Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah


Pengelolaan Ekosistem Mangrove”

Oleh:

KELOMPOK 7
(SUB 1)

Fitriani M. Ikram H L13119174


Nur Intan L13119125
Muhammad Nur L13119096
Zulkifli L13119178
Alang Gunawan Lembah L13119278

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Minat : Konservasi

Kelompok : 7 (SUB 1)

Nama : Fitriani M. Ikram H L13119174


Nur Intan L13119125
Muhammad Nur L13119096
Zulkifli L13119178
Alang Gunawan Lembah L13119278
Program Studi : S-1 Kehutanan

Fakultas : Kehutanan

Universitas : Tadulako

Palu, Juni 2022

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Faizal
L13118049

Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah

Dr. Ir. Bau Toknok. SP., MP


NIP.19730730200701 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga laporan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove ini tepat pada waktunya. Laporan ini dapat tersusun sesuai dengan yang
kita kehendaki, maksud dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah
satusyaratuntukmenyelesaikan Mata Kuliah Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Tak lupa pula penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang banyak berperan dalam membantu penyusunan laporan ini, yaitu kepada
Asisten Penanggung Jawab yang telah banyak memberikan masukan dan arahan
yang baik dalam pelaksanaan praktikum Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Dalam penyusunan laporan ini, Kami sebagai penyusun menyadari akan
kesalahan-kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam laporan ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak saran sehingga dapat kami jadikan pedoman agar memperbaiki penyusunan
laporan selanjutnya. Sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang...............................................................................

1.2. Tujuan dan Kegunaan....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

2.1. Pengertian Hutan Mangrove..........................................................

2.2. Klasifikasi Avecennia Alba...........................................................

2.3 Ciri-ciri Avecennia Alba………………………………………...

BAB III METODOLOGI PRAKTEK LAPANGAN.................................

3.1. Waktu dan Lokasi Praktikum........................................................

3.2. Alat dan Bahan Praktikum.............................................................

3.3. Metode Praktikum………………………………………………..

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................

4.1. Pengamatan Terhadap Kondisi Vegetasi…………………………

4.2 Pengamatan Kondisi Substrat……………………………………

4.3 Pengamatan Kondisi Sumber Dan Suplai Air Tawar


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................

5.1. Kesimpulan....................................................................................

5.2. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN....................................................................................................
DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Tabel Pengamatan Kerapatan Mangrove ………………………………. z


DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Foto kelompok kecil ……………………………………………………


2. Proses pembuatan plot …………………………………………………
3. Foto kelompok besar …………………………………………………...
4. Proses pengukuran debit air …………………………………………....
5. Proses pembuatan plot ………………………………………………….
6. Foto kerang di sekitar daerah mangrove ………………………………..
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai,
karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan. Secara ekologis hutan mangrove disamping sebagai habitat biota laut,
juga merupakantempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas.
Secara umum hutan mangrove didefinisikan sebagai tipe hutan yang tumbuh
pada daerah pasang surut (terutama pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)
yang tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. (Kusmana, etal., 2003).
Fungsi hutan mangrove dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu fungsi fisik,
fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Fungsi hutan mangrove secara fisik di
antaranya menjaga kestabilan garis pantai dan tebing sungai dari erosi atau abrasi,
mempercepat perluasan lahan dengan adanya jerapan endapan lumpur yang
terbawa oleh arus kekawasan hutan mangrove, mengendalikan laju intrusi air laut
sehingga air sumur di sekitarnya menjadi lebih tawar, melindungi daerah di
belakang mangrove dari hempasan gelombang, angin kencang dan bahaya
tsunami.
Fungsi hutan mangrove secara ekologis diantaranya sebagai tempat
mencarimakan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat
berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota
laut lainnya, tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung dan
reptil. Bagi beberapa jenis burung, vegetasi mangrove dimanfaatkan sebagai
tempat istirahat, tidur bahkan bersarang. Selain itu, mangrove juga bermanfaat
bagi beberapa jenis burung migran sebagai lokasi antara (stop over area) dan
tempat mencari makan, karena ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang
kaya sehingga dapat menjamin ketersediaan pakan selama musim migrasi
(Howesetal, 2003). Vegetasimangrove juga memiliki kemampuan untuk
memelihara kualitas air karena vegetasi ini memiliki kemampuan luar biasa untuk
menyerap polutan (logam berat Pb, Cd dan Cu),di Evergaldes negara bagian
California Amerika Serikat, mangrove adalah komponen utama dalam menyaring
polutan sebelum dilepas ke laut bebas (Arisandi, 2010).
Pengelolaan hutan mangrove di Indonesia saat ini diarahkan kepada
rehabilitasi karena banyaknya kawasan yang rusak sehingga jika kegiatan tersebut
berhasil, diharapkan dapat mengembalikan fungsi ekologisnya untuk
menyediakan jasa lingkungan bagi masyarakat sekitarnya dan bagi masyarakat
yang berada di luar kawasan tersebut. Namun, kegiatan rehabilitasi tersebut tidak
bisa mengabaikan isu-isu ekonomi dan sosial terkait kehadiran masyarakat di
sekitarnya.Pengelolaan sumber daya kelautan berbasis masyarakat merupakan
salah satu strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan
dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam.Selain itu, strategi ini
dapat membawa efek positif secara ekologi dan sosial. Pengelolaan sumber daya
alam, khususnya sumber daya kelautan berbasis komunitas lokal sangatlah tepat
diterapkan di Indonesia, selain karena efeknya yang positif juga mengingat
komunitas lokal di Indonesia memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya,
sehingga pengelolaan yang dilakukan akan diusahakan demi kebaikan daerahnya
dan tidak sebaliknya.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari kondisi actual
dari hutan mangrove. Dengan mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa
mampu :

1. Mengidenttifikasi kondisi substrak dari hutan mangrove.

2. Mengidentifikasi sumber suplai dan debit air tawar yang masuk ke hutan
mangrove.

3. Mengidentifikasi kondisi vegetasi mangrove yang ada di lokasi.

4. Mengidentifikasi pengelolaan mangrove di Kelurahan Baiya, Kecamatan


Tawaeli, Kota Palu.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Mangrove dan Manfaatnya


Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem yang berada di daerah tepi
pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga antainya selalu
tergenang air. Ekosistem mangrove berada di antara level pasang naik tertinggi
sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai
yang terlindungi (Supriharyono, 2009), dan menjadi pendukung berbagai jasa
ekosistem disepanjang garis pantai di kawasan tropis (Donatodkk, 2012). Manfaat
ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai
mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang
ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang (rob),
tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air
permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi penetralisir
pencemaran perairan pada batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009). Manfaat lain
dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata alam dan
atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006; Wiharyanto dan Laga, 2010) dan sebagai
sumber tanaman obat (Supriyanto dkk, 2014).

Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa.


Ekosistem mangrove berperan penting dalam pengembangan perikanan pantai
(Heriyanto dan Subiandono, 2012); karena merupakan tempat berkembang biak,
memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan
udang (Kariada dan Andin, 2014; Djohan, 2007). Jenis plankton di perairan
mangrove lebih banyak dibandingkan di perairan terbuka (Qiptiyah, dkk, 2008).
Hutan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik
ke dalam rantai makan (Hogarth, 2001). Bagian kanopi mangrove pun merupakan
habitat untuk berbagai jenis hewan darat, seperti monyet, serangga, burung, dan
kelelawar (Supriharyono, 2009). Kayu pohon mangrove dapat digunakan sebagai
kayu bakar, bahan pembuatan arang kayu, bahan bagunan, dan bahan baku bubur
kertas. Manfaat nilai guna langsung hutan mangrove sebesar Rp. 11,61 juta/ha/th
(Saprudin dan Halidah, 2012).

2.2 Substrat dan Pengaruhnya Terhadap Mangrove


Substrat adalah tempat dimana akar-akar mangrove dapat tumbuh. Substrat
merupakan faktor pembatas utama terhadap pertumbuhan dan distribusi mangrove
(Budiman, 1991). Mangrove dapat tumbuh dengan baik pada substrat berupa
pasir, lumpur atau batu karang. Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh
dengan baik pada substrat berlumpur, namun ada pula yang tumbuh baik pada
substrat berpasir,bahkan substrat berupa pecahan karang. Kondisi substrat
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan zonasi mangrove.
Tegakan mangrove menyukai suasana lingkungan yang memungkinkan
terjadinya penimbunan tanah dan perluasan lahan, dengan perakaran yang khas
yang berkembang mengikuti penimbunan tanah yang terjadi. Jenis vegetasi yang
kurang mampu beradaptasi terhadap substrat ataupun lingkungan yang ada akan
menyebabkan banyak tegakan yang mati pada tingkat semai (Pramudji, 1996).
Sebaliknya, jenis yang sesuai akan berkembang dengan baik dan mendominasi
sehingga dapat mengubah zonasinya (Arief, 2003).
Tipe substrat pada suatu pantai sangat mempengaruhi pertumbuhan
mangrove. Tipe tanah jenis silt (debu) dan clay (liat) merupakan faktor penunjang
proses regenerasi dimana partikel liat yang berupa lumpur akan menangkap buah
tumbuhan mangrove yang jatuh ketika sudah masak. Proses regenerasi ini sangat
mempengaruhi kerapatan mangrove di suatu area. Sebaliknya pada pantai dengan
substrat berpasir atau pasir dengan campuran pecahan karang, kerapatan
mangrovenya akan rendah dikarenakan jenis substrat tersebut tidak mampu
menangkap/menahan buah mangrove yang jatuh sehingga proses regenerasi tidak
terjadi (Kordi, 2012).

2.3 Fungsi Vegetasi Mangrove


Struktur vegetasi mangrove memiliki fungsi yang begitu penting bagi
keberlangsungan makhluk hidup disana baik secara fisik, ekologi, dan ekonomi.
Secara fisik, vegetasi mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari pengaruh
gelombang laut, membentuk daratan. Secara ekologi vegetasi mangrove berfungsi
sebagai daerah asuhan (nurseryground), daerah pemijahan (spawningground), dan
tempat mencari makan (feedingground) bagi beranekaragam biota perairan seperti
ikan, udang, dan kepiting (Nursaletal., 2005).
Selain memiliki fungsi fisik dan ekologi, vegetasi mangrove juga
mempunyai fungsi ekonomi yaitu sebagai penghasil keperluan rumah tangga,
penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Rositasari etal., 2010). Melihat
begitu besar peran dan manfaat dari hutan mangrove tidak sedikit fauna yang
dapat berasosiasi dengan tumbuhan mangrove dan sekitarnya, sehingga
menghasilkan nutrisi bagi organisme ditunjang dengan beragamnya jenis vegetasi
mangrove yang menjadikan kawasan vegetasi mangrove menjadi tempat yang
nyaman dan aman bagi makhluk hidup lainnya.

2.4 Rencana Pengelolaan Mangrove


Pengelolaan hutan mangrove tidak terlepas dari pelibatan masyarakat.
Tidak dipungkiri terdapat masyarakat yang tergantung pada keberadaan mangrove
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang hidup di sekitar
mangrove memanfaatkan ikan, udang, kepiting, dan kayu bakar yang tersedia.
Pemanfaatan mangrove secara tradisional oleh Sebagai pihak yang bersentuhan
langsung dengam ekosistem mangrove, masyarakat sekitar perlu dilibatkan dalam
pengelolaannya. Pemerintah perlu memberi kesempatan kepada masyarakat
sekitar kawasan untuk turut berpartisipasi dalam upaya pengelolaan mangrove dan
pengawasannya, juga untuk meminimalisasi konflik yang menjadi penghambat
dalam pengelolaan mangrove. Maka dari itu, diperlukan strategi pengelolaan
mangrove berbasis masyarakat yang partisipatif dan memperhatikan persepsi dan
nilai magrove bagi masyarakat.
Masyarakat lokal dengan menerapkan kearifan lokal menjadi terganggu
tatkala ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lahan mangrove seperti
untuk pengembangan tambak/perikanan skala besar, pariwisata, pemukiman
(khususnya pemukiman mewah), dan kegiatan pertambang an minyak . Terg ang
g unya ekosistem mangrove yang disebabkan oleh proses ekstraksi hutan
mangrove menyebabkan laju kerusakan mangrove menjadi jauh lebih cepat
dibandingkan dengan kemampuan mangrove untuk memulihkan dirinya
sendiri.Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam pengelolaan hutan
mangrove. Pemerintah daerah berwenang dalam mengeluarkan ijin-ijin yang
berada di wilayah mangrove seperti ijin pembangunan tambak, pengembangan
pariwisata, dan pengembangan pemukiman. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa mangrove merupakan suatu ekosistem
hutan, maka pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola mangrove
berdasarkan asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan dan keterpaduan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah
dalam pengelolaan mangrove akan memengaruhi kelestarian dan keberadaan
hutan mangrove. Oleh karena itu, penting untuk diketahui apakah di dalam
pengambilan kebijakan pengelolaan telah memperhatikan Rencata Tata Ruang
Wilayah (RTRW) dan diterapkannya aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
Seringkali keputusan untuk mengkonversi kawasan mangrove dihasilkan karena
kegagalan di dalam mengkuantifikasi manfaat intangible dari mangrove.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun Praktikum Pengelolaan Ekosistem Mangrove dilaksanakan pada
hari Minggu, 12 Mei 2022 pada pukul 08.00 WITA sampai selesai. Bertempat di
Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum Pengelolaan
Ekosistem Mangrove ialah sebagai berikut :Meteran, Bola Pimpong, Stopwatch,
Dan Alat Tulis Menulis, tali raffia, dan wadah plastik.

3.3 Metode Praktikum


Adapun metode praktikum yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Pengamatan Kondisi Substrak :
a) Amati kondisi substrak dengan cara memilin-milin lumpur/substrak dari
lokasi yang bervegetasimangrove dan ulangi di tiga lokasi berbeda-beda.
b) Amati komposisi substraknya berdasarkan sumbernya (dari endapan
koral/karang/laut atau endapan sedimen/darat.
c) Buat catatan atas pengamatan tersebut
2. Pengamatan kondisi sumber dan suplai air tawar :
a) Amati sumber air tawarnya (jumlah alirannya dan debitnya).
b) Amati debit limpasan air tawar dengan cara mengukur lebar dan dalam
penampang air serta mengukur perpindahan dan kecepatan aliran denga
cara mengalirkan bola pimpong pada jarak tertentu dan dicatat waktu
tempuhnya.
c) Lakukan pengulangan pengkuran debit air minimal 3 kali.
d) Buat catatan atas pengamatan tersebut.
3. Pengamatan Terhadap Kondisi Vegetasi :
a) Buatlah sebuah transek yang tegak lurus dengan laut dari darat.
b) Pada transek tersebut buatlah plot dengan ukuran 5m x 5m yang
diletakkan secara sistematis hingga sabuk mangrovenya berakhir,
sehingga jumlah plot yang dibuat sangat tergantung pada lebar sabuk
mangrovenya.
c) Amati dan catat nama jenis (jika belum diketahui tuliskan ciri-cirinya)
dan jumlah individu yang dijumpai dalam setiap plotnya.
d) Masukkan dalam Tallysheet Hasil Pengamatan.
e) Hitung kerapatan mangrovenya untuk satu transek.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Terhadap Kondisi Vegetasi

Tabel 1. Pengamatan Kerapatan Mangrove


No Nama Jenis Jumlah Keterangan/Ciri-Ciri
Individu
Pohon selalu hijau, tumbuh
tersebar, ketinggian kadang-
Sonneratia Alba kadang hingga 15 meter. Kulit
kayu berwarna putih tua hingga
1. coklat, dengan celah longitudinal
2 pohon
yang halus. Akar berbentuk
kabel di bawah tanah dan muncul
kepermukaan sebagai akar napas
yang berbentuk kerucut tumpul
dan tingginya mencapai 25 cm.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap vegetasi mangrove di Kelurahan


Baiya Kecamatan Tawaeli, di dalam plot berukuran 5 x 5 meter hanya terdapat 2
individu mangrove dan sejenis, yakni Sonneratia alba dengan kerapatan dari
pohon 1 ke pohon 1 berjarak 2 meter 90 cm. Adapun ciri-ciri dari Sonneratia alba
yaitu Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15
meter. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal
yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan
sebagai akar napas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal
gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Bunga: Biseksual; gagang
bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi:
soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok.
Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti
lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan
pangkalnya kuning, mudah rontok. Buah: Seperti bola, ujungnya bertangkai dan
bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-
200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter
3,5-4,5 cm.

4.2 Pengamatan Kondisi Substrat

Gambar 1. Lokasi 1 Gambar 2. Lokasi 2 Gambar 3. Lokasi 3

Komposisi Substrat berdasarkan sumbernya:


- Lokasi 1 : Berpasir, Kerikil dan Kelomang (Paguroidea).
- Lokasi 2 : Berpasir, Berbatu dan Kelomang (Paguroidea).
- Lokasi 3 : Berbatu, Kepiting (Brachyura), Pasir, dan Kerikil.
Adapun hasil pengamatan di lokasi praktikum, pada plot 5 × 5 m di tiga
lokasi yang berbeda,yakni lokasi 1, lokasi 2, dan lokasi 3, maka diperoleh
komposisi substratnya agak berpasir dan terdapat beberapa fauna di dalamnya
seperti kepiting, ikan, kaloamang, dan serangga.

4.3 Pengamatan Kondisi Sumber Dan Suplai Air Tawar


Rumus mencari Debit Air :
Q =V×A
D
V =
t
A =l×d
Keterangan :
Q = Debit air (m3/det)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
A = Luas penampang basah (m2)
D = Jarak pengukuran (m)
d = Kedalaman Sungai (m)
l = Lebar saluran (m)
t = Waktu pengukuran (detik)
Rumus mencari Kecepatan Aliran :
D
- V1 =
t
7m
=
12,82det

= 0,54 m/det
D
- V2 =
t
7m
=
12,94 det

= 0,54 m/det
D
- V3 =
t
7m
=
12,39 det

= 0,56 m/det
D
- V4 =
t
7m
=
11,72det

= 0,59 m/det
V 1+V 2+V 3+V 4
V =
4
0,54+0,54 +0,56+0,59
=
4
= 0,55 m/det
Rumus mencari Luas Penampang Basah:
- A1 = l × d
= 2,1 m × 0,06 m
= 0,126 m2
- A2 = l × d
= 1,3 m × 0,06 m
= 0,078 m2
- A3 = l × d
= 1,4 m × 0,1 m
= 0,14 m2
A 1+ A 2+ A 3
A =
3
0,126+0,078+0,14
=
3

= 0,11 m2
Rumus mencari Debit Air :
Q =V ×A
= 0,55 × 0,11
= 0,0605 m3/det
Pada pengamatan kondisi sumber dan suplai air tawar, hasil yang
didapatkan pada debit air adalah 0,0605 m3/detik. Dimana pada perhitungan
kecepatan aliran (1) didapatkan 0,54 m/det, kecepatan aliran (2) didapatkan 0,54
m/det, kecepatan aliran (3) didapatkan 0,56 m/det, dan pada kecepatan aliran (4)
didapatkan hasil 0,59 m/det, jadi hasil kecepatan aliran rata-rata adalah 0,55
m/det. Pada perhitungan luas penampang basah, hasil yang didapat dari
penampang atas adalah 0,126 m2, pada penampang tengah didapat hasil 0,078 m 2
dan pada penampang bawah hasil yang didapatkan adalah 0,14 m2, jadi hasil luas
penampang basah rata-rata adalah 0,11 m2.

4.1.2 Rencana Pengelolaam Mangrove


Adapun rencana pengelolaan mangrove di Kelurahan Baiya, Kecamatan
Tawaeli berdasarkan hasil pengamatan yaitu, pengembangan kawasan mangrove
yang berwawasan lingknugan. Pada hakekatnya tujuan pembanguan adalah untuk
kesejahteraan rakyat. Proses pembangunan yang dilakukan tentunya berkaitan
dengan pemanfaatan lingkungan. Konsep pembanguan berkelanjutan artinya
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat bukan hanya
saat ini saja namun juga untuk generasi mendatang. Dapat dikatakan bahwa,
pembangunan berkelanjutan tidak dititikberatkan pada sektor ekonomi saja,
namun juga keberlanjutan ekologi yang dimanfaatkan. Oleh karena itu,
pembangunanberkelanjutan harus didasarkan atas asas berwawasan lingkungan.
Artinya kerusakan dan kemerosotan lingkungan akan berdampak buruk bagi
kehudupan manusia baik saat ini dan mendatang. Pemanfaatan dengan tujuan
meningkatkan ekonomi daerah dan masyarakat harus seleras dengan upaya
pelestarian ekosistem mangrove.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari mengikuti Praktikum
Pengelolaan Ekosistem Mangrove ialah antara lain sebagai berikut :
1. Vegetasi mangrove di Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli, di dalam plot
berukuran 5 x 5 meter hanya terdapat 2individu mangrove dan sejenis,
yakni Sonneratia alba dengan kerapatan dari pohon 1 ke pohon 1 berjarak 2
meter 90 cm.
2. Pada plot 5 × 5 m di tiga lokasi yang berbeda, yakni lokasi 1, lokasi 2, dan
lokasi 3, maka diperoleh komposisi substratnya agak berpasir.
3. Pada pengamatan kondisi sumber dan suplai air tawar, dilakukan 4 kali
percobaan. Pada percobaan 1 didapatkan nilai debit air 0,42 dimana luas
sungai 1,3 meter dengan kedalaman 0,6 meter yang berjarak 7 meter dengan
waktu 12,82 detik.
4. Rencanapengelolaan mangrove di kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli
berdasarkan hasil pengamatan yaitu, pengembangan kawasan mangrove
yang berwawasan lingknugan. Tujuan pembanguan adalah untuk
kesejahteraan rakyat.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah :
1. Perlu adanya konservasi mangrove di Kelurahan Baiya Kecamatan Tawali,
agar supaya populasi mangrove terus terjaga dan fungsinya bisa dirasakan
secara terus menerus.
2. Perlu ada rancanagan pengelolaan eksositem mangrove di daerah tersebut
oleh pihak-pihak terkait yang mana bisa menjadi pendapatan daerah dan jiga
masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto, T., & Rosmayanti, K. (2013). STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI


PANTAI MUARA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PROVINSI
DKI JAKARTA. JURNAL ISTEK, 1979-8911.
Masruroh, L., & Insafitri. (2020). PENGARUH JENIS SUBSTRAT TERHADAP
KERAPATAN VEGETASI Avicennia marina DI KABUPATEN GRESIK.
Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 2773-7583 (online).
Senoaji, G., & Hidayat, M. F. (2016). PERANAN EKOSISTEM MANGROVE DI
PESISIR KOTA BENGKULU DALAM MITIGASI PEMANASAN GLOBAL
MELALUI PENYIMPAN KARBON. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 327-333.

Kusmana, etal., (2003). Ekologi Mangrove ; Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. Rineka
Cipta. Jakarta.

Supriyanto dkk, (2014). Hutan Mangrove dan Peranannya dalam Melindungi


Ekosistem Pantai. Prosiding Seminar Pemanfaatan HHBK dan Konservasi
Biodiversitas menuju Hutan Lestari, Balikpapan.
Qiptiyah, dkk, (2008). Hutan Mangrove Sebagai salah satu sumber produk alam
laut. Jurnal Oseanografi-LIPI XXXIV : 15-23
LAMPIRAN

DOKUMENTASI
Gambar 1. Foto kelompok kecil Gambar 2. Proses pembuatan plot

Gambar 2. Foto kelompok besar Gambar 4. Proses pengukuran debit air

Gambar 4. Proses pembuatan plot Gambar 5. Foto Kerang

Anda mungkin juga menyukai