Anda di halaman 1dari 11

Pemerintahan BJ.

Habibi

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-
unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan
perbaikan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk
memperbaiki perekonomian Indonesia antaranya :
• Merekapitulasi perbankan
• Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
• Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
• Manaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah
Rp.10.000,-
• Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang di syaratkan oleh IMF.
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi
mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta
merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah
pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat
demokratis. Habibie juga membebaskan beberapa narapidana politik yang ditahan
pada zaman pemerintahan Soeharto. Kemudian, Presiden Habibie juga mencabut
larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen. Hal-hal yang dilakukan pada
masa pemerintahan Habibie :

1. Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan
BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00
d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2. Bidang Politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga
banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan
Mochtar Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e) Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan
jawaban dari tuntutan reformasi yaitu :
(1) Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983
tentangReferendum
(2) Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal
(3) Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978
tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan
Kebijakan di luar batas perundang-undangan
(4) Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode
12 Ketetapan MPR antara lain :
a. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan
dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan
negara
b. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Republik Indonesia
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR
No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus
kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan
pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila

3. Bidang Pers
Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUPP
untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam
media massa cetak, baik surat kabar maupun majalah.

4. Bidang Hukum
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang
hukum. Reformasi
hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat. Tindakan
yang dilakukan
oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari
berbagai
kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah
kepada tatanan
hukum yang ditambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran
terhadap berbagai
produk hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka
tampak dengan
jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Selama pemerintahan Orde
Baru, karakter
hukum cenderung bersifat konservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum
ortodoks lebih
tertutup terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam
masyarakat. Pada hukum
yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisa
dikatakan tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, produk hukum dari masa
pemerintahan Orde Baru sangat tidak mungkin untuk dapat menjamin atau
memberikan perlindungan terhadap Hak-hak Asasi Manusia
(HAM),berkembangnya demokrasi serta munculnya kreativitas masyarakat.

5. Bidang Hankam
Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri
dan ABRI.

6. Pembentukan kabinet
Presiden BJ Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi
Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perakilan dari ABRI,
Golkar, PPP, dan PDI.

7. Kebebasan Menyampaikan Pendapat


Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di
muka umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin
menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa
atau demonstrasi. Namun khusus demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang
ingin melakukan demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian
dan menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut. Hal ini dilakukan
karena pihak Kepolisian mengacu kepada UU No. 28 tahun 1997 tentang
Kepolisian Republik Indonesia yang menyatakan bahwa “ untuk kepentingan
umum, pejabat Polri dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dapat
bertindak sesuai dengan penilaiannya sendiri”.
Namun ketika menghadapi para pengunjuk rasa, pihak kepolisian sering
menggunakan pasal yang berbeda-beda, walaupun mereka melakukan aksi unjuk
rasa secara bersamaan. Untuk menjamin kepastian hukum bagi para pengunjuk
rasa, pemerintah bersama DPR berhasil merampungkan perundang-undangan yang
mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi yaitu UU No. 9 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Muka Umum. Adanya undang-undang
tersebut menunjukkan pemerintah memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang
sesungguhnya, yaitu dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk
mengemukakan apa yang diinginkannya. Namun sayangnya, UU itu belum
memasyarakat atau belum disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat.
Sosialisasi ini dimaksudkan agar masyarakat yang ingin menyampaikan tuntutan,
dapat berjalan dengan baik dan aman.

8. Masalah Dwi Fungsi ABRI


Ada beberapa perubahan yang muncul pada masa pemerintah Habibie yaitu :
a) Jumlah anggota ABRI yang duduk di MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38
orang
b) Polri memisahkan diri dari ABRI dan menjadi kepolisian negara sejak tanggal 5
Mei 1999
c) ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan laut dan
Angkatan Udara

Sosial

1) Keberhasilan

a. Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang


hukum. Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang
dimasyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie untuk mereformasi
hukum mendapatkan sambutan baik dari berbagai kalanganmasyarakat, karena
reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepadatatanan hukum yang
didambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran terhadapat
berbagai produksi hukum atauundang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru,
maka tampak dengan jelasadanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak.Selama
pemerintahan Orde Baru, karakter hukum cenderung bersifatkonservatif, ortodoks
maupun elitis. Sedangkan hukum ortodoks lebih tertutupterhadap kelompok-
kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat. Padahukum yang
berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisadikatakan
tidak ada sama sekali.Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan
Orde Baru sangattidak mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan
perlindungan terhadapHak-hak Asasi Manusia (HAM), berkembangnya demokrasi
serta munculnyakreativitas masyarakat dan memberi kebebasan pada rakyat
untuk menyalurkan aspirasinya.
b. Pemerintah menyiapkan dana kredit murah untuk rakyat untuk usaha kecil dan
menengah serta koperasi yang nilainya mencapai Rp 23,8 triliun dengan bunga 14%
per tahun, dengan tujuan meningkatan kemampuan sumber daya manusia.

c. Setelah mendapatkan bantuan US$ 14 miliar dari IMF, kemudia BJ Habibie


menggunakan uang tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan seperti
pengadaan Jaring Pengaman Sosial dan subsidi sembako yang akan berdampak
positif terhadap pembangunan ekonomi. Kepedulian BJ Habibie terhadap rakyat
kecil ini tidak berlebihan karena dimata BJ Habibie rakyat adalah bosnya.

2) Kegagalan

Terjadi krisis moneter yang berkepanjangan, sehingga menyebabkan banyak


sekali pengangguran dan PHK secara masal yang menimbulkan kemiskinan yang
semakin meningkat.

Sejak krisis moneter yang melanda pada pertengahan tahun 1997, perusahaan-
perusahaan swasta mengalami kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan
mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah
pekerjanya.

Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi
perusahaan mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja
menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit
dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil
tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK.
Para pekerja yang deberhentikan itu menambah jumlah pengangguran, sehingga
jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 40 juta orang. Pengangguran dalam
jumlah yang sangat besar ini akan menimbulkan terjadinya masalah-masalah social
dalam kehidupan masyarakat. Dampak susulan dari pengangguran adalah makin
maraknya tindakan tindakan kriminal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu hendaknya pemerintah dengan serius menangani masalah


pengangguran dengan membuka lapangan kerja yang dapat menampung para
penganggur tersebut. Langkah berikutnya, pemerintah hendaknya dapat menarik
kembali para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga dapat
membuka lapangan kerja baru untuk menampung para penganggur tersebut.
Masalah pengangguran merupakan masalah social dalam kehidupan masyarakat dan
sangat peka terhadap segala bentuk pengaruh.

2. Budaya

1) Keberhasilan
Pada masa ini mulai menetapkan budaya demokrasi, diantaranya jujur, bebas dan
adil, dengan mangupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang
transparan serta merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah
pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat
demokratis.

2) Kegagalan

a. Terjadi Pertikaianantarkelompok yang disebabkanoleh SARA yang


mengancamstabilitaspolitik

b. Terjadi perpecahan antar suku yang konon disebabkan oleh kemarahan agen
rahasia yang tidak puas atas jatuhnya soeharto

3. Politik

1) Keberhasilan

a. Pembebasan Tahanan Politik

Secara umum tindakan pembebasan tahanan politik meningkatkan legitimasi


Habibie baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini terlihat dengan
diberikannya amnesti dan abolisi yang merupakan langkah penting menuju
keterbukaan dan rekonsiliasi. Diantara yang dibebaskan tahanan politik kaum
separatis dan tokoh-tokoh tua mantan PKI, yang telah ditahan lebih dari 30
tahun. Amnesti diberikan kepada Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang
ditahan setelah Insiden Tanjung Priok.

Selain tokoh itu tokoh aktivis petisi 50 (kelompok yang sebagian besar terdiri dari
mantan jendral yang menuduh Soeharto melanggar perinsip Pancasila dan Dwi
Fungsi ABRI).

Dr Sri Bintang Pamungkas, ketua Partai PUDI dan Dr Mochatar Pakpahan


ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan K. H Abdurrahman Wahid
merupakan segelintir dari tokoh-tokoh yang dibebaskan Habibie. Selain itu
Habibie mencabut Undang-Undang Subversi dan menyatakan mendukung
budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini
menentang Orde Baru.

b. Meningkatkan Kebebasan Pers

Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di dalam


pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan Habibie inibanyak sekali
bermunculan media massa. Demikian pula kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh
kebebasan berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti AJI
(Asosiasi Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada
pembredelan-pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru.
Pers Indonesia dalam era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang
amat lebar, pemberitaan yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan
pemerintah sudah tidak lagi hal yang dianggap tabu, yang seringkali sulit
ditemukan batasannya. Bahkan seorang pengamat Indonesia dari Ohio State
University, William Liddle mengaku sempat shock menyaksikan isi berita televisi
baik swasta maupun pemerintah dan membaca isi koran di Jakarta, yang
kesemuanya seolah-olah menampilkan kebebasan dalam penyampaian berita,
dimana hal seperti ini tidak pernah dijumpai sebelumnya pada saat kekuasaan
Orde Baru.Cara Habibie memberikan kebebasan pada Pers adalah dengan
mencabut SIUPP.

c. Pembentukan Parpol dan Mempercepat Pemilu dari 2003 Ke 1999

Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan dibidang politik lainnya


diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3
Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.

Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum dilaksanakan


bahkan menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar mencapai 141 dan
setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98
partai, namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol saja.
Selanjutnya tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai.

d. Penyelesaian masalah timur-timur

Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan


berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di TimorTimur. Bagi
Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan
pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan
menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak
memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan
diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang
seperti: politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar negeri,
pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan diri
berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara terhormat dan damai
lepas dari NKRI.

e. Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan


jawaban dari tuntutan reformasi yaitu:
(1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983

tentang Referendum.

(2) Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978

tentang Pancasila Sebagai Asas Tunggal.

(3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998

tentang Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan
Kebijakan di Luar Batas Perundang-undangan.

(4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.

f. Membentuk Tiga Undang-Undang Yang Demokratis Yaitu :


(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR

g. Pemberian Gelar Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti

Pemberian gelar Pahlawan Reformasi pada para mahasiswa korban Trisakti yang
menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998 merupakan hal positif
yang dianugrahkan oleh pemerintahan Habibie, dimana penghargaan ini mampu
melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan
pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi.

2) Kegagalan

a. Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya

Mengenai masalah KKN, terutama yang melibatkan Mantan Presiden


Soeharto pemerintah dinilai tidak serius menanganinya dimana proses untuk
mengadili Soeharto berjalan sangat lambat. Bahkan, pemerintah dianggap gagal
dalam melaksanakan Tap MPR No. XI / MPR / 1998 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, terutama mengenai
pengusutan kekayaan Mantan Presiden Soeharto, keluarga dan kroni-kroninya.
Padahal mengenai hal ini, Presiden Habibie dengan Instruksi Presiden No. 30 /
1998 tanggal 2 Desember 1998 telah mengintruksikan Jaksa Agung Baru, Andi
Ghalib segera mengambil tindakan hukum memeriksa Mantan Presiden Soeharto
yang diduga telah melakukan praktik KKN. Namun hasilnya tidak memuaskan
karena pada tanggal 11 Oktober 1999, pejabat Jaksa Agung Ismudjoko
mengeluarkan SP3, yang menyatakan bahwa penyidikan terhadap Soeharto yang
berkaitan dengan masalah dana yayasan dihentikan. Alasannya, Kejagung tidak
menemukan cukup bukti untuk melanjutkan penyidikan, kecuali menemukan
bukti-bukti baru. Sedangkan dengan kasus lainnya tidak ada kejelasan.

Bersumber dari masalah di atas, yaitu pemerintah dinilai gagal dalam


melaksanakan agenda Reformasi untuk memeriksa harta Soeharto dan
mengadilinya. Hal ini berdampak pada aksi demontrasi saat Sidang Istimewa MPR
tanggal 10-13 Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan antara
mahasiswa dengan aparat. Parahnya pada saat penutupan Sidang Istimewa MPR,
Jumat (13/11/1998) malam. Rangkaian penembakan membabi-buta berlangsung
sejak pukul 15.45 WIB sampai tengah malam. Darah berceceran di kawasan
Semanggi, yang jaraknya hanya satu kilometer dari tempat wakil rakyat
bersidang.Sampai sabtu dini hari, tercatat lima mahasiswa tewas dan 253
mahasiswa luka-luka. Karena banyaknya korban akibat bentrokan di kawasan
Semanggi maka bentrokan ini diberi nama ”Semanggi Berdarah” atau ”Tragedi
Semanggi”.

4. Ekonomi

1) Keberhasilan

a. Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar


lebih fokus mengurusi perekonomian.

b. Melikuidasi beberapa bank bermasalah.

c. Menaikan nilai tukar rupiah

d. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.

e. Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan


Persaingan yang Tidak Sehat

f. Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2) Kegagalan

a. Diakhir kepemimpinannya nilai tukar rupiah kembali meroket

b. Tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi di indonesia

c. Kebijakan yang di lakukan tidak dapat memulihkan perekonomian indonesia dari


krisis
d. Utang luar negeri jatuh tempo sehinga membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal
ini diperbarah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi
meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana.

e. Produksi menurun karena bnyak perusahaan yang tidak dapat bertahan hidup.

5. Pertahanan dan Keamanan

1) Keberhasilan

Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan


pemisahan Polri dan ABRI.Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan
Rakyat DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 orang menjadi 38 orang.
Langkah lain yang di tempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan yaitu
Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999
Polri memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi Kepolisian
Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan


pelanggaran HAM di Timor Timur.

2) Kegagalan

Pada masa ini terjadi peristiwa lepasnya Timor Timur dari NKRI menjadi negara
sendiri. Dan ini membuktikan bahwa pemerintahan Habibie tidak memiliki
pertahanan yang kuat.

6. Ideologi

1) Keberhasilan

Pada masa pemerintahan B.J Habibie ideologi sudah mulai terbuka. Nilai-nilai
demokrasi sudah mulai ditanamkan kembali pasca reformasi.

Berhasil merampungkan perundang-undangan yang mengatur tentang unjuk rasa


atau demonstrasi yaitu UU No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
pendapat di Muka Umum. Adanya undang-undang tersebut menunjukkan
pemerintah memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang sesungguhnya, yaitu
dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengemukakan apa yang
diinginkannya.

2) Kegagalan
Dengan Timor Timur memisahkan diri dari Republik Indonesia dan berdiri sendiri,
maka BJ Habibie di klaim melanggar sila ke tiga “Persatuan Indonesia” karena
membuat Timor Timur melakukan referendum dan akhirnya merdeka.

Anda mungkin juga menyukai