Krisis perekonomian ini tak hanya menyebabkan turunnya nilai rupiah, tetapi juga
kebangkrutan teknis pada sektor industri dan manufaktur. Ini diperburuk dengan
adanya kemarau panjang yang disebabkan oleh badai El Nino yang berdampak
buruk pada sektor pertanian.
Tak sampai disitu, kekacauan diperparah dengan adanya tragedi Mei 1998 yang
menghancurkan pusat-pusat bisnis milik orang-orang Tionghoa yang diyakini pada
saat itu memanipulasi perekonomian.
Larinya modal serta sulitnya produksi dan distribusi kegiatan ekonomi juga
mengakibatkan tingkat inflasi yang tinggi. Hal ini membuat kalangan mahasiswa dan
para pro demokrasi menuntut pemerintah melakukan pemilu dan agenda reformasi
yang telah ditetapkan secara menyeluruh.
Dalam kabinet ini terdiri dari 36 Menteri diantaranya 4 Menteri Negara sebagai
coordinator, 20 Menteri Negara memimpin departemen, dan 12 Menteri Negara
menjadi ketua dalam tugas tertentu.
Bebas Berpolitik, dengan adanya kebijakan baru ini sebanyak 80 partai politik telah
dibentuk namun hanya 48 partai yang berhak mengikuti pemilu. Dalam kebebasan
berpolitik pemerintah juga membebaskan mengeluarkan pendapat dan berserikat.
Kebebasan pers, Media massa sudah dipaksa untuk meminta Surat Izin Terbit (SIT),
sehingag media massa cetak tidak lahi khawatir dibredel seperti pemerintahan
sebelumnya.
Otonomi Daerah, dengan adanya sistem desentralisasi dan otonomi daerah
diharapkan dapat memperkuat hubungan pemerintah pusat dan daerah, serta
meminimalisir adanya ancaman disintegrasi bangsa.
Pembatasan masa jabatan, masa jabatan dibatasi menjadi 2 periode maksimal
dengan interval waktu 5 tahun sekali periode. Maka pemerintah tidak akan
menggunakan penyelewengan masa jabatan.
Pelaksanaan Pemilu 1999
Pemilu 1999 adalah pelaksanaan pemilu multipartai yang diikuti 48 partai politik.
Presiden membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang melibatkan anggota
seperti wakil partai politik dan pemerintah.