Disusun Oleh:
(235040301111027)
Asisten Praktikum:
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Tujuan........................................................................................................5
1.3 Manfaat......................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
2.1 Pengertian Hutan Alam.............................................................................8
2.2 Kepentingan Anveg Hutan Alam..............................................................9
2.3 Ciri Khas Hutan Alam.............................................................................10
2.4 Pengunaan Plot........................................................................................11
2.5 Analisis Data...........................................................................................13
BAB III..................................................................................................................15
METODOLOGI.....................................................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................16
3.3 Prosedur Kerja.........................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................18
4.1 Hasil........................................................................................................18
4.2 Pembahasan...........................................................................................25
4.2.1 Pengaruh Plot terhadap data yang didapat.......................................25
4.2.2 Struktur dan distribusi pada tegakan................................................25
4.2.3 Kelimpahan dan dominasi pada tegakan..........................................25
4.2.4 Tingkat kepentingan setiap jenis pada tegakan................................25
BAB V....................................................................................................................26
PENUTUP..............................................................................................................26
5.1 Kesimpulan............................................................................................26
5.2 Saran.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
DAFTAR TABEL
Tabel 1…………………………………………………………………………14
Tabel 2…………………………………………………………………………16
Tabel 3…………………………………………………………………………17
Tabel 4…………………………………………………………………………18
Tabel 5…………………………………………………………………………20
Tabel 6…………………………………………………………………………21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1…………………………………………………………………………31
Gambar 2…………..……………………………………………………………..31
Gambar 3…………………………………………………………………………31
Gambar 3…………………………………………………………………………31
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai struktur dan
komposisi vegetasi dalam hutan alam. Fokusnya adalah memberikan peserta
pengetahuan dalam menganalisis keanekaragaman vegetasi, mengidentifikasi
tumbuhan indikator lingkungan, serta memahami konsep penggunaan plot dalam
analisis vegetasi.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum analisis vegetasi hutan alam mencakup pemahaman
mendalam tentang kondisi vegetasi hutan, memungkinkan penentuan perlakuan
yang sesuai untuk suatu wilayah hutan. Dengan memahami struktur dan
komposisi tumbuhan, peserta dapat merancang strategi pengelolaan yang lebih
efektif untuk menjaga keberlanjutan ekosistem tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hutan Alam
Hutan alam merupakan hutan dengan vegetasi yang tumbuh tanpa adanya campur
tangan dari manusia. Hal ini sependapat dengan Milena (2019) yang menyatakan
bahwa hutan alam merupakan satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam yang tidak terpengaruh oleh ulah manusia. Hutan alam
sendiri memiliki berbagai vegetasi yang tumbuh didalamnya. Vegetasi yang ada
didalam hutan alam sendiri dimulai dari semai, pancang, tiang dan pohon.
Hutan alam pada dasarnya berbeda dengan hutan produksi atau hutan lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan alam
tidak hanya mencakup dimensi fisik, tetapi juga mencerminkan kompleksitas
hubungan antar unsur-unsur ekosistem. Konsep hutan alam dalam undang-undang
tersebut menggambarkannya sebagai suatu kesatuan ekosistem yang melibatkan
sebidang lahan dengan sumber daya alam hayati. Kesatuan ini membentuk suatu
keseimbangan hidup antara elemen alam hayati, seperti tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme, yang selaras dengan lingkungan sekitarnya.
Hal ini didukung melalui studi kasus yang terdapat didalam jurnal berjudul
“Quantifying the impacts of defaunation on natural forest regeneration in a global
meta-analysis” oleh Charlie J. Gardner, Jake E. Bicknell, William Baldwin-
Cantello, Matthew J. Struebig, & Zoe G. Davies pada tahun 2019, jurnal tersebut
menjelaskan bahwa analisis vegetasi hutan alam sangat dibutuhkan terutama
untuk melihat beberapa dampak defaunasi terhadap regenerasi hutan. Penelitian
ini mengindikasikan bahwa defaunasi vertebrata memiliki dampak yang signifikan
pada regenerasi hutan, dengan arah dan magnitudo dampaknya bervariasi
tergantung pada berbagai faktor, seperti pendekatan metodologis, kategori
kelompok taksonomi, tipe interaksi antara vegetasi berbiji dan hewan yang
terganggu, wilayah geografis, dan sindrom penyebaran biji (Ruth Mitchell, 2016).
Dalam hal ini analisis vegetasi dapat menjadi sebuah landasan penelitian untuk
memahami mekanisme di balik kasus ini.
Dalam kasus ini, analisis vegetasi berperan dalam mengetahui dan memahami
struktur serta komposisi hutan alam. Dengan memetakan keanekaragaman hayati
di dalamnya, analisis ini membantu mengidentifikasi perubahan yang terjadi
akibat defaunasi, khususnya dalam hal regenerasi hutan. Kemudian, hasil analisis
vegetasi memberikan gambaran yang jelas tentang struktur dan komposisi jenis
pohon di hutan alam. Informasi ini sangat bermanfaat untuk kepentingan
konservasi dan restorasi hutan alam. Dengan mengetahui jenis-jenis pohon yang
terkena dampak defaunasi, langkah-langkah konservasi yang lebih efektif dapat
dirancang dan diimplementasikan untuk memulihkan keberagaman hayati dan
mempertahankan ekosistem hutan.
2.3 Ciri Khas Hutan Alam
Analisis vegetasi pada hutan alam memiliki relevansi yang besar dalam
manajemen sumber daya alam dan upaya pelestarian lingkungan. Beberapa jurnal
menunjukkan bahwa pentingnya analisis vegetasi ini mencakup pemahaman
mengenai struktur dan komposisi hutan sebagai dasar untuk memetakan
keanekaragaman hayati di dalamnya. Peran analisis vegetasi juga terletak pada
pemantauan kesehatan hutan, memungkinkan evaluasi dampak perubahan
lingkungan terhadap struktur vegetasi, yang pada gilirannya mendukung upaya
pemantauan dan perlindungan hutan alam.
Oleh karena itu, analisis vegetasi berfungsi sebagai landasan penelitian untuk
memahami mekanisme di balik dampak defaunasi. Dengan memetakan
keanekaragaman hayati dan mengidentifikasi perubahan dalam struktur serta
komposisi hutan alam, analisis ini memberikan gambaran yang mendalam.
Informasi ini sangat penting untuk upaya konservasi dan restorasi hutan alam,
memungkinkan perancangan langkah-langkah yang lebih efektif dalam
memulihkan keberagaman hayati dan menjaga keberlanjutan ekosistem hutan.
Ciri khas dari hutan alam dapat dijelaskan melalui sejumlah faktor yang
mencerminkan keaslian dan keberlanjutan ekosistem tersebut. Pertama, hutan
alam ditandai oleh tingginya keragaman hayati, dengan adanya spesies flora dan
fauna endemik yang mencerminkan keunikan ekosistemnya (Natalya Ivanova,
2022). Struktur dan komposisi vegetasi hutan alam bersifat alamiah tanpa adanya
campur tangan manusia, menciptakan lingkungan yang berkembang secara bebas.
Komponen ekologis utama, seperti siklus nutrisi dan dinamika tanah, hadir secara
alami untuk mendukung keberlanjutan pertumbuhan organisme dalam ekosistem
ini. Selain itu, hutan alam menunjukkan adaptasi organisme terhadap kondisi
iklim dan lingkungan lokal, menciptakan keseimbangan yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya (Haryadi, 2019).
Keberadaan siklus alamiah dan dinamika populasi yang tidak terpengaruh secara
signifikan oleh campur tangan manusia menjadi ciri khas yang membedakan
hutan alam dari ekosistem lainnya. Hutan ini mempertahankan keseimbangan
alamiahnya dengan membiarkan berbagai proses seperti daur ulang nutrisi dan
dinamika populasi berlangsung tanpa gangguan yang dapat merusak.
Keistimewaan lainnya adalah kemampuan hutan alam untuk tetap minim
terpengaruh oleh aktivitas manusia, seperti penebangan liar, perubahan
penggunaan lahan, atau introduksi spesies invasif (MUSTAID SIREGAR, 2019).
Indeks Kemerataan
Indeks Kemerataan digunakan untuk menilai keseimbangan jenis-jenis dalam
ekosistem dan dinyatakan sebagai:
H'
E1=
1n (S )
Dimana: E1=indeks Pielou; H’=Indeks Shannon; S= jumlah species. Besarnya
indeks kemerataan Pielou adalah sebagai berikut; jika E1=0-0,33 maka
kemerataan jenis dikategorikan rendah; E1=0,34-0,67 dikategorikan sedang dan
jika nilai E1=0,68-1 dikategorikan tinggi (Rawana, 2022).
BAB III
METODOLOGI
1. Persiapkan peralatan dan material, termasuk patok, tali, rafia, phi band, dan
Kompas.
2. Tentukan lokasi observasi.
3. Tempatkan patok pertama.
4. Aktifkan kompas dan periksa angka yang ditunjukkan.
5. Sediakan tali rafia sepanjang 60 meter untuk membatasi area plot.
6. Jalankan lurus sepanjang 60 meter sesuai arah kompas tanpa pergeseran angka,
lalu ikat tali rafia pada patok awal dan ujungnya.
7. Tanam patok setiap 20 meter.
8. Putar sudut 90⃘, tambahkan tali sejauh 20 meter tanpa pergeseran angka, lalu
ikatkan pada patok awal dan ujungnya.
9. Putar sudut lagi 90⃘ dari patok dengan tali 20 meter, jalankan lurus sepanjang 60
meter dengan menancapkan patok setiap 20 meter dan ikat tali rafia pada
ujungnya.
10. Hubungkan tali dan ikat pada setiap plot, memperhatikan arah 90⃘ dengan
bantuan kompas.
11. Berikan penjelasan plot 1 hingga 3, dimulai dari penancapan patok awal.
12. Buat plot berukuran 10x10, 5x5, dan 2x2 meter pada plot pertama, dimulai
dari pojok kiri atas. Lanjutkan ke plot kedua di pojok kiri bawah dan plot ketiga di
pojok kiri atas.
13. Identifikasi vegetasi:
a. Pada plot 2x2 meter untuk tanaman (<1,5m), hitung jenis danjumlahnya.
b. Pada plot 5x5 meter untuk tiang (diameter <10cm), hitung jenis, jumlah, tinggi
total, dan diameter batang.
c. Pada plot 10x10 meter untuk tiang (diameter 10< x <20cm), hitung jenis,
jumlah, tinggi, dan diameter.
d. Pada plot 20x20 meter untuk pohon (diameter >20cm), hitung jenis, jumlah,
diameter, tinggi total, jarak antar pohon, dan kanopi pohon (LBDS).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 6 LBDS
Nama Spesies Terlebar Tersempit
Golonga LBD
n Panjan Azimu Panjan Azimu S
Lokal Ilmiah
g t g t
Maho
ni Swietenia 320,14
Pohon (2,5) (1) 18 231,50 0.096
Daun macrophyl 5
Besar la
Maho
ni Swietenia 140,33 (0,5)
Pohon (3)(1) 65,225 0.051
Daun macrophyl 0 (0,5)
Besar la
Maho
ni Swietenia 350,14 (0,3) 240,18
Pohon (1)(0,5) 0.016
Daun macrophyl 5 (0,1) 0
Besar la
Maho
ni Swietenia 335,13
Pohon (3)(1) (1)(0,5) 245,45 0.010
Daun macrophyl 8
Besar la
Maho
ni Swietenia (0,5) 320,14
Pohon (1)(0,5) 50,227 0.095
Daun macrophyl (0,5) 8
Besar la
Maho
ni Swietenia (0,5) 340,18
Pohon (3)(1) 245,80 0.115
Daun macrophyl (0,3) 6
Besar la
Maho
ni Swietenia (0,4) 335,15
Pohon (1)(0,5) 245,80 0.126
Daun macrophyl (0,2) 6
Besar la
Maho
ni Swietenia 340,16
Pohon (4)(2) 248,76 (2)(0,5) 0.135
Daun macrophyl 0
Besar la
Maho Swietenia Pohon (3,5)(1) 135,33 (1,5) 70,20 0.105
ni macrophyl 5 (0,5)
Daun
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (2)(1,5) 85,44 (1,5)(1) 10,15 0.083
Daun macrophyl
Besar la
Maho
ni Swietenia (1,5)
Pohon (4)(3,2) 50,20 65,82 0.083
Daun macrophyl (1,3)
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (4)(2,5) 45,30 (2,5)(1) 42,75 0.589
Daun macrophyl
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (2)(1,2) 50,70 (1,3)(1) 20,5 0.179
Daun macrophyl
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (5)(2) 47,87 (4)(2) 41,5 0.132
Daun macrophyl
Besar la
Maho
ni Swietenia (0,5) 146,32 (0,2)
Pohon 230,5 0.045
Daun macrophyl (0,2) 0 (0,1)
Besar la
Maho
ni Swietenia (0,5) 320,13
Pohon (2)(1) 240,40 0.056
Daun macrophyl (0,5) 8
Besar la
Maho
ni Swietenia 310,14
Pohon (2)(1,5) (1)(1) 230,40 0.161
Daun macrophyl 8
Besar la
Maho
ni Swietenia 145,32
Pohon (1)(5) 45,230 (1)(0,5) 0.064
Daun macrophyl 5
Besar la
Maho
ni Swietenia 150,31
Pohon (4)(2,2) (1)(0,5) 50,230 0.156
Daun macrophyl 5
Besar la
Maho
ni Swietenia 142,32
Pohon (4)(2,2) 225,50 (1)(0,5) 0.115
Daun macrophyl 5
Besar la
Maho Swietenia Pohon (4)(2,2) 325,14 (1)(1) 235,55 0.051
ni
Daun macrophyl 8
Besar la
Maho
ni Swietenia (0,5) 145,30
Pohon (4)(2,2) 225,45 0.174
Daun macrophyl (0,5) 5
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (6)(3) 30,60 (3)(,1) 37,65 0.124
Daun macrophyl
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (4)(3,3) 40,56 (3,2)(2) 38,52 0.029
Daun macrophyl
Besar la
Maho
ni Swietenia
Pohon (4)(2,2) 45,50 (3,2)(2) 25,55 0.013
Daun macrophyl
Besar la
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Plot terhadap data yang didapat
Keeley dan Fotheringham (2005) menjelaskan bahwa data empiris dari
keanekaragaman hayati yang diperoleh dari inventarisasi
menggunakan desain sampling yang berbeda akan menghasilkan
keanekaragaman jenis yang berbeda. Laurance et al. (1998) juga
menjelaskan bahwa untuk menghindari terjadinya bias
keanekaragaman hayati dalam inventarisasi maka perlu dilakukan
modifikasi bentuk dan ukuran plot sampling. Plot yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki bentuk persegi Panjang Analisis vegetasi
pada plot 60 kali 20 meter dapat memberikan pemahaman yang
mendalam tentang komposisi dan struktur vegetasi di suatu area.
Analisis vegetasi dilakukan dengan menggabungkan metode jalur dan
garis berpetak. Metode jalur digunakan untuk mengukur pohon dengan
lebar jalur 20 meter. Metode garis berpetak digunakan untuk mengukur
tingkat permudaan (tiang, pancang, semai). Berikut adalah ukuran
petak-petak contoh yang digunakan:
Ukuran 2 m x 2 m digunakan untuk merisalah tingkat
permudaan semai dan tumbuhan bawah. Data yang
dikumpulkan berupa jumlah individu.
Ukuran 5 m x 5 m digunakan untuk merisalah tingkat
permudaan pancang. Data yang dikumpulkan berupa jumlah
individu.
Ukuran 10 m x 10 m digunakan untuk merisalah tingkat tiang.
Data yang dikumpulkan berupa jumlah individu, diameter, dan
tinggi tiang.
Ukuran 20 m x 20 m digunakan untuk merisalah tingkat pohon.
Data yang dikumpulkan berupa jumlah individu, diameter, dan
tinggi pohon.
Dari data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman vegetasi yang ada dalam hutan UB forest cukup
rendah karena baik dari tegakan maupun semai yang ada tidak
beervariasi jenisnya. Dominasi yang ada dalam plot adalah tanaman
MAhoni daun lebar (switennia machrophylla).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam pengamatan kali ini struktur tegakan yang mendominasi adalah Mahoni
daun lebar (Swietenia macrophylla). Dari Pengamatan yang dilakukan
menunjukkan keanekaragaman vegetasi yang rendah, terutama karena kurangnya
variasi jenis baik pada tegakan maupun semai. Stratifikasi tingkat pertumbuhan
pohon mencerminkan dominasi Mahoni daun lebar. Tingkat kepentingan setiap
spesies dalam hutan menjadi faktor penting dalam pengelolaan, di mana
pelestarian spesies dominan diperlukan untuk meningkatkan produksi kayu,
sementara perlindungan spesies langka mendukung keanekaragaman hayati. Hasil
penelitian juga menyoroti keberagaman potensi tegakan, di mana komunitas
dengan spesies berkepadatan tinggi menjadi fokus. Parameter seperti indeks nilai
kepentingan spesies dapat digunakan untuk menilai peran spesies dalam
masyarakat, sementara model pengelolaan dapat diterapkan dengan menggunakan
data dari inventarisasi hutan nasional.
5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum kedepannya agar praktikan lebih bijak lagi dalam
memnafaatkan waktu. Untuk asprak semoga bisa menjelaskan materi dengan lebih
jelas lagi agar praktikan tidak bingung tapi terimakasi untuk abang dan mbak yang
sudah sabar dalam membimbing praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Baran, J., Pielech, R., Kauzal, P., Kukla, W., & Bodziarczyk, J. (2020). Influence
of forest management on stand structure in ravine forests. Forest Ecology
and Management, 463(February), 18018.https://doi.org/
10.1016/j.foreco.2020.118018.
KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kobbail, A. A. (2020). COLLABORATIVE MANAGEMENT FOR
SUSTAINABLE DEVELOPMENT OF NATURAL FORESTS IN
SUDAN: CASE STUDY OF ELRAWASHDA AND ELAIN NATURAL
FORESTS RESERVES . International Journal of Social Forestry (IJSF),
3(2):101-133.
KURNIAWATI PURWAKA PUTRI P, G. M. (2013). LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS VEGETASI MATA KULIAH EKOLOGI TERAPAN.
LAPORAN PRAKTIKUM, i - 34.
M. Zulkifli Cani Ago, R. H. (2018). TINGKAT DOMINANSI DAN ASOSIASI
KELOMPOK KAYU INDAH DI AREAL IUPHHK-HTI PT. BHATARA
ALAM LESTARI KABUPATEN MEMPAWAH. JURNAL HUTAN
LESTARI, Vol. 6 (3) : 438 – 446.
Marsono, D. (2004). Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
Yogyakarta: BIGRAF Publishing Bekerjasama dengan Sekolah Tinggi
Teknik.
Mo, L. (2022). Integrated global assessment of the natural forest carbon potential.
Article Nature.
MUSTAID SIREGAR, H. H. (2019). Vegetation analysis of tree communities at
some forest patches in North Sulawesi, Indonesia. B IO D I V E R S IT A S,
Volume 20, Number 3, 643-655.
Natalya Ivanova, V. F. (2022). Experience of Forest Ecological Classification in
Assessment of Vegetation Dynamics. Sustainability, 1 - 11.
Portier, J., Gauthier, S., Cyr, G., & Bergeron, Y. (2018). Does time since fire
drive live aboveground biomass and stand structure in low fire activity
boreal forests? Impacts on their management.Journalof Environmental
Management, 225(August), 346-355. https://doi.org/
10.1016/j.jenvman.2018.07.100.
Pretzsch, H. (2020). Density and growth of forest stands revisited. Effect of the
temporal scale of observation, site quality, and thinning. Forest Ecology
and Management, 460(January),
117879.https://doi.org/10.1016/j.foreco.2020.117879.
Gambar 1 Gambar 2
Semai Fauna yang ditemukan
Gambar 3 Gambar 4
Tajuk Pembuatan Plot