Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 1 B.

J Habibie
1. Adittya Ruvi
2. Indah Mei
3. Luise Veronica
4. Mulyo Budi P S
5. Robi Firmansyah
6. Titania M
7. Wulan A P
Kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan B.J
Habibie di antaranya sebagai berikut:

1. Melakukan reformasi dalam bidang politik, hukum, dan ekonomi.


2. Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan.
3. Pelaksanaan Referendum Timor Timur.
4. Mengadakan Sidang Istimewa MPR 1998.
5. Pelaksanaan Pemilu tahun 1999.
Keadaan Sosial, Politik, dan Ekonomi

Ketika Habibie naik sebagai Presiden, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi terburuk
dalam waktu 30 tahun terakhir, disebabkan oleh krisis mata uang yang didorong oleh hutang luar
negeri yang luar biasa besar sehingga menurunkan nilai rupiah menjadi seperempat dari nilai
tahun 1997. Krisis yang telah menimbulkan kebangkrutan teknis terhadap sektor industri dan
manufaktur serta sektor finansial yang hampir ambruk, diperparah oleh musim kemarau panjang
yang disebabkan oleh El Nino, yang mengakibatkan turunnya produksi beras.
Pengunduran diri Soeharto telah membebaskan energi sosial dan politik serta frustasi akibat
tertekan selama 32 tahun terakhir, menciptakan perasaan senang secara umum akan
kemungkinan politik yang sekarang tampak seperti terjangkau. Kalangan mahasiswa dan
kelompok-kelompok pro demokrasi menuntut adanya demokratisasi sistem politik segera terjadi,
meminta pemilihan umum segera dilakukan untuk memilih anggota parlemen dan MPR, yang
dapat memilih presiden baru dan wakil presiden. Di samping tuntutan untuk menyelenggarakan
pemilihan umum secepat mungkin, pemerintah juga berada di bawah tekanan kuat untuk
menghapuskan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menandai Orde Baru.
Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka
umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat,
baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa atau demontrasi. Namun khusus
demontrasi, setiap organisasi atau lembaga yang ingin melakukan demontrasi hendaknya
mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan menentukan tempat untuk melakukan demontrasi
tersebut. Untuk menjamin kepastian hukum bagi
para pengunjuk rasa, pemerintahan bersama (DPR) berhasil merampungkan perundang-
undangan yang mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi adalah UU No. 9 tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Adanya undang undang
tersebut menunjukkan
bahwa pemerintah memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang sesungguhnya. Agenda
reformasi yang disuarakan oleh mahasiswa yang antara
lain penghapusan Dwi fungsi ABRI dan Otonomi daerah yang seluas-luasnya menjadi perhatian
BJ Habibie dalam kebijakan politiknya.
Permasalahan yang ada pada pemerintahan B.J
Habibie
Munculnya Beberapa Kerusuhan dan Gerakan Separatis Kerusuhan terjadi
menyangkut kerusuhan antar etnis dan antar agama. Kerusuhan antar etnis
misalnya kerusuhan antar etnis di cilacap dan di jember, serta kekerasan
terhadap kaum pendatang madura dikalimantan barat. Kerusuhan serupa juga
terjadi dikampung-kampung dan dikota-kota diwilayah Indonesia. Serangkaian
peristiwa tragis terjadi di Jawa Timur dari Malang Sampai Banyuwangi pada
akhir tahun 1998. Tersebar isu adanya segerombolan orang yang berpakaian ala
Ninja mengancam ketentraman penduduk. Selain itu, muncul ancaman sihir
hitam (Santet) di wilayah Jawa Timur Dan Ciamis. Beberapa kerusuhan
terburuk terjadi pada konflik antar agama di Ambon.
Kerusuhan bersifat sparatis juga terjadi di Aceh dan Papua. Pada bulan Juli
1998, para demonstran Papua mengibarkan bendera organisasi papua merdeka
(OPM) di Biak. Pada bulan Mei 1999 para demonstran dari masyarakat papua
barat menuntut kemerdekaan bagi tanah kemerdekaan mereka. Akan tetapi
tuntutan tersebut tidak mendapatkan dukungan dari kekuatan-kekuatan lain.
Kerusuhan terburuk di Papua terjadi pada bulan september 1999. Dalam
kerusuhan tersebut, penduduk setempat membakar gedung DPRD beserta
gedung-gedung lain dan kendaraan bermotor.
Kelebihan dan Kekurangan Masa Pemerintahan B.J.
Habibie
Kelebihan - Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap
dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00.
a. Berhasil memotong nilai tukar rupiah
terhadap dollar masih berkisar antara Rp - Membentuk lembaga pemantau dan
10.000 Rp 15.000. penyelesaian masalah utang luar negeri.
b. Memulai menerapkan independensi Bank - Mengimplementasikan reformasi
Indonesia agar lebih fokus mengurusi ekonomi yang disyaratkan IMF.
perekonomian dengan langkah-langkah
- Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999
sebagai berikut :
tentang Larangan Praktik Monopoli dan
- Melakukan restrukturisasi dan Persaingan yang Tidak Sehat.
rekapitulasi perbankan melalui
- Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999
pembentukan BPNN dan unit
tentang Perlindungan Konsumen
Pengelola Aset Negara.
- Melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah.
Kekurangan
a. Di akhir kepemimpinannya nilai tukar rupiah kembali meroket
b. Tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi di indonesia.
c. Kebijakan yang di lakukan tidak dapat memulihkan perekonomian indonesia dari krisis
d. Kurang tegas, walaupun pintar tetapi tak kurang dalam hal memimpin
Berakhirnya Pemerintahan B.J Habibie
Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah
menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya
referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal
yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat
bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi
bagian dari Indonesia.
Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30
Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh
sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia
yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar
belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya
berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan
diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup
Rapat Paripurna sambil mengatakan, "dengan demikian pertanggungjawaban
Presiden B.J. Habibie ditolak". Pada hari yang sama Presiden Habibie
mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai