.
Simpanan karbon ini tersimpan jauh di dalam perut bumi dan secara alami
terpisah dari siklus karbon di atmosfer, kecuali jika simpanan tersebut di ambil
dan dilepaskan ke atmosfer ketika bahan-bahn tersebut dibakar. Semua pelepasan
karbon dari simpanan ini akan menambah karbon yang berada di kantong karbon
aktif (active carbon pool). Apa yang terjadi saat ini selain kerusakan hutan, adalah
begitu tingginya laju pembakaran bahan bakar fosil sehingga jumlah karbon yang
berada di atmosfer meningkat dengan pesat (Sutaryo, 2009).
Terdapat dua pendekatan untuk mengestimasikan biomassa di atas
permukaan dari suatu pohon atau hutan. Dua pendekatan tersebut adalah
pendekatan langsung dengan membuat persamaan allometrik dan pendekatan
tidak langsung dengan mengggunakan “biomass expansion factor”. Meskipun
terdapat keuntungan dan kekurangan dari masing-masing pendekatan, tetapi harus
diperhatikan bahwa pendekatan tidak langsung didasarkan pada faktor yang
dikembangkan pada tingkat tegakan dari hutan dengan kanopi yang tertutup
(rapat) dan tidak dapat digunakan untuk membuat estimasi dari pohon secara
individu (Sutaryo, 2009).
II.5 Konservasi Tanah Dan Air
III. METODOLOGI
Sn (ketinggian)= ± Bdt n
= 760 – 5,23
= 754,77 m
III.2 Inventarisasi Pinus
5. Dominasi (D)
KR+FR+DR
Keterangan :
W : Potensi biomassa (ton/ha)
BBA : Pendugaan biomassa per plot (kg)
Lplot : Luas Plot (m)
7. Pendugaan Simpanan Karbon (C)
𝐂 = 𝐖 × 𝟎, 𝟒𝟕
Keterangan :
C : Kandungan karbon dari biomassa (ton/ha)
W : total biomassa (kg)
8. Pendugaan Serapan Karbon
𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐂𝐎𝟐 = 𝐂 × 𝟑, 𝟔𝟕
Keterangan :
Serapan CO2 : Serapan karbon dioksida (ton/ha)
C : Kandungan karbon dari biomassa (ton/ha)
3,67 : Konstanta serapan karbon pada vegetasi hutan alam dan
tanaman
9. Biomassa dengan persamaan allometrik
Spesies Persamaan allometrik Sumber
2 0,97318 Drupadi, T. A
Pinus merkusii Y = 0,03292 + (Dbh + h)
dkk.,2021
Drupadi, T.A
Akasia Y = 0,084 𝑥 D2,788
dkk.,2021
Keterangan :
α TBC = Sudut tinggi bebas cabang menggunakan abney level
Jp = Jarak pengamat ke pohon, yaitu 10 meter
Tp = Tinggi pengamat sampai mata, yaitu 1,54 meter
2. Menghitung tinggi total dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
α Ttot = Sudut tinggi total pohon menggunakan abney level
Jp = Jarak pengamat ke pohon, 10 meter
K
D=
π
Keterangan :
K : Keliling
: 3.14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari Praktek Penataan Areal Kerja (PAK)
dan Tata Batas adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Lapangan
JD JD Jarak
Azimut BDT
Patok Kelerengan Peta Lap lapangan Sisa S (m) Keterangan
h (m)
(cm) (m) (m)
P0-P1 119 0.85 30 416
20.
P0-P0a 11 9.8 10 1.99 417.99 ↑
2
15.
3 5.1 5.2 1.01 419.00 ↑
1
27 13.3 15 1.8 6.94 412.07 ↓
0 1.8 1.8 0 0.00 412.07 ↓
P1-P2 98 1.25 44 ↓
22.
3 21.4 21.5 2.07 410.00 ↓
6
30 19.6 22.6 3 11.25 421.25 ↑
0 3 3 0 0.00 421.25 ↑
P2-P3 71 1.4 49 ↑
13.
P2-P2a 19 35.9 38 12.46 433.71 ↑
1
0 13.1 13.1 0 0.00 433.71 ↑
P3-P4 151 2.5 89
62.
11 26.5 27 5.17 428.53 ↓
5
13.
10 49.2 50 8.91 419.63 ↓
3
2 13.2 13.3 0.1 1.63 418.00 ↓
P4-P5 103 0.7 27
2 26.9 27 0.1 2.32 420.32 ↑
P5-P6 109 1.2 42 ↓
2 33.9 34 8.1 2.61 417.71 ↓
10 5.9 6 2.2 1.09 416.62 ↓
0 2.2 2.2 0 0.00 416.62
Adapun hasil pengukuran yang telah diolah dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 1. Hasil Pengolahan Data Digital
IV.1.2 Pembahasan
Jalur yang kami dapatkan yaitu jalur 1 yang berada di Kecamatan Cenrana,
kabupaten Maros. Azimuth pada titik P0 ke titik P1 yaitu 119° dengan jarak datar
lapangan 30 m yang dimana pada jalur tersebut tidak terdapat kendala.
Selanjutnya azimuth pada titik P1 ke titik P2 yaitu 98° dengan jarak datar
lapangan 44 m, pada jalur tersebut kami memiliki sedikit kendala dikarenakan
akses untuk melewati jalur tersebut terdapat kawat berduri. Azimuth pada titik P2
ke titik P3 yaitu 71° dengan jarak datar lapangan 49 m, yang dimana pada jalur
tersebut tidak terdapat kendala. Azimuth pada titik P3 ke titik P4 yaitu 151°
dengan jarak datar lapangan 89m, pada jalur tersebut juga tidak terdapat kendala.
Azimuth pada titik P4 ke titik P5 yaitu 103° dengan jarak datar lapangan 27 m,
dimana titik tersebut kami lakukan pengukuran jarak datar lapangan dengan
menggunakan langkah kaki karena lahan tersebut merupakan lahan masyarakat,
sehingga kami tidak diizinkan untuk melakukan pengukuran menggunakan roll
meter pada jalur tersebut. Azimuth pada titik P5 ke titik P6 yaitu 109° dengan
jarak datar lapangan 42 m. Kemudian azimuth pada titik P6 ke titik P7 yaitu 110°
dengan jarak datar lapangan 90 m, pada jalur ini kami hanya melakukan
pengukuran sampai titik bantu 1 dikarenakan pada titik tersebut merupakan lahan
masyarakat sekitar sehingga kami ditegaskan untuk tidak melakukan pengukuran.
Oleh karena itu, kami tidak melakukan pengukuran dari titik P7 sampai titik P12
karena kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Kemudian kami melanjutkan
pengukuran pada titik P13 ke titik P14 dengan jarak datar peta yaitu 92 m dan
azimuth 153°, kemudian azimuth pada titik P14 ke titik P15 yaitu 128° dengan
jarak datar lapangan 37 m. Pada titik P13 sampai titik P15 meskipun keadaan
lapangan sangat curam, kami tetap melakukan pengukuran dengan membuka
jalur.
Pada titik P0-P1, P1-P2, P6-P7, P13-P14, dan P14-P15 keadaan vegetasi
yang dilalui yaitu cukup padat, kemudian pada titik P2-P3, P3-P4, P4-P5 dan P5-
P6 keadaan vegetasi yang tidak terlalu padat. Adapun jenis vegetasi atau pohon
yang di jumpai yaitu salak, durian, jeruk, jati, aren, coklat, pisang, alpukat, pinus,
mahoni, dan bambu. Pada titik P13-P14 kami menemukan PAL Batas berupa plat
seng,kemudian pada titik P14-P15 kami menemukan PAL Batas berupa cor/beton.
IV.2Inventarisasi Pinus
IV.2.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari Inventarisasi Pinus merkusii adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Lapangan
Bekas
Tinggi Pohon Volume Sistem
D LB Penyadapan Keteran
No. Pohon Penyada
(m) DS TBC Ttot TB Tida gan
Ttot Ada pan
(m) (m) C k
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 9.99 27.65 1.03 2.84 V Lurus
001
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 9.99 19.64 0.30 0.60 V Lurus
001
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 7.61 17.00 0.55 1.24 V Lurus
002
BP12-PL4-III-
0.54 0.22 7.85 26.35 1.41 4.74 V Lurus
003
BP12-PL4-III-
0.61 0.29 4.09 23.05 0.94 5.30 V Lurus
004
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 8.35 22.10 0.55 1.46 V Lurus
005
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 11.60 27.65 1.12 2.66 V Lurus
006
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 9.41 26.35 0.85 2.38 V Lurus
007
BP12-PL4-III-
0.25 0.05 5.64 18.24 0.22 0.71 V Lurus
008
BP12-PL4-III-
0.43 0.14 8.87 25.16 1.01 2.88 V Lurus
009
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 11.60 27.65 0.29 0.70 V Lurus
010
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 13.95 21.23 1.77 2.69 V Lurus
011
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 9.99 20.41 0.80 1.63 V Lurus
012
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 8.35 29.07 1.12 3.89 V Lurus
013
BP12-PL4-III-
0.27 0.06 6.70 17.00 0.32 0.80 V Lurus
014
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 12.71 27.65 0.54 1.18 V Lurus
015
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 15.36 27.65 2.03 3.65 V Lurus
016
BP12-PL4-III-
0.33 0.08 7.37 15.88 0.50 1.07 V Lurus
017
BP12-PL4-III-
0.18 0.03 9.14 17.00 0.20 0.36 V Lurus
018
BP12-PL4-III-
0.18 0.02 7.85 14.40 0.15 0.28 V Lurus
019
BP12-PL4-III-
0.58 0.26 10.93 26.35 2.30 5.56 V Lurus
020
BP12-PL4-III- 0.49 0.19 11.60 23.05 1.73 3.44 V Lurus
021
BP12-PL4-III-
0.60 0.28 4.47 22.10 1.00 4.92 V Lurus
022
BP12-PL4-III-
0.77 0.47 2.83 22.10 1.05 8.24 V Lurus
023
BP12-PL4-III-
0.73 0.41 9.99 26.35 3.31 8.72 V Lurus
024
BP12-PL4-III-
0.75 0.44 7.37 26.35 2.59 9.27 V Lurus
025
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 8.87 29.07 1.48 4.86 V Lurus
026
BP12-PL4-III-
0.74 0.43 5.84 27.65 2.02 9.56 V Lurus
027
BP12-PL4-III-
0.51 0.20 12.76 26.48 2.08 4.32 V Lurus
028
BP12-PL4-III-
0.47 0.17 8.35 25.16 1.15 3.46 V Lurus
029
BP12-PL4-III-
0.73 0.42 3.36 20.41 1.13 6.88 V Lurus
030
BP12-PL4-III- Bercaba
0.83 0.54 2.83 22.10 1.22 9.52 V Koakan
031 ng
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 6.91 26.18 1.43 5.40 V Lurus
032
BP12-PL4-III-
0.56 0.25 9.14 26.35 1.82 5.26 V Lurus
033
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 11.60 25.16 1.05 2.27 V Koakan Lurus
034
BP12-PL4-III-
0.61 0.29 14.87 25.16 3.42 5.78 V Koakan Lurus
035
BP12-PL4-III-
0.75 0.44 6.27 25.65 2.19 8.95 V Lurus
036
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 4.43 16.80 0.27 1.01 V Lurus
037
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 4.47 9.70 0.14 0.30 V Lurus
038
BP12-PL4-III-
0.56 0.25 7.85 25.16 1.55 4.96 V Lurus
039
BP12-PL4-III-
0.53 0.22 7.14 26.35 1.24 4.57 V Lurus
040
BP12-PL4-III-
0.67 0.35 3.18 23.05 0.89 6.47 V Lurus
041
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 2.34 21.59 0.32 2.93 V Lurus
042
BP12-PL4-III-
0.69 0.38 4.61 25.20 1.40 7.63 V Lurus
043
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 7.61 20.41 0.27 0.71 V Lurus
044
BP12-PL4-III-
0.33 0.09 9.14 26.35 0.63 1.82 V Lurus
045
BP12-PL4-III-
0.24 0.05 4.47 20.41 0.16 0.75 V Lurus
046
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 6.26 24.06 0.58 2.24 V Lurus
047
BP12-PL4-III-
0.21 0.03 4.28 22.10 0.12 0.61 V Koakan Lurus
048
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 7.37 26.35 0.26 0.94 V Lurus
049
BP12-PL4-III-
0.29 0.07 9.41 29.07 0.50 1.53 V Lurus
050
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 10.93 24.06 1.14 2.51 V Lurus
051
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 10.29 15.36 0.27 0.40 V Lurus
052
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 12.22 26.00 1.36 2.89 V Lurus
053
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 9.41 15.36 0.83 1.36 V Lurus
054
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 11.96 23.05 0.59 1.14 V Lurus
055
BP12-PL4-III-
0.21 0.03 10.29 18.92 0.29 0.52 V Lurus
056
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 8.35 21.23 0.21 0.54 V Lurus
057
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 17.00 25.16 1.77 2.63 V Lurus
058
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 10.93 25.16 0.81 1.87 V Koakan Lurus
059
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 9.14 26.35 0.77 2.22 V Lurus
060
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 6.05 27.65 0.48 2.21 V Koakan Lurus
061
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 11.60 23.05 0.86 1.71 V Koakan Lurus
062
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 9.91 23.29 1.07 2.51 V Koakan Lurus
063
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 11.86 28.19 1.22 2.90 V Koakan Lurus
064
BP12-PL4-III-
0.25 0.05 11.86 22.51 0.46 0.87 V Koakan Lurus
065
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 12.32 22.10 1.17 2.10 V Lurus
066
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 11.26 29.07 1.53 3.95 V Lurus
067
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 10.29 26.35 2.12 5.44 V Lurus
068
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 12.71 27.65 0.73 1.59 V Lurus
069
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 9.99 29.07 1.04 3.03 V Lurus
070
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 12.19 25.35 2.04 4.24 V Lurus
071
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 14.87 24.06 1.99 3.22 V Lurus
072
BP12-PL4-III-
0.54 0.22 11.60 25.16 2.09 4.52 V Lurus
073
BP12-PL4-III- 10.0
0.79 0.49 19.60 25.88 7.62 V Lurus
074 6
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 12.32 27.65 1.25 2.80 V Lurus
075
BP12-PL4-III-
0.61 0.30 13.10 25.16 3.11 5.97 V Lurus
076
BP12-PL4-III-
0.47 0.17 16.43 29.07 2.29 4.06 V Lurus
077
BP12-PL4-III-
0.23 0.04 5.44 14.87 0.18 0.49 V Lurus
078
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 11.60 27.65 0.30 0.72 V Lurus
079
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 10.29 15.88 0.32 0.50 V Lurus
080
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 7.85 29.07 1.01 3.73 V Lurus
081
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 8.13 21.49 0.71 1.87 V Lurus
082
BP12-PL4-III-
0.21 0.03 7.41 20.71 0.20 0.56 V Lurus
083
BP12-PL4-III- 0.20 0.03 13.40 20.16 0.34 0.51 V Lurus
084
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 15.09 22.92 1.32 2.00 V Lurus
085
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 7.48 20.62 0.19 0.52 V Lurus
086
BP12-PL4-III-
0.21 0.03 7.29 21.21 0.20 0.59 V Lurus
087
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 13.14 21.22 1.35 2.18 V Lurus
088
BP12-PL4-III-
0.40 0.12 9.99 25.16 0.99 2.50 V Lurus
089
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 11.96 25.16 1.27 2.67 V Lurus
090
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 12.32 23.05 0.53 0.99 V Koakan Lurus
091
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 11.96 26.35 1.39 3.06 V Lurus
092
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 10.93 25.16 0.38 0.88 V Lurus
093
BP12-PL4-III-
0.25 0.05 8.51 25.09 0.34 1.00 V Lurus
094
BP12-PL4-III-
0.47 0.17 10.60 24.06 1.46 3.31 V Lurus
095
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 9.77 24.29 1.18 2.95 V Lurus
096
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 12.60 22.51 0.54 0.96 V Lurus
097
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 7.52 27.71 0.93 3.41 V Lurus
098
BP12-PL4-III-
0.23 0.04 6.47 19.25 0.22 0.65 V Lurus
099
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 9.14 22.10 1.17 2.84 V Lurus
100
BP12-PL4-III-
0.33 0.08 8.46 15.49 0.57 1.05 V Lurus
101
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 11.85 21.75 3.02 5.54 V Lurus
102
BP12-LP4-III-
0.16 0.02 11.26 18.92 0.18 0.30 V Bengkok
103
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 13.10 25.16 1.54 2.96 V Lurus
104
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 8.09 15.88 0.24 0.47 V Lurus
105
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 8.09 18.92 0.87 2.04 V Lurus
106
BP12-PL4-III-
0.29 0.07 10.29 22.10 0.55 1.19 V Lurus
107
BP12-PL4-III- Bercaba
0.34 0.09 16.43 25.16 1.20 1.83 V
108 ng
BP12-PL4-III- Bercaba
0.54 0.23 3.91 19.64 0.71 3.57 V
109 ng
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 8.60 15.88 0.26 0.48 V Lurus
110
BP12-PL4-III-
0.47 0.18 4.09 15.88 0.58 2.25 V Lurus
111
BP12-PL4-III- Bercaba
0.54 0.23 2.83 10.93 0.52 2.01 V
112 ng
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 8.87 20.41 0.52 1.20 V Lurus
113
BP12-PL4-III- Bercaba
0.38 0.11 2.83 17.00 0.26 1.56 V
114 ng
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 5.24 18.92 0.16 0.59 V Lurus
115
BP12-PL4-III-
0.23 0.04 6.70 14.40 0.23 0.49 V Lurus
116
BP12-PL4-III-
0.53 0.22 6.96 20.25 1.21 3.51 V Lurus
117
BP12-PL4-III- Bercaba
0.70 0.39 2.47 13.52 0.76 4.17 V
118 ng
BP12-PL4-III- Bercaba
0.58 0.27 4.28 24.00 0.91 5.12 V
119 ng
BP12-PL4-III-
0.57 0.25 7.39 25.23 1.49 5.09 V Lurus
120
BP12-PL4-III-
0.69 0.37 12.13 17.74 3.61 5.27 V Lurus
121
BP12-PL4-III-
0.51 0.20 5.10 19.94 0.83 3.25 V Lurus
122
BP12-PL4-III- - Bercaba
0.64 0.32 -0.03 22.78 5.80 V
123 0.01 ng
BP12-PL4-III- Bercaba
0.62 0.30 4.85 18.92 1.16 4.54 V Koakan
124 ng
BP12-PL4-III- 10.5 Bercaba
0.82 0.53 3.14 24.83 1.33 V
125 3 ng
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 9.09 21.24 2.32 5.41 V Lurus
126
BP12-PL4-III-
0.75 0.44 2.07 21.57 0.73 7.65 V Lurus
127
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 6.76 22.27 1.39 4.60 V Koakan Lurus
128
BP12-PL4-III- Bercaba
0.75 0.44 8.03 23.67 2.82 8.32 V
129 ng
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 11.40 21.22 1.32 2.46 V Lurus
130
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 6.30 21.88 0.96 3.35 V Lurus
131
BP12-PL4-III- Bercaba
0.53 0.22 1.95 24.60 0.34 4.27 V
132 ng
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 6.95 18.61 0.60 1.60 V Lurus
133
BP12-PL4-III-
0.18 0.03 7.28 11.60 0.15 0.24 V Lurus
134
BP12-PL4-III-
0.29 0.07 8.33 17.17 0.44 0.91 V Lurus
135
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 7.67 21.44 0.89 2.49 V Lurus
136
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 6.40 12.01 0.23 0.43 V Lurus
137
BP12-PL4-III-
0.33 0.09 8.32 17.14 0.57 1.18 V Lurus
138
BP12-PL4-III-
0.29 0.07 11.01 14.68 0.58 0.77 V Lurus
139
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 8.82 13.35 0.43 0.64 V Lurus
140
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 11.21 14.35 0.48 0.61 V Lurus
141
BP12-PL4-III-
0.50 0.20 12.23 17.14 1.92 2.69 V Lurus
142
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 8.05 12.41 0.18 0.28 V Bengkok
143
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 8.51 12.35 0.30 0.44 V Lurus
144
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 12.17 18.37 1.04 1.57 V Lurus
145
BP12-PL4-III-
0.15 0.02 4.66 9.99 0.07 0.15 V Lurus
146
BP12-PL4-III- 0.43 0.14 10.11 22.45 1.16 2.57 V Lurus
147
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 12.47 18.39 1.03 1.52 V Lurus
148
BP12-PL4-III-
0.35 0.10 13.14 17.85 1.01 1.38 V Lurus
149
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 6.45 10.63 0.17 0.28 V Lurus
150
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 9.25 11.81 0.21 0.27 V Lurus
151
BP12-PL4-III-
0.24 0.05 8.70 12.79 0.32 0.47 V Lurus
152
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 9.51 17.78 1.42 2.65 V Lurus
153
BP12-PL4-III-
0.27 0.06 6.02 12.47 0.27 0.56 V Bengkok
154
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 13.14 24.48 1.05 1.96 V Lurus
155
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 6.21 15.69 0.77 1.96 V Lurus
156
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 12.35 18.56 0.68 1.02 V Lurus
157
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 7.74 15.52 0.69 1.38 V Bengkok
158
BP12-PL4-III-
0.29 0.07 10.12 15.70 0.55 0.85 V Koakan Lurus
159
BP12-PL4-III-
0.16 0.02 9.41 11.96 0.14 0.18 V Lurus
160
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 7.37 13.52 0.17 0.32 V Lurus
161
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 12.71 23.05 1.17 2.11 V Lurus
162
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 12.32 20.41 1.04 1.72 V Lurus
163
BP12-PL4-III-
0.27 0.06 8.87 14.40 0.42 0.68 V Koakan Lurus
164
BP12-PL4-III-
0.14 0.01 7.37 11.96 0.09 0.14 V Lurus
165
BP12-LP4-III-
0.47 0.17 11.26 20.41 1.55 2.81 V Lurus
166
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 6.92 9.41 0.18 0.25 V Lurus
166
BP12-PL4-III-
0.16 0.02 4.85 10.60 0.08 0.17 V Lurus
167
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 6.56 11.24 0.17 0.29 V Lurus
168
BP12-PL4-III-
0.14 0.01 5.95 12.17 0.07 0.14 V Lurus
169
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 6.39 9.46 0.70 1.03 V Lurus
170
BP12-PL4-III-
0.33 0.08 6.21 16.87 0.42 1.14 V Lurus
171
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 5.24 18.92 0.37 1.35 V Bengkok
172
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 12.17 16.45 0.31 0.42 V Lurus
173
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 6.13 18.56 0.57 1.73 V Lurus
174
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 14.14 24.40 1.89 3.27 V Lurus
175
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 10.20 18.18 0.98 1.75 V Lurus
176
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 11.79 17.98 0.96 1.46 V Lurus
177
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 6.02 12.02 0.21 0.42 V Lurus
178
BP12-PL4-III-
0.50 0.19 4.46 19.58 0.69 3.03 V Lurus
179
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 3.71 17.53 0.95 4.47 V Lurus
180
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 14.12 22.08 0.90 1.41 V Lurus
181
BP12-PL4-III-
0.53 0.22 9.09 27.26 1.62 4.84 V Lurus
182
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 4.15 23.63 0.45 2.54 V Lurus
183
BP12-PL4-III- Bercaba
0.57 0.26 2.28 26.88 0.47 5.55 V
184 ng
BP12-PL4-III-
0.65 0.33 2.77 18.70 0.74 5.01 V Lurus
185
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 5.12 26.94 0.94 4.96 V Lurus
186
BP12-PL4-III-
0.58 0.26 6.95 24.90 1.47 5.25 V Lurus
187
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 5.57 15.21 0.67 1.82 V Lurus
188
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 9.70 18.92 1.09 2.13 V Lurus
189
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 9.44 28.97 1.95 5.98 V Lurus
190
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 5.18 25.46 0.77 3.80 V Lurus
191
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 2.63 25.56 0.54 5.27 V Lurus
192
BP12-PL4-III-
0.48 0.18 5.84 19.64 0.84 2.81 V Lurus
193
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 8.17 26.80 0.19 0.61 V Lurus
194
BP12-PL4-III-
0.16 0.02 11.11 20.39 0.18 0.32 V Lurus
195
BP12-PL4-III-
0.51 0.20 10.60 18.92 1.73 3.09 V Lurus
196
BP12-PL4-III-
0.33 0.08 12.98 18.72 0.88 1.26 V Lurus
197
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 15.09 28.74 1.62 3.09 V Lurus
198
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 9.41 21.23 0.56 1.27 V Lurus
199
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 9.99 24.06 0.64 1.53 V Lurus
200
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 9.66 17.12 1.63 2.90 V Lurus
201
BP12-PL4-III-
0.58 0.27 6.63 28.43 1.41 6.06 V Lurus
202
BP12-PL4-III-
0.62 0.30 10.41 16.28 2.52 3.94 V Koakan Lurus
203
BP12-PL4-III-
0.47 0.18 14.71 23.20 2.08 3.28 V Lurus
204
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 9.74 27.06 1.99 5.52 V Lurus
205
BP12-PL4-III-
0.61 0.29 4.21 24.04 0.97 5.53 V Lurus
206
BP12-PL4-III-
0.59 0.28 3.90 21.67 0.86 4.78 V Lurus
207
BP12-PL4-III-
0.73 0.42 5.47 20.14 1.84 6.79 V Lurus
208
BP12-PL4-III- 0.61 0.30 6.05 24.06 1.44 5.71 V Koakan Lurus
209
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 10.60 27.65 2.19 5.71 V Lurus
210
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 11.96 25.16 0.79 1.67 V Lurus
211
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 15.36 22.10 0.92 1.32 V Lurus
212
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 2.77 19.83 0.30 2.13 V Lurus
213
BP12-PL4-III-
0.62 0.30 3.09 17.49 0.74 4.19 V Lurus
214
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 4.02 11.60 0.20 0.57 V Lurus
215
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 3.17 15.67 0.19 0.94 V Lurus
216
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 7.12 20.44 0.80 2.30 V Lurus
217
BP12-PL4-III-
0.33 0.09 3.36 16.05 0.23 1.11 V Lurus
218
BP12-PL4-III-
0.55 0.24 6.48 17.60 1.23 3.36 V Lurus
219
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 8.35 20.41 0.42 1.03 V Lurus
220
BP12-PL4-III-
0.31 0.08 7.47 18.95 0.46 1.16 V Lurus
221
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 1.83 21.36 0.07 0.77 V Lurus
222
BP12-PL4-III-
0.47 0.17 10.00 22.55 1.38 3.10 V Lurus
223
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 3.75 24.88 0.43 2.89 V Lurus
224
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 7.82 15.70 0.39 0.79 V Lurus
225
BP12-PL4-III-
0.40 0.12 10.99 20.93 1.09 2.08 V Lurus
226
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 16.91 25.40 1.82 2.73 V Lurus
227
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 11.24 26.48 0.80 1.89 V Lurus
228
BP12-PL4-III-
0.33 0.09 10.46 28.92 0.72 1.99 V Lurus
229
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 11.32 24.48 1.02 2.21 V Lurus
230
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 6.22 21.75 0.27 0.95 V Lurus
231
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 4.17 17.67 0.28 1.17 V Lurus
232
BP12-PL4-III-
0.33 0.09 8.69 26.34 0.61 1.85 V Lurus
233
BP12-PL4-III-
0.75 0.44 7.68 26.75 2.68 9.33 V Lurus
234
BP12-PL4-III-
0.67 0.35 4.97 20.18 1.40 5.67 V Lurus
235
BP12-PL4-III-
0.59 0.28 9.70 27.65 2.14 6.09 V Lurus
236
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 6.58 21.33 0.79 2.55 V Lurus
237
BP12-PL4-III- Bercaba
0.54 0.23 4.66 22.10 0.86 4.07 V
238 ng
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 6.70 29.07 0.80 3.48 V Lurus
239
BP12-PL4-III- 11.4
0.79 0.49 8.35 29.07 3.30 V Lurus
240 8
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 7.85 25.16 0.81 2.58 V Lurus
241
BP12-PL4-III-
0.35 0.10 7.14 26.35 0.56 2.07 V Lurus
242
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 8.35 23.05 0.87 2.40 V Lurus
243
BP12-PL4-III-
0.66 0.34 6.48 17.00 1.75 4.59 V Lurus
244
BP12-PL4-III-
0.65 0.33 8.87 21.23 2.33 5.57 V Lurus
245
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 10.60 27.65 1.02 2.66 V Lurus
246
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 6.48 21.23 0.47 1.55 V Lurus
247
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 5.84 19.64 0.61 2.05 V Lurus
248
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 6.70 21.23 0.53 1.70 V Lurus
249
BP12-PL4-III-
0.86 0.58 6.34 10.90 2.95 5.06 V Lurus
250
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 3.65 14.92 0.68 2.78 V Lurus
251
BP12-PL4-III-
0.56 0.24 5.09 10.25 0.99 2.00 V Lurus
252
BP12-PL4-III-
0.55 0.24 3.45 15.03 0.66 2.90 V Lurus
253
BP12-PL4-III-
0.33 0.08 4.05 16.62 0.27 1.12 V Lurus
254
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 10.05 24.43 1.25 3.05 V Lurus
255
BP12-PL4-III-
0.24 0.05 6.39 13.19 0.24 0.49 V Lurus
256
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 4.74 13.52 0.39 1.12 V Lurus
257
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 4.63 17.57 0.57 2.16 V Lurus
258
BP12-PL4-III-
0.59 0.27 5.08 20.44 1.11 4.46 V Lurus
259
BP12-PL4-III-
0.47 0.18 2.39 23.61 0.34 3.34 V Lurus
260
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 11.60 27.10 0.56 1.31 V Lurus
261
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 15.85 27.10 2.65 4.53 V Lurus
262
BP12-PL4-III-
0.16 0.02 13.91 26.39 0.22 0.42 V Lurus
263
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 8.15 15.29 0.19 0.35 V Lurus
264
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 18.76 22.55 2.51 3.02 V Spiral
265
BP12-PL4-III-
0.62 0.30 18.76 25.79 4.54 6.25 V Spiral
266
BP12-PL4-III-
0.48 0.18 19.42 24.48 2.78 3.51 V Lurus
267
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 17.17 23.73 1.99 2.75 V Lurus
268
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 16.25 24.24 1.75 2.61 V Lurus
269
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 8.03 28.72 1.66 5.93 V Spiral
270
BP12-PL4-III-
0.84 0.55 10.38 21.49 4.57 9.47 V Lurus
271
BP12-PL4-III- 0.57 0.26 9.30 24.95 1.92 5.15 V Bercaba
272 ng
BP12-PL4-III- Bercaba
0.64 0.32 6.02 18.39 1.56 4.78 V
273 ng
BP12-PL4-III-
0.33 0.09 4.67 8.73 0.33 0.61 V Spiral
274
BP12-PL4-III-
0.17 0.02 3.16 9.58 0.06 0.17 V Lurus
275
BP12-PL4-III-
0.15 0.02 2.29 10.13 0.03 0.14 V Lurus
276
BP12-PL4-III-
0.16 0.02 4.19 10.95 0.06 0.17 V Lurus
277
BP12-PL4-III- Bercaba
0.65 0.33 4.16 26.00 1.11 6.96 V
278 ng
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 11.60 26.94 0.68 1.58 V Spiral
279
BP12-PL4-III-
0.61 0.29 5.28 15.74 1.22 3.62 V Lurus
280
BP12-PL4-III-
0.55 0.24 5.68 23.84 1.08 4.54 V Lurus
281
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 8.88 15.88 0.91 1.63 V Lurus
282
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 7.78 21.88 0.64 1.81 V Lurus
283
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 5.50 19.06 1.01 3.51 V Lurus
284
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 7.60 22.44 1.40 4.13 V Lurus
285
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 6.62 20.09 1.35 4.10 V Lurus
286
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 8.02 14.98 0.48 0.90 V Lurus
287
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 3.76 11.84 0.33 1.05 V Lurus
288
BP12-PL4-III-
0.60 0.28 7.37 26.35 1.68 6.00 V Lurus
289
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 6.26 17.60 1.14 3.20 V Lurus
290
BP12-PL4-III-
0.21 0.03 6.95 13.95 0.19 0.39 V Lurus
291
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 5.74 17.14 0.96 2.87 V Lurus
292
BP12-PL4-III-
0.18 0.03 2.97 7.63 0.06 0.16 V Lurus
293
BP12-PL4-III-
0.27 0.06 8.94 15.88 0.42 0.75 V Lurus
294
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 5.26 12.91 0.22 0.54 V Lurus
295
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 2.89 9.04 0.06 0.20 V Lurus
296
BP12-PL4-III-
0.48 0.18 6.81 18.95 0.98 2.72 V Lurus
297
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 7.21 13.89 0.46 0.88 V Lurus
298
BP12-PL4-III- Bercaba
0.52 0.21 3.70 18.24 0.62 3.05 V
299 ng
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 2.46 8.80 0.14 0.50 V Spiral
300
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 5.24 7.09 0.55 0.74 V Lurus
301
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 5.63 16.93 0.71 2.14 V Lurus
302
BP12-PL4-III-
0.29 0.06 8.55 17.43 0.44 0.90 V Lurus
303
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 6.09 14.69 0.82 1.97 V Lurus
304
0.36 0.10 8.33 17.70 0.68 1.44 V Lurus
BP12-PL4-III-
0.19 0.03 5.11 8.88 0.11 0.20 V Lurus
305
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 6.53 17.78 0.72 1.97 V Lurus
306
BP12-PL4-III-
0.53 0.22 7.74 20.05 1.34 3.48 V Lurus
307
BP12-PL4-III-
0.47 0.18 5.97 22.04 0.84 3.12 V Lurus
308
BP12-PL4-III- Bercaba
0.74 0.42 2.64 15.99 0.90 5.43 V
309 ng
BP12-PL4-III-
0.43 0.14 7.02 15.34 0.80 1.75 V Lurus
310
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 4.04 14.54 0.38 1.38 V Lurus
311
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 2.26 16.22 0.41 2.95 V Lurus
312
BP12-PL4-III-
0.27 0.06 6.53 16.40 0.30 0.75 V Lurus
313
BP12-PL4-III-
0.72 0.40 4.39 15.81 1.42 5.10 V Lurus
314
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 4.87 19.31 0.61 2.41 V Lurus
315
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 5.53 18.01 0.36 1.17 V Lurus
316
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 3.25 17.75 0.31 1.71 V Lurus
317
BP12-PL4-III-
0.40 0.13 4.25 16.22 0.44 1.67 V Lurus
318
BP12-PL4-III-
0.27 0.06 5.02 15.46 0.24 0.73 V Lurus
319
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 4.65 15.46 0.43 1.42 V Lurus
320
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 2.08 8.32 0.12 0.48 V Lurus
321
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 5.54 13.94 0.59 1.48 V Lurus
322
BP12-PL4-III-
0.48 0.18 4.94 22.27 0.72 3.23 V Lurus
323
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 9.38 19.62 1.04 2.18 V Lurus
324
BP12-PL4-III-
0.68 0.36 6.24 23.04 1.82 6.72 V Lurus
325
BP12-PL4-III-
0.51 0.20 4.98 14.35 0.81 2.34 V Lurus
326
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 3.31 17.18 0.68 3.55 V Lurus
327
BP12-PL4-III-
0.38 0.11 10.12 17.97 0.93 1.65 V Lurus
328
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 7.71 17.97 1.32 3.08 V Lurus
328
BP12-PL4-III-
0.59 0.27 2.24 18.65 0.48 4.02 V Lurus
329
BP12-PL4-III-
0.46 0.17 7.00 17.91 0.92 2.37 V Lurus
330
BP12-PL4-III-
0.59 0.27 5.34 20.73 1.15 4.47 V Lurus
331
BP12-PL4-III-
0.68 0.36 5.08 28.13 1.48 8.21 V Lurus
332
BP12-PL4-III- 0.68 0.37 3.09 18.19 0.91 5.36 V Lurus
333
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 2.80 10.28 0.33 1.19 V Lurus
334
BP12-PL4-III-
0.73 0.42 7.53 21.24 2.51 7.09 V Lurus
335
BP12-PL4-III-
0.69 0.37 3.96 18.73 1.19 5.62 V Lurus
336
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 4.88 19.38 0.75 2.97 V Lurus
337
BP12-PL4-III-
0.42 0.14 6.67 21.33 0.74 2.37 V Lurus
338
BP12-PL4-III-
0.60 0.28 3.07 13.82 0.68 3.08 V Lurus
339
BP12-PL4-III-
0.18 0.03 4.85 15.49 0.10 0.33 V Lurus
340
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 7.50 19.28 0.88 2.27 V Lurus
341
BP12-PL4-III-
0.59 0.27 3.31 16.90 0.71 3.64 V Lurus
342
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 4.37 13.85 0.21 0.67 V Lurus
343
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 6.62 24.92 0.81 3.07 V Lurus
344
BP12-PL4-III-
0.55 0.24 4.41 16.06 0.85 3.10 V Lurus
345
BP12-PL4-III-
0.84 0.56 4.29 16.46 1.92 7.36 V Lurus
346
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 5.59 12.19 0.31 0.69 V Lurus
347
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 5.68 17.59 1.45 4.48 V Lurus
348
BP12-PL4-III-
0.61 0.29 4.22 20.62 0.97 4.74 V Lurus
349
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 6.43 18.90 1.18 3.48 V Lurus
350
BP12-PL4-III-
0.62 0.30 7.09 23.69 1.70 5.68 V Lurus
351
BP12-PL4-III-
0.75 0.44 9.30 28.18 3.27 9.91 V Lurus
352
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 4.24 12.17 1.10 3.16 V Lurus
353
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 3.88 7.73 0.21 0.43 V Lurus
354
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 4.01 12.44 0.33 1.01 V Lurus
355
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 4.62 12.88 0.50 1.39 V Lurus
356
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 6.70 15.88 0.43 1.01 V Lurus
357
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 5.59 16.07 0.37 1.06 V Lurus
358
BP12-PL4-III- Bercaba
0.74 0.43 2.05 15.76 0.70 5.40 V
359 ng
BP12-PL4-III-
0.35 0.10 2.87 16.92 0.22 1.30 V Lurus
360
BP12-PL4-III-
0.39 0.12 2.20 16.47 0.22 1.61 V Lurus
361
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 6.21 12.38 0.39 0.77 V Lurus
362
BP12-PL4-III-
0.23 0.04 3.28 15.80 0.11 0.51 V Lurus
363
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 4.29 12.98 0.27 0.81 V Lurus
363
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 5.66 14.04 0.27 0.68 V Lurus
364
BP12-PL4-III-
0.74 0.43 5.34 21.36 1.83 7.32 V Lurus
365
BP12-PL4-III-
0.58 0.27 3.20 18.37 0.68 3.92 V Lurus
366
BP12-PL4-III-
0.24 0.04 4.19 10.31 0.15 0.37 V Lurus
367
BP12-PL4-III-
0.25 0.05 2.82 10.83 0.11 0.43 V Lurus
368
BP12-PL4-III-
0.37 0.11 7.56 19.89 0.65 1.70 V Lurus
369
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 9.83 20.95 1.64 3.50 V Lurus
370
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 5.47 16.69 0.84 2.55 V Lurus
371
BP12-PL4-III-
0.53 0.22 4.72 18.72 0.83 3.29 V Lurus
372
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 7.91 22.66 0.92 2.63 V Lurus
373
BP12-PL4-III-
0.43 0.15 6.05 19.42 0.71 2.29 V Lurus
374
BP12-PL4-III-
0.54 0.23 2.55 19.26 0.48 3.59 V Lurus
375
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 3.44 19.44 0.42 2.39 V Lurus
376
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 3.56 15.38 0.29 1.25 V Lurus
377
BP12-PL4-III-
0.63 0.31 5.35 16.66 1.34 4.16 V Lurus
378
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 2.46 12.35 0.64 3.21 V Lurus
379
BP12-PL4-III-
0.82 0.52 6.48 17.17 2.70 7.17 V Lurus
380
BP12-PL4-III-
0.65 0.33 4.28 26.35 1.12 6.92 V Lurus
381
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 4.28 27.65 0.65 4.18 V Lurus
381
BP12-PL4-III-
0.64 0.32 11.33 22.27 2.89 5.68 V Lurus
382
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 7.14 27.65 0.85 3.31 V Lurus
383
BP12-PL4-III-
0.35 0.10 9.99 22.10 0.78 1.73 V Lurus
384
BP12-PL4-III-
0.29 0.06 10.45 21.75 0.54 1.12 V Lurus
385
BP12-PL4-III-
0.70 0.38 0.45 17.95 0.14 5.48 V Lurus
386
BP12-PL4-III-
0.73 0.42 6.94 27.10 2.34 9.13 V Lurus
387
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 1.76 16.62 0.10 0.96 V Lurus
388
BP12-PL4-III-
0.23 0.04 1.76 16.62 0.06 0.55 V Lurus
388
BP12-PL4-III-
0.50 0.20 1.76 16.62 0.28 2.64 V Lurus
388
BP12-PL4-III-
0.53 0.22 7.34 20.59 1.30 3.66 V Lurus
389
BP12-PL4-III- 14.5
0.93 0.67 4.93 26.89 2.66 V Lurus
390 0
BP12-PL4-III-
0.69 0.38 5.13 24.95 1.55 7.55 V Lurus
391
BP12-PL4-III- 0.31 0.07 4.94 14.80 0.29 0.87 V Lurus
392
BP12-PL4-III-
0.28 0.06 5.04 12.71 0.24 0.61 V Lurus
392
BP12-PL4-III-
0.88 0.61 2.19 19.81 1.06 9.61 V Lurus
393
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 4.06 18.37 0.33 1.49 V Lurus
394
BP12-PL4-III-
0.68 0.37 5.63 21.08 1.66 6.21 V Lurus
395
BP12-PL4-III-
0.52 0.21 3.17 18.39 0.53 3.07 V Lurus
396
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 9.94 25.99 1.19 3.11 V Lurus
397
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 11.24 24.80 0.66 1.46 V Lurus
398
BP12-PL4-III-
0.31 0.07 8.02 13.73 0.47 0.81 V Lurus
399
BP12-PL4-III-
0.48 0.18 8.09 21.23 1.18 3.08 V Lurus
400
BP12-PL4-III-
0.73 0.42 6.70 26.35 2.26 8.88 V Lurus
401
BP12-PL4-III-
0.65 0.33 7.61 17.00 2.00 4.46 V Lurus
402
BP12-PL4-III-
0.59 0.28 12.32 19.64 2.72 4.33 V Lurus
403
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 8.60 23.05 1.28 3.44 V Lurus
404
BP12-PL4-III-
0.51 0.20 11.96 25.16 1.93 4.05 V Lurus
405
BP12-PL4-III-
0.57 0.26 12.71 29.07 2.62 6.00 V Lurus
406
BP12-PL4-III-
0.50 0.20 13.10 27.65 2.06 4.34 V Lurus
407
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 6.26 22.10 0.45 1.58 V Lurus
408
BP12-PL4-III-
0.45 0.16 6.05 25.16 0.77 3.19 V Lurus
409
BP12-PL4-III-
0.51 0.21 7.61 26.35 1.26 4.35 V Lurus
410
BP12-PL4-III-
0.34 0.09 4.91 16.40 0.36 1.20 V Lurus
411
BP12-PL4-III-
0.60 0.28 4.49 20.93 1.01 4.71 V Lurus
412
BP12-PL4-III-
0.41 0.13 9.72 25.36 1.01 2.65 V Lurus
413
BP12-PL4-III-
0.47 0.18 6.47 19.54 0.91 2.76 V Lurus
414
BP12-PL4-III-
0.49 0.19 5.70 22.45 0.86 3.39 V Lurus
415
BP12-PL4-III-
0.50 0.20 6.91 21.49 1.10 3.42 V Lurus
416
BP12-PL4-III-
0.23 0.04 4.27 14.19 0.15 0.48 V Lurus
417
BP12-PL4-III-
0.32 0.08 1.60 14.93 0.10 0.95 V Lurus
418
BP12-PL4-III-
0.21 0.04 1.60 12.46 0.05 0.36 V Lurus
419
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 1.60 13.69 0.05 0.43 V Lurus
420
BP12-PL4-III-
0.44 0.15 7.77 15.81 0.94 1.92 V Lurus
421
BP12-PL4-III-
0.25 0.05 1.60 9.70 0.06 0.37 V Lurus
422
BP12-PL4-III-
0.22 0.04 1.60 8.80 0.05 0.27 V Lurus
423
BP12-PL4-III-
0.20 0.03 1.60 6.92 0.04 0.17 V Lurus
424
BP12-PL4-III-
0.30 0.07 1.27 12.51 0.07 0.69 V Lurus
425
BP12-PL4-III-
0.59 0.28 7.85 11.96 1.73 2.63 V Lurus
426
BP12-PL4-III-
0.36 0.10 2.52 13.04 0.20 1.04 V Lurus
427
BP12-PL4-III-
0.25 0.05 1.60 10.88 0.06 0.43 V Lurus
428
BP12-PL4-III-
0.26 0.05 1.60 10.60 0.07 0.45 V Lurus
429
IV.2.2 Pembahasan
Perkembangan tanaman pohon merkusii umumnya dikenal sebagai
tanaman reboisasi. Secara alami, jenis pohon tersebut tumbuh membentuk tegakan
hutan alam di daerah Sumatra, tepatnya di daerah Tapanuli dan Kerinci
(Darmawan dkk., 2018). Tanda-tanda khusus dari pohon pinus adalah tidak
berbanir, kulit luar kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak
mengelupas dan beralur lebar (Siregar, 2005). Ciri lain dari pohon pinus adalah
pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan pinus dewasa dapat mencapai tinggi
30 m dan diameter 60–80 cm, sedangkan tegakan tua dapat mencapai tinggi 45 m
dan diameter 140 cm (Hidayat dan Hansen, 2001). Pohon pinus berbunga dan
berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Juli-November (Siregar, 2005).
Pohon pinus berumah satu dengan bunga berkelamin tunggal, bunga jantan
dan betina berada dalam satu tunas, buah pinus berbentuk kerucut, silindris
dengan panjang 5–10 cm dan lebar 2–4 cm, lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm,
dan biji pinus memiliki sayap yang dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap
sisik menghasilkan dua biji dengan panjang sayap 22–30 mm dan lebar 5–8 mm,
dalam satu strobilus buah umumnya terdapat 35–40 biji per kerucut dengan
jumlah biji 50.000–60.000 biji per kg (Hidayat dan Hansen, 2001).
Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik pengumpulan, pengevaluasian,
dari menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara
umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan
dengan kegiatan sensus maupun sampling. Tujuannya adalah mendapatkan data
yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan
perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka
menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalam
inventarisasi yang dilaksanakan. Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi
survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya
manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan (Usman,
2013).
Inventarisasi pinus dimulai pada hari Sabtu, 14 Januari 2023 sampai 17
Januari 2023 di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin tepatnya di sub-blok
pengembangan pemanenan modern. Kegiatan ini dilakukan dengan mengukur
Tinggi Bebas Cabang, Tinggi total, Keliling dan Kelerengan pada pohon pinus.
Pada lokasi inventarisasi pinus yang dilakukan berupa hutan alam dengan dengan
kelerengan agak curam sampai sangat curam hal ini merupakan salah satu kendala
pada saat melakukan inventarisasi pinus. Pohon pinus yang berada di hutan alam
sangat berbeda yang ada di hutan tanaman, perbedaannya ialah sebaran tegakan
pinus yang pada suatu titik biasanya terdapat pohon pinus 10-25 pohon dengan
jarak tanam yang bervariasi mulai < 1 m hingga ± 15 m dan kebanyakan pinus
yang di temukan pada hutan alam kondisi pohonnya masih belum disadap hanya
terdapat 17 pohon yang memiliki bekas penyadapan dengan sistem sadap yaitu
koakan.
Beragamnya jarak tanam antar pohon menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan pohon beragam pula sehingga kondisi pohon yang ditemukan
bermacam-macam pada suatu tegakan, terdapat pohon yang yang memiliki tinggi
dan diameter melebihi pohon-pohon yang ada di sekitarnya dan juga terdapat
pohon pinus yang telah mati dengan usia yang muda. Hal ini disebabkan karena
terjadinya kompetisi pada tegakan tersebut dengan jarak tanam yang tidak teratur
mengakibatkan adanya pohon pinus yang tumbuh lebih besar dari pohon yang ada
di sekitarnya, pinus yang pertumbuhan dan perkembangannya lambat
dibandingkan dengan pinus yang lainnya hingga pinus yang sudah mati karena
tidak mampu bersaing dengan pohon pinus dalam suatu tegakan. Ditemukannya
juga kondisi pohon pinus yang tidak biasa atau abnormal contohnya pohon pinus
yang bercabang dua hingga bercabang tiga, pinus yang bercabang seperti ini
terdapat di hutan alam dan kita masih belum mengetahui penyebabnya.
Hasil yang didapatkan dalam kegiatan inventarisasi pinus hari pertama
yaitu didapatkan 200 pohon. Kemudian dilanjutkan dengan menginven 111
pohon, pada hari ketiga pinus yang didapatkan sebanyak 89 pohon dan pada hari
ketiga setelah melakukan inventarisasi di dalam blok kami melakukan penyisiran
diluar area blok agar kita dapat mengetahui potensi pinus yang ada di luar blok
dan didapatkan pohon pinus sebanyak 29 pohon.
Getah pinus merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) yang cukup potensial dan Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia
setelah Cina dan Brazil. Getah pinus dapat diperoleh melalui pelukaan atau
penyadapan. Getah pinus mampu menghasilkan manfaat berupa gondorukem dan
terpentin. Kegunaan dari gondorukem adalah sebagai bahan vernis, bahan
pembuat sabun, bahan pembuat batik, bahan solder, tinta printer, cat dan lain-lain.
Terpentin bisa digunakan sebagai bahan pengencer cat dan vernis, bahan pelarut
lilin dan bahan pembuatan kamper sintesis. Peluang pasar gondorukem yang
potensial tersebut mendorong pengelola hutan untuk meningkatkan produksi getah
pinus. Rata-rata pohon pinus menghasilkan getah sebanyak 18,0 g/m 2 yang
disadap dengan menggunakan kedukul. Sedangkan penyadapan dengan cara
mujitech dan bor masing-masing menghasilkan getah sebanyak 11,2 g/m 2 dan
11,5 g/m2. Harga getah pinus Rp 3.560/kg di tingkat perhutani.
Pohon induk benih adalah suatu individu pohon yang memiliki syarat-
syarat sebagai pohon penghasil benih. Benih yang bermutu baik harus dipanen
dari pohon yang telah berumur tua atau minimal telah menghasilkan buah 3 – 5
kali. Secara umum pohon yang belum mencapai 3 kali musim berbuah, biasanya
menghasilkan benih/biji dengan persen kecambah yang rendah dan kemampuan
tumbuh yang rendah. Hal ini karena pada pohon-pohon yang mulai belajar
menghasilkan buah, biasanya keseimbangan pembagian produk fotosintensis
(makanan) dari pohon masih banyak didominasi oleh pertumbuhan vegetatif,
sehingga pertumbuhan generatif (bunga dan buah) hanya mendapat sedikit suplai
makanan. Kondisi ini juga menyebabkan banyak kegagalan pembuahan karena
putik (bunga betina) dan benang sari (bunga jantan) gugur sebelum terjadi
persilangan. Diameter dan tinggi pohon sangat penting dalam penilaian pohon
induk benih karena keduanya merupakan hasil akumulasi dari produk fotosintesis.
Pohon-pohon dengan diameter yang besar dan bebas cabang yang tinggi
menunjukan bahwa pohon-pohon tersebut memiliki kemampuan yang lebih dalam
pemanfaatan faktor lingkungan seperti cahaya, unsur hara, air dan CO2. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pohon-pohon tersebut akan banyak memiliki
hasil fotosintesis, sehingga sebagian besar dari hasil tersebut akan dapat dipakai
untuk pertumbuhan generatif tanaman. Rata-rata diameter pohon yang dijadikan
sebagai sumber benih adalah pohon yang memiliki diameter 20 cm keatas, tinggi
bebas cabang > 66%, memiliki batang yang lurus, tinggi pohon > 76%, tidak
memiliki bekas percabangan, batang silindris, dan batang mulus tanpa cacat dan
bekas serangan hama penyakit. Dari data pohon yang didapatkan, beberapa pohon
yang dapapat dijadikan sebagai sumber benih adalah pohon 002, 015, 016, 034,
dan 035.
Dalam seleksi pohon induk benih biasanya ukuran tajuk pohon tidak
banyak mendapat perhatian karena hanya dengan nilai diameter dan tinggi pohon
sudah dapat memberikan hasil yang maksimal dalam penilaian sumber benih.
Tetapi dengan melihat ukuran tajuk pohon dapat juga menilai seberapa bagus
benih pohon tersebut. Semakin bagus ukuran tajuk suatu pohon, maka semakin
bagus benih yang dihasilkan. Persyaratan posisi atau letak pohon induk benih
lebih difokuskan pada posisi/letak terhadap datangnya sinar matahari pagi.
Sinar matahari pagi adalah sinar yang efektif bagi proses fotosintesis
tanaman karena hanya mengandung sedikit energi panas sehingga efektif dalam
pemanfaataannya. Pada siang hari terutama pada jam 12 siang dan seterusnya,
sinar matahari cenderung memiliki energi panas lebih tinggi sehingga tumbuhan
melakukan antisipasi penutupan stomata agar tidak terjadi kerusakan sel-sel
stomata dan transpirasi tidak berlebihan. Oleh karena itu disarankan agar pohon
yang posisinya mendapat cukup sinar matahari pagi, harus menjadi pilihan untuk
pohon induk benih. Bahkan disarankan agar benih hanya dikoleksi dari bagian
tajuk pohon yang mendapat cukup sinar matahari pagi.
IV.3Inventarisasi Aren
IV.3.1 Hasil
Adapun hasil dari praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengukuran Dengan Metode Sensus
IV.4.1 Hasil
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Pohon dan Tiang
POHON
Jenis Tinggi Pohon
Pl N K D LB J
Nama TB TBC Tt Ttot ϐ JD
ot o Nama latin (m) (m) DS L
lokal C (m) ot (m)
1 3 1
1 Pinus Pinus merkusii 0.97 0.31 0.07 1 37 13.29 8.48
2 0
3 1
2 Pinus Pinus merkusii 0.83 0.26 0.05 2.3 43 15.07 7.99
7 0
4 1
3 Pinus Pinus merkusii 0.68 0.22 0.04 2.1 19 10.76 7.55
1 0
4 Pinus Pinus merkusii 0.76 0.24 0.05 1.8 27 11.69 3 1 7.99
7 0
3 1
5 Akasia Acacia mangium 1.2 0.38 0.11 1.4 28 11.69 8.19
5 0
3 1
6 Akasia Acacia mangium 0.8 0.25 0.05 2 30 12.07 8.19
5 0
1 1
1 Litsea Litsea 0.97 0.31 0.07 2.2 65 24.74 9.74
3 0
1 1
2 Akasia Acacia mangium 1.05 0.33 0.09 1.2 62 22.35 9.66
5 0
2
1 1
3 Saprosma Saprosma ternata 0.98 0.31 0.08 1.9 53 16.78 9.74
3 0
1 1
4 Ficus sp Ficus insipda 1.09 0.35 0.09 1.6 56 17.94 9.85
0 0
2 1
1 Litsea Litsea 1.3 0.41 0.13 1.5 63 23.51 9.34
1 0
1 1
2 Saprosma Saprosma ternata 0.91 0.29 0.07 2.2 61 21.61 9.66
5 0
2 1
3 Ficus sp Ficus insipda 0.78 0.25 0.05 2.6 63 23.63 8.91
7 0
3
1 1
4 Akasia Acacia mangium 1.4 0.45 0.16 1.2 32 10.63 9.51
8 0
2 1
5 Akasia Acacia mangium 1.1 0.35 0.10 0.9 51 16.71 9.34
1 0
1 1
6 Litsea Litsea 0.75 0.24 0.04 0.57 38 12.24 9.46
9 0
1 1
1 Pinus Pinus merkusii 1.09 0.35 0.09 1.9 49 15.63 9.51
8 0
2 1
2 Pinus Pinus merkusii 1.35 0.43 0.15 1.5 40 13.02 9.34
1 0
2 1
3 Litsea Litsea 0.68 0.22 0.04 0.78 35 11.72 9.34
1 0
2 1
4 4 Saprosma Saprosma ternata 0.79 0.25 0.05 0.92 34 12.35 8.75
9 0
2 1
5 Akasia Acacia mangium 0.82 0.26 0.05 2.1 35 12.17 9.06
5 0
2 1
6 Saprosma Saprosma ternata 0.97 0.31 0.07 0.7 37 12.95 8.83
8 0
2 1
7 Akasia Acacia mangium 0.89 0.28 0.06 1.9 36 12.08 9.27
2 0
1 1
1 Akasia Acacia mangium 0.83 0.26 0.05 17 6.8 43 12.94 9.74
3 0
1 1
2 Litsea Litsea 0.91 0.29 0.07 15 6.9 45 13.97 9.61
6 0
5
1 1
3 Litsea Litsea 0.73 0.23 0.04 14 4.1 42 12.62 9.74
3 0
1 1
4 Saprosma Saprosma ternata 0.86 0.27 0.06 21 4.4 43 13.07 9.70
4 0
T I A N G
Jenis Tinggi Pohon
Pl N K D LB J
Nama TB TBC Tt Ttot ϐ JD
ot o Nama latin (m) (m) DS L
lokal C (m) ot (m)
Daun Phyllantus tenellus 0.00 1 1
1 0.22 0.07 -10 1.95 13 5.94 9.78
pulau R 4 2 0
Daun Phyllantus tenellus 0.00 1 1
2 0.21 0.07 0.93 15 6.78 9.66
pulau R 4 5 0
Daun Phyllantus tenellus 0.00 1 1
1 3 0.17 0.05 0.63 12 5.43 9.85
pulau R 2 0 0
0.00 1 1
4 Pinus Pinus merkusii 0.27 0.09 -11 2.1 17 6.99 9.70
6 4 0
Daun Phyllantus tenellus 0.00 1 1
5 0.25 0.08 0.73 11 6.22 9.61
pulau R 5 6 0
0.00 1
1 Litsea Litsea 0.27 0.09 0.32 31 8.62 6 9.95
6 0
Pouteria 0.01 1
2 Sawo 0.38 0.12 0.43 18 5.71 5 9.96
campechiana 1 0
2 Chionantus 0.00 1
3 Zaitun 0.32 0.10 0.51 17 5.85 7 9.93
ramiflorus 8 0
0.01 1
4 Antides Antides montanum 0.42 0.13 0.72 21 6.30 5 9.96
4 0
5 Mimba Azadirachta indica 0.29 0.09 0.00 0.89 24 6.57 3 1 9.99
7 0
0.01 1
1 Litsea Litsea 0.38 0.12 1.3 35 9.45 5 9.96
1 0
0.01 1 1
2 Antides Antides montanum 0.42 0.13 1.8 19 8.11 9.46
4 9 0
Chionantus 0.01 1 1
3 Zaitun 0.36 0.11 2.1 12 6.08 9.70
ramiflorus 0 4 0
Daun Phyllantus tenellus 0.00 1 1
3 4 0.27 0.09 1.1 15 6.93 9.61
pulau R 6 6 0
Daun Phyllantus tenellus 0.00 1
5 0.29 0.09 2.5 34 9.83 9 9.88
pulau R 7 0
Chionantus 0.01 1
6 Zaitun 0.49 0.16 0.95 27 7.88 7 9.93
ramiflorus 9 0
0.02 1 1
7 Antides Antides montanum 0.57 0.18 1.6 25 7.93 9.85
6 0 0
0.00 1 1
1 Antides Antides montanum 0.27 0.09 0.75 21 8.05 9.61
6 6 0
Akar Arisaema 0.00 1 1
2 0.32 0.10 0.56 26 8.30 9.82
naga dracontium L 8 1 0
0.01 1
3 Antides Antides montanum 0.41 0.13 0.98 29 8.48 8 9.90
3 0
4
Akar Arisaema 0.00 1
4 0.29 0.09 0.66 25 7.28 6 9.95
naga dracontium L 7 0
0.01 1 1
5 Litsea Litsea 0.37 0.12 0.87 25 8.09 9.82
1 1 0
0.00 1 1
6 Antides Antides montanum 0.21 0.07 0.73 25 8.54 9.70
4 4 0
0.00 1 1
1 Sp1 Quercus phellos L. 0.32 0.10 0.82 18 7.17 9.70
8 4 0
0.00 1 1
2 Sp1 Quercus phellos L. 0.29 0.09 0.79 25 8.69 9.66
7 5 0
5
0.01 1 1
3 Litsea Litsea 0.43 0.14 0.93 16 7.57 9.46
5 9 0
0.00 1 1
4 Sp1 Quercus phellos L. 0.22 0.07 0.74 19 7.67 9.61
4 6 0
IV.4.2 Pembahasan
Vegetasi tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-
lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alamiah pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik. Keanekaragaman hewan
menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk, struktur tubuh, warna, jumlah, dan
sifat lainnya di suatu daerah. Sumber alam hayati merupakan bagian dari mata
rantai tatanan lingkungan hidup, yang menjadikan lingkungan ini hidup dan
mampu menghidupkan manusia dari generasi ke generasi.
Analisis vegetasi dilakukan di Hutan Alam dengan mengukur keliling dan
derajat tinggi pada tiang dan pohon, serta mengidentifikasi jumlah spesies
pancang dan semai pada plot. Kegiatan inventarisasi flora menggunakan metode
plot terdapat 27 pohon, 27 tiang, 72 pancang dan 116 semai. Berdasarkan hasil
pengamatan yang didapatkan yaitu dominan terdapat pohon akasia dan daun
pulau. Inventarisasi fauna dilakukan dengan metode transek jalur, fauna yang
diinventarisasi ialah kelompok fauna jenis aves, reptil, dan mamalia. Adapun hasil
yang didapatkan sebanyak 2 fauna dengan kelompok fauna jenis aves dan reptil
yaitu burung dan ular. Burung ditemukan dengan meninggalkan jejak kotoran
sedanglkan ular meninggalkan sisiknya.
IV.5Survei Sosial Ekonomi
IV.5.1 Narasumber
1. Responden 1
a. Identitas
Nama : Harmia
Alamat : Dusun Mocongjai, Desa Rompegading
No. Hp : 081241631154
Asal Responden: Warga Asli
Berapa anggota keluarga : 5 Orang
Nama kepala rumah tangga :
- Nama : Ibu Becce
- Umur : 90 Tahun
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Agama : Islam
b. Komoditi dan Lahan
Jenis komoditi yang ditanam: Padi dan Kacang
Luas Lahan: 0,8 ha
Ternak: -
c. Pendapatan
1. Biaya
Tabel 8. Modal Fixed Cost Responden 1
Fixed Cost Fixed Cost
Kebutuhan
No. Jenis Jumlah Satuan (Harga (Total Harga Keterangan
Lahan
Satuan) Satuan)
Cangkul 1 unit Rp. 130.000 Rp. 130.000
Alat yang
1. Sabit 1 unit Rp. 20.000 Rp. 20.000
digunakan
Parang 1 unit Rp. 50.000 Rp. 50.000
Total Fixed Cost Rp. 200.000
Variable
Variable Cost
Kebutuhan Cost
No. Jenis Jumlah Satuan (Total Harga Keterangan
Lahan (Harga
Satuan)
Satuan)
Urea 5 Karung Rp. 130.000 Rp. 1.040.000
1. Pupuk
Posca 2 Karung Rp. 135.000 Rp. 270.000
2. Pestisida Gramoxone 2 Botol Rp. 92.000 Rp. 184.000
Bahan
5 Bakar Pertalite 121 Liter Rp. 11.000 Rp. 2.676.000
(Motor)
Total Variable Cost Rp. 4.170.000
Tabel 9. Modal Variable Cost Responden 1
3. Pendapatan
Pendapatan = Penerimaan - Biaya
= Rp. 17.540. 000 - Rp. 4.370.000
= Rp. 13. 170.000
d. Jadwal harian
Responden 1
Jadwal Kegiatan
04.00-05.00 Bangun Tidur
05.00-05.30 Memasak
05.30-06.00 Sarapan
06.00-06.30 Siap-Siap ke sawah
06.30-06.45 Berangkat ke sawah
06.45-12.00 bekerja di sawah
12.00-13.00 Ishoma
13.00-16.00 Lanjut bekerja di sawah
16.00-16.15 Pulang ke rumah
16.15-16.45 bersih-bersih badan
16.45-18.30 Istirahat
18.30-19.40 Makan malam
19.40-21.30 Kumpul bersama keluarga
21.30-04.00 Tidur
2. Responden 2
a. Identitas
Nama : Husnaini
Alamat : Dusun Mocongjai, Desa Rompegading
No. Hp : 082197320009
Asal Responden: Warga Asli
Berapa anggota keluarga : 3 Orang
Nama kepala rumah tangga :
- Nama : Abd. Haris
- Umur : 73 Tahun
- Pekerjaan : Petani
- Agama : Islam
b. Komoditi dan Lahan
Jenis komoditi yang ditanam: Padi dan Kacang
Luas Lahan: 0,5 ha
Ternak:-
c. Pendapatan
1. Biaya
Tabel 11. Modal Fixed Cost Responden 2
Fixed Cost Fixed Cost
Kebutuhan
No. Jenis Jumlah Satuan (Harga (Total Harga Keterangan
Lahan
Satuan) Satuan)
Alat yang Sabit 1 unit Rp. 20.000 Rp. 20.000
1.
digunakan Cangkul 1 unit Rp. 130.000 Rp. 130.000
Total Fixed Cost Rp. 150.000
3. Pendapatan
Pendapatan = Penerimaan - Biaya
= Rp. 11.175. 000 - Rp. 924.000
= Rp. 10.251.000
d. Jadwal harian
Responden 2
Jadwal Kegiatan
04.30-05.15 Bangun tidur
05.15-06.15 Sarapan
06.15-06.45 Siap-Siap ke sawah
06.45-07.00 Berangkat ke sawah
07.00-12.00 bekerja di sawah
12.00-13.00 Ishoma
13.00-16.00 Lanjut bekerja di sawah (Pembersihan)
16.00-16.20 Pulang ke rumah
16.20-16.50 Mandi
16.50-18.30 Istirahat
18.30-19.40 Makan malam
19.40-21.30 Nonton TV bersama keluarga
21.30-22.00 Bermain bersama cucu-cucu
22.00-04.30 TIdur
3. Responden 3
a. Identitas
Nama : Baharuddin
Alamat: Dusun Mocongjai, Desa Rompegading
No. Hp: -
Asal Responden: Warga Asli
Berapa anggota keluarga : 3 Orang
Nama kepala rumah tangga :
- Nama : Baharuddin
- Tempat/Tanggal Lahir : Mahasa, 1 April 1967
- Pekerjaan : Petani
- Agama : Islam
b. Komoditi dan Lahan
Jenis komoditi yang ditanam: Padi, kacang dan semangka
Luas Lahan: 1 ha
Ternak: -
c. Pendapatan
1. Biaya
3. Pendapatan
Pendapatan : Penerimaan - biaya
:Rp. 55.000.000 - 4.008.000
:Rp. 50.992.000
d. Jadwal Harian
Jadwal Kegiatan
06.00-06.15 siap-siap ke sawah
06.15-06.45 Perjalanan ke sawah
06.45-08.30 pencampuran pupuk
08.30-10.00 penaburan pupuk
10.00.10.45 istirahat
10.45-13.00 pembersihan sekitar sawah
13.00-14.00 Melanjutkan penaburan
14.00-15.30 Pembersihan sekitar sawah
15.30-16.30 istirahat
16.30-17.00 Pulang ke rumah
17.00-20.30 bersih-bersih, sholat dan makan
20.30-22.00 minum kopi dan nonton tv
22.00-06.00 tidur
dari keadaan sekarang. Dalam hal ini persepsi dan aspirasi serta interaksi sosial
yang dimaksudkan mengenai keberadaan Hutan Pendidikan Unhas terhadap
kehidupan masyarakat desa sekitar hutan. Pengambilan aspirasi dilakukan
terhadap setiap responden.
Dari hasil wawancara didapatkan, responden pertama menyampaikan
bahwa keberadaan Hutan Pendidikan sangat berarti penting karena hampir setiap
minggu ada mahasiswa yang datang ke sekitar wilayah hutan yang membuat
suasana menjadi ramai. Responden kedua menyampaikan bahwa keberadaan
Hutan Pendidikan membuat akses untuk memasuki hutan menjadi sulit, sehingga
masyarakat tidak dapat memanfaatkan wilayah sekitar hutan Pendidikan karena
harus melakukan perizinan terlebih dahulu. Responden ketiga menyampaikan
bahwa keberadaan Hutan Pendidikan membantu secara finansial, yakni
pengunjung dan mahasiswa sering membeli hasil kebun dari responden ketiga.
IV.6Teknik Silvikultur
IV.6.1 Hasil
1. Hasil Pengukuran Hutan Pinus Bekas Kebakaran
Tabel 20. Hasil Pengukuran Pohon
No Nama Lokal Nama Latin D (m) LBDS TBC (m) Ttot (m) Volume TBC Volume Ttot X Y T S U B
1 Pinus Pinus merkusii 0.31 0.07 10.60 17.00 0.64 1.02 2.3 5.4 4.3 4.9 5 4.3
2 Pinus Pinus merkusii 0.32 0.08 11.12 22.82 0.74 1.51 6.9 13 3 3.5 4.2 2.9
3 Pinus Pinus merkusii 0.44 0.15 6.01 26.75 0.72 3.20 6.7 8.9 5.2 6.3 5.4 5.8
4 Pinus Pinus merkusii 0.28 0.06 5.24 18.24 0.25 0.88 9.8 14 4 2.3 3.4 5.2
5 Pinus Pinus merkusii 0.52 0.21 6.32 16.44 1.07 2.78 11 19 5 4.3 4.8 6.8
6 Pinus Pinus merkusii 0.42 0.14 1.60 19.25 0.18 2.14 20 19 4.8 3.9 5.6 6.2
Tabel 21. Hasil Pengukuran Tiang
No Nama Lokal Nama Latin D (m) LBDS TBC (m) Ttot Volume TBC Volume X Y T S U B
(m) Ttot
1 Lobe-Lobe Flocourtia inermis 1.69 2.24 0.93 3.65 1.66 6.54 5 3 2.5 4.3 2 3.6
2 Pinus Pinus merkusii 2.29 4.13 1.95 3.86 6.44 12.74 7 5 3.5 2.3 3 2.7
Tabel 22. Hasil Pengukuran Pancang
No Nama Lokal Nama Latin Jumlah
1 Senggani Melastoma 3
malabathricum
2 Homalanthus Homalanthus populneus 2
3 Pinus Pinus merkusii 6
4 Kapu' Litsea glutinosa 2
5 Ficus Insipd Ficus Insipida 4
Tabel 23. Hasil Pengukuran Semai
No Nama Lokal Nama Latin Jumlah
1 Senggani Melastoma 7
malabathricum
2 Garcenia Garcenia mangostana 4
3 Loba-Lobe Flocourtia inermis 2
4 Kapu' Litsea glutinosa 3
5 Sinamomon Cinnamomum verum 6
6 Sapindaseae Sapindaceae 5
Tabel 24. Hasil Perhitungan Biomassa
NILAI PERSAMAAN ALOMETRIK POTENSI BIOMASSA TEGAKAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON PENDUGAAN SERAPAN CO2
IV.7.1 Hasil
Tabel 35. Data Teknis Lapangan
7. Bambu
Ketersediaan Bahan di lapangan (Batu,
Pasir
Bambu atau kayu) Kayu
Batu
8. Kawasan Hutan Pendidikan
Kepemilikan lahan (Status Universitas Hasanuddin
Kepemilikan (Milik/ Kawasan)
9.
Obyek vital yang ada
No Hasil Pengukuran
Elemen Posisi
Kanan (cm) Kiri (cm)
Dasar 61 68
50 cm 100 70
1 Lebar Alur 100 cm 112 148
Tepi kiri 11
2 Kedalaman Alur Tengah 14
Tepi kanan 8
Penghujan 14 cm
4 Kedalaman
Aliran
Kemarau
Karakteristik Erosi
Koordinat
Dimensi Eorsi Bentuk Sedimentasi
No Nama Erosi Tutupan Lahan
Lebar (cm) Arah Eorsi
x y Panjang (cm) Kedalaman (cm) Tanah Pasir Batuan
L1 L2 L3
1 4.97058 119.774387 Erosi tebing Pisang, bambu 218 197 201 230 21 151
2 4.97036 199.77433 Erosi percik Ladang, sawah 26 31 24 26 2 201
IV.7.2 Pembahasan
Tindakan konservasi tanah merupakan perbandingan antara besarnya erosi
yang terjadi pada suatu lahan dengan tindakan konservasi yang dilakukan pada
erosi tersebut. Faktor P menunjukkan keadaan dari pengaruh tindakan konservasi
pada suatu lahan seperti strip cropping, countouring, ataupun penggunaan
drainase di bawah permukaan. Tindakan-tindakan konservasi yang dilakukan akan
berpengaruh terhadap terjadinya erosi dengan memodifikasi pola aliran,
mengurangi jumlah dan tingkat limpasan, serta arah aliran permukaan. Bentuk
usaha yang dilakukan untuk mengurangi erosi pada tanah juga menjadi salah satu
teknik konservasi tanah. Oleh karena itu dalam pengukuran dimensi sungai ini,
yang perlu dipelajari tidak hanya mengenai erosi itu sendiri, namun perlu juga
melihat tindakan-tindakan konservasi di dalamnya (Harahap, 2018).
Konservasi tanah dan air dilakasanakan pada hari Rabu, 01 Februari 2023
di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Dimana praktek kerja lapang
konservasi tanah dan air dilakukan dengan melakukan pengukuran dimensi sungai
dan pengamatan karakteristik erosi yang terdapat pada lokasi pengukuran tersebut.
Pengukuran dimensi sungai menggunakan metode paralon PCC mengkur tinggi
permukaan, tengah dan dasar sungai, selain itu pengukuran tinggi dilakukan
dengan menyambungkan pipa yang memiliki tinggi 50 cm. Selain itu pengukuran
tiap tinggi tepi sungai yang dilakukan menggunakan roll meter.
Berdasarkan hasil pengukuran dimensi sungai yang kami dapatkan dari
lapangan untuk penutupan lahannya kami menemukan ladang/sawah dan hutan
alam. Dengan kemiringan rata-rata alur dari hulu ke hilir yaitu -5o atau 1,38% dari
hilir ke hulu +5o atau 1,38%. Untuk kemiringan rata-rata DTA yaitu tepi kanan 19
o o
atau 5,27% dan tepi kiri 2 atau 0,55%. Erosi yang terjadi pada pengukuran
dimensi sungai yaitu erosi percik dan erosi tebing sungai. Aksesibilitas menuju
lokasi pengukuran dengan melalui jalan aspal, beton, tanah, sungai berbatu.
Ketersediaan bahan di lapangan yang dapat dijadikan sebagai Dam penahan (Dpn)
terdapat bambu, pasir, kayu dan batu. Status kepemilikan lahan yaitu kahawasan
hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.
Setelah dilakukan pengukuran maka diperoleh data dimensi sungai dengan
melakukan pengukuran lebar alur sungai dilakukan sebanyak 5 kali. Pengukuran
lebar alur dimulai dari bagian dasar terdapat bagian kanan 61 cm dan kiri 68 cm.
Kemudian pengukuran kedua tepi kanan 100 cm dan tepi kiri 70 cm. Pengukuran
ketiga tepi kanan 112 cm dan tepi kiri 148 cm. Pengukuran keempat tepi kanan
144 cm dan tepi kiri 187 cm. Pengukuran kelima tepi kanan 179 cm dan tepi kiri
188 cm.
Pengukuran kedalaman alur yang dilakukan dengan cara mengukur
kedalaman alur bagian kanan, kiri dan tengah. Hasil pengukuran kedalaman alur
bagian kanan adalah 8 cm, bagian kiri 11 cm dan bagian tengah 14 cm. Adapun
pengamatan kondisi tanah pada dinding alur yaitu terdapat serasah, bertanah,
berlumut dan terdapat pohon pisang. Kemudian kondisi pada dasar alur yaitu
berbatu, berpasir dan terdapat banyak bebatuan besar. Untuk kedalaman aliran
yang didapatkan adalah 14 cm pada musim penghujan. Adapun hasil pengamatan
erosi yang dilakukan terdapat dua macam erosi yaitu erosi tebing dengan panjang
230 cm kedalaman 21 cm serta arah erosi 151cm dan erosi percik dengan panjang
26 cm kedalaman 2 cm serta arah erosi 201 cm. Adapun bentuk sedimentasi dari
setiap erosi adalah tanah dan batuan.
Setelah dilakukan pengukuran dimensi sungai dan pengamatan
karakteristik erosi, selanjutnya dilakukan pembangunan bangunan KTA yang
berupa Dam penahan (Dpn). Dimana pembangunan Dam penahan (Dpn) terbuat
dari bebatuan yang disusun yang memiliki fungsi sebagai penahan laju erosi dan
sedimentasi di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Pembangunan KTA ini
diharapkan dapat menanggulangi dampak buruk terjadinya erosi disuatu daerah.
Dam penahan (Dpn) adalah bendungan kecil yang lolos air dengan
konstruksi bronjong batu atau bambu/kayu yang dibuat pada alur jurang dengan
tinggi maksimum 4 m, yang bermanfaat untuk mengendalikan endapan dan aliran
air permukaan dari daerah tangkapan air di bagian hulu dan meningkatnya
permukaan air tanah di bagian hilirnya. Bangunan ini dilengkapi dengan tutup ijuk
yang berfungsi sebagai saringan untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi di
bagian hulu tubuh Dam penahan (Dpn) Untuk memperkuat daya dukung pondasi
khususnya pada tanah lunak, bagian bawah Dpn biasanya dipasangi cerucuk
kayu/bambu yang dilengkapi dengan lantai kerja. Kawat bronjong pada bangunan
ini digunakan untuk memperkuat stabilitas tubuh Dpn sehingga bisa dipasang
bersusun dan bertingkat (Simatupang, dkk., 2018).
IV.8Hasil Hutan Bukan Kayu
IV.8.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktek kerja lapang hasil hutan bukan
kayu ini adalah sebagai berikut :
Tabel 38. Pengukuran Tegakan Pinus (Pinus merkusii)
Pinus
(Pinus
1 2,43 77,38 9.44 22.31
merkusii
)
Pinus
(Pinus
2 2,41 76,75 7.02 20.98
merkusii
)
IV.8.2 Pembahasan
Kegiatan praktek kerja lapang hasil hutan bukan kayu mengenai
penyadapan getah pinus (Pinus merkusii) yang dilaksanakan di Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin dengan jumlah pohon keseluruhan sebanyak 2 pohon
dengan masing-masing pohon terdiri dari 2 koakan. Kemudian dilakukan
pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran keliling dengan menggunakan pita
meter, tinggi bebas cabang dan tinggi total menggunakan alat dengan prinsip
Abney level.
Pada pengukuran keliling untuk Pinus merkusii pertama didapatkan 2,43
m dan diameternya sebesar 77,38 m dengan pengolahan data tinggi bebas cabang
(TBC) 9,44 m, dan tinggi total (TTot) 22,31 m. Pengukuran keliling untuk Pinus
merkusii kedua didapatkan 2,41 m dan diameter 76,75 m dengan pengolahan data
tinggi bebas cabang (TBC) 7,02 m dan tinggi total (TTot) 20,98 m. Dari keliling
yang didapatkan, kedua pohon memenuhi kriteria untuk dilakukan pengoakan
lebih dari satu koakan, sehingga masing-masing pohon dibuat 2 koakan.
Metode penyadapan yang digunakan adalah berdasarkan bekas luka
sadapan dengan sistem koakan dengan cara koakan (quarre) bentuk huruf U
terbalik. Koakan dibuat sejajar panjang batang dengan kedalaman 2 cm dan lebar
10 cm dengan menggunakan alat sadap konvensional yang disebut kedukul.
Dimana keuntungan dari menggunakan sistem koakan ini mudah dilakukan dan
tidak memerlukan persyaratan keterampilan tinggi harga alat sadap
(kedukul/patel) murah dan perawatannya sederhana, biaya penyadapan rendah
waktu penyadapan bidang sadap (3 tahun) lebih lama daripada sistem penyadapan
lainnya (Lempang, 2018).
Kelemahan dari sistem koakan Lebih banyak mengakibatkan luka batang
dibandingkan dengan penyadapan sistem kopral, kedalaman luka sadap sulit
dikontrol sesuai ketentuan (maksimum 2 cm), kualitas hasil getah rendah karena
tercampur dengan kotoran, waktu penyembuhan luka sadap lama (8-9 tahun),
resiko robohnya pohon lebih besar dan kerusakan kayu banyak (Lempang, 2018).
Getah Pinus merkusii yang telah disadap kemudian diolah dan
menghasilkan gondorukem yang terpenting. Gondorukem digunakan sebagai
bahan baku yang penting bagi industri-industri batik, kulit, sabun cuci, cat,
isolator, kertas dan vernis. Sedangkan terpenting digunakan untuk bahan industri
cat dan vernis, ramuan semir sepatu, pelarut bahan organik, bahan pembuatan
kamfer sintesis, dan kegunaan lainnya. Getah Pinus merkusii dapat diperoleh
melalui perlukaan atau penyadapan lestari (Risna, 2021).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bhaskara, D. R., Qurniati, R., Duryat, D., & Banuwa, I. S. (2018). Carbon Stock
in Repong Damar Agroforest at Pahmungan Village, Pesisir Tengah Sub-
District, Pesisir Barat Regency. Jurnal Sylva Lestari, 6(2), 32.
https://doi.org/10.23960/jsl2632-40
Jawa, D., Dengan, T., Masa, K. G., Wiyono, B., Penelitian, P., & Hutan, H.
(2005). Pinus merkusii,. September, 3–5.
Mulyadi, M. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Pembangunan
Kehutanan. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 10(4), 224–
234.
Priscylio, G., & Anwar, S. (2019). Вопросы Утилизации Сточных Вод На
Ямсовейском Нефтегазоконденсатном Месторождении Ю. И.
Сальникова 1 *, В. А. Бешенцев 2 , Р. Н. Абдрашитова 2. J. Pijar MIPA,
14(1), 19–29.
Senoaji, G. (2011). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan Lindung
Bukit Daun Di Bengkulu. Sosiohumaniora, 13(1), 1.
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v13i1.5458
Silalahi, R. H., Sihombing, B. H., & Sinaga, P. S. (2020). Potensi Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) Di Hutan Lindung Raya Humala Kabupaten
Simalungun. Jurnal Akar, 8(1), 38–51. https://doi.org/10.36985/jar.v8i1.113
Sutaryo, D. (2009). Penghitungan Biomassa: Sebuah pengantar untuk studi
karbon dan perdagangan karbon. 1–38.
Cahyanto, T., Chairunnisa, D., & Sudjarwo, T. (2014). Analisis Vegetasi Pohon
Hutan Alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. ISSN, 8.
Diniyati, D., & Achmad, B. (2015). Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Bukan
Kayu Pada Usaha Hutan Rakyat Pola Agroforestri Di Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Kehutanan, 9(1), 23-31.
Jawa, D., Dengan, T., Masa, K. G., Wiyono, B., Penelitian, P., & Hutan, H.
(2005). Pinus merkusii,. September, 3–5.
Jurati, Ade, F. Y., & Dahlia. (2015). Jenis-jenis Burung (Aves) di Persawahan
Desa Pasir Baru Kabupaten Rokan Hulu Riau. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FKIP Prodi Biologi, 1(1), 1–4.
Sufardi. 2020. Pertumbuhan Tanaman. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Indrajaya, Y dan Wuri, H. 2008. Potensi hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese
sebagai pengendali tanah longsor di Jawa. Info. Hutan.
Herwati, A., Suwarso, dan Yulaikha, S. 2008. Laporan akhir hasil penelitian.
Pengembangan varietas lokal tembakau. Malang.
Rafi’i, Suryatna. 2010. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa.