Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999) Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif - inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah suatu proses yaitu proses yang mencakup pembentukan - pembentukan institusi baru, pembangunan industri - industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pemngetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama - sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus menafsir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 1999) 2.2 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber daya publik yang tersedia didaerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang lebih teliti mengenai penggunaan sumber daya publik dan sektor swasta : petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Ada tiga (3) impilikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah: Pertama, perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut. Kedua, sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah dan sebaliknya yang baik di daerah belum tentu baik secara nasional. Ketiga, Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah, misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu perencanaan darah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan obyek perencanaan. (Lincolin arsyad, 1999). 2.3 Pengertian dan Penggolongan Industri Banyak ahli dan lembaga yang memberikan pengertian dan definisi yang berbeda-beda mengenal industri, baik secara umum maupun secara khusus, tetapi pada dasarnya sama dalam mengartikannya. Untuk lebih jelasnya kita dapat memperhatikan beberapa pendapat tentang industri yaitu industri adalah suatu kumpulan dan perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen, adalah barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat (Hasibuan, 1994:12). Selanjutnya Winardi (1992), mengemukakan bahwa industri diartikan sebagai usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu, yang menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan perhubungan - perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar. Istilah tersebut sering pula digunakan untuk mengidentifikasi suatu produksi khusus dan usaha produktif, misalnya industri baja. Sementara menurut Saleh (1990:25) pengertian industri dapat dilihat dari dua sisi yaitu: Industri dalam arti sempit yaitu kumpulan beberapa perusahaan yang menghasilkan produk sejenis, misalnya perusahaan tekstil, perusahaan rokok, perusahaan sepatu dan lain sebagainya. Sedangkan dalam arti luas yaitu kumpulan dan beberapa perusahaan pada umumnya yang menghasilkan produk yang sejenis, misalnya industri di kota besar meliputi berbagai macam industri seperti pabrik makanan dan minuman, obat-obatan, perabot rumah tangga dan lain sebagainya. Dengan melihat batasan pengertian industri yang dikemukakan oleh beberapa ahli, memberikan pengertian industri sebagai kesatuan usaha produktif yang menghasilkan barang- barang yang sejenis atau barang substitusi melalui suatu proses produksi sehingga menjadi barang jadi yang sifatnya lebih baik atau mempunyai nilai yang tinggi dan lebih bermanfaat bagi konsumen akhir. Penggolongan industri ditinjau dan segi penggunaan tenaga kerja dianggap belum memenuhi syarat sehingga pada tahun 1992 pemerintah menetapkan penggolongan industri dalam tiga kategori yang terutama ditujukan untuk pemberian kredit. Pendekatan pada penggolongan ini ditinjau dari segi pemilik modal industri yang bersangkutan dalam hubungannya dengan kredit investasi. Adapun penggolongan industri berdasarkan modal yang dimiliki ada tiga. Pertama, golongan industri kecil dengan modal investasi kurang dari Rp. 200 juta. Kedua, golongan industri sedang dengan modal investasi antara Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 500 juta. Ketiga, golongan industri besar dengan modal investasi di atasRp. 500 juta. International Standard of Industry Classification (ISIC), memiliki standar klasifikasi yang digunakan oleh dunia internasional, juga Badan Pusat Statistik dan lembaga-lembaga lainnya termasuk Departemen Perindustrian dengan menggunakan istilah Kelompok Lapangan Usaha Industri (KLUI). Adapun klasifikasi industri menurut ISIC yaitu sebagai berikut Industri makanan, minuman, dan tembakau; Industri tekstil, kulit dan pakaian jadi, Industri kayu; Industri kertas dan barang darikertas termasuk percetakan; Industri kimia, karet dan plastik; Industri galian bukan logam; Industri logam dasar; Industri barang - barang dari logam dan industri pengolahan lainnya. Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga kelompok kategori. Pertama, industri lokal adalah kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas.Skala usaha kelompok ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola pengusaha yang bersifat subsistem. Dengan target pemasaran yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini menggunakan sarana transportasi yang sederhana misalnya sepeda, gerobak dan lain - jam. Kedua, Industri sentra adalah kelompokjenis industri yang dari segi satuan usahanya mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu kelompok atau kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Apabila ditinjau dari segi target pemasarannya, kategori yang kedua ini umumnya menjangkau pasar yang lebih luas daripada kategori yang pertama, sehingga peranan pedagang perantara atau pengumpul menjadi menonjol. Ketiga, industri mandiri pada dasarnya dapat dideskripsikan sebagai kelompok jenis industri yang masih mempunyai sifat-sifat industri sentra namun telah berkemampuan menggunakan teknologi industri yang telah cukup canggih. Pemasaran hasil produksi kelompok ini relatif tergantung kepada peran pedagang perantara. 2.4 Konsep Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penunjang penggunaan faktor-faktor produksi lainnya, yang akan digunakan dalam proses produksi. Tenaga kerja merupakanfaktor terpenting dibanding yang lain karena manusia merupakan penggerak dari seluruh faktor- faktor produksi tersebut. Tenaga kerja biasa pula disebut sebagai manpower. Ada beberapa pendapat mengenai tenaga kerja oleh ahli-ahli tenaga kerja seperti yang dikemukakan oleh Djoyohadikusumo (1995: 146), tenaga kerja adalah orang-orang yang bersedia dan sanggup bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang tidak menerima upah serta mereka yang bekerja untuk upah. Golongan tenaga kerjapun meliputi mereka yang menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. Sedang menurut Simanjuntak (1998: 2 - 3), memberikan pengertian tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja, dimana hanya mampu bekerja atau melakukan kegiatan bernilai ekonomis dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Indonesia, tenaga kerja dipilih batas umur minimum 15 tahun tanpa batas maksimum. Sebab umur 15 tahun tersebut adalah sudah banyak terlibat dalam kegiatan produksi, terutama di daerah pedesaan. Jadi Indonesia tidak menganut batas umur maksimum, alasannya karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan di hari tua yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swasta. Bagi golongan ini pun, pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya masih tetap harus kerja. 2.5 Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Penduduk dalam suatu negara dibedakan antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dan tenaga kerja, dibedakan antara bekerja dan tidak bekerja, sedangkan mencari pekerjaan lebih dikenal sebagai pengangguran terbuka. Berikut beberapa pengertian angkatan kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli, Kusumowhindho (1980: 194), memberikan pengertian bahwa angkatan kerja adalah bagian dan tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Yang tergolong dalam angkatan kerja tersebut ada dua.Pertama, mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja sedikitnya dua hari. Kedua, mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dan dua hari, tetapi mereka adalah: pekerja tetap, pegawai - pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk karena cuti, sakit, mogok, dan sebagainya. Petani - petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panenan atau menunggu hujan untuk menggarap sawah, dan sebagainya. Orang - orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, dan sebagainya, diperhitungkan sebagai bekerja. Sedangkan yang digolongkan pencari kerja diantaranya yaitu: mereka yang pada saat pencacahan sedang berusaha mencari atau mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapat pekerjaan, dan mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapat pekerjaan. Suroto (1992: 18) mendefinisikan angkatan kerja yaitu sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi secara aktif atau pasif mencari pekerjaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan dimana angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja menurut Simanjuntak (1998:6), terdiri dari tiga golongan. Pertama, golongan yang masih bersekolah yaitu mereka yang kegiatannya hanya bersekolah atau terutama bersekolah. Kedua, Golongan yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpamemperoleh upah. Ketiga, Golongan lainnya yang terdiri dua yaitu penerima pendapatan yakni mereka yang tidak melakukan sesuatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan, seperti tunjangan pensiun, bunga atas simpanan atau sewa atas hak milik dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya karena lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis. Pada dasarnya mereka yang termasuk bukan angkatan kerja, kecuali yang terakhir yaitu mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain, sewaktu-waktu dapat terjun untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial. Termasuk dalam angkatan kerja potensial ini merupakan yang menarik diri dari pasar. Misalnya setelah cukup lama tidak berhasil memperoleh pekerjaan yang diharapkan, seseorang dapat mengurungkan niatnya mencari pekerjaan yang dimaksud. Mereka yang sebenarnya masih ingin bekerja akan tetapi tidak aktif mencari pekerjaan. Mereka disebut discouraged workers, yang sementara keluar dari pasar karena tidak berhasil memperoleh pekerjaan yang diharapkan. 2.6 Produksi dan Produktivitas Tenaga Kerja 2.6.1 Pengertian Produksi Secara umum produksi selalu berkaitan dengan usaha suatu perusahaan untuk menciptakan barang dan jasa sehingga akan memiliki nilai tambah. Swastha (1997:280), mengemukakan bahwa Produksi adalah suatu proses yang mengubah suatu bahan menjadi beberapa bentuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan mesin, pengepresan dan sebagainya. Menurut Assauri (1993:2), menjelaskan bahwa Produksi adalah suatu kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan atau utility sesuatu barang danjasa, untuk kegunaan yang membutuhkan faktor-faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi berupa tanah, modal, tenaga kerja, dan teknikal skill. Menurut Ahyari (1998: 67) bahwa atas dasar wujud dan proses yang dilaksanakan, maka proses produksi tersebut dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang menitikberatkan pada adanya proses analisa atau sintesa serta senyawa kimia, proses produksi perubahan bentuk merupakan suatu proses produksi yang menitikberatkan pada perubahan bentuk dan input menjadi output, proses produksi assembling merupakan proses produksi yang mengutamakan proses penggabungan (assembling) dan komponen - komponen produk. Dan proses produksi transportasi merupakan suatu proses produksi yang menciptakan jasa pemindahan tempat dan barang atau manusia, sehingga mempunyai kegunaan atau memperoleh manfaat tambahan. 2.6.2 Produktivitas Secara terminologi, produktivitas berasal dan Bahasa Inggris, yaitu productivity yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang menghasilkan. S. P Siagian memberikan pengertian bahwa Produktivitas adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan luaran (output) yang optimum, bahkan kalau mungkin maksimum. Bila pengertian produktivitas di atas disimak lebih jauh, akan tampak bahwa produktivitas dan produksi mempunyai pengertian mendasar yang sama, produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi, sedangkan produktivitas adalah kombinasi dari tingkat efisiensi dan efektivitas dan sumber-sumber yang digunakan dalam produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh produktivitas. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja: Keahlian (skill) adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, keahlian yang dibutuhkan semakin tinggi karena itu gaji dan upahnya semakin tinggi. Mutu modal manusia (human capital) adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn) maupun hasil pendidikan dan pelatihan. Kondisi kerja (working condition) adalah lingkungan dimana seseorang bekerja. Bila resiko kegagalan atau kecelakaan makin tinggi, maka upah atau gaji makin besar, walaupun tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh berbeda. 2.7 Pengaruh Pendidikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan penduduk. Kombinasi antara investasi dalam modal manusia dan modal fisik diharapkan akan semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja (labor productivity). Dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, dan semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata - rata yang semakin baik, memberi dampak positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Begitu pula dengan upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja yang disertai dengan penerapan teknologi yang sesuai, berdampak pula terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. 2.7.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja mengandung pengertian adanya waktu yang tersedia atau waktu luang, yang membawa kesempatan atau kemungkinan dilakukan aktivitas yang dinamakan bekerja. Elastisitas kesempatan kerja merupakan angka yang menunjukkan tingkat hubungan fungsional antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi. Suatu fenomena yang menarik di Indonesia adalah adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi tidak/kurang mampu menciptakan kesempatan kerja, Hal ini disebabkan karena pencapaian pertumbuhan ekonomi yang terjadi kurang bisa menyerap tenaga kerja yang ada karena faktor yang tidak mendukung. Kebijaksanaan yang mestinya dilakukan untuk mendorong tercapainya tingkat kesempatan kerja yang tinggi, yaitu penanaman modal di sektor tertentu seperti industri pertanian. Tingkat kesempatan kerja yang tinggi merupakan hasil berbagai bentuk kebijakan pembangunan. Kebijakan pembangunan dapat mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang meliputi penentuan harga sebagian sumber daya tertentu yang pada akhirnya mempengaruhi penyerapan tenaga kerja oleh industri. Menurut Simanjuntak (1985:80), mengemukakan bahwa besarnya permintaan perusahaan akan tenagakerja tergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Fungsi permintaan biasa didasarkan pada Teori Neo Klasik mengenai Marginal Physical Product of Labor, permintaan terhadap tenaga kerja berkurang apabila tingkat upah naik. Besarnya elastisitas tersebut tergantung pada kemungkinan substitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain, elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan, proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya lain, elastisitas persediaan faktor produksi pelengkap lainnya.
2.7.2 Sektor Industri dalam Hubungannya dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor industri merupakan sektor ekonomi yang mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun, baik dilihat dan segi jumlah industri, investasi di sektor industri, produktivitas maupun persebarannya. Dalam sektor industri dilakukan beberapa pemerataan antara lain yaitu pemerataan perluasan kesempatan kerja, pemerataan perluasan penyerapan tenaga kerja, pemerataan pembangunan dan hasil - hasilnya, pemerataan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan sektor industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan ekspor serta mengurangi impor agar menghemat devisa negara. Salah satu yang mesti diperhatikan dalam pembangunan industri agar terjadi hubungan positif antara pertumbuhan industri dengan penyerapan tenaga kerja adalah bagaimana agar pembangunan industri dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam penyerapan tenaga kerja dan dalam mengatasi pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak terkait lainnya agar dapat menentukan jenis industri atau jenis usaha apa yang cocok dikembangkan. Salah satunya adalah sektor industri padat karya, karena disamping tidak terlalu besar investasi yang dibutuhkan juga dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Disamping itu industri kerajinan perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena sektor ini tidak membutuhkan modal yang besar juga teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana. Untuk lebih memahami industri padat karya, terlebih dahulu diketahui cirri - cirinya diantaranya yaitu peranan atau faktor manusia sangat menonjol dalam industri padat karya. Porsi atau perbandingan antara tenaga kerja dengan modal dimana tenaga kerja lebih dominan, tidak terlalu membutuhkan modal yang besar, teknologi yang digunakan masih rendah atau sederhana, tidak menimbulkan ketimpangan sosial karena keterlibatan masyarakat dalam produksi yang besar, hasil produksi yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Bertolak dari pengertian itu maka pemerintah harus mengupayakan agar pembangunan industri dapat memberikan kontribusi dalam hal penyerapan tenaga kerja secara optimal sehingga masyarakat tidak merasa diabaikan dalam pembangunan dalam memberikan kedudukan yang dominan dalam proses produksi. Namun bukan berarti bahwa pemerintah tidak memperhatikan subsektor industri yang lain atau sektor ekonomi yang lain. Hanya yang penting bagaimana agar terjadi pemanfaatan sumber daya alam yang dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan produksi. Sehingga tenaga kerja atau masyarakat juga mempunyai peranan yang besar dalam usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pembangunan dan hasil - hasilnya. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan sektor industri tidak saja merupakan usaha membuka lapangan kerja dalam hubungannya dengan upaya pemerintah mengatasi masalah pengangguran, akan tetapi juga dapat menghindari adanya kecemburuan dan ketimpangan sosial di masyarakat, khususnya di daerah - daerah atau pedesaan. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan sumbangan dan peran yang optimal dari masyarakat, dan diperlukan pembinaan yang lebih intensif terhadap industriawan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.Untuk memudahkan pembinaan dan pengarahan serta pemberian bantuan atau fasilitas, agar sesuai dengan dunia usaha, maka diperlukan pengorganisasian unit - unit produksi. Dengan demikian akan memudahkan pengontrolan dan mengetahui hal-hal yang menjadi kendala dalam pengembangan industri, dan faktor-faktor yang dapat menopang sektor industri tersebut. 2.8 Pertumbuhan Ekonomi Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan anggota - anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran seseorang atau sekelompok orang. Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Jadi pembangunan dibidang ekonomi, masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan.Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi berkembangnya dunia usaha untuk kesejahteraan bersama. Demikian pula sebaliknya, dunia usaha perlu memberikan tanggapan yang positif melalui kegiatan yang nyata dan produktif. Pembangunan ekonomi suatu negara diukur dan adanya perkembangan ekonomi yang dilalui oleh negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari keseluruhan sector - sektor ekonomi yang ada dalam negara tersebut. Dalam penyusunan dan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Produk Domestik Bruto (PDB) kegiatan ekonomi dapat dibagi ke dalam beberapa sektor atau lapangan usaha seperti: sektor pertanian; sektor pertambangan dan galian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan jasa perhotelan; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa lainnya. Setiap sektor kegiatan ekonomi tersebut dapat diukur dan diketahui perkembangannya melalui perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk skala regional dan Produk Domestik Bruto untuk skala nasional pada setiap waktu atau periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi menurut Jhingan (1988: 5 - 6) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap, yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan produksi. Dan hal tersebut dapat dipergunakan untuk mendukung perkembangan ekonomi dalam teknik produksi, yang dinamakan oleh masyarakat, dan perubahan - perubahan tersebut menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Pengertian tersebut dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah atau wilayah, apakah ada perubahan struktur ekonomi atau pola perekonomiannya mengalami peningkatan atau tidak. Pertumbuhan ekonomi terjadi melalui proses panjang dan secara berangsur - angsur bergerak atas terjadinya peningkatan pada tabungan, investasi dan konsumsi masyarakat, sehingga semakin meningkat pula pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara atau daerah tertentu maka semakin mantap pula struktur perekonomian negara atau daerah tersebut. Jhingan (1988: 72) lebih jauh menjelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi sebagai sarana untuk memantapkan struktur ekonomi suatu negara atau daerah dengan menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dan kemampuan suatu negara untuk menyediakan banyak jenis barang - barang dan jasa - jasa ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi serta penyesuaian kelembagaan ideologi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Definisi di atas memberikan gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat pula memberi arti bahwa terjadi peningkatan persediaan barang dan jasa secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga akan mampu menyediakan barang dan jasa untuk memakai berbagai produk (barang dan jasa) yang dibutuhkan oleh penduduknya. Kebijaksanaan pemerintah untuk membangun fasilitas (sarana dan prasarana) dimaksudkan untuk mewujudkan adanya perkembangan ekonomi dan membuka kesempatan kerja seluas - luasnya bagi seluruh penduduk Indonesia. Dengan kesempatan kerja yang semakin besar, maka akan dapat menunjang dan meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Luasnya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan maka terjadi ketidakseimbangan (unbalanced) pertumbuhan ekonomi antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Ada sebagian daerah yang sudah maju tetapi sebagian besar lainnya masih termasuk daerah yang miskin dan terbelakang, terutama daerah-daerah yang terpencil dan masih tergolong daerah yang baru dibuka. Dengan adanya ketidakseimbangan tersebut maka dilihat secara keseluruhannya, maka pertumbuhan ekonomi akan bervariasi antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat pula dipandang sebagai perluasan kesempatan kerja melalui perluasan unit - unit ekonomi produktif yang dapat membuka kesempatan kerja. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Winardi (1983: 31) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat dipandang sebagai suatu proses ekspansi atau perbaikan ekonomi dan produktivitas dan sumber daya yang tersedia seperti sumber daya alam, tenaga kerja, dan benda - benda modal (capital). Pengertian di atas menunjukkan dasar dan pemahaman mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu adanya perluasan dan pengembangan sumber daya alam atau factor - faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan keahlian. Keterpaduan dan pengelolaan faktor-faktor produksi tersebut akan lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur melalui pendapatan masyarakat. Karena pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan atau perkembangan ekonomi, baik diukur dari pembangunan fisik maka pada dasarnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari segi: 1. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan jangka panjang atas kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam periode tertentu. 2. Pertumbuhan ekonomi merupakan kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk suatu daerah atau wilayah. Hal tersebut dapat dicapai berkat adanya perubahan atas kemajuan teknologi dan manajemen dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia. 3. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk skala regional dan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk skala nasional.