Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai
kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas
unggul yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui
kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila
berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan
induknya (seragam) dan dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi
dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi
dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya. Tanaman
bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu
kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
Pembiakan tanaman merupakan usaha memperbanyak tanaman untuk usaha
pembudidayaan tanaman, selain tanaman perlu melestarikan hidupnya , juga
faktor kebutuhan manusia akan bibit dalam usaha budidaya tanaman
merupakan faktor penting dalam perbanyakan tanaman. saat ini kebutuhan
bibit tanaman semakin meningkat setiap harinya. Oleh karena itu diperlukan
pembiakan tanaman yang efisien dan efektif untuk menghasilkan bibit dalam
jumlah besar dan dengan waktu yang relative singkat. Perbanyakan tanaman
vegetative adalah perbanyakan tanaman menggunakan bagian tanaman itu
sendiri tanpa melibatkan proses perkawinan/pembuahan. Sumber dari
perkembangbiakan dari tanaman ini adalah bagian tanaman itu sendiri mulai
dari akar, batang, dan daun. Banyak macam perbanyakan tanaman secara
vegetative ini, antara lain cangkok (air layerage), stek (cottage),
penyambungan (grafting), okulasi, kultur jaringan, kultur sel, protoplas
maupun dengan DNA.

1
Kultur jaringan memiliki banyak keunggulan salah satunya karena
memiliki hasil tanaman yang serupa dengan induknya dan tidak memerlukan
waktu yang lama (efisien waktu). Namun kelemahan adalah bila terjadi
kontaminasi maka tanaman tidak akan tumbuh. Kontaminasi ini baik pada
alat, maupun media dan juga eksplannya. Oleh karena itu dibutuhkan
lingkungan yang steril dalam pembiakan tanaman secara kultur jaringan.
Selain kesterilan yang perlu diperhatikan, masih ada satu lagi hal penting
dalam kultur jaringan yakni komposisi media. Penggunaan komposisi media
akan mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan eksplan dalam kultur jaringan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam media pada kultur jaringan?
2. Apa saja komposisi bahan kimia penyusun dalam kultur jaringan?
3. Bagaimana modifikasi yang dilakukan dalam media kultur jaringan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam media pada kultur jaringan
2. Untuk mengetahui komposisi bahan kimia penyusun dalam kultur
jaringan
3. Untuk mengetahui modifikasi yang dilakukan dalam media kultur
jaringan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Macam-macam Media Kultur Jaringan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dalam kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media
tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu,
macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya
cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai
dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif
komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam
besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media yang digunakan
biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan
juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan
lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis
maupun jumlahnya. Medium yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi
atau botol-botol kaca. Medium yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara memanaskannya dengan autoklaf agar tidak terjadi kontaminasi dari
bakteri maupun cendawan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur
jaringan dapat berbeda jenis dan konsentrasinya. Perbedaan komposisi media
dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan
yang ditumbuhkan secara in vitro.
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan
komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi
unsur-unsur makronya. Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-
garam anorganik. Koposisis media dan perkembangan formulasinya
didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta
pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap
konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu
untuk pertumbuhannya.

3
Pada periode tahun 1930an, formulasi media terutama ditujukan untuk
menumbuhkan akar, tuber dan kambium. Media untuk penumbuhan akar
yang dikembangkan oleh White 1934, pertama White menggunakan media
yang berisi garam anorganik, yeast ekstrak dan sucrose, tetapi kemudian yeast
ekstrak digantikan dengan 3 macam vitamin B, yaitu pyridoxine, thiamine
dan nicotinic acid.
Berikut media-media yang digunakan dalam kultur jaringan :
1. Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus,
biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang
rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti
glucosa, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts).
2. Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor
bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur
tersebut, lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau.
Unsur F, Ca, Hg dan S pada media untuk tumor bunga matahari ini, sama
dengan media untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian.
Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari
media white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang
umum digunakan sekarang.
3. Media Knudson dan media Vacin and Went
Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang
ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang
hanya mengandung N dari Nitrat. Knudson pada tahun 1922, menemukan
penambahan 7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk
perkencambahan dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+
ternyata dibutuhkan untuk perkembangan protocorm. Media Nitsch &
Nitsch, menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi
untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem.
Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan

4
pertumbuhan jaringan yang menurun. Pertumbuhan sel dari jaringan suatu
organ dibandingkan dengan jaringan tumor tanaman Venca rosea
(Catharanthus roseus), menunjukkan bahwa penambahan ammonium ke
dalam media White yang sudah dimodifikasi, mempunyai pertumbuhan
yang lebih baik. Konsentrasi NO3-, NH4-, K+ dan H2PO4- yang
diperoleh, hampir sama dengan yang dikembangkan oleh Miller.
4. Media Murashige & Skoog (media MS)
Merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan
garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur
jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3
dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih
tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi
dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media
White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM.
Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali
unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau,
tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan
jenis tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai
tujuan kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga
dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara
lain media :
a) Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi
unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang
seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5
Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba,
kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis
kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967
dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan
1988) dalam penelitian kultur anther.
b) Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam
Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara

5
mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi
Ca2+ nya.Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan
menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk
keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan
persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari
persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam
jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling
sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S,
Ca dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe
dan 13% dari PO4+, mengendap (Dalton et al, 1983).
Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena
unsur-unsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan
pengaruh pengendapannya belum diketahui. Untuk mengatasi
pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya konsentrasi
Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.
Pembuatan Medium Murashige & Skoog, dalam membuat medium
kultur jaringan, kita harus menimbang setiap komponen bahan kimia
yang tertera pada resep. Untuk mempermudah maka dilakukan dengan
membuat larutan stok, setiap larutan stok dapat dipergunakan untuk 40,
50 dan bahkan 100 liter medium. Larutan stok dibuat menjadi beberapa
kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan stok
adalah kepekatannya. Larutan stok yang dibuat terlalu pekat akan
mengalami pengendapan sejalan dengan lama waktu penyimpanan, jika
hal ini terjadi stok harus dilarutkan dengan pemanasan terlebih dahulu
sebelum digunakan. Larutan stok harus disimpan dalam lemari es
(kulkas). Larutan stok kadang-kadang terkontaminasi, ditumbuhi
mikroorganisme, stok yang terkontarninasi tidak dapat dipergunakan
lagi. Jadi kebersihan harus dijaga dan jangan membuat larutan stok
terlalu banyak.

6
5. Media Gamborg B5 (media B5)
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan
konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS.
Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan
suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi
seluruh bagian tanaman. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk
kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media
ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi
yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat
yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+
antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).
6. Media Schenk & Hildebrant (media SH)
Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus
tanaman monokotil dan dikotil. Konsentrasi ion-ion dalam komposisi
media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan
perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi.
Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis
tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies
yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14%
kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat tumbuh
yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media SH ini
cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.
7. Media WPM (Woody Plant Medium)
Yang dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981,
merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media
MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan
oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada
media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan
tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.

7
8. Media Medium Including Vitamins (N6)
Media N6 mempunyai ciri perbandingan NH₄⁺ dan NO₃⁻ yang jauh
perbandinganya. Amonium yang diberikan dalam bentuk
(NH₄)SO₄ hanya sebanyak 363 mg/l, sedangkan KNO₃ 2830 mg/l. Pada
umumnya media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar dan
media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi zat yang
mengandung hara esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin.
Dalam teknik kultur jaringan dikenal puluhan macam media dasar.
Penamaan resep media dasar pada umumnya diambil dari nama
penemunya atau peneliti yang menggunakan pertama kali dalam kultur
khusus dan memperoleh suatu hasil yang penting artinya.
2.2 Bahan Kimia dalam Kultur Jaringan
Pada prinsipnya medium diberikan kepada sel-sel tanaman in vitro dengan
maksud memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan sel-sel tanaman tersebut
secara alami sebagai tanaman utuh yang tumbuh dialam. Tumbuhan dialam
bebas bersifat autotrof, memerlukan nutrient sederhana yang terdapat didalam
tanah berupa garam-garam mineral dan air untuk meneruskan siklus
hidupnya. Hal ini dapat dipahami karena sebagian terbesar tubuh tumbuhan
tersusun atas unsur-unsur penyusun zat anorganik tersebut.
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari
hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil
yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut,
ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar),
glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan
bahan organik tambahan (Gunawan, 1992).
Komponen dasar dari medium kultur dapat bermacam-macam, secara
umum medium kultur jaringan harus mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Kebutuhan garam mineral dalam jaringan kurang lebih sama dengan
tanaman utuh. Garam mineral merupakan gabungan unsur-unsur esensial

8
makro dan mikro. Konsentrasi optimum dari tiap komponen untuk
mencapai kecepatan pertumbuhan yang maksimal sangat bervariasi.
Menurut Gamborg dan Shylluk (1981) biasanya berkisar antara 25-
60mM. Unsur makro dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, pada
umumnya diberikan dalam bentuk persenyawaan. Garam-garam organik
seperti :
a. George dan sherrington (1984) menyebutkan beberapa persenyawaan
makronutrien yang umum digunakan dalam jumlah banyak pada
medium kultur jaringan, antara lain:
1) Unsur N, dibutuhkan untuk menyusun asam-asam nukleat, protein,
sebagai koenzim atau persenyawaan lain yang mengandung N
seperti klorofil, alkaloid, derivat purin dan pirimidin dan beberapa
hormon endogen. Sumber nitrogen pada medium kultur adalah ion
ammonium (NH4) + dan nitrat (NO3) - . Jumlah ion ammonium
yang digunakan berkisar antara 2-8 mM, sedangkan nitrat berkisar
antara 25-40 mM. Pengambilan unsur nitrat memerlukan pH
rendah, sebaliknya pengambilan ammonium menyebabkan
pembebasan H+ sehingga medium menjadi asam. Unsur N
berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa
organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas),
pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio
zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
2) Fosfor (P) Fosfor diberikan pada medium kultur jaringan dalam
bentuk persenyawaan KH2PO4 atau K2HPO4; NH4H2PO4;
NaH2 PO4. Ion PO- total yang diberikan pada medium bervariasi
antara 0,5 - 20 mM/1. Unsur P didalam sel diubah menjadi
persenyawaan RNA dan DNA, zat-zat yang sangat penting yang
bertanggung jawab atas sifat-sifat keturunan. Unsur P diperlukan
sebagai aktifator ensim untuk memacu pertumbuhan pada jaringan
meristematik, untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor
membran sel, pengaturan metabolisme tanaman, pengaturan

9
produksi pati/amilum, pembentukan karbohidrat, sangat penting
dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino serta
konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat . Kelebihan unsur
P dapat menghambat pertumbuhan eksplan, karena akan terjadi
persaingan penyerapan dengan unsur lain seperti seng (Zn), besi
(Fe) dan tembaga (Cu). Kalium (K) Kalium diberikan pada
medium dalam bentuk KNO3; KH2PO4 atau K2HPO4, KCl; dan
K2SO4. Ion K+ total yang diberikan pada medium bervariasi
antara 1,837-25.18 mM/1.
3) Sulfur (S) Sulfur atau belerang diberikan pada medium dalam
bentuk MgSO4. 7H2O; (NH4)2SO4; K2SO4; FeSO4.7H2O;
MnSO4.4H2O; ZnSO4. 7H2O; CuSO4. 5H2O. Pemberian
belerang berkisar antara 0,75 - 3 mM/1. Sulfur ada didalam
beberapa molekul protein dan koenzym. Memacu perkembangan
akar, juga berguna untuk ketahanan atau proteksi tubuh tumbuhan.
Belerang diserap dalam bentuk SO4 = , antara lain dijadikan
aneurin, biotin, persenyawaan asam amino yang ada belerangnya
misalnya, cystein, methionin. Unsur S penting untuk pembentukan
beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur
S juga berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar.
b. Unsur mikro diperlukan dalam jumlah sedikit. Fungsinya belum
diketahui secara pasti, tetapi tidak adanya zat-zat ini dapat
menyebabkan kelainan pertumbuhan. Air dan bahan kimia yang
tingkat kemurniannya rendah seringkali terkontaminasi oleh unsur
hara mikro. Bentuk persenyawaan hara mikro yang umum digunakan
pada beberapa medium kultur. Menurut George dan Sherrington
(1984) yang umum digunakan adalah :
1) Besi (Fe) Besi diperlukan dalam jumlah sedikit lebih banyak
daripada unsur mikro yang lain, diberikan dalam bentuk chelat.
Pemberian Fe bersama-sama dengan NaEDTA dimaksudkan agar
besi tetap pada jangkauan pH yang luas dalam jangka waktu yang

10
lama sehingga dapat diserap oleh jaringan tanaman. Fe berperan
penting dalam sintesis klorofll, konfersi energi pada fotosintesis
dan respirasi dengan melakukan reduksi oksidasi, bagian dari
sitokrom. Besi diberikan pada medium kultur jaringan berupa
FeCl3. 6H2O; Fe III citrate; FeSO4.7H2O; NaFeEDTA 2H2O;
Fe(SO4)3; Fe III tartrate.
2) Boron (B) Boron diberikan pada medium kultur sebagai asam
borak (boric acid, H3BO3). Berperan dalam translokasi
karbohidrat, juga terlibat dalam difsrensiasi seluler dan
perkembangan. Ikatan boron organis memungkinkan adanya
diferensiasi dan penyusunan struktur halus dari dinding sel
sehingga memudahkan transport karbohidrat dan penyerapan ion
kedalam sel; sebagai aktifator dan inaktifator bagi zat pengatur
tumbuh. Kalau boron kurang zat pengatur tumbuh menjadi terlalu
banyak sehingga menghambat pertumbuhan.
3) Cobalt (Co) Cobalt merupakan elemen dari molekul vitamin B
komplek, esensial untuk fiksasi nitrogen. Pada medium kultur
jaringan diberikan dalam bentuk persenyawaan Cobalt Oiloride
(CoCl2). Zincum (Zn) Zincum berperan sebagai aktifator ensim,
penyusun khlorofil, pemacu pembentukan zat pengatur tumbuh
terutama IAA. Pada medium kultur jaringan diberikan dalam
bentuk one sulfate (ZnSO4).
2. Zat-zat organik seperti, gula, Myo-Inositol, Vitamin, Asam-asam amino,
Zat pengatur tumbuh :
a) Gula
Tumbuhan dialam bebas mencukupi kebutuhan gula dengan
mengasimilasi CO2 pada proses fotosintesa, dengan pertolongan
klorofil dan sinar matahari, dijadikan glucose kemudian dijadikan
pati, selulose dan persenyawaanpersenyawaan lain. Pada kultur in
vitro, sel dan jaringan tumbuhan belum sempurna dalam melakukan

11
asimilasi fotoautotrof, sehingga diperlukan gula sebagai sumber
karbon dan enersi.
Selain sebagai sumber enersi bagi sel dan jaringan, gula juga
berfungsi sebagai penjaga keseimbangan tekanan osmotik potensial
didalam medium. Gula pada umumnya diberikan pada medium kultur
berupa sukrosa atau komponen-komponennya seperti monosakarida
glukosa atau fruktosa. Sukrosa pada medium kultur ditambahkan
sebanyak 30 gr/l.
Glukosa atau D-glukosa biasanya ditambahkan dengan
konsentrasi 20 - 30 gr/l, tergantung dari jenis eksplan. Sukrosa
ternyata lebih berpengaruh dalam perkembangan kalus, sedangkan
pengaruhnya terhadap organogenesis belum dapat dipastikan (George
dan Sherrington, 1984).
Pada kultur mikrospora beberapa spesies tanaman digunakan
maltosa, maltosa dihidrolisis lebih lambat dibandingkan dengan
sukrosa, ini memberi pengaruh yang lebih baik pada mikrospora yaitu
dapat memacu embryogenesis (Indrianto et al. 1999).
b) Myo-Inositol
Myo-Inositol ditambahkan pada medium untuk membantu
diferensiasi dan pertumbuhan jaringan. Myo-Inositol ikut serta dalam
beberapa reaksi metabolik penting yang berhubungan dengan
pembelahan sel. Myo-Inositol merupakan perantara pada perubahan
glukosa menjadi asam galakturonat juga sebagai prazat untuk pektin
dan penyusun dinding sel.
c) Vitamin
Molybdenum (Mo) Molybdenum diberikan pada medium sebagai
sodium molybdat (Na2MoO4. 2H2O) berpartisipasi pada konfersi
nitrogen ke ammonia dan fiksasi nitrogen, ikut dalam metabolisme
protein, sintesis asam askorbat, kofaktor enzim. Manganese (Mn)
Manganese merupakan elemen esensial yang terdapat pada membran
kloroplas, berperan sebagai aktifator enzim dengan bertindak sebagai

12
perantara pada proses fosforilasi atau sebagai gugus redok Mn++.
Bahan pembentuk klorofil dan aktif dalam fotosintesa, metabolisme
protein dan pembentukan vitamin C. Pada medium kultur diberikan
dalam bentuk MnSO4.
Vitamin ditambahkan pada medium untuk mempercepat
pertumbuhan, diferensiasi kalus. Vitamin berfungsi sebagai kofaktor
atau bagian dari molekul kofaktor dari reaksi-reaksi ensimatis penting,
vitamin juga berfungsi protektif. Seperti halnya zat pengatur tumbuh,
vitamin juga mempengaruhi (menstimulasi) inisiasi, pertumbuhan dan
perkembangan akar.
George dan Sherrington (1984) memasukan beberapa macam
vitamin yang umum digunakan pada berbagai medium dasar, antara
lain: Thiamin-HCl, Nicotinic acid, Pyridoxin-HCl, Ca
Dpanthothenate, Folic acid, Choline chloride, Riboflavin, yang
kesemuanya merupakan anggota dari vitamin B kompleks. Ascorbic
acid dan adenin juga sering ditambahkan pada medium. Vitamin labil
terhadap pemanasan, dianjurkan untuk selalu menggunakan filter
steril jika akan ditambahkan pada medium.
Thiamin merupakan vitamin yang esensial terdapat pada hampir
semua medium kultur jaringan tumbuhan, cenderung mempercepat
pembelahan sel pada meristem akar tetapi tidak berpengaruh terhadap
pemanjangan sel. Thiamin merupakan bagian prostetik yang terdapat
didalam sel, berperan sebagai koensim dalam reaksi yang
menghasilkan enersi dari karbohidrat dan memindahkan enersi.
Thiamin diberikan dalam jumlah yang bervariasi dari kirakira 0,1
sampai 30 mg/l (Doods dan Roberts, 1983).
Nicotinic acid (niacin) penting dalam reaksi-reaksi ensimatis
disamping peranannya sebagai prekursor dari beberapa alkaloid.
Ascorbic acid sering ditambahkan pada medium, terutama untuk
mencegah terjadinya pencoklatan pada permukaan irisan jaringan
yang disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi senyawa

13
polyphenol menjadi quinon yang berwarna coklat, vitamin disini
berfungsi sebagai antioksidan.
3. Substansi organik komplek seperti: Air kelapa, Ekstrak buah-buahan,
Ekstrak yeast, Pepton, Tripton, Hydrolisat kasein
a) Air kelapaHasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan
potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga
mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga
0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S).
Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai
macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal,
asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon
alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel
embrio kelapa.
Ada beberapa perkecualian:
1) Proliferasi tunas aksiler pada beberapa spesies tanaman dapat
dipacu dengan auksin bersama sitokinin.
2) Induksi kalus pada beberapa monokotil dapat dipacu pada medium
yang ditambahkan auksin dengan konsentrasi tinggi tanpa
sitokinin.
3) Morfogenesis in vitro pada monokotil dipacu pada medium
dengan auksin konsentrasi rendah atau tanpa auksin
4. Bahan pemadat seperti: Agar-agar, Gelrite, Phytagel, Sea Plaque Agarose
a) Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat
seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti
Gelrite atau Phytagel.Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara
0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit
sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk.
Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi

14
lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin
mengganggu pertumbuhan.
b) Gelrite
Bahan pemadat lain (Jarang digunakan) adalah gelrite, gelrite
lebih bening dari agar-agar. Pemakaian gelrite juga lebih sedikit untuk
mencapai kepadatan yang sama dengan agar, yaitu 2 g/l. Agarose juga
sering digunakan untuk kultur protoplas dan mikrospora. Penggunaan
bahan pemadat ini megandung banyak kelemahan: 1. Hanya sebagian
eksplan yang kontak dengan medium 2. Terjadi gradient nutrisi yang
tidak sama 3. Mobilitas hara menjadi kurang baik 4. Terjadi
akumulasi zat-zat toksik yang dikeluarkan oleh eksplan.
2.3 Modifikasi Media Kultur Jaringan
Beberapa gambaran dan potensi yang bisa dimunculkan dalam kultur
jaringan diantaranya adalah :
1. Kultur meristem, dapat menghasilkan anggrek yang bebas virus, sehingga
sangat tepat digunakan pada tanaman anggrek spesies langka yang telah
terinfeksi oleh hama penyakit, termasuk virus.
2. Kultur anther, bisa menghasilkan anggrek dengan genetik haploid (1n),
sehingga bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan anggrek diploid
(2n). Dengan demikian sangat dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman
anggrek mini, selain itu dengan kultur anther berpeluang memunculkan
sifat resesif unggul yang pada kondisi normal tidak akan muncul karena
tertutup oleh yang dominan.
3. Dengan tekhnik poliploid dimungkinkan untuk mendapatkan tanaman
anggrek ‘giant’ atau besar. Tekhnik ini salah satunya dengan memberikan
induksi bahan kimia yang bersifat menghambat (cholchicine).
4. Kloning, tekhnik ini memungkinkan untuk dihasilkan anggrek dengan
jumlah banyak dan seragam, khususnya untuk jenis anggrek bunga potong.
Sebagian penganggrek telah mampu melakukan tekhnik ini.
5. Mutasi, secara alami mutasi sangat sulit terjadi. Beberapa literatur
peluangnya 1 : 100 000 000. Dengan memberikan induksi tertentu melalui

15
kultur jaringan hal tersebut lebih mudah untuk diatur. Tanaman yang
mengalami mutasi permanen biasanya memiliki nilai ekonomis yang
sangat tinggi
6. Bank plasma, dengan meminimalkan pertumbuhan secara ‘in-vitro’ kita
bisa mengoleksi tanaman anggrek langka tanpa harus memiliki lahan yang
luas dan perawatan intensif. Baik untuk spesies langka Indonesia maupun
dari luar negeri untuk menjaga keaslian genetis yang sangat penting dalam
proses pemuliaan anggrek.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dalam kultur jaringan.
Keberhasilan dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung
pada jenis medianya karena pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu,
macam-macam media kultur jaringan yang digunakan biasanya berupa garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan lain-lain. Zat pengatur
tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya.
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari
hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil
yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut,
ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar),
glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan
bahan organik tambahan (Gunawan, 1992).
Bahan eksplan adalah bagian kecil jaringan atau organ yang diambil atau
dipisahkan dari tanaman induk kemudian dikulturkan. Tanaman yang
dijadikan sumber eksplan harus dari tanaman yang sehat, tumbuh baik atau
normal dan tentunya memiliki sifat-sifat unggul. Adanya perubahan suhu,
cahaya, musim serta kelembaban terhadap induk sangat mempengaruhi
keberhasilan perkembangan bahan eksplan.
Kultur jaringan memanfaatkan hormon tumbuhan untuk memacu
terbentuknya jaringan tertentu dari sel kalus yang belum terdefferensiasi.
Sehingga pengetahuan umum tentang hormon tumbuhan baik itu yang alami
maupun yang diperoleh dari hasil sintesis manusia, amat diperlukan untuk
menunjang optimalisasi dan keberhasilan kegiatan kultur jaringan. Pengertian
hormon yang saat ini umum dimasyarakat adalah suatu zat yang yang dibuat
secara alami dalam tubuh tumbuhan dalam konsentrasi rendah dapat

17
mengatur pertumbuhan dan proses fisiologis pada tumbuhan tersebut.
Beberapa gambaran dan potensi yang bisa dimunculkan dalam kultur jaringan
diantaranya adalah : Kultur meristem, Kultur anther, Dengan tekhnik
poliploid, Kloning, Mutasi, dan Bank plasma.
3.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Anastasya, Putri. 2011. Media Kultur Jaringan. http:// Anastasyaputri


27.blogspot.com. Online (Diakses 23 Agustus 2015)
Candara, Gunawan. 2013. Pengertian Hormon. http:// Candaragunawan
90.blogspot.com. Online (Diakses 23 Agustus 2015)
Endang, Kurnia. 2012. Bahan Kimia dalam Pertumbuhan. http:// Endang,
Kurnia.blogspot.com. Online (Diakses 23 Agustus 2015)
Gani, Muhammad. 2013. Hormon Tumbuhan. http:// Gani muhammad. blogspot.
com. Online (Diakses 23 Agustus 2015)
Huda, Khairul. 2011.Eksplan Tumbuhan. http:// Hudakhairul.blogspot.com.
Online (Diakses 23 Agustus 2015)
Ramadhani. 2013. Modifikasi Kultur Jaringan. http:// Ramadhani .blogspot.com.
(Diakses 23 Agustus 2015)

19

Anda mungkin juga menyukai