Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fitriani Desy Damayanti

NPM : A10200232
Prodi : S1 Manajemen
Dosen : Henny Utarsih.,S.E.,M.Si.
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia (E)
Tugas Pertemuan Ke-11

Jelaskan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi setiap kepemimpinan presiden di


Indonesia
“Jawaban”
Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan padakinerja pemerintahan yang
selama ini dipercaya sebagai penyelengggaraurusan publik. Pendekatan penyelenggaraan urusan
publik yang bersifat sentralis, non partisifatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan
publik pada rezim-rezim terdahulu, harus diakui telah menumbuhkan rasa tidak percaya dan bahkan
antipati pada rezim yang berkuasa. Di Indonesia sendiri, konsep good governance ramai
diperbincangkan setelah melihat berbagai bentuk peraturan dan kebijakan yang dianggap tidak
mencerminkan tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat.
Gambaran buruknya birokrasi di Indonesia yang dikatakan menyerupai organisasi birokrasi gemuk
dan kewenangan antar lembaga yang tumpang tindih; sistem, metode, dan prosedur kerja belum
tertib; pegawai negeri sipil belum profesional, belum netral dan sejahtera; praktik korupsi, kolusi
dan nepotismemasih mengakar; koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi program belumterarah; serta
disiplin dan etos kerja aparatur negara masih rendah. Mengakibatkan pemerintah justru
mencerminkan konsep bad governance, yang menimbulkan tuntutan masyarakat guna menerapkan
sistem yangkembali pada tujuan dari negara itu sendiri, yaitu mensejahterakan rakyat

Adapun kebijakan deregulasi dan debirokratisasi setiap kepemimpinan presiden di


Indonesia, yaitu :

1. Debirokratisasi dan Deregulasi Pada Masa Presiden B. J. Habibie (21 Mei 1998 - 20
Oktober 1999)
Pada saat lengsernya Soeharto setelah menjadi Presiden RI selamakurang lebih 32 tahun,
Indonesia baru memiliki dua Presiden dalamhampir 53 tahun. Setelah itu, presiden-presiden silih
berganti denganamat cepat. Habibie yang menggantikan Soeharto bertahan hampir
18 bulan. Penunjukan Habibie sebagai Presiden dipandang banyak pihaksebagai perpanjangan
era kekuasaan Soeharto yang tidak sah. Alhasil Habibie menjadi sasaran banyak demonstrasi,
namun Habibie ketikaitu mengejutkan para pengritiknya. Masa jabatan Habibie sejak
awalditandai pengakuan pragmatis dan juga keyakinannya bahwa harusmemerintah secara
reformis, sebab kalau tidak bisa saja terjadi revolusi.
a. Pemberian Otonomi seluas-luasnya kepada daerah, birokrasi yangdulunya sentralistik
bergeser ke pemerintahan yangterdesentralisasi melalui TAP MPR XV, 1998. Misalnya
terkaitDepertemen Kehutanan mengalihkan sejumlah wewenang kepadakabupaten PP
62/1998 meliputi rehabilitasi, reforestasi, konservasitanah dan air, pengelolaan hutan
lindung, penyuluhan, sertakegiatan kehutanan skala kecil masyarakat; budidaya lebah
madudan ulat sutra.
b. Pencabutan UU No. 11/PNPS/1963 tentang PemberantasanKegiatan Subversi. Karena
dianggap sangat beraroma represif,tidak menghiraukan HAM, simbol keangkuhan rezim
penguasawaktu itu (pra reformasi) khususnya militer atau rezim otoritarian,mengabaikan
rasa keadilan rakyat serta dapat menjadi entry point (celah masuk) bagi militer untuk
kembali mencengkeramkekuasaan di negeri ini.
c. Mencabut lima paket undang-undang tentang politik yaitu yaituundang-undang tentang
Pemilu; Susunan, Kedudukan, Tugas, danWewenang MPR/DPR; Partai Politik dan
Golkar; Referendum;serta Organisasi Massa. Sebagai gantinya, DPR berhasil membuattiga
undang-undang politik baru, yaitu : undang-undang partai politik, pemilihan umum, dan
susunan serta kedudukan MPR, DPR, serta DPRD
d. Pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUP untuk memberikan
kebebasan terhadap pers, sehungga muncul berbagai macam media massa cetak, baik surat
kabar maupun majalah.
e. Pencabutan UU No. 23/Prp/1959 tentang Keadaan Bahaya yangakan diganti dengan UU
Penanggulangan Keadaan Bahaya. Namun pada 7 September 1999 pukul 00.00 waktu Dili
karena situasi yangmemanas pasca jajak pendapat di Timor Timur. Pemerintah
memutuskan penggunaan kembali UU No. 23/Prp/1959. Kemudian dengan Keppres No.
112/1999, Habibie mencabut keadaan daruratmiliter di bumi Lorosae, Timor-Timor.
f. Dalam bidang perekonomian, Habibie melakukan beberapa tindakan. Hal-hal yang
dilakukan Habibie di bidang ekonomi, antara lain : merekapitulasi perbankan,
merekapitulasi perekonomian Indonesia, melikuidasi beberapa bank bermasalah, menaikan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga di bawah Rp. 10.000,00-,
mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF.
g. Mengurangi jumlah kursi ABRI di DPR yang sebelumnya berjumlah 75 orang menjadi 38
orang. Langkah lain adalah memisahkan POLRI dan ABRI pada tanggal 5 Mei 1999 dan
namaABRI kemudian dihapuskan menjadi TNI.

2. Debirokratisasi dan Deregulasi Pada Masa PresidenAbdurrahman Wahid (20 Oktober


1999 - 23 Juli 2001)
Habibie digantikan pemimpin muslim yang memiliki karakter berbeda namun terdapat
beberapa kesamaan dengan Habibie, yakni sama-sama eksentrik dan tidak bisa diprediksi.
a. Pembaharuan tata politik nasional dalam suasana transisi menuju demokrasi dimulai
dengan Pemilu 1999. Pemilu ini dinilai sukses merestrukturisasi kepemimpinan nasional
dan lokal secara demokratis, menghasilkan sejumlah pembaruan konstitusi dan
tatahukum turunannya, mendesentralisasi kekuasaan, dan lain-lain.
b. Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah, birokrasi yang dulunya sentralistik
bergeser ke pemerintahan yang terdesentralisasi; Depertemen Kehutanan
mendesentralisasi perizinan pengambilan kayu kepada provinsi untuk luasan kurangdari
10 ribu hektar dan kepada kabupaten maksimal 100 hektar dengan masa berlaku satu
tahun (PP No. 6/1999)
c. Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen yang
dianggapnya tidak efesien (menghilangkan departemen penerangan dan sosial untuk
mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi
Nasional).Departemen Sosial dihapuskan karena senjata utama rezim Soeharto dalam
menguasai media. Kemudian Departemen Sosial dihapuskan karena dianggap tidak
efisien sehingga perlu efisiensidan perampingan kabinet.
d. Menghapus badan koordinasi bantuan pemantapan stabilitas nasional (Baskorstanas) dan
lembaga penelitian khusus (Litsus)yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 29/1998
tentang Bakorstanas dan Keppres No. 16/1999 tentang Litsus. Kebijakanini dikeluarkan
melalui keputusan Presiden (Keppres) No. 38/2000 tentang penghapusan Baskorstanas
dan Litsus yang selama orde baru menjadi alat represif negara.
e. Kebijakan ini merupakan cermin gagasan besar Presiden Abdurrahman Wahid untuk
meletakkan TNI pada tempat yang sebenarnya sekaligus mencabutsistem kontrol
terhadap kebebasan masyarakat.
f. Mencabut Instruksi Presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1967 yangdianggap bersifat
diskriminasi terhadap masyarakat tionghoa yang hidup di Indonesia dengan alasan bahwa
manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh psikologis, mental dan moril yang kurang
wajar terhadap warga negara Indonesia sehingga merupakanhambatan terhadap proses
asimilasi.
g. Mencabut Tap MPRS No. XXV/1966 tentang larangan penyebaranajaran komunisme,
marxisme, leninisme di seluruh wilayahIndonesia dengan alasan guna mengoreksi
sejarah dan menghargai Hak Asasi Manusia meskipun pada akhirnya berakibat ‘perang
saudara’ di wilayah Indonesia. Dari media massa sedikitnya dapat diketahui tiga alasan
objektif GusDur. Pertama, bahwa konsep-konsep Marxisme telah dipelajariterbuka di
lingkungan perguruan tinggi. Kedua, era komunis telah berakhir seiring berakhirnya
negara Uni Soviet di ujung babak perang dingin, Ketiga, dendam sejarah masa lalu harus
disingkirkan demi menata kehidupan Indonesia yang lebih baik kedepan.
h. Mengeluarkan Maklumat Presiden tertanggal 22 Juli 2001.Maklumat tersebut
selanjutnya disebut Dekrit Presiden. Secaraumum dekrit tersebut berisi tentang
pembekuan MPR dan DPR RI,mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan
mempersiapkan pemilu dalam waktu satu tahun dan menyelamatkan gerakanreformasi
dari hambatan unsur-unsur Orde Baru sekaligusmembekukan Partai Golkar sambil
menunggu keputusanMahkamah Agung. Namun, gagal karena TNI dan Polri yang
diperintahkan untuk mengamankan langkah-langkah penyelamatantidak melaksanakan
tugasnya. Seperti yang dijelaskan olehPanglima TNI Widodo AS, sejak Januari 2001,
baik TNI maupun Polri konsisten untuk tidak melibatkan diri dalam politik praktis

3. Debirokratisasi dan Deregulasi Pada Masa Presiden MegawatiSoekarno Putri (23 Juli 2001
- 20 Oktober 2004)
Pengganti Gus Dur adalah wakilnya sendiri, yaitu Megawati SoekarnoPutri. Banyak
pengamat politik ketika itu menjuluki Megawati sebagaisosok "polos namun peragu".
a. Privatisasi BUMN
b. Dibentuknya lembaga baru yang konsentrasi pada penghapusan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, yaitu berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di mana tindakan
yang dilakukanoleh lembaga ini cukup banyak membuahkan hasil, dengan mengungkap
banyak kasus mega korupsi baik dilembaga legislatif (DPR), Eksekutif (Korupsi di
Departemen, Bank Indonesia) dan Yudikatif (korupsi di MA, Kejaksaan, dan Kepolisian)
4. Debirokratisasi dan Deregulasi Pada Masa Presiden SusiloBambang Yudhoyono (20
Oktober 2004 - 20 Oktober 2009 dan 20Oktober 2009 - 20 Oktober 2014)
Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Presiden pengganti Megawati menampilkan citra yang
berbeda. Lebih terukur dan penuh perhitungan.
a. Privatisasi BUMN. Wapres Jusuf Kalla mengemukakan bahwa dari135 BUMN yang
dimiliki pemerintah, jumlahnya akan diciutkanmenjadi 69 di tahun 2009, dan 25 BUMN
pada tahun2015. Artinya, sebagian besar BUMN itu bakal dijual ke pihakswasta/asing
Wapres Jusuf Kalla mengemukakan bahwa dari 135 BUMN yang dimiliki pemerintah,
jumlahnya akan diciutkanmenjadi 69 di tahun 2009, dan 25 BUMN pada tahun 2015.
Artinya, sebagian besar BUMN itu akan dijual ke pihak swasta/asing.

5. Debirokratisasi dan Deregulasi Pada Masa Presiden Joko Widodo(20 Oktober 2014 -
Sekarang)
a. Pemerintah mensinkronkan berbagai Perda terkait perdagangan daninvestasi. Sebanyak
3.000 Perda sudah dibatalkan karena tidak kondusif bagi kemajuan perdagangan dan
kemudahan berusaha.Perda yang dibatalkan tersebut terkait dengan urusan
perdagangandan investasi.
b. Penyederhanaan prosedur dan izin. Total ada 94 prosedur yangdisederhanakan menjadi
49 prosedur. Jumlah izin dari 9 diubah menjadi 6, jumlah untuk memulai usaha dari 1566
menjadi 132 hari
c. Deregulasi perizinan di Kemendag dan kemudahan bisnis bagi UKM yang tertuang dalam
paket kebijakan ekonomi jilid XII. Di Kemendag, ada 169 perizinan yang melalui paket
deregulasi dan debirokrtisasi, telah dipangkas 45 izin (28,9%). Terkait pengamanan pasar
dalam negeri, pemerintah telah menyusun beberapa mekanisme pengawasan terkait
implementasi ketentuan mengenai Standar Nasional Indonesia (SNI). Mekanisme
pengawasan yang dilakukan melalui penyederhanaan dokumen yang semula berupa Surat
Pendaftaran Barang (SPB) menjadi Nomor Pendaftaran Barang (NPB) untuk pengawasan
pra-pasar terhadap produk impor. Sedangkan terkait rasionalisasi impor,
pemerintah tetap berupaya mengendalikan arus masuk barangimpor ke dalam wilayah
pabean Indonesia dalam rangkamendukung aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Lingkungan(K3L). Dalam kegiatan ekspor impor, beberapa perizinan dihapus,seperti
Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK), ImportirTerdaftar (IT), Importir Produsen
(IP), dan Eksportir Terdaftar (ET). “Bahkan service level agreement (SLA) perizinan
berhasil dipercepat; dari yang semula 5 hari menjadi 3 hari. Sementarakemudahan bisnis
bagi UKM yang tertuang dalam paket kebijakanekonomi jilid XII adalah sebagai berikut
- Memulai usaha : Awalnya 13 prosedur diubah menjadi 7 prosedur. Waktu: 47 hari
diubah menjadi 10 hari. Biaya R 6,8 juta sampai Rp 7,8 juta menjadi Rp 2,7 juta.
Jumlahizin, dari 5 menjadi 3. Pendirian PT yang harus denganmodal awal minimal
Rp 50 juta, namun khusus untuk UKMmodal dasar berdasarkan kesepakatan para
pendiri yangdituangkan dalam akta pendirian PT.
- Perizinan pendirian bangunan: Sebelumnya 17 prosedur diubah jadi 14 prosedur.
Waktunya 210 hari jadi 52 hari.Biaya Rp 86 juta menjadi Rp 70 juta. Jumlah izin,
dari 4menjadi 3.
- Pendaftaran properti: Sebelumnya ada 5 prosedur diubahmenjadi 3 prosedur.
Waktunya dari 25 hari, menjadi 7 hari.Biaya, sebelumnya 10,8% dari nilai properti,
sekarangmenjadi 8,3% dari nilai properti.
- Pembayaran pajak : sebelumnya ada 54 kali pembayaran pajak yang harus dilakukan
UKM, dipangkas menjadi 10 kali dengan system online.
- Akses perkreditan: Sebelumnya belum ada biro kreditswasta/lembaga pengelola
informasi perkreditan. Sekarang,telah diterbitkan izin usaha kepada 2 biro kredit
swasta/lembaga pengeleola infiormasi perkreditan.
- Penegakan kontrak: sebelumnya penyelesain gugatansederhana belum diatur.
Kemudian, waktu penyelesaian perkara itu sampai 471 hari. Kini, di kebijakan yang
baru ini diatur penyelesaian gugatan sederhana, jumlah prosedurmenjadi 8 dan 11
prosedur jika ada banding. Penyelesaian perkara dari 471 hari, menjadi 28 hari, dan
38 hari jika ada banding.
- Penyambungan listrik: sebelumnya penyambungan itu butuh 5 prosedur, waktunya
80 hari, biaya SLO (Sertifikat Laik Operasi) Rp 17,5 per VA, biaya penyambungan
Rp969 per VA, serta uang jaminan langganan harus dalam bentuk tunai. Sekarang,
diubah prosedur cuma 4, waktunya 25 hari, biaya SLO Rp 15 per VA, biaya
penyambungan Rp775 per VA, serta uang jaminan langganan dapatmenggunakan
bank garansi.
- Perdagangan lintas negara : sebelumnya offline, sekarang bias online dengan
menggunakan online modul untuk pemberitahuan ekspor barang dan pemberitahuan
impor barang. Selain itu, ada batas waktu penumpukan di pelabuhan paling lama 3
hari.
- Penyelesaian perkara kepailitan: Sebelumnya biaya kuratordihitung berdasarkan nilai
harta debitur dan waktu pemberesan 730 hari, recovery cost 30%. Sekarang ini
diaturan ini, biaya sudah diatur dan dihitung berdasarkan nilai utang, dan berdasarkan
nilai pemberesan.
- Perlindungan terhadap investor minoritas sebelumnya peraturan ada tapi kurang
sosialisasi. Sekarang diperluas sosialisasinya.
- Contoh lainnya, adalah dengan pemberlakuan sistem satu atap dalam pembuatan
paspor dan dokumen kewarganegaraan bagi para TKI, pengurusan perizinan (misal
kegiatan) atau pembuatan surat penting lainnya, yang biasanya memakan waktu dan
melibatkan banyak departemen atau dinas menjadi lebih sederhana. Bahkan halyang
paling kecil, yaitu pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada tataran kecamatan
atau desa prosesnya akan lebih sederhana. Kemudian, pelaksanaan debirokrasi dan
deregulasi juga dapatdilihat pada penerimaan CPNS yang terpusat di BKN dengan
menggunakan sistem CAT sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang ManajemenPegawai Negeri Sipil berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara mencabut ketentuan mengenai Kepegawaian Daerah yang diatur dalam Bab
V Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844) dan peraturan pelaksanaannya.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014Tentang Aparatur Sipil
Negara, mencabut ketentuan mengenaiKepegawaian Daerah yang diatur dalam Bab
V Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimanatelah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indoneisa Nomor 4844) dan peraturan pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai