Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN


AKUT
Putri Auliyah
N 111 16 007
Dr. dr. M. Sabir, M.Si
 
dr. Yosephina Paelongan
BAB I
PENDAHULUAN
ISPA merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah di Indonesia karena kasusnya
masih cukup tinggi. Meski pada orang orang dewasa tidak menimbulkan kesakita yang
parah, namun pada orang tertentu ISPA juga dapat berpotensi menimbulkan masalah
kesahtan yang cukup besar, terutama orang yang memiliki asma, alergi, dan penyakit paru
kronik. Walaupun biasanya dianggap remeh, menurut dr. Frans ISPA menjadi penyebab
paling sering anak bolos sekolah atau orang dewasa bolos kantor, yang artinya menggaanggu
dan menurunkan produktifitas.[2]
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi
dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya. Setidaknya 40% - 60% dari
kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.[3]
LATAR BELAKANG
Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia balita
tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada
tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%. Salah satu penyebab
peningkatan penemuan yaitu menurunnya sasaran penemuan pneumonia,
yang sebelumnya sama untuk semua provinsi(10%), pada tahun 2015
menggunakan hasil Riskesdas 2013 yang berbeda-beda untuk setiap provinsi
dan secara nasional sebesar 3,55%.[4]
Menurut data UPTD Puskesmas pandere kejadian ISPA masih menduduki
posisi paling pertama dari 10 penyakit yang tersering di Puskesmas pandere.
[5]
BAB II
PERMASALAHAN
IDENTITAS PASIEN

NAMA : AN. A
UMUR : 1,2 TAHUN
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : DS. PANDERE
TANGGAL PEMERIKSAAN : 27 NOVEMBER
2017
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke pos binaan terpadu dengan keluhan


batuk disertai dengan flu sejak 5 hari yang lalu. Batuk
tidak berlendir disertai dengan demam dirasakan naik
turun yang dialami 3 hari yang lalu sebelum ke posbindu.
DESKRIPSI Namun saat di Posbindu pasien tidak mengalami demam.
Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan maupun
KASUS merasakan sesak napas. Buang air kecil lancar, berwarna
kuning dengan frekuensi 3-5 kali sehari. Buang air besar
biasa, berwarna kekuningan dengan konsistensi padat.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Terdapat keluarga yang menderita keluhan yang sama


dengan pasien yakni cucu pasien.
DESKRIPSI KASUS
RIWAYAT SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PASIEN TINGGAL DI KAWASAN YANG PADAT PENDUDUK.


PASIEN TINGGAL DI RUMAH PERMANEN BERLANTAI 1,
BERUKURAN LUAS SEKITAR 15X20 M2. RUMAH TERDIRI DARI
RUANG TAMU, DUA KAMAR TIDUR, RUANG MAKAN
SEKALIGUS DAPUR DAN 1 WC. LANTAI RUMAH TERBUAT DARI
SEMEN, DINDING RUMAH PERMANEN TERBUAT DARI SEMEN,
PADA DAPUR TIDAK MEMILIKI PLAFON DAN ATAP RUMAH
TERBUAT DARI SENG. RUANG TAMU MEMILIKI VENTILASI
BERUPA JENDELA DAN PENCAHAYAAN YANG KURANG,
DIMANA JENDELA PERMANEN YANG TERBUAT DARI KAYU.
PEKARANGAN RUMAH PASIEN MENYATU DENGAN JALAN.
PEMERIKSAAN FISIK Kulit
Kepala
:
:
Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit cukup.
Normosefal, rambut berwarna hitam dan terdapat beberapa
uban, tipis dan tidak mengkilap, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm).
terdapat sekret pada hidung, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung. Tidak ada sekret pada telinga, bibir tidak sianosis.

Tenggorokan-Leher : Faring tidak hiperemis.


Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
 
Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Kondisi Umum : Sakit ringan Berat Badan : 9,9 Kg Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 50 cm Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler +/+,
Status Gizi : Gizi Baik wheezing (-/-), ronkhi (+/+) basah halus.

Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak


  Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Tanda Vital
Perkusi : pekak
Nadi : 116 kali/menit (kuatangkat, isi cukup, reguler) Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Suhu : 36,50C Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Pernapasan : 38 kali/menit Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba.

Ekstremitas    
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)
DIAGNOSIS

• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
• DIAGNOSIS KERJA
• ISPA (bukan Pneumonia)
• DIAGNOSIS BANDING
• ISPA (Pneumonia)
PENATALAKSANAAN KASUS

NON MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA
 Menghentikan Kebiasaan
Merokok,jika ada yang merokok
• COTRIMOKSAZOL SYR 240 di dalam rumah
 Memberikan Perasan Jeruk Nipis
MG 2X1/2 CTH Dengan Madu Atau Kecap Untuk
Membantu Mengurangi Batuk
• AMBROXOL SYR 15 MG  Mengkonsumsi Makanan Bergizi
Secara Teratur Untuk Membantu
3X1/2 C Meningkatkan Daya Tahan
Tubuh.
• PARACETAMOL SYR 120  Mengurangi Minum Yang
Dingin-dingin, Dan
MG 4X1 CTH (KP) Memperbanyak Minum Air Putih
Ataupun Sari Buah Untuk
Membantu Mengencerkan
Dahak.
 Istirahat Yang Cukup.
IDENTIFIKASI MASALAH
 Bagaimana masalah ISPA di Wilayah kerja Puskesmas Pandere?
 Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah ISPA di Wilayah kerja
Puskesmas Pandere?
 Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait ISPA di Wilayah kerja
Puskesmas Pandere?
PEMBAHASAN KASUS
PARADIGMA HIDUP SEHAT
• FAKTOR GENETIK
• Berdasarkan teori ISPA bukanlah penyakit keturunan.
• FAKTOR PERILAKU
• Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan
menghirup asap rokok yang dilakukan oleh ayah pasien dan kebiasaan
anak main diluar rumah dan tidak mencuci tangan.
• FAKTOR LINGKUNGAN
• Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan ISPA yakni pasien
merupakan seorang perokok pasif serta keadaan rumah yang tidak sehat
terutama masalah pencahayaan atau ventilasi udara yang kurang baik
dan tidak adanya plafon sehingga debu masuk melalui celah kecil dari
atap seng.
FAKTOR PELAYAN KESEHATAN

• Perlunya juga ditingkatan mengenai pelayanan kesehatan lingkungan yang sangat


berperan penting dalam mengendalikan masalah ISPA di lingkungan kerja Puskesmas
Pandere, salah satunya program “Klinik Sanitasi” yang merupakan program kesehatan
lingkungan yang berupaya mengumpulkan faktor resiko terkait lingkungan pasien dengan
pelayanan mulai dari Konseling, Inspeksi faktor resiko lingkungan serta intervensi
lingkungan baik secara pembinaan maupun secara pemenuhan kebutuhan dasar
lingkungan fisik pasien yang bersangkutan, sebab program Klinik sanitasi ini belum
sepenuhnya berjalan di Puskesmas Pandere sehingga upaya pengendalian penyakit ISPA
belum maksimal sampai saat ini.
KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah ISPA


masih menempati posisi teratas untuk Sepuluh Penyakit
Terbanyak di Puskesmas Pandere. ISPA merupakan
penyakit yang dapat dicegah dengan penerapan gaya hidup
sehat, menghindari paparan asap rokok maupun polusi,
dan menjaga kebersihan rumah agar tetap sehat. Kejadian
penyakit ISPA pada kasus ini di pengaruhi faktor perilaku
dan faktor lingkungan.
 
SARAN
1. Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran penyakit ISPA harus
lebih di tingkatkan.
2. Kepedulian masyarakat tentang rumah sehat di perlukan untuk
mengurangi penyebaran penyakit menular.
3. Perlunya memaksimalkan program klinik sanitasi di Puskesmas
pandere yang berhubungan langsung terhadap pengendalian dampak
lingkungan terhadap berbagai macam penyakit seperti ISPA.
4. Bekerjasama dengan beberapa pihak terkait agar dapat mewujudkan
rumah sehat di seluruh wilayah kerja Puskesmas pandere secara
bertahap.
PUSKESMAS PANDERE

Secara administratif, puskesmas pandere termasuk dalam wilayah kecamatan


Gumbasa Kabupaten Sigi, dengan luas wilayah 176,49 km yang dibagi dalam 7
desa. Batas-batas wilayah sebagai berikut:5
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan kecamatan Tanambulava
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan kecamatan Palolo dan Lindu
• Sebelah Selatan : berbatasan dengan kecamatan Kulawi
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan kecamatan Dolo Selatan
IDENTIFIKASI MASALAH

Pada laporan manajemen ini, akan dibahas antara lain:


• Bagaimana penatalaksanaan Program Pengendalian ISPA di Puskesmas Pandere?
• Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan Program
Penatalaksanaan Pengendalian ISPA di Puskesmas Pandere?
grafik 1. jumlah penderita pneumonia (anak) di puskesmas pandere
tahun 2014-2016
Rencana program penanggulangan ispa di puskesmas pandere

• Penemuan subjek
Penemuan subjek di Puskesmas Pandere dilaksanakan secara pasif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke puskesmas atas
kemauan sendiri atau saran orang lain dan dicurigai sebagai penderita ISPA.

• Diagnosis
Penegakkan diagnosis ISPA di puskesmas Pandere berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda ISPA).

• Pengobatan
Pasien yang terdiagnosis dengan ISPA maka akan diterapi dengan pemberian obat, antibiotik dan vitamin serta antipiretik jika perlu.

• Klinik Sanitasi
Di puskesmas Pandere, setelah diagnosis ISPA, pasien akan dibawa ke klinik sanitasi untuk mendapatkan edukasi tentang penyakit
ISPA.

• Penyuluhan perseorangan
Penyuluhan perseorangan dilakukan oleh dokter dan penanggung jawab program saat pasien datang pertama kali ke puskesmas.

• Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA dilakukan secara per bulan. Keberhasilan program dapat dinilai.
PEMBAHASAN
INPUT PROSES OUTPUT
Program penanggulangan ISPA di Perencanaan program pengendalian Data yang diperoleh dari kasus ISPA dari
ISPA di Puskesmas Pandere dikelola tahun 2014 terdapat 921 kasus dan
Puskesmas Pandere dikelola oleh
mengalami peningkatan ke tahun 2015
seorang perawat yang bekerja sama oleh seorang perawat dan mengikuti
sebanyak 953 kasus. dari tahun 2015 ke
dengan dokter yang ada di pedoman pengendalian penyakit
tahun 2016 juga mengalami peningkatan
Puskesmas Pandere. Sarana dan ISPA yang dikeluarkan oleh yaitu sebanyak 1.072 kasus.
prasarana yang dibutuhkan untuk pemerintah Kota Palu. Dana
Peningkatan pada kasus ISPA
pengendalian ISPA di wilayah kerja bersumber pada BOP. Penyuluhan
dikarenakan faktor perilaku dari setiap
Puskesmas cukup baik. Akses ke dilakukan di desa tertentu yang masyarakat yang belum menerapkan
wilayah kerja Puskesmas Pandere jumlah penderitanya cukup perilaku hidup sehat dengan tidak
mudah ditempuh. meningkat. merokok dan juga factor lingkungan yang
tidak mendukung bagi kesehatan.
KENDALA: kurangnya SDM dan
pemeriksaan laboratorium tidak
tersedia
KESIMPULAN

• Kegiatan program Pengendalian ISPA harus dilaksanakan secara menyeluruh mulai dari
advokasi dan sosialisasi hingga monitoring dan evaluasi
• Kendala yang dihadapi Puskesmas Pandere dalam melaksanakan kegiatan ini adalah
penemuan pasien secara aktif yang belum terlaksana dengan baik, kegiatan monitoring
dan evaluasi yang juga belum dilaksanakan secara berkala.
• Belum tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung program ini yaitu
pemeriksaan laboratorium
SARAN

• Penemuan pasien secara aktif harus dilakukan lebih intens lagi, sehingga
masyarakat yang telah berobat sekali akan datang untuk berobat lagi atau
kontrol kembali ke Puskesmas. Dengan begitu, program ini akan
terlaksana dengan baik.
• Monitoring dan evaluasi kerja Program Pengendalian ISPA harus
dilakukan secara berkala, guna untuk menilai hasil kerja yang telah
dilakukan, apakah telah sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan
atau belum.
DAFTAR PUSTAKA

• Pudjiaji, AH, dkk, 2009, Pedoman Pelayanan Medis: Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia:
Jakarta

• WHO, 2015, Pneumonia, dalam World Healt Organization, diakses 12 Nov 2017, dari
<http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/ >

• Kementrian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Survei Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Laporan Riskesdas 2013. Jakarta. 2013

• Rahajoe, NN, Supriyatoni B, Setyanto DB, 2008, Buku Ajar Respirologi, Badan Penerbit IDAI, Jakarta

• Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut, dalam Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, diakses 12 November 2017, dari
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/FINAL%20DESIGN%20PEDOMAN%20PENGENDALIAN%20ISPA.p
df

• Anonim. Profil Puskesmas Pandere Tahun 2016. Sulawesi Tengah. 2016


DOKUMENTASI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai