Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 L a t a r B e l a k a n g
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan tingginya
angka kesakitan dan kematian pada balita karena ISPA. Di negara berkembang
setiap tahun kira-kira 12 juta anak meninggal sebelum ulang tahunnya yang
kelima dan sebagian besar terjadi sebelum tahun pertama kehidupanya. Tujuh
dari sepuluh kematian itu disebabkan ISPA.1
Di Indonesia penyakit infeksi terutama ISPA masih merupakan penyakit
utama, baik infeksi saluran pernafasan atas maupun infeksi saluran pernafasan
bawah.2 ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien disarana
kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30%
kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan
oleh ISPA.1,2
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit
batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per
tahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek
sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut


Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional
ISPA di Cipanas, istilah ini merupakan padanan istilah bahasa Inggris Acute
Respiratory infection (ARI). Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA
membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan
pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia
berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia.1,3,4
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura 1,4
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari,
walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat
berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis.5
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik 4

2
Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru
(alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan
terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia.
Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia
(baik Pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut Pneumonia saja.1,2

2.2 Etiologi
1) Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus.
Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus
Penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.1
Infeksi saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.4
2) Etiologi Pneumonia
Etiologi Pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum
memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai
penyebab Pneumonia. Hanya biakan dari aspirat paru serta pemeriksaan
spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu penetapan etiologi
Pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen aspirat paru merupakan cara yang
sensitif untuk mendapatkan dan menentukan bakteri penyebab Pneumonia pada
balita akan tetapi fungsi paru merupakan prosedur yang berbahaya dan
bertentangan dengan etika, terutama jika hanya dimaksudkan untuk penelitian.
Oleh karena alasan tersebut diatas maka penetapan etiologi Pneumonia di
Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia..1

3
2.3 Gejala dan Klasifikasi ISPA
Tabel 1. Manifestasi Klinis ISPA7
ISPA RINGAN ISPA SEDANG ISPA BERAT
Batuk Tanda ISPA Tanda ISPA
Pilek ringan ringan atau sedang

Serak Nafas cepat > Chest Indrawing

Demam -/+ 50x/menit, (tanda Stridor


utama) Tak mampu dan
Congekan . 2
Wheezing tak mau makan
minggu tanpa sakit
telinga o
Demam 39 C atau Sianosis
lebih Nafas Cuping
Sakit Telinga Hidung
Campak Kejang
Dehidrasi
Kesadaran
Menurun
Selaput Difteri

Klasifikasi ISPA pada Balita


Kriteria untuk menggolongkan pola ISPA pada balita adalah dengan gejala batuk
dan atau kesukaran bernapas.
Dalam penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk
umur 2 bulan -<5 tahun dan kelompok untuk umur < 2 bulan.
Untuk kelompok umur 2 bulan -<5 tahun klasifikasi dibagi
atas : Pneumonia berat, Pneumonia dan bukan Pneumonia.
Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat dan bukan Pneumonia. Dalam pendekatan Manajemen

4
Terpadu Balita Sakit (MTBS) klasifikasi pada kelompok umur <2 bulan
adalah infeksi yang serius dan infeksi bakteri lokal.
Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran bernapas disertai sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan -< 5 tahun. Untuk kelompok
umur < 2 bulan diagnosis Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat
(fast breathing), dan tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam
(severe chest indrawing).
Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas disertai adanya napas sesuai umur, batas napas cepat (fast brething)
pada anak usia < 2 bulan 60 kali per menit, pada usia 2 bulan -<1 tahun 50 kali
per menit dan 40 kali per menit untuk anak usia 1-<5 tahun.
Klasifikasi bukan-Pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan
batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan
demikian klasifikasi bukan Pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain
diluar Pneumonia seperti batuk pilek bukan Pneumonia (common cold,
pharyngitis, tonsilitis, otitis).1,4

2.4 Cara Penularan dan Faktor Resiko


ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya.4
Penularan ISPA melalui udara yang tercemar masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pernafasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk
aerosol yakni suatu suspensi yang melayang di udara, dapat seluruhnya
berupa bibit penyakit atau hanya sebagian daripadanya. Adapun bentuk aerosol
dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni: droplet nuclei (sisa dari sekresi

5
saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di
udara); dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara).5,6
Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan
ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi atmosphere yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan bahwa
upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan di
antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk mengurangi polusi
asap dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk asap rokok.5,6
Faktor lain yang mempengaruhi ISPA adalah merokok. Satu batang rokok
dibakar maka akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas
karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, amonia, acrolein, acetilen,
benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresor peryline
dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Surjadi, ISPA yang terjadi pada ibu dan
anak berhubungan dengan penggunaan bahan bakar untuk memasak dan
kepadatan hunian rumah, demikian pula terdapat pengaruh pencemaran di dalam
rumah terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan
rumah tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu,
grid (pasir halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat
nyamuk, membakar kayu di dapur mempunyai efek terhadap kesehatan
manusia terutama Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan
akut misalnya iritasi saluran pernafasan dan iritasi mata.5,6

2.5 Pengobatan ISPA


Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).4

6
Tabel 2. Bagian Klasifikasi dan Tatalaksana ISPA untuk Bayi Kurang dari 2 Bulan 8,9
Tanda Bila ada tanda-tanda Tak ada nafas
bahaya lihat bagan tanda cepat (60 x/mnt
bahaya Tak ada tarikan
Tarikan dinding dada dinding dada
ke dalam yang kuat
Nafas Cepat (> 60
x/menit)
Klasifikasi PNEUMONIA BERAT BUKAN PNEUMONIA
Pengobatan Kirim segera ke rumah Beri nasehat cara
sakit perawatan di rumah:
Beri antibiotika satu Jaga bayi agar
dosis (bila tidak mungkin tidak kedinginan
dirujuk) Teruskan
pemberian ASI lebih
sering
Bersihkan hidung
bila mampet
Anjurkan untuk kembali
kontrol bila
Keadaan bayi
memburuk
Nafas menjadi
cepat
Bayi sulit
bernafas
Bayi sulit untuk

7
minum

Tabel 3. Bagian Klasifikasi dan Tatalaksana ISPA pada Anak Umur 2 bulan sampai 5
tahun 8,9
Tanda Bila ada tanda Tidak ada Tidak ada
bahaya lihat bagan tarikan dinding tarikan dinding
tanda bahaya dada ke dalam dada ke dalam
Tarikan dinding Disertai Tidak ada
dada ke dalam nafas cepat > nafas cepat >
Bila ada 50x/mnt untuk 50x/mnt untuk
wheezing berulang usia 2 bulan - < usia 2 bulan -< 1
lihat pengobatan 1 tahun, > 40 tahun , > 40x/mnt
wheezing x/mnt untuk utrk usia 1 thn -
usia 1 thn-5thn 5thn
Tarikan
dinding dada
ke dalam

Klasifikasi PNEUMONIA BERAT PNEUMONIA BUKAN


PNEUMONIA
Pengobatan Kirim segera ke Nasihati Bila batuk >
Rumah Sakit ibu untuk 30 hari rujuk
Beri Antibiotik tindakan Obati
Bila ada perawatan di penyakit lain (bila
wheezing, obati rumah ada)
Beri Nasehati ibu
antibiotik untuk perawatan

8
selama 5 hari di rumah
Anjuran Bila demam
ibu untuk obati
control 2 hari Bila ada
atau lebih cepat wheezing obati
bila keadaan
memburuk
Bila
demam obati
Bila ada
wheezing obati

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, Sedangkan
pada penderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik, dapat mengakibat
kematian.4

2.6 Komplikasi
Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh
suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi
wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini
hari.
Kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan kejang
klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas

9
dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal.
Tuli
Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri
pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga
telinga.
Syok
Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi
dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : faktor
obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan
seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut kekurang suplay
oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.
Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang
disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta
hemolitikus grup A (Strep Throat)
Sinusitis
Meningitis
Abses Peritonsiler
Abses Retrofaring

2.7 Pencegahan ISPA


Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA
pada anak antara lain :
1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI
eksklusif pada bayi anda.
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah
raga teratur.

10
3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak
untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA
diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan
imunisasi PCV.
5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu.
Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak
dengan penderita ISPA.
7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.
8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota
keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin
dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota
keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

2.8 Prognosis
Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi
yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaitu self
limiting disease sehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit.
Penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh
karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit
> 10.000/ul,biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut


untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
2002.
2. Depkes RI. Pedoman Promosi Penaggulangan Pnemonia Balita. Direktorat
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta 2002.
3. Hasan R, Alatas H, ed. Pneumonia. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2. Bagian FKUI, Jakarta ; 2000 : 1228-1233
4. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita dalam Pelita IV. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta 2002.
5. Solomon W. Penyakit Pernapasan restriktif. Dalam : Anugerah P (Alih Bahasa).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 1. EGC,
Jakarta ; 2006 : 710
6. Nelson, W. Pneumonia. Dalam : Wahab S (alih Bahasa). Nelson Ilmu Kesehatan
Anak Edisi 15 Volume 2. EGC, Jakarta ; 2000 : 883-889
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta.
8. Tim Penyusun Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007
9. Tim Penyusun departemen Kesehatan. 2000. Buku Paket Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan lingkungan Pemukiman (PPM dan PLP) bagi pekarya
Kesehatan Puskesmas cetakan ke 4. Pusat pendidikan dan Latihan Pegawai
Departemen Kesehatan RI Jakarta

12
DOKUMENTASI

13
DAFTAR NAMA PESERTA HEALTH EDUCATION

Nama : Zulfiyana Basri


Judul : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Tanggal : 8 November 2016

No. Nama Lengkap TTD

14
PEMBIMBING KLINIK PENANGGUNG JAWAB RUANGAN

( ) ( )

15

Anda mungkin juga menyukai