Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Hama dan Penyakit Hutan Medan, Maret

2022

HAMA DAN PENYAKIT PADA ANAKAN TANAMAN


KEHUTANAN

Dosen Penanggungjawab :
Ahmad Baiquni Rangkuti S. Hut., M.Si

Oleh :
Paulus Pandiangan 191201069
Zulhajji Ashraff 191201072
Desi Natalia Sibarani 191201080
Kezia Kristina Br Aritonang 191201082
Samuel Joe Sianturi 191201084
Fara Salsabila Syafni Lubis 191201087
Desi Rapina Sinaga 191201095
Kevin Sitorus 191201097
Ida Falentina 191201099
Salomo Calvin Saragih 191201101
Eunike Karennita Br Ginting 191201105
Bayu Nur Prasetyo 191201110

Kelompok 2
Budidaya Hutan 6

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Praktikum Hama dan Penyakit Hutan yang berjudul “Hama
dan Penyakit pada Anakan Tanaman Kehutanan” ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Praktikum Hama dan Penyakit Hutan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Praktikum Hama dan Penyakit Hutan Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih yang besar
kepada Ahmad Baiquni Rangkuti S. Hut., M.Si selaku dosen pembimbing
mata kuliah Hama dan Penyakit Hutan, yang telah mengajarkan materi praktikum
dengan baik.
Penulis sadar,penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi teknik maupun materi. Oleh sebab itu, penulis sangat mengaharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan laporan Praktikum Hama
dan Penyakit Hutan ini. Akhir kata, semoga laporan Praktikum Hama dan
Penyakit Hutan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................1
Tujuan...................................................................................................2
METODE
Metode 1...............................................................................................3
Metode 2...............................................................................................3
Metode 3...............................................................................................4
ISI
Jenis Hama dan Penyakit......................................................................5
Deskripsi Hama dan Penyakit...............................................................5
Penyakit Bercak Daun pada Semai Pinus.............................................7
Serangan Patogen Ladoh pada Semai Pinus (Pinus merkusii).............9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...........................................................................................11
Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Belalang Hijau............................................................................................5
2. Ulat Kantong...............................................................................................5
3. Bercak Daun dan Perubahan Warna Daun.................................................6
4. Gejala Bercak Daun dan Persemaian yang Rusak .....................................8
5. Proses Inokulasi..........................................................................................9

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tumbuhan pada tingkat biji dan semai yang baru tumbuh tidak lepas dari
permasalahan hama dan penyakit. Oleh karena itu, masalah hama dan penyakit
perlu mendapatkan perhatian khusus pada bidang kehutanan, karena tegakan atau
tanaman sehat tidak akan diperoleh apabila penanganan hama dan penyakit masih
diabaiakan.Trembesi (Samanea saman) adalah tanaman cepat tumbuh yang
banyak tersebar di Indonesia. Trambesi dalam bahasa Indonesia banyak dikenal
dengan berbagai nama daerah yaitu jawa tengan nama daerahnya pohon munggur
karena pohon trembesi sangat rindang, namun di jawa barat sering disebut dengan
ki hujan karena pohon hujan. Pohon trembesi mampu menyerap 28,488,39 kg gas
CO2 pada setiap tahunnya dengan diameter tajuk 15 meter. Oleh karena itu
trembesi telah terbukti bahwa kemampuan daya serap gas CO2 sangat tinggi.
Trembesi sering digunakan untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan dan
peneduh, karena kemampuan untuk menyerap air dari dalam tanah yang sangat
kuat dan terbukti ppaling banyak menyerap CO2 (Anggaraeni, 2011).
Pinus termasuk dalam jenis pohon serba guna terutama dalam produksi
kayu dan getah. Getah sadapan merupakan hasil utama dari pohon pinus serta
kayunya juga dapat diolah untuk pembuatan korek api, kertas serat panjang, pulp
dan sebagai bahan baku kontruksi. Selain itu pinus juga berperan dalam menjaga
serta mengendalikan kondisi hidrologis kawasan bahkan juga mendukung industri
ekowisata. Oleh karena itu, hutan pinus perlu dikembangkan dan dikelola dengan
baik. Salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung pengembangan hutan
pinus adalah penggunaan bibit-bibit pinus yang sehat dan berkualitas. Kesehatan
tanaman di persemaian merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan
penanaman. Adanya penyakit di persemaian, yang disebabkan oleh patogen dapat
menyebabkan kematian tanaman pada tingkat semai sehingga menimbulkan
kekurangan jumlah bibit. Umur semai yang seragam dan jenis yang sama akan
memudahkan bibit tanaman diserang oleh patogen, adanya gangguan patogen
penyebab penyakit merupakan salah satu faktor yang mengancam
keberlangsungan hutan pinus itu sendiri (Semangun, 2006).
2

Gejala bercak daun muncul pada daun, tangkai daun bahkan batang.
Selanjutnya bercak berubah menjadi pustul seperti karat. Tanaman yang terinfeksi
bercak daun biasanya akan menjadi lemah sehingga akan memicu tanaman untuk
memproduksi buah yang mengakibatkan menipisnya cadangan makanan yang
terdapat pada akar yang dikuti kematian ranting bahkan tanaman itu sendiri juga
mati. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan hasil panen. Kerugian
akibat serangan penyakit bercak daun sulit diprediksi karena dampaknya bisa
dirasakan hingga beberapa tahun setelah munculnya serangan Dampak serangan
bercak daun perlu segera diminimalkan dengan melakukan pencegahan dan
pengendalian sebelum terjadinya wabah, mengingat banyak faktor yang dapat
menyebabkan peningkatan intensitas serangan bercak daun bahkan dapat terjadi
wabah. Perubahan iklim dapat memicu terjadinya wabah. Perubahan iklim dapat
menimbulkan gangguan oleh faktor biotik antara lain munculnya ataupun
meningkatnya serangan hama dan patogen (Sutarman dan Prihatiningrum, 2015).
Lodoh merupakan salah satu penyakit utama di pesemaian tanaman
kehutanan maupun pertanian. Penyakit ini disebabkan oleh sekelompok fungi
penghuni tanah yang merupakan parasit fakultatif tanpa kekhususan dengan
inangnya (Hartley 1921). Hifa patogen menyebar melalui tanah, dan ianteraksi
terjadi melalui penetrasi secara langsung pada epidermis yang masih lemah yang
melindungi jaringan sukulen inang .Pinus merkusii merupakan salah satu jenis
pohon asli Indonesia. Pohon ini menghasilkan kayu untuk bahan bangunan, bahan
korek api, terpentin dan gondorukem, serta dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan pulp untuk menghasilkan kertas. Oleh karena itu P. merkusii menjadi
salah satu jenis pohon yang disarankan ditanam pada Hutan Tanaman Industri
(HTI). Pada HTI, ditanam pohon sejenis pada skala yang luas, oleh karena itu
diperlukan tersedianya bibit dalam jumlah yang cukup agar keberlangsungan HTI
terjaga (Suharti et al., 1991).

Tujuan
Tujuan dari praktikum Hama dan Penyakit Hutan yang berjudul “Hama
dan Penyakit pada Anakan Tanaman Kehutanan” adalah untuk mengetahui dan
mengidentifikasi hama dan penyakit pada anakan tanaman kehutanan.
METODE

Metode 1
Percobaan terdiri atas pengujian periode serangan patogen lodoh pada
benih dan semai P. merkusii serta penentuan aktivitas selulolitik dan pektolitik
fungi patogen. Benih P. merkusii yang akan digunakan direndam dalam air
destilata selama 24 jam. Benih yang tenggelam kemudian disterilkan
permukaannya dengan merendam dalam larutan NaOCl 0.5% selama 10 menit,
dan selanjutnya benih dibilas beberapa kali dengan air steril. Benih kemudian
dikering-anginkan dengan meletakkannya dalam wadah yang sudah dialasi kertas
saring steril, selanjutnya benih ditabur pada bak pengecambah berisi media tanam
steril. Semai dipelihara dengan penyiraman tiap sore hari hingga mencapai umur
yang diperlukan untuk perlakuan.
Potongan koloni patogen diambil dari biakan murni pada media PDA
berumur 5 hari menggunakan bor gabus (cork borer) dengan diameter 6 mm.
Labu beserta isinya diinkubasi pada suhu kamar selama 2 minggu. Untuk kontrol
media patogen, labu Erlenmeyer berisi jenis media campuran yang sama tanpa
diinokulasi fungi didiamkan pada suhu kamar selama dua minggu. Pengujian
periode serangan patogen lodoh disusun dengan rancangan petak terbagi dengan
rancangan lingkungan acak lengkap 2 ulangan. Uji lain untuk mendeteksi
produksi pektinase fungi patogen dilakukan dengan menumbuhkan kedua jenis
fungi tersebut pada media pektin dan diinkubasi selama 10 hari. Produksi
pektinase ditandai antara lain oleh berubahnya warna media dari hijau kecoklatan
menjadi merah.

Metode 2
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu semai pinus
(Pinus merkusii), pasir, akuades steril, suspensi jamur Pestalotia sp., lactopenol
blue, Potato Dextrose Agar (PDA) bubuk 39 gram/liter, air, sunlight, bayclin,
alkohol 70% dan 96% . Patogen jamur diisolasi dengan menggunakan metode
tanam langsung yaitu mikroorganisme ditumbuhkan secara langsung pada media
tumbuh. Dari semai pinus yang menunjukkan gejala penyakit bercak daun,
diambil
5

bagian yang sakit sebanyak 4 bagian, ditanam pada media PDA kemudian diberi
label dan di-wrapping (ditutup menggunakan plastik bagian pinggirnya).
Hasil isolasi patogen jamur pada media PDA yang telah tumbuh
miseliumnya disubkultur dengan cara mengambil sekotak kecil bagian miselium
paling luar kemudian ditanam pada media PDA baru dengan 5 kali ulangan
sehingga didapatkan biakan murni. Selanjutnya dituang kedalam botol steril
lainnya sambil disaring dengan kain untuk mendapatkan suspensi spora.
Penghitungan spora dilakukan dengan cara mengambil suspensi dalam mikrotube
sebanyak 20µL dengan mikropipet yang kemudian dimasukkan disela-sela
haemocytometer. Hasil suspensi jamur patogen yang sudah didinginkan dalam
lemari es diambil semua kemudian dimasukkan dalam sprayer dan disemprotkan
pada 4 semai pinus.

Metode 3
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan tiap-tiap
anakan trembesi dengan menentukan skor/kriteria serangan hama dan penyakit.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengambilan data dilapangan. Jenis data
yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang
dikumpulkan terdiri dari jumlah skor/kriteria tingkat kerusakan akibat serangan
hama dan penyakit di shadehouse. Kriteria yang digunakan yakni Sehat, ringan,
sedang, berat, mati. Analisis data dilakukan dengan pengamatan secara deskriktif,
menghitung frekuensi, intensitas, dan tingkat kerusakan akibat serangan hama dan
penyakit.
6

ISI

Kajian Tingkat Kerusakan Anakan Trembesi (Samanea saman) Akibat


Serangan Hama dan Penyakit di Shadehouse

Jenis Hama dan Penyakit


Tingkat kerusakan pada anakan trembesi akibat serangan hama dan
penyakit shadehouse menimbulkan tingkat kerusakan ringan. Hama yang
menyerang anakan trembesi adalah belalang hijau, ulat kantong dan telur ulat
kantong. Penyakit yang menyerang anakan trembesi di shadehouse adalah bercak
daun, perubahan warna dan layu cendawa.

Deskripsi Hama dan Penyakit


Gejala serangan yang dittimbulkan oleh belalang hijau yaitu bagian
permukaan daun terdapat lubang- lubang pada permukaan daun dan sobekan-
sobekan pada pinggir daun. Bagian daun yang terserang belalang hijau dapat di
kategorikan bahwa tingkat kerusakannya adalah terserang sedang, karena jumlah
daun yang terserang belalang hijau tidak mendominasi. Sedangkan ulat kantong
tingkat kerusakanya yaitu daunnya menguning dan rontok.

Gambar 1. Belalang Hijau Gambar 2. Ulat kantong


Hama yang menyerang anakan trembesi yaitu Belalang hijau
(Atractomorpha crenulata), yang memiliki tubuh terdiri toraks, abdomen dan
caput. Seluruh Bagian tubuhnya memiliki warna hiaju, dan bagian toraks belalang
hijau satu pasang mata majemuk, satu pasang mata antena, dan satu pasang alat-
alat mulut. Kumpulan organ belalang sangat berguna untuk menjaga pusat
koordinasi tubuh, mengunyah makanan, koordinasi aktifitas tubuh, dan indra
persepsi. Hama yang ditemukan dipermukaan daun yaitu ulat kantong termasuk
7

kedalam ordo Lepidopter. Cri-ciri morfologi tubuh yang ditutupi oleh daun yang
sudah kering kering, oleh karena itu mengakibatkan daun pada anakan trembei
adalah daunya mulai kering, rontok,i berlubang, dan menguning. Tingkat
kerusakan trembesi dikategorika bahwa tingkat kerusakan yaitu terserang sedang.
Anakan trembesi di shadehouse akibat serangan penyakit seperti terserang
ringan sedang dan berat. Gejala serangan penyakit yang ditimbulkan oleh bercak
daun dan perubahan warna daun, disebabkan adanya klorosis ditandai dengan
adanya daun menguning atau bercak berwarna coklat pada bagian daun, tingkat
kerusakan yang ditimbulkan penyakit. Kategori kerusakannya yaitu terserang
berat karena hampir semua daunya terserang penyakit bercak daun atu perubahan
warna daun.

Gambar 3. Bercak Daun dan Perubahan Warna Daun


Permukaan daun terdapat gejala serangan bercak daun berupa noda dan
titik bulatan kecilyang tidak beraturan pada permukaan daun. Apabila terdapat
beberapa bercak daun dalam satu daun maka bercak dapat saling menyatu dan
membentuk daerah bercak yang luas dan dapat berkembang. Serangan penyakit
yaitu bercak daun dan perubahan warna daun yang dapat menyerang pada saat
daun masih muda.
Tingkat kerusakan pada serangan hama dan penyakit yang disebabkan oleh
belalang hijau dan bercak daun, serta adanya serangan hama lain yang menyerang
anakan trembesi yaitu ulat kantong dan telur ulat yang menimbulkan adanya
gejala terserang sedang dan terserang berat.
Penyebab terjadinya hama dan penyakit pada anakan trembesi karena
adanya faktor cuaca seperti suhu dan kelembaban yang menyebabkan adanya
8

patogen dan klorosis yang menyerang pada anakan trembesi serat tempatnya yang
terbuka. Pengendalian hama dan penyakit secara biologi atau menggunakan
pestisida serta mengamati jenis dan populasi hama dan penyakit yang menyerang
anakan trembesi.

Penyakit Bercak daun Pada Semai Pinus


Tanaman di persemaian biasanya banyak diserang oleh penyakit karat,
bercak daun, mosaik, embun tepung dan sebagainya. Salah satu penyakit yang
dijumpai pada tanaman pinus adalah penyakit bercak daun/hawar daun terutama
di persemaian. Penyakit bercak daun merupakan penyakit pada daun di
persemaian yang banyak disebabkan oleh berbagai patogen antara lain Pestalotia
sp, Cercospora sp, Colleotrichum sp, Lasidioplodia sp, Helminthosporium sp, dan
Gloesporium sp. Penyakit bercak daun pada umumnya menyerang daun-daun
bagian bawah kemudian menyebar pada daun bagian atas. Gejala bercak daun
muncul pada daun, tangkai daun bahkan batang. Selanjutnya bercak berubah
menjadi pustul seperti karat.
Penyakit bercak daun bisa jadi belum menimbulkan kerugian secara
ekonomis namun secara fisiologis menyebabkan kerugian besar pada tanaman
karena merusak daun sehingga dapat menghambat proses fotosintesis dan bisa
menyebabkan kematian pada bibit tanaman, dalam skala luas dapat menyebabkan
gagal tanam. Tanaman yang terinfeksi bercak daun biasanya akan menjadi lemah
sehingga akan memicu tanaman untuk memproduksi buah yang mengakibatkan
menipisnya cadangan makanan yang terdapat pada akar yang dikuti kematian
ranting bahkan tanaman itu sendiri juga mati. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya penurunan hasil panen. Kerugian akibat serangan penyakit bercak daun
sulit diprediksi karena dampaknya bisa dirasakan hingga beberapa tahun setelah
munculnya serangan.
Perubahan iklim dapat memicu terjadinya wabah. Perubahan iklim dapat
menimbulkan gangguan oleh faktor biotik antara lain munculnya ataupun
meningkatnya serangan hama dan patogen. Jamur patogen sangat dipengaruhi
oleh kelembaban dan suhu sehingga perubahan lingkungan akan memicu resiko
serangan penyakit, oleh karena itu perlu menjaga dan memantau perkembangan
penyakit pada tanaman. Agar dapat menetapkan cara mengendalikan serangan
9

bercak daun maka hal pertama yang harus dilakukan adalah kegiatan identifikasi
mikroorganisme atau patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Patogen
dapat diidentifikasi dengan cara mengisolasi mikroorganisme patogen dari
tanaman yang terinfeksi.

Gambar 4. Gejala Bercak Daun dan Persemaian yang Rusak


Kematian semai diawali dengan timbulnya bercak-bercak kuning pada
daun jarum semai, yang kemudian meluas sehingga daun-daun jarum tampak
menguning (klorosis). Tanaman yang terserang parah menunjukkan gejala
nekrosis. Bagian yang mengering lebih dahulu biasanya dari pucuk daun jarum
menjalar kearah pangkal. Daun-daun menjadi kering dimulai dari daun-daun
bagian bawah semai berlanjut sampai daun-daun dipucuk semai. Pada akhirnya
seluruh daun menjadi kering kadang tersisa bagian hijau dipucuknya saja sehingga
menyebabkan kematian semai pinus.
Berdasarkan penelitian penyakit utama yang menyerang tanaman pinus
adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh patogen Pestalotia sp. Gejala
yang timbul serupa dengan gejala penyakit bercak daun pada pinus ataupun
tanaman lain. Pada umumnya penyakit bercak daun yang disebabkan oleh
Pestalotia sp, diawali dengan munculnya titik/noda/bercak kecil dengan bentuk
yang tidak beraturan. Warna bercak bervariasi tergantung tanaman dan patogen.
Namun pada umumnya bercak berwarna kuning atau coklat dengan tepi lebih
tebal dan warna lebih gelap. Pestalotia dapat menginfeksi semai pinus usia 1
bulan bahkan sampai semai yang siap tanam. Gejala yang ditimbulkan adalah
daun menjadi kering diawali dari bagian ujung kemudian berkembang pada
10

seluruh daun dan menyebabkan kematian daun yang mana daun yang jatuh atau
gugur sekaligus membawa konidiospora yang dapat menjadi sumber patogen
Dalam kegiatan identifikasi perlu dilakukan kegiatan isolasi terlebih
dahulu untuk memperoleh mikroorganisme yang menjadi penyebab penyakit
sehingga dapat diperoleh informasi tentang patogen tersebut. Isolasi adalah proses
yang bertujuan untuk memperoleh biakan murni suatu mikroorganisme tertentu
dengan cara memisahkan mikroorganisme dari populasi beragam dan
menumbuhkannya pada media buatan. Inokulasi merupakan proses penularan
patogen dari sumber inokulum terhadap tanaman yang sehat. Setelah dilakukan
inokulasi tanaman dapat terinfeksi patogen sehingga timbul gejala penyakit.
Langkah selanjutnya adalah identifikasi yaitu kegiatan untuk mencocokkan antara
gejala tanaman yang terinfeksi patogen serta gambaran patogen yang diperoleh
dari hasil isolasi dengan informasi terdahulu baik dari buku, jurnal dan pustaka
lainnya.

Gambar 5. Proses Inokulasi


Serangan Patogen Lodoh pada Semai Pinus (Pinus merkusii)
Lodoh merupakan salah satu penyakit utama di pesemaian tanaman
kehutanan maupun pertanian. Penyakit ini disebabkan oleh sekelompok fungi
penghuni tanah yang merupakan parasit fakultatif tanpa kekhususan dengan
inangnya. Hifa patogen menyebar melalui tanah, dan ianteraksi terjadi melalui
penetrasi secara langsung pada epidermis yang masih lemah yang melindungi
11

jaringan sukulen inang. Terkait dengan penyediaan semai, serangan patogen lodoh
dapat merupakan salah satu diantara beberapa penyebab utama berkurangnya
jumlah semai. Intensitas serangan lodoh di pesemaian sangat bervariasi dan dapat
mencapai 100%.
Rhizoctonia sp. dan Fusarium sp. merupakan jenis-jenis fungi patogen
lodoh yang dilaporkan menyerang P. merkusii di pesemaian Fusarium sp.
termasuk famili Tuberculariaceae dan merupakan fungi penghuni tanah yang
terdiri atas lebih dari 40 spesies (Booth 1971), dan yang diketahui menyebabkan
lodoh pada semai P. merkusii adalah F. solani, F. moniliforme, F. ventricosum,
dan F. acuminatum dengan daya patogenisitas yang bervariasi. Satu diantara
spesies-spesies yang sering menimbulkan penyakit lodoh pada P. merkusii adalah
R. solani. Virulensi ras-ras R. Solani terhadap P. merkusii beragam. Rhizoctonia
memiliki mekanisme variabilitas yang khas, yaitu anastomosis.
Untuk kasus penyakit lodoh tahap-tahap infeksi untuk tipe lodoh benih.
Fungi masuk ke dalam benih dengan mempenetrasi langsung melalui kulit benih
yang lembab atau melalui rekahan pada permukaan kulit, serta selanjutnya
mempenetrasi embrio atau jaringan kecambah benih melalui tekanan mekanik dan
penghancuran oleh enzim. Pektinase dilepaskan fungi untuk menghancurkan
lamela tengah yang menjadi pengikat antar sel inang sehingga jaringan
termaserasi. Invasi dan penghancuran jaringan lebih lanjut terjadi akibat
pertumbuhan miselia fungi di antara dan melalui sel-sel. Hifa yang tumbuh
menembus dinding sel diameternya mengecil sehingga menjadi separoh ukuran
normal. Protease mendegradasi protoplas jaringan yang diinvasi, sedangkan
kekuatan fisik dan kadang selulase merusak dinding sel.
Di sektor kehutanan penggunaan fungi antagonis Trichoderma sp. telah
diaplikasikan untuk penyakit lodoh pada Pinus merkusii yang disebabkan oleh
Fusarium sp., Pythium sp dan Rhizoctonia sp. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Trichoderma sp mampu menghambat ketiga patogen lodoh tersebut. T.
harzianum dan T. pseudokoningiisecara invitro mampu menghambat
pertumbuhan F. oxysporum dan R. solani penyebab lodoh P. merkusii.
Selanjutnya fungi antagonis ini dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit
lodoh pada tahap pengecambahan dan selama periode penyapihan. Trichoderma
12

sp. dan Gliocladium sp. merupakan fungi tanah yang bersifat antagonistik
terhadap fungi patogenik pada tanaman, sehingga keduanya mampu berperan
sebagai pelindung.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Serangan lodoh pada semai P. merkusii terjadi hanya pada periode umur
tertentu, yaitu dari benih hingga semai berumur tujuh minggu.
2. Aktivitas selulase-C1 pada Fusarium oxysporum lebih tinggi dibanding pada
Rhizoctonia solani. Pektinase Rhizoctonia solani lebih efektif mendegradasi
pektin dibandingkan pektinase Fusarium oxysporum.
3. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyebab penyakit bercak daun pada
semai Pinus adalah jamur Pestalotia sp.
4. Faktor yang mempengaruhi frekuensi serangan hama dan penyakit yaitu suhu
dan kelembaban. Intensitas serangan hama dan penyakit pada anakan trembesi
di shadehouse dengan jumlah kerusakan 46,26%. Tingkat kerusakan pada
anakan trembesi akibat serangan hama dan penyakait di shadehouse tergolong
ringan.

Saran
Sebaiknya dilakukan lebih lanjut mengenai penelitian tentang
pengendalian hama dan penyakit secara biologi atau menggunakan pestisida serta
mengamati jenis dan populasi hama dan penyakit yang menyerang anakan
trembesi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad S, Hadi S, Harran E, Gumbira S, Satiawiharja MB, Kosim K. 2012.


Mekanisme Serangan Patogen Lodoh pada Semai Pinus (Pinus merkusii).
Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1): 57-64

Achmad S, Hadi S, Harran E, Gumbira, Sa’id B, Satiawiharja M, Kosim K, 2012.


Mekanisme Serangan Patogen Lodoh pada Semai Pinus (Pinus merkusii).
Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1): 57-64.

Hasmiah H, Yamani A, Susilawati S. 2020. Kajian Tingkat Kerusakan Anakan


Trembesi (Samanea saman) Akibat Serangan Hama dan Penyakit di
Shadehouse. Jurnal Sylva Scienteae, 2(4), 702-709.

Hasmiah, Yamani A, Susilawati. 2019. Kajian Tingkat Kerusakan Anakan


Trembesi (Samenea saman) akibat Serangan Hama dan Penyakit di
SHADEHOSE. Jurnal sylva scienteae 2(4).

Hidayati N, Siti HN, Fithry A. 2020. Isolasi, Identifikasi dan Karakterisasi


Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Semai Pinus di Perum Perhutani
BKPH Purwerejo, KPH Kedu Selatan. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan, 14(1): 21-32.

Anda mungkin juga menyukai