FARINGITIS TB
Pembimbing:
dr. HESTI DYAH PALUPI Sp.THT-KL
Oleh:
Kent Vilandka 406172039
Kelvin Pangestu 406181016
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN
Referat :
FARINGITIS TB
Disusun oleh :
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase THT di RSUD K.M.R.T.
Ketileng
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang
dilimpahkanNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan referat
dengan topik “Faringitis TB”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah
ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan
THT RSUD K.M.R.T. Ketileng sejak tanggal 26 November s/d 30 Desember 2018.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................1
Lembar Pengesahan .................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................4
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 FARING
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar
tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas,
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan melalui aditus laring, dan ke bawah berhubungan dengan esofagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh
(dari dalam ke luar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan
sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan
laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir
(mucous blanket) dan otot.(4)
MUKOSA
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring
karena fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan
epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu
orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng
berlapis dan tidak bersilia.(4)
Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang
terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem
retikuloendotelial. Oleh karena itu dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh
terdepan.(4)
6
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap.
Palut lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.(4)
OTOT
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). Otot-otot sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior, media
dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar. Otot-otot ini berbentuk kipas
dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang.
Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu
dengan jaringan ikat yang disebut “rafe faring” (raphe pharyngis). Kerja otot
konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh n. vagus
(n. X).(4)
Otot-otot longitudinal adalah m. stilofaring dan m. palatofaring. Letak otot-
otot ini di sebelah dalam. M. stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan
menarik laring, sedangkan m. palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan
menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai
elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. M. stilofaring
dipersarafi oleh n. IX sedangkan m. palatofaring dipersarafi oleh n. X.(4)
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu
sarung fasia dari mukosa yaitu m. levator veli palatini, m. tensor veli palatini, m.
palatoglosus, m. palatofaring dan m. azigos uvula.(4)
M. levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan
kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba
Eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n. X.(4)
M. tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. Otot
ini dipersarafi oleh n. X.(4)
M. palatoglossus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n. X.(4)
M. palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini dipersarafi oleh
n. X.(4)
7
M. azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan
menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n. X.(4)
PENDARAHAN
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak
beraturan. Yang utama berasal dari cabang a. karotis eksterna (cabang faring
asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a. maksila interna yakni cabang
palatina superior. (4)
PERSARAFAN
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring
yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari
n. glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n. vagus berisi serabut
motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-
otot faring kecuali m. stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang n.
glosofaring (n. IX). (4)
8
merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu
refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen
jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n. asesorius spinal saraf
kranial dan v. jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen
laseratum dan muara tuba Eustachius.(4)
2. OROFARING
Orofaring juga disebut mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum
mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut,
sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.(4)
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,
tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil
lingual dan foramen sekum.(4)
FOSA TONSIL
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya
adalah m. konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper
pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supratonsil. Fosa ini berisi
jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila
terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia
bukofaring.(4)
TONSIL
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.(4)
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan
tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya
disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub
bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
9
bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang
melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus
biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa
makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga
disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga
mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a. palatina
minor, a. palatina asendens, cabang tonsil a. maksila eksterna, a. faring asendens
dan a. lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua
oleh ligamentum glosoepigotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila
sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus
tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual
(lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.(4)
3. LARINGOFARING (HIPOFARING)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas
anterior adalah laring, batas inferior adalah esofagus, serta batas posterior ialah
vertebra servikal. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada
pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan
laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah
valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum
glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum
glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill
pockets), sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan
tersangkut di situ.(4)
Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk
omega dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang
bentuk infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya hingga pada pemeriksaan
laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga
untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan,
pada saat bolus tersebut menuju sinus piriformis dan ke esofagus.(4)
10
Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap
sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal
di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.(4)
RUANG FARINGAL
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik
mempunyai arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.(4)
1. Ruang retrofaring (Retropharyngeal space)
Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari
mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan
ikat jarang dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian
atas sampai batas paling bawah dari fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di
garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di sebelah lateral ruang ini berbatasan
dengan fosa faringomaksila. Abses retrofaring sering ditemukan pada bayi atau
anak. Kejadiannya ialah karena di ruang retrofaring terdapat kelenjar-kelenjar
limfa. Pada peradangan kelenjar limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang bilamana
pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam ruang retrofaring. Kelenjar limfa di ruang
retrofaring ini akan banyak menghilang pada pertumbuhan anak.(4)
2. Ruang parafaring (Pharyngomaxillary fossa)
Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar
tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid.
Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh m. konstriktor faring superior, batas luarnya
adalah ramus asenden mandibula yang melekat dengan m. pterigoid interna dan
bagian posterior kelenjar parotis.(4)
Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os.stiloid
dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian yang
lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang
meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis.(4)
Bagian lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi a. karotis interna,
v. jugularis interna, n. vagus, yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut
selubung karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh
suatu lapisan fasia yang tipis.(4)
11
FUNGSI FARING
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan,
resonansi suara dan untuk artikulasi.(4)
FUNGSI MENELAN
3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal dan fase esofagal.
Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring secara disengaja (voluntary).
Fase faringal yaitu pada waktu transpor bolus makanan melalui faring secara tidak
disengaja (involuntary). Fase esofagal di mana gerakannya tidak disengaja, yaitu
bolus makanan bergerak secara peristaltik di esofagus menuju lambung.(4)
FUNGSI BERBICARA
Saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu otot palatum dan faring.
Gerakan ini antara lain pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang faring.
Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.
salpingofaring dan m. palatofaring, kemudian m. levator veli palatini bersama-sama
m. konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m. levator veli
palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior
faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding
belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring
sebagai hasil gerakan m. palatofaring (bersama m. salpingofaring) dan oleh
kontraksi aktif m. konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja
tidak pada waktu yang bersamaan.(4)
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode
fonasi, tetapi ada pula yang berpendapat tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
dan bersamaan dengan gerakan palatum.(4)
2.2 DEFINISI
Faringitis tuberkulosis adalah infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman
mikobakterium tuberkulosa maupun dari bakteri jenis lainnya yaitu mikobakterium
bovis yang merupakan akibat dari tuberkulosis paru. Faringitis tuberculosis
merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.(4)
12
2.3 EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis adalah satu dari sepuluh penyebab kematian terbesar di dunia.
Jutaan orang terinfeksi TB setiap tahunnya. Pada tahun 2017, TB menyebabkan
kurang lebih 1,3 juta kematian pada orang tanpa HIV, ditambah 300.000 kematian
akibat TB pada orang-orang dengan HIV. Secara global, diperkirakan sekitar 10
juta orang mengalami TB di tahun 2017, di mana 5,8 jutanya pria, 3,2 jutanya
wanita, dan 1 jutanya anak-anak.(1)
Kasus TB ditemukan di seluruh negara dan kelompok usia, namun secara
keseluruhan 90% adalah orang dewasa dengan usia lebih dari 15 tahun dan 9%
adalah orang dengan HIV. Dua per tiga dari seluruh kasus TB dapat ditemukan pada
8 negara yaitu India (27%), Cina (9%), Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan
(5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) and Afrika Selatan (3%). Negara-negara ini
beserta 22 negara lain masuk dalam “WHO’s list of 30 high TB burden countries”.(1)
13
pada suhu 60oC mati dalam 15 – 20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin
maupun eksotoksin).(4,6)
Penularan mycobacterium tuberkulosis biasanya melalui:(4,6)
• udara,
• peroral -> minum susu yang mengandung basil tuberculosis
(mycobacterium bovis)
• kontak langsung -> melalui luka atau lecet dikulit (eksogen).
• penyebaran melalui darah (hematogen) pada tuberkulosis miliaris dan
melalui aliran limfe (limfogen). (endogen).
2.6 PATOFISIOLOGI
Penyebab Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu
menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan
banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer
biasanya terjadi dalam paru, melalui aliran darah dan limfe, basil tuberkulosis dapat
mencapai faring. Terbentuk ulkus pada satu sisi tonsil dan jaringan tonsil itu akan
mengalami nekrosis. Bila infeksi timbul secara hematogen, maka tonsil dapat
terkena pada kedua sisi. Lesi sering ditemukan pada dinding faring posterior, arkus
faring anterior, dinding lateral hipofaring dan palatum mole serta palatum durum.
Kelenjar regional leher membengkak.(6)
14
Pada tuberkulosis milier akut manifestasi penyakit berhubungan dengan
penyebab mikroba/ kuman dalam aliran darah. Ditemukan erupsi tuberkel di daerah
faucis, palatum mole, dasar lidah atau mukosa pipi. Timbul rasa tidak enak pada
stadium ini, tetapi bila erupsi meluas membentuk ulkus barulah timbul rasa sakit
sekali dan disfagia. Terdapat kecenderungan untuk berdarah dan keluar air liur yang
banyak, lendir kental melekat kedaerah yang berulkus. Keadaan umum pasien
segera memburuk dan terdapat beberapa jenis gangguan dengan suhu badan yang
meningkat.(6)
15
fiksasi pada palatum dan timbulnya disfagia. Pada tahap sangat lanjut dapat terjadi
regurgitasi cairan ke dalam hidung.(6)
Secara umum pasien mengeluh nyeri yang hebat ditenggorokan.
Keadaan umum pasien buruk, karena anoreksia dan nyeri untuk menelan makanan.
Tidak jarang terdapat regurgitasi. Selain dari nyeri yang sangat menonjol untuk
menelan, terdapat juga nyeri di telinga (otalgia). Terdapat juga adinopati servikal.(6)
Diagnosis biasanya jelas dikarenakan asosiasi dengan penyakit paru, baik
secara klinis maupun radiologis. Pemeriksaan mikroskopik dengan pengecatan
untuk bakteri tahan asam masih merupakan uji paling berguna untuk diagnosis awal
dari TB. Walaupun kurang sensitif dan spesifik dibandingkan kultur, sensitivitasnya
dapat sangat ditingkatkan menggunakan pengecatan “phenol auramine”
dibandingkan dengan “ziehl-nelsen”. Selain itu foto toraks untuk melihat adanya
tuberkulosis paru dan biopsi jaringan yang terinfeksi juga digunakan untuk
menyingkirkan keganasan dan mencari kuman basil tahan asam pada jaringan.
Alternatif lain adalah sistem monitoring semi automatis dan berkesinambungan
yang dikembangkan spesifik untuk isolasi dari mycobacteria antara lain tes
“enzyme-linked imuunosorbent assay (ELISA)” untuk mendeteksi antigen dan
PCR untuk mendeteksi elemen genetik.(3)
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan
diagnose antara lain yaitu:(6,7)
• pemeriksaan darah lengkap
• GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat
infeksi bakteri streptococcus group A
• Kultur tenggorokan
2.9 PENATALAKSANAAN(8–13)
Jenis obat lini pertama yang digunakan adalah sebagai berikut:
16
INH (Isoniazid)
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Jenis obat lini kedua yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Makrolid dan amoksiklav ( masih dalam penelitian)
Dosis yang dianjurkan dari masing masing obat lini pertama adalah sebagai
berikut:
17
Tabel 2. Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
-Gagal
-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil
pengobatan
uji resistensi atau 2RHZES /
1RHZE / 5 RHE
18
minum obat dan keadaan klinis,
bakteriologi dan radiologi saat ini
(lihat uraiannya) atau
*2RHZ /4 R3H3
19
KOMPLIKASI
Faringitis tuberculosis umumnya mengikuti tuberkulosis paru, sedangkan
tuberculosis paru kejadiannya masih tinggi. Tuberkulosis faring sering tidak
terdiagnosis atau dikelirukan dengan penyakit lain. Bila ditemukan gambaran klinis
berupa rasa sakit berlangsung lama dengan ulcerasi di faring, perlu dipikirkan
tuberculosis faring. Tuberculosis faring ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dengan pemeriksaan penunjang. Berikut merupakan komplikasi yang bisa
ditimbulkan Faringitis Tuberkulosis:
• Batuk darah
• Pneumotoraks
• Gagal napas
• Gagal jantung
• Efusi pleura
2.11 PENCEGAHAN(14)
- Etika batuk dan cara menjaga kebersihan (batuk dengan siku atau tisu,
selesai batuk jangan lupa mencuci tangan).
- Vaksinasi BCG.
- Edukasi tentang penyakit TB (terutama mengenai cara pemakaian obat dan
cara untuk mencegah penularan pada orang lain).
- Ventilasi rumah sebaiknya adekuat.
- Hindari tempat keramaian.
- Kalau bisa, tidur di kamar terpisah dengan ventilasi yang adekuat.
20
BAB 3
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;
5. TB Prevention | Basic TB Facts | TB | CDC [Internet]. 2018 [cited 2018 Dec 3].
Available from: https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/tbprevention.htm
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Vol. 2. Jakarta: Infomedica; 2008. 573-578 p.
22
14. TB Prevention | Precautions, vaccine, drug treatment, isolation [Internet]. TB
Facts | TB, tests, drugs, statistics. [cited 2018 Dec 3]. Available from:
https://www.tbfacts.org/tb-prevention/
23