PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan
neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita.
Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon,
sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.
2.2 ETIOLOGI
Etiologi mioma uteri pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara
pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada
jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan
faktor hormone pertumbuhan dan Human Placental Lactogen. Para ilmuwan telah
mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan
berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid
uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat
kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi
juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu,
sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama
kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.
- Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
- Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil,tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau
apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
- Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
- Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada
kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih
dari 35 tahun.
Mioma uteri merupakan tumor pelvis paling sering pada wanita dengan
prevalensi seitar 80%.Persentase mioma submukosa adalah sekitar 15 20 persen
dari semua mioma namun tidak ada data yang jelas mengenai angka kejadian
mioma geburt.
2.4 PATOGENESIS
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala.Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah
dan letak mioma.Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi
estrogen, yang ada hingga menopause.Seiring berjalannya waktu, mioma yang
awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala. Sebaliknya, banyak
mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi estrogen menghilang
dan banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah
menopause.
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada
miometrium normal.Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari
selaput otot yang matur.Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor
merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot.Etiologi yang diajukan termasuk
di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari
transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang
persisten.
2.5 KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos
uterus yang terkompresi dan hanya memiliki beberapa pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural
(54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Mioma
pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada korpus uteri
ditemukan 97% kasus.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke
dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan
sabit.Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma.1,3,5,7
2.7 DIAGNOSIS :
Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:
1.Anamnesis
Teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah
panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama pada perempuan
di usia 40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.1,5
2. Pemeriksaan fisik
3. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma.Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.Kadang-
kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus
menyebabkan polisitemia.Adanya hubungan antara polisitemia dengan
penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioam terhadap ureter yang
menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi
pembentukan eritropoetin ginjal. 1,3,4
4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri.Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling
besar baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus.Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik.Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik. 1,3,4
b. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai.Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.2,3
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai
massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium
normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpulkan. 1,3
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip
serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari
mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel
yang melapis biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami
metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami
nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya
dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung
mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat
pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma
submukosa.3,5
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma geburt secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus yang
telah diangkat. 7,8
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2.Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal
ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya
terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau
menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi
dari uterus sendiri. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi
yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pedunkulata. 1,4,7
3.Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami
perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma
uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi. 1,4,7
4.Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis
infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain
harus disingkirkan.4
5. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Perubahan sekunder pada mioma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma.4
2.10 PENATALAKSANAAN :
Penanganan mioma geburt tergantung pada umur, status fertilitas, paritas,
lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang
membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan
fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan
konservatif dan operatif.2
A. Konservatif
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:1,2
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC
Pemberian zat besi
Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid
asetat 3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak
3 kali.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.2
B. Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif.1,2
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain (gossipol, amantadine).1,2,5
1. GnRH analog
Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-
hipogonadal; jadi obat-obatan ini menghasilkan menopause kimiawi
yang temporer dan reversibel yang dapat mengecilkan volume mioma
hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi estrogen yang
beredar dalam darah dengan hasil maksimal setelah tiga bulan
terapi.Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma
yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena
mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang
tinggi.menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga
kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia
menopause. Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbeda-beda
terhadap pemberian GnRHa.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri
yang paling rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan
pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan
mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan
histeroskopi. 1,2
2. Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri
pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian
medrogestone 25 mg perhari selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi
tablet 200 mg, dan pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma
uteri, hal ini belum terbukti saat ini. 1,2,4
3. Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron.Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus
sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki
substansi androgenik.Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada
mioma terjadi peningkatan aktifitas 5 -reduktase pada miometrium
dibandingkan endometrium normal.Mioma uteri memiliki aktifitas
aromatase yang tinggi dapat membentuk estrogen dari androgen. 2-4
4. Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya
terhadap jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada
cukup lama.Pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah
ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan gejala menoragia dan
nyeri pelvis.Pada wanita premenopause dengan mioma uteri,
pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan
histerektomi terutama menjelang menopause. Pemberian goserelin 400
mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan
pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara pemberian injeksi
subkutan. 2,3
5. Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan
menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif
untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian Naproxen 500-
1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada
menoragia yang diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi
perdarahan menstruasi 35,7% wanita dengan menoragia idiopatik. 1-3
C. Pengobatan Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum
pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan
sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-
50%. 1,3,7
Perlu diketahui bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih
memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya merupakan tindakan terpilih.Histerektomi dapat dilakukan
perabdominam atau pervaginam.Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitarnya. Adanya prolaps uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi
supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknik dalam
mengangkat uterus keseluruhannya.1,3,7
D. Laparoskopi
a ) Penghancuran mioma
Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma : miolisis yaitu dengan
laparaskopi, laser fiber / alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian
pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan,
sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan
dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada miomektomi dan
penyembuhannya lebih cepat.1,4,5,7
b) Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea. 1,4,7
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak
akan dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan
setelah diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.1,3
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 44 tahun
Alamat : Jl. Lagarutu
Pekerjaan : URT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Wirabuana Palu
dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak 1 bulan terakhir,
darah yang keluar banyak dan kadang bergumpal. Sebelumnya pasien
penah merasakan keluhan yang sama, tetapi volume darah yang keluar
tidak banyak .Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah (+) terutama
jika duduk. Demam (-), Pusing (+), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-),
BAK biasa dan BAB lancar.
Riwayat Haid :
Haid pertama kali usia 14 tahun
Menstruasi teratur
Lama menstruasi 5-6hari
Haid terakhir tanggal 1 April 2017
Jumlah darah haid 2- 3 kali mengganti pembalut setiap hari
Warna merah, tak berbau, kadang menggumpal
Riwayat memakai pantyliners (-)
Riwayat sosial
Riwayat ganti-ganti pasangan/hubungan sexual ? (disangkal)
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 20 tahun, selama 24 tahun
2. II 2008 - - - - Tidak
dikuret
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 140/80 mmHg
Nadi : 102x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8oC
STATUS GENERALISATA
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut,
tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, edema palpebra -/-, secret -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistasis (-), discharge (-).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada faring (-).
6. Pemeriksaan Thorak
Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan simetris
Palpasi : Pergerakan simetris,nyeri (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Paru :rhonki(-),wheezing(-) jantung : S1/S2
tunggal
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :Luka bekas operasi (+), bendungan vena (-).
Perkusi : Timpani
Palpasi :Nyeri tekan (-), massa teraba (-)
Auskultasi :Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+)
8. Pemeriksaan Genitalia
Vaginal Toucher
Teraba massa bertangkai (pedunculated), perabaan kenyal, permukaan
rata, bergerak bersamaan saat fundus uteri digerakan,
9. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (27 Mei 2017)
Leukosit 10,49 x103/L
Eritrosit 2,46 x106/L
Hemoglobin 8 g/dL
Platelet 402 x103/L
Clotting Time 7 menit 30 detik
Bleeding Time 6 menit 30 detik
RESUME
Pasien wanita usia 44 tahun datang ke IGD Kebidanan RS Wirabuana
dengan keluhan perdarahan pervaginam, dialami sejak 1 bulan terakhir, darah
yang keluar banyak dan kadang bergumpal. Pasien juga mengeluh nyeri perut
bagian bawah (+) terutama jika duduk.Pasien merasa pusing. Pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan DM. Ayah dan ibu mempunyai riwayat
penyakit diabetes mellitus.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik,
composmentis.Tanda vital; TD 140/80 mmHg, N 102 x/menit, R 20 x/menit,
S 36,8oC. Konjungtiva; anemis +/+.
Pemeriksaan laboratorium; leukosit 10,49 x103/L, eritrosit 2,46
x106/L, hemoglobin 8 g/dL, platelet 402 x103/L, clotting Time 7 menit 30
detik, bleeding time 6 menit 30 detik
DIAGNOSIS
Mioma Geburt + Anemia
DIAGNOSIS BANDING
Polip
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Asam traneksamat 1 amp/8jam
Sulfas Ferous 1 x 1 tablet
Tranfusi PRC 2 labu
S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-),
sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 22 x/m
N: 80 x/m S : 36,6 C
Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia
P : IVFD RL 20 tpm
SF 1 x 1 tab
Asam traneksamat 1 amp/8jam/IV
Transfusi PRC labu 2
S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-),
sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg
N: 87 x/m
P: 20 x/m
S : 36 C
Konjungtiva anemis -/-
Lab : Hb = 10,4 g/dl
WBC = 21,97 ribu/uL
A : Mioma Geburt + anemia
P : IVFD RL 20 tpm
SF 1 x 1 tab
Asam traneksamat 1 amp/8jam/IV
Rencanakan Histerektomi
Siapkan 2 kantong WB dan 2 kantong PRC
S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+),
Sakit kepala (+), pusing (+), demam (+), mual (-), muntah (-), BAK biasa,
BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/60 mmHg P: 20 x/m
N: 86x/m S : 39 C
Konjungtiva anemis -/-
Lab :
A : Mioma Geburt +febris
P : Paracetamol 3 x 500mg (Kp)
Biosanbe 1 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
SF 1 x 1
EKG Konsul jantung
Cek GDS
Tampon vagina bila berdarah banyak
FOLLOW UP (1 Juni 2017)
S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-),
Sakit kepala (-), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa,
BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/60 mmHg P: 20 x/m
N: 86x/m S : 36,7 C
Konjungtiva anemis -/-
GDS : 160
A : Mioma Geburt
P : Kalnex 3 x 1
SF 2 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Jawaban Konsul :
Spesialis jantung : Tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi
Spesialis penyakit dalam : Curcuma 3 x 1
S : Nyeri perut (+), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala
(+), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 16 x/m
N: 76x/m S : 37,3 C
Konjungtiva anemis -/-
Lab : Hb = 10,6 mg/dl
WBC = 8,43 ribu/UL
A : Mioma Geburt
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
SF 1x1
Curcuma 3 x 1
Tampon vagina bila berdarah banyak
S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-), Sakit kepala (-
), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 C
Konjungtiva anemis -/-
A : Mioma Geburt
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Histerectomy
Tampon vagina bila berdarah banyak
Laporaan Operasi :
1. Pasien dibaringkan dengan posisi terlentang dalam pengaruh anastesi spinal.
2. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya
3. Pasang dok steril
4. Insisi abdomen secara midline, insisi diperdalam lapis demi lapis secara
tajam dan tumpul sampai menembus peritoneum
5. Identifikasi uterus
6. Eksplorasi, kedua tuba dan ovarium baik, diputuskan dilakukan histerektomi
total
7. Ligamentum rotundum sinistra diklem, digunting dan didouble ligasi.
Demikian juga pada ligamentum rotundum dextra, kemudian di buat jendela
pada ligamentum latum uteri sinistra
8. Tuba, ligamentum ovarioproprium dan mesosalphing sinistra diklem,
digunting dan dijahit double ligasi demikian juga pada ligamentum dextra.
9. Identifikasi A. Plica vesica uterina, plica digunting kecil dan diperluas
secara tumpul
10. Identifikasi A. Uterina sinistra diklem, digunting dan dijahit ligasi
demikian juga A. Uterina dextra. Kontrol perdarahan
11. Ligamentum cardinale dextra dan ligamentum sacrouterina diklem,
digunting dan jahit ligasi
12. Identifikasi puncak vagina diklem di masukkan khas poridone pada vagina
13. Vagina dijahit 2 lapis, kontrol perdarahan
14. Cavum abdomen dibersihkan dari sisa bekuan darah, kontrol perdarahan
15. Abdomen dijahit lapis demi lapis sampai kulit, kontrol perdarahan
16. Tutup luka dengan kasa betadine
17. Operasi selesai
S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (-), bergumpal (+), sakit kepala (-),
pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 100/70 mmHg P: 22 x/m
N: 85x/m S : 36,3 C
Konjungtiva anemis -/-
A : Mioma Geburt post Histerektomi H1
P : Ceftriaxone 1 gr/12j/IV
Metronidazole Drips /8j
Ketorolac 1 ampl/8j
FOLLOW UP (6 Juni 2017)
S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (-), bergumpal (+), sakit kepala (-),
pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 100/70 mmHg
N: 85x/m
P: 22 x/m
S : 36,3 C
Konjungtiva anemis -/-
A : Mioma Geburt post Histerektomi H2
P : Cefadroxyl 2x 500mg
Metronidazol 3x500mg
Asam Mefenamat 3x500mg
SF 1x1 tab
DOKUMENTASI OPERASI