Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KASUS Desember 2017

DEMAM DENGUE

DISUSUN OLEH:

NAMA : Zulfiyana Basri

STAMBUK : N 111 16 075

PEMBIMBING : Dr. dr. M. Sabir, M. Si

dr. Yosephina Paelongsn

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam berdarah dengue yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
aegypty masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Di Indonesia,
demam berdarah dengue mulai dikenal pertama kali pada tahun 1968 di DKI
Jakarta dan Surabaya, dan terus menyebar ke seluruh tiga puluh tiga propinsi di
Indonesia.1
Pada tahun 2008 didapatkan angka kesakitan 58,85/ 100.000 penduduk.
Angka kematian menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi
kurang dari 2% sejak tahun 2000, dan pada tahun 2008 angka kematian menurun
menjadi 0,86%. Semua serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia, namun
serotipe virus den-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue yang berat dan
fatal.1
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah
dengue disertai syok (dengue shock syndrome = DSS). Gambaran manifestasi
klinis yang bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, DBD dan
DSS sebagai kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es
yang kelihatan diatas permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan (silent
dengue infection dan demam dengue) merupakan dasarnya.2
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue,
yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis dan menjangkit luas di banyak Negara di Asia Tenggara. 2

Pertolongan yang cepat dan tepat sangat membantu penyelamatan hidup


pada kasus kegawatan demam berdarah dengue. Disfungsi sirkulasi atau syok
pada DBD, dengue shock syndrome (DSS), disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskular yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya perfusi organ.

2
Pemberian cairan resusitasi yang tepat dan adekuat pada fase awal syok
merupakan dasar utama pengobatan DSS. Prognosis kegawatan DBD tergantung
pada pengenalan, pengobatan yang tepat segera dan pemantauan ketat syok. Oleh
karena itu peran dokter sangat membantu untuk menurunkan angka kematian.3

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dbd dan beberapa resiko
penyebarannya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pandere

BAB II
LAPORAN KASUS

3
2.1. Identitas pasien
Nama Pasien : Ny. Y
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pandere

2.2. Anamnesis
Keluhan utama: Panas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan panas yang dirasakan
sejak 3 hari yang lalu sebelum datang ke puskesmas Pandere. Panas
dirasakan terus menerus, pada siang maupun malam dan tidak turun
dengan pemberian obat penurun panas. Panas tidak disertai menggigil dan
berkeringat. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan pusing, disertai
mual dan muntah yang dialami pada hari pertama disertai nyeri otot dan
persendian pada bagian tungkai kaki kiri dan kanan. Pasien merasakan
nyeri perut pada bagian ulu hati sejak pagi hari sebelum datang ke
puskesmas. Pasien mengaku tidak mengalami mimisan, gusi berdarah
maupun adanya bintik-bintik merah yang muncul di badan, Buang air kecil
lancar dan biasa, Buang Air Besar biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien sebelumnya pernah dirawat 2 bulan yang lalu selama 5 hari di
puskesmas dengan keluhan yang sama.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien

4
Riwayat pengobatan:
Pasien sudah diberikan obat penurun panas sebelum datang ke Puskesmas,
namun panas tidak turun-turun.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
- Pasien tinggal dirumah bersama suami, 1 orang anak dan ibu mertuanya.
suaminya adalah seorang perokok aktif.
- Keluarga pasien merupakan keluarga ekonomi lemah .
- Sumber air lancar berasal dari tanah. Air tampak kurang jernih, tidak
berbau dan tidak memiliki rasa (namun, belum pernah dilakukan
pemeriksaan kualitas air). Sumber air digunakan untuk semua aktivitas
MCK (Mandi, Cuci, & Kakus), untuk minum/memasak keluarga pasien
menggunakan air tampung yang sudah dimasak.
- Di rumah pasien memiliki fasilitas MCK di rumahnya namun terlihat
sangat kotor dan lembab pada bagian dinding dan bagian lantainya.
- Untuk memasak keluarga pasien menggunakan tungku.
- Didalam rumah terdapat hewan peliharaan yaitu anjing dan ayam
- Ventilasi udara rumah pasien baik dan terbuka, lantai rumah dari semen,
dinding rumah terbuat dari papan dan banyak celah pada dinding, tidak
terdapat plafon.

2.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/menit
Frek. Napas : 22 x/menit
Suhu : 37,8 °C
Berat badan : 45kg
Tinggi badan : 148 cm
Status gizi : baik

5
Status Generalis
Kepala Leher:
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus, alopesia (-)
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga : Liang telinga normal, serumen (+) D/S
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Paru:
Inspeksi:
- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada simetris
- Permukaan dada papula (-), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)
Palpasi:
- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
- Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Taktil fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi:
- Batas jantung normal
- Paru sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi:
- Cor: S1/S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo: vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen:
Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal, bising aorta (-)
Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-).
Turgor : kembali segera
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)

6
Bawah : Akral hangat, edema (-)

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Rumple leed (-)
2.5. Diagnosis Kerja
Demam Dengue
2.6. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Paracetamol 3x 500 mg
Ranitidin Tab 2x 150mg

Non Medikamentosa :
Edukasi:
- Penyakit yang diderita adalah penyakit DD yang bisa menyerang siapa
saja.
- Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit DD dan
cara penularannya.
- Selalu memperhatikan kebersihan di rumah untuk melakukan 3 M
terutama bagian WC rumah pasien
- Menjelaskan kepada keluarga untuk tidak menggantung pakaian di dalam
kamar.
- Menggunakan pelindung saat tidur seperti menggunakan kelambu atau
memakai baju dan celana panjang saat tidur.
- Menggunakan Abate di bak- bak mandi
- Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya, buka jendela
setiap hari pagi dan siang hari.
- Banyak mengkomsumsi air putih, kuah sayur dan buah-buhan yang
mengandung banyak air seperti semangka.
- Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

7
- Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk membawa segera pasien ke
RS apabila terdapat tanda-tanda perdarahan pada pasien seperti mimisan,
gusi berdarah, berah darah, atau adanya bintik-bintik yang muncul di
badan.
Prognosis
Dubia ad bonam

Anjuran
-Pemerikaan serologi dengue anti IgG dan dengue anti IgM
-Pemeriksaan darah rutin

BAB III
PEMBAHASAN
8
Pasien adalah seorang perempuan berusia 22 tahun yang mengeluhkan panas
yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum datang ke puskesmas Pandere.
Panas dirasakan terus menerus, pada siang maupun malam dan tidak turun dengan
pemberian obat penurun panas. Panas tidak disertai menggigil dan berkeringat.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan pusing, disertai mual dan muntah yang
dialami pada hari pertama. Pasien merasakan nyeri perut pada bagian ulu hati
sejak pagi hari sebelum datang ke puskesmas. Pasien mengaku tidak mengalami
mimisan, gusi berdarah maupun adanya bintik-bintik merah yang muncul di
badan, Buang air kecil lancar dan biasa, Buang Air Besar biasa.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan suhu badan 37,8oC, status gizi
baik, jantung dan paru-paru dalam batas normal dan pemeriksaan fisik abdomen
untuk palpasi di temukan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan penunjang
yaitu rumple leed negatif. Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu
pada konsep kesehatan masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang
mempengaruhi atau menjadi faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh
pasien dalam kasus ini :
1. Faktor Genetik/Biologis.
Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan berusia 22 tahun
didiagnosis demam dengue. Faktor genetik pada kasus ini tidak bermakna.
2. Faktor Lingkungan
Untuk kasus ini lingkungan memegang peranan yang sangat penting
dalam terjadinya sebuah penyakit, apalagi penyakit tersebut adalah penyakit
berbasis lingkungan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan mudahnya terjadi
infeksi apabila tidak ada keseimbangan dalam lingkungan. Dalam kasus ini,
lingkungan tempat tinggal Pasien tersebut mendukung terjadinya penyakit
DD yang dialaminya tersebut. Lingkungan rumah merupakan salah satu
faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan
penghuninya. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam terjadinya penyakit DD ini. Dimana pasien sering menggantung
pakaian di dalam kamarnya dan pada kamar mandi pasien yang terlihat kotor

9
dan lembab sehingga memudahkan nyamuk untuk dapat berkembangbiak.
Dibelakang rumah pasien ada aliran air dan disamping rumah terdapat kebun
coklat. Nyamuk Aedes lebih suka pada tempat yang lembab dan tinggal di
dalam ruangan yang gelap.
3. Faktor Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita DD yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit
dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
Pengetahuan Yang Kurang Tentang DD
Pasien dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang penyakit
DD ini, pengertian, faktor resiko, penularan, akibat dsb. Pengetahuan yang
rendah ini mempengaruhi tindakanya yang menjadi kurang tepat. Pasien
tidak segera memeriksakan diri ketika sudah ada gejala sakit yang
mengarah pada terjadinya DD. Pasien dan keluarganya tidak
memperhatikan kebersihan kamar mandinya, dimana kamar mandi/ WC
yang tidak bersih merupakan salah satu tempat berkembangbiakknya
nyamuk/ vector demam dengue.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pasien dan keluarga mengaku belum mengerti tentang penyakit DD
terutama mengenai pencegahan, dan penularannya. Keluarga pasien
mengaku tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang penyakit DD ini. Hal
ini yang menyebabkan kurangnya informasi yang didapatkan pasien
mengenai kegiatan yang diadakan oleh Puskesmas. Petugas kesehatan PKM
Pandere hanya turun dalam penyuluhan atau melakukan fogging jika terjadi
KLB.
Dari beberapa uraian faktor tersebut di atas, dapat diketahui bahwa banyak
hal yang dapat menyebabkan pasien dalam kasus ini menderita DD.
Ketidakseimbangan antara faktor pejamu, agen dan lingkungan dapat
menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Selain itu adanya faktor-faktor dalam
empat determinan kesehatan, seperti faktor biologis, lingkungan, perilaku, dan

10
faktor pelayanan kesehatan dapat menjadi penyebab timbulnya suatu penyakit
dalam masyarakat.
Jika dilihat dari beberapa determinan tersebut di atas, dapat dirumuskan
bahwa penyebab terbesar DD pada pasien dalam kasus ini apabila dilihat dari
aspek kesehatan masyarakatnya yaitu dari aspek lingkungan dan perilaku dari
pasien maupun keluarganya.
Pada kasus ini pasien dan keluarganya kurang memperhatikan kebersihan
kamar mandi/WC nya, sehingga menjadi tempat nyamuk berkembangbiak. Pasien
dan keluarganya harus di berikan edukasi tentang kriteria jamban yang sehat.
Pada kasus ini Pasien dan keluarganya diberikan edukasi yang jelas
mengenai penyakit yang dialami oleh pasien ini, terutama dari cara penularan dan
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit demam dengue ini.
Selain memberikan edukasi tentang cara penyebaran dan faktor yang terkait,
pelayan kesehatan juga memberikan edukasi ke pasien dan keluarganya tentang
cara pencegahan penyakit demam dengue ini.

DOKUMENTASI

11
DAFTAR PUSTAKA

12
1. IDAI. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
Pada Anak. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Aryu, C. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator Vol. 2. Semarang : FK Undip.
3. Andrea, Linda, Lucia. 2013. Hubungan Trombositopenia dan Hematokrit
Dengan Manifestasi Perdarahan Padan Penderita Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue. Manado : Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedoktran Unsrat.
4. Puskesmas Pandere. 2016. Laporan Tahunan Data Kesakitan (LB1)
Puskesmas Pandere tahun 2016. Pandere : Puskesmas Pandere.
5. Puskesmas Pandere. 2015. Laporan Tahunan Data Kesakitan (LB1)
Puskesmas Pandere tahun 2015. Pandere : Puskesmas Pandere.
6. IDAI, 2010. Buku Ajar Infeksi dan pediatric tropis. Edisipertama. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
7. Natalia A. 2012. Gambaran Pelaksanaan Surveilens Epidemiologi Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Tinjau dari Aspek Petugas di Tingkat
Puskesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat; No. 2 Vol 1 pp 268-271. Diakses
tanggal 13 Agustus 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai