A.PENDAHULUAN
mempertanyakan keberhasilannya.
Dasar 1945 sebanyak empat kali, dari tahun 1999 hingga tahun 2002.
*Mewakili Menteri Hukum dan HAM. Disampaikan pada Stadium Generale dalam rangka Lomba
Karya Tulis llmiah (LKTI) Bidang Hukum 2008. Diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Keilmuan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, di Jakarta pada tanggal 15 Februari 2008.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa tanpa adanya perubahan
Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak
prinsip nomokrasi (nomocracy) dan doktrin "the Rule of Law and not of
Man". Dalam kerangka 'the Rule of Law" itu diyakini adanya pengakuan
the Law), dan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya dalam
2
kenyataan praktik atau penegakan hukum yang tidak bertentangan
dengan hukum. 1
dalam Bab XA tentang Hak Asasi Man usia, Pasal 28 sampai 281).
'Julius Stahl dalam mengembangkan konsep negara hukum (rechtsstaat) mensyaratkan adanya
4 (empat) unsur, yaitu : perlindungan HAM, pembagian kekuasaan, pemerintah yang berdasarkan
undang-undang dan peradilan tata usaha negara.
3
B. HAK-HAK DASAR MENURUT UUD NRI 1945
4
penegakan HAM. Maka MPR pada tahun 1998 membuat Tap
MPR tentang HAM No.XVII/MPR/1998, di samping Tap MPR No
XII MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta Tap MPR
No X/MPR/1998 tentang Pokok Reformasi Pembangunan.
5
bawahnya. Maka dengan kata lain, peraturan perundang-undangan
yang merupakan norma original maupun norma jabaran tidak boleh
menyimpang dari nilai-nilai HAM yang dinormakan oleh UUD 1945.
6
undangan sebagai pembentuk ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat dengan memberikan perlindungan hak-hak masyarakat
itu sendiri.
Permasalahan
Hak-hak dasar tiap warga negara tidak dapat dilecehkan
oleh siapapun, sebab hak-hak ini melekat pada kodrat tiap manusia
dan mendahului semua bentuk hukum positif. Namun fakta empiris
menunjukkan gejala yang lain. Permasalahan hukum yang te~adi ini
tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan politik yang ada.
Beberapa permasalahan ikutan dari proses reformasi yang kurang
berjalan dengan baik mengakibatkan terabaikannya hak-hak dasar
rakyat. Sekedar memberikan contoh, berikut beberapa permasalahan
yang masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
7
Di bidang peraturan perundang-undangan, terdapat potensi
yang menghambat bagi pemenuhan hak-hak dasar rakyat. Misalnya,
keluarnya UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air berpotensi
terhadap privatisasi dan komersialisasi air yang pada gilirannya
memberi jalan bagi perusahaan air multinasional menguasai sumber
daya air yang selama ini menjadi kebutuhan dasar rakyat. UU No. 20
Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan yang memuat sistem unbundling
dan kompetisi dinilai bertentangan dengan Pasal33 UUD 1945 karena
ketenagalistrikan menguasai hajat hid up orang ban yak oleh karenanya
harus dikuasai oleh Negara. Namun UU ini telah dibatalkan oleh
Putusan Mahkamah Konstitusi. MK menilai UUD 1945 menolak sistem
mekanisme pasar bebas, walau bukan berarti anti divertasi, privatisasi
dan persaingan. Peraturan lain, UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas,
UU terkait dengan hak kekayaan intelektual (Cipta dan Paten), UU No.
41 Tahun 2007 tentang Kehutanan.
8
Peran Hukum yang diharapkan
9
kebahagiaan di atas segala-galanya. Dalam pandangan ini para
penyelenggara hukum akan merasa gelisah apabila hukum belum bisa
membuat rakyat bahagia. lnilah yang disebut penyelenggaraan hukum
yang progresif.2
Hal lain yang perlu disadari pula adalah, kita tidak bisa mengelak
bahwa nilai-nilai HAM yang telah tercantum baik dalam UU No. 39
Tahun 1999 maupun UUD 1945 adalah hukum yang lahir dari Barat
dengan masyarakat yang mempunyai karakteristik individualistik.
2
Uhat, Saljipto Raharcljo, " Membedah Hukum Progresif, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2006, him
14
10
Berbeda dengan budaya Indonesia yang integralistik
(kekeluargaan) dengan ciri hukum yang komunal dan religius. Padahal
budaya hukum adalah salah satu unsur yang penting dalam be~alannya
Selain fungsi konstitutif, UUD 1945 juga punya fungsi regulatif bagi
ius constituendum bagi hukum nasional. Artinya UU yang telah ada dan
pembentukan UU yang akan datang harus mengoperasionalkan prinsip-
prinsip HAM yang ada dalam UUD NRI 1945. Salah satu pelajaran
yang dapat diambil dari konsekuensi operasionalisasi UU yang terkait
dengan nilai-nilai HAM adalah dibatalkannya UU No.16 Tahun 2003
tentang Penetapan Perpu No. 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan
Perpu No.1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme pada Peristiwa Peledakan Born Bali tanggal 12 Oktober
2002, Menjadi Undang-undang oleh Mahkamah Konstitusi
karena dianggap bertentangan dengan UUD.
ll
Dengan demikian, penegakan hak-hak dasar masyarakat di masa
yang akan datang dapat lebih terjamin perlindungannya, sementara
karakter bangsa Indonesia yang khas juga tidak ikut tergusur oleh
penetrasi aspekaspek kehidupan yang dibawa dari "luar", termasuk
tradisi hukum.
E.PENUTUP
12