Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

VARISELA

Pembimbing:

dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :

dr. Jessica Stephanie Soedarso

FK Universitas Pelita Harapan

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH-TANGERANG SELATAN

PERIODE 6 Februari 2017- 3 Juni 2017

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I. LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien ..3


2. Anamnesis .....3
3. Pemeriksaan Fisik .4
4. Pemeriksaan Penunjang .6
5. Resume ......6
6. Diagnosa Kerja ..7
7. Diagnosa Banding .7
8. Terapi 7
9. Prognosis ...7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi ..8
2. Klasifikasi ..8
3. Etiologi ..9
4. Patofisiologi 12
5. Gejala dan Tanda .13
6. Diagnosis .14
7. Diagnosis Banding ..15
8. Penatalaksanaan ..16
9. Komplikasi ..20
10. Prognosis .20

BAB I
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 9 tahun
Alamat : Kp. Sawah
Pekerjaan : pelajar
Agama : Islam

2. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Demam selama 3 hari dan ada bintik-bintik merah berisi cairan dan terasa
gatal.

2
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mulai demam mulai 3 hari yang lalu, demam muncul saat setelah makan
malam bersama, diukur suhu nya 380C, lalu dikompres. Keesokan harinya
panasnya tetap tidak turun. Panasnya semakin lama suhunya semakin naik.
Pada saat sore harinya suhu sudah mulai turun lalu munculnya bintik-bintik
merah yang berukuran kecil pada bagian punggung dan dada pasien. Bintik-
bintik merah tersebut awalnya tidak timbul. Malam harinya pasien mengeluh
gatal. Pada hari ini (hari ketiga), bintik-bintik merah tersebut berubah,
beberapa bintik-bintik merahnya menjadi timbul dan berisi cairan, bertambah
banyak dan gatal, ditemukan juga di bagian yang lain, yaitu pada tangan dan
kaki. Ditemukan juga oleh ibunya ada bekas garuk dan bekas yang sudah
pecah dan mengering. Ibunya diberitahu oleh tetangganya bahwa anak
tetangganya juga mengalami hal yang sama 4 hari yang lalu, karena itu tidak
masuk sekolah. Dan tetangganya mengaku bahwa anaknya terkena cacar air.
Lalu pasien dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan tersebut. Pasien
belum mengkonsumsi obat apapun selama tiga hari ini. Pasien tidak
mengalami mual, muntah, BAK normal, BAB normal, nafsu makan baik.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien juga tidak ada
riwayat asma, kejang demam maupun penyakit yang lain.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengaku di keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama.
Pasien mengaku tidak mempunyai penyakit turunan dari keluarga.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Status ekonomi pasien adalah cukup. Pasien tinggal bersama dengan orangtua
dan kakaknya.

RIWAYAT KEBIASAAN & ALERGI


Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
terlarang. Pasien tidak ada alergi obat maupun makanan.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital

3
o Nadi : 94 x/menit
o Laju nafas : 18 x/menit
o Suhu : 36.5oC
o Berat badan : 26 kg

Status Generalis
Kepala dan Leher
Normosefali, rambut tidak mudah
Kepala dicabut. Pada wajah juga terdapat
beberapa bintik merah di daerah pipi.
Sklera tidak ikterik, konjungtiva
Mata anemis -/-, refleks cahaya langsung +/
+, tidak langsung +/+
Leher muncul beberapa bintik merah.
Leher
Pembesaran KGB (-)
THT
Telinga tidak ada lesi maupun nyeri
Telinga tekan, bagian belakang telinga muncul
bintik-bintik merah.
Mukosa hidung dalam batas normal,
Hidung
sekret (-), darah (-)
Tonsil T1/T1, mukosa faring tidak
Tenggorokan
hiperemis
Pada inspeksi warna kulit sawo
matang, tidak ada deformitas, tidak ada
hiperpigmentasi, pergerakan rongga
Thorax dada saat bernafas dalam batas normal,
hanya saja terlihat adanya macula,
papul, vesikel-vesikel pada permukaan
dada dan punggung pasien.
- Palpasi: gerakan napas simetris
kanan dan kiri
- Perkusi: sonor pada kedua lapang
Paru
paru
- Auskultasi: suara nafas vesikuler
+/+, ronchi -/-, wheezing -/-
- Inspeksi: tidak tampak iktus
kordis
- Palpasi: iktus kordis tidak teraba
Jantung
- Perkusi: batas jantung normal
- Auskultasi: S1S2 regular, murmur
(-), gallop (-)

4
- Inspeksi: terlihat adanya macula,
papul, dan vesikel-vesikel pada
permukaan abdomen.
- Palpasi: supel, hepar dan lien
Abdomen
tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi: timpani pada seluruh
lapang abdomen
- Auskultasi: bising usus (+)
Akral hangat, edema (-),
sianosis (-), capillary refill time < 2
detik. Pada ekstremitas atas dan bawah
terdapat vesikel-vesikel dan terasa
gatal, tetapi tidak ada nyeri tekan di
Ekstrimitas
sekitar vesikel-vesikel tersebut. Dan
terdapat bekas garukan di sekitar
vesikel-vesikel tersebut. Dan ada pada
ekstremitas bawah bekas vesikel yang
pecah dan mongering (krusta).

Status Dermatologis :
Pada kulit terdapat lesi multiformis berupa macula, papul, vesikel hingga
krusta yang menyebar secara generalisata.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

5. RESUME
Seorang pasien anak-anak laki-laki, berusia 9 tahun datang dengan keluhan utama
demam selama 3 hari terakhir dan disertai muncul bintik-bintik merah pada tubuh
pasien dan terasa gatal. Demam dimulai sejak 3 hari yang lalu setelah makan malam,
380C, sudah di kompres. Demamnya memuncak pada hari kedua dan sore harinya
mulai turun suhunya. Lalu di ikuti dengan munculnya bintik-bintik merah pada tubuh
pasien, yang awalnya muncul pada bagian punggung dan dada pasien, dan sekarang
menjalar ke bagian tubuh pasien yang lain dan terasa gatal. Bintik-bintik merah
tersebut awalnya tidak timbul dan tidak berisi cairan, baru mulai tadi pagi ibunya
mengetahui bahwa bintik-bintik tersebut berubah menjadi menonjol dan berisi cairan
dan terasa sangat gatal dan pada bagian tungkai dan kaki sudah terdapat bekas yang

5
sudah pecah dan mengering. Pasien juga mempunyai keluhan tentang pilek yang
sudah berlangsung selama seminggu ini. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.

6. DIAGNOSA KERJA
Varisela zoster (chicken pox)

7. DIAGNOSA BANDING
Variola

8. TERAPI
FARMAKOLOGI
Paracetamol 500 mg 3 x tab
Acyclovir 400mg 5 x 1 tab
CTM tab 2 x tab
Bedak Salisil ue 2 x sehari setelah mandi (badan)
Acyclovir ointment ue 2 x sehari setelah mandi (wajah)

NON-FARMAKOLOGI
Edukasi :
Pasien boleh mandi seperti biasa. Pasien harus mengkonsumsi obat yang
diberikan secara rutin sesuai dengan anjuran dokter. Bintik-bintik merah yang
berisi cairan dan belum pecah tidak boleh dengan sengaja di pecahkan. Jangan
menggaruk jika merasa gatal, boleh diberi bedak atau di tepuk-tepuk saja. Hal ini
dilakukan untuk menghindari bekas luka pada saat penyakit sudah sembuh.
Penyakit ini menular, sehingga diperbolehkan untuk ijin tidak masuk sekolah.

9. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-
anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak
mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan
dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta,
walaupun banyak juga lesi kulit yang tidak berkembang sampai vesikel.

June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak,
yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulo papular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat
meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483). Sedangkan menurut Adhi Djuanda
varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh
virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh.

2. EPIDEMIOLOGI
Di amerika serikat dan daerah beriklim sedang lain, 90-95% indidu dapat VVZ pada masa
anak epidemi varisella tahunan terjadi pada musim dingin dan musim semi. Strain VVZ tipe
liar yang menyebabkan epidemi varisela tahunan tidak menunjukkan perubahan dalam
virulensi sebagaimana dinilai dengan keparahan klinis infeksi VVZ primer dalam tahun
7
ketahun. Angka penularan rumah tangga adalah 80-90%; lebih banyak kontak secara
kebetulan , seperti pemajanan ruang kelas sekolah,disertai dengan angka serangan 30% atau
kurang. Varisela adalah menular dari 24-48 jam sebelum ruam muncul dan sementara vesikel
belum berkrusta,yang biasanya 3-7 hari. Anak yang rentan mendapatkan varisela sudah
kontak langsung,dekat dengan orang dewasa yang menderita herpes zoster;rute penilaran ini
mempertahankan sirkulasi virus dalam populasi. Karena alasanyang tidak jelas,varisela jauh
kurang lazim di daerah tropik sehingga angka kerentanan pada orang dewasa setinggi 20-30
%. Herpes zoster tidak menunjukkan variasi musim dalam insiden karena herpes ini
disebabkan oleh reaktivasi virus laten secara endogen. Walaupun laporan laporan
anekdot,penelitian epidemiologis memperagakan bahwa majanan terhadap varisela tidak
menyebabkan herpes zoster. Herpes zoster sangat jarang pada anak umur kurang dari 10 tahun
kecuali pada mereka yang diberi terapi imonosupresi untuk keganasan atau penyakit
lain,mereka yang menderita infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan mereka yang
telah terinfeksi dalam rahim atau selama umur tahun pertama. Resiko infeksi primer atau
berulang berat atay mengancam jiwa terkait terutama pada faktor hospes bukannya variasi
dalam padogenisitas strai VVZ.

3. ETIOLOGI
VVZ adalah herpes virus manusia, ia diklasifikasi sebagai herpes virus alfa karena
kesamaannya prototipe kelompok ini, yang adalah virus herpes simpleks (HSV). VVZ adalah
virus DNA helai ganda, terselubung; genom virus mengkode lebih dari pada 70 protein,
termasuk protein yang merupakan sasaran imunitas dan timidin kinase virus, yang membuat
virus sensitif terhadap hambatan oleh asiklofir dan dihubungkan dengan agen anti virus.

4. TANDA DAN GEJALA


Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.
Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak
enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
Satu atau dua harikemudian, muncul erupsi kulit yang khas. Terakhir menjadi benjolan-
benjolan kecil berisi cairan.

Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan (makula),
yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit), papula kemudian
berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam
8
gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel akan
mengering tanpa meninggalkan abses.

Walaupun masa inkubasi variasela berkisar dari 10-21 hari, penyakit biasanya mulai dari 14-
16 hari sesudah pemajanan. Hampir semua yamg terpajan, anak rentan menderita ruam, tetapi
ruam ini mungkin terbatas kurang dari 10 lesi. Gejala gejala prodormal lazim ada, terutama
pada anak yang lebih tua; demam, malaise anoreksia, nyeri kepala, dan kadang-kadang nyeri
abdomen ringan terjadi 24-48 jam sebelum ruam muncul. Kenaikan suhu biasanya
sedang,berkisar dari 100-102 oF tetapi mungkin setingginya 106oF; demam dan gejala
sistemik lain menetap selama 2-4 hari pertama sesudah mulai ruam. Lesi varisela tanpak
mula-mula pada kulit kepala, muka atau batang tubuh. Eksantem awal terdiri atas makula
aritematosa yang sangat gatal yang berkembang membentuk vesikel berisi cairan jernih.
Pengaburan dan pembetukan pusat lesi mulai dari 24-48 jam. Sementara lesi awal berkrusta,
kumpulan baru terbentuk pada batang tubuh dan kemudian tungkai; adanya lesi simultan pad
berbagai stadium evolusi khas varisela. Lesi ulseratif yang melibatkan oropharing dan vagina
adalah biasa; beberapa anak mempunyai lesi vesikuler pada kelopak mata dan konjungtiva,
tetapi penyakit okuler serius jarang. Jumlah lesi varisela rata-rata adalah sekitar 300, tetapi
anak sehat dapat kurang dari 10 sampai lebih dari 1.500 lesi. Pada kasus rumah tangga
sekunder dan kasus yang melibatkan anak yang lebih tua, lebih banyak hari untuk
pembentukan lesi barudan kemungkinan lebih banyak lesi. Eksantem ini lebih luas pada anak
dengan gangguan kulit, seperti eksem atau baru terbakar sinar matahari. Tempat
hipopigmentasi lesi menetapkan selama beberapa hari sampai beberapa minggu pada
beberapa anak, tetapi parut tidak lazim. Diagnosis banding varisela meliputi ruam vasikuler
yang disebabkan oleh agen infeksi lain, seperti enterovirus atau staphylococus aureus, reaksi
obat, dermatitis kontak dan gigitan serangga.

5. PATOFISIOLOGI
Varisella mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi saluran
pernapasan atau dengan kontk langsung lesi kulit varisella atau herpes zoster. Pemasukan
disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari, pada saat tersebut penyebaran virus subklinis
terjadi. Akibat lesei kulit tersebar bila infeksi masuk fase viremi; sel mononuklear darah
perifer membawa virus infeksius, menghasilkan kelompok vesikel baru selama 3-7 hari. VVZ
juga diangkut kembali ketempat mukosa saluran pernafasan selama akhir masa inkubasi,
memungkinkan penyebaran pada kontak rentan sebelum muncul ruam. Penularan viris
9
infeksius oleh droplet pernafasan membedakan VVZdari virus herpes manusia yang lain.
Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk menghentikan viremia,
yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak dan organ lain. VVZ menjadi laten disel akar
ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi primer. Reaktifasinya
menyebabkan ruam vesikuler terlokalisasi yang biasanya melibatkan dermatom dari satu
syaraf sensorik; perubahan nekrotik ditimbulkan pada ganglia terkait, kadang-kadang meluas
kedalam kornu posterior. Histopatologi varisella dan lesi herpes zoster adalah identik; VVZ
infeksius ada pada lesi herpes zoster, sebagaimana ia berada dalam lesi varisella, tetapi tidak
dilepaskan kedalam sekresi pernapasan. Varisella mendatangkan imunitas humoral dan sululer
yang sangat protektif terhadap infeksi ulang bergejala. Supresi imunitas seluler pada VVZ
berkolerasi dengan menambah resiko reaktifasi VVZ sebagai herpes zoster.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang dewasa.
a. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan menyebabkan
selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur
di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi sekunder bila
manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan memburuk.
b. Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. Acute
postinfectious cerebellar ataxia merupakan komplikasi pada otak yang paling
ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya
pada 2-3 minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis
mulai dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun
ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat
mengalami inkoordinasi atau dysarthria.
Ensefalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia
serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah timbulnya
rash. Biasanya bersifat fatal.
c. Pneumonia
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan,
neonatus, imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi 13
hari dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.

10
Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, bantuk, sesak napas,
takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hematom. Pada pemeriksaan radiologi
didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada kedua paru.

d. Sindrom Reye
Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu nausea
dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.
e. Hepatitis
Dapat terjadi tetapi jarang.

7. PENATALAKSANAAN
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus
selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah
adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan, jari kita tentu ingin segera
menggaruknya. Masalahnya, bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada
bekas gelembung yang pecah.Tentu tidak menarik untuk dilihat.

1. Isolasi untuk mencegah penularan


2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein)
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air
mandi
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah
a. Jangan menggaruk vesikel
b. Kuku jangan dibiarkan panjang
c. Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada kulit, jangan di
gosok.

8. PENCEGAHAN
Penularan VVZ sukar untuk dicegah karena infeksi menular selama 24-48 jam sebelum ruam
muncul. Praktek-praktek pengendalian infeksi,termasuk perawatan penderita terinfeksi dalam
kamar isolasi dengan sistem udara tersaring, sangat penting dirumah sakit yang mengobati
anak tergannggu imun. Pekerja kesehatan yang rentan yang telah mengallami pemajanan yang
dekat dengan varisela harus tidak merawat penderita resiko tinggi selama masa inkubasi.

11
Profilaksis globulin imun varisela zuster(GIVZ) dianjurkan untuk anak tergannggu
imun,wanita hamil ,dan bayi baru lahir yang terpajan terhadap varisela ibu. GIVZ
didistribusiakn oleh pelayanan darah palang merah Amerika:dosisnya 1 botol(vial) per 10 kg
secara intra muscular diberikan dalam 96 jam atau ,jika mungkin dalam 48 jam sesudah
pemajanan. Orang dewasa harus diuji untuk anti bodi IJJ VVZ sebelum pemberian GIVZ
karena banyak orng dewasa tanpa riwayat klinis varisela adalah imun. Karena profilaksis
GIVZ tidak melenyapkan kemungkinan penyakit progesif, penderita harus dipantau dan
diobati dengan asiklovir jika diperlukan. Penderita teganggu imun yang telah mendapat
globulin imun intravena dosis tinggi (100-400 mg/kg) untuk indikasi-indikasi lain dalam 2-3
minggu sebelum pemajanan dapt di harapkan mempunyai anti bodi serum terhadap VVZ.
Kontak dekat antara penderita resiko tinggi rentan dan penderita dengan herpes zoster juga
merupakan indikasi untuk profilaksis GIVZ. Profilaksis anti bodi pasif tidak mengurangi
resiko herpes zoster bila diberikan sesudah mulai gejala.

Asiklovir tidak boleh diberikan sebagai profilaksis terhadap varisela. Provilaksis asiklovil
untuk herpes zoster tidak penting karena pemberian asiklofil yang tepat untuk pengobatan
infeksi VVZ berulang sangat efektif mengurangi morbiditas dan mortalitas pada penderita
gangguan imun. Pemberian dosis rendah lama asiklovil harus dihindari untuk meminimalkan
munculnya VVZ resisten obat.

Vaksi varisela hidup yang dilemahkan ,yang dubuat dari strai Oka, merupakan herpes virus
manusia pertama. Vaksi varisela hidup yang dilemahkan(strai Oka Merck) telah diberikan
lebih dari 8500 anak dam orang dewasa sehat pada trial klinis di AS. Kecepatan serokonveksi
akibat vaksin lebih dari 95% dengan proteksi sepurna terhadap penyakit pada 85-95%
pemajanan. Menetapnya imonitas humoral dan seluler telahb didokumentasi pada 94-100%
penerima vaksin yang dipantau selama 1-6 tahun. Vaksi varisela OKA-Merck dapat diberikan
pada anak dengan lukimia akut, yang dalam remisi,dengan oerhatian yang tekiti terhadap
setatus penyakit yang mendasarinya dan regimen terapi imuno supresif. Reaktivasi VVZ
telah diuraikan pada beberapa penerima vaksin sehat,tetapi insiden herpes zoster akibat virus
vaksin pad anak dengan leukimia sangat lebih rendah daripad reaktivasi VVZ secara alamiah.
Izin untuk vaksin Oka Merck telah disetujui pada tahun 1995 di AS:vaksi varisela hidup

12
yang dilemahkan telah disetujui untuk penggunaan klinik di Jepang,Korea dan beberapa
Negara di Eropa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas
Indonesia, Jakarta, 1993.
2. Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.
3. Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dsar Mnusia dan Proses Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarata

13

Anda mungkin juga menyukai