Anda di halaman 1dari 14

Makalah Dasar Perlindungan Hutan Medan, September 2022

IDENTIFIKASI BENTUK KERUSAKAN BIOTIK PADA


TANAMAN TANJUNG (Mimosups elengi)
Dosen Penanggung Jawab :
Novita Anggraini S.Hut., M.Sc

Disusun Oleh:
Aqshal Rayyan Fachlevi Siregar 201201008
Loula Trie Mutia Sidabutar 201201030
Revani Dwi Arisindy Lubis 201201048
Ahsanul Karim 201201088
Indira Laksmi Wardhani 201201176
Raynald Caldo Darwin Siagian 201201216
Putra Sanjaya Gultom 201201220

Kelompok 2
BUDIDAYA HUTAN 5

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “Identifikasi Bentuk Kerusakan Biotik Pohon Tanjung
(Mimosups elengi)” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar
Perlindungan Hutan dengan bobot 2 sks pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Dasar Perlindungan Hutan ibu Novita Anggraini, S.Hut, M.Sc. karena telah
memberikan materi dengan baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki isi
makalah ini akan sangat penulis hargai. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Deskripsi Umum Pohon Tanjung (Mimosups elengi) ................................... 3
2.2. Berbagai Kerusakan Biotik Pada Bagian Pohon
Tanjung (Mimosups elengi) .......................................................................... 4
2.2.1. Kerusakan Biotik Pada Cabang Pohon
Tanjung (Mimosups elengi) ...................................................................... 4
2.2.2. Kerusakan Biotik Pada Tunas Pohon
Tanjung (Mimosups elengi) ...................................................................... 5
2.2.3. Kerusakan Biotik Pada Batang Pohon
Tanjung (Mimosups elengi) ...................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 9
3.2. Saran........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Pohon Tanjung .................................................................................................... 3
2. Jamur pada Pohon Tanjung ................................................................................. 4
3. Tunas Pohon Tanjung yang mati......................................................................... 5
4. Batang Pohon Tanjung yang Terdapat Sarang Rayap......................................... 6
5. Batang Pohon Tanjung Terkena Kanker .................................................................. 6
6. Batang Pohon Tanjung Mengalami Kebusukan .................................................. 7
7. Batang Pohon Tanjung Mengalami Luka Terbuka ............................................. 8

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hutan merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari berbagai jenis tumbuh-
tumbuhan dan juga beraneka ragam hewan. Masyarakat tumbuh–tumbuhan dalam
suatu ekosistem hutan memiliki hubungan erat satu sama lain dengan
lingkungannya. Hutan juga memiliki peran sebagai tempat tinggal dan makanan
bagi berbagai jenis fauna yang hidup di dalamnya. Populasi tumbuhan dan hewan
di dalam hutan membentuk masyarakat yang saling berkaitan erat satu sama lain
dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, hutan dipandang sebagai suatu
sistem ekologi atau merupakan ekosistem yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia. Di dalam hutan terdapat berbagai keanekaragaman hayati, baik satwa liar
maupun tumbuhan. Dari keanekaragaman sumber daya hayati di hutan tersebut
tidak hanya terbatas pada jenis tumbuhan berkayu, namun juga ditumbuhi oleh
beranekaragam tumbuhan bawah (ground cover/undergrowth) yang memiliki
keanekaragaman jenis tumbuhan (Destaranti et al., 2017).
Hutan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia
seperti ekologi dan tata air, ekonomi dan ekowisata/jasa lingkungan. Namun
demikian, sumberdaya hutan pada kenyataannya rentan mengalami perubahan baik
secara alamiah maupun sebagai akibat dari aktivitas manusia (antropogenik),
sehingga peran hutan dalam berbagai aspek tersebut dapat menjadi tidak maksimal
atau bahkan sebaliknya.. Potensi vegetasi merupakan salah satu data dan informasi
penting yang diperlukan dalam pengembangan suatu model pengelolaan hutan.
Kajian tentang potensi vegetasi umumnya menggunakan parameter kerapatan
(jumlah individu per satuan luas), frekuensi (proporsi jumlah sampel dengan spesies
tertentu terhadap total jumlah sampel), dominasi penutupan (proporsi luas bidang
dasar yang ditempati suatu spesies terhadap luas total habitat) dan Index Nilai
Penting (INP) (Idris et al., 2017).
Parameter dalam mengukur kesehatan suatu tegakan hutan salah satunya
yaitu dengan mengamati dan menilai kerusakan pohon. Kondisi kerusakan pohon
dapat menjadi salah satu indikator dimana pohon-pohon dikatakan sehat atau sakit.
2

Berbagai kegiatan manusia khususnya kegiatan yang dilakukan di lingkungan hutan


kota dapat memberikan gangguan terhadap kondisi kerusakan pohon. Gangguan-
gangguan tersebut berdampak terhadap kondisi pohon yang ada. Selain itu,
kerusakan pohon dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik meliputi serangan hama, penyakit atau makhluk hidup lain yang dapat
menimbulkan kerusakan. Adapun faktor abiotik, seperti pencurian kayu, bencana
alam, dan pembukaan lahan. Kerusakan pohon berpengaruh terhadap fungsi
fisiologis pohon, menurunkan laju pertumbuhan pohon, dan dapat menyebabkan
kematian pohon. Data dan informasi yang akurat dan tepat tentang kondisi
kerusakan pohon, diperlukan untuk memperoleh keputusan yang tepat agar
terlaksananya sistem pengelolaan hutan untuk menjamin fungsi dan tujuan dari
hutan tersebut (Abimanyu et al., 2018).
Kerusakan suatu pohon dapat menunjukkan penurunan kesehatan yang
dialami pohon. Indikator vitalitas merupakan indikator yang erat kaitannya dengan
kerusakan suatu pohon. Kerusakan pohon sebaiknya dideteksi sedini mungkin
untuk mengetahui tingkat kerusakan sehingga memungkinkan untuk tindakan
perawatan pohon yang tidak sehat sehingga dapat meminimalisir kerusakan pohon.
Kerusakan pohon diukur berdasarkan dimana kerusakan ditemukan dan jenis
kerusakannya. Berbagai penyebab kerusakan pohon akan mempengaruhi bentuk
kerusakan. Jenis kerusakan yang terjadi dicatat sesuai definisi kerusakan. Pohon
dikatakan sehat apabila pohon tersebut dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya,
mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama serta faktor
luar lainnya Adanya aktivitas manusia, faktor biotik dan abiotik yang makin
meningkat dapat mengakibatkan penurunan kesehatan pohon (Pertiwi et al., 2019).

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah mata kuliah Dasar Perlindungan Hutan yang
berjudul “Identifikasi Bentuk Kerusakan Biotik Pohon Tanjung (Mimosups elengi)”
adalah untuk mengetahui berbagai komponen biotik yang menjadi penyebab
kerusakan pada berbagai bagian pada pohon Tanjung (Mimosups elengi).
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Umum Pohon Tanjung (Mimosups elengi)

Gambar 1. Pohon Tanjung


Pohon Tanjung (Mimusops elengi Linn) adalah jenis pohon yang ditemukan
di India Selatan. Tanjung digunakan dalam sistem kedokteran sejak zaman dahulu
sebagai obat khusus untuk penyakit gusi dan gigi. Tanjung (Mimusops elengi Linn)
merupakan tanaman yang berukuran sedang yang dapat tumbuh pada tanah
berpasir, di dataran rendah yang terbuka, tumbuh baik pada ketinggian kurang dari
800 mdpl. Pohon Tanjung sendiri merupakan tanaman perindang, daunnya sangat
rimbun dan rapat serta bunganya berbau harum. Daun, bunga serta kulit pohon
tanjung ini diketahui berkhasiat sebagai obat. Hasil penapisan kandungan kimia
menunjukkan bahwa ekstrak daun tanjung mempunyai kandungan alkaloid, tannin,
dan saponin (Widawati dan Lurda, 2019).
Tanjung (Mimusops elengi L.) merupakan salah suatu jenis tanaman banyak
digunakan dalam melakukan pengembangan hutan kota dikarenakan tanaman ini
memiliki berbagai fungsi. Tanjung memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
pencemaran debu dan kemampuan yang tinggi dalam mendeposisi dan menyerap
debu. Oleh karena itu Tanjung dapat dipergunakan dalam program pengembangan
hutan kota di kawasan dengan pencemaran udara yang tinggi dan padat. Daun
Tanjung salah satu tanaman yang ampuh dalam menjerap debu sebesar 0,00094
g/cm2, karena tanaman tanjung memilik karakteristik daun yang melengkung ke
atas (Rahmadani 2019).
4

Pohon Tanjung (Mimosups elengi) adalah salah satu pohon rimbun yang
biasanya dimanfaatkan sebagai peneduh pinggir jalan raya, taman, hutan kota,
pekarangan, serta lingkungan sarana umum lainnya. Pohon Tanjung juga memiliki
daun yang sangat rimbun dan rapat, bunga yang harum, serta mudah sekali
menggugurkan daunnya. Permukaan daun Tanjung mengkilap dan halus, bentuk
daunnya elips dengan tepi daun bergelombang dan melengkung ke atas. Pohon
Tanjung juga memiliki ukuran buah yang sangat kecil dari nangka dan mahoni,
sehingga pemilihan pohon tanjung tepat untuk ditanam di median jalan. Pohon
Tanjung memiliki posisi tersendiri dan sering dijadikan sebagai pohon pekarangan
rumah adat Jawa.
Pohon Tanjung (Mimosups elengi) memiliki ciri morfologi yang dapat
dikenali sebagai berikut :
 Pohon Tanjung dapat tumbuh hingga ketinggian 25 meter
 Memiliki daun tunggal, tersebar dan bertangkai panjang, bentuknya bulat
lonjong
 Mempunyai bunga yang berbau harum yang khas
 Kayu tanjung bersifat padat, keras dan berat, berwarna cokelat tua dan teksturnya
halus, termasuk tahan jamur tetapi tidak tahan rayap

2.2 Berbagai Kerusakan Biotik Pada Bagian Pohon Tanjung (Mimosups


elengi)
2.2.1 Kerusakan Biotik Pada Cabang Pohon Tanjung (Mimosups elengi)
 Kerusakan Cabang Patah atau Mati

Gambar 2. Jamur pada Pohon Tanjung

Kerusakan cabang patah atau mati pada pohon Tanjung diakibatkan oleh
jamur (Schizophyllum commune) dan parasit. Jamur ini mempunyai pertumbuhan
yang relatif mudah dan cepat. Selain itu, S. commune merupakan jamur pelapuk
5

kayu yang cukup ganas karena dalam beberapa kasus dapat menyebabkan
kehilangan berat sampai 70 %. Jumlah kerusakan cabang patah atau mati sebanyak
3 kasus atau 2,5%. Kerusakan ini dapat diatasi dengan perawatan seperti
pemangkasan cabang pada pohon yang sudah terindikasi jamur dan parasit.
Ciri-ciri tanaman :
- Gejala yang terlihat yaitu adanya cabang yang mati dan daunnya berguguran.

2.2.2 Kerusakan Biotik Pada Tunas Pohon Tanjung (Mimosups elengi)

Gambar 3. Tunas Pohon Tanjung Yang Mati

Kerusakan tunas pada pohon tanjung seperti Kekeringan atau layu yaitu
gejala dengan ciri gugurnya daun yang diikuti keringnya batang dan tunas.
Penyebab dapat berupa fungi, bakteri dan virus. Gejala yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya damping off yaitu gejala penyakit persemaian yang
menunjukkan kematian pada jaringan sel pangkal perakarannya, yang disebabkan
oleh (Pythium sp). Phytium adalah cendawan patogen tular tanah (soil borne
diseases) penyebab penyakit pada benih berbagai tanaman dan menyebabkan
penyakit rebah semai. Adapaun penyebab hidup pada tunas tanjung tinggi
disebabkan karena daya hidup tunas yang cukup tinggi, berasal dari tempat
persemaian dan merupakan hasil pilihan. Selain itu keadaan fisik tanaman juga
dalam kondisi sehat, bebas dari hama penyakit, dan daun hijau segar, hal ini
dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung pertumbuhan tanaman Tanjung.
6

2.2.3 Kerusakan Biotik Pada Batang Pohon Tanjung


 Tipe Kerusakan Sarang Rayap

Gambar 4. Batang Pohon Tanjung yang Terdapat Sarang Rayap


Tipe kerusakan sarang rayap (Coptotermes curvignathus) disebabkan oleh
faktor lingkungan terutama suhu dan kelembaban yang sangat cocok. Rayap ini
memerlukan kelembapan udara 75–90% dan suhu optimum 15–38oC untuk
perkembangan dan aktivitasnya. Sering dijumpainya sarang rayap diakibatkan
penyebaran sarang rayap yang cepat karena tegakan yang mendominasi. Hal ini
sejalan dengan pernyataan (Ngatiman, 2014) yang menyatakan bahwa serangan
rayap tidak cuma berlangsung pada satu tanaman namun bisa menyebar dari satu
tanaman ke tanaman yang lain bisa melalui batang, cabang, ranting yang ada di
dasar hutan serta dapat pula dari liana yang ada pada tanaman tersebut. Serangan
rayap dapat menyebabkan kematian pada pohon jika tidak dilakukan perawatan
pada pohon. Kerusakan yang diakibatkan oleh rayap menyebabkan kerusakan
pohon dari batang bagian dalam berupa gerowong hingga pohon mengalami
kematian. Sarang rayap dapat dilihat secara kasat mata berupa kerak tanah
berbentuk seperti jalur yang menjalar di bagian luar batang pohon.

 Kanker

Gambar 5. Batang Pohon Tanjung Terkena Kanker


7

Serangan ini dilakukan dengan cara mematikan jaringan pada bagian pohon
yang terinfeksi mulai dari kulit, kambium hingga ke dalam bagian kayu.
Kerusakan ini menyebabkan kematian kulit kambium dan diikuti dengan
kematian kayu di bawah kulit. Kemudian lokasi kematian kayu tersebut oleh
agen tertentu akan menyebabkan jaringan yang rusak menjadi lebih luas dan
lebar. Gejala kanker yang diamati di lapangan berupa kematian pada kulit
atau bagian pohon tertentu secara lokal dan terlihat bagian pinggir menebal
sehingga seakan-akan bagian luka tenggelam (cenderung ke dalam) dan letaknya
lebih rendah daripada sekelilingnya.

 Busuk Hati

Gambar 6. Batang Pohon Tanjung Mengalami Kebusukan

Tipe kerusakan ini dicirikan dengan adanya kayu gembol. Kayu gembol
merupakan petunjuk bahwa terdapat jaringan kayu yang menjadi lunak dan
mengalami degradasi serta kandungan air yang tinggi. Gejala kerusakan yang
dijumpai terjadi karena adanya bekas pemangkasan cabang yang dilakukan
terhadap pohon. Bekas pemangkasan pada bagian pohonini kemudian menjadi
jalan masuknya agen penyakit seperti virus, bakteri sertahama yang merusak
jaringan dalam kayu. Akibatnya dalam jangka panjang jaringan kayu rusak
sehingga menyebabkan kelapukan. Pada beberapa kasus yang ditemui, pohon yang
lapuk (jaringan kayu rusak) seolah-olah tidak terlihat adanya lapuk, padahal bagian
dalam kayu ini lapuk. Hal inilah yang menyebabkan pohon tersebut rawan untuk
tumbang.
8

 Luka Terbuka

Gambar 7. Batang Pohon Tanjung Mengalami Luka Terbuka

Luka terbuka merupakan salah satu faktor awal terjadinya


kerusakanpohon seperti pelapukan pada pohon. Hal tersebut disebabkan oleh
luka yang merupakan tempat berkembang dan masuknya organisme perusak
seperti bakteri,virus, hama,serta organisme lainnya. Jamur perusak kayu mulai
menyerang pohon dan berkembang dari luka pada pohon yang terluka.
Akibatnya pohon menjadi sakit dan mengalami kerusakan pada bagian tertentu.
Setiap pohon yang luka melakukan reaksi tanggapan tertentu terhadap lukayang
dialaminya. Tanggapan yang dilakukan oleh pohon berupa pembentukan
rintangan baik berupa rintangan fisik maupun rintangan kimiawi. Rintangan yang
dibentuk tersebut bertujuan untuk menghadang invasi mikroba yang berasosiasi
dengan luka guna membatasi dan mengurangi jaringan tertentu yang terinfeksi
seminimal mungkin. Hal inilah yang menyebabkan pohon dapat hidup lama.
9

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pohon Tanjung (Mimosups elengi) adalah salah satu pohon rimbun yang
biasanya dimanfaatkan sebagai peneduh pinggir jalan raya, taman, hutan kota,
pekarangan, serta lingkungan sarana umum lainnya.
2. Pohon Tanjung memiliki daun yang sangat rimbun dan rapat, bunga yang
harum, serta mudah sekali menggugurkan daunnya.
3. Kerusakan cabang patah atau mati pada pohon Tanjung diakibatkan oleh jamur
(Schizophyllum commune) dan parasit.
4. Kerusakan tunas pada pohon tanjung seperti Kekeringan atau layu yaitu gejala
dengan ciri gugurnya daun yang diikuti keringnya batang dan tunas.
5. Serangan kanker pada batang pohon Tanjung ialah dengan cara mematikan
jaringan pada bagian pohon yang terinfeksi mulai dari kulit, kambium hingga
ke dalam bagian kayu.

3.2 Saran
Sebaiknya pemeliharaan pohon Tanjung lebih di tingkatkan kembali
mengingat ada banyak faktor pemicu kerusakan biotik nya agar pohon Tanjung
dapat tumbuh dengan baik dan dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
10

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu B, Safe'i R, Hidayat W. 2019. Analisis kerusakan pohon di hutan kota


stadion Kota Metro Provinsi Lampung. Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil, 3
(1): 1-12.
Destaranti N, Sulistyani, Yani E. 2017. Struktur dan Vegetasi Tumbuhan Bawah
pada Tegakan Pinus di Rph Kalirajut dan Rph Baturraden Banyumas. Jurnal
Scripta Biologica, 4 (3): 155–160.
Idris MH, Latifah S, Aji IML, Wahyuningsih E, Indriyatno I, Ningsih RV. 2017.
Studi Vegetasi dan Cadangan Karbon di Kawasan Hutan dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Senaru, Bayan Lombok Utara. Jurnal Ilmu Kehutanan, 7
(1): 25-36.
Pertiwi D, Safe'i R, Kaskoyo H. 2019. Identifikasi Kondisi Kerusakan Pohon
Menggunakan Metode Forest Health Monitoring di Tahura War Provinsi
Lampung. Jurnal perennial, 15 (1): 1-7.
Rachmawati N, Fitriani A, Febriani R. 2017. Pengaruh Pertumbuhan Bibit Tanjung
(Mimosups elengi Linn.) Terhadap Pemberian Mulsa Kering Eceng Gondok
(Eichoenia crassipes). Jurnal Hutan Tropis, 5(3): 267-273.
Rahmadhani S. 2019. Efektivitas Jerapan Debu Beberapa Spesies Pohon Daun
Lebar Di Median Jalan Kota Bandar Lampung.
Stalin M, Diba F, Husni H. 2018. Analisis Kerusakan Pohon di Jalan Ahmad Yani
Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari, 1 (2): 100-107.
Turnip P, 2019. Monitoring Kesehatan Pohon Tanjung (Mimusops elengi Linn) Di
Kampus Universitas Sumatera Utara. Medan. SKRIPSI.
Widawati M, Almierza L. 2019. Analisis Pengaruh Ekstrak Non – Polar Batang
Pohon Tanjung ( Mimusops elengi Linn) Terhadap Larva Aedes aegypty.
Aspirator.4 (2): 59 – 63.
Yasni Y, Alim A, & Suseno S. 2019. Konservasi Wadah Kubur (Soronga) Di
Museum Provinsi Sulawesi Tenggara. Sangia: Journal Of Archeology
Research, 3(2): 26-37.

Anda mungkin juga menyukai