Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dicky Prasetyo

Absen : 10
Kelas : XII MIPA 1

SEJARAH INDONESIA
KEBIJAKAN PRESIDEN B.J. HABIBIE TENTANG REFORMASI
DIBIDANG POLITIK, EKONOMI DAN HUKUM

a. Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan

Sehari setelah dilantik, Pemerintahan Presiden B.J. Habibie telah berhasil


membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari 36 Menteri, yaitu 4 Menteri
Negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang
memimpin Departemen, dan 12 Menteri Negara yang memimpin tugas
tertentu. Dalam Kabinet Reformasi Pembangunan tersebut terdapat
sebanyak 20 orang yang merupakan Menteri pada Kabinet Pembangunan era
Soeharto. Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari berbagai elemen
kekuatan politik dalam masyarakat, seperti dari ABRI, partai politik (Golkar,
PPP, dan PDI), unsur daerah, golongan intelektual dari perguruan tinggi, dan
lembaga swadaya masyarakat. Untuk pertama kalinya sejak pemerintahan
Orde Baru, Habibie mengikutsertakan kekuatan sosial politik non Golkar,
unsur daerah, akademisi, profesional dan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), sehingga diharapkan terjadi sinergi dari semua unsur kekuatan
bangsa tersebut. Langkah ini semacam rainbow coalition yang terakhir kali
diterapkan dalam Kabinet Ampera.

Pada sidang pertama Kabinet Reformasi Pembangunan, 25 Mei 1998,


Pemerintahan Presiden B.J. Habibie memberikan pengarahan bahwa
pemerintah harus mengatasi krisis ekonomi dengan dua sasaran pokok,
yakni tersedianya bahan makanan pokok masyarakat dan berputarnya
kembali roda perekonomian masyarakat. Pusat perhatian Kabinet Reformasi
Pembangunan adalah meningkatkan kualitas, produktivitas dan daya saing
ekonomi rakyat, dengan memberi peran perusahaan kecil, menengah dan
koperasi, karena terbukti memiliki ketahanan ekonomi dalam menghadapi
krisis.

Dalam sidang pertama kabinet itu juga, Habibie memerintahkan bahwa


departemen-departemen terkait secepatnya mengambil langkah persiapan
dan pelaksanaan reformasi, khususnya menyangkut reformasi di bidang
politik, bidang ekonomi dan bidang hukum. Perangkat perundang-undangan
yang perlu diperbaharui antara lain Undang-Undang Pemilu, Undang-Undang
tentang Partai Politik dan Golkar, UU tentang susunan dan kedudukan MPR,
DPR dan DPRD, UU tentang Pemerintahan Daerah.

b. Sidang Istimewa MPR 1998

Di tengah maraknya gelombang demonstrasi mahasiswa dan desakan kaum


intelektual terhadap legitimasi pemerintahan Habibie, pada 10-13 November
1998, MPR mengadakan Sidang Istimewa untuk menentapkan langkah
pemerintah dalam melaksanakan reformasi di segala bidang. Beberapa hasil
yang dijanjikan pemerintah dalam menghadapi tuntutan keras dari
mahasiswa dan gerakan reformasi telah terwujud dalam ketetapan-ketetapan
yang dihasilkan MPR, antara lain:

• Terbukanya kesempatan untuk mengamandemen UUD 1945 tanpa


melalui referendum.

• Pencabutan keputusan P4 sebagai mata pelajaran wajib (Tap MPR


No.XVIII/MPR/1998).

• Masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi hanya sampai dua
kali masa tugas, masing masing lima tahun (Tap MPR No.XIII/
MPR/1998).

• Agenda reformasi politik meliputi pemilihan umum, ketentuan untuk


memeriksa kekuasaan pemerintah, pengawasan yang baik dan
berbagai perubahan terhadap Dwifungsi ABRI.
• Tap MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia, mendorong
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan
berserikat, dan pembebasan tahanan politik dan narapidana politik.

c. Reformasi Bidang Politik

Sesuai dengan Tap MPR No. X/MPR/1998, Kabinet Reformasi Pembangunan


telah berupaya melaksanakan sejumlah agenda politik, yaitu merubah
budaya politik yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya, seperti
pemusatan kekuasaan, dilanggarnya prinsip-prinsip demokrasi, terbatasnya
partisipasi politik rakyat, menonjolnya pendekatan represif yang
menekankan keamanan dan stabilitas, serta terabaikannya nilai-nilai Hak
Azasi Manusia dan prinsip supremasi hukum.

d. Pelaksanaan Pemilu 1999

Pelaksanaan Pemilu 1999, boleh dikatakan sebagai salah satu hasil


terpenting lainnya yang dicapai Habibie pada masa kepresidenannya. Pemilu
1999 adalah penyelenggaraan pemilu multipartai (yang diikuti oleh 48 partai
politik). Sebelum menyelenggarakan pemilu yang dipercepat itu, pemerintah
mengajukan RUU tentang partai politik, tentang pemilu, dan tentang susunan
dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Setelah RUU disetujui DPR dan disahkan menjadi UU, presiden membentuk
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil
partai politik dan wakil pemerintah. Hal yang membedakan pemilu 1999
dengan pemilu sebelumnya (kecuali pemilu 1955) adalah dikuti oleh banyak
partai politik. Ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mendirikan
partai politik. Dengan masa persiapan yang tergolong singkat, pelaksanaan
pemungutan suara pada pemilu 1999 ini dapat dikatakan sesuai dengan
jadwal, 7 Juni 1999.

e. Pelaksanaan Referendum Timor-Timur

Satu peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden B.J.
Habibie adalah diadakannya Referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk
menyelesaikan permasalahan Timor-Timur yang merupakan warisan dari
pemerintahan sebelumnya. Harus diakui bahwa integrasi Timor-Timur
(TimTim) ke wilayah RI tahun 1975 yang dikukuhkan oleh TAP MPR No.VI/
M7PR/1978, atas kemauan sebagian warga Timor-Timur tidak pemah
mendapat pengakuan internasional. Meskipun sebenarnya Indonesia tidak
pernah mengklaim dan berambisi menguasai wilayah Tim-Tim. Banyak
pengorbanan yang telah diberikan bangsa Indonesia, baik nyawa maupun
harta benda, untuk menciptakan perdamaian dan pembangunan di Tim-Tim,
yang secara historis memang sering bergejolak antara yang pro integrasi
dengan yang kontra. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat bahkan
melebihi dari apa yang diberikan kepada provinsi-provinsi lain untuk
mengejar ketertinggalan. Namun sungguh disesalkan bahwa segala upaya itu
tidak pernah mendapat tanggapan yang positif, baik di lingkungan
internasional maupun di kalangan masyarakat Timor-Timur sendiri.

f. Reformasi Bidang Ekonomi

Sesuai dengan Tap MPR tentang pokok-pokok reformasi yang menetapkan


dua arah kebijakan pokok di bidang ekonomi, yaitu penanggulangan krisis
ekonomi dengan sasaran terkendalinya nilai rupiah dan tersedianya
kebutuhan bahan pokok dan obat-obatan dengan harga terjangkau, serta
berputarnya roda perekonomian nasional, dan pelaksanaan reformasi
ekonomi.

g. Reformasi Bidang Hukum

Sesuai Tap MPR No.X/MPR/1998 reformasi di bidang hukum diarahkan untuk


menanggulangi krisis dan melaksanakan agenda reformasi di bidang hukum
yang sekaligus dimaksudkan untuk menunjang upaya reformasi di bidang
ekonomi, politik dan sosial budaya.

Keberhasilan menyelesaikan 68 produk perundang-undangan dalam waktu


yang relatif singkat, yaitu hanya dalam waktu 16 bulan. Setiap bulan
ratarata dapat dihasilkan sebanyak 4,2 undang-undang yang jauh melebihi
angka produktivitas legislatif selama masa Orde Baru yang hanya tercatat
sebanyak 4,07 undang-undang per tahun (0,34 per bulan).

Anda mungkin juga menyukai